Kecombrang
Click here to load reader
-
Upload
febriyan-edmi -
Category
Documents
-
view
191 -
download
10
description
Transcript of Kecombrang
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Penyakit parasit yang disebabkan baik oleh cacing, protozoa maupun
serangga parasitik pada manusia banyak terdapat di negara berkembang, dan
di daerah tropis termasuk juga indonesia (Natadisastra, 2009). Salah satu
penyakit yang ditularkan melalui serangga adalah Demam Berdarah dengue
(DBD). DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditular
kan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti (Depkes, 2010).
Angka kejadian DBD di indonesia masih cukup tinggi. Menurut Depkes RI
Jumlah kasus DBD pada tahun 2010 sebanyak 156.086 kasus dengan jumlah
kematian akibat DBD debesar 1.358 orang. DBD menempati urutan kedua
sepuluh penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit umum di
indonesia.
Tempat perindukan Aedes aegypti adalah tempat-tempat berisi air bersih yang
berada di dalam rumah atau berdekatan dengan rumah penduduk, biasanya
tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. Tempat perindukan tersebut
2
berupa tempat perindukan buatan manusia, seperti tempayan/gentong tempat
penyimpanan air minum, bak mandi, tangki/menara air, talang hujan, kaleng,
botol. Dapat pula berupa tempat perindukan alamiah, seperti kelopak daun
tanaman (keladi, pisang), tempurung kelapa, tebasan tonggak bambu, dan
lubang pohon yang berisi air hujan (Agoes dkk, 2005)
Tidak seperti penyakit beberapa penyakit lain, vaksin demam berdarah belum
ditemukan hingga kini. Program penanggulangannya lebih banyak bertumpu
pada pengendalian vektor, yaitu nyamuk (dewasa) Aedes aegypti.
Pengendalian vektor merupakan salah satu upaya pemberantasan DBD yang
dilakukan guna memutus rantai penularan. Pemberantasan demam berdarah
yang utama adalah pemberantasan sarang nyamuk, pengendalian vektor
dengan 3M Plus bukan dengan fogging (Depkes, 2011).
Salah satu bentuk penaggulangan DBD dengan pengendalian vektor adalah
dengan menggunakan Insektisida sintetik sebagai Larvasida. Terdapat dua
kategori besar insektisida yang sering digunakan sebagai insektisida rumah
tangga, yaitu insektisida yang berfungsi untuk membunuh serangga dan
insektisida yang berfungsi untuk mengusir serangga (repellent) (Ware, 2004)
Penggunaan Insektisida sintetik tersebut memiliki efek negatif antara lain
keracunan pada manusia dan hewan ternak, polusi lingkungan dan serangga
menjadi resisten. Karena dampak tersebut maka diperlukan suatu usaha
mendapatkan insektisida alternatif yang aman dan tidak menimbulkan
3
dampak negatif terhadap lingkungan. Berdasarkan pertimbangan itu, para ahli
menggunakan alternatif dalam pengendalian secara kimiawi yaitu dengan
menggunakan insektisida alami, yaitu insektisida yang dihasilkan oleh
tanaman beracun terhadap serangga tetapi tidak mempunyai efek samping
terhadap lingkungan dan tidak berbahaya bagi kesehatan (Cahaya, 2003).
Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan insektisida alami
adalah tanaman Kecombrang (Etlingera elatior). Kecombrang merupakan
tanaman yang sering dipakai sebagai bahan sayuran seperti pecal atau sebagai
lalapan. Kandungan kimia yang terdapat di daun, daun , bunga dan rimpang
kecombrang adalah saponin dan flavonoid. Selain itu, kecombrang juga
mengandung polifenol dan minyak atsiri (Depkes, 2005).
Saponin sendiri dikenal sebagai insektisida dan larvasida. Saponin dapat
menurunkan tegangan permukaan selaput mukosa traktus digestivus larva
sehingga dinding traktus menjadi korosif (Aminah dkk. 2001). Saponin
terdapat pada berbagai jenis tumbuhan dengan konsentrasi tinggi pada
bagian-bagian tertentu. Sedangkan flavonoid merupakan senyawa pertahanan
tumbuhan yang dapat bersifat menghambat makan serangga dan juga bersifat
toksis (Dinata, 2009).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wira Setia tahun 2010 mengenai
efek larvasida dari air perasan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) terhadap
larva instar III nyamuk Aedes aegypti menyebutkan bahwa saponin dan
flavonoid yang terkandung dalam buah Averrhoa bilimbi memiliki efek
4
sebagai larvasida dan pada penelitian tersebut didapatkan LC50 sebesar 5,56
% dengan rentang konsentrasi 12,5 %, 6,25 %, 3,13 %, 1,56 % dan 0,78 %.
Oleh karena itu pada penelitian ini dipilih tanaman Kecombrang yang
memiliki kandungan saponin dan flavonoid untuk mengetahui efek ekstrak
daun Kecombrang sebagai larvasida terhadap larva instar III Aedes aegypti.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana efektifitas ekstrak daun Kecombrang (Etlingera elatior) sebagai
larvasida terhadap larva instar III Aedes aegypti ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui efektifitas ekstrak daun Kecombrang (Etlingera elatior)
efektif sebagai larvasida terhadap larva instar III Aedes aegypti .
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui konsentrasi yang paling efektif dari ekstrak daun
Kecombrang (Etlingera elatior) sebagai larvasida terhadap larva instar
III Aedes aegypti.
2. Mengetahui LC50 dari ekstrak daun Kecombrang (Etlingera elatior)
sebagai larvasida terhadap larva instar III Aedes aegypti.
5
3. Mengetahui LT50 dari ekstrak daun Kecombrang (Etlingera elatior)
sebagai larvasida terhadap larva instar III Aedes aegypti .
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan diharapkan hasil yang diperoleh dapat
bermanfaat. Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti, menambah pengetahuan khusunya ilmu pengetahuan
mengenai cara pengendalian larva nyamuk serta memberikan masukan
kepada peneliti selanjutnya.
2. Bagi masyarakat, memberikan informasi kepada masyarakat mengenai
cara pengendalian larva nyamuk yaitu dengan ekstrak daun
Kecombrang (Etlingera elatior) sehingga masyarakat dapat terlindung
dari penyebaran penyait DBD.
3. Bagi ilmu pengetahuan, memberikan informasi mengenai pengaruh
ekstrak daun Kecombrang (Etlingera elatior) terhadap pertumbuhan
larva nyamuk Aedes aegypti dan membuat dasar ilmiah mengenai
penggunaan bahan-bahan ilmiah.
6
E. Kerangka Penelitian
1. Kerangka teori
Kerangka teori dari penelitian ini adalah :
Gambar 1. Kerangka Teori
Daun kecombrang
Saponin, Flavonoid
Menurunkan tegangan permukaan
selaput mukosa traktus digestivus
larva sehinga dinding traktus
digetivus larva menjadi korosif
Menurunkan aktivitas enzim
pencernaan dan penyerapan
makanan
Menghambat makan serangga
Larva Aedes aegypti mati
7
2. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini adalah :
Gambar 2. Kerangka Konsep
F. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ekstrak daun Kecombrang (Etlingera
elatior) efektif sebagai larvasida terhadap larva instar III nyamuk Aedes
aegypti.
Jumlah larva yang mati Dosis IV
Dosis III
Dosis II
Dosis I
Dosis V
Kelompok 1(kontrol negatif)
Kelompok 2
Kelompok 5
Kelompok 4
Kelompok 3
Kelompok 6(kontrol positif)Abate
Analisis
Fraksi n-heksana Ekstrak batang kecombrang wangi