KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP...

59
KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP DALAM PENINGKATAN POTENSI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PADA WILAYAH PESISIR KOTA MAKASSAR (STUDI KASUS KECAMATAN MARISO) THE NEED FOR LIFE SKILL EDUCATION IN THE POTENTIAL DEVELOPMENT OF WOMEN EMPOWERMENT AT COASTAL AREA IN MAKASSAR CITY (A CASE STUDY IN MARISO DISTRICT) ERNAWATI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2009

Transcript of KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP...

Page 1: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP DALAM PENINGKATAN POTENSI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

PADA WILAYAH PESISIR KOTA MAKASSAR (STUDI KASUS KECAMATAN MARISO)

THE NEED FOR LIFE SKILL EDUCATION IN THE POTENTIAL DEVELOPMENT OF WOMEN EMPOWERMENT AT COASTAL AREA

IN MAKASSAR CITY (A CASE STUDY IN MARISO DISTRICT)

ERNAWATI

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2009

Page 2: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP DALAM PENINGKATAN POTENSI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

PADA WILAYAH PESISIR KOTA MAKASSAR (STUDI KASUS KECAMATAN MARISO)

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi

Perencanaan dan Pengembangan Wilayah

Disusun dan diajukan oleh

ERNAWATI

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITES HASANUDDIN

MAKASSAR 2009

Page 3: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

TESIS

KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP DALAM PENINGKATAN POTENSI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

PADA WILAYAH PESISIR KOTA MAKASSAR (STUDI KASUS KECAMATAN MARISO)

Disusun dan diajukan oleh:

ERNAWATI

Nomor Pokiok P0203206535

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis

Pada tanggal 16 Januari 2009

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Menyetujui Komisi Penasihat,

_________________________ ______________________________ Prof . Dr. Ir Slamet Tri Sutomo Prof Dr. Oesman Lewangka, S.E. M.A

Ketua Anggota

Kettua Program Studi Direktur Program Pascasarjana Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Universitas Hasanuddin

___________________________ __________________________ Prof.Dr.Ir. Yulianto Sumalyo, DEA Prof. Dr. Ir. M. Nasir Nessa, M.S

Page 4: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allaw swt, karena

atas hidayah, kekuatan, dan rahmat-Nya sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi,

dengan judul “Kebutuhan Pendidikan Keterampilah Hidup dalam

Pngembangan Potensi Pemberdayaan Perempuan Wilayah Pesisir Kota

Makassar (Studi Kasus Kecamatan Mariso)”, didasari kehidupan masyarakat

pada wilayah pesisir khususnya peranan perempuan untuk berupaya

meningkatkan kesejahteraan menunjang ekonomi keluarga.

Penulis dalam meyelesaikan tesis ini banyak memperoleh bantuan dari

berbagai pihak dalam mengatasi kendala dan tantangan bisa diantisipasi

dengan baik. Pada kesempatan ini, disampaikan terima kasih kepada

Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A.

sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan

kesempatan membimbing, mengoreksi, dan mengarahkan dalam penyusunan

dan penyelesaian tesis ini. Terima kasih pula penulis sampaikan kepada

Prof. Ir. Bambang H., M.Sc.,Ph.D., Dr. Ir. Ria Wikantari, M.Arch. dan

Prof. Dr. Tahir Kaswani, S.U. sebagai anggota tim penguji yang telah banyak

memberikan masukan, saran, kritik, dan pendapat demi perbaikan tesis ini.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Kepala Pemerintahan

Kecamatan Mariso, Kota Makassar terkhusus Kepala Kelurahan Lette bersama

jajarannya, Kepala Kelurahan Panambungan bersama jajarannya, dan Kepala

iv

Page 5: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

Kelurahan Mariso bersama jajarannya yang dengan tulus memberikan

pelayanan untuk kepentingan penyelesaian tesis ini. Juga kepada kaum

perempuan di tiga kelurahan ini yang menjadi responden penelitian.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada rekan-rekan mahasiswa

S2 Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah konsetrasi

Perencanaan Pendidikan yang telah memberikan banyak inspirasi, ide,

pendapat, dan pemikiran selama proses perkuliahan sampai penulisan tesis ini.

Ucapan terima kasih khusus penulis sampaikan kepada ayahanda

H. Mappaewa (Almarhum), Ibunda Hj. Nudjumiah, kakak Nuraeni, S.E., adik

Ir. Muchlis, serta sahabat penulis Drs. H. Ahsan Ahmad, M.Pd. yang telah

banyak memberikan bantuan, motivasi, dan nasihat.

Terima kasih kepada semua pihak yang belum sempat disebutkan yang

telah memberikan bantuannya. Penulis bermohon kepada semua pihak yang

sempat membaca tesis ini dapat memberikan saran dan kritik yang sifatnya

membangun. Semoga tesis ini memberi manfaat dan akhirnya dengan penuh

kerendahan hati penulis bermohon kepada Allah agar senantiasa memberikan

petunjuk dan kebeningan hati. Amin.

Makassar, Januari 2009 Penulis

ERNAWATI

v

Page 6: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

ABSTRAK

ERNAWATI. Kebutuhan Pendidikan Keterampilan Hidup dalam Pengembangan Potensi Pemberdayaan Perempuan di Wilayah Pesisir Kota Makassar. Studi Kasus Kecamatan Mariso. (dibimbing oleh Slamet Tri Sutomo dan Oesman Lewangka)

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kebutuhan pendidikan keterampilan hidup bagi kaum perumpuan di wilayah pesisir Kota Makassar dalam peningkatan potensi untuk memberdayakan kaum perempuan.

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah pesisir Kota Makassar dengan

kasus Kecamatan Mariso pada tiga kelurahan, yaitu Kelurahan Lette, Panambungan, dan Mariso dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, yaitu mengkompilasi data, kemudian dianalisis dengan menggunakan statistic deskriptif. Variable yang digunakan adalah kebutuhan pendidikan keterampilan hidup kaum perempuan dan potensi yang dimiliki kaum perempuan di tiga wilayah ini.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebutuhan pendidikan

keterampilan hidup tinggi dengan jenis keterampilan hidup yang diinginkan masing-masing kelurahan yaitu: Kelurahan Lette adalah jasa laundry, kerajinan rotan, kerajinan kerupuk kerang, dan kerajinan kulit kerang, Kelurahan Panambungan adalah tata rias kecantikan dan kerajinan kulit kerang, dan Kelurahan Mariso adalah kerajinan anyaman rotan, tat arias kecantikan, dan tata boga. Potensi pemberdayaan perempuan dilihat dari lima indicator yaitu pengetahuan, keterampilan, pengembangan nilai-nilai sikap, social ekonomi, dan motivasi untuk maju menunjukkan nilai kurang baik kecuali indikator pengembangan nilai-nilai sikap dan motivasi untuk maju.

vi

Page 7: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

ABSTRACT

ERANAWATI. The Need for Life Skill Education in the Potential Development of Women Empowerment at Coastal Area in Makassar City: A Case Study In Mariso District (supervised by Slamet Tri Sutomo and Oesman Lewangka)

The aim of the study was to describe the need for life skill education for women at coastal area to increase their potential in women empowerment in Makassar city

The study was conducted at coastal area in Makassar city by involving three sub-districts: Panambungan, Lette, and Mariso of Mariso district. The study was qualitative and quantitative. The variables used were the needs for life skill education and potential owned by women in the three sub-districts

The results of the study indicate that the need for life skill education is highwith the types of skills needed are laundry, rattan handicranft,oyster chips handicraft, and oyster shells at Lette sub-district. Whereas at Panambungan sub-district the skill needed are make up and oyster shells handicraft, and at Mariso sub-district the skills needed are rattan handicraft, make up, and food management. The women empowerment potential viewed from five indicators namely, knowledge, skill, attitude, socioeconomic, and motivation showing that socioeconomic,knowledge, and development of values are good enough, and motivation belongs to good category.

Page 8: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA iv

ABSTRAK vi

ABSTRACT vii

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 6

C. Tujuan Penelitian 7

D. Manfaat Penelitian 7

E. Lingkup Penelitian 8

BAB II. TINJAUN PUSTAKA 9

A. Pendidikan 9

B. Pendidikan Keterampilan Hidup 13

C. Vocational Skill Sebagai Proses Pemberdayaan Perempuan 19

D. Ciri-ciri Masyarakat Pesisir 24

E. Potensi Pemberdayaan Perempuan 26

F. Permasalahan Umum Masyarakat Pesisir 40

G. Kerangka Pikir 44

viii

Page 9: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

BAB III. METOPDE PENELITIAN 47

A. Jenis Penelitian 47

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 47

C. Populasi dan Sampel 48

D. Jenis Data dan Pengumpulan Data 49

E. Ujicoba Instrumen 51

F. Analisis Data 53

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 59

A. Karakteristik Wilayah Penelitian 59

B. Karakteristik Responden dari Tiga Kelurahan 63

C. Gambaran Kebutuhan Pendidikan Keterampilan Hidup 68

D. Gambaran Potensi Pemberdayaan Perempuan 77

E. Perbandingan Kebutuhan Pendidikan Keterampilan Hidup 86 Kaum Perempuan pada Tiga Kelurahan

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 100

A. Kesimpulan 100

B. Saran 101

DAFTAR PUSTAKA 103

LAMPIRAN 106

ix

Page 10: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jumlah anggota populasi masing-masing kelurahan 48

2. Perhitungan ukuran sampel 49

3. Skala nilai dan kriteria kebutuhan pendidikan keterampilan 56 hidupkaum perempuan Kecamatan Mariso

4. Kategori berdasarkan persentase 58

5. Gambaran mata pencaharian pokok di tiga kelurahan 61

6. Tingkat pendidikan di tiga kelurahan 63

7. Karakteristik responden berdasarkan usia 64

8. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan 65

9. Karakteristik responden berdasarkan status atau pekerjaan 67

10. Respon kaum perempuan di Kelurahan Panambungan tentang 69 kebutuhan pendidikan keterampilan hidup

11. Kategori kebutuhan pendidikan keteampilan hidup berdasarkan 70 indikator di Kelurahan Panambungan

12. Respon kaum perempuan di Kelurahan Lette tentang 71 kebutuhan pendidikan keterampilan hidup

13. Kategori kebutuhan pendidikan keteampilan hidup berdasarkan 72 indikator di Kelurahan Lette

14. Respon kaum perempuan di Kelurahan Meriso tentang 73 kebutuhan pendidikan keterampilan hidup

15. Kategori kebutuhan pendidikan keteampilan hidup berdasarkan 75 indikator di Kelurahan Mariso

16. Respon kaum perempuan di Kelurahan Panambungan tentang 77 Potensi pemberdayaan perempuan

x

Page 11: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

17. Kategori potensi pemberdayaan perempuan berdasarkan 79 indikator di Kelurahan Panambung

18. Respon kaum perempuan di Kelurahan Lette tentang 80 potensi pemberdayaan perempuan

19. Kategori potensi pemberdayaan perempuan berdasarkan 81 indikator di Kelurahan Lette

20. Respon kaum perempuan di Kelurahan Mariso tentang 82 potensi pemberdayaan perempuan

21. Kategori potensi pemberdayaan perempuan berdasarkan 83 indikator di Kelurahan Mariso

22. Kebutuhan life skills di tiga kelurahan 97

xi

Page 12: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Skema Kerangka Pikir 46

2. Diagram perbandingan tiap indikator kebutuhan pendidikan 76 keterampilan hidup dari masing-masing kelurahan

3. Diagram perbandingan tiap indikator pemberdayaan perempuan 84 masing-masing kelurahan

xii

Page 13: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kisi-kisi dan instrument penelitian 107

2. Analisis ujicoba instrument 113

3. Data olahan kuesioner 117

4. Skor perolehan berdasarkan masing-masing indikator 134

5. Analisis deskriptif 136

6. Peta Lokasi Penelitian 151

7. Foto-foto dokumentasi penelitian 153

xii

Page 14: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengembangan wilayah berisikan penggunaan ruang wilayah dan

aktivitas pada ruang wilayah. Pengembangan ruang wilayah biasanya

berupa tata ruang wilayah, sedangkan pengembangan aktivitas merupakan

pengembangan wilayah, baik jangka panjang, jangka menengah, dan jangka

pendek. Pengembangan wilayah tidak terlepas dari apa yang sudah ada saat

ini di wilayah tersebut. Aktor (pelaku) pencipta kegiatan wilayah adalah

seluruh masyarakat yang ada di wilayah tersebut dan pihak luar yang ingin

melakukan kegiatan di wilayah tersebut.

Wilayah dikonotasikan dengan lokasi suatu kegiatan pembangunan

atau kegiatan-kegiatan ekonomi seperti industri atau pabrik, perusahaan, dan

fasiltas pelayanan, dengan demikian pemilihan atau penentuan lokasinya

akan berpengaruh terhadap kelangsungan kegiatan-kegiatan tersebut. Jika

penentuan lokasinya dilakukan secara tepat, maka diharapkan kegiatan

tersebut akan berlangsung secara produktif dan efisien, tetapi dapat pula

sebaliknya yaitu pemilihan lokasi yang salah akan mengakibatkan kegiatan

tersebut tidak produktif dan efisien. Oleh karena itu, pemilihan lokasi dari

setiap kegiatan usaha harus dipertimbangkan secara cermat dan tepat.

1

Page 15: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

2

Peningkatan pengembangan wilayah sangat ditentukan oleh kualitas

masyarakat, termasuk kaum perempuan yang mendiami wilayah itu. Salah

satu faktor yang menentukan kualitas masyarakat adalah seberapa baik

kualitas tingkat pendidikan mereka.

Masyarakat pesisir merupakan komunitas yang hidup, tumbuh dan

berkembang di kawasan pesisir. Di Indonesia, diperkirakan sekitar 60%

penduduknya berada di daerah pesisir. Hal ini terkait dengan kondisi

geografis Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dimana

wilayah lautnya meliputi 2/3 dari seluruh wilayah Indonesia dan garis pantai

80,791 km terpanjang kedua di dunia setelah Kanada (81.000 km)

Masyarakat pesisir dalam mempertahankan hidupnya memanfaatkan

potensi lingkungannya, baik yang ada di sekitar pantai maupun di perairan

(laut). Potensi di sekitar pantai meliputi budi daya ikan, rumput laut dan

teripang, hutan bakau serta potensi untuk kepentingan wisata. Potensi di

perairan (laut) meliputi penangkapan ikan, baik ikan besar maupun kecil,

sehingga dari segi mata pencaharian utama, masyarakat pesisir tidak dapat

dipisahkan dengan kehidupan sebagai nelayan yaitu suatu kelompok

masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik

dengan cara melakukan penangkapan atau budi daya. Mereka pada

umumnya tinggal di pinggir pantai sebuah lingkungan pemukiman yang dekat

dengan lokasi kegiatannya (Imron, 2003).

Page 16: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

3

Dari beberapa studi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dari

segi sosial ekonomi, kehidupan masyarakat pesisir dapat dikatakan masih

tertinggal dan belum sejahtera. Menurut Badulu (2008) bila dilihat dengan

banyaknya potensi yang terkandung di daerah sekitar pesisir, secara

normatif masyarakat yang berada daerah pesisir seharusnya hidup sejahtera

mengingat potensi yang ada dan bisa dikembangkan di sekitar pantai

tersebut. Namun pada kenyataannya bahwa sampai sekarang ini masyarakat

di daerah pesisir merupakan masyarakat yang tertinggal.

Kondisi masyarakat nelayan atau masyarakat pesisir di berbagai

kawasan secara umum ditandai oleh beberapa ciri seperti kemiskinan,

keterbelakangan sosial budaya dan rendahnya kualitas SDM (Kusnadi dkk.,

2007).

Ada beberapa hal yang menyebabkan masyarakat pesisir yang

berprofesi sebagai nelayan masih banyak yang miskin yaitu: (1) rendahnya

kualitas sumberdaya manusia, (2) keterbatasan daya jangkau pemasaran

hasil produksi sumberdaya laut yang dimiliki, (3) keterbatasan akses

kelompok nelayan dan optimalisasi pengelolaan terhadap sumber daya

lingkungan, finansial, teknologi dan informasi, dan (5) keterbatasan kualitas

kelembagaan yang dimiliki (Badulu, 2007).

Karena kemiskinan tidak pernah hilang dari masyarakat pesisir. Maka

beberapa permasalahan hidup juga masih melekat pada masyarakat pesisir

yaitu rendahnya kesejahteraan menyebabkan rendahnya kemampuan

Page 17: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

4

menyekolahkan anak yang selanjutnya menyebabkan SDM rendah. Dengan

rendahnya SDM tersebut di samping kemampuan mengoptimalkan potensi

laut menjadi rendah, juga berdampak terhadap kualitas hidupnya diantaranya

rendahnya kesadaran akan kesehatan sehingga mereka rentang terkena

penyakit.

Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Lubis, dkk. (2008) bahwa di

pesisir rendahnya kualitas sumberdaya manusia antara lain disebabkan

rendahnya tingkat pendidikan masyarakat karena banyak di antara

masyarakat pesisir tidak memiliki dana yang cukup untuk melanjutkan

pendidikan anak-anak mereka. Pendidikan yang rendah menggiring

masyarakat pesisir tidak mengerti arti sehat dan kalaupun mereka mengerti

mereka beranggapan sehat itu terlalu mahal dibandingkan pendapatan

mereka.

Untuk meningkatkan kualitas masyarakat, khususnya kaum

perempuan, maka diperlukan upaya meningkan kualitas SDM mereka. Salah

satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan

keterampilan hidup (life skills education) yang lebih khusus kepada

pendidikan keterampilan kejuruan (vocational-skills education). Melalui

keterampilan vokasional diharapkan para perempuan di wilayah pesisir

memiliki pengetahun, keterampilan, nilai-nilai sikap, tingkat ekonomi yang

cukup, dan motivasi untuk maju. Dengan memiliki hal tersebut, mereka dapat

berperan secara aktif dalam mengembangkan wilayahnya.

Page 18: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

5

Permasalahan hidup yang dihadapi masyarakat pesisir secara umum,

dialami juga oleh masyarakat pesisir yang berdiam di beberapa kecamatan di

Kota Makassar yang secara geografis merupakan daerah pantai yang datar

dengan kemiringan 0-50 ke arah barat, diapit dua muara sungai yakni sungai

Tallo yang bermuara di bagian utara kota dan sungai Jeneberang yang

bermuara di selatan kota. Luas wilayah kota Makassar seluruhnya berjumlah

kurang lebih 175,77 Km daratan dan termasuk 11 pulau di selat Makassar

ditambah luas wilayah perairan kurang lebih 100 km dan dengan garis pantai

sekitar 35,52 km.

Menurut hasil studi awal terhadap masyarakat pesisir di wilayah kota

Makassar bahwa dari segi kehidupan sosial ekonomi, masyarakat pesisir

tersebut masih menghadapi berbagai permasalahan yaitu masih rendahnya

tingkat kesejahteraan yang disebabkan karena rata-rata masyarakat pesisir

tersebut hanya menjadi nelayan penangkap ikan saja setelah itu langsung di

jual kepada juragan ikan. Dari segi pendidikan, masih banyak anak-anak usia

sekolah yang tidak dapat menikmati pendidikan, meskipun itu pendidikan

dasar setingkat SD dan SMP. Kalaupun ada yang sempat menikmati

pendidikan dasar, tetapi tidak dapat lagi melanjutkan pendidikan ke jenjang

pendidikan menengah selanjutnya. Ketidakmampuan untuk menikmati

pendidikan tersebut sehubungan dengan ketidakmampuan dari segi biaya

pendidikan yang mahal dan juga karena keterbatasan sarana prasarana

pendidikan di daerah pesisir kota Makassar tersebut.

Page 19: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

6

Berdasar pada kenyataan tersebut maka dirasa perlu melakukan

upaya untuk membantu masyarakat pesisir keluar dari permasalahan klasik

selama ini yaitu dengan cara meningkatkan potensi hidup masyarakat pesisir

tersebut. Untuk meningkatkan potensi hidup tersebut dilakukan melalui

sebuah pendidikan, maka solusi yang ditempuh adalah dengan memberikan

keterampilan hidup melalui pendidikan vokasional kepada kaum perempuan

di daerah pesisir Kota Makassar, dalam penelitian ini adalah studi kasus

pada Kecamatan Mariso di tiga kelurahan yaitu Kelurahan Panambungan,

Kelurahan Lette, dan Kelurahan Mariso. Oleh karena itu, penelitian ini

dimaksudkan untuk melihat secara dekat kualitas pendidikan yang dialami

masyarakat, khususnya kaum perempuan di tiga kelurahan tersebut. Selain

itu, dilihat pula bagaimana potensi kaum perempuan. Hal ini dimaksudkan

agar dengan kualitas pendidikan tersebut, dapat mengoptimalkan potensi

yang dimiliki dan meningkatkan taraf hidup kaum perempuan yang berada di

wilayah pesisir Kota Makassar tersebut yang diwakili oleh tiga kelurahan

yang menjadi lokasi penelitian.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan di atas, maka

masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kebutuhan pendidikan keterampilan hidup kaum

perempuan masyarakat pesisir di kota Makassar?

Page 20: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

7

2. Bagaimana potensi pemberdayaan kaum perempuan yang ada

pada wilayah pesisir Kota Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah pada dasarnya menjawab

pertanyaan rumusan masalah di atas, sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana kebutuhan pendidikan keterampilan

hidup kaum perempuan masyarakat pesisir di Kota Makassar.

2. Untuk mengetahui bagaimana potensi pemberdayaan kaum

perempuan yang ada pada wilayah pesisir Kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian

1. Dari segi keilmuan diharapkan dapat memberikan manfaat untuk

memperkaya kajian tentang masyarakat pesisir

2. Sebagai bahan informasi mengenai:

a) tingkat pendidikan keterampilah hidup kaum perempuan

masyarakat pesisir di kota Makassar,

b) potensi yang dapat dikembangkan pada kaum perempuan pesisir

di Kota Makassar

c) keterampilan produktif kaum perempuan yang dapat dikem-

bangkan pada masyarakat pesisir di Kota Makassar.

Page 21: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

8

E. Lingkup Penelitian

Adapun lingkup penelitian adalah kehidupan masyarakat yang ada

pada wilayah pesisir Kota Makassar yang dibatasi pada kondisi sebagai

berikut:

1. Komunitas kaum perempuan masyarakat pesisir yang ada di tiga

kelurahan Kecamatan Mariso Kota Makassar, yaitu Kelurahan

Panambungan, Kelurahan Lette, dan Kelurahan Mariso.

2. Kebutuhan pendidikan keterampilan hidup masyarakat khususnya

kaum perempuan sehingga dapat mengembangkan mereka guna

mengisi aktivitas dalam pengembangan wilayah pesisir.

3. Potensi yang dimiliki kaum perempuan di wilayah pesisir yang

ditingkatkan dalam menunjang aktivitas sebagai keikutsertaan

pengembangan wilayah mereka.

Page 22: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan

Tugas bangsa Indonesia sebagai penanggung jawab sebuah negara

adalah: (1) melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah dara

Indonesia, (2) memajukan kesejahteraan umum, (3) mencerdaskan

kehidupan bangsa, dan (4) ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan social. Hal ini tergambar dalam

pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Tugas yang ketiga di atas diemban dan diwujudkan melalui dunia

pendidikan.

Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

mengalami perubahan tingkah laku sehingga mampu secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara

(Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003).

Sejalan dengan hal tersebut di atas, Kaufman (1972:10) menyatakan

sebagai berikut:

9

Page 23: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

10

Education it self may be viewed as a process providing learners with (at least minimal) skill, knowledge, and attitudes so that they may live and produce in our society when they legally exit from our educational agencies. The “product” of education is no less than the achievement of these required minimal skills, knowledge, and attitudes. The behavior and achievement of learners as they function as citizens determines whether the “product” has been achieved.

Artinya, bahwa pendidikan memberi gambaran sebagai suatu proses

pembekalan kepada pebelajar dengan sekurang-kurangnya keterampilan,

pengetahuan dan nilai-nilai sikap, sehingga dapat memasuki kehidupan

bermasyarakat setelah menyelesaikan suatu jenjang pendidikan. Hasil

pendidikan setidak-tidaknya mencapai syarat minimal keterampilan,

pengetahuan, dan nilai-nilai sikap agar mereka dapat berfungsi sebagai

warga Negara.

Pengertian pendidikan secara lebih operasional dikemukakan oleh

Philip H. Phenix (dalam Latif, 2007) sebagai suatu process of engendering

essential meanings, proses makna-makna yang esensial. Enam pola makna

yang esensial dapat dimunculkan melalui analisis kemungkinan cara-cara

pemahaman manusia yang berbeda-beda. Enam pola makna yang

dimaksudkan olehnya adalah simbolik, empirik, estetik, sinoetik, etik, dan

sinoptik, yang masing memiliki bidang-bidang tersendiri.

Lebih lanjut Martoyo (1999:19), menyatakan bahwa:

Pendidikan mempunyai pengaruh langsung yang dengan cepat merubah cara berpikir seseorang dengan penambahan ilmu pengetahuan seseorang dapat bersikap simpatik dan berpandangan luas. Proses tersebut di dapat melalui berbagai lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta, keluarga dan masyarakat.

Page 24: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

11

Pendapat ini merupakan pendapat tentang pentingnya suatu

pendidikan yang memiliki suatu efek yang langsung berdampak terhadap

cara berpikir seseorang dalam memahami lingkungan kerjanya dengan

mengelola suatu fungsi manajemen, di mana dasar-dasar pemahaman

manajemen tersebut dapat diperolehnya melalui lembaga pendidikan baik

formal maupun informal. Lembaga formal dapat melalui lembaga pendidikan

sekolah baik negeri maupun swasta, sedangkan lembaga informal dapat

melalui pendidikan keluarga dan pengembangan pemberdayaan masyarakat

melalui paket pengelolaan manajemen kemasyarakatan. Cahyono (1999),

mengatakan bahwa pendidikan adalah suatu pembinaan dalam proses

perkembangan manusia, di mana manusia itu belajar untuk berpikir sendiri

dan mendorong berkembangnya kemampuan-kemampuan dasar yang ada.

Agar tetap survive, individu atau kelompok masyarakat khusus kaum

perempuan dapat bersain di era global, maka ada lima factor penyebab

diperlukannya pendidikan dan pelatihan sebagai berikut (Samsuddin, 2006).

a. Kualitas angkatan kerja

Kualitas di sini berarti kesiapsediaan potensi angkatan kerja yang

ada. Angkatan kerja yang berkualitas tinggi adalah kelompok yang

mengenyam pendidikan dengan baik dan memiliki keterampilan dasar seperti

membaca, menulis, berpikir, mendengarkan, berbicara, memecahkan

masalah, dan mengambil keputusan. Orang-orang seperti ini potensial untuk

belajar dan beradaptasi dengan cepat terhadap lingkungan pekerjaannya.

Page 25: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

12

b. Persaingan global

Lembaga atau instansi harus menyadari bahwa mereka menghadapi

persaingan di pasar global. Agar dapat memenangkan persaingan, lembaga

atau instansi dalam bergerak bisnis harus mampu menghasilkan produk lebih

baik. Untuk itu, diperlukan senjata yang ampuh untuk menghadapi

persaingan agar tetap survive dan memiliki dominasi. Senjata tersebut

adalah pendidikan dan pelatihan.

c. Perubahan yang cepat dan terus menerus

Di dunia ini tidak ada satu hal yang tidak berubah. Perubahan terjadi

dengan cepat dan berlangsung terus-menerus. Pengetahuan dan

keterampilan yang dianggap baru hari ini, mungkin besok pagi sudah usang.

Dalam keadaan seperti ini sangat penting memperbaharui kemampuan

aparatur secara konstan. Organisasi atau lembaga yang tidak memahami

perlunya pendidikan dan pelatihan tidak mungkin dapat mengikuti perubahan

yang terjadi secara cepat dan terus-menerus itu.

d. Masalah alih teknologi

Ada dua tahapan dalam proses alih teknologi. Tahap pertama adalah

komersialisasi teknologi baru yang dikembangkan di laboratorium riset.

Tahap ini merupakan pengembangan bisnis dan tidak melibatkan pelatihan.

Tahap kedua adalah difusi teknologi yang memerlukan pelatihan. Difusi

teknologi adalah proses pemindahan teknologi yang baru ke dunia kerja

Page 26: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

13

untuk meningkatkan produktivitas, kualitas, dan daya saing. Tahap kedua ini

tidak akan berlangsung baik bila masyarakat yang akan menggunakan

teknologi itu belum dididik dan dilatih untuk dapat menggunakan teknologi

secara efisien dan produktif.

e. Perubahan Demografi

Perubahan demografi menyebabkan pendidikan dan pelatihan

menjadi semakin penting. Kerjasama tim merupakan unsur pokok dalam

pengembangan sumber daya manusia, maka pendidikan dan pelatihan

dibutuhkan untuk mengembangkan masyarakat yang berbeda latar

belakang agar dapat bekerja bersama secara harmonis.

Dari beberapa uraian di atas, memberikan gambaran petapa

pentingnya pendidikan dalam mengembangkan kemampuan personal yang

dalam satu wilayah sebagai pelaku aktif dalam pembangunan di wilayahnya.

Pendidikan dapat membantu para pelaksana pembangunan untuk

memanfaatkan potensi-potensi sumber daya yang di wilayah tersebut.

Pendidikan yang tepat untuk mengembangkan segala aspek adalah dengan

pendidikan kecakapan hidup (life skill education).

B. Pendidikan Keterapilan Hidup

Pada bagian di atas telah diuraikan tentang pendidikan secara umum.

Berikut diuraikan secara khusus mengenai pendidikan keterampilan hidup

(life skill education). Pendidikan keterampilan hidup pada prinsipnya

Page 27: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

14

mengarah pada kaitannya antara pendidikan dan dunia kerja, seperti yang

dikemukakan oleh Davis (1980:212) sebagai berikut.

Education is assumed to do than merely train people to work: but to do even this much, it is necessary to determine the requirements of work, to design education and training to fill those requirements, and to design works to match the capacities and requirements of people. In work, people have physical, material, and psychic needs which determine their requirements. Keterampilan hidup diarahkan pada general life skill dan specific life

skill bagi peserta didik untuk mendapatkan bekal keterampilan vokasional

sesuai dengan bakat dan potensi yang dimilikinya. Oleh karena itu,

diperlukan keberanian dalam prinsip manajemen untuk mendesain program

ini. Dengan demikian diperlukan suatu pembenahan atau reformasi di dalam

komponen pendidikan yang meliputi komponen iklim pembelajaran,

manajemen pembelajaran, dan proses pembelajaran.

Menurut WHO, Life Skill adalah kemampuan perilaku positif dan

adaptif yang mendukung seseorang untuk secara efektif mengatasi tuntutan

dan tantangan selama hidupnya. Dalam Undang-undang Pendidikan

Nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 26 ayat (3), disebutkan bahwa LSE

digolongkan sebagai pendidikan non-formal, yang memberikan keterampilan

personal, sosial, intelektual/akademis dan vokasional untuk bekerja secara

mandiri.

UNICEF mendefinisikan Life Skill sebagai sesuatu yang lebih detail

lagi dengan menggunakan tambahan based education. Life Skill-based

Page 28: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

15

Education adalah pendekatan pengembangan perilaku atau perubahan

perilaku antara pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang semakin pesat di

negeri ini, terlihat kenyataan ketidakseimbangan yang mencolok antara

jumlah lapangan kerja yang tersedia dengan jumlah pencari kerja. Dari data

dasar Program Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda tahun 2003, hasil

pertemuan dengan Kasubdin PLS/P di Solo Jawa Tengah yang dilaksanakan

pada bulan Agustus 2003, dari jumlah penduduk Indonesia yaitu

189.078.857 jiwa, terdapat 12,81 persen atau 24.217.958 warga masyarakat

kategori usia produktif (14-35 tahun) yang tergolong pengangguran. Di

kawasan timur Indonesia (Regional V) yang penduduknya berjumlah

19.636.696 jiwa, terdapat 3.556.760 yang menganggur atau 18,11 persen,

khusus di Sulawesi Selatan yang penduduknya berjumlah 7.980.991 jiwa

tercatat 1.852.978 atau 23.22 persen adalah pengangguran. Dari data yang

tercantum di atas menunjukkan bahwa dalam setahun saja telah terjadi

peningkatan pengangguran yang sangat drastis di Sulawesi Selatan yaitu

sebesar 21,98 persen (data tahun 2002, dari 7.758.547 jumlah penduduk

yang menganggur 96.301 orang atau 1,24 persen), (Data Dasar Program

Pendidikan Luar Sekolah & Pemuda Tahun 2003, hasil pertemuan dengan

Kasubdin PLS/P Se Indonesia di Solo Jawa Tengah, Agustus 2003).

Gagasan tentang pendidikan kecakapan hidup bukanlah sesuatu

yang baru, meskipun konsep pendidikan berorientasi kecakapan hidup baru

Page 29: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

16

digulirkan di Indonesia sejak dua tahun terakhir. Menurut Santoso S.

Hamijoyo (2002), gagasan tentang pendidikan kecakapan hidup telah dimulai

oleh UNESCO pada tahun 1949 melalui konsep Functional Literacy.

Gagasan pokok dari konsep tersebut adalah agar kemampuan baca-tulis-

hitung dapat berfungsi memberi manfaat bagi yang bersangkutan untuk

keluar dari tiga kesengsaraan, yaitu; kebodohan (ignorance), kepenyakitan

(ill-health) dan kemelaratan (poverty).

Pentingnya pembekalan keterampilan hidup terhadap peserta didik

telah mendapat pengakuan dari para pakar yang berkecimpung di dunia

pendidikan. Penegasan tentang pentingnya kecakapan hidup dapat dilihat

pada Pokok-pokok Deklarasi Dakkar tahun 2000 tentang Pendidikan Untuk

Semua (Fasli Jalal, 2004) yang menunjukkan adanya hak bagi setiap warga

negara, baik anak-anak maupun orang dewasa, untuk memperoleh

kesempatan yang adil dalam mengikuti pendidikan kecakapan hidup, dan

adanya kewajiban bagi setiap negara untuk menyediakan, memperbaiki,

meningkatkan dan menjamin kualitas penyelenggaraan pendidikan

kecakapan hidup, terutama kecakapan hidup yang bersifat penting, sehingga

masyarakat dapat merasakan manfaatnya secara merata.

Kecakapan hidup merupakan serangkaian kemampuan yang

dibutuhkan oleh seseorang agar dapat mengatasi berbagai persoalan yang

ditemui dalam kehidupannya. Sejalan dengan pengertian ini, Malik Fadjar

Page 30: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

17

(2002) mendefinisikan kecakapan hidup sebagai kecakapan untuk bekerja

selain kecakapan untuk berorientasi ke jalur akademik.

Pengertian lain dikemukakan oleh Tatang Amirin (Majalah Dinamika

Pendidikan, 2002) yang menyatakan bahwa istilah ‘skill’ sering diartikan

sebagai keterampilan, padahal keterampilan mempunyai makna yang sama

dengan kecakapan fisik dan pekerjaan tangan. Hal ini menyebabkan life

skills sering dimaknai hanya sebagai vocational skill, keterampilan kerja-

kejuruan (pertukangan) atau kemampuan yang perlu dimiliki oleh peserta

didik agar mereka dapat segera bekerja mencari nafkah untuk kehidupannya.

Pemikiran Tatang Amirin didukung oleh Muchlas Samani (2002) yang

menyatakan ” Pengertian kecakapan hidup lebih luas dari keterampilan untuk

bekerja. Baik orang yang bekerja maupun yang tidak bekerja tetap

memerlukan kecakapan hidup, karena mereka pun menghadapi berbagai

masalah yang harus dipecahkan. Setiap orang, dimanapun dan kapanpun,

selalu menemui masalah yang memerlukan pemecahan “.

Menurut Ditjen Diklusepa (2003), hakikat pendidikan berorientasi

kecakapan hidup di bidang PLS adalah upaya untuk meningkatkan

pengetahuan, keterampilan, sikap dan kemampuan yang memungkinkan

peserta didik dapat hidup mandiri. Penyelenggaraan pendidikan kecakapan

hidup di bidang PLS didasarkan atas prinsip lima pilar pendidikan, yaitu;

learning to know (belajar untuk memperoleh pengetahuan), learning to learn

(belajar untuk tahu cara belajar), learning to do (belajar untuk dapat

Page 31: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

18

berbuat/melakukan pekerjaan), learning to be (belajar agar dapat menjadi

orang yang berguna sesuai dengan minat, bakat dan potensi diri), dan

learning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama dengan orang

lain). Berdasarkan prinsip lima pilar pendidikan di atas, peserta didik

Program PBKH diharapkan mampu belajar untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan yang diminatinya, memanfaatkan

pengetahuan dan keterampilan tersebut untuk meningkatkan kualitas

hidupnya serta membantu orang lain yang membutuhkannya.

Program life skill dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Program regular. Program ini untuk peserta didik yang masih

duduk di dalam kelas, baik untuk SD/MI, SLTA/MTs, dan

SMA/SMK/MA (program insert). Program ini memerlukan

reorganisasi materi dan program pembelajaran yang sedang

berjalan, dengan beberapa catatan variasi kegiatan sebagai

berikut:

a. Tidak boleh ada tambahan mata ajaran yang membebani

peserta didik.

b. Memasukkan mata ajar kecakapan hidup secara integrative,

melalui singkronisasi pokok bahasan pada setiap mata

pelajaran dengan materi life skill.

2. Program Diklat kompetensi kejuruan (vokasional). Program ini

dilaksanakan dengan sasaran adalah peserta didik yang sudah

tidak ada di sekolah, yaitu tamatan yang tidak melanjutkan ke

Page 32: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

19

jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan tidak bekerja. Untuk itu

tahapan kegiatan yang harus dilakukan di antaranya adalah:

a. Mengidentifikasi potensi sasaran tersebut.

b. Mengidentifikasi keterampilan yang dibutuhkan oleh

masyarakat setempat.

c. Menentukan paket diklat yang akan diselenggarakan.

Dari dua program diklat yang tepat diterapkan pada masyarakat pada

wilayah pesisir, khususnya bagi pemberdayaan perempuan adalah program

yang kedua. Hal ini karena dilakukan di luar sekolah formal dan

diperuntukkan bagi masyarakat yang belum atau tidak bekerja. Di samping

itu juga, proses pembelajaran dilakukan berorientasi pada kebutuhan

masyarakat peserta diklat.

C. Vocational Skill Sebagai Proses Pemberdayaan Perempuan

Pendekatan pembelajaran dalam konteks gender adalah

pembangunan bagi perempuan dalam pengertian kemandirian dan kekuatan

internal, serta menekankan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan

(Moose, dalam Anwar, 2007). Dalam arti ada pengakuan makna rumah

tangga sepanjang dapat menambah pendapatan rumah tangga,

pembangunan organisasi perempuan, peningkatan kesadaran, dan

pendidikan masyarakat, sebagai syarat penting perubahan social

berkelanjutan bagi perempuan keluarga nelayan.

Page 33: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

20

Pemberdayaan dalam bentuk pelatihan vocational skills dilakukan

melalui delapan karakteristik, yaitu: (1) belajar dilakukan dalam kelompok

kecil antara 5 – 15 orang, (2) pemberian tanggung jawab lebih besar kepada

warga belajar lebih besar kepada warga belajar selama kegiatan

pembelajaran berlangsung pengelompokan dan pengelolaan kegiatan

anggota diatur sendiri oleh anggota kelompok belajar, (3) kepemimpinan

kelompok diperankan oleh warga belajar dengan struktur ketua, sekretaris,

dan anggota, (4) sumber belajar bertindak selaku tutor pada umumnya

kegiatan produksi/demonstrasi diperankan oleh warga belajar, (5) proses

kegiatan belajar berlangsung secara demokratis, warga belajar dapat

berdiskusi baik sesama anggota maupun dengan tutor, (6) adanya kesatuan

pandangan dan langkah antara warga belajar dengan tutor dalam mencapai

tujuan pembelajaran, (7) menggunakan teknik pembelajaran (demonstrasi,

penugasan, ceramah, dan tanya jawab) sehingga dapat menimbulkan rasa

percaya diri pada warga belajar, dan (8) bertujuan akhir untuk meningkatkan

status social ekonomi warga belajar melalui penguasaan vocational-skills

dan kemandirian belajar, bekerja, serta berusaha (Anwar, 2007).

Pembelajaran vocational skills berbasis dari latar social budaya warga

belajar memanfaatkan pengalaman warga belajar sebagai sumber belajar

potensial. Dalam kaitan, pembelajaran berdasarkan empowering proses,

menekankan pada pendekatan yang memperluas pengalaman bagi belajar

untuk memperoleh pemahaman dan pengontrol terhadap kekuatan-kekuatan

Page 34: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

21

social, ekonomi, dan politik yang ada disekitarnya. Proses pembelajaran

selalu dikaitkan dengan masalah-masalah dan kebutuhan warga belajar,

serta mengutamakan kerjasama untuk memecahkan masalah bersama.

Dalam aplikasinya, kegiatan pembelajaran dimulai dengan pembentukan

kelompok belajar dan penyiapan tutor. Dalam pelaksanaannya, tutor

mengembangkan kepemimpinan partisipatif dan secara bertahap

mengalihkan tanggung jawab belajar kepada kelompok. Hal ini didukung oleh

pengembangan proses dan hubungan-hubungan demokratis, yang dalam

kegiatan pembelajaran mengintegrasikan proses refleksi dan tindakan

percaya diri warga belajar (Trisnamansyah, 1993)

Introduksi teknologi oleh suatu system social dapat berakibat

pengadopsian inovasi teknologi atau penolakan. Penerimaan dan penolakan

suatu inovasi teknologi oleh seseorang atau kelompok masyarakat tertentu

sangat tergantung pada karakteristik inovasi teknologi yang diintroduksi.

Adapun karakteristik tersebut adalah sebagai berikut.

1. Keuntungan relatif, misalnya teknologi pembuatan kue kering dan

kerupuk ikan memiliki pangsa pasar yang potensial baik dalam

wilayah setempat maupun wilayah lain termasuk perkotaan. Telah

terjadi perubahan jenis produksi kue yang sebelumnya kue kacang

tenteng sekarang diganti dengan kue kacang coklat karena harga

jualnya tinggi dan permintaan meningkat.

Page 35: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

22

2. Compatibility, sesuai dan konsisten dengan norma, nilai dan tradisi

yang berlaku di masyarakat. Karena penentuan bahan belajar

bersumber dari basis social budaya masyarakat, melibatkan warga

belajar dan masyarakat dalam semua proses pempelajaran,

sehingga tidak mengalami kendala cultural yang dapat

berpengaruh terhadap penolakan unsur-unsur inovasi teknologi

yang diintroduksikan.

3. Complexity, tingkat kerumitan inovasi teknologi yang

diintroduksikan. Selain dapat memudahkan karena bersumber dari

latar belakang sosial budaya masyarakat setempat, secara

ekonomis bahan baku mudah diperoleh baik yang bersumber dari

potensi terdekat dengan harga terjangkau.

4. Trialability, tingkat pengujian inovasi teknologi, dalam proses

pelatihan dan praktek produksi setiap warga belajar dapat

mengikuti semua rangkaian kegiatan dan secara langsung diberi

tugas mempraktekkan vocational-skills yang telah dipelajarinya

setelah kembali ke rumah masing-masing.

5. Observability, yaitu keterbukaan atau dapat tidaknya suatu

teknologi diamati oleh umum. Kegiatan pelatihan ini dilakukan

secara terbuka baik dilakukan di rumah Kepala Desa/Kelurahan

maupun di Balai Desa/Kelurahan, aktivitas demostrasi pemuatan

dan hasil produksi dapat disaksikan oleh masyarakat umum baik

Page 36: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

23

perempuan maupun laki-laki bahkan penonton diberikan secara

cuma-cuma hasil produksi untuk dicoba. (Anwar, 2007).

Untuk mengembangkan vocational-skils yang berbasis social budaya,

maka ditetapkan suatu ukuran kuantitatif dengan beberapa indicator, yaitu:

1. Ketersediaan dan kemudahan bahan baku keterampilan (industry)

dilakukan melalui tinggi rendahnya ketersediaan dan kemudahan

memperoleh bahan baku di daerah setempat.

2. Ketersediaan modal adalah adanya lembaga permodalan baik

formal (bank, koperasi) maupun informal (perorangan), untuk

mengukur ketersediaan lembaga permodalan ini, maka dilihat

apakah industry itu telah memanfaatkan atau belum.

3. Tenaga kerja yang dalam hal ini adalah perempuan keluarga

nelayan yang menjadi sasaran pengembangan, indicator ini lebih

ditekankan pada aspek pendidikan dan ketersediaan tenaga kerja.

4. Basis vocational-skills ini adalah keberadaan suatu keterampilan

di tengah-tengah masyarakat meliputi berkembangan dan

pembinaannya berupa peningkatan keterampilan produktif dan

pemasarannya.

5. Aksesibilitas dan pasar, meliputi jarak, kondisi jalan, dan intensitas

hubungan antar desa/wilayah setempat dengan pusat-pusat

pemasaran.

Page 37: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

24

Dalam implementasi pembelajaran peran sumber belajar tidak

selamanya dominan, bahkan ada semacam proses pergerakan dari titik

ekstrim yang menempatkan sumber belajar sebagai pemeran utama

pembelajaran kemudian bergerak ke titik tengah, baik sumber belajar

maupun warga belajar memainkan peran yang seimbang, teraksir

pergerakan ke titik moderat peran sumber belajar semakin kecil dan

sebaliknya peran warga belajar semakin dominan.

D. Ciri-ciri Masyarakat Pesisir

Masyarakat adalah istilah yang paling lazim dipakai untuk menyatakan

kesatuan-kesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan iImiah maupun dalam

bahasa sehari-hari. Dalam Bahasa Inggris dipakal istilah society yang

berasal dan kata latin socius, yang berarti “kawan”. Istilah masyarakat sendiri

berasal dan kata Arab “syarakata” yang berarti “ikut serta berpartisipasi”

(Koentjaraningrat, 1997).

Masyarakat pesisir adalah sekelompok orang atau manusia yang

hidup bersama dalam waktu yang cukup lama dan secara sadar merupakan

satu kesatuan yang utuh, pekerjaan utamanya menangkap ikan dan hasil

laut Iainnya (Mattulada, 1997).

Melihat dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa masyarakat pesisir

merupakan komunitas yang tidak dapat dipisahkan dengan nelayan. Hal ini

bila diperhatikan beberapa defenisi tentang nelayan itu sendiri.

Page 38: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

25

Nelayan adalah orang yg pekerjaannya/kegiatannya menangkap ikan

dan membudidayakan, orang yang pekerjaannya menangkap ikan di laut

dengan mempergunakan tata cara tertentu, dan orang atau sekelompok

orang yang pekerjaannya memburu ikan di laut (Arisman, 1992; Hanafiah,

1996; Rahmatullah, 2002).

Nelayan sebagai orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam

operasi penangkapan ikan/binatang air Iainnya/tanaman air, yaitu meliputi:

(1) Nelayan/petani ikan penuh, adalah orang yang seluruh waktu kerjanya

gunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan/pemeliharaan

ikan/binatang air Iainnya/tanaman air; (2) nelayan/petani ikan sambilan

adalah orang yang sebagian besar waktu kerjanya digunakan untuk

melakukan pekerjaan operasi penangkapan/pemeliharaan ikan/binatang air

Iainnya/tanaman air. Disamping melakukan pekerjaan penangkapan/

pemeliharaan, nelayan kategori ini dapat mempunyai pekerjaan lain; dan

(3) nelayan/petani ikan sambilan tambahan, adalah orang yang sebagian

kecil waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan penangkapan/

pemeliharaan ikan/binatang air lainnya/tanaman air (Ditjen Perikanan, 2002).

Selanjutnya Satria (2002b) mengemukakan nelayan dikelompokkan

atas 4 (empat) bagian, yaitu: (1) nelayan tradisional yang biasa Iebih

berorentasi pada pemenuhan kebutuhan sendiri. Sebutan ini muncul karena

alokasi hasil tangkapan yang dijual lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan

pokok sehari-hari, (2) dengan berkembangnya motorisasi perikanan

Page 39: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

26

nelayanpun berubah dan nelayan tradisional menjadi yang dicirikan dengan

penggunaan teknologi penangkapan ikan yang Iebih maju seperti motor

tempel atau kapal motor, (3) nelayan yang telah berorientasi pada

peningkatan keuntungan. Skala usahanya sudah besar yang dicirikan

dengan banyaknya jumlah tenaga kerja dengan status yang berbeda dan

buruh hingga manajer. Teknologi yang digunakanpun Iebih modern dan

membutuhkan keahlian tersendiri dalam pengoperasian kapal maupun alat

tangkap, dan (4) nelayan skala besar dicirikan dengan majunya kapasitas

teknologi penangkapan maupun jumlah armadanya. Berorientasi pada

keuntungan dan melibatkan buruh nelayan sebagai anak buah kapal (ABK)

dengan organisasi kerja yang kompleks.

Sebagai kesimpulan dari uraian di atas bahwa komunitas masyarakat

pesisir identik dengan kehidupan nelayan di mana potensi hidupnya dilihat

dari bagaimana kualitas pengetahuan dan keterampilan serta pesarnya

usaha yang dilakukan. Hal ini dapat dilihat pula pada sebagaimana

kemampuan mereka menggunakan teknologi.

E. Potensi Pemberdayaan Perempuan

Aktivitas perempuan atau istri-istri nelayan sebatas menjalankan

urusan domestik rumah tangga dan mengatur ekonomi. Peran perempuan

tidak banyak membantu dalam meningkatkan pendapatan keluarga ataupun

mengatasi kesulitan keluarga. Mereka memandang bahwa urusan ekonomi

Page 40: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

27

keluarga adalah tanggung jawab kepala keluarga sehingga hanya sebagian

kecil dari mereka yang pikul membantu mencari nafkah, misalnya membantu

menjualkan hasil tangkapan di pasar atau membuka kedai sembako, jual kue

atau membuat terasi. Agar para perempuan di sini dapat berperan dengan

baik dan optimal, maka mereka harus memiliki potensi-potensi diri seperti

(1) pengetahuan, (2) keterampilan, (3) pengembangan nilai-nilai sikap,

(4) ekonomi yang memadai, dan (5) motivasi untuk maju.

1. Pengetahuan dan peningkatan kualitas perempuan

Keberhasilan suatu kegiatan organisasi/masyarakat dalam

menerapkan fungsi pengembangan, banyak ditentukan oleh tingkat peran

dan andil dari individu sumberdaya manusia. Individu sumberdaya

manusia yang dapat merancang, merencanakan, mengendalikan dan

mengembangkan suatu kegiatan pengelolaan dengan baik adalah individu

yang memiliki pengetahuan dan wawasan yang cukup tentang dinamika

kerja yang dihadapinya dan cara-cara mengembangkan suatu aktivitas.

Untuk memperoleh kemampuan tersebut, maka peranan pendidikan sangat

penting dalam pengembangan sumberdaya manusia baik sebagai individu

maupun sebagai kelompok. Flippo (dalam Hasibuan, 2003: 69),

mengemukakan bahwa “Education is concerned with increasing general

knowledge and understanding our total environment.” Artinya, pendidikan

adalah berhubungan dengan peningkatan pengetahuan umum dan

pemahaman atas lingkungan kita secara menyeluruh.

Page 41: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

28

Pendapat tersebut merupakan peningkatan secara umum mengenai

pengetahuan dan pemahaman tentang kondisi lingkungan secara

menyeluruh mengenai berbagai hal yang perlu diketahui. Dalam suatu

masyarakat lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan pemberdayaan

perempuan yang harus diketahui berdasarkan pemahaman dan

pengetahuan tentang seni dan ilmu mengkondisikan suatu dinamika kerja

yang dihadapi dalam rangka mewujudkan suatu aktivitas pengelolaan dunia

kerja yang sesuai dengan pengembangan fungsi wilayah.

Pendidikan/pelatihan merupakan salah satu faktor yang penting

dalam pembinaan sumber daya manusia. Pendidikan dan pelatihan tidak

saja meningkatkan pengetahuan (knowledge) tetapi juga keterampilan (skill)

dan sikap (attitude), sehingga dapat meningkatkan tugas pokok dan fungsi

dalam organisasi.

Jika pelatihan merupakan suatu solusi terbaik, maka para pelaku

pengembangan wilayah harus memutuskan program pendidikan dengan

memadukan pelatihan yang tepat untuk diikuti oleh para peserta didik.

Ketepatan teknik dan pelatihan tertentu tergantung pada tujuan yang hendak

dicapai, identifikasi mengenai apa yang diinginkan agar masyarakat

mengetahui apa yang dilakukan.

Pandangan Gomes (2003) mengatakan bahwa istilah pendidikan dan

latihan sering disamakan dengan istilah pengembangan. Pengembangan

(development) menunjuk kepada kesempatan belajar (learning oppurtunities)

Page 42: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

29

yang didesain guna membantu pengembangan masyarakat. Kesempatan ini

tidak terbatas pada upaya perbaikan ekonomi dan pada pekerjaan.

Notoatmodjo (1992:2) melihat pengertian pengembangan SDM secara makro

adalah:

Suatu proses peningkatan kualitas atau kemampuan manusia dalam rangka mencapai mutu tugas pengembangan, sedangkan pengembangan sumber daya manusia secara mitos adalah perencanaan pendidikan, pelatihan dan pengelolaan tenaga atau karyawan untuk mencapai suatu hasil yang optimal. Secara konseptual pendidikan adalah segala sesuatu untuk membina

pribadi dan mengembangkan kemampuan untuk pembangunan persatuan

dan juga merupakan proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan

keterampilan di luar sistem yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat

berdasarkan metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori.

2. Keterampilan untuk meningkatkan kompetensi

Suatu dinamika pengembangan wilayah memerlukan adanya

sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi yang handal, mandiri dan

profesional dalam menjalankan segala bentuk aktivitas organisasi dalam

mencapai tujuannya. Salah satu unsur yang berperan penting dan menjadi

strategi bagi individu sumberdaya manusia yang menduduki jabatan

struktural dan fungsional adalah individu sumberdaya manusia yang memiliki

keterampilan. Keterampilan sesungguhnya memegang arti penting di dalam

kegiatan aplikasi fungsi manajemen termasuk dalam kegiatan pengelolaan.

Page 43: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

30

Flippo (dalam Tohardi, 2002:236), menyatakan bahwa keterampilan adalah

merupakan suatu tindakan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

seseorang pegawai untuk melaksanakan suatu pekerjaan tertentu dalam

mencapai tujuannya.

Pendapat ini mengantar individu sumberdaya manusia dalam suatu

organisasi untuk memahami pentingnya keterampilan sebagai suatu tindakan

untuk melaksanakan kegiatan atau pekerjaan dalam mencapai tujuan. Sikula

(Mangkunegara, 2003:50) mengatakan bahwa:

Keterampilan merupakan an activity of training as short term educational process utilitzing a systematic and organized procedure by which non managerial personel learn technical knowledge and skills for a definite purpose. Suatu aktivitas pelatihan sebagai proses pendidikan jangka pendek dengan menggunakan prosedur yang sistimatis dan terorganisasi, pegawai non manajerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis dalam tujuan yang terbatas.

Mengingat pentingnya keterampilan, harus dimiliki oleh seorang

individu yang berada dalam suatu organisasi, maka dianggap prasyarat

utama individu yang memiliki kompetensi yang handal adalah yang memiliki

keterampilan dalam mengembangkan aktivitas kerjanya. Keterampilan

tersebut dapat berupa keterampilan teknis, manajerial, administrs, operasionl

dan keterampilan kepemimpinan. Flippo (dalam Hasibuan, 2003:70),

mengatakan bahwa “Pendidikan dan pelatihan adalah training is the act of

increasing the knowledge and skill of an employee for doing a particular job.”

Latihan adalah merupakan suatu usaha peningkatan pengetahuan dan

keahlian seorang karyawan untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu.

Page 44: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

31

Suatu keterampilan identik dengan pelatihan. Pada dasarnya, setiap

organisasi dalam melakukan peningkatan keterampilan yaitu dengan

mengikutkan individu sumberdaya manusianya untuk mengikuti berbagai

pelatihan baik pelatihan teknis, manajerial, perbendaharaan, operasional

maupun yang bersifat administratif dalam rangka meningkatkan

keterampilannya. Gomes (2003:171), berpendapat bahwa “Pelatihan adalah

setiap usaha untuk memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan

tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, atau satu pekerjaan yang

ada kaitannya dengan pekerjaannya.”

Ketentuan yang mengisyaratkan bahwa dalam suatu tingkatan atau

upaya dalam meningkatkan keterampilan diperlukan adanya upaya

melakukan pelatihan sebagai bagian dari pendidikan yang dilakukan secara

sadar dan terencana sesuai dengan orientasi tujuan yaitu untuk

mendapatkan keterampilan secara teori dan praktek. Mathis, et. al. (2004:5),

menyatakan bahwa keterampilan adalah suatu proses di mana orang-orang

mencapai kemampuan tertentu melalui pelatihan untuk membantu mencapai

tujuan organisasi yaitu menjadi sumberdaya manusia yang handal, mandiri

dan profesional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keterampilan

sama dengan pelatihan yang merupakan salah satu bentuk pengembangan

bagi sumber daya manusia yang memperoleh kemampuan intelektual, baik

dari segi keterampilan maupun dari segi keahlian yang dilaksanakan dalam

waktu yang relatif singkat.

Page 45: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

32

Sejalan dengan uraian-uraian di atas, untuk meningkatkan

kemampuan para perempuan dalam hal ini adalah sumber daya manusia

yang ditujukan untuk pelaksanaan aktivitas kerja baik pelayanan maupun

produksi. Keterampilan di sini adalah suatu pelatihan yang ditujukan untuk

masyarakat, yang dihubungkan dengan peningkatan kemampuan pekerjaan/

usaha masyarakat saat ini. Tujuan keterampilan ini utamanya adalah

meningkatkan produktivitas.

3. Pengembangan nilai-nilai sikap

Suatu organisasi yang bertumpu kepada peningkatan sumber daya

manusia berupaya untuk terus melakukan perbaikan dan peningkatan

kualitas sumberdayanya. Salah satu metode atau cara yang tepat dalam

mengembangkannya adalah melalui pengembangan nilai-nilai sikap,

diharapkan pengembangan nilai-nilai sikap ini mampu mengenal diri individu

Sumberdaya Manusia, lingkungan kerjanya baik eksternal maupun internal,

mengenal kepentingan dan tujuan kerjanya. Pengertian Pengembangan Diri

menurut Stewart (1997;221) adalah Individu-individu mengembangkan

pengetahuan, keterampilan dan kemampuan-kemampuan mereka melalui

usaha-usaha yang diarahkan oleh diri mereka sendiri.

Ada dua pandangan tentang nilai. Yang pertama berpandangan

bahwa nilai merupakan ukuran tertinggi dari perilaku manusia dan dijunjung

tinggi oleh sekelompok masyarakat serta digunakan sebagai pedoman dalam

sikap dan tingkah laku. Pandangan lain menganggap bahwa nilai merupakan

Page 46: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

33

hal yang tergantung pada penangkapan dan perasaan orang yang menjadi

subjek terhadap sesuatu atau fenomena tertentu. Di sini nilai merupakan

tujuan atas kehendak manusia yang ditata menurut tingkatannya. Ada yang

menyusun dari nilai bawah ke atas (Poedjiadi, 2005).

Defenisi ini akan jelas bahwa cara pendekatan tersebut merefleksikan

prinsip-prinsip keikutsertaan dan kemandirian. Cara pendekatan

pengembangan nilai-nilai sikap secara implisit memasukkan ciri penting

otonomi belajar yang terkandung dalam penciptaan kemandirian, tanggung

jawab, dan keberanian mengambil risiko. Mengaplikasikan pengembangan

nilai-nilai sikap menuntut individu untuk mempertimbangkan aspek-aspek

penting yakni:

1. Menerima (Receiving), yakni menyadari adanya gagasan atau

proses atau sesuatu hal; kemauan untuk mempelajari atau

mencoba dengan tingkah laku yang khusus;

2. Menanggapi (Responding), yakni berperanserta; memberikan

tanggapan dengan patuh dan kemudian dengan senang hati

menerima kepuasaan dari tanggapan tersebut;

3. Menilai (Valuing), yakni menerima nilai-nilai tingkah laku

yang dipercaya, nilai atau cita-cita; mengekspresikan minat

preferensinya, membangun komitmen;

Page 47: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

34

4. Organisasi (Organization), yakni mengkonsepsikan berbagai nilai;

membandingkan, menghubungkan, dan mengorganisir nilai-nilai

tersebut ke dalam suatu hirarki; dan

5. Karakterisasi (Characterisastion), yakni mengikuti nilai-nilai

tersebut sebagai dasar untuk mengendalikan atau mengarahkan

tingkah laku; mengintegrasikan nilai-nilai tersebut menjadi filosofi

hidup.

Dalam pengembangan nilai-nilai sikap, individu perlu memutuskan

tolok ukur apa yang tepat untuk memonitor perubahan dan perkembangan.

Suatu sistem dan skala waktu untuk peninjauan secara teratur juga perlu

dikembangkan.

Dari penjelasan mengenai proses ini akan jelas berorientasikan

pekerjaan dan organisasi, walaupun prinsip-prinsip yang sama dapat

diaplikasikan di luar situasi tersebut. Pengembangan nilai-nilai sikap akan

paling efektif jika individu-individu mendevosikan waktu dan pikiran mereka

untuk mengatur aktivitas-aktivitas pengembangan mereka.

4. Ekonomi yang memadai

Masalah pokok ekonomi secara umum (nasional, regional, atau lokal)

mencakup pilihan-pilihan yang berkaitan dengan (i) konsumsi, (ii) produksi,

(iii) distribusi, dan (iv) pertumbuhan. Semua satuan ekonomi, baik individu

ataupun negara dan masyarakat, selalu menghadapi empat masalah

tersebut.

Page 48: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

35

a. Konsumsi. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, anggota

masyarakat akan menetukan jenis barang dan jasa yang hendak

mereka konsumsi. Pilihan itu sangat beragam, mulai dari pangan,

sandang, pemukiman, sampai kepada kebutuhan kesehatan,

pendidikan, transportasi, rekreasi, dan lain-lain.

b. Produksi. Barang dan jasa dapat diproduksi dengan menggunakan

berbagai cara produksi, tergantung dari tingkat dan skala

produksinya. Pembangunan dapat dilakukan dengan mengarahkan

banyak orang dan khusus dan tenaga manusia yang sedikit saja.

Tingkat teknologi akan digunakan untuk menentukan batas pilihan

produksi, demikian pula pilihan konsumsi.

c. Distribusi. Barang yang diproduksi akan didistribusikan kepada

penduduk yang membutuhkan yang tersebar di seluruh daerah.

d. Pertumbuhan. Kehidupan masyarakat tidak hanya untuk saat

sekarang (jangka pendek) tetapi juga untuk masa yang akan

datang (jangka panjang). Penduduk bertambah jumlahnya,

pemanfaatan sumber daya alam ditingkatkan dengan

menggunakan teknologi yang lebih maju untuk mencapai tingkat

kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi.

Pembangunan (development) adalah suatu konsep yang lebih luas.

Konsep ini mencakup pula modernisasi kelembagaan, baik yang bersifat

ekonomi maupun yang bukan ekonomi, seperti pemerintah, kota, desa, cara

berpikir; tidak saja yang berkenaan dengan tujuan agar dapat memproduksi

Page 49: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

36

secara efisien, melainkan juga agar mengkonsumsi secara rasional dan

hidup lebih baik. Kesemuanya itu membuka jalan bagi pertumbuhan ekonomi

dan mendahului atau berbarengan dengan perubahan sosial. Pertumbuhan

ekonomi membuka jalan bagi kemajuan.

Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang terus

menerus menuju perbaikan di segala bidang kehidupan masyarakat dengan

bersandar pada seperangkat nilai-nilai yang dianutnya, yang mengarahkan

mereka untuk mencapai keadaan dan tingkat kehidupan yang didambakan.

Pembangunan ekonomi hanya merupakan sub sistem dari suatu proses

pembangunan. Makna pembangunan ekonomi tidak sebatas pertumbuhan,

pertumbuhan saja tidak cukup. Pembangunan ekonomi tidak akan dapat

memberikan hasil yang berarti bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat

tanpa disertai dengan pembangunan di berbagai bidang dan sektor lain.

Demikian pula dengan pegertian pembangunan. Pembangunan tidak identik

dengan pembangunan ekonomi. Pembangunan sangat luas aspek dan

dimensinya yang meliputi semua bidang dan semua sektor dan daerah.

5. Motivasi untuk maju

Motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi

aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan

untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak.

McDonald (dalam Sardiman, 2006) motivasi adalah perubahan energi

dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan

Page 50: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

37

didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Selanjutnya dikatakan

bahwa dalam motivasi mengandung tiga komponen utama yaitu

(1) kebutuhan, (2) dorongan, dan (3) tujuan. Berdasarkan ketiga elemen

tersebut dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan sesuatu yang sangat

kompleks, sesuatu yang terjadi dalam diri manusia yang melibatkan

persoalan/gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian

bertindak atau melakukan sesuatu dimana kesemuanya didorong karena

adanya tujuan kebutuhan atau keinginan.

Kebutuhan selalu terkait dengan motivasi, sebab sesorang akan

terdorong melakukan sesuatu bila merasa ada sesuatu kebutuhan.

Kebutuhan timbul karena adanya keadaan yang tidak serasi, tidak seimbang

atau rasa ketegangan yang menuntut suatu kepuasan. Kalau sudah

seimbang dan terpenuhi pemuasannya berarti tercapailah suatu kebutuhan

yang diinginkan. Keadan yang tidak seimbang atau adanya rasa tidak puas

itu diperlukan motivasi yang tepat. “Dissatisfaction is essential element in

motivation”. Kebutuhan manusia bersifat dinamis, berubah-ubah sesuai

dengan sifat kehidupan manusia itu sendiri.

Dorongan untuk melakukan sesuatu kegiatan dengan tujuan untuk

meningkatkan kemampuan. Dorongan untuk melakukan sesuatu pekejaan

atau kegiatan akan muncul bila kegiatan yang dilakukan dirasakan

mempunyai nilai intrinsik atau berarti bagi dirinya sendiri. Hal ini terkait

dengan pemenuhan kebutuhan. Adanya dorongan untuk melakukan suatu

Page 51: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

38

pekerjaan sebenarnya muncul dari dalam diri dan luar diri seseorang.

Dorongan dari dalam diri sendiri lebih berarti dibandingkan dengan dorongan

yang muncul dari luar diri, dorongan ini tidak bersifat sementara dan menjadi

prasyarat bagi tumbuhnya upaya untuk meningkatkan kemampuan. Bila

dorongan itu ada, maka rintangan atau hambatan apapun serta betapapun

beratnya tugas yang dihadapi akan dilaksanakan sebaik-baiknya.

Motivasi merupakan kekuatan mental individu. Dari segi jenis,

motivasi terbagi atas dua jenis yaitu (1) motivasi primer yaitu motivasi yang

didasarkan atas motif-motif dasar yang umumnya berasal dari segi biologis

atau jasmani manusia, motivasi ini sangat terpengaruh oleh insting dan atau

kebutuhan jasmani, (2) motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari,

motivasi yang berhubungan dengan faktor-faktor sosial. Perilaku manusia

terpengaruh oleh tiga komponen penting seperti afektif, kognitif, dan konatif.

Komponen afektif menyangkut aspek emosional meliputi motif sosial, sikap

dan emosi. Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang terkait dengan

pengetahuan dan komponen konatif terkait dengan kemauan dan kebiasaan

bertindak (Rakhmat dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006). Perilaku motivasi

sekunder juga terpengaruh oleh adanya sikap. Sikap merupakan suatu motif

yang dipelajari. Ciri-ciri sikap yaitu (1) merupakan kecenderungan berpikir,

merasa, kemudian bertindak, (2) memiliki daya dorong bertindak, (3) relatif

bersifat tetap, (4) berkecenderungan melakukan penilaian, dan (5) dapat

timbul dari pengalaman, dan dapat dipelajari atau berubah.

Page 52: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

39

Motivasi sosial atau motivasi sekunder memegang peranan penting

bagi kehidupan manusia. Menurut Thomas, Znaniecki dan Maslow, (Dimyati

dan Mudjiono, 2006), menggolongkan motivasi sekunder menjadi kebutuhan-

kebutuhan (1) keinginan untuk memperoleh pengalaman baru, (2) untuk

mendapat respons baru dan penghargaan, (3) untuk memperoleh

pengakuan, kasih sayang dan kebersamaan, (4) memperoleh rasa aman,

dan (5) pemenuhan diri atau aktualisasi diri.

Motivasi seseorang dapat bersumber dari dalam diri sendiri (motivasi

internal) dan dari luar diri seseorang (motivasi eksternal). Motivasi

mempengaruhi adanya kegiatan yang bertalian dengan adanya kegiatan.

Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi yaitu:

1. Mendorong manusia untuk berbuat;

2. Menentukan arah perbuatan; dan

3. Menyeleksi perbuatan (Sardiman, 2006).

Selanjutnya dikatakan bahwa motivasi yang ada pada seseorang

memiliki ciri-ciri seperti:

1. Tekun menghadapi tugas;

2. Ulet menghadapi kesulitan;

3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk

orang dewasa”;

4. Lebih senang bekerja mandiri;

5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin;

Page 53: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

40

6. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan

sesuatu);

7. Tidak mudah melepaskan hal yang sudah diyakini itu; dan

8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Dengan

adanya ciri-ciri tersebut dapat dikatakan bahwa seseorang itu

memiliki motivasi yang kuat.

Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam beraktivitas.

Motivasi melakukan aktivitas adalah merupakan faktor psikis yang bersifat

non intelektual. Peranannya yang khas dalam penumbuhan gairah, merasa

senang dan semangat untuk bekerja. Para perempuan merupakan

personalia yang berperan dalam rekayasa peranserta adalah masyarakat

berkepentingan dalam menghayati aktivitas. Dalam proses beraktivitas, para

perempuan melakukan tindakan mengarahkan khususnya dalam penguatan

motivasi intrinsik seperti memberi hadiah, memuji, menegur, menghukum

atau memberi nasihat, sementara itu tindakan perempuan mendorong warga

untuk berperan aktif merupakan penguatan motivasi ekstrinsik.

F. Permasalahan Umum Masyarakat Pesisir

Permasalahan pada daerah pesisir pada dasarnya ada beberapa,

namun yang sangat menonjol adalah permasalahan yang berhubungan

dengan masyarakat yang berdiam di daerah pesisir. Hal ini seperti yang

dikemukakan Badulu (2008) adalah (1) masalah sosial ekonomi, seperti

Page 54: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

41

kemiskinan, fungsi kelembagaan ekonomi yang belum maksimal, peluang

kerja terbatas, kesenjangan sosial karena perbedaan penguasaan alat

produksi, adanya konflik sosial nelayan serta kondisi sarana-sarana ekonomi

perikanan yang kurang menunjang pengembangan perekonomian wilayah.

Dari persoalan ini kemiskinan tergolong masalah yang sangat krusial arena

berdampak serius terhadap segi-segi lain dalam kehidupan masyarakat

nelayan, (2) rendahnya kualitas sumberdaya manusia dalam arti luas

meliputi kualitas pendidikan, kesehatan, lingkungan dan aspek sosial lainnya.

Kualitas sumberdaya manusia ini berkaitan langsung dengan produktivitas

dan hasil kerja yang juga turut dipengaruhi tingkat keterampilan yang dimiliki

oleh masyarakat, (3) keterbatasan daya jangkau pemasalahan hasil produksi

sumberdaya laut yang dimiliki nelayan. Keterbatasan ini berkaitan erat

dengan masalah dasar sebelumnya yang berakibat pada mutu hasil produksi

yang rendah, skala produksi tidak ekonomis dan kecepatan distribusi. Produk

perikanan mudah rusak dan tidak tahan lama (high perishable), sehingga

pelaku usaha penangkapan ikan skala kecil (tradisional) ini selalu berada

pada posisi sulit untuk berkembang akibat harga jual produk yang diterima

sangat rendah dan cenderung tidak sebanding dengan resiko maupun biaya

yang telah dikeluarkannya, (4) keterbatasan akses kelompok nelayan dan

optimalisasi pengelolaan terhadap sumberdaya lingkungan, finansial,

teknologi dan informasi. keterlambatan adaptasi teknologi masyarakat

nelayan bukanlah keterlambatan melekat pada diri nelayan melainkan

Page 55: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

42

terbatasnya kemudahan yang diberikan. Keterbatasan sumber modal ini

bukan disebabkan oleh karena tidak adanya lembaga keuangan dan

kurangnya uang beredar, namun disebabkan tidak beraninya lembaga

keuangan berkecimpung pada kegiatan usaha ini. Kondisi tersebut beralasan

bila ditinjau dari sisi ekonomi karena kegiatan usaha perikanan skala kecil

(tradisional) ini diperparah oleh ketidakpastian dalam memperoleh hasil

tangkapan, dan (5) keterbatasan kualitas kelembagaan yang dimiliki, menjadi

basis pertumbuhan pendorong dinamika ekonomi yang ada di desa nelayan.

Keterbatasan kelembagaan ini pula bukan hanya bersumber dari sisi internal

melainkan juga berasal dari faktor eksternal seperti pengembangan

organisasi, tingkat kemajuan organisasi dan lingkungan yang menempatkan

kelembagaan nelayan saat berhadapan dengan swasta pada kondisi yang

tidak berimbang.

Akumulasi permasalahan mendasar inilah yang semakin

menyudutkan masyarakat pesisir dalam dinamika pembangunan daerah,

regional dan nasional sehingga proses transformasi struktural mengalami

proses yang sangat lambat.

1. Sosial

Usaha-usaha mencapai pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan

peningkatan kualitas hidup serta peningkatan kesejahteraan individu,

keluarga, patenbayan, dan keseluruhan masyarakat di dalam wilayah itu di

antaranya dengan mengurangi pengangguran dan menyediakan lapangan

Page 56: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

43

kerja serta menyediakan prasarana-prasarana kehidupan yang baik seperti

pemukiman, papan, fasilitas transportasi, kesehatan, sanitasi, air minum, dan

lain-lainnya.

2. Ekonomi

Usaha-usaha mempertahankan dan memacu perkembangan dan

pertumbuhan ekonomi yang memadai untuk mempertahankan

kesinambungan dan perbaikan kondidi-kondisi ekonomi yang baik bagi

kehidupan dan memungkinkan pertumbuhan ke arah yang lebih baik.

Permasalahan ekonomi masyarakat telah dibahas pada bagian potensi

pemberdayaan perempuan di atas.

3. Wawasan lingkungan

Pencemaran kerusakan dan pelestarian terhadap keseimbangan

lingkungan. Aktivitas sekecil apapun dari manusia yang mengambil sesuatu

dari, atau memanfaatkan potensi alam, sedikit banyak akan mempengaruhi

keseimbangannya, yang apabila tidak diwaspadai dan dilakukan

penyesuaian terhadap dampak-dampak yang terjadi akan menimbulkan

kerugian bagi kehidupan manusia, khususnya akibat dampak yang dapat

bersifat tak terubah lagi (irreversible change).

Ketiga azas di atas harus mendapatkan perhatian bersama dan

diberik92an berat yang sesuai dengan peran dan pengaruh masing-masing

pada program pengembangan wilayah, agar didapatkan hasil maksimal serta

Page 57: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

44

dihindarinya dampak-dampak negartif yang dapat sangat merugikan bahkan

meniadakan hasil yang akan dicapai.

G. Kerangka Pikir

Secara umum masyarakat pesisir masih hidup dengan segala

keteterbelakangan, terutama pada sektor ekonomi. Hal ini menjadi ironis

karena sebetulnya berbagai potensi wilayah pesisir dapat dikembangkan.

Menurut analisis dari berbagai ahli, mengemukakan bahwa penyebab utama

masih terbatasnya kualitas sumber daya manusia (SDM) terutama pada

tingkat pendidikan yang dimilikinya, keterampilan untuk menghasilkan.

Wilayah pesisir yang menjadi objek penelitian ini berfokus pada Kecamatan

Mariso yang memiliki wilayah pesisir yang lebih luas dibandingkan dengan

beberapa kecamatan di Kota Makassar. Kemudian dipersempit pada tiga

kelurahan yaitu: Kelurahan Panambungan, Kelurahan Lette, dan Kelurahan

Mariso. Objek penelitian ini dikhususkan pada pemberdayaan perempuan

yang turut sebagai pelaku dalam pembangunan dan pengembangan di

wilayah pesisir ini.

Rendahnya kemampuan dan tingkat pendidikan kaum perempuan di

wilayah pesisir disebabkan karena kurangnya kemampuan biaya untuk

bersekolah, di samping itu, kurangnya keterampilan yang dapat

meningkatkan kesejahteraan keluarga mereka. Dengan demikian,

dibutuhkan pemberian pendidikan keterampilan hidup dengan vocational-

Page 58: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

45

skills. Melalui pendidikan dan pelatihan vocational kaum perempuan memiliki

keterampilan dengan memanfaatkan teknologi yang dapat diserap dengan

ketentuan dapat keuntungan relatif, compatibility yaitu konsisten dengan

norma, nilai, dan tradisi yang berlaku, complexity yaitu tingkat kerumitan

inovasi teknologi, triability yaitu setiap warga belajar dapat mengikuti semua

rangkaian kegiatan, dan observability yaitu keterbukaan atau dapat diamati

oleh umum.

Dengan pendidikan keterampilan hidup, maka kaum perempuan di

wilayah pesisir memiliki potensi untuk dapat dikembangkan antara lain

pengetahuan merupan ilmu yang mereka miliki untuk dapat memikirkan dan

memecahkan masalah yang dihadapi, keterampilan untuk mengembangkan

kompetensi adalah kemampuan untuk melakukan produksi sebagai

kebutuhan kesejahteraan, nilai-nilai sikap adalah kemampuan untuk

melakukan interaksi sosial dengan orang lain agar dapat bekerjasama

mengembangkan diri baik sebagai individu maupun sebagai anggota

msyarakat, kemampuan ekonomi merukan potensi yang dimiliki untuk dapat

memobilisasi kehidupan dan penghidupan, dan motivasi untuk maju

merupakan dorongan yang kuat dari diri kaum perempuan untuk selalu giat

dan berupaya menambah sumber penghasilan untuk sejahtera. Diharapkan

dengan potensi ini para perempuan di wilayah ini dapat berproduksi atau

berusaha. Untuk lebih jelasnya kerangka pikir ini, maka dapat dilihat pada

gambar 1.

Page 59: KEBUTUHAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Prof.Dr.Ir. Slamet Tri Sutomo dan Prof.Dr. Oesman Lewangka, S.E.,M.A. sebagai dosen

46

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir

Pemberdayaan Perempuan wilayah pesisir Kecamatan Mariso pada tiga kelurahan:

1. Kelurahan Mariso 2. Kelurahan Lette 3. Kelurahan Panambungan

Vokasional skill aspek-aspek yang dipetimbangan: 1. Keuntungan relative 2. Compatibility 3. Complexity 4. Trialibility 5. Obsevability (Anwar 2006)

Potensi pemberdayaan perempuan dikembangkan : 1. Pengetahuan 2. Keterampilan 3. Pengembangan nilai-nilai sikap 4. Perekonomian yang memadai 5. Motivasi untuk maju

Jenis Pendidikan Keterampilan Hidup

dan keterampilan Vokasional Skill