kebudayaan

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kesatuan yang berbentuk republik. Sebagai negara republik indonesia dipimpin oleh seorang presiden yang di bantu olaepara mentri dan lembaga- lembaga yang lain. Ada tiga lembaga yang dikenal dalam pemerintahan Indonesia yaitu : eksekutif . legislatif dan yudikatif. Ketiga lembaga ini memiliki hak dan kewajiban masing masing. Lembaga eksekutif bertugas untuk mebuat peraturan-peraturan, legislatif menjalankan aturan-aturan yang telah dibuat dan yudikatif sebagai pengawas peraturan- peraturan. Semua tugas dari setiap lembaga untuk menacapai tujuan negara yaitu mensejahterakan kehidupan rakyat dan mewujudkan negara yang adil, aman dan tentram sesuai dengan isi pembukaan UUD’45. Indonesia sebagai negara demokrasi yang berarti semua kekuasaan ada ditangan rakyat. Rakyatlah yang menentukan dan memilih pejabat negara melalui pemilihan umum. Pemerintah- pemerintah yang dipilih melalui forum yang disebut partai. Setiap partai berhak mempromosikan dirinya agar dapat menyita perhatian rakyat dan memilihnya sebagai pejabat negara yang dipercaya oleh rakyat. Pejabat negarayang terpilih diharapkan dapat mengayomi dan memberika kesejahteraan rakyat, namun fenimena yang berbeda telah terjadi sejak pemerintahan setelah

description

KEBUDAYAAN

Transcript of kebudayaan

Page 1: kebudayaan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kesatuan yang berbentuk republik. Sebagai

negara republik indonesia dipimpin oleh seorang presiden yang di bantu olaepara mentri dan

lembaga-lembaga yang lain. Ada tiga lembaga yang dikenal dalam pemerintahan Indonesia

yaitu : eksekutif . legislatif dan yudikatif. Ketiga lembaga ini memiliki hak dan kewajiban

masing masing. Lembaga eksekutif bertugas untuk mebuat peraturan-peraturan, legislatif

menjalankan aturan-aturan yang telah dibuat dan yudikatif sebagai pengawas peraturan-

peraturan. Semua tugas dari setiap lembaga untuk menacapai tujuan negara yaitu

mensejahterakan kehidupan rakyat dan mewujudkan negara yang adil, aman dan tentram

sesuai dengan isi pembukaan UUD’45.

Indonesia sebagai negara demokrasi yang berarti semua kekuasaan ada ditangan rakyat.

Rakyatlah yang menentukan dan memilih pejabat negara melalui pemilihan umum.

Pemerintah-pemerintah yang dipilih melalui forum yang disebut partai. Setiap partai berhak

mempromosikan dirinya agar dapat menyita perhatian rakyat dan memilihnya sebagai pejabat

negara yang dipercaya oleh rakyat. Pejabat negarayang terpilih diharapkan dapat mengayomi

dan memberika kesejahteraan rakyat, namun fenimena yang berbeda telah terjadi sejak

pemerintahan setelah presiden Soeharto memertintah sebagai presiden. Para pejabat negara

menyalahgunakan tugas mereka untuk memperkaya diri sendiri, melupakan kesejahteraan

rakyat dan lebih mementingkan kepentingan pribadi mereka. Fenomena ini menimbulkan

suatu masalah sosial pada negara Indonesia.

Negara indonesia sangat kental dengan budaya timur yang dianut yaitu menjunjung tinggi

harmonisme hubungan antar sesama, toleransi dan saling menghargai antar masyrakatnya.

Hal ini sangat bertentangan dengan fenomena yang terjadi pada para pejabat negara yang

lebih cenderung mementingkan kepentingan pribadi mereka dan melupakan tujuan umum

dari negara Indonesia sehingga terjadi kesenjangan antara perekonomian antar rakyat kecil

dan para petinggi negara. Masyarakat yang miskin semakin miskin dan yang kaya semakin

kaya, maka dari itu kami mengambil tema ini sebagai bahan untuk makalah.

Page 2: kebudayaan

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan patologi sosial?

2. Perbuatan apa saja yang bisa dikatakan sebagai patologi sosial?

3. Mengapa korupsi dikatagorikan sebagai salah satu masalah sosia?

4. Faktor apa saja yangdapat mempengaruhi terjadinya tindakan korupsi?

5. Apa saja upaya pemerintah untuk menanggulangi masalah korupsi di Indonesia?

1.3. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas didapatkan tujuan :

1. Untuk mengetahui pengertian patologi sosial

2. Untuk mengetahui Perbuatan patologi sosial

3. Untuk mengetahui korupsi sebagai salah satu masalah sosial

4. Untuk mengetahui Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya tindakan korupsi

5. Untuk mengetahui upaya pemerintah untuk menanggulangi masalah korupsi di

Indonesia

Page 3: kebudayaan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Patologi sosial didefinisikan sebagai semua tingkah laku yang bertentangan dengan

norma kebaikan, stabilitas lokal, pola keserhanaan, moral, hak milik, solidaritas

kekeluargaan, hidup rukun bertetngga, disiplin,kebaikan, dan hukum formal. Sebagai hal

yang bertentangan dengan norma patologi sosial diartikan sebagai masalah-masalh sosial

yang terjadi dimasyarakat baik itu dilakukan oleh perseorangan atau kelompok tertentu.

Fenomena ini melahirkan kesenjangan yang terjadi pada suatu wilayah negara.

Korupsi merupakan benalu sosial yang merusak sendi-sendi struktur pemerintahan dan

menjadi hambtan paling utama bagi pembanginan. Ada orangyang mengatakan korupsi

merupakan seni kehidupan dan menjadi salah satu aspek kebudayaan kita. Lanjutan.

Page 4: kebudayaan

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Pengertian Patologi Sosial

para sosiologi mendefinisikan patologi social sebagai : Semua tigkah laku yang

bertentangan dengan norma kebaikan ,staboilitas local, pola kesederhanaan ,moral,hak milik,

solidaritas kekeluargaan ,hiup rukun bertetangga ,disiplin ,kebaikan ,dan hukum formal.

Menurut etimologi patologi sosial berasal dari dua kata patologi dan sosial. Patologi

(pathos= penderitaan,penyakit ): Ilmu tentang gejala gejala sosial yang dianggap “sakit”,

disebabkan oleh faktor – faktor sosial

3.2. Perbuatan patologi sosial

Perbuatan patologi sosial meliputi :

1. Semua bentuk tingkah laku yang melanggar atau memperkosa adat istiadat masyarkat

2. Situasi social yang dianggap oleh sebagian besar warga masyarkat sebagai

mengganggu ,tidak dikehendaki ,berbahaya dan merugikan banyak orang.

Contoh –contoh perbuatannya :

1. Perjudian

Perjudian itu merupakan salah satu bentuk penyakit masyarakat satu bentuk

patologi sosial.Sejarah perjudian sudah sejak beribu –ribu tahun yang

lalu,sejak dikenalkan sejarah manusia.

2. Korupsi

Merupakan benalu sosial yang merusak sendi –sendi struktur pemerintah dan

menjadi hambatan paling utama bagi pembangunan.

3. Kriminalitas

Merupakan peristiwa herediter (bawaan sejak lahir,warisan) juga bukan

merupakan warisan biologis .Tingkahlaku kriminal itu bisa dilakukan oleh

siapapun juga ,baik wanita maupun pria; dapat berlangsung pada usia

anak ,dewasa maupun lanjut umur.

4. Pelacuran

Page 5: kebudayaan

Merupakan salah satu bentuk penyakit masyarakat yang harus dihentikan

penyebarannya, tanpa menghabaikan usaha pencegahan dan perbaikan .

3.3. Korupsi sebagai salah satu masalah sosial

Korupsi Merupakan benalu sosial yang merusak sendi –sendi struktur pemerintah dan

menjadi hambatan paling utama bagi pembangunan. Mohammad Hatta mengatakan bahwa

korupsi adalah masalah budaya, artinya bahwa korupsi di Indonesia tidak mungkin diberantas

kalau masyarakat secara keseluruhan tidak bertekad untuk memberantasnya. Secara historical

sisa -sisa budaya dalam sistem feodal yang menganggaap, menerima sesuatu dari rakyat,

walaupun untuk itu rakyat sendiri harus berkorban dan menderita, tidaklah merupakan

perbuatan tercela dan penerimaan itu jelas tidak dapat dimasukkan sebagai perbuatan korupsi

karna dianggap ”wajar ”. Artinya, kebudayaan bangsa Indonesia dewasa ini masih belum

berubah ke arah menolak sama sekali system.

Korupsi bisa dimasukkan ke dalam kategori perbuatan kejahatan maka praktik –

praktik yang dapat dimasukkan dalam perbuatan korup anatara lain: Penggelapan,

penyogokan, penyuapan, kecerobohan administrasi dengan intensi mencuri kekayaan Negara,

pemerasan, penggunaan kekuatan hukum dan atau kekuatan bersenjata untuk imbalan dan

upah materil, barter kekuasaan politik dengan sejumlah uang, penekanan kontrak-kontrak

oleh kawan “sepermainan” untuk mendapatkan komisi besar bagi diri sendiri dan kelompok

dalam penjualan “pengampunan” pada oknum-oknum yang melakukan tindak pidana agar

tidak dituntut oleh yang berwajib dengan imbalan uang suap, eksploitasi, dan pemerasan

formal oleh pegawai dan pejabat resmi dan lain-lain

Korupsi sudah berlangsung sejak zaman Mesir Kuno , Babilonia, Roma,sampai abad

pertengahan dan sekrang.Para pendeta di zaman Mesir memeras rakyatnya dengan alasan

keharusan menyajikan kurban kepada para dewa .Jendral – jendral pada zaamn kerjaan

Romawi memeras daerah –daerah jajahannya guna memperkaya diri.Pada abad pertenghan

banyak bangsawan korup diistana –istana para raja di Eropa .Bahkan sekarangpun di

Amerika serikat yang begitu makmur dan modern masih banyak berjangkit praktik –praktik

korupsi.

Korupsi memang berlangsung pada semua lapisan masyarkat . Namun pada

masyarakat yang tengah melaksanakan modernisasi,korupsi ini paling banyak terjadi.

Biasanya korupsi ini bersamaan dengan pembangun indrustri .Korupsi merupakan salah satu

Page 6: kebudayaan

kriterium dari tidak adanya institusional politik yang efektif, dan dari kurang yang

berfungsinya sistem kontrol dan yudikatif. Banyak pegawai negri dan pejabat tidak lagi

mempunyai otonam dan tidak punya pertalian dengan rakyat yang harus diberi pelayanan

sosial .Sebab mereka justru mengaitkan pernanan kelembaannya dengan tuntutan –tuntutan

eksternal yaitu pihak –pihak yaitu bersedia menyuap dan memberikan hadiah

hadiah.Penelitian membuktikan ,bahwa pada fase-fase yang apling subur berkembarnya.

3.4. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi terjadinya tindakan korupsi

a. Korupsi dalam pandangan Sosial budaya

Mohammad Hatta mengatakan bahwa korupsi adalah masalah budaya,

artinya bahwa korupsi di Indonesia tidak mungkin diberantas kalau masyarakat

secara keseluruhan tidak bertekad untuk memberantasnya. Secara historical sisa -sisa

budaya dalam sistem feodal yang menganggaap, menerima sesuatu dari rakyat,

walaupun untuk itu rakyat sendiri harus berkorban dan menderita, tidaklah

merupakan perbuatan tercela dan penerimaan itu jelas tidak dapat dimasukkan

sebagai perbuatan korupsi karna dianggap ”wajar ”. Artinya, kebudayaan bangsa

Indonesia dewasa ini masih belum berubah ke arah menolak sama sekali system.

b. Korupsi dalam pandangan Politik

Pada umumnya korupsi dimasukkan orang sebagai masalah politik karena

menyangkut penyalahgunaan (misuse) kekuasaan publik untuk kepentingan pribadi.

Pemerintah telah merumuskan UU Anti Korupsi yang terdiri dari empat unsur

penting, yaitu unsur penyalahgunaan wewenang, unsur memperkaya diri sendiri atau

korporasi, unsur merugikan keuangan negara dan unsur pelanggaran hukum. Kalau

terjadi tindak korupsi, pelakunya langsung bisa dijerat dengan tuduhan atas empat

unsur tersebut.

c. Korupsi dalam pandangan Psikologi

Secara umum munculnya perilaku dalam teori psikologi adalah hasil

fungsional antara faktor personal yang bersifat internal dengan faktor enveronmental

yang bersifat ekternal, dengan rumus B=f ( P x E). Faktor personal sebagai atribut

individual terdiri dari; kognitif, affektif, personality, sikap, belif, motivasi, sosial

Page 7: kebudayaan

skill dan lain-lain, sedangkan faktor eksternal, adalah lingkungan sosial, budaya,

agama, pendidikan, gaya hidup dan yang lainnya.

Teori ini bisa dipakai dalam memahami perilaku korupsi, salah satu atribut

individualnya adalah masalah motivasi. (Djamaludin ancok, 2004), merujuk pada teori

motivasi berprestasi dari Mc Clelland, motivasi berprestasi adalah dorongan pada individu

untuk meningkatkan prestasi kerjanya karna individu yang memiliki motivasi berprestasi

yan tinggi akan selalu ingin mengerjakan sesuatu dengan sebaik-baiknya dengan

meletakkan standar yang tinggi pada kualitas hasil pekerjaannya.

Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi suka dengan tantangan dan

tidak puas dengan hasil kerjanya yang setengah-setengah atau mutu yang rendah,

disamping itu mereka mengunakan cara-cara yang a-moral atau jalan pintas dalam

mencapai tujuannya. Penelitian yang menghubungakan antara motivasi berprilaku a-moral

(mencuri, menipu, dll) dengan motivasi berprestasi, melihatkan hubungan negatif. Artinya

individu yang motivasi berprestasinya tinggi tidak menyukai perbutan yang a-moral

(Djamaludinancok,2004). Sebaliknya individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah,

akan bekerja asal jadi, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan yang

besar dengan bekerja santai, malas-malasan tetapi tetap menerima gaji yang besar,

kalaupun gajinya kecil mereka menjadiikannya alasan untuk malas bekerja dan melakukan

pembenaran untuk menggunakan wewenangnya dalam mendapatkan uang tambahan,

pelicin suapdansebagainya.

Penyebab dari faktor eksternal salah satunya adalah berdasarkan perhitungan pendekatan

rasional-analitis, tindakan korupsi tersebut adalah hasil dari realisasi keputusan yang telah

diambil berdasarkan pada faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pengambilan

keputusan tersebut seperti rumus tindakan kejahantan yang telah di paparkan sebelumnya

yaitu, SU=

Dalam rumus ini SU (Subjective Utility), yaitu pertimbangan pelaksanaan pelaku korupsi

dilakukan atau tidak tergantung dari p(S) (Probability of Success) sejauh mana

kemungkinan akan keberhasilannya ditambah faktor G (Gain) yaitu besar atau kecilnya

keuntungan yang akan diperoleh kemudian pertimbangan p(F) (Probability of Fail) yaitu

besar atau kecilnya kemungkinan akan kegagalan dan factor L (Loss) yaitu besar atau

kecilnya kerugian yang akan di terima jika tertangkap atau diketahui.

Page 8: kebudayaan

Jika kemungkin besar berhasil lebih tinggi dari kemungkinan gagal, karena kekuasaan

dan wewenangnya, kemudian di tambah dengan kemungkinan mendapatkan keuntungan yang

besar dari kerugian, karena korupsinya milyaran, hukumamnya hanya, 2 sampai 7 tahun dan

akan banyak lagi potongan remisi segala macam serta fasilitasnya berbeda dengan napi lain

kalau ketangkap, maka kemungkinan untuk korupsi akan semakin besar pada diri individu.

Selain faktor di atas banyak lagi aspek psikologis yang menyebabkan seseorang untuk

melakukan korupsi, personality yang tidak sehat, tidak mandiri, lokus of control terhadap

prilaku yang rendah, ketidak matangan emotional, proses berfikir jangka pendek, pengaruh

kelompok sosial, gaya hidup yang hedonism dan lain sebagainya mendorong seseorang untuk

berprilaku menyimpang dan menghalakan segala cara.

3.5. upaya pemerintah untuk menanggulangi masalah korupsi di Indonesia

1. Aparat Kepolisian

Polisi merupakan salah salah satu fungsi pemerintahan negara dibidang

pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan,

pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Tugas dan wewenang kepolisian

diatur dalam UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia. Dalam

kaitannya dengan kasus korupsi polisi memiliki hak dalam penyelidikan, yaitu

serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang

diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan

penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undan dan penyidikan. Selain itu

polisi juga memiliki hak penyidikan, yaitu serangkaian tindakan penyidik dalam hal

dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta

mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana

yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.   Hal ini sebagimana yang dijelaskan

dalam pasal 14 UU No 2 Tahun 2002 yang berbunyi ”melakukan penyelidikan dan

penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan

peraturan perundang-undangan lainnya”. Selain itu kepolisian juga berwenang untuk

menghentikan penyidikan sebagaiman yang di ungkapkan dalam pasal 16 bahwa : ”

Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan

14 di bidang proses pidana, Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang

untuk : h. Mengadakan penghentian penyidikan”.

Page 9: kebudayaan

2. Kejaksaan

Kejaksaan adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan Negara

di bidang penuntutan serta kewenagan lain berdasarkan undang-undang. Kejaksaan

dipimpin oleh Jaksa Agung yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden.

Dalam kaitanya dengan upaya pemberantasan korupsi kejaksaan memiliki wewenang

untuk melakukan penyelidikan dan penuntutan sebagaimana yang tertuang dalam

pasal UU No 16 Tahun 2004. Wewenang yang dimiliki kejaksaan menjadi lebih

sempit sejak ditetapkan UU No 16 2004 yang pada undang-undang sebelumnya

(Kepres No 55 Tahun 1991) selain memiliki wewenang penyelidikan dan penuntutan

juga memiliki wewenang dalam penyidikan. Meskipun begitu, kejaksaan masih

memilki kewenagan secara yuridis dalam penyidikan sebagaimana dalam pasal (27)

PP No. 27 Tahun 1983 (tentang pelaksanaan KUHP Bab VII PenyidikanTerhadap

Tindak PidanaTertentu) bahwa ”penyidikan menurut ketentuan khusus acara pidana

sebagaimana tersebut pada UU tertentu sebagaimana dimaksud dalam pasal 284

KUHAP dilaksanakan oleh penyidik, Jaksa dan pejabat penyidik yang berwenang

lainnya berdasarkan peraturan perundang- undangan”. Dalam pelaksanaan tugas

dan wewenang, kejaksaan memiliki wewenang untuk membina hubungan kerja sama

dengan badan penegak hukum dan keadilan serta badan negara atau instansi lainya.

Dalam UU yang terakhir ini (UU No 16 Tahun 2004) juga mengurangi wewenang

kejaksaan dalam pemberhentian penyelidikan, penyidikan dan penuntutan

sebagaimana yang diatur dalam  Kepres No 55 Tahun 1991. Meskipun begitu dalam

pasal 32 kejaksaan diserahi tugas dan wewenang lain dalam undang-undang sehingga

kejaksaan juga memilki wewenang untuk mengelurtkan suarat pemberhentian

penyelidikan, penyidikan dan penuntutan (SP3) berdasarkan pasal 109 Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana (KUHP).

3. KPK ( Komisi Pemberantas Korupsi)

Pembentukan KPK merupakkan pola baru dalam menindak lajuti kasus

korupsi yang sebelumnya ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan diniliai belum

maksimal dalam menjalankan tugas sebagai lembaga pemberantas korupsi sehinga

diperlukan suatu lembaga yang independen, profesional, dan akuntabel[7]. Hal ini

sebagaimana yang tertuang dalam UU No. 30 Tahun 2002  huruf b, yaitu bahwa

”Lembaga pemerintah yang menangani perkara tindak pidana korupsi belum

Page 10: kebudayaan

berfungsi secara efektif dan efisien dalam dalam memberantas tidak pidana korupsi”.

KPK dalam menjalaskan tugasnya sebagai pemeberantas korupsi tidak bertanggung

jawab terhadap presiden sebagaimana lembaga seniornya yaitu kepolisian dan

kejaksaan tetapi bertanggung jawab langsung terhadap publik atau masyarakat.

Adapun tugas, kewajiban dan wewenang KPK juga diatur dalam UU N0. 30

Tahun 2002. Dalam pasal 6 dijelaskan bahwa KPK memiliki tugas dan wewengan :

(1)  koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak

pidana korupsi, (2)  supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan

pemberantasan tindak pidana korupsi, (3) melakukan penyelidikan, penyidikan, dan

penuntutan terhadap tindak pidana korupsi, (4) melakukan tindakan-tindakan

pencegahan tindak pidana korupsi, (5) melakukan monitor terhadap penyelenggaraan

pemerintahan negara. Selain itu dalam menjalankan tugas dan wewenang

penyelidikan dan penyidikan KPK diberi wewenang yang diatur dalam  Melihat

wewenang yang diberikan terhadap KPK menunjukkan bahwa ia adalah lembaga

superbody yang memiliki wewenang yang dimliki oleh kepolisian dan kejaksaan.

Dalam melakukan tugas dan wewenang di atas, KPK juga memiliki wewenang dalam

mengambil alih penyidikan atau penuntutan terhadap pelaku tindak pidana korupsi

yang sedang dilakukan oleh kepolisian atau kejaksaan sebagaiman yang tertuang

dalam pasal 8. Adapun tugas dan wewenang KPK meliputi penyelidikan, penyidikan

dan penuntutan dalam memberantas korupsi dibatasi melalui pasal 11, yaitu (1)

melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan orang lain yang

ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak

hukum atau penyelenggara negara, (2) mendapat perhatian yang meresahkan

masyarakat, (3) menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp. 1.000.000.000,00

(satu milyar rupiah). Pembatasan yang lain bagi KPK adalah selama menjalankan

wewenangnya KPK tidak berwenang mengeluarkan surat pemberhentian penyidikan

dan penuntutan (Sp3).

4. Timtastipikor

Tim Koordinasi Pemberantasan Korupsi merupkan lembaga pemerintah dalam

menindak lanjuti  kasus korupsi yang dibentuk dan bertanggung jawab secara

langsung terhadap presiden berdasarkan Keppres No. 11 Tahun 2005. Adapun

Page 11: kebudayaan

Timtaspikor ini keanggotaanya terdari dari Kejaksaan Republik Indonesia, Kepolisian

Negara Republik Indonesia dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.

Adapun tugas dan wewenang Timtastipikor adalah (1) melakukan penyelidikan,

penyidikan dan penuntutan sesuai ketentuan hukum acara pidana yang berlaku

terhadap kasus dan/atau indikasi tindak pidana korupsi, (2) mencari dan menangkap

para pelaku yang diduga keras melakukan tindak pidana korupsi, serta menelusuri dan

mengamankan seluruh aset-asetnya dalam rangka pengembalian keuangan negara

secara optimal, yang berkaitan dengan tugas sebagaimana dimaksud pada huruf, (3)

Melakukan kerjasama dan/atau koordinasi dengan Badan Pemeriksa Keuangan,

Komisi Pemberantasan Korupsi, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan,

Komisi Ombudsman Nasional dan instansi pemerintah lainnya dalam upaya

penegakan hukum dan pengembalian kerugian keuangan negara akibat tindak pidana

korupsi, (4) Melakukan hal-hal yang dianggap perlu guna memperoleh segala

informasi yang diperlukan dari semua instansi Pemerintah Pusat maupun instansi

Pemerintah Daerah, BUMN, BUMD, serta pihak-pihak lain yang dipandang perlu,

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Namun karena

keberadaan Timtastipikor dinilai kurang efektif dan tegas serta kewenagannya

tumpang tindih dengan lambaga pemerintah lainnya seperti kepolisian, kejaksaan dan

KPK sehingga dikeluarkan Keppres No 10 Tahun 2007 tentang Pengakhiran Tugas

Dan Pembubaran Tim Koordinasi Pemberantasan Tindak Korupsi.

Page 12: kebudayaan

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Korupsi merupakan benalu social yang merusak sendi-sendi struktur

pemerintah dan menjadi hambatan paling utama bagi pembangunan. Fakator-faktor yang

mempengaruhi tindakan korupsi adalah korupsi dalam pandangan Sosial budaya, dalam

pandangan Politik, dalam pandangan Psikologi. Perbuatan-perbuatan yang bisa dimasukkan

ke dalamperbuatan korup adalah Penggelapan, penyogokan, penyuapan, kecerobohan

administrasi dengan intensi mencuri kekayaan Negara, pemerasan dll.