Kecap Cindy Corazon 13.70.0028 e1 Unika Soegijapranata -Upload

download Kecap Cindy Corazon 13.70.0028 e1 Unika Soegijapranata -Upload

of 22

Transcript of Kecap Cindy Corazon 13.70.0028 e1 Unika Soegijapranata -Upload

  • 7/24/2019 Kecap Cindy Corazon 13.70.0028 e1 Unika Soegijapranata -Upload

    1/22

    Acara III

    KECAP IKAN

    LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

    TEKNOLOGI HASIL LAUT

    Disusun Oleh:

    Nama : Cindy Corazon

    NIM : 13.70.0028

    Kelompok : E1

    PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

    SEMARANG

    2015

  • 7/24/2019 Kecap Cindy Corazon 13.70.0028 e1 Unika Soegijapranata -Upload

    2/22

    1.

    MATERI DAN METODE

    1.1.

    Materi

    1.1.1. Alat

    Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pisau, kain saring, blender, toples,

    panci, kompor, kain saring, pengaduk, dan timbangan analitik.

    1.1.2. Bahan

    Bahan-bahan yang diperlukan untuk praktikum ini antara lain, tulang dan kepala ikan

    bawal, enzim papain komersial, garam, gula kelapa dan bawang putih.

    1.2. Metode

    Tulang dan kepala ikan bawal

    dihancurkan dan disiapkan 50

    gram.

    Dimasukkan ke dalam toples.

    Ditambahkan enzim papain dengan konsentrasi

    0,2%, 0,4%, 0,6%, 0,8% dan 1%.

    Toples ditutup rapat dan dilakban.

  • 7/24/2019 Kecap Cindy Corazon 13.70.0028 e1 Unika Soegijapranata -Upload

    3/22

    3

    Hasil fermentasi disaring

    Filtrat direbus 30 menit, setelah mendidih ditambah

    bumbu-bumbu yang sudah dihaluskan (50 gram

    bawang putih, 50 gram garam, 1 butir gula kelapa).

    Setelah direbus 30 menit dan agak

    dingin, dilakukan penyaringan kedua.

    Diinkubasi (fermentasi) pada

    suhu ruang selama 4 hari.

  • 7/24/2019 Kecap Cindy Corazon 13.70.0028 e1 Unika Soegijapranata -Upload

    4/22

    4

    Dilakukan pengamatan sensoris meliputi warna,

    rasa, penampakan dan aroma, serta pengamatan

    salinitas menggunakan refraktometer.

  • 7/24/2019 Kecap Cindy Corazon 13.70.0028 e1 Unika Soegijapranata -Upload

    5/22

    2.

    HASIL PENGAMATAN

    Hasil pengamatan kecap ikan dengan penambahan enzim papain dapat dilihat di Tabel

    1.

    Tabel 1. Kecap Ikan dengan Penambahan Enzim Papain

    Kel. Perlakuan Warna Rasa Aroma Penampakan Salinitas (%)

    E1 Enzim papain 0,2% +++ ++++ ++++ ++ 5,0

    E2 Enzim papain 0,4% ++++ +++++ +++ +++ 9,0

    E3 Enzim papain 0,6% +++ +++++ ++++ ++ 5,5

    E4 Enzim papain 0,8% ++++ ++++ +++ ++ 5,5

    E5 Enzim papain 1% +++ +++++ +++ ++ 6,0Keterangan:

    Warna : Aroma :

    + : tidak coklat gelap + : sangat tidak tajam++ : kurang coklat gelap ++ : kurang tajam

    +++ : agak coklat gelap +++ : agak tajam++++ : coklat gelap ++++ : tajam+++++ : sangat coklat gelap +++++ : sangat tajam

    Rasa : Penampakan :+ : sangat tidak asin + : sangat cair

    ++ : kurang asin ++ : cair+++ : agak asin +++ : agak kental

    ++++ : asin ++++ : kental+++++ : sangat asin +++++ : sangat kental

    Pada praktikum ini setiap kelompok memberi penambahan konsentrasi enzim papain

    yang berbeda-beda. Dalam segi warna sampel kelompok E1,E3 dan E5 berwarna agak

    coklat gelap sementara kelompok E2 dan E4 berwarna coklat gelap. Dalam segi rasa

    hasil kecap ikan kloter E cenderung sangat asin. Dalam segi aroma hasil kecap ikan

    cenderung agak tajam. Dan dalam segi penampakan hanya kelompok E2 saja yang cair,

    kelompok lainnya adalah sangat cair. Hasil salinitas terbesar adalah sampel kelompok

    E2 dengan penambahan papain 0,4% sebesar 9,0%. Sementara hasil kelompok E3 dan

    E5 sama sebesar 5,5%. Hasil kelompok E1 sebesar 5,0% dan kelompok E5 sebesar6,0%.

  • 7/24/2019 Kecap Cindy Corazon 13.70.0028 e1 Unika Soegijapranata -Upload

    6/22

    3.

    PEMBAHASAN

    Dalam praktikum ini dijelaskan tentang pembuatan kecap ikan dari limbah bagian tubuh

    ikan yang digunakan saat pembuatan surimi di hari yang sama. Ikan yang digunakan

    adalah ikan bawal sedangkan bagian tubuh yang digunakan adalah yang tergolong

    limbah seperti tulang, ekor, dan kepala serta sirip dari ikan. Proses pembuatan kecap

    ikan dari limbah yang dihasilkan selama proses pembuatan surimi merupakan upaya

    untuk mengolah limbah dari suatu bahan makanan menjadi sesuatu yang bisa lebih

    berguna daripada langsung dibuang sebagai limbah proses produksi. Kecap ikan adalah

    suatu produk hasil dari proses hidrolisa dari daging ikan. Dengan mengolah kembali

    limbah yang dihasilkan berarti dapat memperbaiki sifat dan karakteristik fisik dari

    limbah yang digunakan seperti rasa, aroma penampakan, dan masih banyak lagi. Umur

    simpan dari produk olahan ini diharapkan dapat meningkat dengan baik. Menurut

    Irawan (1995) mengatakan bahwa ketika kita mengonsumsi ikan, hanya 70% dari

    keseluruhan dari tubuh ikan yang dapat kita makan, 30% sisanya dibuang karena

    merupakan bagianbagian seperti sirip, ekor, kepala, dan isi perut, serta insang. Kecap

    sendiri dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu kecap ikan yang berasal dari daging

    ikan (hewani), dan kecap sendiri yang berasal dari kedelai (bahan nabati). Perbedaan

    dari kecap ikan dan kecap pada umumnya adalah pada segi warna. Pada kecap ikan,

    warna yang dikeluarkan adalah kuning sampai coklat muda sedangkan pada kecap

    warnanya adalah coklat kehitaman (Afrianto & Liviawaty, 1989). Biasanya kecap ikan

    diproduksi dengan mencampur garam dan ikan dengan rasio 1:2 atau 1:3 yang

    kemudian difermentasi pada suhu 30-40oC dalam waktu yang lama (Nadiah et al. 2014)

    Oleh karena itu, pengolahan limbah ikan menjadi kecap ikan dapat bertujuan untukmemanfaatkan bagian yang tidak termakan dari ikan, dimana bagian yang dapat

    termakan dari ikan yaitu hanya 70% sedangkan seperti bagian kepala, sirip dan ekor

    tidak termanfaatkan. Dengan pembuatan kecap ikan diharapkan dapat mengolah bahan

    bahan yang tidak termanfaatkan menjadi suatu produk yang lebih baik. Menurut

    Ibrahim (2010), menyebutkan bahwa dalam proses pembuatan kecap ikan diperlukan

    adanya proses fermentasi yang dilakukan selama beberapa hari dalam kondisi anaerob.

    Ketika membuat kecap ikan dapat menggunakan bahan bahan yang sudah tidak

  • 7/24/2019 Kecap Cindy Corazon 13.70.0028 e1 Unika Soegijapranata -Upload

    7/22

    7

    terpakai lagi dari ikan. Karakteristik fisik yang dimiliki oleh kecap ikan adalah memiliki

    warna yang coklat, dan diberi penambahan beberapa bahan tambahan untuk

    meningkatkan rasa dari kecap tersebut (Elmer et al., 2005).

    Di dalam kecap ikan kaya akan asam amino dan produk produk turunan dari protein.

    Biasanya, kecap ikan digunakan sebagai produk penambah rasa dari masakan

    khususnya masakan oriental dan memberikan aroma yang khas dari masakan tersebut

    (Kasmidjo, 1990). Kecap ikan sendiri ditemukan di Eropa, Asia Selatan, dan Asia

    Tenggara. Kecap ikan sering digunakan oleh orang orang Asia karena cenderung

    memiliki aroma yang kuat dan bisa mengurangi rasa yang asam. Kelemahan dari kecap

    ikan adalah aroma dari kecap ikan sendiri sebelum dimasukkan ke dalam makanan

    memiliki aroma yang kurang sedap dan tidak bisa digunakan untuk setiap jenis

    masakan. Kualitas bahan mentah mempengaruhi kualitas protein kecap ikan.

    Diungkapkan Babji et al (2010) dalam Nadiah et al., (2014) bahwa kualitas bahan

    mentah yang rendah tidak mengandung delapan asam amino esensial yang banyak

    ditemukan dalam bahan berkualitas tinggi. Dalam penelitian Giri, Nasu, & Ohshima

    (2012) diketahui bahwa ikan mackerel yang difermentasi dengan Aspergillus Oryzae

    memiliki potensi sebagai antioksidan yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk

    memproduksi pangan fungsional.

    Kualitas dari kecap ikan ditentukan berdasarkan waktu fermentasi dan jumlah garam

    yang digunakan (Fidler et al., 2004). Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa

    kecap ikan merupakan produk hasil hidrolisa dari daging ikan, dapat berjalan secara

    kimiawi, enzimatis, maupun dengan menggunakan garam (Astawan & Astawan, 1991).

    Astawan & Astawan (1991) juga menjelaskan bahwa kecap ikan tidak hanya dibuat daridaging ikan namun bisa dibuat dari udang dan daging. Namun, kecap ikan lebih encer

    dibandingkan dengan kecap manis yang berasal dari kedelai yang difermentasi.

    Penempatan kecap ikan harus ditempatkan pada wadah yang tidak terkena paparan

    cahaya matahari langsung. Kecap ikan merupakan bahan yang akan mengalami

    degradasi akibat paparan sinar matahari langsung. Menurut Murakami et al. (2004),

    beberapa senyawa dari dalam kecap asin seperti Na, Fe, dan EDTA merupakan senyawa

  • 7/24/2019 Kecap Cindy Corazon 13.70.0028 e1 Unika Soegijapranata -Upload

    8/22

    8

    yang akan mengalami degradasi akibat paparan sinar langsung. Oleh sebab itu, di

    pasaran kemasan kecap asin merupakan botol dengan warna yang gelap. Kandungan

    gizi dari kecap ikan adalah lemak tak jenuh dan protein dengan kadar 16 18%. Dari

    protein tersebut tersusun dari 10 asam amino esensial dan air. Hal ini didukung

    pernyataan dari Ibrahim (2010) yang menyatakan bahwa protein yang terdapat dalam

    kecap ikan tergolong lengkap dan mudah dicerna. Protein utama yang terdapat pada

    daging ikan merupakan protein fibriler yang berupa aktin dan myosin. Protein ini

    berasal dari kontraksi dan relaksasi otot. Protein yang terdapat dalam kecap ikan

    merupakan protein yang dapat dicerna dengan cepat terbukti sesuai dengan pernyataan

    dari Mozzaffarian et al. (2003) yang menyatakan bahwa protein yang terdapat dalam

    kecap ikan memiliki tingkat ketercernaan mencapai 98%. Selain komponen makro

    berupa lemak dan protein, di dalam kecap ikan juga terdapat komponen minor berupa

    senyawa volatile berupa urea dan trimetilamin, gula, vitamin, dan mineral (Shahidi &

    Botta, 1994). Menurut Mozaffarian et al. (2003) dengan konsumsi daging ikan secara

    rutin akan menurunkan resiko seseorang terserang penyakit hati (kerusakan hati).

    Dengan kandungan protein yang tinggi, maka akan menyebabkan kinerja hati akan

    dapat diatur menjadi lebih normal.

    Dalam praktikum yang sudah dilakukan, maka dapat diperhatikan, bahan bahan yang

    dipergunakan adalah bahan sisa dari ikan bawal yang sudah diolah menjadi surimi. Dari

    bahan bahan sisa akan menjadi bahan utama dari pembuatan kecap ikan yang

    dilakukan saat praktikum. Menurut Irawan (1995), bahan baku pengolahan kecap ikan

    merupakan bagian kepala ikan dan tulang - tulang dari ikan. Spesifikasi dari ikan yang

    digunakan untuk pembuatan kecap ikan adalah ikan yang memiliki ukuran yang kecil,

    Contoh dari ikan ikan tersebut adalah ikan nilam, ikan jempang, dan masih banyaklagi. Praktikum ini menggunakan ikan bawal. Dalam praktikum yang sudah dilakukan,

    pembuatan kecap ikan dilakukan dengan fermentasi dengan bantuan enzim (Astawan &

    Astawan, 1991). Dalam praktikum menggunakan enzim papain yang digunakan untuk

    melakukan fermentasi pada kecap ikan. Hal ini sesuai dengan teori dari Astawan &

    Astawan (1991) di atas yang menyebutkan bahwa kecap ikan dapat dibuat dengan

    bantuan enzim yaitu dengan proses fermentasi. Enzim papain dan bromelain adalah

    enzim yang paling baik digunakan dalam fermentasi ikan pada skala besar karena murah

  • 7/24/2019 Kecap Cindy Corazon 13.70.0028 e1 Unika Soegijapranata -Upload

    9/22

    9

    dan mudah diperoleh (Himonides et al. 2011). Menurut Murtini dan Qomarudin(2003)

    dilakukannya enzim papain yang ditambahkan tergolong dalam kelompok enzim atau

    protein protease sulfhidril. Mekanisme kerja enzim ini yaitu dengan memecah molekul

    protein pada bagian sarkolema atau serat-serat otot (muscle fiber) melalui reaksi

    hidrolisis rnenjadi peptida yang lebih kecil. Oleh karena itu, enzim papain juga dapat

    digolongkan sebagai enzim endopeptidase yang memecah protein dari dalam (Winarno,

    1995). Menurut Astawan & Astawan (1991) beberapa faktor yang sangat berpengaruh

    dalam proses pembuatan kecap adalah enzim papain yang ditambahkan, kesegaran

    bahan baku kecap ikan, waktu untuk melakukan proses fermentasi, dan kebersihan dari

    tempat melakukan proses produksi.

    Pembuatan kecap ikan secara komersil, terdapat dua jenis fermentasi yang digunakan

    yaitu fermentasi secara tradisional dengan menggunakan garam sedangkan proses

    fermentasi dengan menggunakan bantuan enzim disebut dengan proses fermentasi

    modern. Kekurangan dari proses fermentasi secara tradisional adalah waktu fermentasi

    yang sangat lama yaitu berlangsung selama 7 bulan. Selama 7 bulan tersebut dengan

    penambahan garam, hanya bakteri atau mikroorganisme yang memang digunakan untuk

    fermentasi kecap ikan yang dapat tumbuh di daging ikan.

    Sedangkan untuk pembuatan kecap ikan secara modern dengan menggunakan bantuan

    enzim, enzim yang sering digunakan dalam proses pembuatan kecap ikan adalah enzim

    bromelin dan enzim papain yang termasuk dalam jenis enzim protease. Enzim bromelin

    merupakan golongan enzim yang berasal dari golongan enzim protease. Enzim bromelin

    dapat ditemui pada nanas muda sedangkan enzim papain berasal dari daun pepaya.

    Enzim protease dalam proses pembuatan kecap ikan menurut Hariono et al.(2006),merupakan senyawa yang dapat membantu proses pembuatan kecap ikan karena akan

    memecah kandungan protein yang ada di dalam daging ikan menjadi senyawa

    senyawa lebih sederhana seperti asam amino, pepton, dan peptida. Ditunjang dari teori

    yang disampaikan oleh Lay (1994) yang menyatakan bahwa enzim protease dapat

    memecah protein menjadi komponen komponen yang lebih sederhana. Di dalam

    kecap ikan mengandung total nitrogen sebanyak 45% (Kasmidjo, 1990). Dari reaksi

    pemecahanpemecahan ini akan dihasilkan aroma yang khas yang hanya dimiliki oleh

  • 7/24/2019 Kecap Cindy Corazon 13.70.0028 e1 Unika Soegijapranata -Upload

    10/22

    10

    kecap ikan. Namun aroma yang dihasilkan dari kecap ikan, tidak semua orang bisa

    menerimannya. Sehingga, tidak semua masakan dapat diberi tambahan kecap ikan.

    Menurut Afrianto & Liviawaty (1989), perbandingan daging ikan (bahan baku kecap

    ikan) dengan ekstrak enzim protease yang ditambahkan memiliki perbandingan 1 : 5.

    Dalam praktikum pembuatan kecap ikan yang sudah dilakukan, fermentasi dilakukan

    dengan menggunakan bantuan enzim protease sehingga menggunakan metode

    pembuatan kecap ikan fermentasi. Dalam praktikum yang sudah dilakukan,

    menggunakan enzim protease jenis papain. Enzim papain yang biasanya digunakan

    untul proses pembuatan kecap ikan berasal dari bagian buah pepaya karena getah dari

    buah pepaya merupakan bagian yang mengandung enzim papain yang paling kuat

    (Muhidin, 1999). Hal ini juga didukung oleh pernyataan dari Lisdiana & Soemadi

    (1997) yang menyatakan bahwa di dalam buah pepaya mengandung banyak enzim

    papain yang berguna dalam pemecahan protein.

    Proses pembuatan kecap ikan diawali dengan pemisahan limbah dari ikan bawal dari

    daging yang akan digunkana dalam proses pembuatan surimi. Setelah dipisahkan dari

    dagingnya, limbah ikan bawal, tulang ikan akan dihaluskan. Setelah halus, gilingan

    daging dan tulang ikan akan ditimbang sebanyak 50 gram dan dimasukkan dalam suatu

    wadah untuk proses fermentasi. Tujuan dari proses penghalusan dari daging dan tulang

    ikan adalah untuk mempermudah proses fermentasi dan mempercepat jalannya

    fermentasi (Hariono et al., 2006). Setelah dimasukkan ke dalam wadah untuk

    fermentasi, sebelum ditutup dalam keadaan anaerob, daging dan tulang ikan giling akan

    ditambah dengan menggunakan enzim papain dengan kadar yang berbedabeda untuk

    setiap kelompok. Kadar dari enzim papain yang digunakan masing masing untuksetiap kelompok yaitu 0,2%, 0,4%, 0,6%, 0,8%, dan 1%. Dengan penggunaan enzim

    papain dalam praktikum ini, maka pembuatan kecap ikan ini tergolong pembuatan

    kecap ikan secara enzimatis. Disebutkan oleh Lay (1994) bahwa dengan menggunakan

    bantuan enzim seperti papain dan enzim protease lainnya dapat mengurangi waktu

    pembuatan kecap ikan. Dalam kondisi tertentu, enzim papain akan mempercepat proses

    pembuatan kecap ikan dengan memecah protein yang ada di dalam daging dan limbah

    ikan. Dalam proses hidrolisa yang dilakukan oleh enzim papain, akan memotong rantai

  • 7/24/2019 Kecap Cindy Corazon 13.70.0028 e1 Unika Soegijapranata -Upload

    11/22

    11

    panjang dari ikatan peptida yang terdapat dalam kecap ikan dan merubahnya menjadi

    asam amino yang mudah diserap oleh manusia.

    Ketika pembuatan kecap ikan dengan menggunakan bantuan enzim, seharusnya

    ditambahkan dengan garam, hal ini disebabkan untuk melindungi ikan giling dari

    cemaran mikrobiologis dan serangan beberapa hewan seperti lalat, belatung, dan masih

    banyak lagi. Mikroorganisme yang sering muncul dalam proses pembuatan kecap ikan

    adalah Saccharomyces, Torulopsis, dan Pediococcus dengan karakteristik yaitu dapat

    berkembang meskipun berada di lingkungan yang kandungan garamnya tinggi

    (Astawan & Astawan, 1991).

    Setelah ditambah dengan enzim papain sesuai dengan takaran setiap kelompok, limbah

    ikan tersebut difermentasi di wadah tertutup selama 3 hari dalam suhu ruang. Menurut

    teori dari Astawan & Astawan (1991), waktu inkubasi untuk perubahan dari limbah ikan

    menjadi kecap ikan akan menjadi lebih singkat ketika terdapat penambahan enzim

    protease seperti papain yang memecah protein yang terdapat dalam daging ikan. Namun

    pengertian dari waktu yang lebih singkat masih dijelaskan oleh Astawan & Astawan

    (1991) bahwa jika dibandingkan dengan waktu fermentasi yang tidak menggunakan

    bantuan enzim. Namun dijelaskan oleh Lisdiana & Soemadi (1997) bahwa kekurangan

    dari penggunaan dari kecap ikan yang difermentasi dengan menggunakan bantuan

    enzim adalah rasa dan aroma khas kecap ikan kurang baik dibandingkan dengan kecap

    ikan yang dibuat secara alami. Aroma dan cita rasa dari kecap ikan yang diproduksi dari

    proses produksi secara alami umumnya lebih disukai oleh masyarakat. Dengan proses

    pembuatan kecap ikan yang berlangsung dalam kemasan yang tertutup merupakan

    reaksi fermentasi anaerob. Proses yang anaerob dari proses pembuatan kecap ikanmenurut Lisdiana & Soemadi (1997), merupakan suatu langkah yang ditujukan untuk

    menjaga agar proses fermentasi dapat berjalan dengan cepat dan baik serta mencegah

    kontaminasi dari mikroorganisme yang tidak terlibat dalam proses pembuatan kecap

    ikan. Ditambahkan oleh Dincer et al. (2010), fermentasi merupakan salah satu cara yang

    digunakan untuk mengawetkan makanan, selain mengawertkan makanan fermentasi

    dapat menjadi salah satu cara meningkatkan rasa dari suatu produk dan meningkatkan

    kualitas nutrisi dari suatu produk.

  • 7/24/2019 Kecap Cindy Corazon 13.70.0028 e1 Unika Soegijapranata -Upload

    12/22

    12

    Setelah 3 hari, ikan yang sudah difermentasi akan dibuka dan dipindahkan dari wadah

    yang menjadi tempat fermentasi ke tempat lain untuk proses selanjutnya. Setelah

    dipindahkan, daging ikan fermentasi tadi akan ditambah dengan 250 ml air mineral dan

    disaring. Penyaringan dalam proses pembuatan kecap ikan dilakukan untuk agar cairan

    (filtrat) dan endapan yang dihasilkan (Fachruddin, 1997). Yang disebut dengan endapan

    adalah kepala, tulang, dan ekor ikan yang tadinya difermentasi. Selanjutnya filtrat yang

    sudah dipisahkan dari endapan akan direbus selama 30 menit sampai filtrat benar

    benar mendidih. Dengan mendidihnya filtrat dari kecap ikan maka filtrat akan menjadi

    lebih kental. Selama proses perebusan, filtrat akan ditambah dengan bawang putih dan

    gula jawa serta garam yang digunakan sebagai penambah rasa. Perebusan juga akan

    membantu dalam membantu melarutkan bumbu yang sudah ditambahkan ke dalam

    filtrat kecap asin karena bumbu yang ditambahkan berupa gula jawa dan garam yang

    merupakan komponen yang larut dalam suhu yang tinggi (Moeljanto, 1992). Khusus

    untuk penambahan bawang putih, berguna dalam proses pembuatan kecap ikan karena

    dapat menjadi bakterisida dan fungisida karena di dalam bawang putih terdapat zat yang

    bernama allicin yang merupakan zat antibakteria yang dapat mematikan

    mikroorganisme patogen yang muncul selama proses fermentasi (Roser, 1991).

    Beberapa jenis mikroorganisme yang dapat ditekan pertumbuhannya olehAliicin yaitu

    Proteus, Bacillus, Clostridium, Staphylococcus, dan Salmonella (Ranjan et al., 2012).

    Namun menurut Sanjindavong et al. (2009) menyebutkan bahwa Pediococcus

    halophilus merupakan mikroorganisme yang tergolong dalam mikroorganisme asam

    laktat yang dapat memberikan flavor khas pada kecap ikan. Dalam hasil penelitian

    Witono et al.( 2015) diketahui semakin banyak penambahan gula maka tingkat

    viskositas kecap juga meningkat karena gula dapat mengikat air ke dalam makanan.Untuk mendapatkan kecap ikan dengan bau yang tidak menyengat, dapat ditambahkan

    kacang koji selama proses fermentasi sehingga secara sensori aroma dan rasa kecap ikan

    lebih bisa diterima (Murakami et al. 2009)

    Setelah ditambah dengan bahanbahan tambahan dan direbus sampai mendidih, filtrat

    didiamkan sampai agak dingin dan disaring kembali dengan menggunakan kain saring.

    Penyaringan ini bertujuan untuk menghilangkan bawang putih cincang yang menjadi

  • 7/24/2019 Kecap Cindy Corazon 13.70.0028 e1 Unika Soegijapranata -Upload

    13/22

    13

    bahan tambahan selama proses perebusan. Setelah disaring, analisa dilanjutkan dengan

    menguji karakteristik kimiawi dan fisik dari kecap ikan dengan uji sensoris dan uji

    dengan alat yaitu hand refractometer. Pengamatan yang dilakukan secara sensoris

    meliputi pengamatan aroma, rasa, dan bau. Menurut Ritthiruangdej & Thongchai

    (2006), kualitas dari kecap ikan terutama dari karakteristik fisik dapat dideskripsikan

    dengan menggunakan metode sensoris. Kelebihan dari metode sensoris menurut Merritt

    et al. (1982) merupakan metode yang paling mudah dilakukan untuk mengukur

    karakteristik fisik dari suatu produk makanan. Selain itu, uji sensoris tidak

    membutuhkan fasilitas laboratorium. Namun kelemahan dari uji sensoris adalah sulitnya

    standarisasi dari hasil sensoris yang didapatkan karena bersifat subjektif.

    Pada praktikum ini setiap kelompok memberi penambahan konsentrasi enzim papain

    yang berbeda-beda. Dalam segi warna sampel kelompok E1,E3 dan E5 berwarna agak

    coklat gelap sementara kelompok E2 dan E4 berwarna coklat gelap. Dan dalam segi

    penampakan hanya kelompok E2 saja yang cair, kelompok lainnya adalah sangat cair.

    Munculnya warna coklat dari kecap ikan yang dihasilkan disebabkan karena terjadinya

    reaksiMaillard yang berasal dari reaksi antar gugus amino yang ada di dalam daging

    ikan dengan gula jawa yang mengandung gula reduksi. Namun dijelaskan oleh

    (Astawan & Astawan, 1991) bahwa warna coklat dari kecap ikan berasal dari

    penambahan enzim papain yang menjadi enzim yang membantu pembuatan kecap ikan.

    Jadi, semakin banyak enzim papain yang ditambahkan pada daging ikan giling maka

    akan menyebabkan warna kecap menjadi semakin coklat dan gelap. Hal ini berlangsung

    karena dengan semakin banyaknya enzim papain yang digunakan, maka kecepatan

    reaksi pembentukan kecap ikan akan berlangsung lebih cepat dan warna yang dihasilkan

    akan menjadi semakin baik mendekati warna kecap pada umumnya yaitu coklat mudaatau kecoklatan. Hasil dari praktikum yang dilakukan oleh kloter E sedikit tidak sesuai

    dengan teori dari Astawan & Astawan (1991) karena tidak terdapat perbedaan warna

    dari kecap ikan yang dihasilkan oleh kelompok E1, E2, E3, E4, dan E5 yang memiliki

    kadar papain yang berbeda beda. Namun, sebenarnya seharusnya terdapat perbedaan

    yang jelas apabila diuji dengan menggunakan chromameter atau alat lain yang dapat

    mengukur perbedaan warna dengan menyatakannya dalam bentuk angka, selain itu

    terdapat beberapa kesalahan yang mungkin dilakukan adalah penambahan gula jawa

  • 7/24/2019 Kecap Cindy Corazon 13.70.0028 e1 Unika Soegijapranata -Upload

    14/22

    14

    yang tidak sesuai takaran, penggunaan suhu yang kurang dari atau lebih dari ketentuan,

    penambahan enzim dari papain yang tidak sesuai ketentuan dan adanya udara yang

    masuk dalam wadah ketika fermentasi sehingga fermentasi tidak berjalan dengan

    sempurna.

    Dalam segi rasa hasil kecap ikan kloter E cenderung sangat asin. Rasa asin yang timbul

    dari kecap ikan menurut Astawan & Astawan (1991), merupakan reaksi yang timbul

    akibat adanya reaksi pemecahan dari protein menjadi komponen yang lebih sederhana

    seperti pepton, asam amino, dan senyawa peptida lainnya. Seharusnya enzim papain

    yang ditambahkan paling banyak akan menghasilkan rasa asin yang paling banyak

    karena dengan penambahan enzim papain yang paling banyak akan mempercepat reaksi

    yang berlangsung. Jika rasa asin merupakan hasil dari pemecahan protein yang terdapat

    pada daging ikan, maka dengan banyaknya enzim yang memecah rasa asin akan

    semakin terasa. Namun yang terjadi adalah kelompok dengan enzim papain yang paling

    banyak memiliki rasa asin yang paling sedikit. Beberapa hal yang mungkin bisa terjadi

    adalah pada saat penambahan garam, garam tidak larut dengan merata sehingga tidak

    tersaring pada saat penyaringan kedua, penambahan garam tidak sesuai dengan

    prosedur, adanya udara yang masuk saat fermentasi sehingga fermentasi terganggu.

    Dalam segi aroma hasil kecap ikan cenderung agak tajam. Dari perbedaan kadar antar

    kelompok yang ada di kloter E menunjukkan bahwa memberikan hasil yang tidak

    berbeda. Aroma yang muncul dari kecap ikan menurut Meritt et al. (1982) ditentukan

    oleh nitrogen yang terdapat dalam kecap ikan. Nitrogen ini merupakan bagian

    pembentuk dari asam amino seperti histidin, arginin, amonia, dan masih banyak lagi.

    Senyawa nitrogen ini meskipun menghasilkan aroma yang tidak enak namunmemberikan senyawa membentuk glutamat yang akan menyedapkan rasa.

    Hasil salinitas terbesar adalah sampel kelompok E2 dengan penambahan papain 0,4%

    sebesar 9,0%. Sementara hasil kelompok E3 dan E5 sama sebesar 5,5%. Hasil

    kelompok E1 sebesar 5,0% dan kelompok E5 sebesar 6,0%. Perbandingan penambahan

    kadar enzim papain akan berbanding terbalik dengan nilai salinitas yang dihasilkan

    (Kilinc et al., 2005). Uji salinitas diuji dengan menggunakan brix refractometer. Flavor

  • 7/24/2019 Kecap Cindy Corazon 13.70.0028 e1 Unika Soegijapranata -Upload

    15/22

    15

    kecap ikan meningkat, nilai pada brix refractometer yang ditunjukkan akan juga

    meningkat. Menurut Hariono et al. (2006), bahwa nilai salinitas diukur untuk

    menentukan banyaknya padatan terlarut yang ada di dalam kecap ikan yang dihasilkan.

    Nilai selenitas juga menandakan tingkat hidrolisa dari protein yang berlangsung selama

    pembuatan kecap ikan. Nilai salinitas dari pembuatan kecap ikan sangat bergantung

    pada asam amino dan peptida yang dilepaskan.

  • 7/24/2019 Kecap Cindy Corazon 13.70.0028 e1 Unika Soegijapranata -Upload

    16/22

    4.

    KESIMPULAN

    Limbah dari pengolahan daging ikan dapat diolah menjadi produk yang memiliki

    nilai manfaat yang lebih baik

    Kecap ikan merupakan olahan dari produk limbah hasil dari pengolahan daging ikan

    Bagian ikan yang bisa dijadikan kecap ikan adalah tulang, siri, ekor, dan kepala dari

    daging ikan

    Ikan bawal mampu untuk dibuat menjadi kecap ikan

    Perbedaan kecap ikan dengan kecap pada umumnya adalah pada bahan baku yang

    digunakan serta warna dan kekentalan dari kecap ikan.

    Viskositas dari kecap ikan yang dihasilkan sangat encer.

    Pembuatan kecap ikan bisa dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakna

    garam dan menggunaka bantuan enzim bromelin.

    Waktu reaksi yang dibutuhkan ketika menggunakan fermentasi dengan enzim lebih

    cepat dibandingkan dengan waktu fermentasi yang dibutuhkan pada proses

    fermentasi alami

    Enzim yang dipakai dalam proses fermentasi kecap asin adalah enzim papain yang

    berasal dari buah pepaya

    Enzim papain dapat memecah protein yang terdapat pada daging ikan menjadi

    komponenkomponen yang lebih sederhana

    Kecap ikan memiliki warna yang kecoklatan

    Seiring dengan penambahan enzim papain warna coklat dari kecap ikan akan

    semakin jelas terlihat

    Kandungan senyawa nitrogen yang terdapat pada daging ikan akan menjadikan

    aroma dari kecap ikan menjadi tidak sedap

    Bahan harus dihaluksan untuk mempercepat proses terjadinya reaksi fermentasi

    Enzim lain yang digunakan dalam proses pembuatan kecap asin adalah enzim

    bromelin yang berasal dari buah nanas.

    Fermentasi dari pembuatan kecap asin harus berlangsung tanpa ada udara masuk

    (anaerob) untuk mencegah masuknya mikroorganisme patogen yang merusak kecap

    ikan

    Bumbu ditambahkan untuk menyedapkan rasa dari kecap ikan yang dibuat

  • 7/24/2019 Kecap Cindy Corazon 13.70.0028 e1 Unika Soegijapranata -Upload

    17/22

    17

    Warna coklat muncul akibat reaksi maillard gula jawa dengan asam amino yang

    dipecah dari protein daging ikan

    Bawang putih bisa menjadi zat antimikrobia yang mencegah terjadinya kontaminasi

    Faktor faktor yang menentukan keberhasilan pembuatan kecap ikan adalah

    banyaknya enzim protease yang ditambahkan, kualitas bahan baku, penambahan

    bumbu, waktu fermentasi, dan penambahan garam yang digunakan

    Semakin banyak enzim papain yang ditambahkan dalam limbah daging ikan maka

    akan semakin tinggi nilai dari derajat brix

    Nilai salinitas menggambarkan banyaknya padatan terlarut dalam kecap ikan

    Dengan semakin banyaknya enzim protease maka akan semakin meningkatkan

    rasa,aroma, dan warna dari kecap ikan yang dihasilkan

    Semarang, 5 November 2015 Asisten dosen

    Michelle Dharmawan

    Cindy Corazon

    13.70.0028

  • 7/24/2019 Kecap Cindy Corazon 13.70.0028 e1 Unika Soegijapranata -Upload

    18/22

    5.

    DAFTAR PUSTAKA

    Afrianto, E. & Liviawaty. (1989). Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius.

    Yogyakarta.

    Astawan, M.W. & M.Astawan. (1991). Teknologi Pengolahan Pangan Hewani Tepat

    Guna. CV Akademika Pressindo. Jakarta.

    Dincer, Tolga., Sukran Cakli., Berna Kilinc., & Sebnem Tolasa. (2010). Amino Acidsand Fatty Acid Composition Content of Fish Sauce. Journal of Animal and VeterinaryAdvances 9 (2): 311-315, 2010.

    Elmer-Rico E. Mojica, Alejandro Q. Nato Jr., Maria Edlyn T. Ambas, Chito P.Feliciano. Maria Leonora D.L. Francisco and Custer C. (2005).Deocaris Application ofIrradiation as Pretreatment Method in the Production of Fermented Fish Paste.

    Fachruddin, L. (1997). Membuat Aneka Dendeng. Kanisius. Yogyakarta.

    Fidler, M.C., A. Krzystek, T. Walczyk, And R.F. Hurrell. (2004). Photostability ofSodium Iron Ethylenediaminetetraacetic Acid (NaFeEDTA) in Stored Fish Sauce and

    Soy Sauce. Journal of Food Science.

    Giri, A., Nasu, M. & Ohshima, T., 2012. Bioactive properties of Japanese fermented

    fish paste , fish miso , using koji inoculated with Aspergillusoryzae. International

    Journal of Nutrition and Food Sciences, 1(1), pp.1322.

    Himonides, A.T., Taylor, A.K.D. & Morris, A.J., 2011. A Study of the EnzymaticHydrolysis of Fish Frames Using Model Systems.Food and Nutrition Sciences, 02(06),

    pp.575585. Available at:

    http://www.scirp.org/journal/PaperDownload.aspx?DOI=10.4236/fns.2011.26081.

    Hariono I, Yeap S E, Kok T N and Ang G T. (2006). Use Of Koji And Protease In Fish

    Sauce Fermentation. Singapore J Pri Ind 32: 19-29 2005/06.

    Ibrahim, Sayed Mekawy. (2010). Utilization of Gambusia (Affinis affinis) For Fish

    Sauce Production. Turkish Journal of Fisheries and Aquatic Sciences 10: 169-172(2010).

    Irawan, A. (1995). Pengolahan Hasil Perikanan Home Industri dan Usaha Perikanan danMengomersilkan Hasil Sampingnya. Penerbit Aneka. Solo.

  • 7/24/2019 Kecap Cindy Corazon 13.70.0028 e1 Unika Soegijapranata -Upload

    19/22

    19

    Kasmidjo, R.B. (1990). Tempe: Mikrobiologi dan Biokimia Pengolahan sertaPemanfaatannya. PAU UGM. Yogyakarta.

    Kilinc, Berna, Sukran Cakli, Sebnem Tolasa, dan Tolga Dincer. (2005). Chemical,

    microbiological and sensory changes associated with fish sauce processing.

    Lay, B. W. (1994). Analisa Mikroba dalam Laboratorium. PT Raja Grafindo Persada.Jakarta.

    Lisdiana & W. Soemardi. (1997). Budidaya Nanas: Pengantar dan Pemasaran.CV.Aneka. Solo.

    Moeljanto. (1992). Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Penebar Swadaya.

    Jakarta.

    Mozaffarian, D, et al. (2003). Cardiac Benefits of Fish Consumption May Depend on

    The Type of Fish Meal Consumed The Radiovascular Health Study. American HeartAssociation, Inc.

    Muhidin, D. (1999). Agroindustri Papain dan Pektin. Penebar Swadaya. Jakarta.

    Murakami, Miyuki; Masataka S., Masashi A., Yasuyuki T., and Kenichi

    Kawasaki.(2009). Evaluation of New Fish Sauces Prepared by Fermenting Hot-Water

    Extraction Waste of Stock from Dried Fish using Various kojis.Journal of Food,Agriculture & Environment Vol.7 (2) : 175-181

    Murtini, E.S. dan Qomarudin. (2003). Pengempukan Daging dengan Enzim Protease

    Tanaman Biduri (Calotropis Gigantea). Jurnal Teknol Industri Pmgan, Vol. XN, No. 3 p

    266-268.

    Nadiah, I. et al., 2014. Protein Quality of Fish Fermented Product: Budu and Rusip.Asia Pacific Journal of Sustainable Agriculture Food and Energy (APJSAFE), 2(2),pp.1722.

    Ranjan, Shivendu, Nandita Dasgupta, Proud Saha, Madhumita Rakshit dan C.

    Ramalingam. (2012). Comparative study of antibacterial activity of garlic and cinnamonat different temperature and its application on preservation of fish. Advances in Applied

    Science Research, 3 (1):495-501.

  • 7/24/2019 Kecap Cindy Corazon 13.70.0028 e1 Unika Soegijapranata -Upload

    20/22

    20

    Ritthiruangdej, Pitiporn and Thongchai Suwonsichon. (2006). Sensory Properties ofThai Fish Sauces and Their Categorization. Kasetsart J. (Nat. Sci.) 40 (Suppl.) : 181 -

    191 (2006).

    Roser, D. (1991). Bawang Putih Untuk Kesehatan. Bumi Aksara. Jakarta.

    Shahidi, F. & J.R. Botta. (1994). Seafoods: Chemistry, Processing, Technology &Quality. Chapman & Hall. USA.

    Winarno, F.G. (1995). Enzim Pangan. Gramedia. Jakarta.

    Witono, Y. et al., 2015. Production of Inferior Fish Hydrolyzate Sauce Under DifferentConcentration of Coconut Sugar and Caramel.International Journal of ChemTechResearch, 8(1), pp.3743.

  • 7/24/2019 Kecap Cindy Corazon 13.70.0028 e1 Unika Soegijapranata -Upload

    21/22

    6.

    LAMPIRAN

    a.

    PerhitunganRumus : Salinitas = x 100%

    Kelompok E1

    Salinitas = x 100% = 5%

    Kelompok E2

    Salinitas = x 100% = 9%

    Kelompok E3

    Salinitas = x 100% = 5,5%

    Kelompok E4

    Salinitas = x 100% = 5,5%

    Kelompok E5

    Salinitas = x 100% = 6%

    b.

    Laporan Sementara

    c.

    Diagram Alir

    d.

    Abstrak Jurnal

  • 7/24/2019 Kecap Cindy Corazon 13.70.0028 e1 Unika Soegijapranata -Upload

    22/22