Kebijakan Politik pada Masa Orde Baru

17
Kebijakan Politik pada Masa Orde Baru

Transcript of Kebijakan Politik pada Masa Orde Baru

Page 1: Kebijakan Politik pada Masa Orde Baru

Kebijakan Politik pada Masa Orde

Baru

Page 2: Kebijakan Politik pada Masa Orde Baru

Anggi Nur Fitri Asterias Hafizah Deby Nofria Putri Desty Irmayanti

Marthilda Oktaviani Shafira Fatika Aulia

Page 3: Kebijakan Politik pada Masa Orde Baru

SMAN 14 BANDUNGXII IPA 1

TAHUN AJARAN 2013/2014

Page 4: Kebijakan Politik pada Masa Orde Baru

Orde Baru merupakan sebutan bagi masa pemerintahan presiden Soeharto di Indonesia yang berkuasa selama 32 tahun mulai tahun 1966-1998.

dilantik pada 27 Maret 1968, kemudian dilantik kembali pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998 dengan menggunakan partai Golongan Karya sebagai kendaraan berpolitiknya.

Page 5: Kebijakan Politik pada Masa Orde Baru

Presiden Soeharto melakukan penyatuan partai-partai politik sehingga pada pemerintahannya hanya dikenal 3 parpol, yaitu:

Tujuannya untuk menyederhanakan kehidupan berpolitik di Indonesia

Page 6: Kebijakan Politik pada Masa Orde Baru

Penopang Kekuasaan Orde Baru 1. Represi Politik Sejak orde baru melakukan konsolidasi politik pada

awal tahun 1970-an, tindakan kekerasan dan represif merupakan instrument utama yang dipakai oleh pemerintah untuk mencapai stabilitas politik. Organisasi militer yang ditempatkan hingga ke desa-desa dalam bentuk Bantara Pembina Desa (Banbinsa), sementara pada waktu bersamaan pemerintahan orde baru telah mendirikan banyak instrument guna melakukan represi terhadap warga negaranya. BAIS ( Badan Intelijen Strategis) yang terdiri dari unsure tentara, BAKIN (Badan Koordinasi Intelijen) yang banyak diisi oleh orang-orang sipil, Kopkamtib yang kemudian diubah menjadi Bakorstanas (Badan Koordinasi Strategi Nasional) telah menjadi lembaga-lembaga represif yang mengontrol masyarakat.

Page 7: Kebijakan Politik pada Masa Orde Baru

2. Klientelisme Ekonomi Ini dilakukan seiring dengan

melimpahnya sumber ekonomi yang berasal dari hasil ekspor minyak dan hasil alam lainnya. Dengan sumber inilah, Soeharto berhasil secara efektif membeli dukungan elit dan masyarakat luas.

Page 8: Kebijakan Politik pada Masa Orde Baru

3.Wacana Partikularistik Dalam kaitan ini, orde baru telah mengembangkan

banyak wacana partikularistik yang diorientasikan untuk memapankan orde baru, seperti wacana tentang demokrasi pancasila, tanggung jawab sosial warga Negara, hak asasi manusia (HAM) dan lain sebagainya. Dengan demikian, jika politik represi dan klientlisme ekonomi adalah mekanisme kontrol terhadap perilaku politik,maka politik wacana merupakan mekanisme control terhadap persepsi dan pola pikir partisipan politik. Dalam konteks inilah, orde baru berhasil membangun legitimasinya dengan menyosialisasikan beberapa wacana baru seperti stabilitas politik, integrassi nasional,kegagalan demokrasi liberal, dan lain sebagainya.

Page 9: Kebijakan Politik pada Masa Orde Baru

4. Korporatisme Negara Korporatisme Negara dilakukan terhadap organisasi

masyarakat yang diarahkan sebagai sumber mobilisasi massa. Korporatisme ini mewujud dalam bentuk penunggalan kelompok-kelompok profesi dan kepentingan yang ke bawah menempati posisi penting di hadapan anggotanya, tetapi sangat rentan terhadap intervensi Negara. Beberapa organisasi korporatis di antaranya adalah Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Kamar Dagang dan Industri (KADIN), dan lain sebagainya. Biasanya pemerintah menempatkan orang-orang kepercayaannya di lembaga-lembaga ini sehingga lembaga ini , bukannya memperjuangkan kepentingan anggotanya vis-à-vis Negara atau pemerintah, tetapi malahan menjadi alat control terhadap anggotanya yang mempunyai peluang untuk melawan kebijakan rezim.

Page 10: Kebijakan Politik pada Masa Orde Baru

Pada 1975, dengan persetujuan Amerika Serikat dan Australia, Presiden Soeharto memerintahkan pasukannya untuk memasuki bekas koloni Portugal Timor Timur setelah Portugal mundur. Pada 15 Juli 1976, Timor Timur resmi menjadi Provinsi Timor Timur sekaligus menjadi provinsi termuda di wilayah NKRI

Namun sejak bergabungnya Timor Timur kedalam wilayah NKRI, riak-riak yang dapat mengancam keamanan sering terjadi, sehingga pada tahun 1999, kekuasaan Timor Timur dialihkan dibawah PBB

Page 11: Kebijakan Politik pada Masa Orde Baru

Pada 5 mei 1980, terbentuklah kelompok yang terkenal dengan nama Petisi 50. Petisi 50 menuntut adanya kebebasan melaksanakan aktivitas politik yang lebih bebas. Kelompok ini terdiri atas militer, politisi, akademisi, dan para tokoh mahasiswa. Catatan HAM pada masa pemerintahan orde baru semakin memburuk dari tahun ke tahun. Pada tahun 1993, komisi HAM PBBmembuat resolusi yang mengungkapkan keprihatinan yang mendalam terhadap pelanggaran HAM di Indonesia dan Timor Timur

Page 12: Kebijakan Politik pada Masa Orde Baru

Kelebihan Sistem Pemerintahan Orde Baru

· Perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya AS$70 dan pada 1996 telah mencapai lebih dari AS$1.000

Sukses transmigrasi Sukses KB Sukses memerangi buta huruf Sukses swasembada pangan Pengangguran minimum

Page 13: Kebijakan Politik pada Masa Orde Baru

Sukses REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun)

Sukses Gerakan Wajib Belajar Sukses Gerakan Nasional Orang-Tua

Asuh Sukses keamanan dalam negeri Investor asing mau menanamkan

modal di Indonesia Sukses menumbuhkan rasa

nasionalisme dan cinta produk dalam negeri

Page 14: Kebijakan Politik pada Masa Orde Baru

Kekurangan Sistem Pemerintahan Orde Baru

Semaraknya korupsi, kolusi, nepotisme Pembangunan Indonesia yang tidak merata

dan timbulnya kesenjangan pembangunan antara pusat dan daerah, sebagian disebabkan karena kekayaan daerah sebagian besar disedot ke pusat

Munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena kesenjangan pembangunan, terutama di Aceh dan Papua

Page 15: Kebijakan Politik pada Masa Orde Baru

Kecemburuan antara penduduk setempat dengan para transmigran yang memperoleh tunjangan pemerintah yang cukup besar pada tahun-tahun pertamanya

Bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak merata bagi si kaya dan si miskin)

Kritik dibungkam dan oposisi diharamkan

Kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan yang dibreideli

Page 16: Kebijakan Politik pada Masa Orde Baru

Penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan, antara lain dengan program "Penembakan Misterius" (petrus)

Tidak ada rencana suksesi (penurunan kekuasaan ke pemerintahan presiden selanjutnya)

Page 17: Kebijakan Politik pada Masa Orde Baru

SekianTerima kasih