Kebudayaan Islam
Click here to load reader
-
Upload
salman-shinobi-lalang -
Category
Documents
-
view
217 -
download
4
description
Transcript of Kebudayaan Islam
KEBUDAYAAN ISLAM
2. Kebudayaan dalam Islam
Kebudayaan diartikan sebagai hasil karya pemikiran dalam bentuk aktifitas yang
dilakukan oleh manusia yang dipengaruhi oleh akal budi nurani manusia tersebut. Agama
Islam adalah wahyu dari Allah SWT yang disampaikan kepada Rasulullah SAW yang
mengandung peraturan-peraturan untuk pedoman hidup manusia agar selamat di dunia dan
akhirat. Islam bukanlah kebudayaan, namun agama Islam sangat mendorong penganutnya
berkebudayaan dalam berfikir, berpolitik, berekonomi, bergaul, bermasyarakat,
berpendidikan, menyusun rumah tangga dan lain-lain. Oleh karena itu seluruh kemajuan lahir
dan bathin itu adalah kebudayaan. Maka dengan kata lain, Islam mendorong umatnya
berkemajuan.
Al-Quran memandang kebudayaan itu merupakan suatu proses dan
meletakkannya sebagai eksistensi hidup manusia. Kebudayaan merupakan suatu totalitas
kegiatan manusia yang meliputi akal, hati, dan tubuh yang menyatu dalam suatu perbuatan.
Kebudayaan ini tidak mungkin terlepas dari nilai-nilai kemanusiaan, namun bisa jadi lepas
dari nilai-nilai ketuhanan.
Akal budi nurani manusia mempunyai keterbatasan karena dipengaruhi oleh
pengalaman, baik pribadi maupun masyarakat. Walaupun hasil akal, budi, nurani yang
dibentuk oleh manusia ini akan menjadi kebudayaan, yang memang diharapkan memberikan
kebaikan dalam masyarakat, tetapi belum tentu dinilai baik pada masyarakat lain. Oleh karena
itu, dalam ajaran Islam, segala aktifitas kehidupan manusia harus dibimbing oleh wahyu agar
tidak berkembang dan melahirkan suatu kebudayaan peradaban yang bertentangan dengan
nilai-nilai kemanusiaan yang dianggap dapat memberikan keuntungan bagi kelompok tertentu
saja dan merugikan yang lain. Al-Quran sebagai wahyu terakhir yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW dijadikan sebagai pedoman dan petunjuk untuk menjaga dan melahirkan
nilai-nilai universalitas kemanusiaan dalam bentuk kebudayaan dan peradaban.
Islam menghargai akal manusia untuk berkiprah dan berkembang yang kemudian
menciptakan akal, budi, rasa, cipta, dan karsa yang terseleksi oleh nilai-nilai kemanusiaan dan
kemudian menjadi kebudayaan. Dalam menciptak kebudayaan ini, manusia harus dibimbing
wahyu dan aturan-aturan yang mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi nafsu hewani,
sehingga menimbulkan kerugian diri sendiri. Jadi disinilah diperlukannya agama untuk
membimbing manusia dan mengembangkan akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan
yang beradab atau peradaban Islam.
Peradaban Islam merupakan kebudayaan yang dilandasi nilai-nilai ketuhanan.
Bimbingan wahyu diperlukan karena manusia mempunyai keterbasan dalam memecahkan
permasalahan kehidupan yang dinamis ini. Kebudayaan akan terus berkembang. Segala
sesuatu yang berkaitan dengan aktifitas dan kreatifitas manusia, baik dalam konteks hubungan
dengan sesamanya, maupun dengan alam lingkungannya, akan selalu terkait dengan
kebudayaan orang lain. Ini membuktikan bahwa manusia adalah makhluk social yang selalu
beraktifitas dan tidak bisa hidup tanpa orang lain. Kebudayaan akan berhenti saaat manusia
tidak dapat menggunakan akal budinya lagi.
Agama Islam mendorong umatnya berkebudayaan dalam semua aspek kehidupan
termasuk dalam bidang ibadah. Contohnya dalam ibadah sholat. Dalam Al-Quran ada
perintah: ‘Dirikanlah shalat’
Perintah itu bukan kebudayaan karena merupakan wahyu dari Allah SWT. Tetapi
apabila kita ingin menjalankan perintah shalat tersebut akan muncullah pemikiran dari
manusia itu sendri tentang bagaimana cara sholat, dimana tempat yang baik untuk sholat dan
lain-lain. Jadi kita bersholatpun setelah mengkaji Sunnah Rasulullah yang menguraikan
maksud wahyu tadi. Firman Allah:
An-Najm: 3-4
[٤] �ال ه��و �ن يوحى وحي إ اله��وى عن�]٣ [إينط�ق وما
Artinya: Tiadalah Rasul itu berkata-kata melainkan wahyu yang diwahyukan
padanya.
Contohnya ketika melaksanakan sholat berjamaah yang saf nya harus lurus dan
rapat. Jadi hal itu pun menjadin budaya, karena merupakan hasil usaha tenaga lahir kita yang
terdorong dari perintah wahyu. Serta mengenai tempat untuk sholat yang sesuai dengan ajaran
islam adalah tempat yang bersih dari najis maupun bersih dari pemandangan yang bisa
mengganggu kekhusyukan saat bersholat. Maka disaat inilah umat manusia terdorong untuk
memikirkan tempat seperti apa yang sesuai dengan persyaratan tersebut, seperti musholla,
surau, ataupun masjid. Apabila kita membangun surau atau masjid yang merupakan hasil dari
dorongan wahyu ‘Dirikanlah Shalat’ itu maka lahirlah kemajuan dan kebudayaan.
Jadi, dari perintah wahyu yang diberikan kepada umat manusia, akan terbentuk
dorongan untuk mengamalkan tuntutan wahyu tersebut yang kemudian membentuk
kebudayaan. Begitu pula kebudayaan dalam bergaul yang lahir dari tuntutan wahyu berikut:
Al-Maidah:2
Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Bertakwalah
kepada Allah, Sesungguhnya Allah sangat berat siksa-Nya
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, perintah ini bukanlah kebudayaan. Tapi
hasil pemikiran manusia yang terdorong dari keinginan untuk mengamalkan perintah ini lah
yang akhirnya memunculkan sebuah kebudayaan. Jadi dalam bermasyarakat dan bergaul serta
bergotong royong untuk membuat kebajikan dan kebaikan serta bergotong royong juga
memberantas perkara dosa dan persengketaan tentulah perlu menggunakan pikiran, yang pada
akhirnya melahirkan tindakan dan sikap.
Demikian pula dalam larangan:
Al-Isra’: 32
Larangan itu datangnya dari Allah SWT. Ini merupakan wahyu, bukan kebudayaan
karena ia bukan ciptaan akal manusia. Tapi apabila hendak mengamalkan tuntutan perintah ini
maka kita menggunakan akal pikiran dan melaksanakannya dalam perbuatan dan sikap. Akan
terpikirkan oleh kita, perilaku apa saja yang dapat membawa kepada zina sehingga fisik kita
akan segera menghindari hal-hal tersebut. Dengan itu akan lahirlah budaya daripada dorongan
wahyu “janganlah kamu dekati zina”.
Kebudayaan Islam tidak bisa diukur dari siapa yang melakukan kebudayaan
tersebut, tetapi bagaimana isi dari kebudayaan tersebut, apakah sesuai dengan nilai-nilai Islam
atau tidak. Jadi walaupun ia orang yang beragama Islam tetapi apa yang dia lakukan
bertentangan dengan nilai Islam, berarti ia tidak menjalankan kebudayaan Islam. Tetapi
sebaliknya, walau datang dari orang yang bukan Islam, tetapi isinya tidak bertentangan
dengan nilai Islam, maka dapat dikatakan sebagai kebudayaan Islam.
Prinsip-prinsip kebudayaan Islam merujuk kepada Islam, yaitu:
1. Menghormati akal, kebudayaan Islam menempatkan akal pada posisi terhormat, jadi
kebudayaan Islam tidak boleh merusak akal. (Ali-Imran: 190)
2. Prinsip memotivasi untuk menuntut ilmu dan meningkatkannya (Al-Mujadilah: 11)
3. Menghindari taklid buta artinya kebudayaan Islam tidak menerima sesuatu hal tanpa
diteliti dahulu, tidak mengikuti orang tanpa tahu alasannya (Al-Isra’: 36)
4. Tidak melakukan pengrusakan. Kebudayaan Islam tetap memperhatikan
keseimbangan alam. (Al-Qashash:77)