KECERDASAN EMOSIONAL MENURUT PERSPEKTIF AL-QURAN

24
KECERDASAN EMOSIONAL MENURUT PERSPEKTIF AL-QURAN Dewi Murni Dosen Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri E-Mail: [email protected] Abstrak Kecerdasan emosional dapat diartikan kemampuan, merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh manusia. Apabila berpikir itu bersifat objektif, maka emosional itu bersifat subjektif karena lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan diri. Apa yang indah, baik, dan menarik bagi seseorang belum tentu indah, baik, dan menarik bagi orang lain. Implementasi kecerdasaan emosional dapat terlihat dalam sikap seseorang; pertama adalah istiqamah yaitu dengan cara teguh pendirian terhadap jalan-jalan yang telah ditetapkan Allah Swt, serta tidak mengurangi atau mengabaikan, dan melampaui batas terhadap ajaran-ajaran tersebut. Kedua yaitu rendah hati yaitu mereka berjalan dengan tenang, penuh dengan ketawadhu’an, tidak congkak dan sombong. Ketiga adalah tawakal, yakni timbulnya ketulusan di dalam hati kepada Allah dalam menggapai keridhaan-Nya. Terakhir adalah ikhlas, yakni suatu upaya memurnikan dan menyucikan hati sehingga benar-benar hanya terarah kepada Allah semata. Kata kunci: Kecerdasan, Emosional dan Al-Quran

Transcript of KECERDASAN EMOSIONAL MENURUT PERSPEKTIF AL-QURAN

Page 1: KECERDASAN EMOSIONAL MENURUT PERSPEKTIF AL-QURAN

KECERDASAN EMOSIONAL MENURUT

PERSPEKTIF AL-QURAN

Dewi Murni

Dosen Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri

E-Mail: [email protected]

Abstrak

Kecerdasan emosional dapat diartikan kemampuan,

merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan

daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi,

informasi, koneksi dan pengaruh manusia. Apabila berpikir

itu bersifat objektif, maka emosional itu bersifat subjektif

karena lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan diri. Apa

yang indah, baik, dan menarik bagi seseorang belum tentu

indah, baik, dan menarik bagi orang lain. Implementasi

kecerdasaan emosional dapat terlihat dalam sikap

seseorang; pertama adalah istiqamah yaitu dengan cara

teguh pendirian terhadap jalan-jalan yang telah ditetapkan

Allah Swt, serta tidak mengurangi atau mengabaikan, dan

melampaui batas terhadap ajaran-ajaran tersebut. Kedua

yaitu rendah hati yaitu mereka berjalan dengan tenang,

penuh dengan ketawadhu’an, tidak congkak dan sombong.

Ketiga adalah tawakal, yakni timbulnya ketulusan di dalam

hati kepada Allah dalam menggapai keridhaan-Nya.

Terakhir adalah ikhlas, yakni suatu upaya memurnikan dan

menyucikan hati sehingga benar-benar hanya terarah

kepada Allah semata.

Kata kunci: Kecerdasan, Emosional dan Al-Quran

Page 2: KECERDASAN EMOSIONAL MENURUT PERSPEKTIF AL-QURAN

96 | Jurnal Syahadah

Vol. V, No. 1, April 2016

A. Pendahuluan

Al-Quran adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT

kepada Nabi Muhammad secara mutawatir,1 sebagai pedoman bagi

makhluk-Nya. Oleh karena itu, Al-Quran memiliki keistimewaan yang

tidak dapat diukur dengan perhitungan manusia. Di antara

keistimewaannya adalah keterpeliharaan Al-Quran dari perubahan

akibat tangan-tangan kotor manusia. Allah SWT telah menjamin

keterpeliharaan Al-Quran sepanjang zaman. Sebagaimana dalam

firman Allah:

حا ل حز ن ن ا نح كرح إن ٱلذ ا لح نح ۥوإن فظو ٩لحححArtinya: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran,

dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya. (Q.S al-

Hijr: 9)

Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw adalah

mukjizat terbesar yang memiliki sifat universal dan berlaku untuk

seluruh umat manusia serta mengandung informasi yang ditetapkan

sebagai pedoman manusia sepanjang hidupnya, di mana dan kapan saja.

Al-Quran sebagai mukjizat tidak hanya menjadi bahan bacaan

meskipun membacanya mendapat pahala, melainkan juga untuk

dipahami, dipedomani, diamalkan dan diselidiki rahasia kebanarannya.

Hal ini dimaksudkan untuk memperluas cakrawala ilmu pengetahuan

tentang bukti-bukti kebesaran dan keagungan Allah, di samping untuk

1Mutawatir secara bahasa berarti beriringan atau berurut, menurut istilah yaitu

hadis yang diriwayatkan sejumlah orang yang secara tradisi tidak mungkin mereka

berdusta, mulai dari awal hingga akhir sanad, lebih lanjut lihat M. Ajaj al-Khatib,

Ushul al-Hadis,(Beirut: Dar al-Fikri, 1975), h. 301-302.

Page 3: KECERDASAN EMOSIONAL MENURUT PERSPEKTIF AL-QURAN

Kecerdesan Emosional Menurut Persepektif al-Qur’an | 97

Dewi Murni

memenuhi kebutuhan hidup manusia, agar dapat mencapai kebahagiaan

di dunia dan kesejahteraan hidup di akhirat.2

Di dalam Al-Quran, terdapat isyarat tentang adanya dimensi-

dimensi yang membedakan antara manusia dan seluruh makhluk hidup

lain, yaitu potensi, kemampuan belajar dan menuntut ilmu yang tidak

terbatas. Namun kemampuan ini berada dalam dua arah positif dan

negatif.3 Firman Allah Swt:

لحقنحا د خح نح لحقح نسح قويم ٱل ن تح حسحح

فلينح ثم ٤ف أ لح سح سفحح

ه أ دنح دح ٥رحArtinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam

bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke

tempat yang serendah-rendahnya (neraka). (Q.S. at-Tin:4-5)

Manusia mempunyai potensi dan kemampuan mencapai

kedudukan tertinggi di alam eksistensi (yaitu kedudukan malakuti dan

Ilahi), akan tetapi dia juga memiliki potensi untuk jatuh terjerumus pada

posisi terendah yang bahkan lebih rendah dari kedudukan yang dimiliki

oleh binatang dan setan, yang kelak akan menjadi bagian manusia dari

dua titik ini hanya bergantung dari proses pembelajaran yang dilaluinya

di dunia ini, di mana proses tersebut yang akan melahirkan kecerdasan

terhadap diri seseorang.4

Kecerdasan ialah istilah umum yang digunakan untuk

menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti

kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir

2 M. Chadziq Charisma, Tiga Aspek Kemukjizatan Al-Quran, (Surabaya: Bina

Ilmu, 1991), h. 14 3Ibid 4Ibid, h. 15.

Page 4: KECERDASAN EMOSIONAL MENURUT PERSPEKTIF AL-QURAN

98 | Jurnal Syahadah

Vol. V, No. 1, April 2016

abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Cerdas

dapat diartikan sebagai sikap manusia yang mampu mengambil

pelajaran dan hikmah dari setiap persoalan sekaligus upaya mereka

untuk menjadi lebih baik lagi di masa depan.5

Menurut Howard Gardner kecerdasan adalah kemampuan untuk

memecahkan masalah atau menciptakan suatu produk yang bernilai

dalam satu latar belakang budaya atau lebih. Dengan kata lain,

kecerdasan dapat bervariasi menurut konteksnya.6

Melalui keterangan di atas dapat dipahami bahwa, pengertian

kecerdasan ialah kemampuan mengarahkan pikiran atau tindakan ke

arah yang lebih baik dan bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang

lain. Hal ini dijelaskan di dalam Al-Quran:

مرونح حأ ت

حاسح ۞أ ٱل ب نح ٱلبذ تلو نتم تح

حأ كم وح نفسح

حنح أ و حنسح ت بح وح ٱلكتح

عقلونح فحلح تحح

٤٤أArtinya: Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan)

kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri,

Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu

berpikir?.(Q.S.al-Baqarah: 44)

Dalam tafsir Ma’alim al-Tanzȋl dijelaskan bahwa penggunaan

akal pada ayat tersebut adalah seseorang yang terhindar dari kebodohan

sehingga dirinya dapat melakukan kebaikan.7 Jadi, seseorang yang

5Tim Penyusun Kamus,Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru, (Jakarta:

Balai Pustaka, 2003), h. 108. 6Julia Jasmine, Panduan Praktis Mengajar Berbasis Multiple Intlligences,

(Bandung: Nuansa, 2007), h. 11-12 7Abu Muhammad al-Husin bin Mas’ud al-Baghawi, Ma’alim al-Tanzȋl, Juz 1,

h. 88

Page 5: KECERDASAN EMOSIONAL MENURUT PERSPEKTIF AL-QURAN

Kecerdesan Emosional Menurut Persepektif al-Qur’an | 99

Dewi Murni

memiliki kecerdasan dapat diketahui salah satunya dengan cara

bagaimana ia menggunakan akalnya sebaik-baik mungkin.

Menurut keterangan para pakar ilmu psikologi,8 ada 14 lebih jenis

kecerdasan.9 Dari jenis-jenis tersebut, yang akan penulis bahas

hanyalah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional dapat diartikan

kemampuan, merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan

daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi

dan pengaruh manusia.10 Apabila berpikir itu bersifat objektif, maka

emosional itu bersifat subjektif karena lebih banyak dipengaruhi oleh

keadaan diri. Apa yang indah, baik, dan menarik bagi seseorang belum

tentu indah, baik, dan menarik bagi orang lain.11

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa,

kecerdasan emosional dapat dipahami sebagai kemampuan mengenali

perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kamampuan memotivasi

diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri

sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain. Dalam surat al-

Baqarah Allah SWT menegaskan sebagai berikut:

8Di antara para ahli tersebut adalah David Wechsler (Psikolog AS), William

Stren (Psikolog Jerman), Alfred Binet (psikolog Prancis), Lewis Madison Terman

(Psikolog AS) dan lain sebagainya.http/blogspot.Com/2012/10/20/defenisi-

kecerdasan menurut para ahli. Html. (diakses pada hari sabtu tanggal 5 Oktober

2016). 9Meliputi; kecerdasan Intelektual, Majemuk, Praktis, Emosional,

Berwiraswasta, Advesitas, Aspirasi, Kekuatan, Imajinasi, Intuitif, Moral, Spiritual,

Kesuksesan. Lih. Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21, (Bandung, Alfabeta,

2005), Cet. I, h. 58. 10Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan

Spiritual- ESQ, (Jakarta: Penerbit Arga, 2001), h. 199 11Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, Prophetic Intelligence – Kecerdasan

Kenabian, (Yogyakarta : Islamika, 2004), h. 631

Page 6: KECERDASAN EMOSIONAL MENURUT PERSPEKTIF AL-QURAN

100 | Jurnal Syahadah

Vol. V, No. 1, April 2016

اخذكم ل يؤح ٱلل ب غو ا ٱلل اخذكم بمح يؤح كن لح نكم وح يمحح

ف أت قلوبكم وح بح سح كح ليم ٱلل فور حح ٢٢٥غح

Artinya: Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum

kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk

bersumpah) oleh hatimu.dan Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyantun. (Q.S. al-Baqarah: 225)

Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah tidak akan menyiksa

manusia yang melakukan kelalaian karena tidak tidak disengaja

sekalipun dalam bersumpah, ia hanya akan menimpakan siksa bila

kelalaian itu disengaja atas kehendak hati. Hal ini menunjukkan bahwa

hati tersebut telah terinfeksi dengan akhlak buruk dan keinginan hawa

nafsu yang menerobos batas-batas kebaikan.12

Semua implementasian dari kecerdasan emosional itu dinamakan

akhlak al-karȋmah,yang sebenarnya telah ada di dalam Al-Quran dan

telah diajarkan oleh Rasulullah Saw seribu empat ratus tahun yang lalu,

jauh sebelum konsep EQ diperkenalkan saat ini sebagai sesuatu yang

lebih penting dari IQ. Dalam kecerdasan emosional, hal itulah yang

menjadi tolok ukur kecerdasan emisonal (EQ).

Kecerdasan emosional ini sangat penting terhadap pengendalian

diri seseorang maupun terhadap orang lain, agar hidup mendapat

kebahagian di manapun kita berada. Demikian juga menyikapi teori

kecerdasan yang telah dirumuskan para pakar ilmuwan tentang jenis

kecerdasan tersebut, bahwa dalam pantauan penulis kecerdasan

linguistik, musical dan lain sebagainya semuanya itu didasari oleh hasil

12Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, (Bandung: Mizan, 2010, h.139

Page 7: KECERDASAN EMOSIONAL MENURUT PERSPEKTIF AL-QURAN

Kecerdesan Emosional Menurut Persepektif al-Qur’an | 101

Dewi Murni

pengamatan, penghayatan dan pemahaman dari diri seseorang. Hal itu

dipandang hanya sebatas kecerdasan praktis saja.

Dalam penafsiran kecerdasan emosional yang menjadi pokok

masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana menafsirkan ayat-ayat

yang berbicara tentang mengimplementasikan kecerdasan emosional.

Seperti implemenatsi sikap konsisten, rendah diri, berusaha dan

berserah diri serta bersifat tulus (ikhlas).

B. Pembahasan

1. Implementasi Sikap Konsisten (Istiqomâh)

Istiqâmah berarti berdiri tegak di suatu tempat tanpa pernah

bergeser, karena akar kata Istiqâmah dari kata “qāma” yang berarti

berdiri. Dengan kata lain, istiqâmah juga berarti tegak lurus serta

sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen.13

Jadi, muslim yang beristiqâmah adalah muslim yang selalu

mempertahankan keimanan dan akidahnya dalam situasi dan

kondisi apapun. Ia bak batu karang yang tegar menghadapi

gempuran ombak-ombak yang datang silih berganti. Ia tidak mudah

loyo dalam menjalankan perintah agama. Ia senantiasa sabar dalam

menghadapi seluruh godaan. Itulah manusia muslim yang

sesungguhnya, selalu Istiqâmah dalam sepanjang jalan.

قم ه فحٱستح وا إن طغح لح تح كح وح عح مح حابح ت ن مح مرتح وح

ا أ مح لونح ۥكح عمح ا تح بمححصير ١١٢ب

13Azyumardi Azra, Ensiklopedi Tasawuf, (Bandung: Angkasa Group, 2008),

h. 1202

Page 8: KECERDASAN EMOSIONAL MENURUT PERSPEKTIF AL-QURAN

102 | Jurnal Syahadah

Vol. V, No. 1, April 2016

Artinya: Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar,

sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang

yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu

melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha melihat apa

yang kamu kerjakan.(Q.S. Huud:112)

Ayat di atas menjelaskan bahwa Nabi Muhammad Saw

diperintahkan Allah SWT untuk bersikap konsisten, yakni

bersungguh-sungguh memelihara, mempercayai, mengamalkan

serta mengajarkan tuntunan-tuntunan-Nya, baik yang menyangkut

prinsip ajaran dan rinciannya, menyangkut dirimu secara pribadi

maupun penyampaiannya kepada masyarakat tanpa menghiraukan

gangguan dan kecaman orang lain.14

Setelah memerintahkan berbuat segala macam kebaikan

yang sesuai tuntutan wahyu, kini dilarangnya melakukan segala

macam keburukan dengan menyatakan janganlah kamu melampaui

batas yang ditetapkan Allah dan yang digariskan oleh fitrah

kesucian kamu, antara lain dengan mempersekutukan dan

mendurhakai Allah, melakukan perusakan di bumi atau membebani

diri melebihi kemampuan.

Kata fastaqim terambil dari kata قام yang berarti mantap,

terlaksana, berkonsentrasi serta konsisten. Sementara ulama

memahaminya terambil dari kata berdiri karena manusia akan

mampu melakukan sekian banyak hal yang tidak dapat

dilaksanakannya dalam keadaan selain berdiri, misalnya duduk atau

berbaring. Kata tersebut digunakan untuk menggambarkan keadaan

14M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 6,

h. 359

Page 9: KECERDASAN EMOSIONAL MENURUT PERSPEKTIF AL-QURAN

Kecerdesan Emosional Menurut Persepektif al-Qur’an | 103

Dewi Murni

yang terbaik dan sempurna bagi segala sesuatu sesuai dengan sifat

dan cirinya.15

Dengan demikian, kata istaqim adalah perintah untuk

menegakkan sesuatu sehingga ia menjadi sempurna, dan seluruh

yang diharapkan darinya wujud dalam bentuk sesempurna

mungkin, tidak disentuh oleh kekurangan atau keburukan dan

kesalahan.

Redaksi ayat di atas memisahkan Nabi dengan orang-orang

yang telah bertaubat. Hal ini bukan saja untuk menunjukkan betapa

tinggi kedudukan Nabi Saw tetapi juga untuk mengisyaratkan

bahwa tugas dan beban yang diletakkan di pundak Nabi Muhammad

Saw dalam soal perintah ini lebih berat daripada selain beliau.

Beliaulah yang berkewajiban tampil lebih dahulu, setelah itu kaum

mukminin mencontoh perbuatan Nabi Saw tersebut. Dalam konteks

ini, al-Qur’an menjelaskan sebagai berikut:

ينح إن ا ٱل نح ب قحالوا رح موا ثم ٱلل قح لح هم ٱستح لحيهم وح وف عح فحلح خحنونح زح ئكح ١٣يح لح و

ب أ صحح

حة أ ن نوا ٱلح ا كح بمح اءح زح ا جح ينح فيهح ل خح

لونح عمح ١٤يحArtinya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:

"Tuhan Kami ialah Allah", kemudian mereka tetap

istiqamah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka

dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah

penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya;

sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.(Q.S.

al-Ahqaaf: 13-14)

15Ibid

Page 10: KECERDASAN EMOSIONAL MENURUT PERSPEKTIF AL-QURAN

104 | Jurnal Syahadah

Vol. V, No. 1, April 2016

Al-Biqâi, al-Lusi dan Sayyid Quthub menggarisbawahi

bahwa perintah istaqim ini mengandung makna perintah untuk terus

menerus memelihara moderasi dan berada pada jalan pertengahan

di antara dua titik ekstrim, yakni tidak melebihkan (melampaui

batas) dan tidak juga mengurangi. Kendati demikian, Thabâthabâ’i

menolak memahami perintah istaqȋm dalam arti moderasi.“Makna

tersebut tidak didukung oleh lanjutan ayat yang hanya melarang

melampaui batas. Seandainya yang dimaksud adalah moderasi,

tentu lanjutan ayat akan melarang melampaui batas dan melarang

juga pengurangan hak dan kewajiban, bukan sekedar melarang

pelampauan batas.”16

Sayyid Quthub menggugurkan keberatan Thabâthabâ’i yang

menolak memahami kata istaqȋm mengandung makna moderasi,

menurut Sayyid Quthub istiqamah adalah moderasi serta

menelusuri jalan yang ditetapkan tanpa penyimpangan. Ini

menuntut kewaspadaan terus-menerus, perhatian bersinambung,

upaya pengamatan terhadap batas-batas jalan, pengendalian emosi

yang dapat memalingkan sedikit atau banyak, karena perintah ini

merupakan tugas abadi dalam setiap gerak dari gerak-gerak hidup

ini.”17

Larangan yang datang sesudah perintah istiqâmah itu

bukannya larangan pengabaian atau pengurangan, tetapi larangan

pelampauan batas. Ini karena perintah istaqȋm serta apa yang

16ath-Thabathaba’i,al-Mizan Fi Tafsir Al-Quran,(Beirut: Muassasat al-

‘Alamiy li al-Mathbu’at, 1991), , h. 54 17Sayyid Quthub, Fi Zhilal Al-Quran,(tt,: Dar Syuruq, t.th), h. 275

Page 11: KECERDASAN EMOSIONAL MENURUT PERSPEKTIF AL-QURAN

Kecerdesan Emosional Menurut Persepektif al-Qur’an | 105

Dewi Murni

diakibatkannya dalam jiwa manusia boleh jadi mengantar seseorang

melampaui batas dan berlebihan sehingga mengalihkan ajaran

agama ini dari kemudahan menjadi kesukaran. Padahal Allah Swt

menghendaki agar agama-Nya dilaksanakan sebagaimana Ia

diturunkan. Allah Swt menghendaki agar istiqâmah ini sesuai

dengan yang diperintahkan-Nya, tidak berkurang dan tidak

berlebih. Kelebihan dan pelampauan batas serupa dengan

pengabaian dan pengurangan, keduanya mengantar agama ini

menyimpang dari cirinya yang dikehendaki Allah Swt. Ini adalah

pesan yang sangat berharga untuk memantapkan jiwa dalam jalan

lurus dan lebar, tanpa penyimpangan menuju pelampauan batas atau

pengabaian.18

Dapat disimpulkan bahwa, ayat-ayat tentang istiqâmah ini

memerintahkan untuk bersikap teguh pendirian terhadap jalan-jalan

yang telah ditetapkan Allah Swt, serta tidak mengurangi atau

mengabaikan, dan melampaui batas terhadap ajaran-ajaran tersebut.

Hal tersebut mengakibatkan tidak lagi sesuai dengan perintah-Nya.

Dengan kata lain, makna subtantif dari istiqâmah itu adalah sesuatu

yang tidak menyimpang atau berlainan dari prinsip-prinsip yang

ditetapkan Allah Swt, pelampauan batas hanya sebagai salah satu

simbol dari bentuk penyimpangan.

Sikap istiqâmahini lahir dari kekuatan jiwa, sebab tanpa

keteguhan hati tidakkan dapat melahirkan sikap istiqâmah tersebut.

Menurut Thabâthabâ’i keteguhan hati (rabth ‘ala qulūb) merupakan

18Ibid

Page 12: KECERDASAN EMOSIONAL MENURUT PERSPEKTIF AL-QURAN

106 | Jurnal Syahadah

Vol. V, No. 1, April 2016

kinayah bagi pemutusan rasa cemas dan kegoncangan jiwa dari

dalam hati, juga kinayah bagi tasyji’ (pemberian rasa berani) dan

tsabâtul qulūb atau pengokohan hati.19 Firman Allah SWT dalam

surat al-Anfal sebagai berikut:

يكم إذ شذ اسح يغح لعح نح ٱ مذ لحيكم ل عح ذ ينح نه وح مذ ة نح محح

اء أ مح اء ٱلس مح كم به رح هذ طح نكم رجزح ۦلذ يذهبح عح ن وح طح ي ٱلش ح بطح علح ليرح وح

تح به يثحبذ امح قلوبكم وح قدحح ١١ ٱل

Artinya: (Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu

mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan

Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk

mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari

kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan

hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu). (Q.S.

al-Anfal: 11)

Keteguhan hati pada ayat di atas dapat tercermin dalam kisah

Nabi Ibrahim ketika diuji oleh Allah Swt ketika untuk menyembelih

anaknya Ismail as. Karena kecintaan kepada Allah sudah berkurang

dengan lahirnya Ismail as, maka Alah mencoba kesetiaan Ibrahim

as. terhadap Allah swt. Ujian itupun juga berhasil dilaluinya. Jadilah

Ibrahim as. itu seorang yang hanif, seorang yang lurus dalam

mencintai Allah swt. Hingga hari kiamat, nama Nabi Ibrahim as

selalu disebut di dalam shalat. Jadilah Ibrahim as itu mendapat

julukan Khalilullăh, teman Allah.20

19ath-Thabathaba’i,op cit., h. 56 20Ibid

Page 13: KECERDASAN EMOSIONAL MENURUT PERSPEKTIF AL-QURAN

Kecerdesan Emosional Menurut Persepektif al-Qur’an | 107

Dewi Murni

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keistiqamahan

Nabi Ibrahim mencintai Allah tidaklah berkurang sama sekali,

meskipun ia harus mengorbankan putra kesayangannya, yang

dahulu sangat ia nanti-nanti kelahiran. Namun untuk mewujudkan

bukti keistiqamahannya kepada Allah ia ikhlas menjalankannya.

2. Implementasi Sikap Kerendahan Hati (Tawadhu’)

Tawadhu’ adalah sikap rendah hati yang dimiliki orang yang

dapat mengendalikan nafsunya tatkala mendapat nikmat yang lebih

dari orang lain. Sikap ini akan membuahkan prilaku baik, baik

kepada Allah maupun kepada sesama makhluk-Nya. Tawadhu’

adalah sikap tenang, sederhana, sungguh-sungguh dan menjauhi

sikap takabbur, beringas, maupun membangkang.21

Fudail bin ‘Iyad pernah ditanya maksud dari tawadhu’. Ia

menjawab, tunduk dan taat melaksanakan yang hak (benar), serta

mau menerima kebenaran itu dari siapa pun yang mengatakannya.22

Pendapat lain mengatakan, “Tawadhu’ adalah merendahkan sayap

dan melembutkan sisinya.23

Lawan dari sikap tawadhu’ adalah takabbur (sombong), sifat

yang sangat dibenci Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah Saw

mendefenisikan sombong dengan sabdanya,

بطر الكبرقا ل عن عبدالله بن مسعود عن النبي صلى الله عليه و سلم .الحق وغمط الناس

21Azyumardi Azra,op cit., h. 1301 22Muhammad Musa asy-Syarif, Ibadah Qalbu, Pengaruhnya dalam

Kehidupan Kaum Mukmin, (Jakarta: Media Eka Sarana, 2005), h. 184 23Ibid

Page 14: KECERDASAN EMOSIONAL MENURUT PERSPEKTIF AL-QURAN

108 | Jurnal Syahadah

Vol. V, No. 1, April 2016

Artinya: Kesombongan adalah menolak kebenaran dan

melecehkan orang”. (HR. Muslim)24

Jadi, tawadhu’ merupakan salah satu bagian dari akhlak

mulia, sudah selayaknya sebagai umat muslim untuk bersikap

tawadhu’, karena tawadhu’ merupakan salah satu akhlak terpuji

yang wajib dimiliki oleh setiap umat Islam. Sabda Nabi Saw berikut

ini:

ما » قال -صلى الله عليه وسلم-عن رسول الله عن أبى هري رة ن قصت صدقة من مال وما زاد الله عبدا بعفو إلا عزا وما ت واضع أحد

«لله إلا رف عه الله Artinya: Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw

bersabda, “Sedekah tidak mengurangi harta. Alalh tidak

akan menambah sesuatu karena sikap pemaaf hamba kecuali

kemulian, dan tidaklah sesorang bersikap tawadhu’

melainkan Allah akan mengangkat derajatnya. (HR.

Muslim)25

لحديث بمثل عن عياض بن حمار قال: إن الله أمرني وساق في احديث هشام عن قتادة وزاد فيه وإن الله أوحى إلى أن تواضعوا حتى

لا يفخر أحد على أحد ولا يبغي أحد على أحدArtinya: Hadis dari Iyadh bin Himar bahwa Rasul bersabda,

“Sesungguhnya Allah Swt mewahyukan kepadaku agar

kalian bersikap tawadhu’, mewahyukan kepadaku agar

kalian bersikap tawadhu’ sehingga seseorang tidak

24Muslim bin Hujjaj Abu Husin al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim,

(Beirut: Daar Ihya at-Turats al-‘Arabi, t.th), h. 93 25Abu Husin Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi an-Naisaburi,

Shahih Muslim, Kitab al-Jannah wa na’imiha wa ahliha,Bab Sifah ahlil Jannah wa

annar fi ad-dunya, (Beirut: Daar al-jail, t.th), h. 21

Page 15: KECERDASAN EMOSIONAL MENURUT PERSPEKTIF AL-QURAN

Kecerdesan Emosional Menurut Persepektif al-Qur’an | 109

Dewi Murni

menyombongkan diri kepada yang lain dan seseorang tidak

menzalimi yang lain. (HR. Muslim)26

Demikianlah Rasulullah Saw mengingatkan untuk bersikap

tawadhu’, sebab tersebarnya persatuan dan persamaan derajat,

keadilan dan kebaikan di tengah-tengah manusia sebagaimana sifat

sombong akan melahirkan keangkuhan yang mengakibatkan

memperlakukan orang lain dengan kesombongan.

Tanda orang yang tawadhu’ adalah disaat seseorang semakin

bertambah ilmunya maka semakin bertambah pula sikap tawadhu’

dan kasih sayangnya.Dan semakin bertambah amalnya maka

semakin meningkat pula rasa takut dan waspadanya.Setiap kali

bertambah usianya maka semakin berkuranglah ketamakan

nafsunya.Bertambah hartanya maka bertambahlah kedermawanan

dan kemauannya untuk membantu sesama, Bertambah tinggi

kedudukan dan posisinya maka semakin dekat pula dia dengan

manusia dan berusaha untuk menunaikan berbagai kebutuhan

mereka serta bersikap rendah hati kepada mereka.27

Seorang mukmin hendaknya menjauhi sikap sombong dan

sebab-sebab yang dapat mendorong prilaku tersebut, antara lain;

ilmu, amal ketaatan, keturunan, keindahan, kekuatan, harta dan

pendukung yang banyak.28Sebenarnya substansi sifat tersebut

terpuji, tetapi bisa saja menyebabkan sikap sombong. Orang saleh

26Ibid. 27Sa’id Hawa, Mensucikan Jiwa, (Jakarta: Robbani Press, 1998), h. 228 28Ibid, h. 233

Page 16: KECERDASAN EMOSIONAL MENURUT PERSPEKTIF AL-QURAN

110 | Jurnal Syahadah

Vol. V, No. 1, April 2016

hendaknya tidak termakan oleh sifat takabbur yang dapat timbul

dari ketujuh perkara di atas.

3. Implementasi Sikap Berusaha dan Berserah Diri

(Tawakkal)

Secara etimologi bahasa, tawakkal berarti menyerahkan

suatu urusan. Misalnya, menyerahkan suatu urusan kepada Fulan,

artinya ia mengandalkan urusannya kepada Fulan. Atau si Fulan

menyerahkan urusannya kepada yang lain, jika ia percaya akan

kemampuan orang itu, atau karena ia tidak mampu melakukannya

sendiri.29

Menurut pengertian syariat, orang yang bertawakal kepada

Allah berarti ia telah mengerti benar bahwa Allahlah yang

menjamin rezeki dan urusannya, sehingga dia hanya bergantung

kepada-Nya semata, tanpa melibatkan pihak lain.

Oleh karenanya, hakikat tawakal adalah ketulusan dalam

menggantungkan hatinya kepada Allah dalam menggapai

kepentingannya dan menghalau marabahaya, baik dalam urusan

dunia maupun akhirat. Segala sesuatunya diserahkan kepada-Nya,

sebagai realisasi keimanan bahwa hanya Dia semata sang pemberi

dan hanya Dia yang menolak, menghindarkan marabahaya dan

yang mendatangkan manfaat, bukan yang lain.

Di antara ayat-ayat Al-Quran yang menyerukan manusia agar

bersikap tawakal dengan baik dan sempurna antara lain,

29Muhammad Musa asy-Syarif, Ibadah Qalbu- Pengaruhnya dalam

Kehidupan Kaum Mukmin, (Jakarta: Media Eka Sarana, 2005), h. 131

Page 17: KECERDASAN EMOSIONAL MENURUT PERSPEKTIF AL-QURAN

Kecerdesan Emosional Menurut Persepektif al-Qur’an | 111

Dewi Murni

كح لح حبنحا وإ نح

كح أ نحا وإلح ك حوح ت لحيكح ا عح نح ب صير ر ٤ ٱلمحArtinya: Ya Tuhan Kami hanya kepada Engkaulah Kami

bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah Kami bertaubat

dan hanya kepada Engkaulah kami kembali. ( Q.S. Al-

Mumtahanah: 4)

Sikap tawakal ini dicontohkan oleh Nabi Ibrahim as. yaitu

ketika dilempar ke dalam kobaran api, beliau mengucapkan

“Hasbunallăh wanikmal wakȋl” Allah menjadikan api yang panas

menjadi dingin sehingga Nabi Ibrahim selamat dari kobaran api

yang membara. Demikian juga ketika Nabi Muhammad Saw dan

para sahabatnya mendapatkan ancaman juga mengucapkan

“Hasbunallăh wanikmal wakȋl” yang membuatnya selamat dari

marabahaya.

Ketika Ibrahim as diuji, seberapa besar cintanya kepada

Allah Swt ataukah lebih rela dibakar hidup-hidup oleh Raja

Namrud. Seperti diketahui bahwa Raja Namrud setelah kalah

berdebat dengan Ibrahim, malunya demikian besar. Dalam debat

itu, Ibrahim mengatakan Tuhanku adalah Yang menghidupkan dan

Yang Mematikan. Aku juga bisa menghidupkan dan mematikan,

kata Namrud dengan sombong. Maka Ibrahim menjawab lagi,

Tuhanku dapat menerbitkan matahari dari Timur, kalau memang

kamu tuhan, silahkan terbitkan matahari dari barat? Namrud tak

dapat menjawab. Sehingga kebenciannya terhadap Ibrahim as.

bertambah besar.

Rasulullah saw menjelaskan balasan terhadap orang yang

tawakal pada Allah SWT dalam salah satu sabdanya

Page 18: KECERDASAN EMOSIONAL MENURUT PERSPEKTIF AL-QURAN

112 | Jurnal Syahadah

Vol. V, No. 1, April 2016

» -صلى الله عليه وسلم-عن عمر بن الخطاب قال قال رسول الله له ل لون على الله حق ت وك ر ت غدو لو أنكم كنتم ت وك تم كما ت رزق الطي رزق

قال أبو عيسى هذا حديث حسن صحيح «. خماصا وت روح بطانا

Artinya: Seandainya kalian bertawakal pada Allah dengan

tawakal yang sebenarnya, maka sungguh Dia akan

melimpahkan rezki kepada kalian, sebagaimana Dia

melimpahkan rezki kepada burung yang pergi (mencari

makan) di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore

harinya dalam keadaan kenyang”. (HR. Tirmidzi)30

Tawakal yang sebenarnya kepada Allah SWT akan

menumbuhkan dalam hati seorang mukmin perasaan ridha kepada

segala ketentuan dan takdir Allah, yang ini merupakan ciri utama

orang yang telah merasakan kemanisan dan kesempurnaan iman.

4. Implementasi Sikap Ketulusan ( ikhlas)

Ikhlas adalah bentuk ibadah qalbu yang paling agung dan

sensitif. Banyak sekali ayat-ayat Al-Quran maupun hadis yang

menguraikan keutamaannya dan memperingatkan akan sikap

melalaikannya.

Pengertian ikhlas secara kebahasaan berasal dari kata

khalasha - yakhlushu-khulushan, mengacu pada pengertian terikat

dan terbelenggu, lalu terbebas dan selamat darinya. al-mukhlish

adalah orang yang hanya mengesakan Allah dengan setulus-

tulusnya. Kata al-mukhlash, mengandung pengertian orang yang

tulus kepada Allah, yaitu orang pilihan yang terbebas dari kotoran.

30Muhammad bin ‘Isa bin Saurah bin Musa bin adh-Dhahak at-Tirmidzi,

Sunan at-Tirmidzi,Kitab az-Zuhud, Bab Fiat Tawakul ‘ala Allah, (Mishriyah: al-

Jami’ah al-Maknaz al-Islamiy, t.th), h. 149

Page 19: KECERDASAN EMOSIONAL MENURUT PERSPEKTIF AL-QURAN

Kecerdesan Emosional Menurut Persepektif al-Qur’an | 113

Dewi Murni

Ikhlas terdiri dari tingkatan dan derajat yang berbeda satu

dengan lainnya. Antara lain, batin seseorang lebih besar dan agung

dari yang tampak secara lahir. Sifat ikhlas akan tercapai jika

keseimbangan antara lahir dan batin, namun demikian, derajat

tertinggi dari sifat ikhlas adalah jika yang tampak lebih baik dan

agung dari yang tampak.

Di dalam Al-Quran banyak disebutkan ayat-ayat tentang

ikhlas, antara lain:

ا مح لحعبدوا وح مروا إل

ح أ ٱلل لصينح لح ينح م يقيموا ٱلذ اءح وح حنحفحةح لحو توا ٱلص يؤ ةح وح و كح ين ٱلز لكح د ذح ة وح مح يذ ٥ ٱلقح

Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya

menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya

dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka

mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang

demikian Itulah agama yang lurus.” (Q.S. al-Bayyinah: 5)

Ayat di atas menjelaskan tentang sikap Ahl al-Kitab dan

kaum musyrikin yang enggan percaya serta berselisih satu sama

lain, yakni beribadah dan tunduk kepada Allah Swt dengan

memurnikan secara bulat untuk-Nya semata-mata, serta ketaatan

sehingga tidak mempersekutukan-Nya dengan suatu apapun, dan

juga mereka diperintahkan supaya melaksanakan shalat dan

menunaikan zakat secara sempurna sesuai dengan ketentuan yang

ditetapkan, bukan seperti yang selama ini mereka lakukan.31

Kata mukhlishin terambil dari kata خلص yang berarti murni

setelah sebelumnya diliputi atau disentuh kekeruhan. Dari sini

31Qurasih Shihab, op cit., vol.15, h. 445

Page 20: KECERDASAN EMOSIONAL MENURUT PERSPEKTIF AL-QURAN

114 | Jurnal Syahadah

Vol. V, No. 1, April 2016

ikhlas adalah upaya memurnikan dan menyucikan hati sehingga

benar-benar hanya terarah kepada Allah semata, sedang sebelum

keberhasilan usaha itu, hati masih diliputi atau dihinggapi oleh

sesuatu selain Allah SWT, misalnya pamrih dan semacamnya.32

Dengan demikian, sikap ikhlas ini dapat dipahami dengan

sifat ikhlas yang dimilki oleh Nabi Yusuf as yang tidak

menghendaki dari amalnya tersebut, kecuali wajah Allah dan

keridhaan-Nya. Tidak terpengaruh dengan apa-apa yang berada

dibalik keridhaan dan pujian manusia, selalu berbuat kebajikan,

menolong orang lain dan memberi makan karena mengharap wajah

Allah serta hanya mencari keridhaan Allah SWT.

C. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap kecerdasan

emosional menurut Al-Quran dapat disimpulkan bahwaAl-Quran

menjelaskan kecerdasan yang diberikan oleh Allah SWT kepada

manusia dengan sangat rinci, di antaranya kecerdasan emosional.

Penafsiran Al-Quran tentang kecerdasan emosional yaitu hati yang

teguh dan kuat, hati yang tawadhu’, hati yang bertawakal, dan hati yang

tulus.

Mengemplementasian sikap istiqamah yaitu dengan cara teguh

pendirian terhadap jalan-jalan yang telah ditetapkan Allah SWT, serta

tidak mengurangi atau mengabaikan, dan melampaui batas terhadap

ajaran-ajaran tersebut. Bersikap tawadhu’ dapat dilakukan dengan

32Ibid, h. 446

Page 21: KECERDASAN EMOSIONAL MENURUT PERSPEKTIF AL-QURAN

Kecerdesan Emosional Menurut Persepektif al-Qur’an | 115

Dewi Murni

tunduk dan taat melaksanakan yang hak (benar), serta mau menerima

kebenaran itu dari siapa pun yang mengatakannya hingga terhindar dari

sikap menyombongkan diri. Bersikap tawakal yaitu timbulnya

ketulusan di dalam hati kepada Allah untuk menggapai kepentingannya

dan menghalau marabahaya, baik dalam urusan dunia maupun akhirat.

Segala sesuatunya diserahkan kepada-Nya, setelah ia berusaha dengan

sebaik-baiknya.

Bersikap ikhlas yaitu tidak menghendaki dari amalnya tersebut,

kecuali wajah Allah dan keridhaan-Nya serta tidak terpengaruh dengan

apa-apa yang berada dibalik keridhaan dan pujian manusia, selalu

berbuat kebajikan dan menolong orang lain hanya mencari keridhaan

Allah SWT semata. Juga berupaya memurnikan dan menyucikan hati

sehingga benar-benar hanya terarah kepada Allah semata.

Page 22: KECERDASAN EMOSIONAL MENURUT PERSPEKTIF AL-QURAN

116 | Jurnal Syahadah

Vol. V, No. 1, April 2016

DAFTAR PUSTAKA

Abu Fadl, Mahmud al-Lusi,Ruhul Ma’ani Fi Tafsir Quran wa as-Sab’i

al-l Matsani, Beirut: Dar Ihya at-Turats al-‘Arabiy, t.th.

Adz-Dzakiey, Hamdani Bakran,Prophetic Intelligence – Kecerdasan

Kenabian, Yogyakarta : Islamika, 2004.

Agustian,Ary Ginanjar,Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi

dan Spiritual- ESQ, Jakarta: Penerbit Arga, 2001.

Baghawi, Abu Muhammad al-Husin bin Mas’ud al-.,Ma’alim al-Tanzȋl,

Juz 1, t.th.

Khatib,.M. Ajaj,Ushul al-Hadis,Beirut: Dar al-Fikri, 1975.

Naisaburi, Muslim bin Hujjaj Abu Husin al-Qusyairi al-, Shahih

Muslim, (Beirut: Daar Ihya at-Turats al-‘Arabi, t.th.

Syarif, Muhammad Musa asy-,Ibadah Qalbu, Pengaruhnya dalam

Kehidupan Kaum Mukmin, Jakarta: Media Eka Sarana, 2005.

Thabathaba’i, Husein ath-,al-Mizan Fi Tafsir Al-Quran,(Beirut:

Muassasat al-‘Alamiy li al-Mathbu’at, 1991.

Tirmidzi, Muhammad bin ‘Isa at,. Sunan at-Tirmidzi,Kitab az-Zuhud,

Bab Fit Tawakul ‘ala Allah, (Mishriyah: al-Jami’ah al-Maknaz

al-Islamiy, t.th.

Azra, Azyumardi, Ensiklopedi Tasawuf, Bandung: Angkasa Group,

2008.

Charisma,M. Chadziq,Tiga Aspek Kemukjizatan Al-Quran, Surabaya:

Bina Ilmu, 1991.

Dahlan, Ahmad,Asbābun Nuzūl: Latar Belakang Historis Turunnya

Ayat-ayat Al-Quran, Bandung: Diponegoro, 2000.

Efendi, Agus, Revolusi Kecerdasan Abad 21, Bandung, Alfabeta, 2005.

Page 23: KECERDASAN EMOSIONAL MENURUT PERSPEKTIF AL-QURAN

Kecerdesan Emosional Menurut Persepektif al-Qur’an | 117

Dewi Murni

Shihab, Quraish, Mukjizat Al-Quran, Bandung: Mizan, 2010.

---------.Tafsir al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Tim Penyusun Kamus,Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru,

(Jakarta: Balai PusJulia Jasmine, Panduan Praktis Mengajar

Berbasis Multiple Intlligences, Bandung: Nuansa, 2007.

Quthub, Sayyid, Fi Zhilal Al-Quran,tt,: Dar Syuruq, t.th.

Page 24: KECERDASAN EMOSIONAL MENURUT PERSPEKTIF AL-QURAN

118 | Jurnal Syahadah

Vol. V, No. 1, April 2016