KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDORONG...

21
1 Dr. BOEDIARSO TEGUH WIDODO DIREKTUR JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDORONG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH MUSRENBANG RKPD PROVINSI JAWA TIMUR 18 APRIL 2018 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Transcript of KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDORONG...

Page 1: KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDORONG …bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/2018/04/paparan... · otonomi daerah yaitu peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan

1

1

KEYNOTE SPEECH

Dr. BOEDIARSO TEGUH WIDODO DIREKTUR JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN

KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDORONG PERCEPATAN

PEMBANGUNAN DAERAH

MUSRENBANG RKPD

PROVINSI JAWA TIMUR

18 APRIL 2018

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Page 2: KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDORONG …bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/2018/04/paparan... · otonomi daerah yaitu peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan

2

2

PENDAHULUAN

KEBIJAKAN FISKAL DAN PENGELOLAAN

KEUANGAN NEGARA

MASALAH, TANTANGAN PEMBANGUNAN,

DAN STRATEGI APBN 2018 DAN 2019

OUTLINE

1

2

3

PROFIL DAERAH PROVINSI DAN

KAB/KOTA SE-MALUKU UTARA 4

STRATEGI DAN KEBIJAKAN FISKAL

TAHUN 2019

KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN

PROVINSI JAWA TIMUR

TANTANGAN PEMBANGUNAN GLOBAL,

NASIONAL, DAN REGIONAL

STRATEGI PENGELOLAAN

KEUANGAN DAERAH

2

PENUTUP:

TINDAK LANJUT

STRATEGI PENGELOLAAN

KEUANGAN DAERAH

Page 3: KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDORONG …bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/2018/04/paparan... · otonomi daerah yaitu peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan

3

ALOKASI

DISTRIBUSI STABILISASI

FUNGSI

KEBIJAKAN

FISKAL

Instrumen meningkatkan efisiensi, efektivitas,

dan produktivitas penggunaan dan alokasi

sumber daya antarbidang/program/ kegiatan

dan sektor.

• Instrumen memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

• Instrumen meredam krisis, menstabilkan fluktuasi perekonomian, dan menjaga stabilitas harga.

Instrumen mewujudkan

pemerataan dan keadilan

antarkelompok penghasilan

masyarakat dan antarwilayah.

PENDAHULUAN (1): PERAN STRATEGIS KEBIJAKAN FISKAL

Kebijakan fiskal melalui ketiga fungsi strategis, yaitu alokasi, distribusi, dan stabilisasi memiliki peran sentral dalam pengelolaan ekonomi makro yang kuat, sehat, dan inklusif untuk mendukung pembangunan daerah dan

nasional yang berkelanjutan.

Page 4: KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDORONG …bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/2018/04/paparan... · otonomi daerah yaitu peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan

4

Upaya mendorong percepatan pembangunan daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional untuk mewujudkan tujuan

otonomi daerah yaitu peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat melalui kebijakan fiskal yang dilakukan

melalui instrumen desentralisasi fiskal.

Pembangunan nasional adalah

fungsi dan agregasi dari hasil

pembangunan di daerah.

Daya saing nasional

merupakan agregasi dari daya

saing daerah.

Rantai produksi nasional

bersumber dari rantai fungsi

produksi antardaerah.

Subyek dan obyek

pembangunan nasional berada

di daerah.

Perekonomian nasional ditopang

dengan karakteristik khusus &

keberagaman ekonomi, sosial,

geografis daerah.

Statistik ekonomi nasional

merupakan total pencapaian

pembangunan di daerah.

Wujud dari implementasi Nawacita Ketiga “Membangun Indonesia dari

pinggiran dengan memperkuat daerah

dan desa dalam kerangka NKRI” 1.

Instrumen perekat semua daerah

dalam rangka menjaga dan

mempertahankan keutuhan NKRI

2.

1 2 3

4 5 6

ARTI PENTING DAN STRATEGIS PEMBANGUNAN DAERAH

PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SEBAGAI UJUNG TOMBAK PEMBANGUNAN

NASIONAL

PENDAHULUAN (2): ARTI PENTING DAN STRATEGIS KEBIJAKAN DESENTRALISASI FISKAL

4

Page 5: KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDORONG …bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/2018/04/paparan... · otonomi daerah yaitu peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan

5

TANTANGAN PEMBANGUNAN (1): TANTANGAN DAN RISIKO PEREKONOMIAN GLOBAL Perekonomian global diproyeksikan terus membaik (tumbuh 3,9% di 2019), antara lain sebagai dampak dari

perubahan kebijakan perpajakan A.S. Namun masih terdapat tantangan dan risiko yang harus dihadapi

perekonomian domestik pada 2019.

3,1 3,5

3,9 3,9

2016 2017 2018 2019

PERTUMBUHAN

EKONOMI GLOBAL (%)

2,5

4,0 3,8 3,8

2016 2017 2018 2019

PERTUMBUHAN VOLUME

PERDAGANGAN (%)

ASEAN

Amerika Serikat

India

Tiongkok

Uni Eropa

Kanada

2,2 2,3 1,9

6,7 7,4 7,8

5,1 5,1 5,2

6,8 6,5 6,3

2,3 2,1 1,8

3,0 2,1 1,7

2017 2018 2019

6,4 6,2 6 5,6 5 4,9 5 5,2 5,3 5,5 0

1

2

3

4

5

6

7

8

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018p 2019p

PERTUMBUHAN EKONOMI

DUNIA (%) Indonesia

World

Advanced Economies

Emerging Market and

developing economies

• Kebijakan Ekonomi dan Politik

AS: Perpajakan &

Perdagangan

• Pasar Komoditas: Harga &

Volume

• Kebijakan Moneter:

AS, Uni Eropa, Tiongkok dan

Jepang

• Demografi: Penuaan & Migrasi

• Keamanan Geopolitik

• Kebijakan Proteksionisme

• Rebalancing Perekonomian

Tiongkok

• Perubahan Iklim

TANTANGAN GLOBAL

Pengelolaan kebijakan fiskal nasional (APBN) dan fiskal daerah (APBD) tentu tidak terlepas dari pengaruh perekonomian domestik dan global. Di tahun 2018 dan tahun 2019 mendatang, perekonomian global diproyeksikan tumbuh terus membaik

mencapai 3,9%. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa tantangan dan risiko yang harus dihadapi, yakni reformasi perpajakan di Amerika Serikat yang belum memberikan efek yang signifikan, masih adanya kerentanan pasar keuangan,

meningkatnya hambatan perdagangan, dan beberapa faktor non-ekonomi lainnya (geopolitik, perubahan iklim, dan demografi) .

5,0%

1,9%

Page 6: KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDORONG …bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/2018/04/paparan... · otonomi daerah yaitu peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan

6

“Pembangunan nasional masih menghadapi

berbagai permasalahan dan tantangan ekonomi,

pelayanan publik, dan kesejahteraan”

70,81 (2017)

Rank 62 of 72 (2015)

11,22% (2015) 10,12% (2017)

0,391 (2017)

20,1% (2017)

Kota Pangkal Pinang (97%) vs. Kab. Asmat (6,37%)

(2016)

Ketimpangan layanan publik antardaerah, a.l

akses sanitasi

Penurunan tingkat kemiskinan yang

melambat

IPM yang masih perlu ditingkatkan

Program for International Student Assessment (PISA) Score Indonesia

termasuk rendah

Ketimpangan antar kelompok masyarakat

dan wilayah

Malnutrisi menjadi

masalah serius

TANTANGAN PEMBANGUNAN NASIONAL

TANTANGAN EKONOMI DALAM NEGERI

Tingkat Inovasi Rendah

Kapasitas Produksi Terbatas

Technology, Infrastructure,

skill gap

Pasar Keuangan Dangkal

1. Produktivitas Rendah 2. Daya Saing Rendah 3. Ketimpangan & Kemiskinan

1 2 3 4 5 6

A

B

TANTANGAN PEMBANGUNAN (2): ISU DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Page 7: KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDORONG …bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/2018/04/paparan... · otonomi daerah yaitu peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan

7

update

2001 41,21T (44,18%)

2017 405,03 T (36,87%)

2001 30,06 (32,23%)

2017 221,69 (20,18%)

2001 76,6

2017 71,3

2001 1,9

2017 3,7

Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah

Kinerja Ekonomi

2001 3,6

2017 5,19

2001 7,85

2017 51,89

2001 12,55

2017 3,61

2001 8,10

2017 5,50

Pertumbuhan Ekonomi(%) GDP Per capita (Million IDR) Inflation (%) Unemployment (%)

Kinerja Kesejahteraan

2016 18,41

2017 10,64

2016 0.344

2017 0,391

2015 60,9

2016 70,79

Tingkat Kemiskinan (%) Rasio Gini

Kinerja Layanan Publik

2016 2017 72,04 2001 2017 67,89 2001 2017 2001 2017

Akses Air Minum Layak (%) Akses Sanitasi Layak (%) Harapan Lama Sekolah

Ketergantungan terhadap TKDD Rasio Belanja Pegawai Rasio Belanja Modal

Indeks Pembangunan Manusia

Imunisasi Balita

Indikator Kinerja Layanan Publik

Sanitasi Layak (%)

Air Minum Layak (%)

Harapan Lama Sekolah (Tahun)

Imunisasi Balita (%)

2016 2017 2016 2017 2015 2016 2015 2016

Nasional 67.80 67.89 71.14 72.04 12.55 12.72 57.59 59.99

Prov. Jawa Timur 68.15 68.83 75.83 75.54 12.66 12.98 63.28 65.94

Kab/Kota diatas rata-rata Prov. Jatim

23 daerah

24 daerah

18 daerah

20 daerah

21 daerah

18 daerah

23 daerah

26 Daerah

Kab/Kota dibawah rata-rata Prov. Jatim

15 daerah

14 daerah

20 daerah

18 daerah

17 daerah

20 daerah

15 daerah

12 daerah

Indikator Kinerja Keuangan Daerah

Rasio Belanja Pegawai (%)

Rasio Belanja Modal (%)

Ketergantungan TKDD (%)

2017 2018 2017 2018 2017 2018

Nasional 36,9 35.9 20,2 19.5 70.58 66.75

Se-Prov. Jawa Timur 37,8 37,1 17,4 16,1 65,4 65,2

Kab/Kota diatas rata-rata Prov. Jatim

34 33 30 23 35 34

< Rata-rata Prov. Jatim 5 6 9 16 4 5

Indikator Kinerja Kesejahteraan

Tingkat Kemiskinan (%)

Rasio Gini (%) Indeks Pembangunan

Manusia

2016 2017 2016 2017 2015 2016

Nasional 10.70 10.12 0.394 0.391 69.55 70.18

Prov. Jawa Timur 11.85 11.20 0.402 0.415 68.95 69.74

Kab/Kota diatas rata-rata Prov. Jatim

17 daerah

17 daerah

1 daerah

1 daerah

18 daerah

18 daerah

Kab/Kota dibawah rata-rata Prov. Jatim

21 daerah

21 daerah

37 daerah

37 daerah

20 daerah

20 daerah

Indikator Kinerja Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi (%)

PDRB Perkapita (Rp juta)

Inflasi (%)

2016 2017 2016 2017 2016 2017

Nasional 5,02 5,07 47,96 51,89 3.02 3.61

Prov. Jawa Timur 5,55 5,45 47,47 51,39 2.74 4.04

Kab/Kota diatas rata-rata Prov. Jatim

15 daerah

10 daerah

9 daerah

9 daerah

31 daerah

32 daerah

Kab/Kota dibawah rata-rata Prov. Jatim

25 daerah

28 daerah

29 daerah

29 daerah

7 daerah

6 daerah

Provinsi Jawa Timur mempunyai kinerja ekonomi yang baik (PDRB perkapita Rp51,39 juta) , namun masih perlu perbaikan pada aspek pemerataan kesejahteraan (Gini ratio 0,415) agar pembangunan daerah menjadi lebih inklusif dan berkelanjutan.

*data kinerja keuangan daerah 2018 per 15 April 2018, 528 Daerah

KINERJA PEREKONOMIAN DAERAH

KINERJA PELAYANAN PUBLIK KINERJA KESEJAHTERAAN

TANTANGAN PEMBANGUNAN (3): TANTANGAN PEMBANGUNAN PROV. JAWA TIMUR

Page 8: KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDORONG …bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/2018/04/paparan... · otonomi daerah yaitu peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan

8

8

APBN 2018 OutlookGrowth 5,4 5,4

Inflasi 3,5 3,5

Kurs 13.400 13.500

SPN 3 bln 5,2 5,0

ICP 48 58

Lifting minyak 800 800

Lifting gas 1.200 1.200

Tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini sehat dan stabil, pada tahun 2017 YoY mencapai 5,07% dan pada Q4 tetap tumbuh 5,19%

Pertumbuhan tersebut ditopang oleh sisi pengeluaran (permintaan/konsumsi domestik yang masih menjadi motornya) dan sisi produksi, serta perbaikan ekspor komoditas yang lebih tinggi dibanding dengan impor

Kontribusi PDB baik dari sisi primer, sekunder, dan tersier tumbuh positif

Outlook Pertumbuhan Ekonomi Domestik 2018

APBN 2018 & Outlook

Pelaksanaan APBN 2018 masih sesuai dengan target dalam APBN

Penerimaan Perpajakan tumbuh 20,8% dari 1.339,8 T (2017) menjadi 1.618,1 T (2018)

Belanja Negara: Efisiensi belanja K/L. subsidi & pembayaran bunga utang meningkat akibat

kenaikan ICP & depresiasi nilai tukar Rupiah. penyesuaian thd TKDD

Defisit sedikit melebar, namun terkendali dalam batas aman

Negatif keseimbangan primer berpotensi meningkat tipis

Target inflasi sebesar 3,5 persen (laju inflasi terus menurun dlm 3 thn terakhir)

PNBP dari SDA tumbuh 8,5% dari 95,6 T (2017) menjadi 103,7 T (2018)

Pertumbuhan 2016 (%) 2017 (%) 2018 (%) Outlook

Konsumsi RT & LNPRT 5,04 4,98 5,06

• Konsumsi RT 5,01 4,95 5,01

• Konsumsi LNPRT 6,64 6,91 7,74

Konsumsi Pemerintah -0,14 2,14 3,07

PMTB 4,47 6,15 6,90 Ekspor -1,57 9,09 8,14 Impor -2,45 8,06 7,87 PDB 5,03 5,07 5,40

5,03 5,07

5,40

2016 2017 2018 2019

PERKIRAAN PERTUMBUHAN PDB 2018 (%) Indikator 2016 2017 2018

Realisasi Realisasi APBN Outlook

a. Growth (%, yoy) 5,02 5,07 5,4 5,4

b. Inflasi (%, yoy) 3,02 3,61 3,5 3,5

c. SPN-3 bulan (%) 5,7 4,98 5,2 5,0

d. Nilai Tukar(Rp/US$) 13.307 13.384 13.400 13.500

e. ICP (US$/barel) 40,2 51,2 48 58

f. Lifting Minyak (ribu barel/hari) 829 803,91 800 800

g. Lifting Gas (ribu barel setara minyak/hari)

1.180 1.142,33 1.200 1.200

Pelaksanaan APBN 2018 masih sesuai dengan target dalam APBN Penerimaan Perpajakan tumbuh 20,8% dari Rp1.339,8 T (2017) menjadi Rp1.618,1 T (2018)

Belanja Negara: Efisiensi belanja K/L subsidi & pembayaran bunga utang meningkat akibat kenaikan ICP & depresiasi

nilai tukar Rp

penyesuaian thd TKDD

Defisit sedikit melebar, namun terkendali dalam batas aman

Negatif keseimbangan primer berpotensi meningkat tipis

Target inflasi sebesar 3,5 persen (laju inflasi terus menurun dlm 3 thn terakhir)

PNBP dari SDA tumbuh 8,5% dari Rp95,6 T (2017) menjadi Rp103,7 T (2018)

2016 2017 2018

5,40

5,07 5,03

OUTLOOK PEREKONOMIAN DOMESTIK

STRATEGI DAN KEBIJAKAN FISKAL (1): PERKEMBANGAN EKONOMI DAN PELAKSANAAN APBN 2018

PELAKSANAAN APBN

• Konsumsi diharapkan tumbuh diatas 5,0%. • Investasi meningkat seiring perbaikan daya saing. • Ekspor-impor meningkat dengan membaiknya perekonomian

negara mitra dagang utama.

Page 9: KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDORONG …bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/2018/04/paparan... · otonomi daerah yaitu peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan

TEMA RKP 2019

Pemerataan Pembangunan untuk Pertumbuhan Berkualitas

Menjaga

Kesehatan

Fiskal

Kebijakan Fiskal Mendorong Iklim Investasi. APBN menjadi instrumen fiskal untuk membantu, melayani dan mendukung kemudahan berusaha antara lain melalui perbaikan

infrastruktur, kemudahan perizinan, dan insentif perpajakan.

APBN untuk mendorong investasi dan daya saing

TEMA KEBIJAKAN FISKAL 2019

To help: Simplifikasi Kemudahan Investasi To serve: Peningkatan Layanan Publik

To support: Pemberian Insentif Untuk Daya Saing

Produktif

Daya Tahan

Efisien

Suistanable

PUSAT

9

STRATEGI DAN KEBIJAKAN FISKAL (2): STRATEGI KEBIJAKAN FISKAL TAHUN 2019

Pelaksanaan PEMILU SERENTAK 2019: • Pemilihan Legislatif

(Pileg) Anggota DPR Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota

• Pemilihan Presiden (Pilpres).

2. Tahun 2019 merupakan

tahun terakhir

PELAKSANAAN RPJMN

2015-2019, sebagai:

• Penjabaran dari visi dan misi Presiden.

• Rencana pembangunan jangka menengah ketiga dari RPJPN 2005-2025.

• Pelaksanaan konsistensi arah pembangunan nasional.

1.

Tahun 2019 memiliki arti penting dan sangat strategis, karena

merupakan pelaksanaan tahun terakhir Nawa Cita Kabinet

Kerja dan tahun politik, sehingga berimplikasi pada arah

kebijakan dan penentuan program, kegiatan, dan anggaran

Page 10: KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDORONG …bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/2018/04/paparan... · otonomi daerah yaitu peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan

10

POKOK-POKOK KEBIJAKAN BELANJA NEGARA POKOK-POKOK KEBIJAKAN PENDAPATAN NEGARA

Optimalisasi penerimaan pajak, cukai, dan PNBP dan menjaga iklim yang kondusif bagi kegiatan ekonomi

Insentif perpajakan untuk peningkatan daya saing dan investasi

Transparansi informasi di bidang perpajakan

“Optimalisasi pendapatan dengan tetap

menjaga iklim investasi” “Penguatan value for money: efisiensi dan efektivitas

untuk akselerasi pertumbuhan dan kesejahteraan”

Fokus pada infrastruktur

Meningkatkan efektivitas Bantuan Sosial, Subsidi dan TKDD

Meningkatkan kualitas SDM

Mendorong birokrasi yang efektif dan efisien

Dukungan fiskal untuk sektor unggulan Mengantisipasi ketidakpastian (menjaga stabilitas keamanan dan politik)

POKOK-POKOK KEBIJAKAN PEMBIAYAAN

Menjaga rasio dan komposisi utang dalam batas aman dan terkendali Meningkatkan efisiensi biaya utang dan produktivitas pemanfaatan utang

“Kebijakan ekspansif yang terarah dan terukur”

Menjaga defisit lebih rendah dari tahun 2017

“Optimalisasi pendapatan

dengan tetap

menjaga iklim investasi”

“Penguatan value for money: efisiensi dan efektivitas

untuk akselerasi pertumbuhan

dan kesejahteraan”

“Kebijakan ekspansif yang

terarah dan terukur”

01 02 03 • Fokus pada pembangunan infrastruktur • Meningkatkan efektivitas Bansos,

Subsidi dan TKDD • Meningkatkan Kualitas SDM • Mendorong Birokrasi yang efektif dan

efisien • Dukungan fiskal untuk sektor unggulan • Mengantisipasi ketidakpastian

(menjaga stabilitas keamanan dan politik)

• Optimalisasi perpajakan dan PNBP dan menjaga iklim yang kondusif bagi kegiatan ekonomi

• Insentif perpajakan untuk peningkatan daya saing dan investasi

• Transparansi informasi di bidang perpajakan

• Menjaga defisit lebih rendah dari tahun 2018

• Menjaga rasio dan kompsisi utang dalam batas aman dan terkendali

• Meningkatkan efisiensi biaya utang dan produktivitas pemanfaatan utang

STRATEGI DAN KEBIJAKAN FISKAL (3): POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL TAHUN 2019

POKOK-POKOK KEBIJAKAN PENDAPATAN NEGARA

POKOK-POKOK KEBIJAKAN BELANJA NEGARA

POKOK-POKOK KEBIJAKAN PEMBIAYAAN

Page 11: KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDORONG …bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/2018/04/paparan... · otonomi daerah yaitu peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan

DBH SDA Pusat Provinsi Kab./Kota Penghasil

Kab./Kota Lainnya di Provinsi yg Sama

Semua Kab./Kota

Kehutanan PSDH 20 16 64

Kehutanan IIUPH 20 16 32 32

Kehutanan DR 60 40

Perikanan 20 80

Minerba Iuran Tetap 20 16 64

Minerba Royalti 20 16 32 32

Gas Bumi*) 69.5 6.1 12.2 12.2

Minyak Bumi*) 84.5 3.1 6.2 6.2

Panas Bumi 20 16 32 32

Menyempurnakan

formulasi DAU dengan

mengevaluasi bobot

Alokasi Dasar (gaji PNSD)

dan Celah Fiskal.

Mempertahankan afirmasi

kepada daerah kepulauan

(bobot luas wilayah laut

menjadi 100%).

Pagu DAU tidak bersifat

final (berbasis realisasi

PDN).

Minimal 25% dari DTU

untuk belanja infrastruktur

layanan publik dan

ekonomi.

DBH Pajak

Pusat Provinsi Kab./Kota Bea

Pungut

PBB 10

Dibagi rata ke Kab./kota (6,5%) 16,2 64,8 9

PPh 80 8 12

CHT 98 0,6 0,8 Daerah Penghasil 0,6 Non-Daerah

Penghasil

DAU

Komitmen penyelesaian kurang

bayar dan lebih bayar DBH.

Pengaturan minimal 50% dari

alokasi DBH CHT untuk mendukung

program JKN melalui peningkatan

kuantitas dan kualitas layanan

kesehatan;

Pengaturan penggunaan sisa DBH

DR di kab/kota dan alokasi DBH DR

provinsi dengan prioritas untuk:

1. penanggulangan kebakaran hutan

dan lahan;

2.mengatasi dampak climate

change;

3.mendukung program perhutanan

sosial; serta

4. rehabilitasi hutan dan lahan;

Penggunaan minimal 25% dari DBH

untuk belanja infrastruktur yang

produktif.

• Mempertajam sinkronisasi antara

kegiatan yang didanai DAK Fisik

dengan Belanja KL.

• Pengintegrasian aplikasi

perencanaan DAK Fisik kedalam

aplikasi KRISNA (Kolabrasi

Perencanaan dan Informasi Kinerja

Anggaran);

• Perencanaan dan pengalokasian

DAK Fisik dengan berbasis usulan

daerah (Proposal Based);

• Mempertajam menu kegiatan DAK

Fisik untuk mendukung pencapaian

prioritas nasional;

• Pengintegrasian beberapa bidang

terkait dengan pendekatan

program (programmatic approach),

contoh penanggulangan stunting.

• Penambahan menu kegiatan DAK

baru yaitu GOR dan Perpusda.

Fokus pada upaya perbaikan kualitas

kinerja untuk seluruh bidang DAK Non Fisik,

melalui:

1. Pengalokasian berbasis kinerja

2. Penyaluran berbasis kinerja dan

peningkatan efektivitas pemantauan.

Pengalokasian sesuai kebutuhan riil di

daerah, dalam rangka pencapaian SPM.

Integrasi program based DAK untuk Stunting.

Penyempurnaan pengalokasian melalui

pemutakhiran data sasaran penerima dan

unit cost.

Mendorong pemanfaatan teknologi

informasi untuk peningkatan output dan

efisiensi biaya layanan.

Mengakomodasi jenis DAK Nonfisik baru

(saat ini dalam proses pembahasan):

1. PLTsa;

2. BOP Museum dan Taman Budaya; dan

3. Dana Pelayanan Kepariwisataan.

4. BOP Kesetaraan

DAK FISIK DBH DAK NONFISIK

Pengalokasian dan pengaturan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) yang mendorong penggunaan belanja Daerah secara efektif dan efisien, berlandaskan value for money, serta sinergi antara belanja pusat dan daerah

STRATEGI DAN KEBIJAKAN FISKAL (4): POKOK-POKOK KEBIJAKAN DANA PERIMBANGAN

11

Page 12: KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDORONG …bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/2018/04/paparan... · otonomi daerah yaitu peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan

12

DAK Reguler

DAK Afirmasi

DAK Penugasan

Pendidikan

Perumahan Permukiman

Kelautan Perikanan

Pendidikan Perumahan Permukiman

Irigasi Pendidikan

Kesehatan KB

Pariwisata

Air Minum

IKM

Jalan

Sanitasi

Pertanian

Kesehatan Transportasi Air Minum Sanitasi

Air Minum

Sanitasi

Energi Skala Kecil

Kesehatan

Pasar Lingkungan Hidup

Kehutanan

Jalan

Meningkatkan kualitas kesejahteraan masyarakat melalui pemenuhan pelayanan dasar dan pemerataan ekonomi.

Mempercepat pembangunan infrastruktur dan pelayanan dasar pada lokasi prioritas yang termasuk kategori daerah perbatasan, kepulauan, tertinggal, dan transmigrasi (Area/Spatial Based).

Mendukung pencapaian Prioritas Nasional Tahun 2019 yang menjadi kewenangan daerah dengan lingkup kegiatan spesifik dan lokasi prioritas tertentu Pariwisata

GOR Perpustakaan Daerah

Penambahan Sub Bidang GOR dan Perpusda Dibawah bidang Pendidikan

9 Bidang

6 Bidang

11 Bidang

• Bidang DAK Tahun

2019 sama dengan

tahun sebelumnya,

hanya dilakukan

relokasi untuk beberapa

bidang dengan

pertimbangan

kesesuaian dengan

Arah Kebijakan RKP

2019 mengingat

sekarang merupakan

periode akhir RPJMN

2015-2019.

• Difokuskan pada

penajaman dan

perbaikan proses

perencanaan DAK

melalui sistem yang

terintegrasi.

STRATEGI DAN KEBIJAKAN FISKAL (5): JENIS DAN BIDANG DAK FISIK 2019

Page 13: KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDORONG …bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/2018/04/paparan... · otonomi daerah yaitu peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan

KRITERIA UTAMA: Opini BPK atas LKPD

Waktu penetapan APBD Penerapan E-Procurement

Kriteria Kinerja: (1)

Pengelolaan Keuangan

(2) Pelayanan Umum

(3) Basic services

(4) Kesejahte-raan Sosial

Investasi Tata Kelola Perencanaan Inovasi SAKIP Pendidikan Kesehatan Infrastruktur

Target Kualitas baik dari

pengelolaan keuangan daerah

Kemudahan

investasi & Izin

Otonomi berdasarkan tata kelola yang baik

Perencanaan yang terintegrasi,

komprehensif, dan terukur

Inovasi pelayanan

publik

Efektivitas anggaran

berbasis kinerja

Pengembang-an kualitas

SDM

Perbaikan kualitas nutrisi dan kesehatan

bayi

Kualitas penyediaan

layanan dasar

Pengentasan kemiskinan dan kualitas hidup

• Porsi perpajakan daerah

• Kualitas belanja • Kualitas perencanaan

anggaran • Ruang fiskal • Realisasi SILPA/total

belanja

• Rata-rata lama sekolah u/ umur 15/25 dan diatasnya

• Angka partisipasi SMP

• HLS

• Stunting

• Imunisasi lengkap u/ bayi

• Persalinan ditolong tenakes

• Akses air minum

• Akses sanitasi layak

• Kualitas jalan

• Pengentasan kemiskinan

• Perbaikan IPM

Pelayanan investasi terpadu

• LPPD

• EKPPD

• Penerimaan Satyalancana Karyabhakti Praja Nugraha

Perencanaan terbaik, progresif, dan inovatif

Kinerja inisiasi pelayanan publik

Perencanaan dan kinerja

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

13

STRATEGI DAN KEBIJAKAN FISKAL (6): KEBIJAKAN DANA INSENTIF DAERAH

Page 14: KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDORONG …bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/2018/04/paparan... · otonomi daerah yaitu peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan

Kriteria Utama

Pro

v. J

awa

Tim

ur

Ko

ta S

ura

bay

a

Ko

ta P

rob

olin

ggo

Ko

ta P

asu

ruan

Ko

ta M

ojo

kert

o

Ko

ta M

alan

g

Ko

ta M

adiu

n

Ko

ta K

edir

i

Ko

ta B

litar

Ko

ta B

atu

Kab

. Tu

lun

gagu

ng

Kab

. Tu

ban

Kab

. Tre

ngg

alek

Kab

. Su

men

ep

Kab

. Sit

ub

on

do

Kab

. Sid

oar

jo

Kab

. Sam

pan

g

Kab

. Pro

bo

lingg

o

Kab

. Po

no

rogo

Kab

. Pas

uru

an

Kab

. Pam

ekas

an

Kab

. Pac

itan

Kab

. Nga

wi

Kab

. Nga

nju

k

Kab

. Mo

joke

rto

Kab

. Mal

ang

Kab

. Mag

etan

Kab

. Mad

iun

Kab

. Lu

maj

ang

Kab

. Lam

on

gan

Kab

. Ked

iri

Kab

. Jo

mb

ang

Kab

. Jem

ber

Kab

. Gre

sik

Kab

. Bo

nd

ow

oso

Kab

. Bo

jon

ego

ro

Kab

. Blit

ar

Kab

. Ban

yuw

angi

Kab

. Ban

gkal

an

Opini BPK atas LKTD

2016 (WTP) APBD 2016 Tepat Waktu

E-Procurem

ent

Eligibilitas

Alokasi 2018

(Miliar) 77.5 48.75 0 8 66.75 25.5 0 18.25 26 54.75 0 26.5 17 0 26.75 45 0 16.25 27.25 25.75 25.75 37 17.25 0 9 26.25 33.25 18 35 43.75 34.75 18.5 0 34.25 24.5 17.25 36.25 74.5 0

Potential Loss

(Miliar) 8 16.5 33 26.25 33.5 18.25 17.75 25.25

14

Alokasi DID se-Jawa Timur Th. 2017: Rp681,98 miliar (31 daerah) | Th. 2018: Rp995,25 miliar (31 daerah)

update

Daerah

Opini BPK atas LKTD

2016 (WTP)

APBD 2016 Tepat Waktu

E-Procurement Eligibilitas Alokasi 2018

Potential Loss

Prov. Jawa Timur WTP TEPAT Sudah LAYAK 77.5 Kota Surabaya WTP TEPAT Sudah LAYAK 48.75

Kota Probolinggo WDP TEPAT Sudah TIDAK LAYAK 0 8

Kota Pasuruan WTP TEPAT Sudah LAYAK 8 Kota Mojokerto WTP TEPAT Sudah LAYAK 66.75 Kota Malang WTP TEPAT Sudah LAYAK 25.5

Kota Madiun WDP TEPAT Sudah TIDAK LAYAK 0 16.5

Kota Kediri WTP TEPAT Sudah LAYAK 18.25 Kota Blitar WTP TEPAT Sudah LAYAK 26 Kota Batu WTP TEPAT Sudah LAYAK 54.75

Kab. Tulungagung WDP TEPAT Sudah TIDAK LAYAK 0 33

Kab. Tuban WTP TEPAT Sudah LAYAK 26.5 Kab. Trenggalek WTP TEPAT Sudah LAYAK 17

Kab. Sumenep WDP TIDAK TEPAT Sudah TIDAK LAYAK 0 26.25

Kab. Situbondo WTP TEPAT Sudah LAYAK 26.75 Kab. Sidoarjo WTP TEPAT Sudah LAYAK 45

Kab. Sampang WDP TEPAT Sudah TIDAK LAYAK 0 33.5

Kab. Probolinggo WTP TEPAT Sudah LAYAK 16.25 Kab. Ponorogo WTP TEPAT Sudah LAYAK 27.25 Kab. Pasuruan WTP TEPAT Sudah LAYAK 25.75 Kab. Pamekasan WTP TEPAT Sudah LAYAK 25.75 Kab. Pacitan WTP TEPAT Sudah LAYAK 37 Kab. Ngawi WTP TEPAT Sudah LAYAK 17.25

Kab. Nganjuk WDP TEPAT Sudah TIDAK LAYAK 0 18.25

Kab. Mojokerto WTP TEPAT Sudah LAYAK 9 Kab. Malang WTP TEPAT Sudah LAYAK 26.25 Kab. Magetan WTP TEPAT Sudah LAYAK 33.25 Kab. Madiun WTP TEPAT Sudah LAYAK 18 Kab. Lumajang WTP TEPAT Sudah LAYAK 35 Kab. Lamongan WTP TEPAT Sudah LAYAK 43.75 Kab. Kediri WTP TEPAT Sudah LAYAK 34.75 Kab. Jombang WTP TEPAT Sudah LAYAK 18.5

Kab. Jember WDP TIDAK TEPAT Sudah TIDAK LAYAK 0 17.75

Kab. Gresik WTP TEPAT Sudah LAYAK 34.25 Kab. Bondowoso WTP TEPAT Sudah LAYAK 24.5 Kab. Bojonegoro WTP TEPAT Sudah LAYAK 17.25 Kab. Blitar WTP TEPAT Sudah LAYAK 36.25 Kab. Banyuwangi WTP TEPAT Sudah LAYAK 74.5

Kab. Bangkalan WDP TIDAK TEPAT Sudah TIDAK LAYAK 0 25.25

“Opini BPK dan ketepatan penetapan APBD masih menjadi kriteria yang belum bisa dipenuhi oleh beberapa

daerah di Jawa Timur, sehingga 8 daerah belum memperoleh DID”

STRATEGI DAN KEBIJAKAN FISKAL (7): ALOKASI DANA INSENTIF DAERAH 2018

Page 15: KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDORONG …bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/2018/04/paparan... · otonomi daerah yaitu peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan

15

1. Meningkatkan besaran Dana Desa untuk percepatan penurunan kemiskinan, kesenjangan, dan meningkatkan kualitas hidup

masyarakat desa dengan tetap memperhatikan kemampuan keuangan negara.

2. Menyempurnakan formulasi pengalokasian Dana Desa dengan memperhatikan pemerataan dan berkeadilan, serta fokus pada

upaya:

a. Mendukung upaya pencapaian sasaran nasional pembangunan desa;

b. Mempercepat pengentasan kemiskinan;

c. Mempercepat penyediaan sarana dan prasarana pelayanan dasar publik di desa; dan

d. Memberikan afirmasi pada desa tertinggal dan desa sangat tertinggal yang mempunyai jumlah penduduk miskin tinggi.

3. Memprioritaskan pemanfaatan dana desa untuk bidang pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa, yaitu:

a. Bidang pembangunan desa, untuk menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat desa yang miskin, menganggur, setengah

menganggur, dan kepala keluarga yang memiliki balita atau bayi stunting dan mengentaskan kemiskinan melalui skema padat

karya tunai.

b. Bidang pemberdayaan masyarakat desa melalui pengembangan potensi ekonomi lokal desa melalui kegiatan ekonomi kreatif

desa dan pemberdayaan BUM Desa, serta mengembangkan potensi kerjasama antar desa dan kerjasama desa dengan pihak

ketiga.

4. Kebijakan penyaluran berdasarkan pada kinerja pelaksanaan, yaitu kinerja penyerapan dan capaian output.

5. Meningkakan upaya pemerintah dalam Perencanaan Partisipatif desa dan Swakelola desa.

6. Memperkuat supervisi, pemantauan dan evaluasi, serta pengawasan Dana Desa.

7. Meningkatkan kesiapan kelembagaan pengelola Dana Desa, kapasitas perangkat desa, serta tenaga pendamping.

STRATEGI DAN KEBIJAKAN FISKAL (8): KEBIJAKAN DANA DESA TAHUN 2019

Page 16: KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDORONG …bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/2018/04/paparan... · otonomi daerah yaitu peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan

Pinjaman Daerah

Pembiayaan pembangunan infrastruktur

layanan publik;

Bersumber dari Pemerintah Pusat,

Pemerintah Daerah Lain, Lembaga

Keuangan Bank, Lembaga Keuangan

Bukan Bank

Persetujuan DPRD untuk pinjaman

jangka menengah dan jangka panjang.

Obligasi Daerah

Pinjaman Jangka Panjang yang berasal dari masyarakat untuk membiayai proyek infrastruktur publik yang:

menghasilkan penerimaan bagi APBD; dan/atau

memberikan manfaat bagi masyarakat.

KPBU

Kerjasama untuk pembangunan infrastruktur ekonomi dan sosial,

Dukungan Pemerintah:

o Project Development Facility (PDF); o Vialibiliy Gap Fund (VGF); o Penjaminan Infrastruktur.

PINA ( Pembiayaan Investasi Non Anggaran)

Pembiayaan proyek-proyek infrastruktur strategis nasional yang mempunyai nilai komersial.

Prioritas proyek; o Memiliki manfaat ekonomi dan

sosial; o Memiliki kelayakan komersial dan

memenuhi kriteria kesiapan

16

Pemerintah daerah dapat menggunakan instrumen pembiayaan kreatif untuk akselerasi pembangunan daerah, melalui mekanisme pinjaman dapat dari bank atau nonbank, termasuk Regional Infrastructure Development Fund (RIDF) dari PT. SMI,

penerbitan obligasi daerah, pengembangan KPBU, dan pemanfaatan Pembiayaan Investasi Non-Anggaran (PINA).

STRATEGI DAN KEBIJAKAN FISKAL (9): OPTIMALISASI PEMBIAYAAN KREATIF

Page 17: KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDORONG …bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/2018/04/paparan... · otonomi daerah yaitu peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan

Perhitungan Bunga 8% dengan Tenor 5 Tahun dan opini BPK atas LKPD 3 tahun terakhir minimal WDP

17

No Nama Maksimal Pinjaman

Opini BPK 2014-2016

Eligibl/ Non

Eligible

20 Kab. Ponorogo

269.14 M WTP DPP, WTP,WTP

Eligible

21 Kab. Probolinggo

482.27 M WTP DPP, WTP,WTP

Eligible

22 Kab. Sampang

441.79 M WDP,WDP,WDP Eligible

23 Kab. Sidoarjo 1,382.10 M WTP DPP, WTP,WTP

Eligible

24 Kab. Situbondo

346.12 M WTP DPP, WDP,WTP

Eligible

25 Kab. Sumenep

488.29 M WDP,WDP,WDP Eligible

26 Kab. Trenggalek

286.24 M WDP,WDP,WTP Eligible

27 Kab. Tuban 548.39 M WDP,WTP,WTP Eligible

28 Kab. Tulungagung

381.96 M WTP DPP, WTP,WDP

Eligible

29 Kota Blitar 293.37 M WTP DPP, WTP,WTP

Eligible

29 Kota Kediri 435.10 M WTP DPP, WTP,WTP

Eligible

30 Kota Madiun 285.58 M WTP DPP, WTP,WDP

Eligible

31 Kota Malang 532.02 M WTP DPP, WTP,WTP

Eligible

32 Kota Mojokerto

315.57 M WTP DPP, WTP,WTP

Eligible

33 Kota Pasuruan

257.79 M WDP,WDP,WTP Eligible

34 Kota Probolinggo

273.30 M WDP,WDP,WDP Eligible

35 Kota Batu 340.37 M WDP,WTP,WTP Eligible

36 Kab. Magetan

240.99M WTP DPP, WTP,

WTP Eligible

38 Kota Surabaya

3.398,57M WTP DPP, WTP,

WTP Eligible

No Nama Maksimal Pinjaman

Opini BPK 2014-2016

Eligibl/ Non

Eligible

1 Kab. Bangkalan 248.62 M WDP,WDP,WDP Eligible

2 Kab. Banyuwangi

570.99 M WTP DPP, WTP,WTP

Eligible

3 Kab. Blitar 363.39 M WDP,WDP,WTP Eligible

4 Kab. Bojonegoro

1,167.13 M WTP

DPP,WTP,WTP Eligible

5 Kab. Bondowoso

365.73 M WTP

DPP,WTP,WTP Eligible

6 Kab. Gresik 989.14 M WDP,WTP,WTP Eligible

7 Kab. Jember 826.70 M WDP,WTP,WDP Eligible

8 Kab. Jombang 543.89 M WTP DPP, WTP,WTP

Eligible

9 Kab. Kediri 535.06 M WDP,WDP,WTP Eligible

10 Kab. Lamongan 545.16 M WDP,WDP,WTP Eligible

11 Kab. Lumajang 426.27 M WTP DPP, WTP,WTP

Eligible

12 Kab. Madiun 272.64 M WTP DPP, WTP,WTP

Eligible

13 Kab. Malang 744.89 M WTP DPP, WTP,WTP

Eligible

14 Kab. Mojokerto 539.08 M WTP DPP, WTP,WTP

Eligible

15 Kab. Nganjuk 398.12 M WTP DPP, WTP,WDP

Eligible

16 Kab. Ngawi 335.66 M WTP DPP, WTP,WTP

Eligible

17 Kab. Pacitan 261.64 M WTP,WTP,WTP Eligible

18 Kab. Pamekasan

394.89 M WTP DPP, WTP,WTP

Eligible

19. Kab. Pasuruan 871.56 M WTP DPP, WTP,WTP

Eligible

27

4

16

37

20

17 26 28 3

29

30 31

33

38

36

32

34

35

10

6

23

19 14 8 15 12

13 11

7 2

5 21 24

1 22 18 25

9

Potensi Pinjaman Daerah

1. Seluruh daerah di Jawa Timur eligible untuk melakukan pinjaman

daerah.

2. Khusus Prov. Jawa Timur berpotensi melakukan pinjaman maksimal

Rp16.346,97M (asumsi bunga 8% dan tenor 5 tahun)

Selama 2014 hingga sekarang, hanya Pemkab. Bangkalan yang

telah mengajukan izin pelampauan defisit sebesar Rp87,5 M

yang digunakan untuk pembangunan RSUD, Dana Pinjaman

berasal dari Pusat Investasi Pemerintah.

STRATEGI DAN KEBIJAKAN FISKAL (10): OPTIMALISASI PEMBIAYAAN KREATIF

Page 18: KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDORONG …bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/2018/04/paparan... · otonomi daerah yaitu peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan

18

KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Porsi Belanja Modal se-Jawa Timur

Tertinggi di Kota Surabaya (29,7%)

Terendah di Prov. Jawa Timur (9,3%)

Porsi Belanja Pegawai se-Jawa Timur

Tertinggi di Kab. Trenggalek (51,0%)

Terendah di Prov. Jawa Timur (24,1%)

Kontribusi PAD se-Jawa Timur

Tertinggi di Kota Surabaya (58,6%)

Terendah di Kab. Sampang (8,2%)

Ketergantungan APBD se-Jawa Timur terhadap TKDD

Tertinggi di Kab. Bojonegoro (89,7%)

Terendah di Kota Surabaya (27,6%)

65,2%

28,6%

16,1%

37,1%

E-Budgeting Sebanyak 4 Daerah sudah menerapkan, yaitu Kab. Kediri, Kab. Gresik, Kota Surabaya dan Kab. Banyuwangi

E-Procurement

Seluruh daerah di Jawa Timur telah menerapkan.

E-Planning Sebanyak 26 Daerah sudah menerapkan.

PENERAPAN

E-GOVERMENT

MANDATORY SPENDING

1 daerah belum memenuhi (2,56 % dr total pemda)

Kota Mojokerto

Semua daerah telah memenuhi

16 daerah belum memenuhi (41,03% dari total pemda)

1 daerah belum memenuhi (2,56 % dr total pemda)

Kota Batu

PENDIDIKAN

20%

KESEHATAN

10%

INFRASTRUKTUR

25%

ALOKASI

DANA DESA

10%

Kota Mojokerto

Kota Kediri

Kota Blitar

Kota Batu

Kab. Tulungagung

Kab. Situbondo

Kab. Probolinggo

Kab. Pamekasan

Kab. Ngawi

Kab. Nganjuk

Kab. Magetan

Kab. Madiun

Kab. Lumajang

Kab. Jombang

Kab. Bangkalan

Kab. Sumenep

update

Pemda

Proporsi PAD

terhadap Pendapatan

Proporsi TKDD

terhadap Pendapatn

Proporsi B. Pegawai terhadap Belanja

Proporsi B. Modal

terhadap Belanja

Prov. Jawa Timur 54.01 45.99 24.11 9.25

Kota Surabaya 58.58 27.63 29.14 29.69

Kota Probolinggo 18.33 72.04 41.67 19.09

Kota Pasuruan 15.86 74.61 41.57 25.99

Kota Mojokerto 22.49 69.25 36.82 20.60

Kota Malang 24.76 61.63 48.88 15.22

Kota Madiun 21.66 73.03 45.73 22.49

Kota Kediri 19.98 78.31 47.54 10.38

Kota Blitar 16.06 74.58 35.76 22.90

Kota Batu 15.34 76.30 41.73 12.59

Kab. Tulungagung 14.51 77.53 45.85 14.60

Kab. Tuban 16.59 76.40 41.76 19.73

Kab. Trenggalek 11.31 80.36 51.03 15.42

Kab. Sumenep 10.15 85.83 46.13 13.88

Kab. Situbondo 11.90 88.10 49.29 16.40

Kab. Sidoarjo 35.37 52.69 36.93 19.34

Kab. Sampang 8.22 82.75 36.92 18.61

Kab. Probolinggo 10.24 80.26 41.49 11.39

Kab. Ponorogo 10.46 80.09 44.75 18.89

Kab. Pasuruan 18.08 69.38 36.70 12.52

Kab. Pamekasan 9.49 83.51 42.54 20.01

Kab. Pacitan 9.82 83.14 45.29 16.59

Kab. Ngawi 8.73 84.60 44.82 15.99

Kab. Nganjuk 15.51 83.08 48.16 12.12

Kab. Mojokerto 20.49 71.44 43.17 19.15

Kab. Malang 13.16 74.27 43.59 19.85

Kab. Magetan 9.55 84.54 48.34 12.05

Kab. Madiun 10.37 80.35 42.75 16.40

Kab. Lumajang 12.89 77.51 34.43 15.84

Kab. Lamongan 16.85 73.86 36.42 18.25

Kab. Kediri 16.83 76.95 43.82 19.17

Kab. Jombang 16.38 74.04 46.18 10.48

Kab. Jember 17.31 77.15 43.70 19.12

Kab. Gresik 34.80 65.20 44.58 23.44

Kab. Bondowoso 10.02 83.39 44.08 11.62

Kab. Bojonegoro 10.28 89.72 38.95 21.86

Kab. Blitar 9.79 78.58 44.91 20.01

Kab. Banyuwangi 17.69 72.63 42.63 18.58

Kab. Bangkalan 10.03 80.49 50.36 15.41

Rata-Rata Se-Jatim 28.55 65.24 37.10 16.10

Kota Batu 44,47 20,46 5,71

Kota Blitar 59,05 75,71 10,89

Kab. Pamekasan 32,61 27,63 12,93

Kab. Jombang 70,18 72,90 13,09

Kab. Tulungagung 28,88 21,40 13,17

Kota Mojokerto 17,89 38,38 14,36

Kab. Madiun 32,16 24,25 14,80

Kab. Magetan 34,12 28,73 15,72

Kab. Situbondo 68,35 64,81 18,36

Kab. Bangkalan 58,64 63,84 18,64

Kab. Ngawi 24,98 - 19,31

Kab. Sumenep 56,78 58,45 20,05

Kab. Lumajang 23,55 43,80 20,20

Kab. Nganjuk 74,65 73,85 20,97

Kab. Probolinggo 58,32 54,25 22,20

Kota Kediri 20,35 31,26 22,53

PENDIDIKAN 20%

KESEHATAN 10%

INFRASTRUKTUR 25%

DTU

ALOKASI DANA DESA

10% DTU

1 daerah belum memenuhi (Kota Mojokerto)

16 daerah belum memenuhi (Kab. Gresik Sudah

Memenuhi)

1 daerah belum memenuhi (Kota Batu)

1 daerah belum memenuhi (Kob. Ngawi)

PEMENUHAN MANDATORY SPENDING TERKAIT LAYANAN PUBLIK

BELUM MAKSIMAL

PENERAPAN E-GOVERNMENT SE-PROV. JATIM E-Planning diterapkan 26 daerah (Kab. Gresik belum)

E-Budgeting diterapkan 4 daerah (Kab. Gresik belum)

Semua daerah sudah menerapkan E-Procurement

Aplikasi Penatausahaan berbasis Desktop diterapkan 20 daerah, berbasis Web

diterapkan 19 daerah. (Kab. Gresik telah menerapkan)

Page 19: KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDORONG …bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/2018/04/paparan... · otonomi daerah yaitu peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan

Kab. Halmahera Selatan

19

STRATEGI BELANJA DAERAH PRO RAKYAT

Pemenuhan Belanja Wajib : • Pendidikan 20% • Kesehatan 10% • Infrastruktur 25% DAU & DBH

• Alokasi Dana Desa 10% DAU &

DBH

Optimalisasi dana idle melalui PERKADA SBM, SBK, dan Satuan Harga

Refocusing perencanaan belanja APBD pada program prioritas dan

ketepatan waktu penetapan APBD yang didukung percepatan pelaksanaan

serta penyerapan agar berdampak ekonomi dan sosial

Perencanaan dan pengawasan keuangan daerah melalui E-Government: E-

Planning, E-Budgeting, dan E-Procurement, serta peran masyarakat.

FOKUS BELANJA:

• Perluasan kesempatan kerja

• Peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat

• Pengentasan kemiskinan

• Pengurangan ketimpangan antar kelompok masyarakat

• Perbaikan dan peningkatan kualitas layanan publik

Stream Lining Belanja Pegawai & Operasional dan memperbesar porsi belanja

produktif, belanja modal untuk infrastruktur publik dibandingkan dengan belanja

pegawai

Penetapan Perda APBD secara tepat waktu

TRANSPARANSI

PARTISIPASI

TERTIB & DISIPLIN

AKUNTABILITAS

VALUE FOR MONEY utilitas yang diperoleh dari setiap rupiah uang yang

dibelanjakan, baik dengan meminimalkan dana APBD dan menarik sebanyak mungkin investasi swasta maupun

mengoptimalkan dana APBD secara efektif dan efisien untuk peningkatan layanan publik, pengentasan kemiskinan, dan

perbaikan kesejahteraan

PRINSIP-PRINSIP APBD BERASASKAN GOOD GOVERNANCE

Pengelolaan keuangan daerah perlu berpedoman pada prinsip-prinsip good governance dan value for money yang merupakan necessary condition terwujudnya pemerintahan yang bersih (clean government) dan pro rakyat

remake +

STRATEGI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH VALUE FOR MONEY: utilitas yang diperoleh dari setiap rupiah uang yang dibelanjakan, baik dengan meminimalkan dana APBD dan

menarik sebanyak mungkin investasi swasta maupun mengoptimalkan dana APBD secara efektif dan efisien untuk peningkatan layanan publik, pengentasan kemiskinan, dan perbaikan kesejahteraan

Page 20: KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDORONG …bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/2018/04/paparan... · otonomi daerah yaitu peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan

PENUTUP: TINDAK LANJUT

20

Memperbaiki proses perencanaan anggaran dengan melakukan sinkronisasi dan harmonisasi antar kegiatan, program dan sumber pendanaan secara ketersinambungan.

Melakukan Refocusing anggaran dengan:

Mengurangi anggaran untuk belanja yang tidak produktif dan fokus terhadap belanja yang berhubungan langsung dengan pelayanan publik.

Fokus hanya pada 1 atau 2 program prioritas untuk menuntaskan suatu program tertentu pada suatu tahun anggaran, dan beralih pada prioritas lain pada tahun-tahun berikutnya.

Implementasi e-Government di pemerintah daerah, meliputi E-Planning, E-Budgeting, dan E-Procurement.

Mempercepat pelaksanaan kegiatan belanja APBD dan penyerapan.

Melakukan standarisasi program dan kegiatan.

Menyusun APBD mengacu pada standar akuntansi pemerintahan.

Memasukkan ketentuan untuk penyusunan perkada tentang standar biaya masukan, standar biaya keluaran dan standar satuan harga dalam perda APBD.

Page 21: KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDORONG …bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/2018/04/paparan... · otonomi daerah yaitu peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan

21

21

KemenkeuRI

@KemenkeuRI

www.kemenkeu.go.id

@KemenkeuRI KemenkeuRI

TERIMA KASIH