Kebijakan Perdagangan Internasional Di Negara Berkembang
-
Upload
jeremy-simmons -
Category
Documents
-
view
287 -
download
39
description
Transcript of Kebijakan Perdagangan Internasional Di Negara Berkembang
Kebijakan Perdagangan Internasional di Negara Berkembang
Dewasa ini, negara-negara berkembang memiliki kontribusi yang cukup besar bagi perkembangan ekonomi dalam skala internasional. Hal ini dikarenakan sumber daya yang dimiliki oleh negara-negara berkembang memiliki kriteria yang berbeda-beda antara negara satu dengan negara lainnya dan dapat dikelola secara lebih luas sebagai komoditi utama untuk negara-negara maju. Kebutuhan akan negara-negara maju terhadap komoditas utama yang mungkin tidak dimiliki di negaranya menjadi perhatian bagi negara-negara berkembang untuk berupaya memenuhi kebutuhan negara maju tersebut dengan sumber daya yang dimilikinya. Perdagangan bebas disini memiliki andil yang cukup besar bagi negara-negara khususnya negara berkembang untuk bersaing mendistribusikan barangnya ke negara-negara lainnya di seluruh dunia khususnya untuk negara maju. Namun, regulasi dalam perdagangan bebas tetap harus dipatuhi sesuai dengan kebijakan masing-masing negara. Biasanya, aturan dalam pasar bebas di antara negara berkembang dengan negara maju berbeda-beda, sebab aturan dalam pasar bebas tetap harus memperhatikan kapabilitas negara itu sendiri dalam mengelola faktor produksinya.
Kebijakan dalam perdagangan bebas dinilai sebagai pasar internasional dimana hambatan-hambatan terutama pada pengadaan tarif ditiadakan seperti halnya pajak ekspor maupun impor. Para pakar ekonomi politik dalam hal ini mengkritik pendapat tersebut. Bagi mereka, kebijakan perdagangan yang dibutuhkan oleh negara-negara berkembang ialah free and fair trade. Dalam teorinya, perdagangan bebas menolak adanya hambatan seperti regulasi mengenai pajak, biaya tambahan untuk barang ekspor dan impor, serta regulasi non-tarif. Akan tetapi pada kenyataannya, perdagangan bebas hanya akan menimbulkan hambatan baru khususnya pada hambatan non-tarif. Banyak yang mengkritik bahwa perdagangan bebas hanyalah untuk melindungi industri negara maju dan perusahaan besar serta peluang bagi negara maju untuk mengeksploitasi negara berkembang dan merusak industri lokal serta membatasi standar kerja dan standar sosial (Rudy, 2007: 116-117). Hal ini yang kemudian menjadi pertentangan terhadap kebijakan tersebut karena dinilai hanya merugikan negara berkembang saja.
Dalam artikel Redrik (1988: 113) dinyatakan bahwa negara-negara berkembang sering menghadapi struktur oligopolistik dalampasar mengenai impor dan ekspor. Manfaat perdagangan bebas bagi negara-negara berkembang dinilai hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumtif masyarakatnya dari produk-produk impor. Kebijakan perdagangan di negara-negara berkembang cenderung pada pasar persaingan tidak sempurna. Dalam kebijakan itu pula, lebih banyak didominasi oleh sektor industri di negara-negara berkembang. Terdapat beberapa alasan mengapa sistem persaingan tidak sempurna lebih banyak dinikmati oleh perusahaan oligopoli yaitu (1) tidak adanya keseriusan pada penerapan kebijakan antitrust di negara-negara berkembang dan regulasi yang mengatur di dalamnya; (2)yakni kebijakan pada industri negara berkembang biasanya membatasi masuknya investasi pada sektor manufaktur sesuai lisensinya dan aturan mengenai biaya-biaya; (3) rezim perdagangan cenderung sangat protektif-efektif dalam menghilangkan kompetisi dengan asing. Dalam hal ini, adanya pembatasan pada kuota bagi produk impor; (4) pada negara-negara berkembang, kekuatan industrinya terkonsentrasi di tangan kelompok etnis minoritas seperti Cina di Asia Tenggara dan India di Afrika Timur; dan (5) lemahnyapasar modal di negara berkembang yang berarti menunjukkan bahwa dana investasi dihasilkan secara internal. Hal ini sebagai
upaya untuk menghalangi asing masuk dalam sektor-sektor industri yang besar kemungkinan keuntungan akan lebih banyak didapatkan oleh mereka.
Dalam artikel Redrik (1988: 114) menyatakan bahwa terdapat dua aspek kelembagaan khusus yang mengatur struktur pasar di negara berkembang. Pertama ialah bahwa dalam pasar oligopoli juga berdampingan dengan golongan pinggiran dan perusahaan-perusahaan kompetitif lainnya. Golongan pinggiran tersebut biasanya terdiri dari pemasok dan subkontraktor teknik manufaktur. Berbeda dengan perusahaan besar yang terlindung dari kemalangan ekonomi dengan selisih harga-biaya mereka, perusahaan dalam skala yang lebih kecil biasanya sangat sensitif terhadap perubahan di lingkungannya. Kedua ialah bahwa banyak sektor dalam negara berkembang seperti mobil, bahan kimia, energi, dan sebagainya yang dimiliki oleh lebih dari satu perusahaan dengan struktur kepemilikan yang berbeda. Perusahaan publik bersaing dengan perusahaan-perusahaan swasta sedangkan perusahaan lokal hidup berdampingan dengan anak dari perusahaan multinasional.
Dengan demikian, perlu dipahami bahwa kebijakan dalam perdagangan memiliki perbedaan bergantung pada kapabilitas negara tersebut dalam merespon adanya regulasi baru apalagi di saat globalisasi seperti ini. Negara berkembang biasanya yang dirugikan atas lahirnya bentuk kapitalisme baru pada perdagangan bebas dan ketidakmampuannya dalam mengelola perekonomian secara maksimal pada faktor produksi maupun jasa. Meskipun aturan main dalam pasar bebas antara negara maju dan negara berkembang berbeda baik dalam pemberian insentif maupun kemudahan akses serta komitmen, negara berkembang disini harus mampu bersaing dan menunjukkan pada negara-negara maju bahwa tanpa adanya hak istimewa tersebut, negara-negara berkembang mampu survive dalam mempertahankan perekonomiannya. Adanya interdependensi di antara negara-negara saat ini memang sulit untuk dihilangkan karena masing-masing negara memiliki kemampuan yang berbeda-beda karena keterbatasan sumber daya alam. Namun, untuk menanggulangi kerugian yang lebih besar pada negara-negara berkembang terhadap sistem ini, kebijakan proteksi dirasa sangat dibutuhkan agar tetap dapat melindungi industri lokal dari ancaman dominasi sektor asing. (744)
DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS DAN KAITANNYA DENGAN PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN: STUDI KASUS PERDAGANGAN CHINA - FILIPINA
Penulis: Siti Wulandari
Mahasiswa FISIP-Hubungan Internasional
Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama)
(15 Januari 2012)
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Globalisasi merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dibendung lagi. Di mana sudah
tidak ada lagi kendala untuk melakukan mobilisasi baik dalam bentuk produk, jasa, buruh maupun
modal. Trend globalisasi ini menghasilkan sebuah fenomena free trade yang lebih massive lagi. Di
mana negara-negara semakin memiliki keleluasaan dalam menjalin kerjasama perdagangan.
Kerjasama perdagangan yang dilakukan tidak hanya sebatas kepada negara-negara tetangga
yang memiliki kedekatan geografis atau negara-negara yang masih berada dalam satu kawasan yang
sama. Misalnya saja kerjasama perdagangan yang dilakukan oleh China dan Filipina, meskipun
kerjasama yang dilakukan oleh kedua negara tersebut berlandaskan atas kerjasama ASEAN-China.
Sejak disepakatinya kerjasama perdagangan bebas antara ASEAN-China sejak 2010 dan mulai
dilaksanakan pada 1 Januari 2011, kerjasama perdagangan bilateral antara China dan Filipina
mengalami peningkatan dibandingkan dengan kerjasama perdagangan yang dijalin sebelumnya.
Oleh karena itu, penulis mencoba menelaah dan membedah lebih lanjut mengenai
kerjasama perdagangan yang dijalin oleh China dan Filipina dalam makalah yang berdudul “Dampak
Perdagangan Bebas Dan Kaitannya Dengan Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN: Studi Kasus
Perdagangan China-Filipina.
2. Pertanyaan Penelitian
Dalam makalah ini, penulis mencoba membedah persolan mengenai Bagaimana trend perdagangan
dan pertumbuhan yang terjadi di dalam kerjasama perdagangan yang dijalin oleh China-Filipina?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kerangka Teori
a. Globalisasi
Dalam United Nation Regional Economic and Social Development Commission in Western
Asia (UN-ESCWA), globalisasi dijelaskan sebagai:
"a widely-used term that can be defined in a number of different ways. When used in an
economic context, it refers to the reduction and removal of barriers between national borders in
order to facilitate the flow of goods, capital, services and labour... although considerable barriers
remain to the flow of labour... Globalization is not a new phenomenon. It began towards the end of
the nineteenth century, but it slowed down during the period from the start of the first World War
until the third quarter of the twentieth century. This slowdown can be attributed to the inward-
looking policies pursued by a number of countries in order to protect their respective industries...
however, the pace of globalization picked up rapidly during the fourth quarter of the twentieth century..."[1]
Dengan demikian jika kita menggunakan konsep globalisasi dalam konteks ekonomi dan
perdagangan, globalisasi diartikan sebagai semakin kaburnya batas-batas geografis antar negara
dalam melakukan interaksi dan kerjasama. Di mana dalam kondisi globalisasi, arus perputaran
barang, jasa, buruh dan modal akan dengan mudah dilakukan meskipun aktivitas tersebut dilakukan
melewati batas-batas antar negara.
Dalam trend globalisasi tersebut pun, negara-negara mendapatkan kemudahan dalam
menjalin kerjasama perdagangan. Di mana dalam trend globalisasi tercipta konsep pergagangan
bebas.
b. Free Trade Theory
Adam Smith, David Ricardo, John Maynard Keynes merupakan para tokoh dan ahli ekonomi
yang mengusung ide perdagangan bebas ini. Secara umum, perdagangan bebas adalah:
“Free trade is a policy by which a government does not discriminate against
imports or interfere with exports by applying tariffs (to imports) or subsidies (to
exports). According to the law of comparative advantage the policy permits trading
partnersmutual gains from trade of goods and services.”
Sehingga, dalam perdagangan bebas, suatu negara akan menerapkan kebijakan
dibebaskannya tarif ekspor-impor, tidak adanya subsidi bagi produk lokal. Hal ini
dilakukan agar, kedua belah pihak negara yang melakukan kerjasama perdagangan
mendapatkan apa yang disebut comparative advantage[2]. Sehingga, kedua negara pun
mendapatkan mutual gains[3] dari kerjasama perdagangan yang dijalin.
Adapun kebijakan-kebijakan yang diterapkan dalam konsep perdagangan bebas antara lain:
1) Trade of goods without taxes (including tariffs) or other trade barriers (e.g., quotas on imports or
subsidies for producers)
2) Trade in services without taxes or other trade barriers
3) The absence of "trade-distorting" policies (such as taxes, subsidies,regulations, or laws) that give
some firms, households, or factors of production an advantage over others
4) Free access to markets
5) Free access to market information
6) Inability of firms to distort markets through government-imposedmonopoly or oligopoly power
7) The free movement of labor between and within countries
8) The free movement of capital between and within countries
Dengan demikian, baik globalisasi maupun perdagangan bebas memiliki keterkaitan yang
erat. Karena konsep globalisasi tersebutlah yang kemudian menciptakan konsep perdangan bebas.
Dalam perdagangan bebas, negara-negara pelaku kerjasama perdagangan antar negara
mendapatkan keuntungan dan kemudahan.
Beberapa keuntungan yang dikejar oleh negara-negara pelaku kerjasama perdagangan bebas
antara lain adalah kebijakan pengurangan tarif, pengurangan biaya ekspor dan impor, ditiadakannya
subsidi terhadap produk lokal, akses yang bebas terhadap pasar, akses yang bebas terhadap
informasi pasar, serta adanya kemudahan arus perpindahan barang-jasa-buruh-dan modal.
2. Perdagangan Bebas dan Trend Perdagangan China-Filipina
Pemerintah China dan Filipina telah melakukan kesepakatan untuk melakukan
pengembangan program kerjasama perdagangan dan ekonomi. Diperkirakan perdagangan itu akan
menggulirkan dana sekitar US $ 60 sampai tahun 2016. Kesepakaatan tersebut merupakan hasil dari
penandatanganan perjanjian bilateral antara kedua negara yang ditandatangani oleh Menteri Luar
Negeri Filipina, Albert del Rosario, dengan mitranya yang disaksikan oleh Presiden Benigno Aquino III
serta Presiden China, Hu Jintao di Beijing pada 31 Agustus 2011.[4]
Peningkatan kerjasama di antara kedua negara tersebut, selain pada bidang ekonomi dan
perdagangan juga merambah ke bidang-bidang lain yang strategis, seperti kerjasama kementrian
luar negeri, jaringan televisi, upaya mempromosikan Filipina ke investor China, bidang informasi,
olahraga dan pariwisata. Dari kesepakatan kerjasama tersebut pun, Filipina mendapatkan kontrak
perusahaan China, ZTE, untuk membangun jaringan broadband dan proyek jalan kereta api senilai
330 juta dolar AS.
Dalam kesepakatan tersebut, Presiden Filipina, Benigno Aquino, mencoba mendesak para
pengusaha China untuk menginvestasikan modalnya di Filipina. Presiden Benigno Aquino, mencoba
melakukan perubahan kerjasama ekonomi yang lebih bebas sekarang ini. Dalam Forum Ekonomi dan
Perdagangan Filipina-China, Ia mengutarakan bahwa Ia akan mencoba mengambil jalan pintas
supaya dapat terwujud kesepakatan bersama.
Tahun Trend Perdagangan
Ekspor Filipina ke China Ekspor China ke Filipina
2008 US $ 1,5 Milyar
2009 US $ 2,9 Milyar US $ 5,6%
2010 US $ 4,7 Milyar US $ 5,3 Milyar
2011 US $ 26 Milyar
-
Ekspektasi
2016
US $ 60 Milyar
Sumber: Dimodifikasi oleh penulis dari berbagai sumber:
Data Kementrian Perdagangan Filipina dan Pusat Investasi Beijing. Jia Xiang.“Kerjasama China dengan
Filipina.” http://www.jia-xiang.net/index.php?
option=com_content&view=article&id=159:kerjasama-china-dengan-filipina-&catid=34:headline01.
Di akses pada 6 Januari 2012 pukul 18.45 WIB.
Cheng Guangjin dan Lan Lan. China Daily: “Sino-Philippine Trade to Double”. 1 September
2011. http://www.chinadaily.com.cn/china/2011-09/01/content_13546355.htm. Di akses pada 7
Januari 2012 pukul 17.00 WIB.
China Radio Internasional. “Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan Tiongkok-Filipina Meningkat.” 21
Maret 2011.http://indonesian.cri.cn/201/2011/03/21/1s117073.htm. Di akses pada 7 Januari 2012
pukul 17.20 WIB.
Selain kerjasama perdagangan atas komoditas perdagangan yang kedua negara tersebut
lakukan. Kerjasama investasi antara kedua negara tersebut pun meningkat. Hal ini menunjukkan
kerjasama yang baik. Yang di dapat dari data Tiongkok, investasi riil Tiongkok di Filipina dalam sektor
keungan pada tahun 2010 tercatat sebesar US $ 86 juta, meningkat sebesar 112,5 %, sedangkan
Tiongkok menyerap modal Filipina sebesar US$ 11,59 juta, meningkat 97,8%.[5] Adapun bidang
utama investasi Tiongkok di Filipina adalah sektor pertambangan, manufaktur, dan energi listrik.
Sedangkan investasi Filipina di Tiongkok terutama dalam bidang properti dan ritel.
Dengan terjalinnya kerjasama perdagangan bebas di antara China dan Filipina, maka sektor
pariwisata di antara kedua negara pun memperlihatkan peningkatan. Dalam melakukan kerjasama
tersebut, China tidak semata-mata hanya mengejar kepentingan ekonomi, tetapi juga politik, sosial
dan budaya.
Liu Jianchao, seorang duta besar China untuk Filipina mengemukakan bahwa kerjasama
perdagangan bebas yang dijalin antar China dan Filipina akan mendatangkan kesempatan yang
besar. Karena dengan potensi ekspor yang dimiliki Filipina dalam komoditi elektronik, produk
agrikultur, buah-buahan, ikan dan mineral, Filipina dapat memanfaatkan kesempatan yang ada dan
mendapatkan comparative advantage dari kerjasama yang terjalin.
Selain comparative advantage itersebut, Investasi yang semakin berkembang antara China
dan Filipina pun akan dapat mendorong pembangunan di Filipina, hal-hal tersebut lah yang menjadi
beberapa faktor pendorong dijalinnya kerjasama perdagangan bebas yang semakin intens digalakkan
oleh Pemerintah China dan Filipina.
3. Analisa dan Pemikiran Penulis
Lahirnya perdagangan bebas akibat dari fenomena globalisasi memang sudah tidak dapat
dibendung lagi. Di mana setiap negara sekarang ini, harus bersiap menghadapi kedua fenomena
tersebut. Kerjasama perdagangan yang dijalin antara China dan Filipina pun merupakan akibat dari
lahirnya globalisasi dan perdagangan bebas tersebut.
Kedua negara, baik China dan Filipina berupaya menjalin kerjasama perdagangan dan
investasi yang sama-sama menguntungkan. Sebelum terjalinnya kesepakatan China-ASEAN Free
Trade Area (CAFTA), dapat dilihat bahwa kegiatan perdagangan dan arus investasi antara kedua
negara tersebut masih relatif kecil. Dan, jika dibandingkan dengan kerjasama yang dilakukan paska
terjalinnya kesepakatan China-ASEAN Free Trade Area(CAFTA), maka pertumbuhan kerjasama di
antara kedua negara tersebut mengalami peningkatan yang signifikan.
Dalam kerjasama ekonomi yang dilakukan antara China dan Filipina, telah tergambar prinsip-
prinsip perdagangan bebas di mana di antara kedua negara telah terjadifree movement of goods,
services, labour, and capital.
Peningkatan-peningkatan kegiatan perdagangan dan investasi di antara keduanya semakin
progresif. Bahkan, kedua negara tersebut, berupaya menggenjot kerjasama perdagangan dan
investasi hingga US $ 60 Milyar pada tahun 2016 mendatang.
Dengan demikian, kedua negara telah dapat memanfaatkan kesempatan dengan sebaik-
baiknya di dalam kerjasama yang terjalin tersebut. Sehingga, kedua negara mendapatkan
comparative advantage atas kerjasama kedua belah pihak.
Namun, seiring dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang semakin melambat, perlu juga
adanya kewaspadaan di antara kedua negara tersebut atas kemungkinan-kemungkinan yang bisa
saja terjadi dalam kurun waktu dua sampai tiga tahun ke depan.
Di mana, pasca terjadinya krisis ekonomi di Amerika dan Eropa, pertumbuhan ekonomi
China semakin melambat. Jika pertumbuhan ekonomi China melambat, sedangkan China merupakan
negara yang selama ini bisa dibilang great powers dalam bidang ekonomi dan menjadi leader dalam
bidang ekonomi di kawasan Asia Pasifik, maka dampak yang negatif pun akan teradiasi ke negara-
negara sekitarnya, khususnya negara-negara yang menjalin kerjasama perdagangan dan investasi
dengan China.
BAB III
KESIMPULAN
Baik globalisasi maupun perdagangan bebas memiliki keterkaitan yang erat. Di mana trend
globalisasi akan menciptakan konsep perdagangan bebas. Sehingga, negara-negara di dunia
internasional mendapatkan kemudahan dari atas fenomena tersebut. Negara-negara yang
menerapkan kebijakan perdagangan bebas dapat melakukan perputaran jasa, barang, buruh dan
modal dengan mudah dan dapat menembus batas-batas geografis suatu negara.
Dalam hal ini, China dan Filipina menjalin kerjasama perdagangan bebas tersebut. Jika
dilihat dari trend perdagangan yang ada, tergambar bahwa kedua negara mengalami peningkatan
kerjasama perdagangan. Di mana setiap tahun, trend perdagangan selalu meningkat.
Jadi, baik China maupun Filipina dapat memanfaatkan momentum tersebut, sehingga
kedua belah pihak dapat meraih comparative advantage dari kerjasama perdagangan yang dijalin.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
AFTA Reader, Vol. V, The Sixth ASEAN Summit and The Acceleration of AFTA. December 1998. Jakarta: ASEAN
Secretariat.
ASEAN Selayang Pandang. 1996. Jakarta: Secretariat Nasional ASEAN Departemen Luar Negeri Republik
Indonesia.
Dam, Sjamsumar dan Riswandi. Kerjasama ASEAN, Latar Belakang, Perkembangan, dan Masa Depan. 1995.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Jurnal dan Internet:
Shen Hongfang. Beijing, 24-25 Juni 2006. Implication of China’s WTO Entry on PhilippineEconomic Growth and
Development.
Aning, Jerome. Philippine Daily Inquirer: “Philippines, China Trade Grows Despite Row.”20 Desember
2011. http://globalnation.inquirer.net/21171/philippines-china-trade-grows-despite-row. Di akses
pada 6 Januari 2012 pukul 14.00 WIB.
Cheng Guangjin dan Lan Lan. China Daily: “Sino-Philippine Trade to Double”. 1 September
2011. http://www.chinadaily.com.cn/china/2011-09/01/content_13546355.htm. Di akses pada 7
Januari 2012 pukul 17.00 WIB.
China Radio Internasional. “Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan Tiongkok-Filipina Meningkat.” 21 Maret
2011. http://indonesian.cri.cn/201/2011/03/21/1s117073.htm. Di akses pada 7 Januari 2012 pukul
17.20 WIB.
Jia Xiang. “Kerjasama China dengan Filipina.” 12 Januari 2012. http://www.jia-xiang.net/index.php?option=com_content&view=article&id=159:kerjasama-china-dengan-filipina-&catid=34:headline01. Di akses pada 13 Januari 2012 pukul 18.45 WIB.
Kompas. ASEAN-China Menguat. 13 Agustus 2011.http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/08/13/03273846/ASEAN-China.Menguat. . Di akses pada 6 januari 2012 pukul 16.00 WIB.
Liu Jianchao. “Full Establishment of China-ASEAN Free Trade Area.” 2 Januari 2010.http://www.philstar.com/Article.aspx?articleId=537451&publicationSubCategoryId=63. Di akses pada 7 Januari 2012 pukul 15.00 WIB.
[1] Summary of the Annual Review of Developments in Globalization and Regional Integration in the Countries of the ESCWA Region by the United Nations Economic and Social Commission for Western Asia.
[2] Comparative advantage merupakan suatu konsep yang diusung oleh David Ricardo. In economics, the law of comparative advantage says that two countries (or other kinds of parties, such as individuals or firms thereas) will both gain from trade if, in the absence of trade, they have different relative costs for producing the same goods.
[3] Mutual gains adalah merupakan suatu konsep di mana apabila dua negara menjalin kerjasama perdagangan, maka kedua negara tersebut akan sama-sama mendapatkan keuntungan.
[4] Jia Xiang. Kerjasama China dengan Filipina. http://www.jia-xiang.net/index.php?option=com_content&view=article&id=159:kerjasama-china-dengan-filipina-&catid=34:headline01. Di akses pada 6 Januari 2012 pukul 18.45 WIB.
[5] China Radio Internasional. 21 Maret 2011. Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan Ekonomi Tiongkok-Filipina meningkat.http://indonesian.cri.cn/201/2011/03/21/1s117073.htm