Kebijakan dan Penganggaran Direktorat Jenderal Cipta Karya...

20
1 Kementerian PU dan Pera Direktorat Jenderal Cipta Karya MENJAGA KELESTARIAN AIR DAN LINGKUNGAN PADA KAWASAN KUMUH DENGAN PENERAPAN ALTERNATIF TEKNOLOGI SEDERHANA Pechakucha #14 Oleh: Auliya Ul Fikry Staf Subdit Kebijakan dan Strategi Dit. Bina Program

Transcript of Kebijakan dan Penganggaran Direktorat Jenderal Cipta Karya...

1

Kementerian PU dan Pera Direktorat Jenderal Cipta Karya

MENJAGA KELESTARIAN AIR DAN LINGKUNGAN PADA KAWASAN

KUMUH DENGAN PENERAPAN ALTERNATIF TEKNOLOGI SEDERHANA

Pechakucha #14 Oleh: Auliya Ul Fikry Staf Subdit Kebijakan dan Strategi Dit. Bina Program

KERANGKA PENYAJIAN

I. Pendahuluan II. Arahan Kebijakan III.Target Peningkatan Akses Sanitasi Layak IV. Tantangan V. Air Limbah VI. Persampahan VII.Drainase VIII.Reminder Pasca Pembangunan IX. Penutup

I. PENDAHULUAN

• Water for slums erat kaitannya dengan bagaimana melindungi kelestarian air pada kawasan

kumuh (terutama kawasan kumuh yang tidak terjangkau jaringan air minum perpipaan).

• Kawasan kumuh identik dengan masalah sanitasi yang buruk.

• Hal ini terbukti dari banyaknya studi-studi yang terkait permasalahan sanitasi pada kawasan kumuh

yang telah dilakukan.

II. ARAHAN KEBIJAKAN

Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

• Pasal 21 ayat (2) butir d mengamanatkan akan pentingnya pengaturan prasarana

dan sarana sanitasi (air limbah dan persampahan) dalam upaya perlindungan dan

pelestarian sumber air.

PP No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan SPAM

• Peraturan ini mengatur penyelenggaraan prasarana dan sarana air limbah

permukiman secara terpadu dengan penyelenggaraan sistem penyediaan air minum.

Hal ini memiliki makna bahwa pembangunan bidang sanitasi harus terintegrasi

dengan pembangunan bidang air minum untuk mewujudkan kelestarian penyediaan

air minum yang berkualitas.

III. TARGET PENINGKATAN AKSES SANITASI LAYAK

SUB SEKTOR TARGET 2015 TARGET

2019

Air Limbah 62,41% 100%

Persampahan 70,00% 100%

Drainase 67,32% 100%

Indikator Outcome 2015-

2019 2014

2015 2016 2017 2018 2019

Total

Pendanaan

(T)

Kapasitas

APBN (T) Kebutuhan

Pendanaan

(T)

Target

Capaian

(%)

Kebutuhan

Pendanaan

(T)

Target

Capaian

(%)

Kebutuhan

Pendanaan

(T)

Target

Capaian

(%)

Kebutuhan

Pendanaan

(T)

Target

Capaian

(%)

Kebutuhan

Pendanaan

(T)

Target

Capaian

(%)

Capaian pelayanan akses

air minum 70,00% 49,464 76,0% 52,212 82,0% 54,960 88,0% 57,708 94,0% 60,456 100,0% 274,8 89,1

Proporsi rumah tangga

yang menempati hunian

dan permukiman tidak

layak

10,00% 31,338 8,0% 33,079 6,0% 34,820 4,0% 36,561 2,0% 38,302 0% 174,1 22,2

Capaian pelayanan akses

sanitasi 62,40% 51,354 69,9% 54,207 77,4% 57,060 85,0% 59,913 92,5% 62,766 100,0% 285,3 94

Penataan Bangunan dan

Lingkungan 17,928 18,924 19,920 20,916 21,912 99,6 12,4

150,084 158,422 166,760 175,098 183,436 833,8 217,7

IV. TANTANGAN

• Terkait dengan target CK tahun 2015 – 2019 yaitu pencapaian 100– 0 – 100 dengan keterbatasan

dana yang ada, perlu adanya program terobosan dengan keterbatasan-keterbatasan yang ada.

• Penerapan strategi alternatif yang sederhana untuk penanganan kumuh diluar program

yang telah ada, perlu diterapkan untuk tujuan tersebut.

• Khusus untuk menjaga kelestarian sumber air dan lingkungan di slums area, diperlukan alternatif

strategi pembangunan sanitasi (sampah, air limbah, drainase) yang mungkin dapat

diterapkan diluar program yang telah ada selama ini untuk diterapkan di kawasan kumuh.

V. Air limbah

Salah satu upaya yang dilakukan DJCK saat ini pada entitas kawasan/lingkungan yang bisa

diterapkan pada penanganan kawasan kumuh

Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS)

• SANIMAS adalah program penyelenggaraan sanitasi berbasis masyarakat, untuk

meningkatkan kondisi sanitasi lingkungan pada masyarakat miskin perkotaan berdasarkan

kebutuhan dan kesesuaian masyarakat itu sendiri.

dibutuhkan lahan untuk membangun infratruktur.

Membutuhkan proses yang cukup panjang dalam seleksi kampung sd konstruksi.

KSM Pengelola dan biaya operasional.

Upaya yang bisa diterapkan ketika upaya yang biasa dilakukan DJCK mengalami kendala

dalam implementasinya

1000 septictank (telah dipresentasikan pada pechakucha sebelumnya)

• Konstruksi tangki septik lebih mudah, murah, dan cepat.

• Dapat diterapkan didaerah-daerah yang warganya sudah memiliki toilet maupun yang

belum memiliki toilet (dengan penambahan pembuatan toilet)

• Tidak bergantung pada kesediaan lahan maupun kelompok masyarakat

• Dibutuhkan solusi cepat dalam penanganan greywater yang dapat diakomodir dengan

tangki septik modifikasi

• Dapat Mendukung program penyedotan Lumpur Tinja Terjadwal

V. Air limbah

VI. Persampahan

Upaya yang dilakukan DJCK saat ini pada entitas kawasan/lingkungan yang bisa diterapkan pada

penanganan kawasan kumuh

TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) 3R

TPST 3R merupakan Kegiatan pengelolaan sampah yang meliputi pemilahan sampah, pembuatan

kompos, pengepakan bahan daur ulang, dll

Kendala pelaksanaan TPST 3R yang sering terjadi:

• Banyak TPST 3R yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

• Masyarakat banyak yang tidak memilah sampah dari rumah sehingga menyulitkan pengelolaan di

TPST 3R dan membutuhkan banyak tenaga kerja untuk memilah-milah sampah.

• Membutuhkan pembebasan lahan (200 – 500 M2 untuk kapasitas 200 rumah), biaya investasi

yang tidak sedikit (100 – 250 jt berdasarkan Best Practice).

VI. Persampahan

Upaya yang bisa diterapkan ketika upaya yang biasa dilakukan DJCK mengalami kendala dalam

implementasinya

TAKAKURA (pengomposan skala rumah tangga)

• Masyarakat dapat mengolah sampahnya sendiri di rumah masing-masing (mendukung program

pengurangan sampah dari sumbernya).

• Biaya murah, hanya @takakura = 150 rb per KK, artinya hanya dibutuhkan total dana sebesar 30 jt

untuk 200KK sedangkan 3R membutuhkan 100 – 250 jt per 200KK.

VI. Persampahan (Persiapan Implementasi Program)

• Dibutuhkan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang pemilahan sampah

dan pengoperasian TAKAKURA terutama ibu-ibu yang sehari-hari berkutat dengan

aktifitas bersih-bersih rumah dan buang sampah.

• Perlu dibentuk Kelompok Swadaya Masyarakat sebagai pengelola sampah untuk

menyalurkan sampah-sampah non organik yang masih bernilai ekonomi dan kompos

(modifikasi dari KSM TPS 3R dan KSM pengelola Bank Sampah)

VI. Persampahan (Kelompok Swadaya Masyarakat Barter Sampah)

• KSM Barter sampah merupakan modifikasi dari KSM pengelola TPS 3R dan Bank

Sampah.

• Berfungsi untuk menampung kompos yang diproduksi warga dan sampah non organik

yang bernilai ekonomi untuk di jual dan di daur ulang kembali.

• Dasar pemikiran adalah banyaknya masyarakat yang tidak tertarik menabung sampah

(butuh waktu untuk mendapatkan hasil).

• Dasar pemikiran adalah mangadopsi strategi marketing yang dilakukan tukang

loak/tukang abu gosok keliling dimana kertas koran, botol dll bisa ditukarkan dengan

barang-barang seperti abu gosok atau piring cantik.

VI. Persampahan (Kelompok Swadaya Masyarakat Barter Sampah)

• Agar menarik masyarakat dan melibatkan partisipasi ibu – ibu ataupun anak-anak,

kompos hasil olahan rumahan pada masyarakat (apabila tidak dipergunakan untuk

kebun sendiri) dan sampah non organik yang bernilai ekonomi dapat ditukarkan

dengan barang-barang yang menarik ibu-ibu / anak-anak.

Barter

Menarik minat Ibu – ibu dan anak-anak

VI. Persampahan (Kelompok Swadaya Masyarakat Barter Sampah)

• Diperlukan pemasaran terhadap kompos yang terkumpul dan sampah non organik

untuk dapat disalurkan kepada pengepul.

• Tetap diperlukan TPS dikawasan tersebut untuk menampung residu sampah.

Catatan : sampah yang dibarter tentunya disesuaikan dengan nilai

ekonominya sehingga pengelola tidak merugi dan memperoleh keuntungan

dari hasil barter dan penjualan kembali kompos dan sampah non organik

yang terkumpul

VII. Drainase (Sumur Resapan SNI No. 03-2453-2002)

• Setelah air limbah dan sampah tertangani dikawasan kumuh, pembuatan sumur resapan bisa diterapkan

terutama untuk menjaga kelestarian air tanah dan mengurangi limpasan air hujan.

• Drainase lingkungan tetap diperlukan untuk menyalurkan air limpasan.

• Sumur resapan merupakan sebuah sarana berupa sumur atau lubang pada permukaan tanah yang dibuat

untuk menampung air hujan dan meresapkannya ke dalam tanah dengan baik.

• Beberapa manfaat pembangunan sumur resapan:

Melindungi serta memperbaiki kualitas air tanah.

Mengurangi jumlah limpasan air.

Memberi cadangan air tanah yang cukup.

“Jokowi: Pemprov DKI menargetkan pembuatan sekitar 2 ribu sumur

resapan dapat dilakukan tahun ini” (www.beritasatu.com 12 Februari 2013)

“Jokowi: Pembuatan ribuan sumur resapan berfungsi

meningkatkan kualitas air tanah untuk persediaan pada

tahun mendatang” (www.kompas.com 9 Oktober 2013)

“Jokowi: Jakarta Masih Kekurangan Ratusan Ribu Sumur Resapan”

(www.wartakota.tribunnews.com 2 November 2014)

VII. Drainase (Sumur Resapan SNI No. 03-2453-2002)

“Jokowi: Kita sedang membuat sumur resapan sebanyak 1958 di lima

wilayah Jakarta tahun 2013 ini”

(www.republika.co.id 9 Oktober 2013)

VII. Reminder Pasca Pembangunan (agar masyarakat tetap menjaga lingkungan dan infrastruktur terbangun di kawasan kumuh yang telah tertangani)

• Diperlukan kampanye dan edukasi kepada masyarakat pada kawasan sasaran (kawasan kumuh yang telah ditangani oleh DJCK) dengan menggunakan media yang tepat.

• Tidak perlu menggunakan media komunikasi yang berbayar (above the line) karena:

Memerlukan Biaya yang mahal sebagai gambaran, sekali tayang 30 detik iklan TV bs mencapai 60jt.

Target sasaran terlalu luas sehingga tidak fokus dan tepat dengan sasaran yang diinginkan.

Dana publikasi DJCK yang terbatas dengan kebutuhan publikasi yang banyak setiap tahun.

• Cukup menggunakan media komunikasi yang sangat murah

dengan perlibatan langsung masyarakat “Media Komunikasi Mandiri”

Contoh Kawasan

kumuh Target

sasaran kampanye

• Media Komunikasi Mandiri adalah media yang dibuat sendiri oleh masyarakat

berdasarkan kreasi masyarakat sendiri.

• Bisa menggunakan media apa saja dan ditempatkan di area – area strategis di kawasan

sasaran.

• Tema bisa diarahkan dengan menggunakan gambar dan kalimat yang berisi ajakan untuk

menjaga kelestarian lingkungan dan keberlanjutan infrastruktur yang dibangun.

• Tidak memerlukan biaya yang besar (murah) DJCK hanya memfasilitasi masyarakat

berlomba melukis dan menyiapkan hadiah dengan melibatkan masyarakat mengenai

mapping daerah/tempat yang bisa digunakan sebagai media kampanye.

VII. Reminder Pasca Pembangunan Media Komunikasi Mandiri (MKM)

IX. PENUTUP • Apa yang disampaikan mungkin bukan merupakan teknologi yang baru,

sebaliknya merupakan teknologi sederhana yang sudah ada yang mungkin bisa

diterapkan sebagai alternatif dalam pembangunan bidang Cipta Karya

khususnya sektor sanitasi.

• Tantangan target pemenuhan 100 – 0 – 100 bidang Cipta Karya dengan sumber

dana yang terbatas, memerlukan alternatif strategi disamping program-program

yang telah dilakukan selama ini oleh Ditjen Cipta Karya yang mungkin dapat

diterapkan untuk menjawab tantangan target 100 – 0 – 100 pada tahun 2019.

TERIMA KASIH