KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI ...
Transcript of KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI ...
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELESTARIAN RUMAH TUO DI
KELURAHAN KAMPUNG BARUH KECAMATAN TABIR
KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.I)
Dalam Ilmu Pemerintahan
Oleh
SAULATIYAH
105170611
Pembimbing:
Yudi Armansyah, S. Th.I. M. Hum
Irsadunas Noveri, S.H., M. H
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
1442 H/2021 M
i
ii
iii
iv
MOTTO
Artinya: “Dan Jangalah kamu berbuat kerusakan di muka bumi ini setelah
diciptakan dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan
penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangatlah dekat dengan orang-
orang yang berbuat kebaikan”. (Q.S Al-A’raf: 56).
v
PERSEMBAHAN
“Bismillahirahmanirrahim. Puja dan puji syukur Hamba ucapkan kehadirat Allah
SWT karena berkat atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, maka penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini dengan pada tepat waktunya.
Skripsi ini ku persembahkan kepada:
Bapak (Syamsudin) dan ibu (Rabima) kedua orang tua tersayang dan tercinta.
Terimakasih untuk semua bentuk perhatian. cinta dan kasih sayang yang selalu
kalian berikan kepada penulis sejak lahir hingga sekarang sampai dengan
seterusnya, terimakasih atas doa yang tiada hentinya, kesabaran, dukungan, serta
nasehat yang selalu diberikan untuk penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan
semoga anakmu bisa menjadi kebahagian dan kebanggaan bapak dan ibu baik di
dunia maupun di akhirat.
Amin Ya Robbal Alamiin.
Ungkapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada:
Kakakku Arpansyah dan Afdol serta adikku tercinta Zahara. Terima kasih atas
semua do’a dan motivasi serta dukungan yang tiada hentinya di berikan kepada
penulis.
Terimakasih juga untuk teman-teman semua mulai dari teman sd sampai dengan
di bangku perkulihan kelas IP C 2017, terutama (Derimaz Melati, Fatma W Sayla,
Novi Ardanisa, Bibik Sity) karena kalian selalu memotivasi penulis.
Dan yang terakhir skripsi ini penulis persembahkan kepada orang yang selalu
menanyakan penulis kapan wisuda.
Terimakasih orang-orang terkasih dan tersayang mudah-mudahan kita semua
selalu dalam rahmat dan lindungan Allah SWT.
vi
ABSTRAK
Saulatiyah, Nim 105170611: Kebijakan Pemerintah Dalam Pelestarian Rumah Tuo
Di Kelurahan Kampung Baruh Kabupaten Merangin.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kebijakan pemerintah dalam pelestarian
Situs Cagar Budaya Bangunan Rumah Tuo, serta untuk melihat efektivitas dari
kebijakan Pemerintah dalam pelestarian Rumah Tuo, dimana Rumah Tuo ini
memiliki pengetahuan sejarah yang baik untuk Ilmu Pengetahuan dan untuk
mengetahui kendala apa yang sering dialami pemerintah dalam pelestarian Rumah
Tuo. Metode penelitian adalah metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan
deskriptif kualitataif. Teknik dalam pengumpulan data menggunakan teknik
observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil yang diperoleh dalam penelitian
menunjukkan bahwa Pemerintah telah melakukan pelestarian sejak ditetapkan
Rumah Tuo sebagai Situs Cagar Budaya melalui Keputusan Menteri Kebudayaan
dan Pariwisata Nomor: KM. 11/PW.007/MKP/2004 tentang penetapan Rumah
Tradisional Rantau Panjang yang biasa di sebut Rumah Tuo yang berlokasi di
Provinsi Jambi sebagai Situs Cagar Budaya yang dilindungi oleh Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992. Sedangkan efektivitas pemerintah sudah
terlihat karena sudah banyak sarana dan prasarana yang disediakan, perbaikan yang
dilakukan terhadap rumah tuo, serta kunjungan yang dilakukan. Kendala yang
sering dialami dalam pelestarian Rumah Tuo ialah Dana, Jarak, serta masyarakat
sekitar banyak yang kurang mendukung dalam pelestarian Rumah Tuo.
Kata Kunci: Kebijakan, Pemerintah, Pelestarian, Rumah Tuo.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puja puji syukur penulis ucapakan atas kehadirat
Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat dan berkah serta hidayahnya, penulis
bisa menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan
gelar sarjana Strata Satu (SI) di Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi. Dengan Judul skripsi “Kebijakan Pemerintah Dalam
Pelestarian Rumah Tuo di Kelurahan Kampung Baruh Kecamatan Tabir
Kabupaten Merangin Provinsi Jambi”. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
didalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan didalamnya masih
terdapat banyak kelemahan dan kekurangan, maka dari itu penulis telah berupaya
semaksimal mugkin agar memberikan yang terbaik. Penulisan skripsi ini tidak
terlepas dari bimbingan dan bantuan maka dari itu penulis menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Suaidi Asy’ari MA. Ph. D Rektor Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Bapak Dr. Sayuti Una, SH., MH. Dekan Fakultas Syari’ah Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Agus Salim, M.A, M.I. R, Ph. D, wakil Dekan I, Bidang Akademik
Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saiffuddin Jambi.
4. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, S.H., M.H wakil dekan II, Bidang Administrasi
Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Dr. Ishaq, S.H. Hum wakil Dekan III, Bidang Kemahasiswaan Fakultas
Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
6. Ibu Dr. Irmawati Sagala, M. Si Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas
Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifudin Jambi.
viii
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI …………………………………………i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………………………ii
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………..iii
MOTTO.………………………………………………………………………… iv
PERSEMBAHAN ………………………………………………………………..v
ABSTRAK .………………………………………………………………………vi
KATA PENGANTAR .…………………………………………………………vii
DAFTAR ISI ……..…………………………………………………………..….ix
DAFTAR TABEL .………………………………………………………...…....xii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………...xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ….…………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah ..…………….……………………………………..5
C. Batasan Masalah ..…………………………………………………….5
D. Tujuan Penelitian ..……………………………………………………6
E. Kegunaan Penelitian ...…...…………………………………………...6
F. Kerangka Teori ..……………………………………………………...7
G. Tinjauan Pustaka ...…..………………………………………………13
x
BAB II METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian….…………………………………………….16
B. Lokasi Penelitian …….………………………………………………17
C. Jenis dan Sumber Data………….……………………………………17
D. Teknik Pengumpulan Data….……………………………………….20
E. Teknik Analisi Data .…….…………………………………………..23
F. Sistematika Penulisan….……………………………………….……24
G. Jadwal Penelitian….…………………………………………………26
BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH TUO
A. Sejarah Kelurahan Kampung Baruh …………………………………27
B. Letak Geografis ..…………………………………………………….35
C. Sarana dan Prasarana di Rumah Tuo..………………………………..36
D. Keadaan Penduduk….……………………………………………….39
E. Propil Kelurahan Kampung Baruh..………………………………….46
1. Struktur Organisasi Kelurahan Kampung Baruh………..……..46
2. Visi dan Misi Kelurahan Kampung Baruh….…………………47
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Pengelolaan Kebijakan Pemerintah dalam Pelestarian Rumah Tuo di
Kelurahan Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin,
Provinsi Jambi …….………………………………………………...48
B. Efektivitas Pemerintah dalam pelestarian Rumah Tuo di Kelurahan
Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi
Jambi…………………………………….…………………………..55
xi
C. Kendala yang dialami dalam pelestarian rumah tuo di Kelurahan
Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi
Jambi………………………………......…………………………….58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .…………………………………………………………60
B. Saran…….…………………………………………………………...61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURICULUM VITAE
xii
DAFTAR TABEL
Tabel I : Jadwal Penelitian ………………………………………………26
Tabel II : Jumlah Penduduk Kelurahan Kampung Baruh…………………39
Tabel III : Struktur Kelurahan Kampung Baruh ………………………..…46
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar I : Bentuk dalam dari Rumah Tuo. ..………….....………………...26
Gambar II : Gapura dan Jalan Setapak….………………….………….….…38
Gambar III : Pakaian sehari-hari masyarakat di Rumah Tuo……………....…44
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengembangan dan pelestarian pengelolaan pariwisata yang ada di Indonesia
sangat baik. Untuk mengembangkan dunia pariwisata di Indonesia ini di dukung
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan yang
menyebutkan bahwa keberadaan suatu objek wisata di suatu daerah akan
memberikan keuntungan jika bisa dikelola dengan baik, dapat meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD), meningkatnya taraf hidup masyarakat dan
memperluaskan kesempatan kerja yang mengingat semakin banyaknya
pengangguran pada saat ini, serta meningkatkan rasa cinta lingkungan dalam
melestarikan alam dan budaya setempat.1
Provinsi Jambi secara umum memiliki potensi pariwisata yang potensial
namun belum dikelola secara optimal, salah satu objek wisata potensial di Provinsi
Jambi ialah keberadaan peninggalan-peninggalan sejarah penduduk setempat yang
berpotensi untuk di kembangkan menjadi desa wisata budaya sehingga menambah
khasanah wisata di Provinsi Jambi.
Kabupaten Merangin saat ini merupakan salah satu daerah Kawasan
Pengembangan Pariwisata (KPW) Jambi Tengah, terdapat sumber dan Potensi
objek wisata yang dapat dikembangkan menjadi tujuan wisata budaya dan wisata
perdesaan yaitu perkampungan tradisional kawasan Rumah Tuo yang unik dan
1 Muhammad Luthfi, “Pengembangan Pariwisata dan Dampak Sosial Ekonomi di Bandar
Lampung”, Jurnal Riset Akuntasi dan Manajemen, Vol.2 No. 1, (Juni, 2012), hlm. 18.
2
memiliki potensi daya tarik wisata yang sangat bernilai tinggi. Lingkungan
perkampungan tersebut masih mencerminkan secara utuh kemurnian lingkungan
fisik dan budaya tradisional. Kawasan Rumah Tuo ini terdapat di Kelurahan
Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin.2
Perkampungan Rumah Tuo adalah sebuah lokasi perkampungan yang masih
mempertahankan bangunan-bangunan tua/lama yang dibangun ratusan tahun yang
lalu. Disebut Kampung Tuo karena dikampung tersebut masih ada bangunan rumah
tua yang masih bertahan hingga saat ini. Rumah Tuo tersebut merupakan salah satu
Situs Cagar Budaya yang berada di Merangin dan mulai ditetapkan sebagai Situs
Cagar Budaya pada tahun 2004.3
Rumah Tuo merupakan warisan nenek moyang yang menjadi daya tarik
tersendiri di Kabupaten Merangin. Rumah Tuo ini berusia lebih kurang ratusan
tahun. Rumah Tuo memiliki keindahan bangunan yang masih terjaga, Rumah Tuo
yang berbentuk panggung dan menjadi tempat tinggal bagi suku batin.4
Meskipun modernisasi desain Rumah Tuo semakin berkembang, uniknya
bentuk asli dari Rumah Tuo tetap dipertahankan hingga kini. Kontruksinya pun
sangat unik, terbuat dari kayu dan dalam pembangunannya sama sekali tak
menggunakan paku. Masyarakat setempat di sekitar Rumah Tuo sangat menjunjung
tinggi adat istiadat, dan tradisi yang semakin menarik banyak perhatian dari
2 Ade Ramadiansyah, Harne Julianti Tou, Tomi Eriawan, “Identifikasi Pengembangan
Kawasan Rumah Tuo Kelurahan Kampung Baruh Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin”, Jurnal
Tugas Akhir Mahasiswa jurusan PWK, Vol. 1 No. 3, (2014), hlm. 3. 3 Rumah Tuo Rantau Panjang Jambi “Informasi Situs Budaya Indonesia” di akses melalui
Http://Meranginkab.go.id/s1ksdnfk_jd-rumah-tuo, tanggal 27 April 2020. 4 “Sejarah Rumah Tuo” Diakses Melaui Alamat, Http://Meranginkab.go.id/s1ksdnfk_jd-
rumah-tuo,Tanggal 25 Februari 2020.
3
wisatawan.5 Penduduk setempat juga sangat ramah, dan sangat terbuka kepada
wisatawan yang ingin melihat keindahan serta warisan budaya di Rantau Panjang.
Sehingga bagi wisatawan yang ingin berkunjung bisa melihat Pesona Rumah yang
dapat dilihat berjajar sebanyak 60 buah yang berdiri tegak hingga kini.
Rumah Tuo dahulunya beratap ijuk, namun karena semakin sulitnya mencari
ijuk kini atap di ganti dengan seng. Ruang Rumah Tuo yang pertama adalah ruang
pertemuan dengan lantai yang dibagi menjadi tiga bagian. Antara satu dengan yang
lainnya dipisahkan dengan sekat kayu berukuran 10 cm. lantai yang agak tinggi
disebut Balai melintang diperuntukkan untuk Ninik Mamak dan Ulama. Sedangkan
lantai tengah untuk keluarga, serta lantai lorong yang kedua diperuntukan bagi para
pekerja, ruangan kedua digunakan untuk kamar dan ruangan ke tiga merupakan
dapur untuk memasak.
Rumah Tuo juga memiliki lumbung padi seperti Rumah Tradisional Melayu
pada umumnya yang terletak terpisah dari Rumah Utama. Tak hanya unik, Rumah
Tuo juga memiliki kontruksi kokoh serta dirancang tahan terhadap guncangan
gempa bumi. Rumah Tuo terletak di ujung kampung dan konon menjadi rumah
paling tua dari deretan rumah panggung lainnya. Masyarakat setempat biasa
menyebutnya dengan sebutan Rumah tuo. Rumah ini di bangun saat pertama kali
pindah dari Kerajaan Koto, yang diperkirakan sekitar 700 tahun lalu.6
Rumah Tuo selain menjadi tempat tinggal juga merupakan museum dengan
koleksi benda-benda tradisional bersejarah yang patut untuk di lestarikan. Dinding
5 Balai Litbang Perumahan Wilayah I Medan, Rumah Tuo Jambi, (Medan: Eksplora Arsitktur
Sumatera, 2016). Hlm.1. 6 “Sejarah Rumah Tuo” Diakses Melaui Alamat, Http://Meranginkab.go.id/s1ksdnfk_jd-
rumah-tuo,Tanggal 25 Februari 2020.
4
rumah dihiasi dengan ukir-ukiran indah, serta ditemukan pula ukiran pada tiang
penyangga rumah. Selain itu masih banyak lagi yang bisa dilihat wisatawan seperti
hiasan kepala kerbau, tempat sirih, keramik-keramik kuno, dan juga ambung yang
sering digunakan untuk membawa hasil pertanian masyarakat setempat.
Rumah Tuo merupakan Rumah Panggung yang berada dikelurahan Kampung
Baruh, Rumah Tuo ini sering di kunjungi para wisatawan yang ingin menambah
wawasan baik itu tentang benda-benda sejarah maupun tentang Rumah Tuo itu
sendiri. Rumah tuo paling ramai di kunjungi masyarakat pada hari ketujuh hari raya
lebaran idul fitri karena pada saat hari raya ketujuh tidak hanya Rumah Tuo dan
benda bersejarah yang dapat dilihat namun para wisatawan, serta bisa melihat adat
istiadat masyarakat disekitar Rumah Tuo.
Keadaan Rumah Tuo ini sudah cukup baik namun masih memerlukan
perhatian dalam pelestariannya seperti memperbaiki fasilitas yang telah rusak
dan masyarakat sekitar banyak yang kurang mendukung.7
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan bapak Iskandar selaku juru
bicara dan penghuni rumah tuo bahwa beliau mengatakan keadaan rumah tuo saat
ini cukup baik. Namun masyarakat sekitar banyak yang kurang mendukung karena
adanya kecemburuan sosial saat rumah tuo diberikan segala fasilitas.
Penelitian ini penting karena di sisi sejarah Rumah Tuo ini memiliki sejarah
yang bagus untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang sejarah
Rumah Tuo ini, serta untuk melihat bagaimana kebijakan pemerintah dalam
pelestarian Rumah Tuo supaya Rumah Tuo ini tetap terjaga dan menjadi Situs
7 Wawancara bersama bapak Iskandar, pengelola Rumah Tuo Rantau Panjang, pada tanggal
15 Desember 2020.
5
Wisata Cagar Budaya sampai seterusnya. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti
tertarik untuk mengambil penelitian dengan judul “Kebijakan Pemerintah Dalam
Pelestarian Rumah Tuo di Kelurahan Kampung Baruh Kecamatan Tabir
Kabupaten Merangin Provinsi Jambi”.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang di atas, untuk mempermudah pemahaman dalam
pembahasan permasalahan yang akan di teliti, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana Kebijakan Pemerintah dalam pelestarian Rumah Tuo di Kelurahan
Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi?
2. Bagaimana efektivitas kebijakan Pemerintah dalam pelestarian Rumah Tuo di
Kelurahan Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi
Jambi?
3. Apa yang kendala yang dialami dalam pelestarian Rumah Tuo di Kelurahan
Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi?
B. Batasan Masalah
Berdasarkan judul yang diangkat, maka pembahasan yang menjadi tumpuan
utama dari karya ilmiah ini agar tidak menjadi kesalahan pahaman dalam
pembahasan, baik terhadap penulis maupun pembaca, maka dalam penulisan ini
hanya memfokuskan kepada permasalahan kebijakan pemerintah dalam pelestarian
6
Rumah Tuo di Kelurahan Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin,
Provinsi Jambi dari Tahun 2017-2018.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan Rumusan Masalah di atas, maka tujuan penelitian dalam
permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kebijakan Pemerintah dalam pelestarian Rumah Tuo di
Kelurahan Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi
Jambi.
2. Untuk mengetahui efektivitas kebijakan dari pemerintah dalam pelestatian
Rumah Tuo di Kelurahan Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten
Merangin, Provinsi Jambi.
3. Untuk Mengetahui kendala yang dialami dalam pelestarian Rumah Tuo di
Kelurahan Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi
Jambi?
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1. Kegunaan Secara Teoritis
Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat menambahkan wawasan dan
pemahaman mengenai pelestarian yang ada di Rumah Tuo di Kelurahan Kampung
Baruh dan mengetahui kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam Pelestarian
Rumah Tuo yang bertujuan untuk kesejahteraan Rumah Tuo di Kelurahan Kampung
Baruh itu sendiri.
7
2. Kegunaan Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat umum maupun
bagi mahasiswa sebab dengan adanya penelitian ini maka dapat menambah
wawasan terkait pelestarian Rumah Tuo di Kampung Baruh oleh masyarakat
Rantau Panjang terutama masyarakat Kampung Baruh.
3. Kegunaan Secara Akademis
Untuk kalangan akademis atau peneliti, hasil penelitian dapat dijadikan
tambahan referensi dan dasar untuk melakukan penelitian yang sejenis pada masa
yang akan datang, serta sebagai sarana untuk menambah wawasan penulis dalam
rangka mengembangkan keilmuan yang telah didapat selama dibangku
perkuliahan, dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata
Satu (SI) dalam bidang Ilmu Pemerintahan pada program Studi Ilmu Pemerintahan,
Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
E. Kerangka Teori
a. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan uraian ringkas tentang teori-teori yang digunakan
dalam menjawab pertanyaan penelitian. Agar penelitian ini lebih terarah dan tepat
dalam penyusunan skripsi ini sebagai berikut:
1. Kebijakan Publik
Kebijakan adalah proses pembuatan peraturan oleh pemerintah atau
pemegang kekuasaan yang berdampak kepada masyarakat luas. Sedangkan jika di
artikan terpisah atau secara etimologi, kebijakan berasal dari Bahasa Yunani dari
8
kata ‘polis’ yang berarti negara dan kota. Sedangkan Bahasa latin berasal dari kata
‘politia’ berarti negara, dan bahasa Inggris ‘policie’ untuk menunjukkan masalah
yang berhubungan dengan masalah publik dan administrasi pemerintahan.
Sedangkan publik adalah pemerintahan, masyarakat, dan umum.8
James E. Anderson menyatakan pendapatnya bahwa kebijakan publik sebagai
kebijakan yang ditetapkan oleh Badan-Badan dan Aparat Pemerintahan. Walaupun
disadari kebijakan publik bisa dipengaruhi oleh para aktor dan faktor luar
pemerintahan. Kebijakan publik dipahami sebagai pilihan kebijakan yang dibuat
dibuat oleh pejabat pemerintahan tertentu.9
Nurcholis memberikan pernyataan bahwa kebijakan sebagai suatu keputusan
organisasi yang dimaksud untuk mencapai tujuan tertentu, yang berisikan
ketentuan-ketentuan untuk dijadikan pedoman berperilaku dalam hal sebagai
berikut:
a. Pengambilan keputusan lebih lanjut, harus dilakukan baik yang kelompok
sasaran maupun organisasi pelaksana kebijakan.
b. Penerapan dan pelaksanaan suatu kebijakan harus ditetapkan baik dalam
hubungan sesama organisasi pelaksana maupun sesama kelompok sasaran
yang dimaksudkan.10
Carl Friedich., dikutip Winarno, memberikan pendapat bahwa kebijakan
adalah arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok ataupun pemerintah
dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan hambatan-hambatan atau
8 Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik, (Jakarta: PT. Salemba Humanika, 2012), hlm. 5-6. 9 E-Jounal “Aktor dan Faktor Luar Pemerintahan Menurut James E. Anderson 10Nurcholis, Kebijakan Sebagai Keputusan Suatu Organisasi, 2007. Hlm. 326.
9
kesepakatan-kesepakatan dalam rangka mencapai suatu tujuan untuk
merealisasikan sasaran atau maksud tertentu.11
Thomas R. Dye., dikutip Winarno, memberikan pernyataan bahwa kebijakan
adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan maupun untuk tidak
dilakukan.12
Kebijakan pada umumnya digunakan untuk memilih dan menunjukkan
pilihan terpenting untuk mempererat kehidupan, baik dalam kehidupan organisasi
kepemerintahan maupun privat. Kebijakan publik merupakan istilah yang
digunakan dalam konteks ini mengacu pada keputusan dan tindakan dari
pemerintah dan visi yang menentukan keputusan suatu tindakan. Kebijakan
memandu suatu keputusan dan tindakan terhadap keputusan dan tindakan untuk
mencapai suatu hasil yang diinginkan.
b. Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual merupakan suatu pedoman dalam menyusun penelitian
yang dapat digunakan penulis untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1. Pemerintah
Pemerintah berarti badan atau organ elit yang melakukan pekerjaan mengurus
suatu negara.13 Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk
membuat dan menerapkan hukum serta Undang-Undang di wilayah tertentu. Ada
11 Budi Winarno, Teori dan proses Kebijakan Publik (Yogyakarta: Media Premindo, 2007).
hlm. 16 12 Budi Winarno, Teori dan proses Kebijakan Publik, hlm. 17 13 Inu Kencana Syafiie, Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2003), hlm. 3.
10
beberapa defenisi mengenai sistem pemerintahan. Pemerintah juga bisa diartikan
sebagai penguasa dan negara atau badan tertinggi yang memerintah suatu negara.
Pemerintah merupakan ‘kemudi’ dalam bahasa Latin asalnya ‘Gubernaculum’
kawasan tersebut adalah wilayah yang berada di bawah kekuasaan mereka.14
Pemerintah merupakan suatu orang yang yang mempunyai kewenang dalam
membuat kebijakan terhadap apa yang harus dilakukan dalam suatu daerah yang
bertujuan untuk supaya terciptanya masyarakat dan lingkungan yang makmur.
2. Pelestarian
Pelestarian adalah menjadikan tetap tidak berubah, membiarkan tetap seperti
keadaan semula, dan mempertahankan kelangsungannya. Cagar budaya adalah
warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar
Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya
di darat maupun di air yang perlu dilestarikan keberadaanya karena memiliki nilai
penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan kebudayaan
melalui proses penetapan. (UU No. 11 tahun 2010, pasal 1 ayat 1).15
Klarifikasi Cagar Budaya
a. Cagar Budaya Benda
Benda cagar budaya adalah benda alam dari hasil buatan manusia, baik yang
bersifat bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, bagian-
bagian, ataupun sisa-sisa yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan
sejarah perkembangan manusia.
14 Hanafi Nurcholis, Teori dan Praktek Pemberitaan dan Otonomi Daerah, (Jakarta: PT.
Grasindo, 2005), hlm. 100. 15 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010, Pasal 1 Ayat 1, Tentang Cagar Budaya.
11
b. Cagar Budaya Bangunan
Bangunan cagar budaya merupakan susunan binaan yang terbuat dari benda
alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang yang
berdinding ataupun tidak berdinding dan beratap.
c. Cagar Budaya Struktur
Struktur cagar budaya merupakan suatu susunan binaan yang terbuat dari
benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan
yang menyatu dengan alam, sarana dan prasarana untuk menampung kebutuhan
manusia.
d. Cagar Budaya Situs
Situs cagar budaya merupakan suatu lokasi dimana ditempat tersebut berada
baik di darat maupun di air yang mengandung benda cagar budaya, bangunan cagar
budaya, dan struktur cagar budaya, sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti
kejadian pada masa lalu.
e. Cagar Budaya Kawasan
Kawasan cagar budaya merupakan satuan ruang geografis yang memiliki dua
atau lebih situs cagar budaya yang terletaknya berdekatan dan memperlihatkan ciri
tata ruang yang khas dari cagar budaya tersebut.
f. Cagar Budaya di Darat dan di Air
Cagar budaya adalah warisan budaya yang bersifat kebendaan yang berupa
cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya,
dan kawasan cagar budaya baik yang di darat maupun yang di air yang perlu
12
dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, pendidikan, agama, dan kebudayaan melalui proses penetapan.
Jenis pekerjaan pemeliharaan rutin juga bisa berupa perbaikan, kerusakan-
kerusakan yang harus diperbaiki bisa diakibatkan oleh proses alami, seperti
kerapuhan, lapuk, kusam, atau proses pemakaian, seperti goresan, dan pecah.
Pemeliharaan adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan
cagar budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan
memanfaatkannya (UU Cagar Budaya Pasal 1 angka 22) dengan lingkup pelestarian
sebagai berikut:
1). Perlindungan didalamnya berupa: penetapan, surat keterangan kepemilikan,
penyelamatan, pengamanan, pemeliharaan, dan zonasi.
2). Pemanfaatan didalamnya berupa: pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan.
3). Pemeliharaan didalamnya meliputi upaya untuk menjaga dan merawat agar
kondisi fisik cagar budaya tetap terjaga kelestariannya.
Rumah Tuo di Kelurahan Kampung Baruh termasuk Situs Cagar Budaya
dilingdungi oleh Undang-Undang No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya.16
16 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya
13
F. Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka adalah uraian hasil-hasil penelitian terdahulu (peneliti-
penelitian lain) yang berkaitan dengan penelitian ini pada aspek fokus/tema yang
diteliti. Dibawah ini adalah tiga penelitian yang memiliki keterkaitan dengan
penelitian ini, yaitu:
17Oktarina Melly Aminah Harun, Fakultas Pertanian, Jurusan Kehutanan,
Universitas Lampung, Bandar Lampung tahun 2019. Dengan skripsi yang berjudul
Pelestarian Rumah Tradisional Berbahan Baku Kayu oleh Masyarakat Besemah di
Desa pelang Kenidai, Kecamatan Dempo Tengah, Kota Pagaralam. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa masyarakat mempertahankan keberadaan ghumah baghi-
nya yang berbahan dasar kayu karena berbagai faktor, yaitu: kebudayaan, warisan,
bahan baku, kondisi ekonomi masyarakat, pengetahuan masyarakat, dan kebijakan
pemerintah. Hasil selanjutnya menunjukkan bahwa kayu yang digunakan dalam
pembuatan Rumah Tradisional yaitu kayu mersawa (Anisoptera Marginata Kort),
Surian (Toona Sureni Merr), Dan kayu rasamala (Altingia Excelsa Noronha).
Pemerintah memiliki peran penting dalam memberikan bantuan kepada pemilik
rumah tradisional dalam upaya mempertahankan keberadaan Ghumah Baghi dan
kebudayaan yang ada. Perbedaan penelitian antara penulis dan Oktarina yakni,
Penelitian Oktarina Melly Aminah Harun dilakukan di Desa pelang Kenidai,
Kecamatan Dempo Tengah, Kota Pagaralam. Sedangkan Penelitian penulis
dilakukan Rumah Tuo di Kelurahan Kampung Baruh Kabupaten Merangin.
17 Oktarina Melly Aminah Harun, “Pelestarian Rumah Tradisional Berbahan Baku Kayu
oleh Masyarakat Besemah di Desa pelang Kenidai, Kecamatan Dempo Tengah, Kota Pagaralam”,
Skripsi Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, 2019.
14
18Dhani Kurniawan Saputra, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan
Sosiologi, Universitas Lampung, Bandar Lampung tahun 2017 dengan skripsi
berjudul Perubahan Arsitektur Bangunan Rumah Adat Lampung terhadap Rumah
Adat Saibatin Marga Balak Kelurahan Negeri Olok Gading Teluk Betung Barat
Bandar Lampung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk ideal rumah adat
lampung adalah rumah panggung dengan bentuk limas cina yang terbuat dari kayu
asli yang terbagi menjadi beberapa ruang, antara lain teras, kolong bawah,
pengadapan, tengah lapang, ruang keluarga, dan kamar, tangga terbuat dari papan
kayu dengan jumlah dua tangga yang masing-masing memiliki 7 buah anak tangga.
Penelitian Dhani Kurniawan Saputra Memfokuskan Penelitian tentang Arsitektur
Bangunan Rumah Adat, sedangkan Penelitian penulis lebih memfokuskan tentang
Kebijakan Pemerintah dalam Pelestarian Rumah Tuo di Kelurahan Kampung Baruh
Kabupaten Merangin.
19Hardiatha Arma, Fakultas Bahasa dan Seni, Jurusan Pendidikan Seni Rupa,
Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2011. Dengan judul skripsi tentang Rumah
Adat Pitu Ruang Gayo Takengon Aceh Tengan Provinsi Aceh. Hasil penelitian
hardiatha menunjukkan bahwa Rumah Adat Pitu Ruang yaitu, dari nilai sejarahnya,
karena rumah adat adalah lambang adat di tanah Gayo, serta setiap motif tersebut
adalah lambang adat. Adapun motif-motif yang terdapat pada rumah adat yaitu:
18 Dhani Kurniawan Saputra, “Perubahan Arsitektur Bangunan Rumah Adat Lampung
terhadap Rumah Adat Saibatin Marga Balak Kelurahan Negeri Olok Gading Teluk Betung Barat
Bandar Lampung”, Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung, 2017. 19 Hardiatha Arma, “Rumah Adat Pitu Ruang Gayo Takengon Aceh Tengan Provinsi Aceh.
Hasil penelitian hardiatha menunjukkan bahwa Rumah Adat Pitu Ruang yaitu, dari nilai
sejarahnya, karena rumah adat adalah lambang adat di tanah Gayo, serta setiap motif tersebut
adalah lambang adat” Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta, 2011.
15
emun beriring, emun mutumpuk, emun berkune, emun berangkat, emun mupesir,
puter tali, pucuk rebung, cucok penggong, sarak opat, lelayang, nege, iken, kurik.
Secara umum motif tersebut adalah lambang adat, serta keinginan, harapan-
harapan, cita-cita serta status kedudukan di tanah Gayo. Perbedaan penelitian
Hadiatha Arma dan penulis dimana lokasi tempat penelitian yang berbeda
Hardiatha Arma melakukan penelitian di Rumah Adat Pitu Ruang Gayo sedangkan
penulis melakukan penelitian di Rumah Tuo di Kelurahan Kampung Baruh
Kabupaten Merangin.
16
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif atau lapangan yaitu penelitian
yang menekankan pada quality atau hal yang terpenting dari sifat suatu barang atau
jasa berupa kejadian atau fenomena atau gejala sosial adalah makna dibalik
kejadian tersebut yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi suatu
pengembangan konsep teori.20Atau suatu penelitian yang bertujuan untuk
menggambarkan dan mendeskripsikan peristiwa maupun fenomena yang terjadi di
lapangan dengan menyajikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-
fakta atau fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan metode
deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud memberikan data yang seteliti
mungkin tentang manusia, keadaan, atau gejala-gejala lainya.21
Penggunaan metode ini di dasarkan atas pemikiran bahwa permasalahan yang
menjadi lapangan penelitian merupakan persoalan sistem sosial, dimana peristiwa
yang ada didalamnya bersifat totalitas. Oleh karenanya, untuk sempurnanya kajian
maka penelitian harus dilakukan secara holistik.22
Pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan penelitian yang
berorientasi pada gejala-gejala yang alamiah, bersifat naturalistik, dimana hasil
yang dikumpulkan berupa pendapat, tanggapan, informasi, konsep-konsep dan
20 Djaman Satori, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 22 21 Djaman Satori, Metodologi Peneitian Kualitatif, hlm. 23 22 Lexy, J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya,2000), hlm.4
17
keterangan yang berbentu uraian dalam mengungkapkan permasalahan. Penelitian
ini memungkinkan peneliti mendapatkan data yang lebih banyak sehingga peneliti
nantinya dapat menemukan dan menyimpulkan jawaban atas rumusan masalah
dalam penelitian ini.
Penelitian ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
mengumpulkan data yang spesifik dari informan dan menafsirkan makna analisis
data dari suatu objek yang diteliti yaitu kebijakan pemerintah dalam pelestarian
rumah tuo di kelurahan kampung baruh, kabupaten merangin.
B. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi penelitian di Rumah Tuo di
Kelurahan Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi
Jambi. Pengambilan lokasi ini dengan mempertimbangkan bahwa sumber data
dilokasi tersebut telah sesuai dengan tujuan penelitian yang akan mengkaji lebih
lanjut mengenai Kebijakan Pemerintah Dalam Pelestarian Rumah Tuo di Kelurahan
Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi.
C. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua jenis data, yaitu Data Primer
dan Data Sekunder. Dibawah ini dirincikan satu persatu apa saja yang termasuk
kedalam data primer dan data sekunder dan untuk menunjang penelitian ini
terlaksana.
18
1). Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan
dicatat pertama kali oleh peneliti yang bersangkutan.23 Data primer ialah data yang
diambil langsung dari sumbernya tanpa adanya perantara.24 Data primer disini
merupakan data yang penulis ambil atau penulis peroleh dari responden penelitian
dan peristiwa temuan di lapangan.
Data primer ialah data yang diperoleh untuk dikumpulkan langsung
dilapangan oleh peneliti yang bersangkutan untuk pertama kalinya. Data primer ini
juga disebut sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.
Data primer yang peneliti maksud adalah informasi-informasi yang di peroleh
secara langsung yang peneliti lakukan dengan cara observasi dan wawancara. Data
primer ini digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai kebijakan
pemerintah dalam pelestarian rumah tuo di Kelurahan Kampung Baruh, Kecamatan
Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Data primer ini peneliti peroleh dari
wawancara dengan masyarakat, pegawai Kelurahan Kampung Baruh, pegawai
Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (dispapora) Kabupaten Merangin, dan
pegawai Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi.
2). Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber kedua, data ini
biasanya berwujudkan data-data dokumentasi, dan data laporan yang diperoleh
23 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jambi: Syari’ah Press, 2012), hlm. 23. 24 Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), (Jambi: Syari’ah Press, 2014), hlm.
178.
19
dengan membaca dan tersedia. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara
tidak langsung atau melalui perantara.
Data Sekunder adalah data-data yang diperoleh secara tidak langsung
sehingga bersifat autentik, karena sudah diperoleh dari tangan kedua, ketiga dan
seterusnya atau melalui perantaraan yang mendukung penelitian ini berhubungan
dengan Pelestarian Rumah Tuo di Kelurahan Kampung Baruh Kecamatan Tabir,
Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Seperti dokumen yang berhubungan dengan
penelitian, dan peraturan lainnya yang berhubungan dengan penelitian, serta buku,
jurnal, atau tulisan lain yang dikeluarkan oleh industri lain yang berhubungan
dengan penelitian ini.
b. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data itu diperoleh.
Apabila penelitian menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan
datanya, maka sumber data itu disebut responden, yaitu, orang-orang yang
merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik tertulis maupun
lisan.25
Jadi sumber data yang diambil oleh peneliti sesuai dengan fokus penelitian
adalah manusia dan materi. Adapun sumber data yang meliputi manusia berupa
wawancara dengan Kementerian Pendidikan dan Balai Pelestarian Cagar Budaya
Jambi, Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Merangin, Kelurahan
Kampung Baruh, dan Masyarakat. Sedangkan sumber data berupa materi meliputi
25 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), hlm. 174.
20
dokumen Undang-Undang tentang Pelestarian Rumah Tuo di Kelurahan Kampung
Baruh, dan Buku-Buku lain yang berhubungan dalam penelitian ini.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah data yang digunakan untuk mengumpulkan
data dan fakta penelitian. Teknik pengumpulan data merupakan langkah utama
dalam kegiatan suatu penelitian, karena tujuan dari suatu penelitian adalah untuk
memperoleh data. Adapun teknik data yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
1) Observasi
Observasi ataupun pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan cara mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang
berlangsung. Dalam pengertian psikologi, Observasi atau yang disebut pula dengan
pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indra, jadi mengobsevasi dapat dilakukan melalui
penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap, apa yang dikatakan
ini semua adalah pengamatan langsung.26 Akan tetapi, observasi disini diartikan
lebih sempit yaitu pengamatan dengan panca indera penglihatan yang berarti tidak
mengajukan pertanyaan/kuisioner. Maka peneliti mengamati secara langsung
dilapangan. Objek penelitian ini menggunakan observasi partisipasi, dimana
peneliti melakukan interaksi secara langsung dalam situasi sosial dengan subjek
26 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek, hlm. 199-200.
21
penelitian, teknik ini digunakan untuk mengamati dan memahami peristiwa yang
terjadi di lapangan.
2) Wawancara
Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi semacam
percakapan yang bertujuan memperoleh informasi.27 Wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan
jawaban atas pertanyaan tersebut.28
Wawancara merupakan cara mengumpulkan bahan-bahan keterangan yang
dilaksanakan dengan tanyan jawab secara lisan secara sepihak yang berhadapan
muka. Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang sering digunakan dalam
penelitian metode kualitatif. Melaksanakan wawancara berarti melakukan interaksi
berkomunikasi ataupun percakapan antara si pewawancara dan narasumber dengan
tujuan menghimpun informasi dari informan yang memiliki pemahaman dan
pengetahuan sesuai dengan yang dibutuhkan.29
Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh data-data yang benar dari situasi
dan kondisinya melalui beberapa orang sebagai sumber informasi yang akurat.
melalui wawancara, maka penulis melakukan dialog langsung dengan para
informan, yaitu memberikan beberapa pertanyaan yang diperlukan. Kemudian
27 S. Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 113. 28 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2011).
Hlm. 186. 29 Djmaan Satori & Aan K. “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung: Alfabe, 2009),
hlm. 65.
22
mencatat hasil wawancara guna untuk memperoleh suatu gambaran permasalahan
yang diteliti.
Metode wawancara kualitatif merupakan salah satu teknik yang digunakan
untuk mengumpulkan data dan informasi. Penggunaan metode ini didasarkan pada
dua alasan. Pertama, dengan wawancara peneliti dapat menggali tidak saja apa yang
diketahui dan dialami subjek yang diteliti, akan tetapi apa saja yang tersembunyi
jauh didalam diri subjek penelitian. Kedua, apa yang ditanyakan kepada informan
bisa mencakup hal-hal yang berkaitan dengan masa lampau, masa sekarang, dan
juga masa mendatang.
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
mendalam secara struktuk sehingga peneliti dapat mendengar langsung serta
mencatat dengan teliti apa yang diterangkan oleh informan. Metode ini digunakan
untuk memperoleh data atau informasi dari beberapa sumber data yang
bersangkutan.
3) Dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu atau terdahulu.
Dokumentasi dapat berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang30. Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan metode dokumentasi
atau kepustakaan untuk memperkuat kebenaran data yang akan di analisis. Metode
dokumentasi adalah pengumpulan data melalui data peninggalan tertulis seperti
arsip, dan termasuk buku-buku tentang pendapat, teori, dan lain-lain yang
30 Sugiyono, “Metode Penelitian Kualitatif”, (Semarang: Alfabeta. 2007), hlm. 65.
23
berhubungan dengan penelitian.31 Penggunaan metode dokumentasi ini sangat
berguna untuk mendapatkan data catatan gambaran yang ada kaitannya dengan
penelitian ini.
Dalam penelitian ini dokumentasi yang digunakan berupa dokumentasi-
dokumentasi baik surat-surat maupun foto-foto lapangan dengan kegiatan
pengumpulan informasi atau data.
E. Teknis Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data kualitatif deskriptif. Analisis data kualitatif merupakan bentuk
penelitian yang bersifat untuk memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan
dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya. Setelah data terkumpul
maka dilakukan suatu analisis data kualitatif dengan menggunakan analisis sebagai
berikut:
1. Penyusunan Data
Penyusunan data ialah untuk mempermudahkan peneliti dalam menilai
apakah data yang dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan data yang
didapatkan berguna atau tidak dalam penelitian sehingga dilakukan seleksi
penyusunan.
2. Klasifikasi Data
Klasifikasi data dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data yang
didasarkan pada kategori yang diteliti. Penggolongan ini disesuaikan dengan sub-
31 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek, hlm 103.
24
sub permasalahan yang sebelumnya dibuat berdasarkan analisa yang terkandung
dalam penelitian itu sendiri.
3. Pengelolaan Data
Pengelolaan Data merupakan kegiatan setelah semua data dan fakta yang
dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data yang didasarkan pada
kategori yang diteliti, Penggolongan ini disesuaikan dengan sub-sub permasalahan
yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan analisa yang terkandung dalam masalah
itu sendiri.
3. Penyimpulan Data
Penyimpulan Data merupakan kegiatan ini dilakukan dengan cara
menghubungkan data atau fakta yang satu dengan yang lain sehingga dapat ditarik
kesimpulan dan jenis kegunaannya. Langkah ini dilakukan dalam analisis data
kualitatif yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi.
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut:
Bab I: pendahuluan, bab ini berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Batasan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Manfaat
Penelitian, Kerangka Teori, dan Tinjauan Pustaka.
Bab II: Metode Penelitian, bab ini memuat paparan mengenai metodologi
penelitian dimana bab ini membahasan tentang Tempat dan Waktu Penelitian,
Pendekatan Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Unit Analisis, Instrumen
Pengumpulan Data, Teknis Analisis Data, dan Sistematika Penulisan.
25
Bab III: Gambaran Umum Lokasi Penelitian, bab ini memuat penjelasan
tentang mengenai Gambaran Umum Lokasi Penelitian yang terdiri dari: Historis
Rumah Tuo, letak geografis Rumah Tuo, Sarana dan prasarana Rumah Tuo, Struktur
Organisasi Kelurahan Kampung Baruh, Sosial Ekonomi Masyarakat di Rumah Tuo
Kelurahan Kampung Baruh.
Bab IV: Pembahasan dan Hasil Penelitian, bab ini memuat penjelasan
tentang Hasil Penelitian yang terdiri dari bagaimana Pengelolaan Rumah Tuo di
Kelurahan Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi
Jambi. Efektivitas kebijakan Pemerintah dalam pelestarian Rumah Tuo di
Kelurahan Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin Provinsi
Jambi dan Kendala yang sering dialami Pemerintah dalam Pelestarian Rumah Tuo
di Kelurahan Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi
Jambi.
Bab V: Penutup, bab ini memuat tentang penutupan yang terdiri dari
kesimpulan hasil Penulisan Skripsi, Saran dan Penutup.
26
G. Jadwal Penelitian
N
o
Kegiatan
Tahun 2020/2021
Februari Maret September November Desember Februari Maret
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1 Pengajuan Judul x
2 Pembuatan
Proposal
x
3 Perbaikan
proposal dan
Seminar
x
4 Surat Izin Reset x
5 Pengumpulan
Data
x
6 Pengolahan
Data dan
Analisis Data
x
7 Pembuatan
Laporan
x
8 Bimbingan dan
Perbaikan
x
9 Agenda dan
Ujian Skripsi
x
10 Perbaikan dan
Penjilidan
x
Catatan: Jadwal Berubah Sesuai Waktu
27
BAB III
GAMBARAN UMUM RUMAH TUO KAMPUNG BARUH
A. Sejarah Rumah Tuo
Kelurahan Kampung Baruh merupakan Kelurahan yang terletak di
Kecamatan Tabir yang berbatasan dengan Kelurahan Dusun Baru, Kelurahan
Mampun, Kelurahan Pasar Rantau Panjang, Kelurahan Sido Rukun dan Kelurahan
Sido Rejo.
Penduduk Rantau Panjang termasuk dalam rumpun Suku Batin, yakni Marga
Batin V yang dikisahkan berasal dari kelompok 60 Tumbi (keluarga) yang pindah
dari Dusun Koto Rayo. Kata “Batin” merupakan penyebutan bagi salah satu suku
yang ada di daerah jambi yang berasal dari sekitar Gunung Kerinci. Kebudayaan
mereka berlatar Melayu-Jambi dan Minangkabau.
Enam puluh tumbi terus berlayar menelusuri sungai tabir hingga sampai di
ujung tanjung Muara Semayo dan kemudian menyebar ke 5 tempat membentuk 5
kampung atau dusun. Hal tersebut merupakan asal usul dari istilah “Marga Batin
V” yang berarti kumpulan 5 dusun yang berasal dari 1 dusun yang sama, yakni:32
1. Tanjung Muara Semayo (Dusun Lamo) dipimpin oleh Poyang Depati yang
membawa 19 tumbi. Kata semayo berarti perjanjian. Disinilah pertama kali 60
tumbi mengadakan perjanjian setelah meninggalkan Koto Rayo. Di kemudian
hari Tanjung Muara semayo ini dikenal dengan nama Rantau Panjang.
32 Dokumen Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi
28
2. Dusun Seling dipimpin oleh Rio Seling yang membawa 14 tumbi. Dusun ini
terletak di antara Tanjung Muara Semayo dengan Dusun Kapuk. Oleh karena
itu disebut dengan Dusun Seling.
3. Dusun Kapuk dipimpin oleh Rio Pembarap yang membawa 9 tumbi. Dusun
Kapuk terletak di tengah-tengah dari kelima dusun Marga Batin V sehingga
dijadikan sebagai tempat pertemuan untuk bermusyawarah tentang masalah
Marga.
4. Dusun Pulau Aro dipimpin oleh Rio Pulau Aro yang mambawa 13 tumbi.
Nama dusun ini diambil dari alam lingkungannya yang berupa pulau-pulau
yang banyak ditumbuhi pohon aro.
5. Dusun Muara Jernih dipimpin oleh Rio Pemuncak yang membawa 5 tumbi.
6. Dusun ini terletak di dekat Sungai Jernih sehingga disebut Dusun Muara Jernih.
Dalam perkembangannya marga Batin V mengalami 3 fase Pertumbuhan,
yakni sebagai berikut:33
1. Fase Awal
Pada fase awal merupakan fase yang di mulai dari terbentuknya Marga Batin
V sampai masuknya kolonialisme di daerah tersebut. Dalam fase ini pemerintah
Marga Batin V terdiri atas 5 dusun yang masing-masing dikepalai oleh seorang
kepala dusun.
Kepala dusun tersebut bertanggungjawab kepada warga Marga Batin V
sebagai pemerintahan tertinggi. Pada masa fase awal hukum adat adalah hukum
33 Dukumen Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi
29
yang tertinggi sehingga semua warga yang ada harus tunduk kepada aturan adat
yang ada.
2. Masa penjajahan
Masa penjajahan struktur pemerintahan yang ada tidak berubah, tetapi hukum
yang digunakan tidak hanya hukum adat, melainkan juga hukum penjajahan yang
ada. Pemerintahan Hindia Belanda masuk ke daerah Marga Batin V pada tahun
1901 dan mulai ikut campur dalam urusan pemerintahan Marga Batin V pada tahun
1906.
Pemilihan para muka adat yang sebelumnya dilakukan secara bermusyawarah
oleh para kepala dusun, kepala kampung, ninik mamak, dan cerdik pandai berubah
menjadi ditentukan oleh pemerintah Hindia Belanda yang melakukan penjajahan.
Dan hal tersebut juga terjadi ketika Jepang masuk pada tahun 1943 aturan tersebut
tetap berlaku, namun bila ada yang tidak cocok, maka akan disesuaikan dengan
kepentingannya.
3. Fase Kemerdekaan
Masa kemerdekaan pemerintah Marga Batin V menggunakan hukum adat
yang dikepalai oleh seorang yang bernama pasirah dengan gelar Rio Depati. Selain
itu, Dusun Margoyoso yang semula berdiri sendiri dan mempunyai pemerintah
sendiri yang dikepalai oleh Asiten Demang Membawahi desa-desa lain yang ada
disekitarnya menjadi bergabung dengan Marga Batin V dengan status yang sama.
Wawancara dengan Bapak Iskandar yang menepati rumah tuo yang
memberikan penjelasan sebagai berikut:
30
“Pada saat keturunannya yang ke 5 bernama Timah Itam pada saat itulah
Islam mulai berkembang di rantau panjang, yang sekarang ditepati oleh
keturunan ke 14 yakni jarnis”.34
Islam mulai masuk ke daerah Rumah Tuo Kampung Baruh pada saat Timah
itam yang menepati rumah tuo, dan yang sekarang rumah tuo sudah sampai kepada
keturunan ke 14 yang bernama jarnis.
Rumah Tuo Rantau Panjang yang terletak di Kelurahan Kampung Baruh
merupakan rumah yang memiliki usia mencapai ratusan tahun yang merupakan
warisan nenek moyang yang juga menjadi daya tarik tersendiri di Kabupaten
Merangin, Karena bentuk asli dari Rumah Tuo tetap dipertahankan hingga kini.
Rumah Tuo adalah rumah panggung yang memiliki nilai tinggi yang dibangun
dengan tujuan sebagai identitas masyarakat bathin, yang merupakan salah satu
peninggalan kebudayaan dari Melayu Kuno. Di dalam rumah tergambar tentang
hubungan manusia dalam sebuah keluarga inti, keluarga besar dan masyarakat.
Rumah tuo terdiri dari beberapa bagian, yaitu bubungan/atap, kasau bentuk,
dinding, pintu/jendela, tiang, lantai, lebar layar, penteh, pelamban, dan tangga.
Kasau bentuk adalah atap yang berada di ujung atas sebelah atas, kasau bentuk
berada di depan dan di belakang rumah berbentuk miring yang memiliki fungsi
untuk mencegah air masuk bila datang hujan. Dinding rumah tuo terbuat dari papan.
Adapun struktur dan bentuk rumah tuo yakni:35
1). Pintu
34 Wawancara dengan bapak Iskandar tanggal 15 desember 2020 35 Dokumen Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi
31
Pintu memiliki fungsi yang penting dalam sebuah rumah, pintu yang terdapat
dirumah tuo antara lain:
a. Pintu Tegak: yakni pintu yang berada di sebelah kiri bangunan yang berfungsi
sebagai pintu masuk, pintu tegak sengaja dibuat rendah sehingga setiap orang
yang masuk kerumah harus menundukkan kepala sebagai tanda hormat kepada
si empu rumah.
Wawancara dengan Ibu Tarida Diami, S. Hum selaku Pengkaji Pelestarian
Cagar Budaya Jambi yang memberikan penjelasan sebagai berikut:
“Pintu utama rumah tuo dibuat lebih rendah karena orang dulu masuknya
meranggak bukan berdiri karena rumah tuo yang berbentuk seperti perahu
yang tidak memiliki pelamban tangganya langsung antara pintu dan tanah
bawah”.36
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Tarida Diami bahwa filosofi yang
sebernarnya pintu tegak dibikin rendah bukan karena untuk bentuk dari kesopanan
namun karena bentuk rumah yang dulunya seperti perahu dan tidak memiliki
pelamban depan, namun masyarakat setempat tetap teguh pada filosofi dimana
pintu rumah tuo di buat lebih rendah supaya yang masuk bisa menunduk yang
sebagai wujud dari kesopanan.
b. Pintu masinding: yakni pintu yang berfungsi sebagai jendela, terletak di ruang
tamu, pintu ini digunakan untuk melihat ke bawah sebagai ventilasi utama pada
waktu berlangsung upacara adat, dan untuk mempermudah orang yang ada
dibawah supaya mengetahui apakah upacara adat sudah dimulai atau belum.
36 Wawancara dengan Ibu Tarida Diami selaku Pengakaji Pelestarian Cagar Budaya, pada
tanggal 30 November 2020
32
c. Pintu balik malintang: yakni pintu jendela yang terdapat pada tiang balik
melintang, pintu ini hanya digunakan oleh pemuka-pemuka adat, alim ulama,
ninik mamak, dan cerdik pandai.
Gambar 1. bentuk didalam rumah tuo seperti tiang benda-benda
bersejarah, lantai.
Dari gambar diatas terlihat bagaimana bentuk yang ada didalam rumah tuo
serta benda-benda sejarah yang ada.
2) Tiang
Tiang adalah suatu kontruksi struktural yang bisa menahan atau menopang
beban berat dari sebuah bangunan, tiang merupakan hal penting dalam membangun
sebuah rumah. Tiang rumah di rumah tuo memiliki fungsi sama seperti tiang rumah
pada umumnya yakni sebagai penyokong bangunan yang mempunyai tinggi sekitar
2 meter dari permukaan tanah. Secara umum jumlah ukuran tiang pada masing-
masing rumah berbeda-beda sesuai dengan ukuran atau dimensi bangunan. Jumlah
tiang yang ada pada rumah tuo yakni berjumlah 24 tiang 12 tiang utama dan 12
tiang tambahan.
Tiang disusun dalam 4 baris yang tiap barisnya terdiri dari 4-6 tiang, tiang
utama yang berbentuk persegi delapan hingga persegi enam belas hingga bentuknya
33
terlihat membulat dan ukurannya lebih besar dati tiang tambahan, serta terletak
dibagian tengah bangunan, tiang utama terbuat dari kayu kulin, sedangkan tiang
tambahan terbuat dari kayu pentalin. Tiang utama tingginya mencapai puncak
bangunan, yakni lebih dari 6 meter, sedangkan tiang tambahan tingginya hanya
sebagas dinding yang mempunyai tinggi sekitar 5 meter.
3) Dinding
Dinding merupakan suatu struktur yang membatasi suatu bangunan dan
sekaligus penyokong struktur lainnya, yang membatasi antar ruang dalam bangunan
yang menjadi ruangan-ruangan. seperti kamar, dapur, dan lain-lain. Dinding
bangunan rumah tuo terbuat dari papan kayu yang disusun secara horizontal,
kecuali dinding depan yang disusun secara vertical. Dinding tersebut bentuknya
miring yang membuka atau melebar ke atas seperti dinding perahu dengan ukuran
yang lebih pendek dari atapnya, yakni sekitar 1,5 meter.
4) Tangga
Tangga merupakan kontruksi bangunan yang digunakan untuk
menghubungkan antara jarak dari bawah ke atas. tangga di rumuh tuo adalah
penghubung antara halaman dengan pelamban depan, yang terletak di sebelah kiri.
Tangga ini terbuat dari kayu yang berjumlah 7 buah anak tanga.
5) Lantai
Lantai merupakan permukaan dari sebuah ruangan. Rumah tuo menggunakan
lantai yang terbuat dari kayu, lantai dirumah tuo memiliki perbedaan ketinggian
karena memiliki fungsi yang berbeda-beda yakni:
34
a. Lantai yang tinggi tersebut di peruntukan untuk ninik mamak, tuo tenganai,
alim ulama, pada saat ada acara adat maupun saat bermusyawarah.
b. Lantai tengah di peruntukkan untuk ruang keluarga
c. Lantai depan untuk tempat tamu yang menugungjungi rumah
Bagian-bagian lantai tersebut dibatasi dengan kayu yang sering disebut
dengan bendul yang membatasi antara tamu dan penghuni yang datang.
6) Atap
Wawancara dengan Ibu Tarida Diami Pengkaji Pelestarian Cagar Budaya
Jambi yang memberikan penjelasan sebagai berikut:
“rumah tuo dulunya beratap ijuk karena ijuk sudah langka rumah tuo atapnya
diganti sama seng”.37
Atap merupakan suatu penutup bagian atas bangunan yang melindungi bagian
dalam bangunan dari hujan maupun panasnya matahari. Bentuk dari atap suatu
bangunan bermacam-macam. Jenis atap yang ada di rumah tuo merupakan bentuk
atap seperti bubung jerambah, karena kerbatasannya kesediaan ijuk sekarang maka
atap yang digunakan di rumah tuo di ganti menjadi atap seng. Pada sisi kiri dan
kanan atap terdapat seperti tanduk yang dapat menahan angina supaya atapnya tidak
mudah lepas.
37 Wawancara dengan Ibu Tarida Diami Pengkaji Pelestarian Cagar Budaya Jambi, pada
tanggal 30 November 2020.
35
B. Letak Geografis Rumah Tuo
Perkampungan Tradisional Rantau Panjang berada pada daerah daratan
rendah di dekat Sungai Tabir yang merupakan sungai utama di Kabupaten
Merangin. Kampung Baruh beriklim tropis dengan tipe A. Musim hujan berkisar
antara bulan September sampai Juni tahun berikutnya. Sementara musim kemarau
berkisar antara bulan Juni sampai dengan Agustus. Curah hujan tertinggi terjadi
pada bulan April, sedangkan terendah terjadi pada bulan Agustus dengan curah
hujan rata-rata berkisar antara 2.200 mm sampai 3.200 mm per tahun. Suhu udara
secara umum berkisar 18 hingga 32 celcius sehingga kelembaban relatif tinggi.38
Situs perkampungan Tradisional dikelilingi oleh sungai-sungai kecil, sedang
dan besar yang mengalir di berbagai penjuru, yakni Sungai Ukam, Sungai
Sungsang, Sungai Lemuai, Sungai Semanyo, dan Sungai Bedah yang bermuara ke
Sungai Tabir sebagai sungai utama. Sebagai daerah yang dilalui oleh beberapa
sungai, kawasan Rantau Panjang Kelurahan Kampung Baruh memiliki potensi air
permukaan yang cukup melimpah.
Hal tersebut tercermin dari kondisi sungai-sungainya yang hampir sepanjang
tahun dapat dikatakan tidak mengalami kekeringan sehingga potensi air permukaan
sangat besar. Akibatnya, beberapa wilayah sering dijumpai terjadi banjir dan
genangan.
Lokasi rumah tuo terletak di ujung dusun yang tidak jauh dari sungai ujung
tanjung muaro semanyo dimana di depan rumah tuo ini terdapat pentas seni, sebelah
kiri dan kanan rumah tuo berbatasan dengan rumah masyarakat, sedangkan
38 Dokumen Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi
36
dibelakang rumah tuo berbatasan dengan sungai ujung tanjung muaro semanyo.
Letaknya sangat strategis karena terletak diantara jalan lintas antar kabupaten
Merangin dan Kabupaten Bungo. Jarak rumah tuo ke ibu Kota Kabupaten, yakni
mencapai 30 KM, sedangkan Jarak ke Ibukota Provinsi Jambi mencapai 280 KM.
C. Sarana dan Prasarana di Rumah Tuo
Sarana pariwisata merupakan salah satu daya tarik bagi pengunjung yang
datang berkunjung ke suatu kawasan objek wisata. Sarana adalah segala sesuatu
yang dapat dipakai dalam mencapai maksud dan tujuan. Sedangkan prasarana
merupakan segala sesuatu yang menjadi penunjang secara langsung maupun secara
tidak langsung segala jenis sarana yang ada.
Sarana dan prasarana merupakan suatu hal yang mendukung dan sangat di
perlukan dalam peningkatan atau pengembangan untuk kemajuan suatu objek
wisata. Di rumah tuo ini sendiri sudah ada sarana dan prasarana yang telah
disediakan oleh pemerintah baik itu untuk keperluan masyakarat sekitar maupun
untuk keperluan para pengunjung rumah tuo.
Wawancara dengan ibu Tarida Diami Pengkaji Pelestarian Cagar Budaya
Jambi yang menyatakan bahwa:
“Dari pemerintah daerah sendiri perannya sudah mulai ada seperti mereka
membangun fasilitas kamar mandi, toilet, sumur-sumur, jalan setapak, masjid
dll. peran pemerintah juga memberikan kompensasi kepada pihak rumah”.39
39 Wawancara dengan Ibu Tarida Diami Pengkaji Pelestarian Cagar Budaya Jambi, pada
tanggal 30 November 2020.
37
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Tarida Diami dan Obsevasi peneliti ke
lokasi bahwa pemerintah daerah telah melakukan upaya pelestarian dengan
melengkapi sarana dan prasaran yang akan menunjang objek wisata tersebut
menjadi lebih baik dimana pemerintah daerah sendiri telah menyediakan berbagai
macam fasilitas seperti sumur. kamar mandi, toilet, jalan setapak, masjid dan lain-
lain.
Adanya sarana dan prasarana yang telah disediakan oleh pemerintah akan
dapat membantu masyarakat dan membuat pengunjung lebih nyaman untuk
berkunjung ke rumah tuo fasilitas sarana dan prasarana tersebut antara lain:
a. Sarana beribadah
Sarana ibadah merupakan tempat yang digunakan untuk beribadah,
dilingkungan sekeliling rumah tuo yang mayoritasnya memeluk agama islam maka
sarana yang disediakan adalah masjid dan mushola yang akan memfasilitas
masyarakat maupun para pengunjung yang datang ke rumah tuo untuk beribadah.
b. Sarana transportasi
Jalan merupakan alat transportasi yang termasuk bangunan pelengkap untuk
berlalu lintas, yang berada di permukaan tanah. Sarana transportasi di kelurahan
kampung baruh yakni adanya jalan setapak yang menghubungkan antara rumah tuo
dan gapura yang terletak di jalan utama, yang diamana jalan setapak tersebut hanya
bisa lalui sepeda motor, jalan kaki, dan untuk mobil hanya bisa sampai gapura.
c. Sarana pentas seni
Pentas seni merupakan tempat untuk menampilkan suatu kegiatan
berhubungan dengan seni sarana pentas seni rumah tuo ini sendiri telah disediakan
38
oleh pemerintah untuk kebutuhan masyarakat yang digunakan dalam acara adat,
baik itu acara adat kesenian maupun acara keagamaan.
d. Warung
Warung merupakan usaha kecil milik keluarga yang berbentuk toko kecil
yang sederhana yang menjadi bagian penting dalam kehidupan keseharian
masyarakat. Masyarakat di sekitar rumah tuo membuka Usaha Kecil Masyarakat
(UKM) seperti usaha toko manisan yang menyediakan berbagai macam kebutuhan
untuk mempermudah pengunjung membeli segala sesuatu kebutuhan selama
berkunjung.
e. Prasarana
Seperti objek wisata pada umumnya, Situs Cagar Budaya rumah tuo ini
sendiri juga telah disediakan oleh pemerintah prasarana yang biasanya dibutuhkan
oleh pengunjung seperti, aliran listrik yang digunakan untuk penerangan pada
malam hari, telah adanya gapura, sumber air bersih, karena telah adanya sumur
yang ada di sekitaran rumah tuo, telah adanya drainase untuk membuat aliran air
pembuang menjadi lancar dan terarah, dan telah adanya jaringan telekomunikasi
yang memudahkan masyarakat maupun pengunjung untuk berkomunikasi lewat
online.
Gambar 2. Garupa dan jalan setapak menuju Rumah Tuo
39
D. Keadaan penduduk
Kelurahan Kampung Baruh yang penduduknya berjumlah 870 kk, jumlah
laki-laki 2.137 sedangkan jumlah perempuan 2.207 yang jumlah keseluruhannya
4.345. serta terdiri dari 13 Rt.
Tabel 1. Laporan Kependudukan Kelurahan Kampung Baruh Rantau
Panjang.
40Laporan Tahunan : 2020
No. PERINCIAN JUMLAH
1. Jumlah penduduk secara keseluruhan 4.345
2. Jumlah kepala keluarga 870
3. Jumlah penduduk perempuan 2.207
4. Jumlah penduduk laki-laki 2.137
1. Sistem mata pencaharian
Mata pencaharian masyarakat Kelurahan Kampung Baruh pada umumnya
adalah bertani di sawah dan bercocok tanam diladang yang biasa disebut dengan
umo untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang berkaitan dengan
kebutuhan pangan. Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya
masyarakat di Kelurahan Kampung Baruh berkebun karet dan sawit, serta
mendulang emas di sungai-sungai yang ada di sekitar perkampungan.
40 Dokumen Kelurahan Kampung Baruh
40
2. Sistem Sosial
Sistem sosial menggambarkan bagaimana hubungan manusia yang saling
berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya dimana hubungan tersebut
saling mempengaruhi dalam kesatuan sosial. Dikelurahan Kampung Baruh sistem
kekerabatan orang batin menganut matrilineal atau berdasarkan garis keturunan ibu
sehingga dalam kehidupan sehari-hari orang batin lebih dekat dengan kerabat dari
pihak ibu. Akan tetapi, laki-laki tetap berperan sebagai kepala keluarga yang
bertanggung jawab dalam kehidupan rumah tangganya.
Hal tersebut dapat dilihat juga dari sistem pembagian harta warisan, dimana
pembagian rumah diwariskan kepada anak perempuannya setelah anak perempuan
mereka menikah. Sementara itu, untuk anak laki-laki mereka menerima warisan
tanah atau kebun.41
Kondisi sosial budaya masyarakat Kelurahan Kampung Baruh termasuk ke
dalam rumpun Suku Batin yang merupakan Keturunan dari Proto Melayu,
kebudayaan orang suku batin berasal dari perpaduan unsur-unsur Kebudayaan
Minangkabau dan Budaya Melayu Jambi. Bahasa dari Suku Batin termasuk dalam
Rumpun Melayu Jambi.
a. Alat Musik Tradisional
Alat musik tradisional yang sering digunakan masyarakat untuk mengiringi
tarian dan lagu-lagu tradisional adalah kerinok, yaitu ansambel music tradisional
khas Jambi bagian barat yang terdiri dari kelinong, gendang, gong, piul, dan
gampuih.
41 Dokumen Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi
41
b. Makanan Tradisional
Makananan tradisional merupakan makanan yang menjadi ciri khas disuatu
daerah yang dikonsumsi secara turun temurun oleh masyarakatnya, di Kelurahan
Kampung Baruh Rantau Panjang makanan yang sangat popular yang menjadi
makanan khas adalah gulai belut. Gulai belut ialah makanan khas Suku Batin
Merangin yang memiliki cita rasa yang sangat gurih dari santan kelapa, pedasnya
yang berasal dari cabe rawit yang banyak, sayurnya menggunakan sayuran pakis
serta rempah-rempah yang menambah kegurihan gulai belut. Gulai belut memiliki
kandungan protein tinggi yang terkandung di dalam belut.
Dalam pengelolahan gulai belut, masyarakat setempat memiliki teknik
tersendiri dalam membuat belut menjadi tidak amis, yaitu dengan cara menarik dan
membuang serat putih yang berjumlah dua helai yang ada diantara tulang punggung
belut.
3. Sistem Keagamaan
Penduduk di Kelurahan Kampung Baruh mayoritasnya memeluk agama
Islam. Jadi untuk memenuhi kebutuhan beribadah, diarea Kelurahan Kampung
Baruh terdapat 9 mushola dan 1 masjid.
4. Adat istiadat masyarakat Kampung Baruh
Adat istiadat adalah aturan atau tata kelakuan ataupun kebiasaan yang
dilakukan yang dihormati dan dipatuhi oleh masyarakat disuatu daerah yang
42
dilakukan secara turun temurun, yang berfungsi untuk mengatur masyarakat di
suatu daerah.
Adat istiadat yang masih dipertahankan oleh masyarakat di Kelurahan
Kampung Baruh saat ini masih cukup signifikan dan yang membuat daya tarik bagi
pengunjung bagi orang luar yang datang Kekampung Baruh Selain dari Rumah Tuo
antara lain:42
1) Silek Panyudon
Silek panyudon merupakan salah satu seni bela diri pencak silat yang bersifat
memberi hiburan kepada masyarakat dan diperkirakan sudah ada sejak dua sampai
tiga ratus tahun yang lalu. Pertunjukkan adat istiadat silat tersebut dilakukan mulai
hari kedua sampai hari ketujuh pada Hari Raya Idhul Fitri yang dimulai pada pukul
14.30 WIB. Sampai dengan pukul 17.00 WIB di halaman rumah masyarakat. Pada
hari ketujuh merupakan hari puncak yang kegiatannya dihadiri oleh pemerintah
setempat, tokoh adat dan masyarakat Kecamatan Tabir yang dilakukan di halaman
rumah adat yang di sebut Rumah Tuo.
Pertunjukkan adat silat dilakukan dengan menampilkan pasangan-pasangan
pesilat dengan posisi pesilat sebagai lawan dari pasangannya. Pertunjukkan ini
dilakukan tidak sampai menyakiti lawan, tetapi hanya sebatas untuk
mempertontonkan jurus bela diri dan seni gerak yang bernilai tinggi. Setiap
pasangan tampil diiringi bunyi sepasang gendang dan satu buah gong dengan irama
bunyi yang dapat menaikkan adrenalin kedua pesilat. Pasangan pesilat yang tampil
mulai dari kalangan anak-anak atau pemuda dari kelas pemula sampai dengan guru-
42 Dokumen Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi
43
guru silat senior yang ada di Kelurahan Kampung Baruh. Setiap pasangan pesilat
tersebut diberikan waktu 5 sampai 7 menit sehingga dengan renggang waktu aka
nada sekitar 20-25 kali pertunjukkan dalam setahun.
Bagi seseorang yang ingin ikut serta dalam pertunjukkan, harus belajar
tentang jurus-jurus silat yang diinginkan. Proses dari belajar tersebut dilakukan
pada malam hari pada bulan puasa (Bulan Ramadhan) pada sejumlah perguruan
silat yang ada di Kelurahan Kampung Baruh.
2) Bantaian Adat
Memasuki bulan Ramadhan bagi warga Rantau Panjang bukan hanya sekedar
melaksanakan ibadah berpuasa, tetapi juga memiliki makna penting untuk
meningkatkan rasa kebersamaan, silahturahmi, dan solidaritas sosial yang
dilakukan dengan melaksanakan tradisi bantain adat. Bantain adat merupakan
tradisi pemotongan hewan kerbau dalam jumlah banyak yang bahkan mencapai
ratusan selama beberapa hari menjelang bulan Ramadhan.
Bantai adat selalu ditunggu oleh masyarakat, bahkan para perantau banyak
yang pulang kampung hanya untuk mengikuti tradisi bantai adat karena dianggap
sangat penting untuk demi menjalin rasa kebersamaan, silahturahmi, dan solidaritas
bagi setiap lapisan mayarakat desa.
3) Ritual Menjelang Panen Raya
Ritual menjelang panen raya merupakan kegiatan yang berupa upacara
keagamaan yang bertujuan sebagai ungkapan rasa syukur atas berkah yang
diperoleh serta ucapan doa agar diberikan keselamatan. Masyarakat di Kelurahan
Kampung Baruh biasa melakukan syukuran (manua) baik sebelum panen maupun
44
sesudah panen raya. Dilakukan dengan berdoa dan bertahlil untuk keselamatan
maupun keberkahan untuk hasil yang diperoleh ataupun yang akan diperoleh
sebelum panen.
4) Pakaian Tradisional
Pakaian adat merupakan simbol sandang pada suatu daerah yang memiliki
identitas dan ciri khas suatu daerah yang akan membedakannya dengan daerah lain.
Sama halnya dengan daerah lain masyarakat di Kelurahan Kampung baruh juga
memiliki ciri khas dan adat tersendiri dalam berpakaian, masyarakat di sekitaran
rumah tuo di Kelurahan Kampung Baruh memiliki ciri-ciri yang unik yang
membedakan dengan masyarakat di desa-desa lainnya, khususnya untuk wanita.
Masyakarat disana sehari-hari menggunakan pakaian tradisional berupa baju
kurung, kain sarung, dan tengkuluk pergi kumo.
Gambar 2. Pakaian sehari-hari masyarakat Kampung Baruh yakni baju kurung,
kain sarung.43
Gambar 2 menunjukkan bahwa masyarakat sangat menjunjung tinggi adat
istiadatnya tetap dilestarikan sampai sekarang, pakaian baju kurung merupakan
43 Observasi di kelurahan Kampung Baruh
45
paikaian sehari-hari masyarakat sekitar yang dipakai mulai dari anak-anak sampai
orang tua, dan menjadi pakaian utama saat acara penikahan.
5) Budaya Nyehang Umah
Adat nyehang umah adalah proses penyembuhan penyakit dengan
mengumpulkan ninik mamak untuk menyerang atau memukul rumah dengan kulit
kelapa telah dikupas kelapanya yang sedang mengalami kemalangan dengan
diiringi lantunan syair yang mengandung arti tertentu yang mempunyai tujuan
untuk menyembuhkan bagi setiap orang yang mengalami musibah atau
kemalangan, contohnya, seperti seseorang yang mengalami luka yang parah atau
penyakit yang sudah lama di derita yang tak kunjung sembuh.
46
E. Profil Kelurahan Kampung Baruh
1. Struktur Organisasi Kelurahan Kampung Baruh
44BAGAN STRUKTUR ORGANISASI KELURAHAN KAMPUNG BARUH
RANTAU PANJANG KECAMATAN TABIR KABUPATEN MERANGIN
44 Dokumen Kelurahan Kampung Baruh
LURAH
Hj. NURASIAH, S. Sos
JABATAN
FUNGSIONAL
SEKRETARIS
M. SAMAN, S. PD
KASI
PEMERINTAHAH
DAN TRANTIB
KASI PPKMD DAN K KASI PELUM &
SOSIAL
A RAHMAN, A. Ma.
PD
UMAR DANI HIKMAH NANI, S.
Sos
DEKY ISKANDAR,
S.Sos
CAMELLIA, S. Sos
HOIRIAH, S. IP HARONI, S. Pd
WULANDARI
47
2. Visi dan Kelurahan Kampung Baruh
Visi
“TERWUJUDNYA PENINGKATAN PELAYANAN DAN PARTISIPASI
MUNUJU MASYARAKAT YANG SEJAHTERA”
Misi
1. Mewujudkan peningkatan pelayanan publik yang efektif dan efesian
2. Mewujudkan sumber daya manusia yang berpengetahuan yang baik
3. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam melakukan pembangunan
wilayah.
48
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Pengelolaan Pelestarian Rumah Tuo di Kelurahan Kampung Baruh
Pengelolaan adalah suatu usaha untuk melakukan sesuatu dalam mencapai
tujuan tertentu. Sedangkan pelestarian merupakan suatu usaha untuk
mempertahankan, melindungi dan menjaga supaya tidak hilang dan tetap terjaga
sampai seterusnya.
Kebijakan pengelolaan pelestarian rumah tuo yakni berdasarkan berdasarkan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya,
dimana Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan yang berupa
Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya. dengan cara melindungi,
mengembangkan, memelihara dan memanfaatkan sebagai berikut:45
a. Perlindungan didalamnya berupa: penetapan rumah tuo sebagai Situs Cagar
Budaya yang menimbang karena rumah tuo di Kelurahan Kampung Baruh
memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, rumah
tuo berstatus kepemilikan masyarakat yang dihuni secara turun temurun,
pengamanan dan pemeliharaannya dilindungi oleh Undang-Undang No. 11
tahun 2010 Tentang Cagar Budaya yakni dilarang bagi setiap orang yang ingin
Merusak, Mencuri, Memindahkan dan Memisahkan Cagar Budaya.
b. Pengembangan adalah usaha untuk meningkatkan suatu potensi nilai,
informasi dan promosi dari Cagar Budaya. Pengembangan rumah tuo untuk
45 Undang-Undang Republik Indonesia No 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya
49
informasi dan promosi sudah di lakukan dengan berbagai cara yakni dengan
media online melalui website, Instagram, Radio dan media cetak.
c. Pemanfaatan didalamnya berupa: pendidikan, ilmu pengetahuan mengenai
sejarah rumah tuo maupun sejarah dari awal adanya Batin V, kebudayaan
didalamnya dapat dilihat dari kebudayaan dari keseharian masyarakat dalam
berkehidupan yang sangat menjunjung tinggi adat istiadat, sopan santun dan
cara berinterkasi antar sesamanya.
d. Pemeliharaan merupakan upaya untuk menjaga dan merawat kondisi Cagar
Budaya agar tetap bagus, pemeliharaan di rumah tuo yakni pemeliharaan
terhadap sarana dan prasarana, pemeliharaan struktur maupun kontruksi dari
rumah tuo itu sendiri.
Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: KM. 11/PW.
007/MKP/2004 tentang penetapan Rumah Tradisional Rantau Panjang atau yang
biasa disebut rumah tuo yang berlokasi di wilayah Provinsi Jambi sebagai Situs
Cagar Budaya yang dilindungi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 1992.46
Kebijakan tersebut dilandasi karena adanya letak geografis suatu bangunan
rumah tuo yang terletak di kelurahan Kampung Baruh Rantau Panjang, Kecamatan
Tabir, Kabupaten Merangin. Bangunan tersebut tertua dan diberi nama Rumah Tuo.
Pemerintah dalam hal ini Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi telah menerapkan
Kebijakan Keputusan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata tentang penetapan
46 Dokumen Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi
50
rumah tuo sebagai situs cagar budaya yang dilindungi yang bertujuan untuk
menjadikan rumah tuo sebagai kawasan budaya.
Wawancara peneliti dengan ibu Tarida Diami Pengkaji Pelestarian Cagar
Budaya Jambi yang memberikan penjelasan sebagai berikut:
“Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi sendiri telah melaksanakan penetapan
tapi penetapan SK menterinya bukan penetapan nasional karna dulu
penetapannya dilaksanakan langsung oleh menteri penetapan pertama
dilakukan pada tahun 2000an yang ditetapkannya adalah Rumah Tuo Rantau
Panjang”.47
Berdasarkan penjelasan dari ibu Tarida Diami dapat dipahami bahwa
kebijakan pemerintah terhadap rumah tuo telah dilakukan dengan adanya penetapan
rumah tuo sebagai cagar budaya untuk melestarikan dan melindungi supaya rumah
tuo tersebut tetap terjaga keasliannya.
Wawancara peneliti dengan ibu Tarida Daimi Pengkaji Pelestarian Cagar
Budaya Jambi yang memberikan penjelasan sebagai berikut:
“Pada tahun 2017 kami juga sudah melakukan kegiatan konservasi kegiatan
dimana kayu disana banyak dimakan rayap jadi di tritmen supaya tidak
dimakan rayap, terus ada kegiatan pengecatan pemerintah daerah sendiri juga
sudah melakukan pengecatan disana. Pada tahun 2018 kami melakukan
delinasi untuk perkampungan Tradisional karena disana terdapat 2 kampung
yakni Kampung Baruh dan Dusun baru itu hanya dibedakan jalan disana
terdapat 108 rumah yang masih terhitung Tradisional walaupun tidak benar-
benar utuh tetapi masih bisa dilihat beberapa bagian-bagiannya yang
dikatakan trasidisional karena masih mengikuti tradisi-tradisi yang lama
seperti dari segi kontruksi tiangnya masih kuno, masinding karna kalo rumah
masih ada masindingnya masih dianggap kuno. Jadi yang Balai Pelestarian
Cagar Budaya Jambi juga yang sudah dilakukan penetapan pemeliharaan,
melakukan kajian zonasi.”48
47 Wawancara dengan Ibu Tarida Diami Pengkaji Pelestarian Cagar Budaya Jambi, pada
tanggal 30 November 2020. 48wawancara dengan Ibu Tarida Diami Pengkaji Pelestarian Cagar Budaya Jambi, pada
tanggal 30 November 2020.
51
Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi pada tahun 2017 telah melakukan
pelestarian dimana mereka melakukan pelestarian pada bangunan rumah tuo yakni
dengan mentreatment kayu supaya tidak dimakan rayap, serta melakukan
pengecatan terhadap dinding rumah, dan melakukan delinasi karna rumah
tradisional tersebut setelah dilakukan observasi terhitung 108 rumah yang masih
kuno yang terdapat di dua dusun atau dua kampung yakni terletak di Kelurahan
Kampung Baruh dan Kelurahan Dusun Baru. Yang masih memiliki bentuk ataupun
bagian yang masih mengikuti tradisi masyarakat terdahulu.
Berdasarkan wawancara berikut peneliti juga turun langsung ke lokasi Situs
Bangunan Cagar Budaya dan melihat secara langsung struktur maupun bentuk dari
rumah tuo tersebut, dimana suatu kebudayaan yang adat istiadatnya pun masih
sangat melekat yang berada disuatu tempat yakni Kelurahan Kampung Baruh yang
Penduduknya berjumlah 4.345 jiwa mayoritas penduduknya beragama Islam,
dengan demikian kebudayaan di sekitaran perkampungan rumah tuo sangat
menjunjung tinggi adat istiadat yang juga berbaur dengan Islami.
Wawancara dengan bapak Sukoso Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Merangin yang memberikan penjelasan sebagai berikut:
“Kami akan melestarikan rumah tuo supaya sampai generasi-generasi
seterusnya bisa paham mengenai Cagar Budaya yang ada dan supaya para
wisatawan mau berkunjung ke rumah tuo yang banyak ilmu pengetahuan
mengenai sejarah.”49
49 Wawancara dengan Bapak Sukoso Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Merangin, pada tanggal 7 Desember 2020.
52
Pelestarian merupakan suatu hal yang dilakukan untuk mempertahankan,
memelihara, dan mengembangkan agar sesuatu yang mempunyai nilai sejarah yang
tinggi supaya tidak hilang keasliannya, walaupun perkembangan zaman dan
teknologi yang semakin maju. Pemerintah daerah sudah berupaya dalam menjaga
keaslian rumah tuo supaya generasi seterusnya dan para pengujung tetap bisa
mengetahui sejarah dari rumah tuo itu sendiri dan melihat bentuk dari rumah tuo
yang tidak berubah walaupun perkembangan zaman yang semakin maju.
Wawancara dengan bapak Endang Fertana Kasi Analisis Pasar dan Usaha
Jasa Pariwisata yang memberikan penjelasan sebagai berikut:
“Untuk pemasaran dari rumah tuo sendiri kami telah melakukan dan
memberikan informasi mengenai rumah tuo melalui berbagai cara yakni
melalui sosialisasi, media daring melalui Website, Instagram, Radio, dan
Pameran-pameran. Tujuannya supaya rumah tuo lebih dikenal oleh
masyarakat karena potensi objek wisatanya sudah berumuran ratusan tahun,
dan agar para pengunjung banyak yang datang ke merangin khususnya rumah
tuo yang akan berdampak membuat ekonomi masyarakat sekitar rumah tuo
bisa bergerak”.50
Promosi adalah suatu upaya untuk memberitahu atau menawarkan sesuatu
yang menarik sehingga bisa menarik khalayak banyak tertarik dan mempunyai rasa
ingin tahu tentang apa yang di promosikan.
Dalam mengembangkan potensi yang ada di rumah tuo pemerintah telah
melakukan promosi untuk memperkenalkan rumah tuo kepada masyarakat di
daerah maupun di luar daerah melalui berbagai media baik itu media cetak, media
online, maupun melakukan sosialisasi secara langsung ke masyarakat yang ada di
50 Wawancara dengan bapak Endang Fertana kasi analisis pasar dan usaha jasa pariwisata,
pada tanggal 7 Desember 2020.
53
merangin khususnya, agar pengunjung banyak datang sehingga memberikan
dampak terhadap perekonomian masyakarat di Kelurahan Kampung Baruh.
Potensi merupakan segala sesuatu yang bisa dijadikan sumber untuk
menghasilkan sesuatu yang diperoleh melalui usaha yang dilakukan dengan
maksimal sehingga menghasilkan dan mengungtungkan, potensi dari rumah tuo
yakni:
a. Bentuk dan struktur rumah tuo
Rumah tuo di Kelurahan Kampung Baruh dikenal dengan “Kajang Lako”
karena bentuknya mirip perahu dengan bubungnya yang melengkung ke atas seperti
perahu dan dinding rumah yang berbentuk miring seperti badan perahu. Bentuk
tersebut merupakan suatu perkembangan dari bentuk perahu yang digunakan
sebagai alat transportasi masyarakat pada zaman dahulu.
Wawancara dengan Bapak Iskandar orang yang menepati rumah tuo yang
memberikan penjelasan sebagai berikut:
“Pada umumnya para wisata yang datang berkunjung ke rumah tuo tertarik
dengan struktur bangunan, sebab bangunan rumah tuo belum ado
menggunakan paku, hanya menggunakan pasak.”51
Daya tarik wisata merupakan segala sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan, serta nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan Budaya dan hasil dari
buatan manusia yang menjadi sarana maupun tujuan kunjungan para wisatawan
yang ingin berkunjung untuk melihat suatu objek wisata.
51 Wawancara dengan Bapak Iskandar yang menepati Rumah Tuo, pada tanggal 15 Desember
2020.
54
Pengunjung yang datang ke rumah tuo biasanya tertarik untuk melihat
keunikan struktur dari rumah tuo karena struktur rumah tuo yang berbentuk seperti
perahu, serta dalam pembangunannya tidak menggunakan paku hanya
menggunakan pasak dan dindingnya yang cenderung miring.
1. Riwayat Pelestarian
Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi selaku UPT kebudayaan yang
bertanggungjawab terhadap perlindungan cagar budaya rumah tuo telah melakukan
berbagai kegiatan pelestarian terhadap kawasan rumah tuo, sejak ditetapkannya
rumah tuo sebagai Situs Cagar Budaya pada tahun 2004 oleh Menteri Kebudayaan
dan Pariwisata Nomor: KM.11/PW.007/MKP/2004.52
Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi telah menetapkan perlindungan
terhadap rumah tuo sebagai Bangunan Situs Cagar Budaya yang merupakan
susunan binaan yang terbuat dari benda alam ataupun benda buatan manusia untuk
memenuhi kebutuhan ruang yang berdinding ataupun tidak berdinding dan beratap
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya
dimana disana tertulis dilarang untuk merusak mencuri memindahkan dan
memisahkan Cagar Budaya dan bagi setiap orang yang melanggar larangan ini akan
dipidana berdasarkan Undang-Undang tentang Cagar Budaya tersebut. Situs Cagar
Budaya rumah tuo Kampung Baruh telah memiliki seorang juru pelihara yang
merupakan pemilik rumah tuo itu sendiri.53
52 Dokumen Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi. 53 Dokumen Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi.
55
B. Efektivitas Pemerintah Dalam Pelestarian Rumah Tuo di Kelurahan
Kampung Baruh
1. Pengertian Efektivitas
Secara umum efektivitas merupakan suatu kondisi yang dimana untuk
menunjukkan seberapa jauh suatu target yang sudah di raih oleh manajemen seperti
kualitas, kuantitas, dan waktu. Yang mana target tersebut telah ditetapkan terlebih
dahulu. Secara singkatnya efektivitas adalah upaya tertentu atau suatu tingkat
keberhasilan yang dapat dicapai oleh seseorang atau suatu perusahan.
Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa target kualitas,
dan waktu telah tercapai secara jauh, dimana makin besar presentase target yang
dicapai maka akan makin tinggi pula efektivitasnya.
Aspek-aspek efektivitas pada suatu program pada umumnya ialah aspek
peraturan dan ketentuan yakni efektivitas pada suatu aktivitas dapat dianggap
tercapai dengan melihat berfungsi atau tidaknya aturan yang telah dibuat dalam
menjaga kelangsungan aktivitas tersebut.
2. Efektivitas pemerintah dalam pelestarian rumah tuo
Pelestarian adalah tugas dari seorang pemerintah yang fundamental (pokok).
Selain itu masyarakat terutama orang yang tinggal di rumah tuo itu sendiri sangat
mempunyai kewajiban untuk melestarikan rumah tuo. Mengingat pemerintah
sebagai tugas pokok yang harus menyiapkan segala hal yang diperlukan dalam
pelestarian.
Wawancara dengan Bapak M, Saman Sekretaris Kelurahan Kampung Baruh
yang memberikan penjelasan sebagai berikut:
56
“Kami melakukan kegiatan gontong royong dan penanaman bunga di sekitar
rumah tuo yang dilakukan dalam jangka 3 bulan sekali. juga ikut serta
mendamping para pengungjung yang datang dari luar daerah yang
mengunjungi rumah tuo serta menyediakan makanan khas rantau panjang
yang dimasak secara langsung di rumah tuo. dan juga udah memberikan dana
kepada masyarakat untuk kegiatan masyakarat seperti kegiatan mengayam
lapik dan lain-lain.”54
Pemerintah telah melakukan kegiatan gontong-royong rutin dalam menjaga
kelestarian rumah tuo dengan mengikutsertakan masyarakat setempat, pemerintah
setempat juga selalu mendampingi ketika ada orang dari luar yang ingin
mengunjungi rumah tuo serta menyiapkan makanan khas Rantau Panjang bagi
pengunjung yang ingin mencicipinya. Serta pemerintah Kelurahan juga
memberikan kegiatan kepada masyarakat khususnya wanita di sekitaran rumah tuo
untuk mengayam lapik sebagai usaha yang juga dapat menambah penghasilan bagi
masyarakat.
Wawancara dengan masyarakat Kampung Baruh Rantau Panjang yang
memberikan penjelas sebagai berikut:
“Kami sangat tatulung nian dengan adonyo pemerintah datang mengunjungi
dan memberikan fasilitas sangat terbantu untuk kebutuhan terutama sumur
dan jalan setapak.”55
Berdasarkan wawancara dengan masyarakat mereka mengatakan bahwa
sangat terbantu dengan adanya fasilitas baik itu sarana maupun prasarana yang ada
disekitar rumah tuo mengingat air sungai yang sekarang sudah keruh dan masjid
utama yang lumayan jauh dari rumah tuo, dengan adanya fasilitas masjid
54 Wawancara dengan Bapak M, Saman Sekretaris Kelurahan Kampung Baruh, pada tanggal
11 Desember 2020. 55 Wawancara dengan Masyarakat Kampung Baruh, pada tanggal 15 Desembar 2020.
57
masyarakat jadi lebih mudah dan lebih dekat dalam untuk beribadah serta jalan
setapak yang memudahkan untuk akses pergi keluar masuk daerah.
Wawancara dengan Ibu Tarida Diami Pengkaji Pelestarian Cagar Budaya
Jambi yang memberikan penjelasan sebagai berikut:
“Dari pemerintah Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi sendiri juga sudah
melakuka pelestarian termasuk penetapan juru bicara, kajian zonasi untuk
pengakatan rumah tuo kedepannya dalam pengembangannya karena rumah
tuo sangat bagus yang memiliki destinasi kebiasaan masyarakat yang juga
sangat unik.”56
Pengembangan merupakan usaha yang digunakan untuk meningkatkan suatu
kemampuan menjadi lebih luas. Perencanaan pemerintah untuk kedepannya
terhadap pelestarian rumah tuo yakni ingin menjadikan rumah tuo sebagai Situs
Bangunan Cagar Budaya tingkat nasional dengan mengembangkan potensi-potensi
yang di rumah tuo di kelurahan Kampung Baruh. Karena rumah tuo ini memiliki
keunikan tersendiri dari bentuk struktur rumah maupun adat budaya sekitar yang
akan bisa membuat daya tarik sendiri bagi pengunjung.
Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi sudah melakukan pelestarian yang
termasuk mereka telah menetapkan juru bicara untuk keperluan pengunjung yang
ingin tau mengenai rumah tuo baik itu bentuk dan strukturnya, benda-benda yang
ada didalamnya dan sejarah dari rumah tuo itu sendiri yang bisa langsung
ditanyakan dengan bapak Iskandar selaku Juru Bicara yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Selain itu pemerintah Cagar Budaya Jambi telah melakukan kajian
zonasi untuk melihat dan menggali lagi potensi-potensi yang ada di daerah rumah
56 Wawancara dengan Ibu Tarida Diami Pengkaji Pelestarian Cagar Budaya Jambi, pada
tanggal 30 November 2020.
58
tuo Kelurahan Kampung Baruh untuk pengangkatan rumah tuo untuk kedepannya
supaya menjadi Situs Cagar Budaya Nasional.
C. Kendala dalam Pelestarian Rumah Tuo
Kendala merupakan halangan atau rintangan yang menghalangi sesuatu yang
telah direncanakan dalam mencapai tujuan.
Wawancara dengan Bapak Sukoso kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Merangin yang memberikan penjelasan sebagai berikut:
“Kemarin kami sebernarnya sudah mau membangun dan memperbaiki pentas
seni yang lebih bagus tapi pemerintah daerah masih terkendala oleh keadaan
tanah, karena tanah di sekitar rumah tuo masih dikuasai oleh masyarakat”.57
Wawancara dengan Ibu Tarida Diami Pengkaji Pelestarian Cagar Budaya
Jambi yang memberikan penjelasan sebagai berikut:
“Hambatan ya kalau untuk hambatan sendiri yang sering dialami pemerintah
dalam pengembangan dan pelestarian rumah tuo seperti jarak dan dana”.58
Partisipasi masyarakat merupakan keikutsertaan masyarakat dalam suatu
kegiatan yang dilakukan disuatu daerah untuk kemajuan daerah itu sendiri. Melalui
wawancara dengan Bapak Sukoso dan Ibu Tarida Diami dapat disimpulkan bahwa
di Kelurahan Kampung Baruh Kurangnya kesadaran mayarakat untuk ikut serta
dalam pelestarian rumah tuo, yang membuat pelestarian rumah tuo menjadi lama
bergerak ataupun maju, karna masyarakat sekitar ada yang pro dan ada yang kontra
dalam mendukung pelestarian rumah tuo ini. Sehingga pemerintah daerah susah
57 Wawancara dengan Bapak Sukoso Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Merangin, pada tanggal 7 Desember 2020. 58 Wawancara dengan Ibu Tarida Diami Pengkaji Pelestarian Cagar Budaya Jambi, pada
tanggal 30 November 2020.
59
untuk mengembangkan, melestarikan dan membangun segala sarana dan prasarana
untuk memenuhi kebutuhan karena masih terkendala dengan tanah yang dimana
rumah tuo dikelilingi oleh rumah yang tanahnya masih milik pribadi masyarakat.
Selain kurangnya pastisipasi masyarakat dalam pelestarian hambatan yang
juga sering dialami oleh pemerintah yakni kekurangan dana dan jarak lokasi yang
jauh sehingga pemerintah susah untuk pokus dalam pelestarian Cagar Budaya
Rumah Tuo di Kelurahan Kampung Baruh.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, ada
beberapa hal dapat disimpulkan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Pengelolaan Rumah Tuo di Kelurahan Kampung Baruh berdasarkan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya
dimana pengelolaannya meliputi perlindungan terhadap rumah tuo,
penetapan rumah tuo sebagai cagar budaya, permeliharaan terhadap sarana
dan prasarana yang telah disediakan, pemeliharaan terhadap kondisi struktur
rumah tuo dan pemanfaatan terhadap ilmu pengetahuan yang ada.
2. Efektivitas dari kebijakan pemerintah terhadap pelestarian rumah tuo sudah
berjalan dengan baik, karena pemerintah telah melaksanakan pelestarian
terhadap rumah tuo mulai dari memperbaiki apa yang telah rusak dari rumah
tuo dan melakukan kegiatan rutin gontong royong bersama masyarakat 3
bulan sekali.
3. Kendala yang sering dialami dalam pelestarian rumah tuo di Kampung Baruh
Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin Provinsi Jambi yakni kurangnya
partisipasi masyarakat dalam pelestarian rumah tuo, serta dana dan jarak yang
jauh dari jangkauan pemerintah membuat pelestarian tidak berjalan dengan
efektif.
61
B. Saran
Sesuai dengan kesimpulan diatas yang telah dibuat, maka peneliti dapat
memberikan saran sebagai berikut:
1. Untuk pelestariannya sebaiknya ada kebijakan khusus dari pemerintah daerah
karena supaya pelestariannya memang berjalan lancar serta sesuai dengan
sasaran yang dibutuhkan di, rumah tuo mengingat rumah tuo ini sendiri sudah
ditetapkan sebagai Wisata Situs Cagar Budaya yang telah di kenal banyak
orang sehingga untuk kedepannya pelestariannya jauh lebih baik dari
sebelumnya dan berjalan efektif pemerintah harus pokuskan pelestarian
terhadap rumah tuo.
2. Semoga untuk kedepannya efektivitas pemerintah terus berjalan dengan baik
dan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang diinginkan.
3. Pihak pemerintah dan masyarakat setempat harus lebih erat lagi dalam bekerja
sama untuk pelestarian rumah tuo supaya pelestarian cepat berjalan sesuai
dengan yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
LITERATUR
Balai Litbang Perumahan Wilayah I Medan, Rumah Tuo Jambi, Medan: Eksplora
Arsitktur Sumatera, 2016.
Budi Winarno, Teori dan proses Kebijakan Publik, Yogyakarta: Media Premindo,
2007.
Djaman Satori, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2011.
Djmaan Satori & Aan K. “Metodologi Penelitian Kualitatif”, Bandung: Alfabe,
2009.
Hanafi Nurcholis, Teori dan Praktek Pemberitaan dan Otonomi Daerah, Jakarta:
PT. Grasindo, 2005.
Inu Kencana Syafiie, Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia, Bandung: PT Refika
Aditama, 2003.
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
2011.
Lexy, J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya,2000.
Nurcholis, Kebijakan Sebagai Keputusan Suatu Organisasi, 2007.
S. Nasution, Metode Research, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), Jambi: Syari’ah Press, 2014.
Sugiyono, “Metode Penelitian Kualitatif”, Semarang: Alfabeta. 2007.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta, 2010.
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, Jambi: Syari’ah Press, 2012.
WEBSITE
Ade Ramadiansyah, Harne Julianti Tou, Tomi Eriawan, “Identifikasi
Pengembangan Kawasan Rumah Tuo Kelurahan Kampung Baruh Kecamatan
Tabir Kabupaten Merangin”, Jurnal Tugas Akhir Mahasiswa jurusan PWK,
Vol. 1 No. 3, 2014
E-Jounal “Aktor dan Faktor Luar Pemerintahan Menurut James E. Anderson
(1997:3)
Muhammad Luthfi, “Pengembangan Pariwisata dan Dampak Sosial Ekonomi di
Bandar Lampung”, Jurnal Riset Akuntasi dan Manajemen, Vol.2 No. 1, Juni,
2012.
Rumah Tuo Rantau Panjang Jambi “Informasi Situs Budaya Indonesia” di akses
melalui Http://Meranginkab.go.id/s1ksdnfk_jd-rumah-tuo.
UNDANG-UNDANG
Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Pelestariaan dan Pengembangan
Budaya Melayu Jambi.
Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010, Pasal 1 Ayat 1, Tentang Cagar Budaya.
Lampiran I
Daftar Pertanyaan
A. Kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi, Kantor Dinas Pariwisata
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Merangin, Kantor Lurah Kampung Baruh
1. Bagaimana pengelolaan pelestarian rumah tuo di Kelurahan Kampung
Baruh Kabupaten Merangin?
2. Bagaimana peran Pemerintah dalam pengelolaan Rumah Tuo di Kelurahan
Kampung Baruh Kabupaten Merangin?
3. Bagaimana efektivitas Pemerintah dalam pelestarian Rumah Tuo di
Kelurahan Kampung Baruh Kabupaten Merangin?
4. Apa strategi Pemerintah dalam pelestarian Rumah Tuo di Kelurahan
Kampung Baruh Kabupaten Merangin?
5. Apa hambatan yang sering terjadi dalam pelestarian Rumah Tuo di
Kelurahan Kampung Baruh Kabupaten Merangin?
6. Bagaimana pengembangan kedepannya dalam pelestarian Rumah Tuo di
Kelurahan Kampung Baruh Kabupaten Merangin?
B. Tokoh Masyarakat
1. Bagaimana kesadaran masyarakat dalam melestarikan Rumah Tuo di
Kelurahan Kampung Baruh Kabupaten Merangin?
2. Apa yang di rasakan dengan adanya pemerintah yang bertanggung jawab
dalam pelestarian rumah tuo di Kelurahan Kampung Baruh Kabupaten
Merangin?
Lampiran II
NO. Nama Informan Jabatan
1. Tarida Diami, S. Hum Pengkaji Pelestarian
Cagar Budaya Jambi
2. Sukoso,, S. STP Kepala Dinas Pariwisata
Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Merangin
3. Endang Fertana, S. Sos., Msi Kasi Analisis Pasar dan
Usaha Jasa Pariwisata
4. M. Saman, S. Pd Sekretaris Kelurahan
Kampung Baruh
5. Iskandar Masyarakat
6. Sopiah Masyarakat
7. Rogayah Masyarakat
Lampiran III
Lokasi penelitan di Rumah Tuo kelurahan kampung baruh
Bentuk struktur dalam dari Situs Cagar Budaya Rumah Tuo
Wawancara di Kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi.
Wawancara di kantor Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Merangin
Wawancara di kantor Kelurahan Kampung Baruh
Wawancara dengan masyarakat Kelurahan Kampung Baruh
CURICULUM VITAE
A. Identitas Diri
Nama : Saulatiyah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Dusun Baru, 22 Agustus 1999
NIM : 105170611
Jurusan : Ilmu Pemerintahan
Golongan Darah : A
Alamat : Jalan Pasa Senin, Rt. 03 Rw. 0, Kelurahan Dusun
Baru, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin
No. Hp : 085368724755
Email : [email protected]
Nama Ayah : Syamsudin
Nama Ibu : Rabima
B. Riwayat Pendidikan
No. Nama Sekolah Tahun
1. Sekolah Dasar Negeri 36/VI Rantau
Panjang III Kabupaten Merangin
2006 – 2011
2. Madrasah Tsanawiyah Negeri Rantau
Panjang Kabupaten Merangin
2012 – 2014
3 Madrasah Aliyah Negeri Tabir 2015 - 2017
3. SI UIN STS JAMBI 2017 -2021
NO. Nama Organisasi Tahun
1. Pramuka 2015 - 2017
2. HMI 2017 - 2018
3. Himastaji 2017 - 2018