Kebudayaan islam
-
Upload
iwan-kurniarasa -
Category
Education
-
view
16.604 -
download
3
Transcript of Kebudayaan islam
1. PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Di dalam Kamus Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa: “ budaya “ adalah pikiran, akal
budi, adat istiadat. Sedang “ kebudayaan” adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin
( akal budi ) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat
Untuk memudahkan pembahasan, Ernst Cassirer membaginya menjadi lima aspek : 1.
Kehidupan Spritual 2. Bahasa dan Kesustraan 3. Kesenian 4. Sejarah 5. Ilmu
Pengetahuan.
Hubungan Islam dan Budaya
Sebagian ahli kebudayaan memandang bahwa kecenderungan untuk berbudaya
merupakan dinamik ilahi. Bahkan menurut Hegel, keseluruhan karya sadar insani yang
berupa ilmu, tata hukum, tatanegara, kesenian, dan filsafat tak lain daripada proses
realisasidiri dari roh ilahi. Sebaliknya sebagian ahli, seperti Pater Jan Bakker, dalam
bukunya “Filsafat Kebudayaan” menyatakan bahwa tidak ada hubungannya antara agama
dan budaya, karena menurutnya, bahwa agama merupakan keyakinan hidup rohaninya
pemeluknya, sebagai jawaban atas panggilan ilahi. Keyakinan ini disebut Iman, dan Iman
merupakan pemberian dari Tuhan, sedang kebudayaan merupakan karya manusia.
Sehingga keduanya tidak bisa ditemukan. Adapun menurut para ahli Antropologi,
sebagaimana yang diungkapkan oleh Drs. Heddy S. A. Putra, MA bahwa agama
merupakan salah satu unsur kebudayaan..
Untuk melihat manusia dan kebudayaannya, Islam tidaklah memandangnya dari satu sisi
saja. Islam memandang bahwa manusia mempunyai dua unsur penting, yaitu unsur tanah
dan unsur ruh yang ditiupkan Allah kedalam tubuhnya. Ini sangat terlihat jelas di dalam
firman Allah Qs As Sajdah 7-9 : “ ( Allah)-lah Yang memulai penciptaan manusia dari
tanah, kemudian Dia menciptakan keturunannya dari saripati air yan hina (air mani).
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam ( tubuh )-nya roh ( ciptaan)-
Nya”
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu beramal dan berkarya, untuk selalu
menggunakan pikiran yang diberikan Allah untuk mengolah alam dunia ini menjadi
sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan manusia. Dengan demikian, Islam telah
berperan sebagai pendorong manusia untuk “ berbudaya “. Dan dalam satu waktu
Islamlah yang meletakkan kaidah, norma dan pedoman. Sampai disini, mungkin bisa
dikatakan bahwa kebudayaan itu sendiri, berasal dari agama.
2. KONSEP KEBUDAYAAN DALAM ISLAM
Nabi Muhammad S.A.W merupakan teladan yang baik sekali dalam melaksanakan
kebudayaan seperti dilukiskan Qur'an itu, bahwa bagaimana rasa persaudaraannya
terhadap seluruh umat manusia dengan cara yang sangat tinggi dan sungguh-sungguh itu
dilaksanakan. Saudara-saudaranya di Mekah semua sama dengan dia sendiri dalam
menanggung duka dan sengsara. Bahkan dia sendiri yang lebih banyak menanggungnya.
Sesudah hijrah ke Medinah, dipersaudarakannya orang-orang Muhajirin dengan Anshar
demikian rupa, sehingga mereka berada dalam status saudara sedarah. Persaudaraan
sesama orang-orang beriman secara umum itu adalah persaudaraan kasih-sayang untuk
membangun suatu sendi kebudayaan yang masih muda waktu itu. Yang memperkuat
persaudaraan ini ialah keimanan yang sungguh-sungguh kepada Allah dengan demikian
kuatnya sehingga dibawanya Muhammad kedalam komunikasi dengan Tuhan, Zat Yang
Maha Agung.
3. PRINSIP-PRINSIP KEBUDAYAAN ISLAM
Islam, datang untuk mengatur dan membimbing masyarakat menuju kepada kehidupan
yang baik dan seimbang. Dengan demikian Islam tidaklah datang untuk menghancurkan
budaya yang telah dianut suatu masyarakat, akan tetapi dalam waktu yang bersamaan
Islam menginginkan agar umat manusia ini jauh dan terhindar dari hal-hal yang yang
tidak bermanfaat dan membawa madlarat di dalam kehidupannya, sehingga Islam perlu
meluruskan dan membimbing kebudayaan yang berkembang di masyarakat menuju
kebudayaan yang beradab dan berkemajuan serta mempertinggi derajat kemanusiaan.
Prinsip semacam ini, sebenarnya telah menjiwai isi Undang-undang Dasar Negara
Indonesia, pasal 32, walaupun secara praktik dan perinciannya terdapat perbedaan-
perbedaan yang sangat menyolok. Dalam penjelasan UUD pasal 32, disebutkan : “ Usaha
kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan, dengan tidak
menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau
memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa
Idonesia “.
Dari situ, Islam telah membagi budaya menjadi tiga macam :
Pertama : Kebudayaan yang tidak bertentangan dengan Islam.
seperti ; kadar besar kecilnya mahar dalam pernikahan, di dalam masyarakat Aceh,
umpamanya, keluarga wanita biasanya, menentukan jumlah mas kawin sekitar 50-100
gram emas.
Kedua : Kebudayaan yang sebagian unsurnya bertentangan dengan Islam ,
Contoh yang paling jelas, adalah tradisi Jahiliyah yang melakukan ibadah haji dengan
cara-cara yang bertentangan dengan ajaran Islam , seperti lafadh “ talbiyah “ yang sarat
dengan kesyirikan, thowaf di Ka’bah dengan telanjang.
Ketiga : Kebudayaan yang bertentangan dengan Islam.
Seperti, budaya “ ngaben “ yang dilakukan oleh masyarakat Bali.
4. SEJARAH INTELEKTUAL ISLAM
Diskusi sains dan Islam ada baiknya dimulai dari satu peristiwa monumental yang
menandai lahirnya sains modern, yakni Revolusi Ilmiah pada abad ke 17 di Eropa Barat
yang menjadi “cikal bakal” munculnya sains moderns sebagai sistem pengetahuan
“universal.” Dalam historiografi sains, salah satu pertanyaan besar yang selalu menjadi
daya tarik adalah: Mengapa Revolusi Ilmiah tersebut tidak terjadi di peradaban Islam
yang mengalami masa kejayaan berabad-abad sebelum bangsa Eropa membangun sistem
pengetahuan mereka?
Sekarang mari kita menengok ke sejarah yang lebih awal tentang peradaban Islam dan
sistem pengetahuan yang dibangunnya. Catatan A.I. Sabra dapat kita jadikan salah satu
pegangan untuk melihat kontribusi peradaban Islam dalam sains. Dalam pengamatannya,
peradaban Islam memang mengimpor tradisi intelektual dari peradaban Yunani Klasik.
Tetapi proses ini tidak dilakukan begitu saja secara pasif, melainkan dilakukan melalui
proses appropriation atau penyesuaian dengan nilai-nilai Islam. Dengan demikian
peradaban Islam mampu mengambil, mengolah, dan memproduksi suatu sistem
pengetahuan yang baru, unik, dan terpadu yang tidak tidak pernah ada sebelumnya. Ada
dua hal yang dicatat Sabra sebagai kontribusi signifikan peradaban Islam dalam sains.
Pertama adalah dalam tingkat pemikiran ilmiah yang diilhami oleh kebutuhan dalam
sistem kepercayaan Islam. Penentuan arah kiblat secara akurat adalah salah satu hasil dari
konjungsi ini. Kedua dalam tingkat institusionalisasi sains. Sabra merujuk pada empat
institusi penting bagi perkembamgan sains yang pertama kali muncul dalam peradaban
Islam, yaitu rumah sakit, perpustakaan umum, sekolah tinggi, dan observatorium
astronomi. Semua kemajuan yang dicapai ini dimungkinkan oleh dukungan dari penguasa
pada waktu itu dalam bentuk pendanaan dan penghargaan terhadap tradisi ilmiah.
Lalu mengapa sains dalam peradaban Islam tidak berhasil mempertahankan
kontinyuitasnya, gagal mencapai titik Revolusi Ilmiah, dan justru mengalami penurunan?
Salah satu tesis yang menarik datang dari Aydin Sadili. Seperti dijelaskan di atas bahwa
keunikan sains dalam Islam adalah masuknya unsur agama dalam sistem pengetahuan.
Tetapi, menurut Sadili, disini jugalah penyebab kegagalan peradaban Islam mencapai
Revolusi Ilmiah. Dalam asumsi Sadili, tradisi intelektual Yunani Klasik yang diwarisi
oleh peradaban Islam baru dapat menghasilkan kemajuan ilmiah jika terjadi proses
rekonsiliasi dengan kekuatan agama. Rekonsiliasi antara sains dan agama tersebut terjadi
di peradaban Eropa, tetapi tidak terjadi di peradaban Islam.
5. MASJID SEBAGAI PUSAT PERADABAN ISLAM
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Proses menuju ke arah pemberdayaan umat dimulai dengan pendidikan dan pemberian
pelatihan-pelatihan. Masjid seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai tempat
berlangsungnya proses pemberdayaan tersebut, bahkan sebagai pusat pembelajaran umat,
baik dalam bentuk pengajian, pengkajian, seminar dan diskusi maupun pelatihan-
pelatihan keterampilan, dengan peserta minimal jamaah disekitarnya.
Pusat Perekonomian Umat
Soko guru perekonomian Indonesia katanya koperasi, namun pada kenyataannya justru
koperasi menjadi barang yang tidak laku. tidak ada salahnya bila masjid mengambil alih
peran sebagai koperasi yang membawa dampak positif bagi umat di lingkungannya. Bila
konsep koperasi digabungkan dengan konsep perdagangan ala pusat-pusat pembelanjaan
yang diminati karena terjangkaunya harga barang, dan dikelola secara professional oleh
dewan pengurus maka masjid akan dapat memakmurkan jamaahnya. Sehingga akhirnya
jamaahnya pun akan memakmurkan masjidnya.
Pusat Penjaringan Potensi Umat
Masjid dengan jamaah yang selalu hadir HANYA sekedar untuk menggugurkan
kewajibannya terhadap Tuhan bisa saja mencapai puluhan, ratusan bahkan ribuan orang
jumlahnya. Masjid dengan jamaah yang selalu hadir sekedar untuk menggugurkan
kewajibannya terhadap Tuhan bisa saja mencapai puluhan, ratusan bahkan ribuan orang
jumlahnya. Dari berbagai macam usia, beraneka profesi dan tingkat (strata) baik ekonomi
maupun intelektual, bahkan sebagai tempat berlangsungnya akulturasi budaya secara
santun.
Pusat Ke-Pustakaan
Perintah pertama Tuhan kepada Nabi terakhir adalah "Membaca", dan sudah sepatutnya
kaum muslim gemar membaca dalam pengertian konseptual maupun kontekstual. Maka
dengan sendirinya hampir menjadi kemutlakkan bila masjid memiliki perpustakaan
sendiri.
6. KESIMPULAN
Untuk membangkitkan kembali peradaban sangat tergantung pada keberhasilan dalam
bidang sains melalui prestasi institusional dan epistemologis menuju pada proses
dekonstruksi epistemologi sains moderen yang memungkinkan nilai-nilai Islam terserap
secara seimbang ke dalam sistem pengetahuan yang dibangun tanpa harus menjadikan
sains sebagai alat legitimasi agama dan sebaliknya. Ini sejalan dengan gagasan islamisasi
pengetahuan yang pernah dilontarkan oleh Ismail Raji Al-faruqi.
Mengapa masyarakat Islam perlu melakukan reformasi sains moderen? Bukankah sains
moderen telah begitu banyak memberikan manfaat bagi manusia? Pernyataan ini
mungkin benar jika kita melihat tanpa sikap kritis bagaimana sains moderen membuat
kehidupan (sekelompok) manusia menjadi lebih sejahtera. Argumen yang masuk akal
datang dari Sal Restivo yang mengungkap bagaimana sains moderen adalah sebuah
masalah sosial karena lahir dari sistem masyarakat moderen yang cacat. Secara
historispun kita bisa memahami bagaimana sains moderen lahir sebagai mesin eksploitasi
sistem kapitalisme. Paul Feyerabend bahkan mengkritik sains moderen sebagai ancaman
terhadap nilai-nilai demokrasi, kualitas hidup manusia, dan bahkan kelangsungan hidup
bumi beserta isinya. Dalam kondisisi seperti ini, Islam semestinya dapat menjadi suatu
alternatif dalam mengembangkan sains ke arah yang lebih bijak.
Insya Allah
PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN DAN AGAMA ISLAM DI INDONESIA
Perkembangan islam di indonesia – Agama Islam masuk ke Indonesia dimulai dari
daerah pesisir pantai, kemudian diteruskan ke daerah pedalaman oleh para ulama atau
penyebar ajaran Islam. Mengenai kapan Islam masuk ke Indonesia dan siapa
pembawanya terdapat beberapa teori yang mendukungnya. Untuk lebih jelasnya silahkan
Anda simak uraian materi berikut ini
Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Islam di indonesia
Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Ahmad Mansur
Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu
teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia. Ketiga teori tersebut di atas memberikan
jawaban tentang permasalah waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang
pelaku penyebar atau pembawa agama Islam ke Nusantara.
Untuk mengetahui lebih jauh dari teori-teori tersebut, silahkan Anda simak uraian materi
berikut ini.
1. Teori Gujarat
Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan
pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah:
a. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di
Indonesia.
b. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia –
Cambay – Timur Tengah – Eropa.
c. Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang
bercorak khas Gujarat. Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF
Stutterheim dan Bernard H.M. Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih
memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya
kerajaan Samudra Pasai. Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia
(Italia) yang pernah singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di
Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari
India yang menyebarkan ajaran Islam.
Demikianlah penjelasan tentang teori Gujarat. Silahkan Anda simak teori berikutnya.
2. Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu
teori Gujarat. Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke
7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir).
Dasar teori ini adalah:
a. Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan
Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan
perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina.
b. Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh mazhab
Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. SedangkanGujarat/India
adalah penganut mazhab Hanafi.
c. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut berasal dari
Mesir. Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli
yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik
Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang
berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri. Dari
penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami? Kalau sudah paham simak
3. Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal
dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya
masyarakat Islam Indonesia seperti:
a. Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi
Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di Sumatra Barat
peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa
ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
b. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu Al –
Hallaj.
c. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda- tanda
bunyi Harakat.
d. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
e. Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama salah
satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat.
Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan
kelemahannya. Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa Islam
masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami
perkembangannya pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam
adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India). Demikianlah uraian materi
tentang proses masuknya Islam ke Indonesia.
Proses masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia pada dasarnya dilakukan dengan
jalan damai melalui beberapa jalur/saluran yaitu melalui perdagangan seperti yang
dilakukan oleh pedagang Arab, Persia dan Gujarat. Pedagang tersebut
berinteraksi/bergaul dengan masyarakat Indonesia. Pada kesempatan tersebut
dipergunakan untuk menyebarkan ajaran Islam. Selanjutnya diantara pedagang tersebut
ada yang terus menetap, atau mendirikan perkampungan, seperti pedagang Gujarat
mendirikan perkampungan Pekojan. Dengan adanya perkampungan pedagang, maka
interaksi semakin sering bahkan
ada yang sampai menikah dengan wanita Indonesia, sehingga proses penyebaran Islam
semakin cepat berkembang.
Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubaliqh yang
menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren.
Pondok pesantren adalah tempat para pemuda dari berbagai daerah dan kalangan
masyarakat menimba ilmu agama Islam. Setelah tammat dari pondok tersebut, maka para
pemuda menjadi juru dakwah untuk menyebarkan Islam di daerahnya masing- masing. Di
samping penyebaran Islam melalui saluran yang telah dijelaskan di atas, Islam
juga disebarkan melalui kesenian, misalnya melalui pertunjukkan seni gamelan ataupun
wayang kulit. Dengan demikian Islam semakin cepat berkembang dan mudah diterima
oleh rakyat Indonesia.
Proses penyebaran Islam di Indonesia atau proses Islamisasi tidak terlepas dari peranan
para pedagang, mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau para adipati. Di pulau Jawa,
peranan mubaliqh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali yang dikenal dengan
sebutan Walisongo atau wali sembilan yang terdiri dari:
1. Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Syeikh Maghribi menyebarkan Islam di
Jawa Timur.
2. Sunan Ampel dengan nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di daerah Ampel
Surabaya.
3. Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana Makdum
Ibrahim, menyebarkan Islam di Bonang (Tuban).
4. Sunan Drajat juga putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah Syarifuddin,
menyebarkan Islam di daerah Gresik/Sedayu.
5. Sunan Giri nama aslinya Raden Paku menyebarkan Islam di daerah Bukit Giri (Gresik)
6. Sunan Kudus nama aslinya Syeikh Ja’far Shodik menyebarkan ajaran Islam di daerah
Kudus.
7. Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya menyebarkan ajaran
Islam di daerah Demak.
8. Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar Syaid
menyebarkan islamnya di daerah Gunung Muria.
9. Sunan Gunung Jati nama aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan Islam di Jawa
Barat (Cirebon)
Demikian sembilan wali yang sangat terkenal di pulau Jawa, Masyarakat Jawa sebagian
memandang para wali memiliki kesempurnaan hidup dan selalu dekat dengan Allah,
sehingga dikenal dengan sebutan Waliullah yang artinya orang yang dikasihi Allah
PERKEMBANGAN AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DAN PENGARUH
TERHADAP MASYARAKAT
Teori Masuknya Agama dan Kebudayaan Islam Di Indonesia
Daerah kekuasaan Islam pada perkembangan sebelumnya makin sempit. Karena pada
awalnya perluasan agama Islam dilakukan dengan cara berperang. Mengingat
perkembangan sebelumnya, pada masa berikutnya perluasan Islam dilakukan dengan cara
damai. Yaitu dengan cara melakukan perdagangan. Melalui perdagangan inilah agama
Islam masuk ke wilayah Indonesia. Agama Islam masuk ke Indonesia diperkirakan pada
abad ke-7 M dan pada abad ke-13 M membentuk kerajaan-kerajaan Islam.
Agama dan kebudayaan Islam berkembang sangat pesat di wilayah Indonesia. Berawal
dari masyarakat pesisir pantai, agama dan kebudayaan Islam dikembangkan ke daerah
pedalaman. Perkembangan di daerah ini, ditujukan kepada kalangan istana, yaitu raja,
keluarga raja dan kaum bangsawan. Apabila raja telah masuk islam, maka rakyat
mengikuti jejaknya. Mengingat rakyat di daerah pedalaman sangat patuh kepada
perintah-perintah rajanya.
Adapun teori-teori masuknya Islam ke Indonesia sebagai berikut:
Pijnappel. Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh orang-orang dari benua India yaitu
kawasan Gujarat dan Malabar yang memeluk Mazhab Syafi’i. teori ini didasarkan banyak
masyarakat Indonesia yang memeluk Mazhab Syafi’i.
Snouck Hurgronje. Masuknya Islam ke Indonesia disebabkan oleh orang muslim Dhaka
yang sudah menguasai kota-kota di pelabuhan selatan India. Diikuti oleh orang Arab
yang mengaku keturunan Nabi Muhammad SAW dengan gelar Sayyid atau Syarif,
mereka megajarkan Islam kepada masyarakat Indonesia.
Arnold. Islam masuk ke Indonesia dibawa orang-orang Arab. Dengan dasar abad ke-7
dan ke-8 bangsa Arab membawa Islam ketika menguasai perdagangan di daerah Barat
dan Timur. Naquib Al-Alatas melakukan penelitian pada abad ke-17, penghasil karya-
karya Islam adalah orang-orang Arab dan Persia.
Hoesein Djajadiningrat. Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh pedagang Persia. Karena
banyak ejaan-ejaan arab yang berasal dari Persia. Umar Amin Husen berpendapat bahwa
suku Persia atau Leran dating ke Jawa karena di daerah Giri terdapat kampong Leran.
H. J. De Graaf, Slamet Mulyana dan Denys Lombard. Islam masuk ke Indonesia dibawa
oleh orang Cina yang menganut Mazhab Syafii sepanjang jalur sutera. Hal ini dengan
ditemukannya masyaakan Indonesia yang juga menganut Mazhab Syafii.pendapat lain
mengatakan Islam ke Indonesia dibawa orang Cina yang melakukan ekspedisi dan
menetap di Indoneisia.
Alwi Shihab. Islam masuk ke Indonesia dibawa pedagang sufi dari Arab uang masuk ke
Cina lewat jalur Barat. Kemudian masuk ke Timur yaitu Indonesia. Dengan demikian
Islam masuk ke Indoneisa dari orang Arab dengan Jalur Arab. H. Abdul Malik Karim
Amrullah memperjelas bahwa Islam masuk ke Indonesia melalui Mesir dan Mekah.
2. Saluran Penyebaran Islam Berdasarkan asal daerah dan waktunya:
Dari daerah Mesopotamia yang dikenal sebagai Persia merupakan jalur utara. Dari Persia
ke utara melalui darat Islam menyebar Afganistan, Pakistan dan Gujarat. Melalui laut ke
timur menuju Indonesia. Dari jalur tersebut Islam memperoleh unsure baru yang disebut
Tasawuf.
Melalui jalut tengah, dari bagian lembah Yordania dan di bagian timur melalui
Semenanjung Arabia, khususnya Hadramaut yang berhadapan langsung ke Indonesia.
Dari Semenanjung Arabia penyebaran agama Islam ke Indonesia lebih murni,
diantaranya aliran Wahabi (dari nama Abdul Wahab) yang terkenal keras dalam
penyiaran agama. Daerah yang merasakan pengaruhnya adalah Sumatra Barat.
Melalui jalur selatan yang berpangkal di Mesir. Dari kota Kairo yang merupakan pusat
penyiaran agama secara modern. Indonesia memperoleh pengaruh utama dari organisasi
keagamaan yang disebut Muhammadiyah.
Secara teperinci golongan penyebar agama Islam di Indonesia ada 3 yaitu:
Golongan Mubaligh atau guru agama Islam (sufi). Gologan ini adalah orang yang
mempunyai orientasi bedakwah dan masuk ke Indonesia kira-kira abad ke-13 M yang
berasal dari Arab dan Persia.
Golongan Pedagang. Golongan pedagang pertama kali masuk Indonesia adalah orang
Arab, disusul orang Mesir, Persia dan Gujarat.
Golongan Wali. Wali yang terkenal memperkenalkan ajaran Islam di Indonesia adalah
Wali songo, antara lain:
1. Sunan Maulana Malik Ibrahim atau Syekh Maghribi (Gresik).
2.Sunan Ngampel atau Raden Rahmat (Ngampel Surabaya).
3.Sunan Bonang atau Radem Maulana Makdum Ibrahim (Bonang Tuban).
4.Sunan Drajat atau Syarifudin (Sedayu Surabaya).
5.Sunan Giri atau Prabu Satmata atau Sultan Abdul Fakih (Giri Gresik).
6.Sunan Kalijaga (Kadilangu Demak).
7.Sunan Kedus atau Jafar Sodiq (Kudus).
8.Sunan Muria atau Raden Umar Said (Gunung Muria Kudus).
9.Sunan Gunung Jati (Gunung Jati Cirebon).
Di samping itu, penyiaran agama Islam dilakukan dengan beebagai cara yaitu:
Perdagangan. Proses Islamisasi melalui perdagangan sangat menguntungkan dan lebih
efektif cara-cara lain. Apalagi yang terlibat bukan hanya masyarakat dari golongan bawah
melainkan juga dari golongan atas seperti kaum bangsawan atau para raja.
Perkawinan. Para pedagang Islam dalam melakukan perdagangan memerlukan waktu
yang lama, sehingga harus menetap di suatu daerah tertentu. Keadaan ini mempercepat
hubungan dengan kaum pribumi/bangsawan. Terkadang juga sampai dengan perkawinan,
sehingga melalui perkawinan terlahir seorang muslim.
Politik. Pengaruh kekuasaan seorang raja berpengaruh besar dalam proses Islamisasi.
Setelah raja memeluk Islam, maka rakyatnya mengikuti jejak rajanya. Setelah
tersosialisasi dengan agama Islam, maka kepentingan politik dilaksanakan melalui
perluasan wilayah kerajaanyang diikuti dengan penyebaran agama Islam.
Pendidikan. Para ulama, guru agama atau para kyai juga memiliki peran penting dalam
penyebaran Islam. Dengan mendirikan pondok pesantren sebagai tempat pengajaran
agama Islam bagi para santri.
Kesenian. Melalui kesenian penyebaran agama Islam dapat dilakukan seperti melakukan
pertunjukan wayang dan gamelan. Kesenian tersebut sangat digemari masyarakat.
Dengan bercerita atau berdakwah para ulama dapat menyisipkan ajaranagama Islam.
Tasawuf. Para ahli tasawuf biasanya memiliki keahlian yang dapat membantu rakyat,
seperti menyembuhka penyakit dan lain-lain. Penyebaran agama Islam yang mereka
lakukan disesuaikan dengan kondisi, alam pikiran dan budaya masyarakat pada saat itu,
sehingga ajaran Islam dengan mudah diterima masyarakat.
Melalui berbagai saluran di atas, Islam dapat diteima dan berkembang pesat sejak sekitar
abad ke-13 M. Dengan alas an sebagai berikut:
Islam bersifat terbuka, sehingga penyebaran agama Islam dapat dilakukan oleh siapa saja
atau oleh setiap seorang muslim.
Penyebaran agama Islam dilakukan secara damai.
Islam tidak membedakan kedudukan seseorang dalam masyarakat.
Upacara-upacara dalam agama islam dilakukan dengan sederhana.
Ajaran Islam berupaya untuk menciptakan kesejahteraan kehidupan masyarakatnya
dengan adanya kewajiban zakat bagi yang mampu.
Bukti-bukti Masuknya Islam ke Indonesia
Para ahli menafsirkan bahwa aagama dan kebudayaan Islam diperkirakan masuk ke
Indonesia sekitar abad ke-7 M, yaitu pada masa kekuasaan Kerajaan Sriwijaya. Bahwa
pada masa itu telah terdapat aktifitas pedagang-pedangang Arab yang melakukan
transaksi perdagangan di Kerajaan Sriwijaya.
Pendapat lain membuktikan bahwa ajaran dan kebudayaan Islam dibawa oleh para
pedagang Islam dari Gujarat (India). Hai ini dilihat dari temuan unsur-unsur Islam yang
memiliki kesamaan dengan India. Berdasarkan bukti-bukti ini, para ahli menyimpulkan
bahwa ajaran dan kebudayaan Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M dibawa para
pedagang dari Arab, Persia dan India (Gujarat).
Sumber-sumber Berita Masuknya Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia
Berita Arab. Para pedagang Arab dating ke Indonesia pada masa Kerajaan Sriwijaya
termasuk Selat Malaka pada masa itu.
Berita Eropa. Dalam perjalanan melaksanakan tugas dari Cina menuju Eropa melalui
jalur laut, Marcopollo singgah di Sumatra bagian Utara. Di daerah ini, beliau telah
menemukan adanya kerajaan Islam yaitu Kerajaan Samudra dengan ibukota Pasai.
Berita India. Para pedagang dari Gujarat mempuyai peranan penting dalam penyebaran
agama dan kebudayaan Islamdi Indonesia. Karena disamping berdagang, mereka juga
aktif mengajarkan agama dan kebudayaan Islam kepada masyarakat yang dijumpai.
Berita Cina. Dari catatan Ma-Huan, seorang penulis yang mengikuti perjalanan
Laksamana Cheng-Ho menyaiakan bahwa kira-kira sejak tahun 1400 telah ada saudagar-
saudagar Islam yang bertempat tinggal di pantai Utara Pulau Jawa.
Sumber Dalam Negeri.
Penemuan sebuat batu di Leran (dekan Gresik) yang menggunakan huruf Arab, yang
berisi keterangan meninggalnya Fatimah binti Maemun (1028).
Makam Sultan Malikul Saleh di Sumatra Utara yang meninggal pada bulan Ramadhan
676 H atau1297 M.
Makan Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresikyang wafat 1419 M. Jirat makam di
datangkan dari Gujaratdan berisi tulisan-tilisan Arab.