Kebudayaan Suku Batak

4
SEJARAH Kerajaan Batak didirikan oleh seorang Raja dalam negeri Toba sila-silahi (silalahi) lua’ Baligi (Luat Balige), kampung Parsoluhan, suku Pohan. Raja yang bersangkutan adalah Raja Kesaktian yang bernama Alang Pardoksi (Pardosi). Masa kejayaan kerajaan Batak dipimpin oleh raja yang bernama. Sultan Maharaja Bongsu pada tahun 1054 Hijriyah berhasil memakmurkan negerinya dengan berbagai kebijakan  politiknya. DESKRIPSI LOKASI Suku bangsa Batak dari Pulau Sumatra Utara. Daerah asal kediaman orang Batak dikenal dengan Daratan Tinggi Karo, Kangkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu, Simalungun, Toba, Mandailing dan Tapanuli Tengah. Daerah ini dilalui oleh rangkaian Bukit Barisan di daerah Sumatra Utara dan terdapat sebuah danau besar dengan nama Danau Toba yang menjadi orang Batak. Dilihat dari wilayah administrative, mereka mendiami wilayah beberapa Kabupaten atau bagaian dari wilayah Sumatra Utara. Yaitu Kabupaten Karo, Simalungun, Dairi, Tapanuli Utara, dan Asahan. UNSUR BUDAYA A. Bahasa Dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari, orang Batak menggunakan beberapa logat, ialah: (1)Logat Karo yang dipakai oleh orang Karo; (2) Logat Pakpak yang dipakai oleh Pakpak; (3) Logat Simalungun yang dipakai oleh Simalungun; (4) Logat Toba yang dipakai oleh orang Toba, Angkola dan Mandailing. B. Pengetahuan Orang Batak juga mengenal sistem gotong-royong kuno dalam hal bercocok tanam. Dalam bahasa Karo aktivitas itu disebut Raron, sedangkan dalam bahasa Toba hal itu disebut Marsiurupan. Sekelompok orang tetangga atau kerabat dekat bersama-sama mengerjakan tanah dan masing-masing anggota secara  bergiliran. Raron itu merupakan satu pranata yang keanggotaannya sangat sukarela dan lamanya berdiri tergantung kepada persetujuan pesertanya. C. Teknologi Masyarakat Batak telah mengenal dan mempergunakan alat-alat sederhana yang dipergunakan untuk  bercocok tanam dalam kehidupannya. Seperti cangkul, bajak (tenggala dalam bahasa Karo), tongkat tunggal (engkol dalam bahasa Karo), sabit (sabi-sabi) atau ani-ani. Masyarakat Batak juga memiliki senjata tradisional yaitu, piso surit (sejenis belati), piso gajah dompak (sebilah keris yang panjang), hujur (sejenis tombak), podang (sejenis pedang panjang). Unsur teknologi lainnya yaitukain ulos yang merupakan kain tenunan yang mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan adat Batak. D. Organisasi Sosial a. Perkawinan Pada tradisi suku Batak seseorang hanya bisa menikah dengan orang Batak yang berbeda klan sehingga  jika ada yang menikah dia harus mencari pasangan hidup dari marga lain selain marganya. Apabila yang menikah adalah seseorang yang bukan dari suku Batak ma ka dia harus diadopsi oleh salah satu marga Batak (berbeda klan). Acara tersebut dilanjutkan dengan prosesi perkawinan yang dilakukan di gereja karena mayoritas penduduk Batak beragama Kristen.

Transcript of Kebudayaan Suku Batak

8/9/2019 Kebudayaan Suku Batak

http://slidepdf.com/reader/full/kebudayaan-suku-batak 1/4

SEJARAH

Kerajaan Batak didirikan oleh seorang Raja dalam negeri Toba sila-silahi (silalahi) lua’ Baligi (Luat

Balige), kampung Parsoluhan, suku Pohan. Raja yang bersangkutan adalah Raja Kesaktian yang bernama

Alang Pardoksi (Pardosi). Masa kejayaan kerajaan Batak dipimpin oleh raja yang bernama. Sultan

Maharaja Bongsu pada tahun 1054 Hijriyah berhasil memakmurkan negerinya dengan berbagai kebijakan

 politiknya.

DESKRIPSI LOKASI

Suku bangsa Batak dari Pulau Sumatra Utara. Daerah asal kediaman orang Batak dikenal dengan Daratan

Tinggi Karo, Kangkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu, Simalungun, Toba, Mandailing dan Tapanuli

Tengah. Daerah ini dilalui oleh rangkaian Bukit Barisan di daerah Sumatra Utara dan terdapat sebuah

danau besar dengan nama Danau Toba yang menjadi orang Batak. Dilihat dari wilayah administrative,

mereka mendiami wilayah beberapa Kabupaten atau bagaian dari wilayah Sumatra Utara. Yaitu

Kabupaten Karo, Simalungun, Dairi, Tapanuli Utara, dan Asahan.

UNSUR BUDAYA

A. Bahasa

Dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari, orang Batak menggunakan beberapa logat, ialah: (1)Logat

Karo yang dipakai oleh orang Karo; (2) Logat Pakpak yang dipakai oleh Pakpak; (3) Logat Simalungun

yang dipakai oleh Simalungun; (4) Logat Toba yang dipakai oleh orang Toba, Angkola dan Mandailing.

B. Pengetahuan

Orang Batak juga mengenal sistem gotong-royong kuno dalam hal bercocok tanam. Dalam bahasa Karo

aktivitas itu disebut Raron, sedangkan dalam bahasa Toba hal itu disebut Marsiurupan. Sekelompok orang

tetangga atau kerabat dekat bersama-sama mengerjakan tanah dan masing-masing anggota secara

 bergiliran. Raron itu merupakan satu pranata yang keanggotaannya sangat sukarela dan lamanya berdiritergantung kepada persetujuan pesertanya.

C. Teknologi

Masyarakat Batak telah mengenal dan mempergunakan alat-alat sederhana yang dipergunakan untuk 

 bercocok tanam dalam kehidupannya. Seperti cangkul, bajak (tenggala dalam bahasa Karo), tongkat

tunggal (engkol dalam bahasa Karo), sabit (sabi-sabi) atau ani-ani. Masyarakat Batak juga memiliki

senjata tradisional yaitu, piso surit (sejenis belati), piso gajah dompak (sebilah keris yang panjang), hujur 

(sejenis tombak), podang (sejenis pedang panjang). Unsur teknologi lainnya yaitukain ulos yang

merupakan kain tenunan yang mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan adat Batak.

D. Organisasi Sosial

a. Perkawinan

Pada tradisi suku Batak seseorang hanya bisa menikah dengan orang Batak yang berbeda klan sehingga

 jika ada yang menikah dia harus mencari pasangan hidup dari marga lain selain marganya. Apabila yang

menikah adalah seseorang yang bukan dari suku Batak maka dia harus diadopsi oleh salah satu marga

Batak (berbeda klan). Acara tersebut dilanjutkan dengan prosesi perkawinan yang dilakukan di gereja

karena mayoritas penduduk Batak beragama Kristen.

8/9/2019 Kebudayaan Suku Batak

http://slidepdf.com/reader/full/kebudayaan-suku-batak 2/4

8/9/2019 Kebudayaan Suku Batak

http://slidepdf.com/reader/full/kebudayaan-suku-batak 3/4

 Nilai kekerabatan masyarakat Batak utamanya terwujud dalam pelaksanaan adat Dalian Na Talu, dimana

seseorang harus mencari jodoh diluar kelompoknya, orang-orang dalam satu kelompok saling menyebut

Sabutuha (bersaudara), untuk kelompok yang menerima gadis untuk diperistri disebut Hula-hula.

Kelompok yang memberikan gadis disebut Boru.

2. Hagabeon

 Nilai budaya yang bermakna harapan panjang umur, beranak, bercucu banyak, dan yang baik-baik.3. Hamoraan

 Nilai kehormatan suku Batak yang terletak pada keseimbangan aspek spiritual dan meterial.

4. Uhum dan ugari

 Nilai uhum orang Batak tercermin pada kesungguhan dalam menegakkan keadilan sedangkan ugari

terlihat dalam kesetiaan akan sebuah janji.

5. Pengayoman

Pengayoman wajib diberikan terhadap lingkungan masyarakat, tugas tersebut di emban oleh tiga unsur 

Dalihan Na Tolu.

6. Marsisarian

Suatu nilai yang berarti saling mengerti, menghargai, dan saling membantu.

ASPEK PEMBANGUNAN

Aspek pembangunan dari suku Batak yaitu masuknya sistem sekolah dan timbulnya kesempatan untuk 

memperoleh prestise social. Terjadinya jaringan hubungan kekerabatan yang berdasarkan adat dapat

 berjalan dengan baik. Adat itu sendiri bagi orang Batak adalah suci. Melupakan adat dianggap sangat

 berbahaya.

Pengakuan hubungan darah dan perkawinan memperkuat tali hubungan dalam kehidupan sehari-hari.

Saling tolong menolong antara kerabat dalam dunia dagang dan dalam lapangan ditengah kehidupan kota

modern umum terlihat dikalangan orang Batak. Keketatan jaringan kekerabatan yang mengelilingi

mereka itulah yang memberi mereka keuletan yang luar biasa dalam menjawab berbagai tantangan dalamabad ini.

SUB-SUKU DAN MARGA DALAM SUKU BATAK 

Didalam buku Tarombo Borbor Marsada dikatakan bahwa siRaja Batak memiliki 3(tiga) orang

anak, yaitu:

• Guru Tatea Bulan (siRaja Lontung)

• Raja Isombaon (siRaja Sumba)

• Raja Laut

 Nah, dari ketiga keturunan di atas lah dimulainya sub-suku beserta marga-marga dalam kehidupan

Batak. Suku batak memiliki sub suku antara lain:

-Karo

8/9/2019 Kebudayaan Suku Batak

http://slidepdf.com/reader/full/kebudayaan-suku-batak 4/4

-Mandailing

-Simalungun

-Toba

-Pakpak, dan

-Angkola

Setelah melihat pembagian sub-suku Batak di atas, perlu kita ingat dengan baik bahwa

adanya pengelompokan tersebut bukan berarti ada perpecahan antar-marga. Pengelompokoan

atau sub-suku tersebut didasarkan pada wilayah pemukimannya, bukan garis keturunan.

Sekalipun terbagi-bagi dalam kelompok, kekerabatan dalam suku Batak sangatlah erat. Akan

tetapi, akan lebih dekat lagi jika mereka berada dalam wilayah yang sama. Mengenai hal ini, da

 perumpamaan dalam bahasa Batak Toba berbunyi demikian: Jonok dongan partubu jonokan do

dongan parhundul. Artinya, semua orang mengakui bahwa hubungan garis keturunan adalah

sudah pasti dekat, tetapi dalam sistem kekerabatan Batak lebih dekat lagi hubungan karena

 bermukim di satu wilayah.

Jadi, saya tekankan sekali lagi, pembagian sub-suku Batak ditentukan atau didasarkan pada

wilayah bermukim, bukan berdasarkan silsilah garis keturunan.

Semoga bermanfaat. Jika pembaca memiliki pengetahuan lebih atau sekedar ingin

mengklarifikasi, saya akan sangat senang jika Saudara-saudara meninggalkannya di sini.