Kebijakan Perdagangan Internasional Di Negara Berkembang

13
Kebijakan Perdagangan Internasional di Negara Berkembang Dewasa ini, negara-negara berkembang memiliki kontribusi yang cukup besar bagi perkembangan ekonomi dalam skala internasional. Hal ini dikarenakan sumber daya yang dimiliki oleh negara-negara berkembang memiliki kriteria yang berbeda- beda antara negara satu dengan negara lainnya dan dapat dikelola secara lebih luas sebagai komoditi utama untuk negara-negara maju. Kebutuhan akan negara-negara maju terhadap komoditas utama yang mungkin tidak dimiliki di negaranya menjadi perhatian bagi negara-negara berkembang untuk berupaya memenuhi kebutuhan negara maju tersebut dengan sumber daya yang dimilikinya. Perdagangan bebas disini memiliki andil yang cukup besar bagi negara-negara khususnya negara berkembang untuk bersaing mendistribusikan barangnya ke negara-negara lainnya di seluruh dunia khususnya untuk negara maju. Namun, regulasi dalam perdagangan bebas tetap harus dipatuhi sesuai dengan kebijakan masing-masing negara. Biasanya, aturan dalam pasar bebas di antara negara berkembang dengan negara maju berbeda-beda, sebab aturan dalam pasar bebas tetap harus memperhatikan kapabilitas negara itu sendiri dalam mengelola faktor produksinya. Kebijakan dalam perdagangan bebas dinilai sebagai pasar internasional dimana hambatan-hambatan terutama pada pengadaan tarif ditiadakan seperti halnya pajak ekspor maupun impor. Para pakar ekonomi politik dalam hal ini mengkritik pendapat tersebut. Bagi mereka, kebijakan perdagangan yang dibutuhkan oleh negara-negara berkembang ialah free and fair trade . Dalam teorinya, perdagangan bebas menolak adanya hambatan seperti regulasi mengenai pajak, biaya tambahan untuk barang ekspor dan impor, serta regulasi non-tarif. Akan tetapi pada kenyataannya, perdagangan bebas hanya akan menimbulkan hambatan baru khususnya pada hambatan non-tarif. Banyak yang mengkritik bahwa perdagangan bebas hanyalah untuk melindungi industri negara maju dan perusahaan besar serta peluang bagi negara maju untuk mengeksploitasi negara berkembang dan merusak industri lokal serta membatasi standar kerja dan standar sosial (Rudy, 2007: 116-117). Hal ini yang kemudian menjadi pertentangan terhadap kebijakan tersebut karena dinilai hanya merugikan negara berkembang saja.

description

perdagangan

Transcript of Kebijakan Perdagangan Internasional Di Negara Berkembang

Page 1: Kebijakan Perdagangan Internasional Di Negara Berkembang

Kebijakan Perdagangan Internasional di Negara Berkembang

Dewasa ini, negara-negara berkembang memiliki kontribusi yang cukup besar bagi perkembangan ekonomi dalam skala internasional. Hal ini dikarenakan sumber daya yang dimiliki oleh negara-negara berkembang memiliki kriteria yang berbeda-beda antara negara satu dengan negara lainnya dan dapat dikelola secara lebih luas sebagai komoditi utama untuk negara-negara maju. Kebutuhan akan negara-negara maju terhadap komoditas utama yang mungkin tidak dimiliki di negaranya menjadi perhatian bagi negara-negara berkembang untuk berupaya memenuhi kebutuhan negara maju tersebut dengan sumber daya yang dimilikinya. Perdagangan bebas disini memiliki andil yang cukup besar bagi negara-negara khususnya negara berkembang untuk bersaing mendistribusikan barangnya ke negara-negara lainnya di seluruh dunia khususnya untuk negara maju. Namun, regulasi dalam perdagangan bebas tetap harus dipatuhi sesuai dengan kebijakan masing-masing negara. Biasanya, aturan dalam pasar bebas di antara negara berkembang dengan negara maju berbeda-beda, sebab aturan dalam pasar bebas tetap harus memperhatikan kapabilitas negara itu sendiri dalam mengelola faktor produksinya.

Kebijakan dalam perdagangan bebas dinilai sebagai pasar internasional dimana hambatan-hambatan terutama pada pengadaan tarif ditiadakan seperti halnya pajak ekspor maupun impor. Para pakar ekonomi politik dalam hal ini mengkritik pendapat tersebut. Bagi mereka, kebijakan perdagangan yang dibutuhkan oleh negara-negara berkembang ialah free and fair trade. Dalam teorinya, perdagangan bebas menolak adanya hambatan seperti regulasi mengenai pajak, biaya tambahan untuk barang ekspor dan impor, serta regulasi non-tarif. Akan tetapi pada kenyataannya, perdagangan bebas hanya akan menimbulkan hambatan baru khususnya pada hambatan non-tarif. Banyak yang mengkritik bahwa perdagangan bebas hanyalah untuk melindungi industri negara maju dan perusahaan besar serta peluang bagi negara maju untuk mengeksploitasi negara berkembang dan merusak industri lokal serta membatasi standar kerja dan standar sosial (Rudy, 2007: 116-117). Hal ini yang kemudian menjadi pertentangan terhadap kebijakan tersebut karena dinilai hanya merugikan negara berkembang saja.

Dalam artikel Redrik (1988: 113) dinyatakan bahwa negara-negara berkembang sering menghadapi struktur oligopolistik dalampasar mengenai impor dan ekspor. Manfaat perdagangan bebas bagi negara-negara berkembang dinilai hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumtif masyarakatnya dari produk-produk impor. Kebijakan perdagangan di negara-negara berkembang cenderung pada pasar persaingan tidak sempurna. Dalam kebijakan itu pula, lebih banyak didominasi oleh sektor industri di negara-negara berkembang. Terdapat beberapa alasan mengapa sistem persaingan tidak sempurna lebih banyak dinikmati oleh perusahaan oligopoli yaitu (1) tidak adanya keseriusan pada penerapan kebijakan antitrust di negara-negara berkembang dan regulasi yang mengatur di dalamnya; (2)yakni kebijakan pada industri negara berkembang biasanya membatasi masuknya investasi pada sektor manufaktur sesuai lisensinya dan aturan mengenai biaya-biaya; (3) rezim perdagangan cenderung sangat protektif-efektif dalam menghilangkan kompetisi dengan asing. Dalam hal ini, adanya pembatasan pada kuota bagi produk impor; (4) pada negara-negara berkembang, kekuatan industrinya terkonsentrasi di tangan kelompok etnis minoritas seperti Cina di Asia Tenggara dan India di Afrika Timur; dan (5) lemahnyapasar modal di negara berkembang yang berarti menunjukkan bahwa dana investasi dihasilkan secara internal. Hal ini sebagai

Page 2: Kebijakan Perdagangan Internasional Di Negara Berkembang

upaya untuk menghalangi asing masuk dalam sektor-sektor industri yang besar kemungkinan keuntungan akan lebih banyak didapatkan oleh mereka.

Dalam artikel Redrik (1988: 114) menyatakan bahwa terdapat dua aspek kelembagaan khusus yang mengatur struktur pasar di negara berkembang. Pertama ialah  bahwa dalam pasar oligopoli juga berdampingan dengan golongan pinggiran dan perusahaan-perusahaan kompetitif lainnya. Golongan pinggiran tersebut biasanya terdiri dari pemasok dan subkontraktor  teknik manufaktur. Berbeda dengan perusahaan besar yang terlindung dari kemalangan ekonomi dengan selisih harga-biaya mereka, perusahaan dalam skala yang lebih kecil biasanya sangat sensitif terhadap perubahan di lingkungannya. Kedua ialah bahwa banyak sektor dalam negara berkembang seperti mobil, bahan kimia, energi, dan sebagainya yang dimiliki oleh lebih dari satu  perusahaan dengan struktur kepemilikan yang berbeda. Perusahaan publik bersaing dengan perusahaan-perusahaan swasta sedangkan perusahaan lokal hidup berdampingan dengan anak dari perusahaan multinasional.

Dengan demikian, perlu dipahami bahwa kebijakan dalam perdagangan memiliki perbedaan bergantung pada kapabilitas negara tersebut dalam merespon adanya regulasi baru apalagi di saat globalisasi seperti ini. Negara berkembang biasanya yang dirugikan atas lahirnya bentuk kapitalisme baru pada perdagangan bebas dan ketidakmampuannya dalam mengelola perekonomian secara maksimal pada faktor produksi maupun jasa. Meskipun aturan main dalam pasar bebas antara negara maju dan negara berkembang berbeda baik dalam pemberian insentif maupun kemudahan akses serta komitmen, negara berkembang disini harus mampu bersaing dan menunjukkan pada negara-negara maju bahwa tanpa adanya hak istimewa tersebut, negara-negara berkembang mampu survive dalam mempertahankan perekonomiannya. Adanya interdependensi di antara negara-negara saat ini memang sulit untuk dihilangkan karena masing-masing negara memiliki kemampuan yang berbeda-beda karena keterbatasan sumber daya alam. Namun, untuk menanggulangi kerugian yang lebih besar pada negara-negara berkembang terhadap sistem ini, kebijakan proteksi dirasa sangat dibutuhkan agar tetap dapat melindungi industri lokal dari ancaman dominasi sektor asing. (744) 

DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS DAN KAITANNYA DENGAN PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN: STUDI KASUS PERDAGANGAN CHINA - FILIPINA

Penulis: Siti   Wulandari

Mahasiswa FISIP-Hubungan Internasional

Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

(15 Januari 2012)

BAB I

PENDAHULUAN

Page 3: Kebijakan Perdagangan Internasional Di Negara Berkembang

1.      Latar Belakang Masalah

Globalisasi  merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dibendung  lagi.  Di  mana sudah 

tidak ada lagi kendala untuk melakukan mobilisasi baik dalam bentuk produk, jasa, buruh maupun 

modal. Trend globalisasi ini menghasilkan sebuah fenomena free trade yang lebih massive lagi. Di 

mana negara-negara semakin memiliki keleluasaan dalam menjalin kerjasama perdagangan.

Kerjasama perdagangan yang dilakukan tidak hanya sebatas kepada negara-negara tetangga 

yang memiliki kedekatan geografis atau negara-negara yang masih berada dalam satu kawasan yang 

sama.  Misalnya   saja   kerjasama  perdagangan   yang   dilakukan  oleh  China  dan   Filipina,  meskipun 

kerjasama yang dilakukan oleh kedua negara tersebut berlandaskan atas kerjasama ASEAN-China.

Sejak disepakatinya kerjasama perdagangan bebas antara ASEAN-China sejak 2010 dan mulai 

dilaksanakan   pada   1   Januari   2011,   kerjasama   perdagangan   bilateral   antara   China   dan   Filipina 

mengalami peningkatan dibandingkan dengan kerjasama perdagangan yang dijalin sebelumnya.

Oleh   karena   itu,   penulis   mencoba   menelaah   dan   membedah   lebih   lanjut   mengenai 

kerjasama perdagangan yang dijalin oleh China dan Filipina dalam makalah yang berdudul “Dampak

Perdagangan Bebas Dan Kaitannya Dengan Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN: Studi Kasus

Perdagangan China-Filipina.

2.      Pertanyaan Penelitian

Dalam makalah ini, penulis mencoba membedah persolan mengenai Bagaimana trend perdagangan

dan pertumbuhan yang terjadi di dalam kerjasama perdagangan yang dijalin oleh China-Filipina?

BAB II

PEMBAHASAN

1.      Kerangka Teori

a.      Globalisasi

Dalam United Nation Regional Economic and Social Development Commission in Western

Asia (UN-ESCWA), globalisasi dijelaskan sebagai:

"a widely-used term that can be defined in a number of different ways. When used in an

economic context, it refers to the reduction and removal of barriers between national borders in

Page 4: Kebijakan Perdagangan Internasional Di Negara Berkembang

order to facilitate the flow of goods, capital, services and labour... although considerable barriers

remain to the flow of labour... Globalization is not a new phenomenon. It began towards the end of

the nineteenth century, but it slowed down during the period from the start of the first World War

until the third quarter of the twentieth century. This slowdown can be attributed to the inward-

looking policies pursued by a number of countries in order to protect their respective industries...

however, the pace of globalization picked up rapidly during the fourth quarter of the twentieth century..."[1]

Dengan  demikian   jika  kita  menggunakan  konsep  globalisasi  dalam konteks  ekonomi  dan 

perdagangan,  globalisasi  diartikan  sebagai   semakin  kaburnya  batas-batas  geografis  antar  negara 

dalam  melakukan   interaksi   dan   kerjasama.  Di  mana  dalam  kondisi   globalisasi,   arus   perputaran 

barang, jasa, buruh dan modal akan dengan mudah dilakukan meskipun aktivitas tersebut dilakukan 

melewati batas-batas antar negara.

Dalam   trend   globalisasi   tersebut   pun,   negara-negara   mendapatkan   kemudahan   dalam 

menjalin  kerjasama perdagangan.  Di  mana dalam trend globalisasi   tercipta  konsep pergagangan 

bebas.

b.      Free Trade Theory

Adam Smith, David Ricardo, John Maynard Keynes merupakan para tokoh dan ahli ekonomi 

yang mengusung ide perdagangan bebas ini. Secara umum, perdagangan bebas adalah:

“Free trade is a policy by which a government does not discriminate against

imports or interfere with exports by applying tariffs (to imports) or subsidies (to

exports). According to the law of comparative advantage the policy permits trading

partnersmutual gains from trade of goods and services.”

Sehingga, dalam perdagangan bebas, suatu negara akan menerapkan kebijakan

dibebaskannya tarif ekspor-impor, tidak adanya subsidi bagi produk lokal. Hal ini

dilakukan agar, kedua belah pihak negara yang melakukan kerjasama perdagangan

mendapatkan apa yang disebut comparative advantage[2]. Sehingga, kedua negara pun

mendapatkan mutual gains[3] dari kerjasama perdagangan yang dijalin.

Adapun kebijakan-kebijakan yang diterapkan dalam konsep perdagangan bebas antara lain:

Page 5: Kebijakan Perdagangan Internasional Di Negara Berkembang

1)       Trade of goods without taxes (including tariffs) or other trade barriers (e.g., quotas on imports or

subsidies for producers)

2)       Trade in services without taxes or other trade barriers

3)       The absence of "trade-distorting" policies (such as taxes, subsidies,regulations, or laws) that give

some firms, households, or factors of production an advantage over others

4)       Free access to markets

5)       Free access to market information

6)       Inability of firms to distort markets through government-imposedmonopoly or oligopoly power

7)       The free movement of labor between and within countries

8)       The free movement of capital between and within countries

Dengan  demikian,  baik  globalisasi  maupun perdagangan  bebas  memiliki   keterkaitan  yang 

erat. Karena konsep globalisasi tersebutlah yang kemudian menciptakan konsep perdangan bebas. 

Dalam   perdagangan   bebas,   negara-negara   pelaku   kerjasama   perdagangan   antar   negara 

mendapatkan keuntungan dan kemudahan.

Beberapa keuntungan yang dikejar oleh negara-negara pelaku kerjasama perdagangan bebas 

antara lain adalah kebijakan pengurangan tarif, pengurangan biaya ekspor dan impor, ditiadakannya 

subsidi   terhadap   produk   lokal,   akses   yang   bebas   terhadap   pasar,   akses   yang   bebas   terhadap 

informasi pasar, serta adanya kemudahan arus perpindahan barang-jasa-buruh-dan modal.

2.      Perdagangan Bebas dan Trend Perdagangan China-Filipina

Pemerintah   China   dan   Filipina   telah   melakukan   kesepakatan   untuk   melakukan 

pengembangan program kerjasama perdagangan dan ekonomi. Diperkirakan perdagangan itu akan 

menggulirkan dana sekitar US $ 60 sampai tahun 2016. Kesepakaatan tersebut merupakan hasil dari 

penandatanganan perjanjian bilateral antara kedua negara yang ditandatangani oleh Menteri Luar 

Negeri Filipina, Albert del Rosario, dengan mitranya yang disaksikan oleh Presiden Benigno Aquino III 

serta Presiden China, Hu Jintao di Beijing pada 31 Agustus 2011.[4]

Peningkatan kerjasama di antara kedua negara tersebut,  selain pada bidang ekonomi dan 

perdagangan juga merambah ke bidang-bidang lain yang strategis,  seperti kerjasama kementrian 

luar negeri,   jaringan televisi,  upaya mempromosikan Filipina ke investor China, bidang informasi, 

olahraga dan pariwisata. Dari kesepakatan kerjasama tersebut pun, Filipina mendapatkan kontrak 

Page 6: Kebijakan Perdagangan Internasional Di Negara Berkembang

perusahaan China, ZTE, untuk membangun jaringan broadband dan proyek jalan kereta api senilai 

330 juta dolar AS.

Dalam kesepakatan tersebut,  Presiden Filipina,  Benigno Aquino,  mencoba mendesak para 

pengusaha China untuk menginvestasikan modalnya di Filipina. Presiden Benigno Aquino, mencoba 

melakukan perubahan kerjasama ekonomi yang lebih bebas sekarang ini. Dalam Forum Ekonomi dan 

Perdagangan   Filipina-China,   Ia  mengutarakan   bahwa   Ia   akan  mencoba  mengambil   jalan   pintas 

supaya dapat terwujud kesepakatan bersama.

Tahun Trend Perdagangan

Ekspor Filipina ke China Ekspor China ke Filipina

2008 US $ 1,5 Milyar

2009 US $ 2,9 Milyar US $ 5,6%

2010 US $ 4,7 Milyar US $ 5,3 Milyar

2011 US $ 26 Milyar

-

Ekspektasi 

2016

US $ 60 Milyar

Sumber: Dimodifikasi oleh penulis dari berbagai sumber:

 Data Kementrian Perdagangan Filipina dan Pusat Investasi Beijing. Jia Xiang.“Kerjasama China dengan

Filipina.” http://www.jia-xiang.net/index.php?

option=com_content&view=article&id=159:kerjasama-china-dengan-filipina-&catid=34:headline01. 

Di akses pada 6 Januari 2012 pukul 18.45 WIB.

 Cheng   Guangjin   dan   Lan   Lan.   China   Daily:   “Sino-Philippine Trade to Double”. 1   September 

2011. http://www.chinadaily.com.cn/china/2011-09/01/content_13546355.htm.   Di   akses   pada   7 

Januari 2012 pukul 17.00 WIB.

 China Radio Internasional. “Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan Tiongkok-Filipina Meningkat.” 21 

Maret 2011.http://indonesian.cri.cn/201/2011/03/21/1s117073.htm. Di akses pada 7 Januari 2012 

pukul 17.20 WIB.

Page 7: Kebijakan Perdagangan Internasional Di Negara Berkembang

Selain   kerjasama  perdagangan  atas   komoditas  perdagangan   yang   kedua  negara   tersebut 

lakukan. Kerjasama investasi  antara kedua negara tersebut pun meningkat.  Hal   ini  menunjukkan 

kerjasama yang baik. Yang di dapat dari data Tiongkok, investasi riil Tiongkok di Filipina dalam sektor 

keungan pada tahun 2010 tercatat sebesar US $ 86 juta, meningkat sebesar 112,5 %, sedangkan 

Tiongkok  menyerap  modal   Filipina   sebesar  US$  11,59   juta,  meningkat  97,8%.[5] Adapun  bidang 

utama investasi  Tiongkok di Filipina adalah sektor   pertambangan, manufaktur,  dan energi  listrik. 

Sedangkan investasi Filipina di Tiongkok terutama dalam bidang properti dan ritel.

Dengan terjalinnya kerjasama perdagangan bebas di antara China dan Filipina, maka sektor 

pariwisata di antara kedua negara pun memperlihatkan peningkatan. Dalam melakukan kerjasama 

tersebut, China tidak semata-mata hanya mengejar kepentingan ekonomi, tetapi juga politik, sosial 

dan budaya.

Liu   Jianchao,   seorang  duta  besar   China  untuk   Filipina  mengemukakan  bahwa   kerjasama 

perdagangan  bebas  yang  dijalin   antar  China  dan  Filipina  akan  mendatangkan  kesempatan  yang 

besar.   Karena   dengan   potensi   ekspor   yang   dimiliki   Filipina   dalam   komoditi   elektronik,   produk 

agrikultur, buah-buahan, ikan dan mineral, Filipina dapat memanfaatkan kesempatan yang ada dan 

mendapatkan comparative advantage dari kerjasama yang terjalin.

Selain comparative advantage itersebut, Investasi  yang semakin berkembang antara China 

dan Filipina pun akan dapat mendorong pembangunan di Filipina, hal-hal tersebut lah yang menjadi 

beberapa faktor pendorong dijalinnya kerjasama perdagangan bebas yang semakin intens digalakkan 

oleh Pemerintah China dan Filipina.

3.      Analisa dan Pemikiran Penulis

Lahirnya perdagangan bebas akibat dari  fenomena globalisasi memang sudah tidak dapat 

dibendung lagi.  Di  mana setiap negara sekarang ini,  harus bersiap menghadapi kedua fenomena 

tersebut. Kerjasama perdagangan yang dijalin antara China dan Filipina pun merupakan akibat dari 

lahirnya globalisasi dan perdagangan bebas tersebut.

Kedua   negara,   baik   China   dan   Filipina   berupaya  menjalin   kerjasama   perdagangan   dan 

investasi   yang   sama-sama  menguntungkan.   Sebelum   terjalinnya   kesepakatan China-ASEAN Free

Trade Area (CAFTA),  dapat  dilihat  bahwa kegiatan  perdagangan dan arus   investasi  antara  kedua 

negara tersebut masih relatif kecil. Dan, jika dibandingkan dengan kerjasama yang dilakukan paska 

terjalinnya   kesepakatan China-ASEAN Free Trade Area(CAFTA),  maka  pertumbuhan   kerjasama  di 

antara kedua negara tersebut mengalami peningkatan yang signifikan.

Dalam kerjasama ekonomi yang dilakukan antara China dan Filipina, telah tergambar prinsip-

prinsip perdagangan bebas di mana di antara kedua negara telah terjadifree movement of goods,

services, labour, and capital.

Page 8: Kebijakan Perdagangan Internasional Di Negara Berkembang

Peningkatan-peningkatan kegiatan perdagangan dan investasi di  antara keduanya semakin 

progresif.   Bahkan,   kedua   negara   tersebut,   berupaya  menggenjot   kerjasama   perdagangan   dan 

investasi hingga US $ 60 Milyar pada tahun 2016 mendatang.

Dengan demikian,  kedua negara   telah  dapat  memanfaatkan  kesempatan  dengan  sebaik-

baiknya   di   dalam   kerjasama   yang   terjalin   tersebut.   Sehingga,   kedua   negara   mendapatkan 

comparative advantage atas kerjasama kedua belah pihak.

Namun, seiring dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang semakin melambat, perlu juga 

adanya kewaspadaan di antara kedua negara tersebut atas   kemungkinan-kemungkinan yang bisa 

saja terjadi dalam kurun waktu dua sampai tiga tahun ke depan.

Di  mana,  pasca   terjadinya  krisis  ekonomi  di  Amerika  dan  Eropa,  pertumbuhan  ekonomi 

China semakin melambat. Jika pertumbuhan ekonomi China melambat, sedangkan China merupakan 

negara yang selama ini bisa dibilang great powers dalam bidang ekonomi dan menjadi leader dalam 

bidang ekonomi di kawasan Asia Pasifik, maka dampak yang negatif pun akan teradiasi ke negara-

negara sekitarnya,  khususnya negara-negara yang menjalin kerjasama perdagangan dan investasi 

dengan China.

BAB III

KESIMPULAN

Baik globalisasi maupun perdagangan bebas memiliki keterkaitan yang erat. Di mana trend 

globalisasi   akan   menciptakan   konsep   perdagangan   bebas.   Sehingga,   negara-negara   di   dunia 

internasional   mendapatkan   kemudahan   dari   atas   fenomena   tersebut.   Negara-negara   yang 

menerapkan kebijakan perdagangan bebas dapat melakukan perputaran jasa,  barang,  buruh dan 

modal dengan mudah dan dapat menembus batas-batas geografis suatu negara.

Dalam hal   ini,  China  dan Filipina  menjalin  kerjasama perdagangan bebas   tersebut.   Jika 

dilihat dari trend perdagangan yang ada, tergambar bahwa kedua negara mengalami peningkatan 

kerjasama perdagangan. Di mana setiap tahun, trend perdagangan selalu meningkat.

Jadi,   baik   China  maupun   Filipina   dapat  memanfaatkan  momentum   tersebut,   sehingga 

kedua belah pihak dapat meraih comparative advantage dari kerjasama perdagangan yang dijalin.

DAFTAR PUSTAKA

Page 9: Kebijakan Perdagangan Internasional Di Negara Berkembang

Buku:

AFTA Reader, Vol. V, The Sixth ASEAN Summit and The Acceleration of AFTA. December 1998. Jakarta: ASEAN 

Secretariat.

ASEAN   Selayang   Pandang.   1996.   Jakarta:   Secretariat   Nasional   ASEAN  Departemen   Luar  Negeri   Republik 

Indonesia.

Dam, Sjamsumar dan Riswandi. Kerjasama ASEAN, Latar Belakang, Perkembangan, dan Masa Depan. 1995. 

Jakarta: Ghalia Indonesia.

Jurnal dan Internet:

Shen Hongfang. Beijing, 24-25 Juni 2006. Implication of China’s WTO Entry on PhilippineEconomic Growth and

Development.

Aning,   Jerome.   Philippine   Daily   Inquirer:   “Philippines, China Trade Grows Despite Row.”20   Desember 

2011. http://globalnation.inquirer.net/21171/philippines-china-trade-grows-despite-row.   Di   akses 

pada 6 Januari 2012 pukul 14.00 WIB.

Cheng   Guangjin   dan   Lan   Lan.   China   Daily:   “Sino-Philippine Trade to Double”. 1   September 

2011. http://www.chinadaily.com.cn/china/2011-09/01/content_13546355.htm.   Di   akses   pada   7 

Januari 2012 pukul 17.00 WIB.

China  Radio   Internasional. “Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan Tiongkok-Filipina Meningkat.” 21 Maret 

2011. http://indonesian.cri.cn/201/2011/03/21/1s117073.htm. Di akses pada 7 Januari 2012 pukul 

17.20 WIB.

Jia   Xiang. “Kerjasama China dengan Filipina.” 12   Januari   2012. http://www.jia-xiang.net/index.php?option=com_content&view=article&id=159:kerjasama-china-dengan-filipina-&catid=34:headline01. Di akses pada 13 Januari 2012 pukul 18.45 WIB.

Kompas.   ASEAN-China   Menguat.   13   Agustus 2011.http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/08/13/03273846/ASEAN-China.Menguat.      .   Di akses pada 6 januari 2012 pukul 16.00 WIB.

Liu   Jianchao. “Full Establishment of China-ASEAN Free Trade Area.” 2   Januari 2010.http://www.philstar.com/Article.aspx?articleId=537451&publicationSubCategoryId=63.   Di akses pada 7 Januari 2012 pukul 15.00 WIB.

[1] Summary of the Annual Review of Developments in Globalization and Regional Integration in the Countries of the ESCWA Region by the United Nations Economic and Social Commission for Western Asia.

Page 10: Kebijakan Perdagangan Internasional Di Negara Berkembang

[2]              Comparative advantage merupakan suatu konsep yang diusung oleh David Ricardo. In economics, the law of comparative advantage says that two countries (or other kinds of parties, such as individuals or firms thereas) will both gain from trade if, in the absence of trade, they have different relative costs for producing the same goods. 

[3] Mutual gains adalah merupakan suatu konsep di mana apabila dua negara menjalin kerjasama perdagangan, maka kedua negara tersebut akan sama-sama mendapatkan keuntungan.

[4] Jia Xiang. Kerjasama China dengan Filipina. http://www.jia-xiang.net/index.php?option=com_content&view=article&id=159:kerjasama-china-dengan-filipina-&catid=34:headline01. Di akses pada 6 Januari 2012 pukul 18.45 WIB.

[5] China Radio Internasional. 21 Maret 2011. Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan Ekonomi Tiongkok-Filipina meningkat.http://indonesian.cri.cn/201/2011/03/21/1s117073.htm