Kedaruratan Di Air

21
DYAH WIDODO, SKp., M.Kes

description

Kedaruratan Di Air

Transcript of Kedaruratan Di Air

Page 1: Kedaruratan Di Air

DYAH WIDODO, SKp., M.Kes

Page 2: Kedaruratan Di Air

• Tenggelam: proses yang menyebabkan gangguan pernapasan primer akibat submersi/imersi pada media cair (ILCOR/International Liaison Committee on Resuscitation). – Submersi: keadaan di mana seluruh tubuh,

termasuk sistem pernapasan, berada dalam air atau cairan.

– Imersi: keadaan di mana terdapat air/cairan pada sistem konduksi pernapasan yang menghambat udara masuk.

Page 3: Kedaruratan Di Air

Pernapasan korban terhenti Banyak air yang tertelan.

Henti napas atau laringospasme Hipoksia dan hiperkapnia.

Bradikardi Henti jantung sebagai akibat dari hipoksia.

Page 4: Kedaruratan Di Air

• Hipoksia hal utama yang terjadi setelah tenggelam. • Keadaan terhambatnya jalan napas akibat

tenggelam menyebabkan adanya gasping dan kemungkinan aspirasi, diikuti dg henti napas (apnea) volunter dan laringospasme.

• Hipoksemia dan asidosis yang persisten dapat menyebabkan korban berisiko terhadap henti jantung dan kerusakan sistem saraf pusat.

• Laringospasme menyebabkan keadaan paru yang kering, namun karena asfiksi membuat relaksasi otot polos, air dapat masuk ke dalam paru dan menyebabkan edema paru.

Page 5: Kedaruratan Di Air

• Aspirasi air ke paru dapat menyebabkan vagotonia, vasokonstriksi paru, & hipertensi.

• Air segar • menembus membran alveolus dan mengganggu

stabilitas alveolus dg menghambat kerja surfaktan. Air segar dan hipoksemi dapat menyebabkan lisis eritrosit dan hiperkalemia.

• Air garam • menghilangkan surfaktan, menghasilkan cairan

eksudat yang kaya protein di alveolus, interstitial paru, dan membran basal alveolar shg paru jadi keras dan sulit mengembang. Air garam juga dapat menyebabkan penurunan volume darah dan peningkatan konsentrasi elektrolit serum.

Page 6: Kedaruratan Di Air

Hipoksia

Menentukan kelangsungan hidup korban tenggelam

Dibutuhkan ventilasi, perfusi, dan oksigenasi yang cepat untuk meningkatkan

tingkat survival korban.

Page 7: Kedaruratan Di Air

TIGA TAHAP:

Bantuan Hidup Dasar Bantuan hidup lanjut Perawatan post-

resusitasi

Page 8: Kedaruratan Di Air

Mengamankan diri penyelamat lalu korban

Sebisa mungkin penyelamat tidak perlu terjun ke dalam air untuk menyelamatkan korban.

Namun jika tidak bisa, penyelamat harus terjun dengan alat bantu apung, seperti ban penyelamat, untuk membawa korban ke daratan sambil melakukan penyelamatan.

Page 9: Kedaruratan Di Air

Penanganan ABC, dengan fokus utama perbaikan jalan napas dan oksigenasi buatan, terutama pada korban dengan penurunan kesadaran.

BHD pada korban tenggelam dapat dilakukan pada saat korban masih berada di dalam air.

Cedera servikal biasanya jarang, namun imobilisasi servikal perlu dipertimbangkan pada korban dengan luka yang berat.

Page 10: Kedaruratan Di Air

Tiga langkah, yaitu: Look, yaitu melihat adanya

pergerakan dada Listen, yaitu mendengarkan

suara napas Feel, yaitu merasakan ada

tidaknya hembusan napas

Page 11: Kedaruratan Di Air

Pembersihan jalan napas Kompresi dada Pemberian napas buatan dengan rasio 30:2

Cara pemberian napas buatan: mouth to mouth, mouth to nose, mouth to mask, mouth to neck stoma.4

Page 12: Kedaruratan Di Air

Pemberian napas buatan inisial: 5 kali. Melakukan pernapasan buatan dari mulut ke

hidung lebih disarankan Pemberian napas buatan dilanjutkan hingga 10–

15 kali selama sekitar 1 menit. Jika korban tidak sadar & tenggelam <5 menit,

pernapasan buatan dilanjutkan sambil menarik korban ke daratan.

Jika korban tenggelam >5 menit, pemberian napas buatan dilanjutkan selama 1 menit, lalu bawa korban langsung ke daratan tanpa diberikan napas buatan.

Page 13: Kedaruratan Di Air

Selama proses pemberian napas, regurgitasi dapat terjadi, baik regurgitasi air dari paru maupun isi lambung.

Hal ini normal terjadi, namun jangan sampai menghalangi tindakan ventilasi buatan.

Korban dapat dimiringkan dan cairan regurgitasinya dikeluarkan.

Page 14: Kedaruratan Di Air

Indikasikan: korban yang tidak sadar dan tidak bernapas dengan normal, kebanyakan korban tenggelam mengalami henti jantung akibat dari hipoksia.

Pemberian kompresi ini dilakukan di atas tempat yang datar dan rata dengan rasio 30:2.

Pemberian kompresi intrinsik untuk mengeluarkan cairan tidak disarankan, karena tidak terbukti dapat mengeluarkan cairan dan dapat berisiko muntah dan aspirasi.

Page 15: Kedaruratan Di Air

Pemberian oksigen dg tekanan lebih tinggi dan saturasi 100%

Jika setelah pemberian oksigen, keadaan belum membaik, dilakukan intubasi trakeal.

Penghangatan segera dengan pemberian O2 yang hangat, infus cairan isotonik pada 400C

Pemasangan pipa nasogastrik Pemasangan kateter urin

Page 16: Kedaruratan Di Air

Pasien yang tidak memiliki pO2 >60–70 mmHg pada dewasa atau >80 mmHg pada anak-anak setelah pemberian oksigen 100%

Penurunan kesadaran dan kemampuan untuk mempertahankan jalan napas

Kegagalan pernapasan, dg PaCO2 >45 mmHg

Hasil analisis gas darah arterial yang buruk

Page 17: Kedaruratan Di Air

Korban dengan suhu <320C setelah tenggelam dapat mengalami: ◦ penurunan metabolisme dan pemusatan

vaskularisasi ke organ vital, yaitu jantung, paru, dan otak.

◦ Fibrilasi ventrikel dan gangguan otak

Dibutuhkan penghangatan yang segera.

Page 18: Kedaruratan Di Air

Penanganan sindrom respirasi akut (acute respiratory distress syndrome) dengan penggunaan ventilator protektif.

Penanganan hipoksia 

Page 19: Kedaruratan Di Air

Tergantung pada faktor: lama waktu tenggeam temperatur air tonisitas air gejala, cedera yang menyertai korban

seperti cedera spinal teknik penyelamatan respon korban terhadap resusitasi

Page 20: Kedaruratan Di Air
Page 21: Kedaruratan Di Air