KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN...

49
KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN POLRI DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN NARKOBA DI YOGYAKARTA SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SYARAT-SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU DALAM ILMU HUKUM OLEH: NABILA EMY MAYASARI NIM. 11340064 PEMBIMBING: 1. Dr. KH. MAKHRUS MUNAJAT, S.H., M.Hum 2. FAISAL LUQMAN HAKIM, S.H., M.Hum ILMU HUKUM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2015

Transcript of KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN...

Page 1: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN POLRI DALAM

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN NARKOBA DI YOGYAKARTA

SKRIPSI

DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

UNTUK MEMENUHI SYARAT-SYARAT

MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU

DALAM ILMU HUKUM

OLEH:

NABILA EMY MAYASARI

NIM. 11340064

PEMBIMBING:

1. Dr. KH. MAKHRUS MUNAJAT, S.H., M.Hum

2. FAISAL LUQMAN HAKIM, S.H., M.Hum

ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2015

Page 2: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

ii

ABSTRAK

NAPZA (Narkoba, Psikotropika, dan Zat Adiktif) atau biasa disebut

Narkoba, salah satu kata yang selalu didengar dari berbagai media massa dan

mampu membuat gelisah para orang tua. Apalagi yang terkena narkoba tersebut

pada siswa yang akan mempengaruhi belajarnya, bahkan merusak moral dan

mentalnya. Pengaruh narkoba sanggat luar biasa buruknya, selain merusak moral

dan mental, juga merusak kesehatan dan menghancurkan ekonomi keluarga.

Dalam sebuah contoh berita kasus penyalahgunaan narkoba di Daerah Istimewa

Yogyakarta sepanjang 2013 melonjak 30 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Kasus tertinggi merupakan penyalahgunaan narkotika yang mencapai 189 kasus.

Dengan masalah seperti tersebut dibutuhkan kebijakan pencegahan yang berguna

untuk menghilangkan tingkat terjadinya narkoba. Seperti BNN dan polri yang

berperan penting dalam pencegahan yang terjadi dimasyarakat, dan bagaimana

hasil yang didapat dalam upaya dari kebijakan pencegahan itu sendiri telah

dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku.

Dalam penelitian ini menggunakan penelitian lapangan dengan

mewawancarai BNNP dan petugas polisi agar dapat mengetahui upaya yang

dilakukan oleh BNNP dan polisi dalam pencegahan dan penanggulangan narkoba,

dengan sifat deskriptif analitik bertujuan memecahakan fakta yang ada di

masyarakat. Hal ini berpaku oleh sumber-sumber data undang-undang 35 tahun

2009, undang-undang 5 tahun 1997, peraturan yang berlaku dan buku-buku yang

mengenai penelitian ini. Dan yang terakhir dengan pengumpulan data

menggunakan observasi dan menganalisi data secara kualitatif yang menjelaskan

data-data yang didapat.

Hal ini bisa dilihat pada upaya yang telah dilakukan oleh BNNP

Yogyakarta dalam pencegahan narkoba yaitu pendidikan, penerangan, dan

penyuluhan, sedangkan dalam upaya penanggulangannya yaitu razia, dan

rehabilitasi. Upaya pencegahan narkoba oleh BNNP Yogyakarta sudah sesuai

dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Sedangkan

peraturan-peraturan yang lain merupakan pelengkap dari Undang-Undang

Narkotika dan tidak ada tumpang antar Undang-Undang. Upaya yang dilakukan

Polri adalah upaya pencegahan dan penanggulangan narkoba oleh Polri khususnya

Polda DIY sudah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, dan

Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Polri

Kata Kunci: Narkoba, Pencegahan, BNN, Polri

Page 3: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis
Page 4: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis
Page 5: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis
Page 6: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis
Page 7: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Kepada Allah S.W.T yang telah memberikan kesehatan dan kehidupan

untuk menjalanin skripsi ini

2. Bapak Udiyo Basuki S.H., M.Hum. selaku Pembimbing Akademik, yang

selalu senyuman kepada para mahasiswa.

3. Bapak Dr.Drs.KH. Makhrus Munajat, S.H, M.Hum selaku Pembimbing I

yang selalu memberi arahan dalam penyusunan Skripsi ini

4. Bapak Faisal Luqman Hakim, S.H., M.Hum. selaku Pembimbing II, yang

selalu memberi arahan dalam penyusunan Skripsi ini

5. Kepada Ibu Lindra Darnela., S.Ag., M.Hum sebagai penguji I dan Bapak

Misbahul Mujib., S.Hi., M.Hum sebagai Penguji II yang sudah merelakan

waktunya buat saya.

6. Bapak/Ibu dosen dan karyawan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta.

7. Ayahku Ir.Jito Sarjono dan Ibuku Endang Murtiningsih,S.T yang telah

memeras keringat untuk menghidupiku hingga mampu mengantarkanku di

bangku kuliah.

8. Kepada keluarga besarku disolo yang selalu memberikan motivasi dan

semangat kepadaku

9. Buat Kakakku Pratiwi Eka Ramadhani, S.Psi, Hanung Agustian

Nugroho., S.P. dan Sri Sasantya., S.P

10. Sahabat-sahabat terbaikku selama, Titik, Bang Fendi, Ahmad Mujahid,

Lilik, Bu Ratmi, Bu Atik, Rahmad Suhajar, Fiantoro, Fahrudin yang selalu

ada buat saya dalam kesusahan dan kesenangan

11. Teman-teman Ilmu Hukum angkatan 2011 Fakultas Syari’ah dan Hukum

UIN Sunan Kalijaga. Dan yang spesial mayasari dan sukma palugan yang

selalu memberikan motivasi buat saya.

12. Untuk Kucing Kesayangan Gembul yang selalu buat tersenyum dengan

tingkah lakunya

Page 8: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

viii

MOTTO

Tidak Ada Yang Tidak Mungkin Bila Kita Mencoba Dan Terus

Mencoba

Page 9: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

ix

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الرحمه الرحيم

الحمد هلل رب العالميه وبه وستعيه على امىرالدويا والديه.اشهد ان ال

صل وسلم على محمد و اله اال اهلل و اشهد ان محمدا رسىل اهلل. اللهم

على اله وصحبه اجمعيه. اما بعد

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah penyusun panjatkan puji syukur ke hadirat Allah

SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga

penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kebijakan BNN

dan Polri dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di

Yogyakarta” dengan berbagai kendala yang Alhamdulillah bisa

penyusun lewati.

Penyusunan skripsi tentang hukum khususnya dalam hal hukum

pendaftaran tanah merupakan penerapan teori-teori dan segala bentuk

regulasi peraturan yang berkaitan dengan pendafataran tanah yang telah

mahasiswa dapatkan selama di bangku kuliah untuk dikorelasikan

dengan fakta lapangan berupa kesadaran hukum masyarakat terhadap

pendaftaran tanah dan instansi pemerintah yang berwenang menjalankan

peraturan tentang pendafataran tanah tersebut. Dalam kesempatan ini

penyusun mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya,

sehingga penyusun dapat menyelesaikan penelitian ini dengan

lancar dan selalu diberi kemudahan oleh-Nya.

2. Bapak Prof. Drs. Akh. Minhaji, M.A., Ph.D. selaku Rektor

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Page 10: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis
Page 11: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN ABSTRAKSI.......................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .............................. iii

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii

HALAMAN MOTTO ................................................................................. viii

HALAMAN KATA PENGANTAR ........................................................... ix

HALAMAN DAFTAR ISI .......................................................................... x

BAB I : PENDAHULUAN.......................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 8

D. Telaah Pustaka ................................................................................ 10

E. Kerangka Teoretik .......................................................................... 11

1. Teori Kebijakan Hukum .............................................................. 11

2. Teori Pencegahan Kejahatan ....................................................... 16

3. Teori Kontrol Sosial… ................................................................ 20

4. Pencegahan Menurut BNN dan Polri .......................................... 22

F. Metode Penelitian ............................................................................ 27

1. Jenis Penelitian dan metode Pendekatan ..................................... 27

2. Sifat Penelitian ............................................................................ 27

3. Pendekatan Masalah… ................................................................ 27

4. Sumber data dan Bahan Hukum .................................................. 27

5. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 29

Page 12: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

xii

6. Teknik Analisis Data ................................................................... 30

G. Sistematika Pembahasan ................................................................ 30

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOBA , KEBIJAKAN

PENANGGULANGAN NARKOBA ......................................... 31

A. Tinjauan Umum Narkoba

1. Pengertian Narkoba .................................................................... 31

2. Macam-Macam Narkoba ............................................................ 46

a) Narkotika ............................................................................... 46

b) Psikotropika ........................................................................... 52

3. Sebab-Sebab Terjadinya Penyalahgunaan Narkoba ................... 49

4. Akibat Memakai Narkoba .......................................................... 55

5. Aturan Hukum Tentang Narkoba ............................................... 70

B. Tinjauan Umum Mengenai Kebijakan

Penanggulangan Narkoba .............................................................. 77

BAB III : GAMBARAN UMUM BNNP DAN POLRI ............................ 94

A. Gambaran Umum BNNP ............................................................... 94

1. Pengertian BNN .......................................................................... 94

2. Visi dan Misi BNNP ................................................................... 96

3. Tugas BNNP ............................................................................... 96

4. Kebijakan BNNP ......................................................................... 100

B. Gambaran Umum Polri… .............................................................. 104

a. Pengertian Polri… ....................................................................... 104

b. Visi dan Misi Polri ...................................................................... 111

c. Tugas Polri .................................................................................. 113

d. Kebijakan Polri …....................................................................... 117

C. Data Pengungkapan Kasus ............................................................ 121

Page 13: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

xiii

BAB IV : ANALISIS TERHADAP KEBIJAKAN NARKOBA OLEH BNN

DAN POLRI ................................................................................ 128

BAB V : PENUTUP .................................................................................... 147

A. Kesimpulan ...................................................................................... 147

B. Saran ......... ...................................................................................... 148

DAFTAR PUSTAKA

Page 14: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

NAPZA (Narkoba, Psikotropika, dan Zat Adiktif) atau biasa disebut

Narkoba, salah satu kata yang selalu didengar dari berbagai media masa dan

mampu membuat gelisah para orang tua. Apalagi yang terkena narkoba tersebut

pada siswa yang akan mempengaruhi belajanya, bahkan merusak moral dan

mentalnya. Pengaruh narkoba sangat luar biasa buruknya, selain merusak moral

dan mental, juga merusak kesehatan dan menghancurkan ekonomi keluarga.

Masalah penyalahgunaan narkoba di Indonesia, sekarang ini sudah sangat

memprihatinkan. Hal ini disebabkan beberapa halantara lain karena Indonesia

yang terletak pada posisi di antara tiga benua dan mengingat perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, maka pengaruh globalisasi, arus transportasi yang

sangat maju dan pergeseran nilai matrialistis dengan dinamika sasaran opini

peredaran gelap. Masyarakat Indonesia bahkan masyarakat dunia pada umumnya

saat ini sedang dihadapkan pada keadaan yang sangat mengkhawatirkan akibat

maraknya pemakaian secara illegal bermacam–macam jenis narkoba.

Kekhawatiran ini semakin di pertajam akibat maraknya peredaran gelap narkoba

yang telah merebak di segala lapisan masyarakat, termasuk di kalangan generasi

muda. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan bangsa dan negara

pada masa mendatang.

Page 15: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

2

Hal yang lebih memprihatinkan lagi adalah bahwa di Indonesia bukan

hanya menjadi daerah pemasaran gelap narkoba, melainkan juga sebagai daerah

produsen narkoba. Sebagain besar korban penyalahgunaan narkoba berusia 15-25

tahun, usia yang seharusnya sedang giat-giatnya melakukan aktivitas yang

membangun, usia yang sangat produktif1.

Di Indonesia sendiri mempunyai banyak peraturan dan kebijakan

mengenai narkoba. Dan ini membuktikan bahwa Republik Indonesia merupakan

salah satu Negara di dunia yang disebut Negara hukum. Realisasi supermasi

hukum di Indonesia memang wajib ada terkait dengan hukum, E. Sundari

menyatakan bahwa:

“ Hukum merupakan kaidah yang mengatur tentang bagaimana seyogyanya

manusia berperilaku dalam pergaulan masyarakat hukum sekaligus

mengatur kepentingan manusia”2.

Pernyataan E. Sundari tersebut dapat diinterprestasikan bahwa

kepentingan manusia mempunyai hubungan yang erat dengan hukum dan tidak

mungkin dalam aspek negatif. Tentunya dalam aspek positif, misalnya

pemberantasan tindak pidana narkotika.

Berdasarkan sejarah penggunaanya, narkotika pada awalnya hanya

digunakan sebagai alat bagi upacara–upacara ritual keagamaan dan di samping itu

juga dipergunakan untuk pengobatan. Adapun jenis narkotika pertama yang

1Putranto Jokohadikusumo, Awas Narkoba, (Bandung: PT Sarana Ilmu Pustaka, 2009),

hlm 5. 2 Sundari, E, Aspek Ilmiah Metode Penemuan Hukum (dikutip dari Jurnal Ilmu Hukum:

Justia Ex pat , Volume 27 No 1 Juni 2007), Falkutas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta,

Yogyakarta, 2007, hlm 43.

Page 16: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

3

digunakan pada mulanya adalah candu atau lazimnya disebut sebagai madat atau

opium.

Dalam upaya meningkatkan di bidang pengobatan dan pelayanan

kesehatan, narkotika cukup diperlukan ketersediaannya, namun apabila salah

digunakan akan menimbulkan dampak yang berbahaya bagi penggunaannya

karena pengguna akan mengalami ketergantungan yang sangat merugikan,

sehingga harus dilakukan pengadilan dan pengawasan yang ketat dan seksama.3

Tidak sedikit kalangan, baik di Indonesia maupun di Negara-Negara lain,

yang beranggapan bahwa penyalahgunaan narkoba bukan masalah serius, apabila

masalah yang berkaitan langsung dengan kehidupan mereka. Mereka yang keliru

mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis hanya pada

segmen masyarakat tertentu yang jauh dari lokasi keberadaan mereka.

Di Indonesia, seperti juga di Negara-Negara lainnya, organisasi kejahatan

narkoba, baik lokal maupun asing, terus meningkatkan aktivitas illegalnya, karena

keuntungan-keuntungan dari kegiatan-kegiatan illegal ini sangat besar dan

masalah ini menimpa hampir seluruh tingkat masyarakat. Pemerintah terus

meningkatkan upayahnya dalam rangka memberantas peredaran gelap dan

penyalahgunaan narkoba secara konsisten. Berbagai upaya telah dilakukan dari

sifatnya pencegahan, penegakan hukum maupun terapi dan rehabilisasi terhadap

korban serta upaya lainya, seperti pelatihan untuk para penegakan hukum4.

3Kusno, Adi, Diversi Sebagai Upaya Alternatif Penanggulangan Tindak Pidana

Narkotika Oleh Anak, (Malang: UMM Press, 2009), hlm 1. 4 M. Amir P. Ali dan Imran Duse, Narkoba ancaman Generasi Muda, (Samarinda:

Puspitasari,2007), hlm 10.

Page 17: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

4

Membatasi wacana penyalahgunaan obat-obatan hanya pada kategori

narkoba, sebenarnya mengesampingkan realitas yang memiliki benang merah

dengan kadar risiko yang tidak kalah tinggi. Secara eksplisit, pembahasan tentang

penyalahgunaan narkoba perlu diawali dengan sorotan tentang ketergantungan

masyarakat pada zat–zat adiktif yang telah terbukti merusak kesehatan anggota

masyarakat.

Yang sangat penting untuk dipahami adalah bahwa tidak ada satu orang

pun di dunia yang benar–benar kebal terhadap kemungkinan terjerat dalam

penyalahgunaan narkoba. Aktivis agama, pekerja professional, murid sekolah

unggulan, pengunih kawasan mewah, penegak hukum, semuanya sekali lagi,

semuanya terpapar pada kemungkinan menjadi subjek penyalahgunaan narkoba.

Dasar hukum Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai lembaga

pemerintahan non kementrian adalah Peraturan Presiden Nomer 23 Tahun 2010

tentang Badan Narkotika Nasional. Badan narkotika Nasional merupakan lembaga

penyidik dalam kejahatan narkotika dan lembaga ini dibantu oleh pihak dari

Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang pada awalnya penyidik dari kasus

narkotika ini adalah dari pihak kepolisian, tetapi kepolisian setelah

dikeluarkannya UU 35 Tahun 2009 hanya berpean menajdi penyidik pembantu

Badan Narkotika Nasional. Badan Narkotika Nasional dipimpin oleh seorang

kepala yang bertanggung jawab kepada presiden melalui Kepala Kepolisian

Republik Indonesia.5

5Badan Narkotika Nasional, Pedoman Petugas Penyuluhan P4GN Dilingkungan Hukum,

(Jakarta: Badan Narkotika Nasional, 2009), hlm 74.

Page 18: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

5

Dalam sebuah contoh berita kasus penyalahgunaan narkoba di Daerah

Istimewa Yogyakarta sepanjang 2013 melonjak 30 persen dibandingkan tahun

sebelumnya. Kasus tertinggi merupakan penyalahgunaan narkotika yang

mencapai 189 kasus.

Data yang dihimpun Kepolisian Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta

menunjukkan pengungkapan kasus narkoba mencapai 305 kasus pada tahun 2013,

meningkat dari tahun sebelumnya sebanyak 241 kasus. Barang bukti yang disita

dari tersangka juga meningkat untuk jenis shabu sebanyak 421,85 gram dan

putauw sebanyak 2.263 gram. Polisi juga menyita ganja kering sebanyak 1.786

gram dan tanaman ganja 13 pohon.

Penemuan pohon ganja tersebut meningkat dari tahun sebelumnya

sebanyak tujuh pohon. Sementara untuk minuman keras, barang bukti yang disita

polisi meningkat sebanyak 3.346 botol, meningkat dari 1.405 botol.

"Jumlah kasus narkoba pada tahun 2013 meningkat sebesar 97 kasus atau 30,03

persen," ujar Kapolda DIY, Brigjen Pol Haka Astana6

Dari pernyataan diatas bahwa terjadinya peningkatan 30% dari tahun

sebelumnya. Maka penyusun tertarik untuk mengambil judul penelitian.“

Kebijakan Badan Narkotika Nasional dan Polri dalam Pencegahan Penaggulangan

Narkoba di Yogyakarta”.

6http://republikaonline.co.id . Diakses 01 Januari 2014.

Page 19: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

6

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka permasalahan dalam penelitian

ini adalah Apakah BNN dan Polri sudah melaksanakan sesuai peraturan yang

berlaku?

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Pnenelitian

1. Tujuan Penelitian.

Tujuan yang hendak di capai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

kebijakan dah hasil dalam usaha pencegahaan dan penanggulangan

penyalahgunaan narkoba dengan pedoman peraturan yang berlaku.

2. Manfaat Penelitian.

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara:

a. Manfaat Teoritis.

Penyusun berharap karya ilmiah ini dapat memberikan sumbangan

pemikiran dan landasan teori bagi perkembangan hukum pada umumnya

dan memberikan informasi mengenai penyalahgunaan narkoba di Daerah

Istimewa Yogyakarta.

b. Manfaat praktis.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambaha pengetahuan dan

wawasan bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya, bagi

pemerintah, Polri, BNN Daerah Istimewa Yogyakarta dalam mengambil

suatu kebijakan yang lebih baik.

Page 20: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

7

D. Telaah Pustaka

Kajian tentang pencegahan penyalahgunaan narkoba oleh BNNP Daerah

Istimewa Yogyakarta dan polri ( khususnya polda) yang mana sebagai penopang

hidup masyarakat, begitu pula tulisan-tulisan atau karya ilmiah baik berbentuk

jurnal, makalah, buku, majalah maupun tulisan-tulisan lainnya. Sehingga untuk

memposisikan karya penyusun ini perlu kiranya untuk memaparkan penelitian-

penelitian sebelumnya sehingga dapat terhindar dari kemungkinan adanya

pengulangan penelitian.

Elya Eka Handayani, dalam skripsinya “ Peranan Penyidik Polri Dalam

Pencegahan Tindak Pidana Narkotika Narkotika Setelah Dikeluarkannya Undang-

Undang Nomer 35 Tahun 2009”. Dalam skripsinya menyimpulkan bahwa

menurut penyidik polri yang sebagai pembantu dalam Badan Narkotika Nasional,

akan tetapi kerja sama antara Polri dan BNN tidak begitu jelas dalam pencegahan

narkotika. Dan penyusun lebih memfokuskan tentang kerjasama dank keefektifan

dalam polri dan Badan Narkotika Nasional pencegah penyalahgunaan narkoba.

Tidak hanya memfokuskan tentang narkotika, akan tetapi psikotropika dan zat

adiktif.7

David Brain Kasidy Marpaung dalam skripsinya “Polri Dalam

Memberantas Tindak Pidana Narkotika Di Provinsi DIY”. Dalam skripsinya

menyimpulkan bahwa polri sebagai represif (pemberantasan) yang menangkap

para pengguna narkotika.Yang telah mengambil sampel pada polda Daerah

Istimewa Yogyakarta. Sebaliknya penyusun hanya memfokuskan pencegahan

7Elya Eka Handayani,”Peranan Penyidik Porli dalam Pencegahan Tindak Pindana

Narkotika Setelah Dikeluarkanya Undang- Undang Nomor 35 tahun 2009”,skripsi, Universita

Atma Jaya Yogyakarta,2012.

Page 21: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

8

yang dilakukan oleh pihak polri dan pihak BNN. Dan mengambil sampel tidak

hanya Polda DIY akan tetapi Poresta DIY dan BNN8

Kholid Asyrofie, dalam skripsinya. “Upaya Polda Daerah Istimewa

Yogyakarta Dalam Menanggulangi Penyalahgunaan Narkotika Tahun 2012”.

Dalam skripsinya, menyimpulkan bahwa terdapat 2 upaya penanggunangi

penyalahgunaan narkotika tahun 2012 yaitu, penindakan (represif) dan

pencegahan(preventif), perbedaan antara penyusun adalah tingkat efektif tentang

pencegahan yang dilakukan oleh masyarakat polri di Daerah Istimewa Yogyakarta

ataupun tidak keefektifan dari data-data pengguna narkoba di daerah Yogyakarta

dan sekitarnya.9

Ade Saputra dalam skripsinya “ Proses Penyilidikan Dan Penyidikan

Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika (Studi Kasus di Direktorat Reserse

Narkoba polda DIY)” dalam skripsinya menyimpulkan bahwa teknik penyelidikan

mulai dari peninjauan, pembuntutan, penyusupan agen, pembelian terselubung,

penyerajan yang dikendalikan, rencana penggerebekan. Perbedaan dari skripsi

yang penyusun buat adalah penyusun menfokuskan tentang stategi dan

pencegahan yang dilakukan oleh pihak polri dan BNNP dalam narkoba secara

umum tidak hanya narkotika saja dan disertai dengan data- data pelaku yang telah

8 David Brain Kasidy, “Porli dalam Memberantas Tindak Pidana Narkotika Di Provinsi

DIY”,skripsi, Universita Atma Jaya Yogyakarta, 2012. 9Kholid Asyofie, “Upaya Polda Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Menangguilangi

Penyalahgunaan Narkotika Tahun 2012”,skiripsi, Universitas Sunan Kali Jaga Yogyakarta, 2014.

Page 22: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

9

ditangkap oleh para polri dan dianalisiskan keefetifan dari strategi pencegahan

yang dilakukan oleh polri dan BNNP10

.

E. Kerangka Teoretik

1. Teori Kebijakan Hukum.

Kebijakan penanggulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika

merupakan kebijakan hukum positif yang pada hakikatnya bukanlah semata–mata

pelaksanaan undang–undang yang dapat dilakukan secara yuridis normatif dan

sismatik dan dogmatik. Disamping pendekatan yuridis normatif, kebijakan hukum

pidana juga memerlukan pendekatan yuridis faktual yang dapat berupa

pendekatan sosiologi dan historis, bahkan memerlukan pula pendekatan

komprehensif social dan pembangunan nasional pada umumnya.11

Masalah kebijakan pidana merupakan salah satu bidang yang menjadi

pusat perhatian kriminologi, karena kiriminologi sebagai studi yang bertujuan

mencari dan menentukan faktor–faktor yang membawa timbulnya kejahatan-

kejahatan dan penjahat. Kajian mengenai kebijakan hukum pidana (Penal Policy)

yang termasuk salah satu bagian dari ilmu hukum pidana, erat kaitannya dengan

pemahasan hukum pidana nasional yang merupakan salah satu besar menghadapi

bangsa Indonesia. Dalam batas–batas yang dimungkinkan perlindungan terhadap

hak–hak asasi warga masyarakat Indonesia, terhadap berapa prinsip yang

terkandung dalam Undang–Undang narkotika adalah:

10

Ade Saputra, “Proses Penyilidikan dan Penyidikan Tindak Pidana Penyalahgunaan

Narkotika (Studi Kasus di Direktorat Reserse Narkoba polda DIY)”, skripsi, Universitas Islam

Sunan Kali Jaga Yogyakarta, 2013. 11

Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, (Bandung: PT Aditya

Bakti, 2005), hlm 22.

Page 23: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

10

a) Bahwa Undang–Undang narkotika juga dipergunakan untuk menegaskan

ataupun menegakan kembali nilai-nilai sosial dasar perilaku hidup

masyarakat dalam Negara kesatuan Republik Indonesia yang dijiwai oleh

falsafah Negara Pancasila.

b) Bahwa Undang–Undang narkotika merupakan satu–satunya produk

hukum yang membentengi bagi pelaku tindak pidana narkotika secara

efektif.

c) Dalam menggunakan produk hukum lainnya, harus diusahakan dengan

sungguh–sungguh bahwa caranya seminimal mungkin tidak menggunakan

hak dan kewajiban individu tanpa mengurangi perlindungan terhadap

kepentingan masyarakat yang demokrasi dan modern.12

Berdasarkan pada prinsip–prinsip yang terkandung dalam prinsip hukum,

maka dapat di pahami bahwa apabila masih ada cara lain untuk mengendalikan

sosial, maka penggunaan hukum pidana dapat ditiadakan, kebijakan ini disebut

sebagai kebijakan Non-penal.

Salah satu jalur “Non-penal” untuk mengatasi masalah–masalah sosial

adalah lewat “kebijakan sosial” (Sosial-Policy). Kebijakan sosial pada dasarnya

adalah kebijakan atau upaya–upaya rasional untuk mencapai kesejahteraan

masyarakat, jadi identik dengan kebijakan atau perencanaan pembangunan

nasional yang meliputi berbagai aspek yang cukup luas dari pembangunan.

Sebaliknya apabila cara pengendalian lain (Sosial-Control), yaitu dengan cara

menggunakan “Kebijakan Sosial” (Sosial-Policy) tidak mampu mengatasi tindak

12

Mardjono Reksodiputra, Pembaharuan Hukum Pidana, dan Pusat Pelayanan

Pengendalian Hukum (Jakarta: d/h Lembaga Kriminologi UI, 1995), hlm.23.

Page 24: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

11

pidana, maka jalan yang dipakai melalui kebijakan “Penal” (Kebijakan Hukum

Pidana).

Dua masalah sentral dalam kebijakan tindak pidana dengan menggunakan

sarana penal (hukum pidana) adalah masalah:

1) Perbuatan apa yang seharusnya dijadikan tindak pidana, dan

2) Sanksi apa sebaiknya digunakan atau dikenakan kepada si pelanggar.13

Analisa terhadap 2 (dua) masalah sentral ini tidak dapat di lepaskan dari

konsepsi integral antara kebijakan kriminal dengan kebijakan sosial atau

kebijakan pembangunan nasional.Ini berarti pemecahan masalah–masalah di atas

harus pula di arahkan untuk mencapai tujuan–tujuan tertentu dari kebijakan

sosial–politik dalam menangani 2 (dua) masalah sentral tersebut di atas, harus

pula dilakukan dengan pendekatan yang berorientasi pada kebijakan (Policy

Orientend Approach).

Bertolak dari pemahaman “kebijakan”, istilah kebijakan dalam tulisan ini

diambil dari istilah “Policy” (Inggris) atau “Politic” (Belanda).Atas dasar dari

kedua istilah asing ini, maka istilah “Kebijakan Hukum Pidana” dapat pula

disebut dengan istilah “Politik Hukum Pidana”. Dalam kepustakaan asing istilah

“Politik Hukum Pidana” ini sering dikenal dengan berbagai istilah antara lain

“Penal Policy,”Criminal Law Policy” atau “Strafreehtspolitiek”.

Kebijakan penanggulangan kejahatan atau biasa dikenal dengan istilah

“Politik Kriminal” yang dapat meliputi ruang lingkup yang cukup luas.

Maksudnya alam upaya penanggulangan kejahatan dapat ditempuh dengan:

13

Ibid, hlm. 23-24.

Page 25: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

12

a) Penerapan hukum pidana (criminal law application).

b) Pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment).

c) Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan

pemidanaan lewat media masa (influencing vieewa of society on crime

and punishment).

Bertolak dari keraguan atas efektivitas sarana penal dari aplikasi Undang -

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika tersebut, perlu dicermati

efektivitas hukum yang tidak dapat dilepaskan dari tipe–tipe penyelewengan

tersebut merupakan kategori secara teoritas terhadap berbagai jenis

penyelewengan yang terjadi dalam masyarakat tertentu.14

Penanggulangan kejahatan dapat menggunakan dua kebijakan yaitu

dengan menggunakan kebijakan penal dan Non-penal. Kebijakan penal yakni

penanggulangan menggunakan sanksi pidana, atau peraturan yang berlaku.

Sedangkan kebijakan Non-penal merupakan kebijakan penanggulangan

menggunakan sanksi administratif, sanksi perdata dan lain–lain. Penjelasan lain

menurut Barda Nawawi Arief dan Bambang Poemomo, yang menegaskan bahwa

kebijakan Non-penal dalam penanggulangan kejahatan adalah merupakan

langkah–langkah preventif sebelum terjadi tindak kejahatan.15

Kebijakan pidana (penal policy) merupakan upaya untuk menanggulangi

kejahatan, sebagai bagian yang integral dari upaya perlindungan masyarakat

14

Soekanto Soerjono, Efektivitas Hukum dan Peran Saksi, Remaja, Karyawan,

(Bandung: Mandar Maju, 1988), hlm.68. 15

Ach Tahir, Cyber Crime (Akar Masalah, Solusi, dan Penanggulangan),(Yogyakarta:

Suka Press. 2010), hlm 46.

Page 26: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

13

(social defence) dengan kata lain bahwa kebijakan pidana atau politik criminal

merupakan bagian dari social policy.16

1) Pencegahan penanggulangan kejahatan harus menunjang tujuan (goal)

yang berupa “social welfare” dan “social defence” karena dengan

terpenuhinya kesejahteraan dan keamanan/kedamaian akan timbul

keyakinan masyarakat yang bersifat immaterial terutama nilai

kepercayaan (trust) nilai keadilan (justice) nilai kejujuran dan

kebenaran.

2) Maka pencegahan kejahatan harus dilakukan dengan pendekatan

secara integral, yakni adanya keseimbangan antara “pendekatan penal”

dan “pendekatan Non-penal”.

3) Pencegahan penanggulangan kejahatan dengan pendekatan secara

penal (penal law inforcement policy) dalam implementasinya

dilakukan melalui beberapa tahap yang pertama, tahap formulasi

(legislative policy) atau tahap proses legislasi, kedua, tahap yudisial

sebagai tahap aplikasi, dan ketiga tahap proses administratif/eksekutive

policy.

2. Teori Pencegahan Kejahatan.

Para peneliti pencegahan kejahatan secara tradisional telah berusaha

mendefinisikan strategi-strategi yang akan mencegah individu terlibat di dalam

kejahatan atau merehabilitasi, mereka sehingga mereka tidak lagi melakukan

tindakan kejahatan. Pada tahun-tahun terakhir ini, upaya-upaya pencegahan

16

Mokhamad Najih, “Politik Hukum Pidana Paska Reformasi: Implemntasi hukum

Pidana sebagai Instrumen dalam mewujudkan Tujuan Negara”, (Malang:in-trans Publising

Malang,2008), hlm. 40-41.

Page 27: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

14

kejahatan seringkali terfokus kepada menghilangkan tingginya tingkat pelanggar

atau pelanggar yang berbahaya sehingga mereka tidak bebas untuk memangsa

warga negara yang taat pada hukum.

Tetapi keduanya mempunyai asumsi dasar yang sama mengenai riset dan

kebijakan pencegahan kejahatan: bahwa upaya-upaya untuk memahami dan

mengendalikan kejahatan harus dimulai dengan pelanggar. Pada semua

pendekatan ini, fokus dari pencegahan kejahatan adalah pada orang dan

keterlibatan mereka didalam kejahatan. Mereka berpendapat bahwa pergeseran ini

muncul bukan dilihat dari segi strategi tertentu atau teori-teori tertentu yang

digunakan, tetapi dilihat dari segi unit analisis atau satuan analisis yang

membentuk basis bagi upaya-upaya pencegahan kejahatan. Upaya pencegahan

kejahatan baru ini memerlukan suatu fokus bukan saja terhadap orang yang

melakukan kejahatan tetapi juga pada konteks di mana kejahatan itu terjadi.

Pencegahan adalah semua tindakan atau kegiatan yang dilakukan untuk

menghindari terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan (antisipatik), sehingga

memungkinkan orang mempunyai ketahanan diri dan dapat memberdayakan

masyarakat untuk mencipkan dan memperkuat lingkungannya, guna mengurangi

atau menghilangkan semua resiko terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan

tersebut.

Pencegahan penyalahgunaan narkoba adalah segala upaya dan tindakan

untuk menghindari orang memulai penggunaan narkoba dengan menjalankan cara

hidup sehat serta mengubah kondisi lingkungan yang memungkinkan orang

terjangkit penyalahgunaan narkoba.

Page 28: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

15

Pada hakikatnya dengan meminjam terminology yang berlaku didunia

media, dapat dibedakan berbagai tipologi tindakan pencegahan. Tipilogi-tipilogi

tersebut anatara lain sebagai berikut;

1. Pencegahan primer yang diarahkan baik pada masyarakat sebagai korban

potensial maupun para pelaku kejahatan yang masih belum tertangkap atau

pelaku potensial. Kegiatan dalam hal ini dapat bersifat penyehatan mental

masyarakat yang bersifat abstrak maupun yang bersifat fisik dan teknologis;

2. Pencegahan sekunder berbeda dengan yang pertama, pada bentuk pencegaha

sekunder ini tindakan diarahkan pada kelompok pelaku atau pelaku potensial

atau sekolomok korban potensial tertentu. Dalam hal ini dapat dilakukan

bentuk-bentuk prevensi baik abstrak, seperti penanaman etika profesi bagi

tenaga-tenaga professional, maupun fisik dan teknologis;

3. Pencegahan tersier. Dalam hal ini, langkah pencegahan diarahkan pada jenis

pelaku tindak pidana tertentu dan juga korban tindak pidana tertentu.

Pendekatan ini, yang seringkali berkaitan dengan pencegahan kejahatan

situasional, berupaya untuk mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam

terhadap kejahatan dan strategi pencegahan kejahatan, sehingga efektif melalui

kepedulian terhadap lingkungan fisik, organisasi dan sosial yang memungkinkan

terjadinya kejahatan tersebut.

Pendekatan situasional tidak mengabaikan para pelanggar; dia hanya

menempatkan mereka sebagai satu bagian dari suatu pemahaman bagi upaya

pencegahan kejahatan yang lebih luas yang berpusat pada konteks kejahatan itu.

Hal ini menuntut suatu pergeseran dalam pendekatan terhadap pencegahan

Page 29: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

16

kejahatan; yakni dari satu titik yang terutama berkaitan dengan bagaimana atau

mengapa orang-orang melakukan kejahatan ke titik lain yang terutama melihat

pada mengapa kejahatan terjadi pada setting tertentu. Ini memindahkan konteks

kejahatan kepada fokus sentral dan menempatkan fokus-fokus tradisional

kejahatan pelanggar sebagai salah satu dari sejumlah faktor yang

mempengaruhinya.

Uraian singkat ini berpendapat bahwa reorientasi riset pencegahan

kejahatan dan kebijakan dari sebab-sebab kejahatan kepada konteks kejahatan

memberikan suatu indikasi yang sangat menjanjikan. Ini juga menunjukkan

bahwa lebih banyak lagi penelitian yang harus dilakukan sebelum dapat

diasumsikan bahwa pergeseran pada fokus ini akan membawa kepada kebijakan

pencegahan kejahatan yang lebih berhasil. Untuk menempatkan permasalahan ini

dalam konteks uraian singkat ini maka kita perlu membahas beberapa hal yakni ;

a. Meninjau faktor-faktor yang menghambat pengembangan suatu

pendekatan situasional terhadap riset pencegahan kejahatan dan kebijakan

dimasa yang lalu dan yang telah memberikan konstribusi terhadap

pengaruhnya yang berkembang pada tahun-tahun terakhir;

b. Membandingkan kekuatan relatif dari pendekatan ini dengan pendekatan

yang lebih tradisional terhadap pencegahan kejahatan;

c. Mengindentifikasi bidang-bidang dimana pencegahan kejahatan

situasional telah menghasilkan pandangan-pandangan baru mengenai

permasalahan kejahatan dan respon potensial terhadapnya;

Page 30: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

17

d. Membahas kekuatan bukti yang mendukung strategi pencegahan kejahatan

situasional;

e. Merekomendasikan pengembangan suatu agenda riset yang

memungkinkan suatu eksplorasi penting terhadap asumsi-asumsi

pencegahan kejahatan situasional dengan meningkatkan metode evaluasi

dan memperluas batas-batas studi diluar permasalahan pencegahan

kejahatan terapan.17

3. Teori Kontrol sosial

Dalam kriminologi, teori kontrol sosial sangat efektif digunakan untuk

anak-anak dan remaja. Berikut Social Control Theory sebagaimana disebutkan

oleh Travis Hirschi dalam “Social Bond Theory”:18

1. Attachment

Attachment adalah kemampuan manusia untuk melibatkan dirinya

terhadap orang lain. Attachment dibagi menjadi dua bagian yaitu:

a. Attachment total, adalah keadaan dimana seorang individu melepas rasa

yang terdapat dalam dirinya dan diganti dengan rasa kebersamaan. Rasa

kebersamaan inilah yang mendorong seseorang utk selalu mentaati

aturan aturan.

17

M. Kemal Dermawan,2001,Pencegahan Kejahatan:dari Sebab- Sebab Kejahatan

Menuju Pada Konteks Kejahatan(Dikutip dari Jurnal KrimiNologi Indonesia, Volume 1 No III

Juni 2001) , hlm 35. 18

TitiAndriyani,Upaya Pencegahan Tindak Penyalahgunaan Narkoba Di Kalangan

MahasiswaPoliteknik Negeri Sriwijaya, (dikutip dari Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis-ISSN.2085-1375,

Edisi IV November 2011), Politeknik Negeri Sriwijaya. hlm 116.

Page 31: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

18

b. Attachment partial adalah suatu hubungan antara seorang individu dengan

lainnya, dimana hubungan tersebut tidak didasarkan pada peleburan ego

dengan ego yang lain tetapi karena hadirnya orang lain yang mengawasi

2. Commitment

Commitment adalah keterikatan seseorang pada sub sistem konvensional

seperti sekolah, pekerjaan, organisasi dan sebagainya. Commitment merupakan

aspek rasional yang ada dalam ikatan social. Segala kegiatan individu seperti

sekolah, pekerjaan, kegiatan dalam organisasi akan mendatangkan manfaat bagi

orang tersebut. Manfaat tersebut dapat berupa benda, reputasi, masa depan dan

sebagainya.

3. Involvement

Involvement adalah aktivitas seseorang dalam sub sistem konvensional,

jika seseorang aktif dalam organisasi maka kecil kecenderungannya untuk

melakukan deviasi. Logika dari pengertian tersebut adalah bila orang aktif di

segala kegiatan maka orang tersebut akan menghabiskan waktu dan tenaganya

dalam kegiatan tersebut, sehingga dia tidak sempat lagi memikirkan hal-hal yang

bertentangan dengan hukum.

4. Beliefs

Beliefs merupakan aspek moral yang terdapat dalam ikatan social dan

kepercayaan seseorang pada nilai orang yang ada. Kepercayaan itu akan

menimbulakan kepatuha terhadap norma tersebut yang tentunya akan mengurangi

hasrat seseorang untk melanggar.

Adapun pendapat tentang teori kontrol dikemukakan F. Ivan Nye terdiri dari:

Page 32: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

19

a) Harus ada control internal maupun eksternal;

b) Manusia diberikan kaidah-kaidah supaya tidak melakukan pelanggran;

c) Pentingnya proses sosialisasi bahwa ada sosialisasi yang adequate

(memadai), akan mengurangi terjadinya delinkuen, karena disitulah;

d) Dilakukan proses pendidikan terhadap seseorang dan;

e) Diharapkan remaja menaati hukum.

4. Pencegahan menurut polri dan BNNP.

Dalam melakukan pencegahan yang dilakukan polri dan BNN yang telah

di rancang oleh Inpes No 11 Tahun 2012 tentang pelaksanaan Kebijakan Dan

Strategi Nasional Pencegahan Dan Pemberantasan Penyalahgunaan Dan

Pengedaran Gelap Narkoba Tahun 2011-2015 dijelaskan tentang prosedur

pencegahan yang berlaku secara nasional dan dilaksanakan secara maksimal. Dan

Peraturan Dalama Negeri Republik Indonesia No 21 Tahun 2013 tentang Fasilitasi

Pencegahan Narkotika, disini juga menjelasakan tentang bentuk-bentuk

pencegahan yang dilakukan secara nasional. Berikut contoh yang dilakukan oleh

BNN dan Polri dalam melakukan pencegahan dan penanggulangan narkoba:19

1. Promotif

Program promotif ini kerap disebut juga sebagai program preemtif atau

program pembinaan. Pada program ini yang menjadi sasaran pembinaanya adalah

para anggota masyarakat yang belum memakai atau bahkan belum mengenal

narkoba sama sekali.

19

Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, Pentunjuk Teknis Advokasi bidang

pencegahan penyalahgunaan narkoba bagi masyarakat, ( Jakarta: Badan Narkotika

Nasional.2008), Hlm37-46

Page 33: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

20

Prinsip yang dijalani oleh program ini adalah dengan meningkatkan

peranan dan kegitanan masyarakat agar kelompok ini menjadi lebih sejahtera

secara nyata, sehingga mereka sama sekali tidak akan pernah berpikir untuk

memperoleh kebahagiaan dengan cara menggunakan narkoba. Bentuk program

yang ditawarkan antara lain pelatihan, dialog interaktif dan lainnya pada

kelompok belajar, kelompok olah raga, seni budaya, atau kelompok usaha. Pelaku

program yang sebenarnya paling tepat adalah lembaga-lembaga masyarakat yang

difasilitasi dan diawasi oleh pemerintah.

2. Kampanye anti penyalahgunaan narkoba

Program pemberian informasi satu arah dari pembicara kepada pendengar

tentang bahaya penyalahgunaan narkoba. Kampanye ini hanya memberikan

informasi saja kepada para pendengarnya, tanpa disertai sesi tanya jawab.

Biasanya yang dipaparkan oleh pembicara hanyalah garis besarnya saja dan

bersifat informasi umum. Informasi ini biasa disampaikan oleh para tokoh

masyarakat. Kampanye ini juga dapat dilakukan melalui spanduk poster atau

baliho. Pesan yang ingin disampaikan hanyalah sebatas arahan agar menjauhi

penyalahgunan narkoba tanpa merinci lebih dala mengenai narkoba.

3. Penyuluhan seluk beluk narkoba

Berbeda dengan kampanye yang hanya bersifat memberikan informasi,

pada penyuluhan ini lebih bersifat dialog yang disertai dengan sesi tanya jawab.

Bentuknya bisa berupa seminar atau ceramah. Tujuan penyuluhan ini adalah untuk

mendalami berbagai masalah tentang narkoba sehingga masyarakat menjadi lebih

tahu karenanya dan menjadi tidak tertarik penggunakannya selepas mengikuti

Page 34: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

21

program ini. Materi dalam program ini biasa disampaikan oleh tenaga profesional

seperti dokter, psikolog, polisi, ahli hukum ataupun sosiolog sesuai dengan tema

penyuluhannya.

4. Pendidikan dan pelatihan kelompok sebaya

Perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan didalam kelompok masyarakat

agar upaya menanggulangi penyalahgunaan narkoba didalam masyarakat ini

menjadi lebih efektif. Pada program ini pengenalan narkoba akan dibahas lebih

mendalam yang nantinya akan disertai dengan simulasi penanggulangan, termasuk

latihan pidato, latihan diskusi dan latihan menolong penderita. Program ini biasa

dilakukan dilebaga pendidikan seperti sekolah atau kampus dan melibatkan

narasumber dan pelatih yang bersifat tenaga profesional. Upaya mengawasi dan

mengendalikan produksi dan upaya distribusi narkoba di masyarakat.

Pada program ini sudah menjadi tugas bagi para aparat terkait seperti

polisi, Departemen Kesehatan, Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM),

Imigrasi, Bea Cukai, Kejaksaan, Pengadilan dan sebagainya. Tujuannya adalah

agar narkoba dan bahan pembuatnya tidak beredar sembarangan didalam

masyarakat. namun melihat keterbatasan julah dan kemampuan petugas, program

ini masih belum dapat berjalan optimal.

5. Kuratif

Program ini juga dikenal dengan program pengobatan dimana program ini

ditujukan kepada para peakai narkoba. Tujuan dari program ini adalah mebantu

mengobati ketergantungan dan menyembuhkan penyakit sebagai akibat dari

pemakaian narkoba, sekaligus menghentikan peakaian narkoba. Tidak sembarang

Page 35: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

22

pihak dapat mengobati pemakai narkoba ini, hanya dokter yang telah mempelajari

narkoba secara khususlah yang diperbolehkan mengobati dan menyembuhkan

pemakai narkoba ini. Pengobatan ini sangat rumit dan dibutuhkan kesabaran dala

menjalaninya. Kunci keberhasilan pengobatan ini adalah kerjasama yang baik

antara dokter, pasien dan keluarganya. Bentuk kegiatan yang yang dilakukan

dalam program pengobat ini adalah:

1. Penghentian secara langsung.

2. Pengobatan gangguan kesehatan akibat dari penghentian dan pemakaian

narkoba (detoksifikasi).

3. Pengobatan terhadap kerusakan organ tubuh akibat pemakaian narkoba.

4. Pengobatan terhadap penyakit lain yang dapat masuk bersama narkoba

seperti HIV/AIDS, Hepatitis B/C, sifilis dan lainnya.

Pengobatan ini sangat kompleks dan memerlukan biaya yang sangat

mahal. Selain itu tingkat kesembuhan dari pengobatan ini tidaklah besar karena

keberhasilan penghentian penyalahgunaan narkoba ini tergantung ada jenis

narkoba yang dipakai, kurun waktu yang dipakai sewaktu menggunakan narkoba,

dosis yang dipakai, kesadaran penderita, sikap keluarga penderita dan hubungan

penderita dengan sindikat pengedar. Selain itu ancaman penyakit lainnya seperti

HIV/AIDS juga ikut mempengaruhi, walaupun bisa sembuh dari ketergantungan

narkoba tapi apabila terjangkit penyakit seperti AIDS tentu juga tidak dapat

dikatakan berhasil.

Page 36: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

23

6. Rehabilitatif

Program ini disebut juga sebagai upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga

yang ditujukan kepada penderita narkoba yang telah lama menjalani program

kuratif. Tujuannya agar ia tidak memakai dan bisa bebas dari penyakit yang ikut

menggerogotinya karena bekas pemakaian narkoba. Kerusakan fisik, kerusakan

mental dan penyakit bawaan macam HIV/AIDS biasanya ikut menghampiri para

pemakai narkoba. Itulah sebabnya mengapa pengobatan narkoba tanpa program

rehabilitasi tidaklah bermanfaat. Setelah sembuh masih banyak masalah yang

harus dihadapi oleh bekas pemakai tersebut, yang terburuk adalah para penderita

akan merasa putus asa setelah dirinya tahu telah terjangit penyakit macam

HIV/AIDS dan lebih memilih untuk mengakhiri dirinya sendiri.

Cara yang paling banyak dilakukan dalam upaya bunuh diri ini adalah

dengan cara menyuntikkan dosis obat dalam jumlah berlebihan yang

mengakibatkan pemakai mengalami Over Dosis (OD). Cara lain yang biasa

digunakan untuk bunuh diri dalah dengan melompat dari ketinggian,

membenturkan kepala ke tembok atau sengaja melempar dirinya untuk ditbrakkan

pada kendaraaan yang sedang lewat. Banyak upaya pemulihan namun

keberhasilannya sendiri sangat bergantung pada sikap profesionalisme lembaga

yang menangani program rehabilitasi ini, kesadaran dan kesungguhan penderita

untuk sembuh serta dukungan kerja sama antara penderita, keluarga dan lembaga.

Masalah yang paling sering timbul dan sulit sekali untuk dihilangkan

adalah mencegah datangnya kembali kambuh (relaps) setelah penderita menjalani

pengobatan. Relaps ini disebabkan oleh keinginan kuat akibat salah satu sifat

Page 37: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

24

narkoba yang bernama habitual. Cara yang paling efektif untuk menangani hal ini

adalah dengan melakukan rehabilitasi secara mental dan fisik. Untuk pemakai

psikotropika biasanya tingkat keberhasilan setelah pengobatan terbilang sering

berhasil, bahkan ada yang bisa sembuh 100%.

F. Metode Penelitian

Berkaitan dengan penelitian yang akan penyusun laksanakan, maka

penyusun menggunakan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini,

yaitu:

1. Jenis Penelitian.

Berkaitan dengan penelitian yang akan penyusun laksanakan, maka

penyusun menggunakan penelitian lapangan atau field research, di mana

data yang digunakan berasal dari BNNP, dan Polda Daerah Istimewa

Yogyakarta.

2. Sifat Penelitian.

Penelitian ini mengamil metode deskriptif-analitik. Penelitian deskriptif-

analitik tertuju pada pemecahan masalah dengan fakta-fakta yang ada saat

ini, kemudian menganalisiskan untuk menemukan jawaban dari

permasalahan yang ada. Maksudnya adalah penelitian yang tidak terbatas

hanya sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi

analisa dan interpretasi tentang data itu. Dalam hal ini Kebijaan BNNP dan

Polri dalam pencegahan dan penanggulangan narkoba bagi pelajar di

Yogyakarta.

Page 38: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

25

3. Pendekatan Masalah.

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

menggunakan metode yuridis-empiris yaitu dengan menekankan pada

peraturan.

4. Sumber Data.

Terdapat sumber data yang akan dipakai oleh penyusun sebagai berikut:

a. Sumber Data Primer.

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari BNN Provinsi

Daerah Istimeah Yogyakarta, dan Polda Daerah Istimewa Yogyakarta

terkait yaitu melalui pengumpulan dokumen, wawancara/interview, dan

pengamatan/observasi.

b. Sumber data Sekunder.

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari literatur–literatur dan bahan-

bahan hukum yang relavan dengan permasalahan dalam penelitian ini.Data

sekunder digunakan untuk melengkapi data primer apabila membutuhkan

sumber data literature dan bahan hukum/Undang–Undang. Sedangkan

bahan hukum sendiri terdiri dari 3 bahan hukum antara lain:

1) Bahan hukum primer.

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum mengikat yang

terdiri dari Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang

Narkotika , Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psitropika, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri,

Page 39: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

26

serta peraturan perundang-undangan yang masih terkait dan masih

berlaku di Indonesia.

2) Bahan Hukum Sekunder.

Bahan hukum sekunder yaitu buku-buku, jurnal, makalah ataupun

penelitian yang dapat membantu analisa dari bahan hukum primer.

3) Bahan hukum tersier.

Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan

petunjuk dan informasi terhadap kata- kata yang membutuhkan

penjelasan lebih lanjut yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Kamus Bahasa Inggris, Ensiklopedia dan beberapa artikel dari

media internet.

c. Metode Pengumpulan Data.

Untuk mendapatkan bahan atau data dalam penelitian ini, yang kemudian

penyusun oleh sebagai data yang relavan, maka penyusun menggunakan

cara sebagai berikut:

a. Observasi.

Adapun yang dimaksud dengan observasi adalah proses pengambilan

data yang dilaksanakan dengan cara pengamatan secara pengamatan

sistematik terhadap objek yang perlu diteliti, artinya disengaja dan

terencana bukan hanya kebetulan melihat secara sepintas.20

Dalam hal

ini observasi terhadap penegakan hukum tentang pencegahan

20

Winarto Surahmat, Pengantar Metodelogi Ilmiah, (Bandung: CV. Tarsito, 1982),hlm

132.

Page 40: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

27

penyalahgunaan narkoba berdasarkan Undang- Undang 35 Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika, Undang- Undang Nomor 9 Tahun 1997

tentang psitropika di BNN Provinsi Yogyakarta dan Polri (Polda).

b. Wawancara.

Wawancara adalah Tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih

secara langsung terhadap informan, dalam hal ini wawancara

dilakukan di lingkungan BNN Provinsi Yogyakarta dan Polri (Polda)

di Yogyakarta.

c. Dokumentasi.

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal- hal tau variable yang

berupa catatan buku, arsip- arsip atau dokumen-dokumen, khususnya

berhubungan dengan kebijakan pencegahan penyalahgunaan narkoba

oleh pelajar dan mahasiswa di Yogyakarta.

d. Analisis Data.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian hukum dalam

skripsi ini adalah analisis kualitatif. Pengertian analisis kualititatif adalah:

Analisi kualitatif dilakukan terhadap data baik berupa data kualitatif,

maupun data kualitatif. Terhadap data kualitatif dalam hal ini dilakukan

terhadap data berupa informasi, uraian dalam bentuk prosa kemudian

dikaitakan dengan data lainya untuk mendapatkan kejelasan terhadap suatu

kebenaran/sebaliknya, sehingga memperoleh gambaran baru ataupun

menguatkan suatu gambaran yang ada. Dan sebaliknya jadi bentuk analisis ini

Page 41: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

28

merupakan penjelasan-penjelasan, bukan angka- angka statistik/bentuk angka

lainnya.21

G. Sistematika Pembahasan

Untuk membahas rumusan masalah yang menajdi pokok penelitian dalam

skripsi ini akan disusun ke dalam lima Bab, yaitu:

Bab pertama menjelaskan gambaran umum dari penelitian yang ingin

disusun oleh penyusun . Di dalamnya di jelaskan mengenai: latar belakang

penelitian, rumusan masalah, tujuan dan kenggunaan penelitian, telaah pustaka,

kerangka teoritik. Selanjutnya pada bab ini juga diuraikan metode penelitiaan

meliputi jenis penelitian, sifat penelitian, pendekatan penelitian, sumber data,

metode pengumpulan data, dan analisis data dan pada akhir dari bab ini disajikan

sistematika pembahasan.

Bab kedua merupakan tinjauan umum tentang narkoba, disini menjelaskan

tentang pengertian narkoba, macam-macam narkoba. Kemudian akan disajikan

faktor-faktor penyalahgunaan, akibat penggunaan narkoba dan pengertian dari

kebijakan.

Bab ketiga, berisi gamabaran umum tentang BNNP dan polri. Kemudian

akan menyajikan juga tentang kebijakan BNN dan Polri tentang pencegahan

narkoba.

21

Joko, Subagyo, P, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek, (Jakarta: PT Rineka

Cipta, 1999), hlm 106.

Page 42: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

29

Bab keempat, akan menyajikan tentang hasil dari penelitian di BNN

Yogyakarta dan polri yang bersangkutan, kemudian menganalisis tentang

penelitian tersebut

Bab kelima, pada bab ini disajikan kesimpulan yang merupakan jawaban

terhadap permasalahan dalam skripsi ini dan sekaligus disajikan saran yang

merupakan sumbangan pemikiran dan rekomendasi dari penyusun tentang

Kebijakan BNN dan Polri dalam Pencegahan dan Penanggulangan di Yogyakarta.

Page 43: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

147

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang teah disampaiakan oleh penulis dapat diambil

kesimpulan bahwa:

1. Upaya yang dilakukan BNNP

Hal ini bisa dilihat pada upaya yang telah dilakukan oleh BNNP

Yogyakarta dalam pencegahan narkoba yaitu pendidikan, penerangan, dan

penyuluhan, sedangkan dalam upaya penanggulangannya yaitu razia, dan

rehabilitasi.

Upaya pencegahan narkoba oleh BNNP Yogyakarta sudah sesuai dengan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Sedangkan peraturan-

peraturan yang lain merupakan pelengkap dari Undang-Undang Narkotika dan

tidak ada tumpang antar Undang-Undang.

2. Upaya yang dilakukan Polri

Bahwa upaya pencegahan dan penanggulangan narkoba oleh Polri

khususnya Polda DIY sudah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika, dan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Polri

Page 44: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

148

B. Saran danKritik

1. Untuk polisi dan BNNP agar meningkatkan waspada terhadap mahasiswa-

mahasiswa yang baru berada di wilayah Yogyakarta dalam meningkatan

pencegahan dan penanggulangan narkoba.

2. Kemudian bagi masyarakat agar melakukan sosialisai kost-kost dan pendataan

secara rutin agar dapat membantu mahasiswa agar tidak memakai narkoba agar

menguragi dampat peningkatan penyalahgunaan narkoba.

Page 45: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

DAFTAR PUSTAKA

SUMBER BUKU

Abdurrahman, Tebaran Pikiran Tentang Studi Hukum dan Masyarakat, Jakarta:

Media Sarana Press, 1986.

Adang, dan Yesmil Anwar, Kriminologi, Bandung: Refika Aditama, 2010.

Adi, Kusno, Diversi Sebagai Upaya Alternatif Penanggulangan Tindak Pidana

Narkotika Oleh Anak, Malang: UMM Press, 2009.

Ali, Achmad, Menguak Tabir Hukum, Jakarta: Pustaka Prima. 1988.

Anwar, Yesmil, Saat Menuai Kejahatan Sebuah Pendekatan Sosiokultural

Kriminologi, Hukum, dan HAM, Bandung: Refika Aditama, 2009.

Arief, Barda Nawawi, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan

Hukum Pidana (Edisi Revisi), Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005.

_________________, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung: PT

Aditya Bakti, 2005.

_________________, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Jakarta: Prenada

Media Group, 2011.

_________________, Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung: Citra Aditya

Bakti, 2003.

_________________. Kebijakan Legisatif dalam Penanggulangan Kejahatan

Dengan Pidana Penjara, Yogyakarta: Genta Publishing, 2010.

Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, Komunikasi Penyuluhan

Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba, Jakarta: Badan Narkotika Nasional,

2004.

_______________, Materi Advokasi Pencegahan Narkoba, Jakarta: Handbook

Badan Narkotiks Nasional Republik Indonesia, 2005.

_______________, Pedoman Petugas Penyuluhan P4GN Dilingkungan Hukum,

Jakarta: Badan Narkotika Nasional, 2009.

_______________, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Sejak Usia Dini.

Jakarta: Badan Narkotika Nasional, 2007.

Page 46: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

_______________, Pentunjuk Teknis Advokasi bidang pencegahan

penyalahgunaan narkoba bagi masyarakat, Jakarta: Badan Narkotika

Nasional, 2008.

D, Soedjono, Segi Hukum Tentang Narkotika di Indonesia, Bandung: Karya

Nusantara, 1997.

Departemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia,

2008.

Dermawan, Moh. Kemal, Strategi Pencegahan Kejahatan, Bandung:Citra Aditya

Bakti, 1994.

Dirdjosisworo, Soedjono, Bunga Rampai Kriminologi, Bandung: Armico

Bandung, 1984.

Dirdjosisworo, Soedjono, Pathologi Sosial, Bandung: Alumni, 1982.

Dirdjosisworo. O.C Kaligis dan Soedjon, Narkoba dan peradilan di Indonesia

reformasi hukum pidana melalui perundangan dan peradilan, Jakarta: O.C

Kaligis dan Associates, 2006.

Dirjosisworo, Soedjono, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 1994.

Duse, M. Amir P. Ali dan Imran, Narkoba ancaman Generasi Muda, Samarinda:

Puspitasari, 2007.

Hagan, Frank E, Pengantar Kriminologi teori,Metode, dan Perilaku Kriminal,

Jakarta: Kencana, 2013.

Joewana, Lidya Harlina Martono dan Satya, Membantu Pemulihan Pecandu

Narkoba Dan Keluarganya, Jakarta: Balai Pustaka, 2006.

Jokohadikusumo, Putranto, Awas Narkoba, Bandung: PT Sarana Ilmu Pustaka,

2009.

Kusumah, Mulyana W, Kejahatan dan Penyimpangan suatu perspeksi

kriminologi, Jakarta: Yayasan Lembanga Bantuan Hukum Indonesia, 1988.

Mardani, Bunga Rampai Hukum Aktual, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009.

Mustofa, Muhammad, Metodologi Penelitian Kriminologi, Kencana:Jakarta,

2013.

Page 47: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

Nadack, Wison, Korban Ganja dan Masalah Narkotika, Bandung: Indonesia

Publishing House, 1983.

Najih, Mokhamad, Politik Hukum Pidana Paska Reformasi: Implemntasi hukum

Pidana sebagai Instrumen dalam mewujudkan Tujuan Negara. Malang:in-

trans Publising Malang, 2008.

Nurjaya, I Nyoman, Segenggam Masalah Aktual Tentang Hukum Acara Pidana

dan Kriminologi, Bandung:Binacipta, 1985.

P, Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek, Jakarta: PT

Rineka Cipta, 1999.

Permata, Is. Heru, Politik Kriminal, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya

Yogyakarta, 2007.

Poenomo, Bambang, Oriental Hukum Acara Pidana, Yogyakarta: Amastata

Buku, 1988.

Prasetyo, Teguh, Kriminalisasi dalam Hukum Pidana, Bandung: Nusa Media,

2010.

Reksodiputra, Mardjono, Pembaharuan Hukum Pidana, dan Pusat Pelayanan

Pengendalian Hukum, Jakarta: d/h Lembaga Kriminologi UI, 1995.

Sadjijino,, Seri Hukum Kepolisian Polri dan Good Governance, Surabaya:

Laksbang Mediatama, 2008.

Sasangka, Hari, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana, Bandung:

Mandar Maju, 2003.

Soekanto, Soerjono, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Jakarta: Raja Grafindo

Perseda, 2009.

Soerjono, Soekanto, Efektivitas Hukum dan Peran Saksi, Remaja, Karyawan,

Bandung: Mandar Maju, 1988.

Sudarto, .Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung:Alumni, 1981

Sunarso, Siswanto, Penegakan Hukum Psikotropika (dalam kajian sosiologi

hukum), Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.

Surahmat, Winarto, Pengantar Metodelogi Ilmiah, Bandung: CV. Tarsito, 1982.

Page 48: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

Tahir, Ach, Cyber Crime (Akar Masalah, Solusi, dan Penanggulangan),

Yogyakarta: Suka Press, 2010.

Villuers, Peter, Better Police Ethics APractical Guide, Jakarta: Cipta Manunggal.

Jakarta, 1999.

W, Wijaya A, Masalah Kenakan Remaja dan Penyalahgunaan Narkotika.

Bandung: Armico, 1985.

Waskita, Ninik Widiyanti dan Yulius, Kejahatan Dalam Masyarakat dan

Pencegahannya, Jakarta: Bina Aksara. 1987.

SUMBER UNDANG-UNDANG

Intruksi Presiden No. 11 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi

Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran

Gelap narkoba Tahun 2011-2015

Undang-undang No. 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika

Undang-undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Polri

Undang-undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

Peraturan Dalam Negeri Negeri Republik Indonesia No. 21 Tahun 2013 Tentang

Fasilitasi Pencegahan Narkotika

Peraturan Gubenur Daerah Istimewa Yogyakarta No. 9 Tahun 2014 Tentang

Forum Koordinasi Pencegahan dan Penanggulangan Terhadap

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika, Psikotropika, dan Zat

Adiktif

Peraturan Presiden No. 23 Tahun 2010 Tentang Badan Narkotika Nasional

SUMBER SKRIPSI ATAU TESIS

Asyofie, Kholid, “Upaya Polda Daerah Istimewah Yogyakarta dalam

Menangguilangi Penyalahgunaan Narkotika Tahun 2012” ,skiripsi,

Yogyakarta:Universitas Sunan Kali Jaga Yogyakarta, 2014.

Handayani, Elya Eka, “Peranan Penyidik Porli dalam Pencegahan Tindak

Pindana Narkotika Setelah Dikeluarkanya Undang- Undang Nomor 35

tahun 2009”,skripsi. Yogyakarta: Universita Atma Jaya Yogyakarta, 2012

Saputra, Ade, “Proses Penyilidikan dan Penyidikan Tindak Pidana

Penyalahgunaan Narkotika (Studi Kasus di Direktorat Reserse Narkoba

polda DIY)”, skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Sunan Kali Jaga

Yogyakarta, 2013.

Page 49: KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN …digilib.uin-suka.ac.id/16962/2/11340064_bab-i_iv-atau-v_daftar... · mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis

Kasidy, David Brain, “Porli dalam Memberantas Tindak Pidana Narkotika Di

Provinsi DIY”,skripsi. Yogyakarta: Universita Atma Jaya Yogyakarta,

2012.

SUMBER JURNAL

Andriyani, Titi,”Upaya Pencegahan Tindak Penyalahgunaan Narkoba Di

Kalangan Mahasiswa Politeknik Negeri Sriwijaya”, Orasi Bisnis-

ISSN.2085-1375, Edisi IV November 2011: Politeknik Negeri Sriwijaya,

2011 .

Dermawan, M. Kemal, “Pencegahan Kejahatan:dari Sebab- Sebab Kejahatan

Menuju Pada Konteks Kejahatan”. Kriminologi Indonesia, 1 (III) : 35, 2001.

Sundari, E, “Aspek Ilmiah Metode Penemuan Hukum “justia Ex pat , Volume 27

no 1 Juni 2007. Falkutas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta,

Yogyakarta, 2007.

Ricardo, Paul, Upaya Penanggulangan Penyalagunaan Narkoba Oleh Kepolisian

studi Kasus Satuan Narkoba Polres Metro Bekasi”, Jurnal Kriminologi

Indonesia .Vol ^ No III : 232-245, 2010.”

SUMBER WAWANCARA

Wawancara Reserse Narkoba Polda DIY Yogyakarta oleh Bapak Sunarso, 13

April 2015

Wawancara terhadap kepala bagian pencegahan BNN oleh Bapak Bambang

Wiryanto tanggal 13 Mei 2015

SUMBER INTERNET

http://belajarpsikologi.com/pengertian-narkoba/. Diakses 29 Maret 2012

http://republikaonline.co.id . Diakses 01 Januari 2014