Kebisingan Di Lingkungan Kerja

36
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebisingan merupakan hal yang sangat susah dihindari di zaman modern ini. Hal ini dikarenakan sumber kebisingan yang paling utama antara lain bersumber dari transportasi, mesin, dan hiruk pikuk perkotaan. Tentunya ketiga hal yang telah disebutkan tadi adalah sesuatu yang sulit dipisahkan dari kehidupan modernisasi dan masyarakat perkotaan. Di dalam industry, kebisingan biasanya dianggap sebagai sesuatu yang biasa karena ditemui setiap hari oleh pekerja, terutama pada bagian produksi. Tanpa disadari, kebisingan ini perlahan mengganggu kesehatan pekerja seperti gangguan pendengaran, tekanan darah tinggi dan gangguan psikologis. Meskipun sudah ada aturan yang mengatur megenai Nilai Ambang Batas (NAB) dan baku mutu lingkungan, 1

Transcript of Kebisingan Di Lingkungan Kerja

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangKebisingan merupakan hal yang sangat susah dihindari di zaman modern ini. Hal ini dikarenakan sumber kebisingan yang paling utama antara lain bersumber dari transportasi, mesin, dan hiruk pikuk perkotaan. Tentunya ketiga hal yang telah disebutkan tadi adalah sesuatu yang sulit dipisahkan dari kehidupan modernisasi dan masyarakat perkotaan.Di dalam industry, kebisingan biasanya dianggap sebagai sesuatu yang biasa karena ditemui setiap hari oleh pekerja, terutama pada bagian produksi. Tanpa disadari, kebisingan ini perlahan mengganggu kesehatan pekerja seperti gangguan pendengaran, tekanan darah tinggi dan gangguan psikologis.Meskipun sudah ada aturan yang mengatur megenai Nilai Ambang Batas (NAB) dan baku mutu lingkungan, namun dalam realisasinya masih banyak industry yang menyalahi aturan tersebut tanpa usaha pengendalian.Olehnya penulis menganggap penting untuk membahas mengenai kebisingan di tempat kerja khususnya dalam industry.

B. Rumusan Masalah1. Apa efek dari kebisingan terhadap kesehatan?2. Apa efek dari kebisingan terhadap produktivitas?3. Apa alat yang digunakan untuuk mengukur kebisingan dan bagaimana metode pengukurannya?4. Bagaimana hukum di Indonesia mengatur tentang kebisingan?5. Bagaimana cara mengendalika kebisingan?C. Tujuan1. Untuk mengetahui efek dari kebisingan terhadap kesehatan2. Untuk mengetahui efek dari kebisingan terhadap produktivitas3. Untuk mengetahui alat yang digunakan untuuk mengukur kebisingan dan bagaimana metode pengukurannya4. Untuk mengetahui bagaimana hukum di Indonesia mengatur tentang kebisingan5. Untuk mengetahui bagaimana cara mengendalika kebisingan

BAB IIPEMBAHASANA. DefinisiMenurut Kepmenker No. 51 tahun 1999, kebisisngan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat- alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.Kepmenkes RI No. 1405/ Menkes/SK/XI/2002 menyatakan bahwa kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu atau membahayakan kesehatan.Menurut Dr. Budiman Chandra, kebisingan atau polusi suara (noise pollution) adalah suara atau bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki atau dapat diartikan pula sebagai suara yang salah pada tempat dan waktu yang salah.Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah segala jenis suara yang tidak dikehendaki yang berpotensi untuk membahayakan kesehatan.B. Jenis jenis KebisinganSecara umum jenis kebisingan dikelompokkan berdasarkan kontinuitas, intensitas dan spectrum frekuensi suara antara lain:1. Steady state and narrow band noise, yaitu kebisingan yang terus menerus dengan spectrum suara yang sempit seperti suara mesin dan kipas angin.2. Non steady state and narrow band noise, yaitu kebisingan yang tidak terus menerus dengan spectrum suara yang sempit seperti mesin gergaji dan katup uap.3. Kebisingan intermitten, yaitu kebisingan yang terjadi sewaktu-waktu dan terputus seperti suara pesawat terbang dan kereta api.4. Kebisingan impulsive, yaitu kebisingan yang berintensitas tinggi seperti ledakan bom dapt menyebabkan kerusakan pada alat pendengar. Kerusakan dapat terjadi pada gendang telinga atau tulang-tulang halus di telinga tengah. Getaran-getaran yang menyebabkan kerusakan ini dapat melalui udara, maupun melalui tulang. (Budiman Chandra: 2006)C. Alat Pengukur Kebisingan dan Metode Pengukuran 1. Alat Pengukur KebisinganAlat yang biasa digunakan untuk mengukur kebisingan adalah sound level meter. Alat ini memiliki fungsi mengukur kebisingan yang berada dalam kisaran 30 sampai 130 dB dengan frekuensi 20 sampai 20.000 Hz. Untuk keperluan mengnalisis frekuensi suatu kebisingan digunakan alat octave band analyzer. Alat ini memiliki filter-filter yang telah disusun menurut tingkatan oktafnya. Jika spektrumnya sangat curam dan berbeda banyak, skala 1/3 oktaf dapat digunakan. Untuk filter-filter oktaf disukai frekuensi-frekuensi tengah yang berukuran 31,5; 63; 125; 250; 500; 1.000; 2.000; 4.000; 8.000; 16.000; dan 31.500 Hz. (Budiman Chandra, 2005)Untuk keperluan analisis lebih lanjut, alat yang dapat digunakan adalah narrow band analyzer (alat analisi spectrum sempit), baik dengan latar spectrum yang tetap, misalnya 2-200 Hz, atau spectrum yang melebar dengan frekuensi yang lebih tinggi. Alat ini lebih disukai di lapangan mengingat komponen kebisingan mungkin berbeda bergantung pada muatan mesin. (Budiman Chandra: 2005)2. Metode PengukuranDalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996 tentang baku tingkat kebisingan diatur mengenai cara pengukuran kebisingan yaitu sebagai berikut:a. Cara sederhanaDengan sebuah sound level meter biasa diukur tingkat tekanan bunyi dB (A) selama 10 (sepuluh) menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan dilakukan setiap 5 (lima) detik.

b. Cara langsungpengukuran LTM5, yaitu Leq dengan waktu ukur setiap 5 detik, dilakukan pengukuran selama 10 (sepuluh) menit. Waktu pengukuran dilakukan selama aktifitas 24 jam (LSM) dengan cara pada siang hari tingkat aktifitas yang paling tinggi selama 16 jam (LS) pada selang waktu 06.00 22.00 dan aktifitas malam hari selama 8 jam (LM) pada selang 22.00 06.00. Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu dengan menetapkan paling sedikit 4 waktu pengukuran pada siang hari dan pada malam hari paling sedikit 3 waktu pengukuran, sebagai contoh : L1 diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00 09.00 L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 11.00 L3 diambil pada jam 15.00 mewakili jam 14.00 17.00 L4 diambil pada jam 20.00 mewakili jam 17.00 22.00 L5 diambil pada jam 23.00 mewakili jam 22.00 24.00 L6 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00 03.00 L7 diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00 06.00 LTM5 = Leq dengan waktu sampling tiap 5 detik LS = Leq selama siang hari LM = Leq selama malam hari LSM = Leq selama siang dan malam hariKeterangan: Leq (Equivalement Continuos Noise Level atau Tingkat Kebisingan Sinambung Setara) adalah nilai tingkat kebisingan dari kebisingan yang berubah-ubah (fluktuatif) selama waktu tertentu, yang setara dengan tingkat kebisingan dari kebisingan ajeg (steady) pada selang waktu yang sama.Adapun metode perhitungannya adalh sebagai berikut (sesuai contoh di atas):LS dihitung sebagai berikut : LS = 10 log 1/16 {T1.100.1.L1 + + T4.100.1.L4} dB (A) LM dihitung sebagai berikut : LM = 10 log 1/8 {T5.100.1.L5 + + T7.100.1.L7} dB (A) Untuk mengetahui apakah kebisingan sudah melampaui tingkat kebisingan maka perlu dicari nilai LSM dari pengukuran lapangan. LSM dihitung dengan rumus : LSM = 10 log 1/24 {16.100.1.LS + + 8.100.1(LM+5) } dB (A)D. Kebisingan dan KesehatanEfek negative kesehatan biasanya jelas terlihat pada indera pendengaran yaitu telinga. Gangguan yang paling umum terjadi adalah ketulian, baik itu ketulian permanen maupun yang bersifat sementara.Ketulian biasanya dimulai pada frekuensi suara sekitar 4.000 Hz yang kemudian meningkat dan meluas ke frekuensi sekitarya dan akhirnya mengenai frekuensi yang digunakan untuk percakapan. (Budiman Chandra: 2005)Begitu banyak penelitian yang telah menemukan dampak kebisingan terhadap kesehatan, diantaranya sebagai berikut:NoJUDULTAHUNPENELITIHASIL

1Hubungan Antara Intensitas Kebisingan Aktivitas PenerbanganDi Bandara Adi Sucipto Dengan Nilai Ambang Pendengaran Pada Anak2007Mieng Nova Sutopo, B.U. Djoko Rianto, Nawi NgTerdapat hubungan yang bermakna secarastatistik antara intensitas kebisingan akibat aktivitaspenerbangan di Bandara Adi Sucipto dengan nilaiambang pendengaran anak SDN. Kali Ajir Lor danSDN. Perumnas Condong Catur berdasarkan lama terpapar (lama tinggal di wilayah BKK II).

2Stress Akibat Kerja pada Tenaga Kerjayang Terpapar Bising2007Erwin Dyah Nawawinetu dan Retno AdriyaniKebisingan menimbulkan stress pada responden. Gejala stress akibat kerja karena paparan bising yang timbul pada responden adalah gejala fisik meliputi: sakit kepala dan tekanan darah tinggi, sedangkan gejala emosiyang dialami responden berupa perasan mudah marah dan mudah lupa. Semakin merasa terganggu terhadap bising yang ada, semakin banyak yang mengalami gejala fisiktersebut. Gejala fisik yang paling kuat hubungannnya dengan persepsi bising adalah rasa sakit kepala, sedangkan gejala fisik lain (tekanan darah tinggi) bersifat lemah.

3Analisa Kebisingan Tempat Kerja terhadap Produktivitas Kerja Mekanik Di P.T Umc Pucang Surabaya2013Herwiansyah MardanDari data perhitungan yang di lakukan peneliti, di dapatkan hasil perhitungan korelasi manual sebesar 0,555, dari perhitungan SPSS di dapatkan hasil sebesar 0,555. Jadi antara kebisingan dan produktivitas kerja menunjukkan hubungan yang kuat, arah hubungannya negative artinya apabila variable kebisingan (X) ditingkatkan maka variable produktivitas kerja (Y) cenderung menurun dan target tidak akan tercapai

4Hubungan Beban Kerja Fisik, Kebisingan Dan Faktor Individu Dengan Kelelahan Pekerja Bagian Weaving Pt. X Batang2013Nidya Triyunita, Ekawati SKM, M.Sc, dr. Daru Lestantyo, M.SiAda hubungan kebisingan (p-value = 0,0001) dan umur (p-value = 0,0001) dengan kelelahan. Tidak ada hubungan beban kerja fisik (p-value = 0,356) dan status gizi (p-value = 0,129) dengan kelelahan.

5Analisis Tingkat Kebisingan Peralatan ProduksiTerhadap Kinerja Karyawan2012Heri Mujayin Kholik dan Dimas Adji KhrisnaHasil analisis regresi liniersederhana menunjukkan bahwa kebisingan di area kerja Power Plant II berpengaruh signifikanterhadap kinerja karyawan. Hal ini ditunjukkan dari hasil pengujian analisis regresi linier sederhanamelalui uji t, diperoleh t hitung sebesar 10,227 lebih besar dibandingkan t tabel sebesar 2,013 atau angka sig. sebesar 0 lebih kecil dibandingkan a sebesar 0,05

6Hubungan Tingkat Kebisingan Dengan Gangguan Psikologis Pekerja Di Bagian Weaving Di Pt. X Batang, Jawa Tengah2013Yuniastri Ayu PermatasariGangguan psikologis yang dialami pekerja hanya dirasakan oleh pekerja yang bekerja di lingkungan kerja yang bising (diatas NAB) yaitu 28 orang (57%) dan yang tidak mengalami gangguan kebisingan sebanyak 21 orang (43%)Dari hasil uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan bahwa:a. ada hubungan antara tingkat kebisingan dengan gangguan psikologis pekerjab. ada hubungan antara tingkat kebisingan dengan gangguan konsentrasi pekerjac. ada hubungan antara tingkat kebisingan dengan gangguan tidur pekerjad. ada hubungan antara tingkat kebisingan dengan gangguan emosi pekerja

7Efek Bising Mesin Elektronika Terhadap GangguanFungsi Pendengaran Pada Pekerja Di Kecamatan SarioKota Manado, Sulawesi Utara2013Hardini Tjan,Fransiska Lintong danWenny SupitTerdapat gangguan pendengaran padapekerja. Gangguan pendengaran yang palingbanyak diderita oleh para pekerja ini adalah tuli sensorineural (persepsi) yang pada umumnya terjadi pada kedua telinga.Dari hasil analisis bivariat data yang diperoleh melalui uji fisher exact menunjukkan nilai p=0,032 (p