KEBIJAKAN PENGELOLAAN TRANSFER KE DAERAH & DANA...

38
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA INTEGRITY PROFESSIONALISM SYNERGY SERVICE PERFECTION KEBIJAKAN PENGELOLAAN TRANSFER KE DAERAH & DANA DESA DAN OPTIMALISASI ANGGARAN PENDAPATAN & BELANJA DAERAH UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN BIMBINGAN TEKNIS EKSEKUTIF PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SURABAYA, 10 MEI 2017

Transcript of KEBIJAKAN PENGELOLAAN TRANSFER KE DAERAH & DANA...

  • KEMENTERIAN KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

    INTEGRITY PROFESSIONALISM SYNERGY SERVICE PERFECTION

    KEBIJAKAN PENGELOLAAN TRANSFER KE DAERAH & DANA DESA

    DAN OPTIMALISASI ANGGARAN PENDAPATAN & BELANJA DAERAH

    UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH

    DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN

    BIMBINGAN TEKNIS EKSEKUTIF PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

    SURABAYA, 10 MEI 2017

  • TANTANGANPEMBANGUNAN NASIONAL

    ARAH KEBIJAKAN FISKALDAN TRANSFER KE DAERAH & DANA DESA

    KEBIJAKAN FISKALINSTRUMEN DESENTRALISASI FISKAL & PEMBANGUNAN NASIONAL

    2

    TANTANGAN DAN STRATEGIPENGELOLAAN APBD

    APBN DAN APBDSEBAGAI INSTRUMEN KEBIJAKAN FISKAL

    1

    2

    3

    4

    5

    OU

    TLIN

    E

  • KEMENTERIAN KEUANGAN

    FU

    NG

    SI P

    OK

    OK

    KEB

    IJA

    KA

    N F

    ISK

    AL

    ALOKASI

    DISTRIBUSI

    STABILISASI

    Instrumen meningkatkan

    efisiensi, efektifitas, dan

    produktivitas penggunaan dan

    alokasi sumber daya antar

    bidang/program/kegiatan dan

    sektor

    Alat pemerataan dan

    mencapai keadilan

    antarkelompok penghasilan

    masyarakat dan antarwilayah

    • Alat untuk memelihara dan

    mengupayakan keseimbangan

    fundamental perekonomian

    • Instrumen meredam krisis,

    menstabilkan fluktuasi perekonomian

    dan menjaga stabilitas harga

    KEBIJAKAN FISKAL SEBAGAI

    INSTRUMEN PELAKSANAAN DESENTRALISASI FISKAL

    DAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN NASIONAL

    Peningkatan pertumbuhan ekonomi

    Pengurangan pengangguran

    Pengentasan kemiskinan

    Pengurangan kesenjangan antar

    kelompok penghasilan masyarakat

    dan antar wilayah

    Implementasi Nawacita ketiga:

    “Membangun dari pinggiran dengan

    memperkuat daerah dan desa

    dalam kerangka NKRI”

    Penguatan Otonomi Daerah dan

    Desentralisasi Fiskal

    Peningkatan

    kualitas

    layanan publik

    Peningkatan

    kesejahteraan

    masyarakat

  • KEMENTERIAN KEUANGAN 4

    TANTANGAN PEMBANGUNAN NASIONAL:MEWUJUDKAN PERTUMBUHAN EKONOMI YANG INKLUSIF

    ISU STRATEGIS KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN

    • Akses yang terbatas dan belum merata, yaitu layanan dasar (pendidikan, kesehatan, infrastuktur), permodalan, skill, dan pekerjaan

    • Program pengentasan kemiskinan dan kesenjangan belum efektif: Sasaran penerima program kurang tepat dan mekanisme penyaluran

    belum efektif Disain program belum sempurna dan implementasinya belum optimal Pemanfaatan DTU untuk belanja produktif dan peningkatan kualitas

    pemanfaatan DAK Fisik dan Dana Desa di daerah belum optimal Program pemberdayaan sosial belum optimal.

    • Sinergi Pemerintah Pusat dan Daerah belum optimal dalam penetapan target sasaran, harmonisasi antar program, dan pelaksanaan program.

    Meningkatkan Produktivitas

    Mengurangi Ketimpangan

    Mengentaskan Kemiskinan Meningkatkan Daya Saing

    Tata kelola yang baik Institusi yang bersih & efektif

    • Perekonomian Indonesia tumbuh cukup kuat dalam 10 tahun dengan reratapertumbuhan 5,64%

    • Kemiskinan menurun, namun penurunannya melambat

    Pertumbuhan ekonomi ↑1%:

    2011-2012: Kemiskinan ↓0,106%

    2013-2015: Kemiskinan ↓0,033%

    • Kesenjangan meningkat pada periode 2008-2012 setelah itu cenderungstagnan di kisaran 0,4

    • Pertumbuhan ekonomi dinikmati oleh seluruh kelompok tercermin daripeningkatan konsumsi di semua kelompok masyrakat.

    • Namun, pertumbuhan di kelompok kaya jauh lebih tinggi dibandingkandengan kelompok menengah dan miskin

  • KEMENTERIAN KEUANGAN

    SINERGI ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

    UNTUK MENGHADAPI TANTANGAN PEMBANGUNAN NASIONAL

    E K O N O M I Y A N G I N K L U S I F

    a.l. suku bunga,

    makro dan

    mikroprudensial

    a.l. neraca

    pembayaran,

    ekspor - impor,

    arus modal

    PDBAPBN, APBD

    Insentif Fiskal

    5

  • 6

    ARAH KEBIJAKAN PEREKONOMIAN TAHUN 2018

    Jumlah penduduk berdasarkan

    SUPAS 2015 = 255,18 juta jiwa

    Jumlah penduduk

    berdasarkan proyeksi =

    265,02 juta jiwa

    TARGET PEMBANGUNAN 2018• Target tingkat kemiskinan: 9-10%• Target tingkat pengangguran

    terbuka: 5,3-5,5% • Target rasio gini: 0,38

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    2015 2016 2017 2018 2019

    Juta

    Bukan Angkatan Kerja Penganggur

    Pekerja Penduduk Bukan Usia Produktif (0-14)

    Dibutuhkan penambahan kesempatan kerja > 2 juta dalam setahun

  • 7

    ARAH DAN STRATEGI KEBIJAKAN FISKAL 2018

    TEMA KEBIJAKAN FISKAL 2018Memantapkan pengelolaan fiskal untuk akselerasi pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan

    TEMA RKP 2018

    Memacu investasi dan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan

    BelanjaPendapatan Pembiayaan

    Peningkatan kualitas Belinda:• Peningkatan belanja Modal

    • Refocusing anggaran prioritas

    (Infrastruktur, Pendidikan, dan

    Kesehatan)

    • Sinergi antara program yang relevan.

    • Efisiensi belanja non prioritas(belanja barang & subsidi tepat

    sasaran);

    • Memperkuat Desentralisasi Fiskal.

    Keberlanjutan & Efisiensi

    Pembiayaan

    • Pengendalian defisit pada

    kisaran 1,9-2,3% terhadap PDB• Pengendalian Rasio utang

    terhadap PDB dan diupayakanmenurun dalam jangka

    menengah;

    • Pengendalian defisit agar

    keseimbangan primer menuju

    positif;

    • Pengembangan creative

    financing.

    Perpajakan (Tax ratio: 11,3-11,7% terhdp PDB)

    • Optimalisasi Penggalian potensi.

    • Peningkatan sustainable compliance.

    • Insentif perpajakan yang efektif.

    • Penyelesaian RUU perpajakan (KUP, PPh,PPN).

    • Reformasi administrasi perpajakan.

    PNBP (meningkat 1,8-2,0% terhdp PDB)

    • Optimalisasi PNBP melalui penerapan sistem baru (a.l. gross split), perbaikan tata kelola, peningkatan pelayanan BLU dan pemanfaatan BMN.

    • Pengawasan dan pengelolaan SDA kehutanan, kelautan & pertambangan.

    Strategi : stimulus fiskal secara terukur dengan tetap menjaga kesinambungan fiskal

  • 513,3 573,7 602,3664,2

    704,9

    00

    20,846,7

    60

    582,9 577,2 732,1 677,6 763,6

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    700

    800

    900

    2013LKPP

    2014LKPP

    2015LKPP

    2016Realisasi

    2017APBN

    Dana Desa

    513,3 573,7 623,1 710,9 764,9Total TKDD

    Belanja K/L

    Penganggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) dialokasikan untuk mendukung implementasi Nawacita ketiga, serta memperkuat pelaksanaan otonomi daerahdan desentralisasi fiskal.

    1

    Pengalokasian TKDD dilakukan sesuai dengan prinsip money follows functions dan money follows program,dengan memerhatikan pengalihan urusan antar tingkat pemerintahan.

    2

    Peningkatan efektivitas Penganggaran alokasi danpenggunaan TKDD untuk mengatasi kemiskinan dankesenjangan antardaerah dan antarwilayah.

    3

    8

    ARAH KEBIJAKAN

    TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA TAHUN 2018

    KEBIJAKAN UMUM

    Penganggaran, pengalokasian, dan penyaluran TKDD

    berdasarkan kinerja penyerapan anggaran & capaian output.

    4

  • 9

    DBHUntuk mengatasi

    ketimpangan fiskal

    vertikal antara

    Pusat & Daerah

    DTKUntuk mengatasi

    ketimpangan

    infrastruktur & layanan

    publik antar Daerah

    Dana Otsus & DaisUntuk mendukung

    pelaksanaan Otsus dan

    Keistimewaan DIY

    DIDUntuk memberikan

    reward kepada daerah

    berkinerja baik

    Dana DesaUntuk membangun dan

    memberdayakan

    masyarakat desa

    DAUUntuk mengatasi

    ketimpangan

    fiskal

    antardaerah

    FUNGSI DARI SETIAP KOMPONEN

    TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

  • DANA BAGI HASIL

    Formula alokasi: berdasarkan persentase tertentu dari penerimaan Pajak dan PNBP (SDA). by origin: daerah penghasil menerima alokasi yang lebih besar sesuai dengan potensinya, daerah lain menerima alokasi

    dalam rangka pemerataan. Penyaluran dana berbasis realisasi penerimaan. Dalam praktek berdasarkan pada estimasi realisasi dengan menerapkan

    mekanisme kurang dan lebih bayar setelah dilakukan verifikasi dan audit oleh BPK.

    10

    Perluasan diskresi penggunaan DBH Cukai

    Hasil Tembakau dan DBH Dana Reboisasi

    UU APBN 2017:

    • alokasi DBH Dana Reboisasi telah

    dialihkan ke Provinsi;

    • perluasan penggunaannya untuk Provinsi

    belum diatur.

    Masih adanya Kurang Bayar DBH.

    Penggunaan 25% untuk Infrastruktur

    Eksisting Reformulasi

    ARAH KEBIJAKAN DANA TRANSFER UMUM (1)

    Memerkuat perluasan diskresi penggunaan

    DBH Cukai Hasil Tembakau dan DBH Dana

    Reboisasi, untuk ditujukan pada

    pengentasan kemiskinan & pengurangan

    kesenjangan

    Memperluas penggunaan DBH Dana

    Reboisasi bagi provinsi.

    Percepatan penyelesaian Kurang Bayar DBH

    sesuai kemampuan keuangan negara.

    Penggunaan 25% untuk Infrastruktur

  • 11

    REFORMULASI

    ARAH KEBIJAKAN DANA TRANSFER UMUM (2) DAU: Mengatasi Ketimpangan Fiskal antardaerah.

    Pagu DAU Nasional bersifat dinamis.

    Pengalokasian DAU masih memperhitungkan

    Alokasi Dasar dengan memerhatikan belanja

    gaji PNSD.

    Peningkatan bobot luas wilayah laut untuk

    memberikan afirmasi bagi daerah kepulauan.

    Alokasi memperhitungkan beban pengalihan

    urusan antar tingkat pemerintahan.

    Penggunaan 25% untuk infrastruktur.

    Eksisting

    Memerkuat penerapan kebijakan Pagu DAU nasional tidak bersifat final, mengikuti dinamikaperubahan PDN neto.

    Porsi gaji PNSD dalam penghitungan DAU semakin menurun secara gradual, sehinggalebih mencerminkan celah fiskal & pemerataan.

    Meningkatkan bobot luas wilayah laut 100%

    Memerhitungkan beban pengalihan urusanantar tingkat pemerintahan porsi Provinsi naik, porsi Kabupaten/Kota turun (maks. 15%:85%).

    Memerkuat penggunaan DAU utk infrastruktur.

  • Besaran (pagu) dan realisasi penyaluran DAU per daerah akan mengikuti

    dinamisasi perkembangan PDN Neto.

    • Implikasi: Penyesuaian alokasi DAU pd APBN-P dan APBD-P

    Penyaluran DAU

    Tujuan: penggunaan basis perhitungan yang lebih real untuk menjaga kredibilitas APBN

    12

    Solusi

    Jika PDN Neto naik,

    Pagu DAU Nasional

    naik, daerah perlu:

    Identifikasi program

    dan/atau kegiatan

    urgent, mendesak, &

    dapat diselesaikan

    dalam sisa waktu

    s.d. akhir tahun.

    Jika tidak ada

    program dan/atau

    kegiatan urgent dan

    mendesak, maka

    tambahan DAU

    digunakan untuk

    membentuk Dana

    Cadangan atau

    Dana Darurat.

    Jika PDN Neto turun, Pagu

    DAU nasional turun, daerah

    perlu:

    Membuka ruang fleksibilitas

    penyesuaian belanja APBD-

    P dg identifikasi & efisiensi

    pos-pos belanja kurang

    prioritas dan tdk produktif

    (misal: biaya perjalanan

    dinas, rapat dinas,

    konsinyering, honorarium).

    Membuka ruang fleksibilitas

    kontrak proyek dengan

    klausul yang relatif fleksibel.

    Memperkuat perencanaan

    kas (cash flow

    management)

    Untuk jangka

    panjang, daerah

    perlu:

    Menata kembali

    jumlah PNSD

    Mengoptimalkan

    pajak daerah dan

    retribusi daerah

    Memperkuat

    penggunaan

    sumber

    pembiayaan

    lainnya dan

    kerjasama dengan

    badan usaha.

    A B C

    ARAH KEBIJAKAN DANA TRANSFER UMUM (3)

  • 13

    REFORMULASI

    PENGALOKASIAN

    Pengalokasian DAK berbasis usulan dan kebutuhan daerah sesuai target output.

    Kegiatan yang diusulkan sesuai dengan kewenangan provinsi/kab./kota.

    Sinkronisasi DAK Fisik: antarbidang, antardaerah, dan antarsumber pendanaan.

    Pemberian afirmasi kepada daerah dengan

    karakteristik tertentu: perbatasan, tertinggal dan

    kepulauan

    Eksisting

    PENGALOKASIAN Memerkuat pengalokasian DAK berbasis

    usulan dan kebutuhan daerah sesuai target output.

    Memerkuat sinkronisasi DAK Fisik: antarbidang, antardaerah, dan antarsumber pendanaan, dengan memperkuat peran Provinsi rekomendasi Provinsi untuk usulan kegiatan DAK Kab/Kota

    Meningkatkan pemberian afirmasi kepadadaerah dengan karakteristik tertentu:

    perbatasan, tertinggal dan kepulauan

    DAK FISIK: Mengatasi Ketimpangan Penyediaan Layanan Dasar Publik.

    ARAH KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS FISIK (1)

  • ARAH KEBIJAKAN DAK FISIK (2): KLUSTERISASI BIDANG DAK FISIK

    BERDASARKAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH

    Bidang Sub Bidang Kewenangan

    Pendidikan

    a. SDLB/SMPLB/SMLB/SLB Kabupaten/Kota

    b. SKB Kabupaten/Kota

    c. SD Kabupaten/Kota

    d. SMP Kabupaten/Kota

    e. SMA Provinsi

    f. SMK Provinsi

    Kesehatan

    a. Pelayanan Kesehatan Dasar Kabupaten/Kota

    b. Pelayanan Kesehatan

    Rujukan

    a. Provinsi

    b. Kabupaten/Kota

    c. Pelayanan Kesehatan

    Kefarmasian

    a. Provinsi

    b. Kabupaten/Kota

    d. Keluarga Berencana Kabupaten/Kota

    Pertanian -a. Provinsi

    b. Kabupaten/Kota

    Industri Kecil dan

    Menengah- Kabupaten/Kota

    Lingkungan Hidup

    dan Kehutanan

    a. Lingkungan Hidupa. Provinsi

    b. Kabupaten/Kota

    b. Kehutanana. Provinsi

    b. Kabupaten/Kota

    Bidang Sub Bidang Kewenangan

    Jalan -a. Provinsi

    b. Kabupaten/Kota

    Irigasi -a. Provinsi

    b. Kabupaten/Kota

    Air Minum - Kabupaten/Kota

    Sanitasi - Kabupaten/Kota

    Perumahan - Kabupaten/Kota

    Pasar - Kabupaten/Kota

    Kelautan Perikanan -a. Provinsi

    b. Kabupaten/Kota

    Pariwisata -a. Provinsi

    b. Kabupaten/Kota

    Energi Skala Kecil

    Menengah- Provinsi

    Transportasi - Kabupaten/Kota

    19

  • 15

    Prinsip Pembangunan Berkelanjutan

    Prinsip Pengalokasian DAK Berbasis

    Kinerja pelaksanaan

    Prinsip Percepatan PenyediaanInfrastruktur di Daerah

    Prinsip Sinkronisasi Pendanaan

    Pembangunan Daerah

    ARAH KEBIJAKAN DAK FISIK (3): PRINSIP-PRINSIP PENGALOKASIAN DAK FISIK

    Usulan kegiatan harus:

    1. Menjadi kewenangan daerah;

    2. Bagian dari RPJMD dan RKPD yang telah disinkronisasi dengan

    prioritas nasional; dan

    3. Kegiatannya harus menghasilkan output/ outcome yang

    bermanfaat langsung bagi masyarakat

    Prioritas alokasi DAK:

    Mempercepat pembangunan infrastruktur di daerah yang terkait

    dengan:

    1. pelayanan dasar untuk pemenuhan SPM;

    2. pengembangan industri, perdagangan, pariwisata, sektor

    perekonomian lainnya

    Sinkronisasi usulan kegiatan antara:

    1. Bidang yang satu dengan bidang lainnya;

    2. Daerah yang satu dengan daerah lainnya, termasuk antara

    kabupaten/kota dengan provinsi; dan

    3. Kegiatan DAK dengan kegiatan yang didanai dari non DAK

    Alokasi DAK memperhitungkan tingkat penyerapan anggaran dan capaian

    output/outcome tahun sebelumnya, dengan tujuan agar:

    1. Daerah punya komitmen untuk melaksanakan apa yang telah

    diusulkan;

    2. Daerah melaksanakan DAK sesuai dengan target output dan lokasi

    kegiatan serta batas waktu yang ditetapkan.

  • 16

    Bantuan Operasional

    Sekolah (BOS)

    • untuk pencapaian program wajib belajar 12 Tahun.

    Bantuan Operasional

    Kesehatan (BOK)

    • untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan kesehatan, khususnya pelayanan promotif dan preventif, serta Jampersal.

    Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan Anak

    Usia Dini (BOP PAUD)

    • untuk meringankan beban masyarakat dalam memperoleh akses PAUD.

    Bantuan Operasional

    Keluarga Berencana

    (BOKB)

    • untuk mendukung program KB.

    Peningkatan

    Kapasitas

    Koperasi dan

    UKM (PK2UKM)

    • untuk meningkatkan kapasitas SDM koperasi dan UKM melalui pelatihan dan pendampingan.

    Administrasi

    Kependudukan • untuk keberlanjutan dan keamanansistem administrasi kependudukan

    Tunjangan Profesi Guru

    PNSD

    Tambahan Penghasilan

    Guru PNSD

    Tunjangan Khusus Guru di

    Daerah Sangat Tertinggal

    ARAH KEBIJAKAN DAK NONFISIK

    Tujuan: mendukung operasional penyelenggaraan layanan publik dalam rangka mengurangi beban ekonomi

    dan langsung dinikmati masyarakat

    Formula Alokasi

    Unit Cost Jumlah Frekuensi

    Contoh: TPG PNSDGaji Pokok Guru bersetifikasi Pendidik x

    jumlah guru x 12 bulan

  • 17

    DIALOKASIKAN KEPADA

    PROVINSI KABUPATEN KOTA

    BERDASARKANKRITERIA UTAMA KRITERIA KINERJA

    • Opini BPK

    • Penetapan Perda

    APBD tepat waktu.

    • Kesehatan fiskal dan pengelolaan

    keuangan daerah

    • Pelayanan dasar publik; dan

    • Ekonomi dan kesejahteraan.

    ARAH KEBIJAKAN DANA INSENTIF DAERAH

    2018

    Memberikan rewards

    kepada daerah berkinerja

    baik dalam:

    • tata kelola keuangan

    daerah, a.l. e-planning, e-

    budgeting, dan e-

    procurement.

    • pelayanan publik, a.l.

    penurunan gizi buruk.

    • kesejahteraan,

    pengurangan kemiskinan &

    pengangguran.

  • 18

    CARA PENGHITUNGAN

    Proporsi dan bobot formula: 90% Alokasi Dasar (Pemerataan), 10% Berdasarkan variabel:

    - jumlah penduduk desa (25%), - angka kemiskinan desa (35%), - luas wilayah desa (10%), dan - tingkat kesulitan geografis desa (30%)

    PERTIMBANGAN

    memperhatikan aspek pemerataan dankeadilan

    rasio penerima Dana Desa terkecil danterbesar adalah paling rendah, yakni 1:4

    standar deviasi yang paling rendah.

    Dana Desa dialokasikan kepada setiap desa secara merata dan berkeadilan berdasarkan:

    jumlah penduduk desa, angka kemiskinan desa, luas wilayah desa, dan tingkat kesulitan geografis desa.

    • Menyempurnakan kebijakan pengalokasian, untuk:

    Mempercepat pengentasan kemiskinan

    Mengatasi kesenjangan penyediaan sarana & prasarana pelayanan publik antardesa.

    Memberikan afirmasi pada desa tertinggal dan sangat tertinggal, serta desa di daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan.

    • Penyempurnaan formula alokasi dilakukan melalui:

    Penyesuaian bobot variabel dengan penekanan pada variabel jumlah penduduk miskin.

    Perubahan formulasi proporsi Alokasi dasar (AD) untuk pemerataan, dan Alokasi Formula (AF) untuk distribusi yang lebih berkeadilan.

    Kebijakan afirmasi dalam perhitungan Dana Desa kepada daerah sangat tertinggal dan tertinggal, serta memerhatikan aspek kewilayahan untuk mempercepat pembangunan desa di daerah terluar, terdepan, perbatasan, dan kepulauan.

    EXISTING REFORMULASI

    ARAH KEBIJAKAN DANA DESA

  • KEMENTERIAN KEUANGAN 19

    Perencanaan & Penganggaran

    Pembahasan

    Penetapan

    Pelaksanaan

    Pelaporan & Pencatatan

    Pemeriksaan & Pertanggung-

    jawaban

    Jan-Juli

    Okt-Nov

    Des

    Jan-Des

    TANTANGAN & STRATEGI PENGELOLAAN APBD (1): SIKLUS DAN POSTUR

    APBD disusun sesuai dengan

    kebutuhan penyelenggaraan

    Pemerintahan dan kemampuan

    keuangan daerah

    1 Pendapatan

    2 Belanja

    + Surplus/Defisit

    3 Pembiayaan

  • KEMENTERIAN KEUANGAN 20

    TANTANGAN & STRATEGI PENGELOLAAN APBD (2):Tantangan Perencanaan dan Penyusunan APBD

    1

    2

    3 6

    4

    5

    Penetapan anggaran belanja

    cenderung lebih tinggi dari

    anggaran pendapatan

    Kurangnya keterpaduan, konsistensi

    dan sinkronisasi perencanaan

    dengan penganggaran.

    Kurangnya keterpaduan,

    konsistensi dan sinkronisasi

    perencanaan antar SKPD

    Waktu penyusunan panjang

    dan lambat

    Spesifikasi indikator kinerja dan

    target kinerja masih relatif lemah.

    Intervensi hak budget DPRD

    terlalu kuat

    PERMASALAHAN PROSES PERENCANAAN

    DAN PENYUSUNAN APBD

  • KEMENTERIAN KEUANGAN

    Optimalisasi PAD, Refocusing anggaran

    belanja, danpengendalian defisit

    Penyusunan anggaranmengacu pada RPJMD dan

    RKPD, serta memerkuatsinergi antara DPKAD/BPKAD

    dengan Bappeda dibawahkoordinasi Sekretaris Daerah.

    Pemberian sanksi atasketerlambatan penetapan

    APBD dilaksanakansecara tegas

    Penguatan koordinasi, sinkronisasi dan harmonisasi

    program/kegiatan antaraSKPD, DPKAD/BPKAD, dan

    Bappeda dibawah koordinasiSekretaris Daerah

    Penerapanpenganggaran

    berbasis kinerja

    TANTANGAN & STRATEGI PENGELOLAAN APBD (3):Strategi Perencanaan dan Penyusunan APBD

    Penguatan kapasitasdan komitmen, baik

    bagi kalangan Pemdamaupun DPRD.

    1

    2

    3

    4

    5

    6

  • KEMENTERIAN KEUANGAN 22

    TANTANGAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN APBD (4): STRATEGI OPTIMALISASI PAJAK DAERAH

    Penyesuaian Dasar Pengenaan Pajak

    Melakukan penilaian ulang atas dasar

    pengenaan disesuaikan dengan potensi dan

    kemampuan pembayar pajak

    Peningkatan Basis Data Perpajakan

    • Mendata ulang WP & objek pajak

    • Meningkatkan koordinasi internal pemda, antara

    lain dengan bagian penerbitan izin

    • Memanfaatkan data pihak ketiga (BPN utk PBB)

    Penilaian, Penagihan, dan Pemeriksaan

    • Dibidang penilaian dan penagihan dapat

    dikerjasamakan dengan DJP dan DJKN.

    • Dibidang pemeriksaan dapat

    berkoordinasi dengan Polri, Kejaksaan, BPK

    & BPKP

    Modernisasi

    • Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam

    pengelolaan basis data.

    • Penggunaan Teknologi Informasi dalam pelayanan

    perpajakan, misalnya e-SKPD dan e-payment.

    • Membangun organisasi perpajakan daerah

    berdasarkan fungsi: pengelola data, pelayanan,

    penagihan, pemeriksaan, dan pengawasan.

    • Menyusun SOP setiap pelayanan.

    Peningkatan SDM

    • Menambah jumlah diklat utk ahli penilaian,

    penagihan, dan pemeriksaan.

    • Menambah jumlah diklat terkait dengan praktik

    pemungutan perpajakan yang baik.

    • Kerjasama kemitraan dengan pemda lain yang

    dinilai sukses dalam pemungutan perpajakan.

    Peranan APBD sebagai instrumen fiskal di daerah belum optimal, sehingga diperlukan berbagai upaya untuk meningkatkan penerimaan APBD terutama pajak daerah sebagai komponen terbesar dari PAD.

    STRATEGI

    OPTIMALISASI PAJAK

    DAERAH

    24%

    54%

    22%

    Sumber Pendapatan APBD

    Pendapatan AsliDaerah

    DanaPerimbangan

    Lain-LainPendapatanDaerah

    69%5%3%

    23%

    Pendapatan Asli DaerahPajak Daerah

    Retribusi Daerah

    Hasil PengelolaanKekayaan Daerahyang DipisahkanLain-Lain PAD yangSah

  • 23

    Strategi

    Pembiayaan Daerah

    Pemerintah Pusat

    Pemerintah Daerah Lain;

    Lembaga KeuanganBank;

    Lembaga KeuanganBukan Bank;

    Masyarakat, dalambentuk Obligasi Daerah

    OPTIMALISASI

    SUMBER PINJAMAN

    Kerjasama Pemerintah

    dengan Badan Usaha

    Tahap Perencanaan KPBU:a. penyusunan rencana anggaran KPBU; b. identifikasi dan penetapan KPBU; c. penganggaran dana tahap perencanaan; d. pengambilan keputusan lanjut/tidak lanjut

    rencana KPBU; e. penyusunan Daftar Rencana KPBU; dan f. pengkategorian KPBU.

    Tahap Penyiapan KPBU:a. penyiapan Prastudi Kelayakan termasuk

    kajian pengembalian investasi Badan Usaha Pelaksana;

    b. pengajuan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah; dan

    c. pengajuan penetapan lokasi KPBU.

    Tahap Transaksi KPBU: a. penjajakan minat pasar (market sounding); b. penetapan lokasi KPBU; c. pengadaan Badan Usaha Pelaksana yang

    mencakup persiapan dan pelaksanaan pengadaan Badan Usaha Pelaksana;

    d. penandatanganan perjanjian KPBU; dan e. pemenuhan pembiayaan (financial close).

    TANTANGAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN APBD (5): OPTIMALISASI BERBAGAI ALTERNATIF PEMBIAYAAN

    • menyediakan pinjaman mulai dari jumlah kecil hingga

    besar;

    • meningkatkan kapasitas Pemda dalam mengelola

    pinjaman dengan pembentukan debt;

    • mengatasi keterbatasan Pemda dalam penyiapan

    proyek yang baik;

    • meningkatkan kapasitas Pemda dalam

    melaksanakan pembangunan proyek infrastruktur

    yang berkelanjutan.

    Regional Infrastructure Development Fund (RIDF)

  • KEMENTERIAN KEUANGAN 24

    Musrenbangnas, 26 April 2017:

    “Agar Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah lebih

    berfokus pada pemberian pelayanan kepada masyarakat

    serta peningkatan infrastruktur dan investasi.”

    “Perencanaan yang lebih terfokus dapat memberikan hasil

    yang lebih baik.”

    ARAHAN PRESIDEN RI: FOKUS 2 PRIORITAS NASIONAL

    TANTANGAN & STRATEGI PENGELOLAAN APBD (6): REFOCUSING PRIORITAS

  • KEMENTERIAN KEUANGAN

    NASIONAL

    2011 2012 2013 2014 2015

    230,21 260,94 286,64312,68 329,19

    105,94 120,57144,44 165,37

    192,86108,99130,36

    163,05180,93

    208,65

    73,91105,89

    121,50139,92

    184,82

    Belanja Pegawai Belanja Barang dan jasa Belanja Modal Belanja Lainnya

    519,05

    617,75715,63

    798,90

    915,51 PROVINSI

    132,23

    179,31202,98

    219,26

    248,82

    2011 2012 2013 2014 2015

    30,37 33,85 36,44 38,32 43,42

    33,54 41,2548,03 47,37 50,52

    26,3729,91

    36,45 36,8545,1541,96

    74,3182,06 96,71

    109,73

    Belanja Pegawai Belanja Barang dan jasa Belanja Modal Belanja Lainnya

    2011 2012 2013 2014 2015

    199,84 227,10 250,20274,36 285,77

    72,4079,32

    96,41118,00 142,3482,62

    100,45126,60

    144,08163,50

    31,9531,58

    39,4443,20

    75,09

    Belanja Pegawai Belanja Barang dan jasa Belanja Modal Belanja Lainnya

    386,81438,44

    512,65

    579,64

    666,70

    Kab/Kota Belanja pegawai masih merupakan porsiterbesar dalam belanja APBD khususnya

    di kab/kota.

    25

    TANTANGAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN APBD (7): PENINGKATAN KUALITAS BELANJA DAERAH

    Perlu melakukan refocusing anggaran:Mengurangi anggaran untuk belanja yang tidak

    produktif dan fokus terhadap belanja yang berhubungan langsung dengan pelayanan publik.

  • KEMENTERIAN KEUANGAN 26

    E-PlanningPenerapan e-planning dalam tahapan penyusunan

    rancangan RPJMD

    E-ProcurementPenerapan e-procurement dalam tahapan pelaksanaan

    proyek dan kegiatan belanja daerah, khususnya dalam proses

    pengadaan barang dan jasa.

    E-Budgeting Penerapan e-budgeting dalam tahapan penyusunan RKA OPD yang menggunakan sumber data dari e-planning

    Dalam rangka meningkatkan kualitas layanan pemerintahan dibutuhkan integrasi Proses bisnis

    instansi ke dalam Sistem Informasi yang menciptakan efisiensi dan efektifitas dalam pelayanan.

    Implementasi e-Government di pemerintah daerah juga merupakan salah satu upaya untuk

    menciptakan transparansi dan peningkatan layanan publik untuk menjawab kebutuhan

    birokrasi dan administrasi di Pemerintah Daerah

    TANTANGAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN APBD (8):

    PENYUSUNAN APBD BERBASIS KINERJA

  • KEMENTERIAN KEUANGAN

    • Menghitung perkiraan kemampuan keuangan daerah tahun rencana (pendapatan dan pembiayaan)

    • Menghitung perkiraan kemampuan belanja langsung untuk membiayai seluruh program dan kegiatan tahun

    rencana

    • Menyusun referensi perencanaan (prioritas, sasaran, program dan indikatornya)

    • Menentukan pagu indikatif di setiap SKPD & Kab/Kota

    • Menyusun kegiatan di setiap SKPD sesuai dengan pagu indikatif serta prioritas, sasaran dan program yang sudah

    “given”

    27

    PENYUSUNAN APBD BERBASIS KINERJA (1)

    merupakan sebuah tool untuk membantu proses perencanaan (dalam hal pengusulan dan review kegiatan) yang akan

    dilaksanakan untuk tahun anggaran berikutnya.

    E-Planning

    Definisi

    Mekanisme

    • Mensinergikan perencanaan program dan kegiatan antar SKPD

    • Meningkatkan transparansi perencanaan,

    • Menyajikan analisa yang informatif bagi pemangku kepentingan ,

    • Meningkatkan efisiensi anggaran melalui ketepatan perencanaan.

    Manfaat

  • KEMENTERIAN KEUANGAN 28

    adalah sistem yang dikembangkan untuk merencanakan anggaran daerah. Dengan tujuan memberikan panduan dalam

    proses penyusunan APBD dan juga Perubahannya.

    E-Budgeting

    Definisi

    • Pengendalian rancangan dan realisasi anggaran akan lebih mudah dilakukan,

    • Pengendalian pelaksanaan pemanfaatan anggaran dapat dilakukan sejak tahap perencanaan,

    • Meningkatkan transparansi anggaran.

    Manfaat

    • Pengajuan rencana program, kegiatan dan anggaran kegiatan

    • Verifikasi dokumen dan kebutuhan anggaran

    • Validasi dokumen sesuai dengan perencaanaan dan target output dan outcome

    • Penyampaian surat usulan ke unit yang berwenang

    • Penetapan anggaran.

    Mekanisme

    PENYUSUNAN APBD BERBASIS KINERJA (2)

  • KEMENTERIAN KEUANGAN

    • E-Procurement dilakukan secara elektronik dengan cara e-tendering atau e-purchasing

    • E-Purchasing menggunakan e-catalog

    • E-tendering melalui e-lelang dan e-seleksi

    29

    merupakan integrasi dan manajemen elektronik terhadap semua aktivitas pengadaan termasuk permintaan pembelian,

    pemberian hak pemesanan, pengiriman dan pembayaran antara pembeli dan pemasok.

    E-Procurement

    Definisi

    Mekanisme

    1. Menekan biaya.

    2. Pemotongan waktu siklus pengadaan barang/jasa.

    3. Kontrol manajemen yang lebih besar.

    4. Sesuai kebutuhan.

    5. Pengurangan tingkat kesalahan pemesanan.

    Manfaat

    PENYUSUNAN APBD BERBASIS KINERJA (3)

  • KEMENTERIAN KEUANGAN 30

    TANTANGAN & STRATEGI PENGELOLAAN APBD (9):Tantangan Pelaksanaan APBD

    1

    2

    3

    4

    Pelaksanaan lelang

    yang lambat

    Penyerapan belanja yang

    menumpuk di akhir tahun

    Kekhawatiran kriminalisasi

    Rendahnya kompetensi

    Pengelola Keuangan Daerah.

    PERMASALAHAN PROSES

    PELAKSANAAN APBD

    5 Permasalahan lahan dan pelaksanaan di lapangan

  • KEMENTERIAN KEUANGAN 31

    TANTANGAN & STRATEGI PENGELOLAAN APBD (10):Strategi Perencanaan dan Penyusunan APBD

    Proses pelaksanaan tender

    pengadaan barang/jasa segera

    dilakukan sebelum awal tahun

    anggaran dan menetapkan

    kontrak diawal tahun setelah

    penetapan DPA-SKPD.

    Optimalisasi pemanfaatan dana

    APBD, antara lain melalui

    efisiensi belanja operasional,

    mempertajam prioritas belanja

    modal dengan tetap menjaga

    prioritas pembangunan daerah.

    Optimalisasi penyerapan dan

    pemanfaatan dana transfer ke

    daerah dan dana desa.

    Optimaliasasi pelaksanaan kas

    (cash management) untuk

    menjaga likuiditas pendanaan

    dan menghindari penumpukan

    penyerapan belanja di daerah

    pada akhir tahun.

    Peningkatan peran Sistem

    Pengendalian Internal

    Pemerintah, penyusunan SOP

    yang jelas, dan sinergi dengan

    aparat penegak hukum.

    Pelaksanaan bimbingan teknis

    dan pendidikan/pelatihan bagi

    pengelola keuangan daerah.

    1 2 3

    4 5 6

  • KEMENTERIAN KEUANGAN 32

    TANTANGAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN APBD (11): PENYERAPAN APBD BELUM OPTIMAL

    Besarnya dana idle pemerintah daerah menghambat akselerasi pembangunan daerah

    Tren 2013-2015, posisi simpanan pemda di perbankan:January-Juni naik; Oktober-Desember menurun. Triwulan 1 dan 2:

    • Realisasi belanja operational besar;• Belanja modal belum terealisasi secara optimal.

    Implikasi: output dan outcome tidak dapat langsung

    memberikan dampak pada kesejahteraanmasyarakat.

    Penumpukan belanja pada akhir tahun. SILPA menjadi lebih besar.

    PENGENDALIAN

    APBD

  • KEMENTERIAN KEUANGAN 33

    Untuk memperkuat kapasitas pengelola keuangan daerah dalam meningkatkan kualitas perencanaan,

    penganggaran, pelaksanaan, dan penyusunan laporan pertanggungjawaban keuangan daerah.

    Kementerian Keuangan

    Kementerian Dalam Negeri Kementerian Desa & PDTT

    Universitas/Perguruan Tinggi

    Menyusun APBD berbasis kinerja

    Meningkatkan kualitas belanja

    Memproyeksi anggaran & realisasi APBD

    secara tepat

    Mengendalikan defisit APBD

    TANTANGAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN APBD (12): PENGUATAN KOMPETENSI PENGELOLA KEUANGAN DAERAH

    Pengelola Keuangan

    Daerah

    Melakukan cash management dgn baik

    Menjaga disiplin fiskal daerah

    Melakukan pemungutan/pemotongan pajak

    sesuai ketentuan

    Memperkuat Sistem Informasi Keuangan Daerah

  • KEMENTERIAN KEUANGAN 34

    TANTANGAN & STRATEGI PENGELOLAAN APBD (13):Tantangan dan Strategi Pertanggungjawaban APBD

    1

    2

    1

    2

    Pertanggungjawaban kinerja

    kegiatan masih cenderung fokus

    pada pelaporan penggunaan dana

    Laporan pertanggungjawaban terlalu

    banyak untuk tujuan yang sama

    Laporan pertanggungjawaban perlu

    mempersyaratkan kinerja penyerapan

    anggaran dan capaian output

    Simplifikasi dokumen dan

    mekanisme pelaporan

    PERMASALAHAN

    3LKPD disusun berdasarkan

    prinsip-prinsip good governance

    dan berpedoman pada SAP3Masih terdapat LKPD yang belum mendapat opini WTP dan WDP

    STRATEGI

  • KEMENTERIAN KEUANGAN 35

    Terima Kasih

  • 37% 63%

    Belanja Pem.Pusat

    Transf.ke Daerah & DanaDesa

    2.080,5 T

    OPTIMALISASI

    PENERIMAAN NEGARABELANJA NEGARA YANG

    PRODUKTIF DAN BERKUALITAS

    APBN YANG KREDIBEL, EFISIEN DAN EFEKTIF, SERTA BERKESINAMBUNGAN

    STIMULUS YANG OPTIMAL BAGI PERTUMBUHAN EKONOMI

    PENGELOLAAN PEMBIAYAAN YANG

    PRUDEN0.1%

    14% 86%

    pajak PNBP Hibah

    1.750,3 T

    Pembiayaan

    330,2 T

    APBN SEBAGAI KEBIJAKAN FISKAL

    36

  • APBN DIOPTIMALKAN UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN

    NAMUN DISIPLIN DAN KESINAMBUNGAN FISKAL TETAP DIJAGA

    -8.0%

    -6.0%

    -4.0%

    -2.0%

    0.0%

    0

    750

    1,500

    2,250

    3,000

    2009 2012 2013 20142010 2011

    Pendapatan Belanja

    2015 2016 2017

    Defisit Fiskal (RHS)

    -2.4%-2.5%

    -1.6%

    -0.7%

    -1.1%

    -1.8%

    -2.3% -2.3%-2.6% -2.5%

    -2.4%

    • Tingkat Belanja selalu lebih tinggi

    dibanding Pendapatan, untuk

    memberi dorongan bagi

    perekonomian dan penyediaan

    layanan publik.

    Namun defisit selalu dijaga di

    bawah 3 persen untuk

    menjaga disiplin dan

    kesinambungan fiskal

    Pendapatan Negara harus

    ditingkatkan untuk

    menciptakan ruang fiskal lebih

    besar dan memperkuat daya

    dukung APBN bagi

    pertumbuhan.

    POSISI APBN (RP Triliun)

    15

    37

  • TANTANGAN PENGELOLAAN APBN

    38

    OPTIMALISASI

    PENDAPATAN

    STIMULUS FISKAL YANG

    TERUKUR

    PENGENDALIAN

    PEMBIAYAAN

    FISCAL SUSTAINABILITY

    • Membuat estimasi penerimaan yang akurat dan kredibel

    • Meningkatkan kapasitasdalam mengumpulkanpenerimaan negara

    • Memperlebar ruang fiskal a.l. dgn meningkatkan rasiopenerimaan perpajakan

    • Pengendalian defisit

    • Optimalisasi pembiayaan

    • Pengendalian rasio utang terhadap PDB

    • Reformasi sektor keuangan, e.g. Melalui pendalaman pasar keuangan

    • Mendukung keuangan inklusif

    • Diimbangi dengan stabilitas sistem keuangan

    Efisiensi-Efektivitas-Produktivitas

    Belanja K/L, Belanja Non K/L, TKDD

    • Membuat keputusan belanja yangstrategis

    • Memprioritaskan belanja produktif danmendukung pembangunan

    • Mengurangi kemiskinan, kesenjangan, dan pemerataan kesejahteraan

    • Memerangi inefisensi

    MASYARAKAT YANG ADIL DAN MAKMUR

    REFORMASI FISKAL YANG KOMPREHENSIF UNTUK OPTIMALISASI PENDAPATAN, BELANJA YANG BERKUALITAS,

    SERTA PEMBIAYAAN YANG SUSTAINABLE