KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN...
Transcript of KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN...
KEBIJAKAN BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) DAN POLRI DALAM
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN NARKOBA DI YOGYAKARTA
SKRIPSI
DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
UNTUK MEMENUHI SYARAT-SYARAT
MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU
DALAM ILMU HUKUM
OLEH:
NABILA EMY MAYASARI
NIM. 11340064
PEMBIMBING:
1. Dr. KH. MAKHRUS MUNAJAT, S.H., M.Hum
2. FAISAL LUQMAN HAKIM, S.H., M.Hum
ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015
ii
ABSTRAK
NAPZA (Narkoba, Psikotropika, dan Zat Adiktif) atau biasa disebut
Narkoba, salah satu kata yang selalu didengar dari berbagai media massa dan
mampu membuat gelisah para orang tua. Apalagi yang terkena narkoba tersebut
pada siswa yang akan mempengaruhi belajarnya, bahkan merusak moral dan
mentalnya. Pengaruh narkoba sanggat luar biasa buruknya, selain merusak moral
dan mental, juga merusak kesehatan dan menghancurkan ekonomi keluarga.
Dalam sebuah contoh berita kasus penyalahgunaan narkoba di Daerah Istimewa
Yogyakarta sepanjang 2013 melonjak 30 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Kasus tertinggi merupakan penyalahgunaan narkotika yang mencapai 189 kasus.
Dengan masalah seperti tersebut dibutuhkan kebijakan pencegahan yang berguna
untuk menghilangkan tingkat terjadinya narkoba. Seperti BNN dan polri yang
berperan penting dalam pencegahan yang terjadi dimasyarakat, dan bagaimana
hasil yang didapat dalam upaya dari kebijakan pencegahan itu sendiri telah
dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku.
Dalam penelitian ini menggunakan penelitian lapangan dengan
mewawancarai BNNP dan petugas polisi agar dapat mengetahui upaya yang
dilakukan oleh BNNP dan polisi dalam pencegahan dan penanggulangan narkoba,
dengan sifat deskriptif analitik bertujuan memecahakan fakta yang ada di
masyarakat. Hal ini berpaku oleh sumber-sumber data undang-undang 35 tahun
2009, undang-undang 5 tahun 1997, peraturan yang berlaku dan buku-buku yang
mengenai penelitian ini. Dan yang terakhir dengan pengumpulan data
menggunakan observasi dan menganalisi data secara kualitatif yang menjelaskan
data-data yang didapat.
Hal ini bisa dilihat pada upaya yang telah dilakukan oleh BNNP
Yogyakarta dalam pencegahan narkoba yaitu pendidikan, penerangan, dan
penyuluhan, sedangkan dalam upaya penanggulangannya yaitu razia, dan
rehabilitasi. Upaya pencegahan narkoba oleh BNNP Yogyakarta sudah sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Sedangkan
peraturan-peraturan yang lain merupakan pelengkap dari Undang-Undang
Narkotika dan tidak ada tumpang antar Undang-Undang. Upaya yang dilakukan
Polri adalah upaya pencegahan dan penanggulangan narkoba oleh Polri khususnya
Polda DIY sudah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, dan
Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Polri
Kata Kunci: Narkoba, Pencegahan, BNN, Polri
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Kepada Allah S.W.T yang telah memberikan kesehatan dan kehidupan
untuk menjalanin skripsi ini
2. Bapak Udiyo Basuki S.H., M.Hum. selaku Pembimbing Akademik, yang
selalu senyuman kepada para mahasiswa.
3. Bapak Dr.Drs.KH. Makhrus Munajat, S.H, M.Hum selaku Pembimbing I
yang selalu memberi arahan dalam penyusunan Skripsi ini
4. Bapak Faisal Luqman Hakim, S.H., M.Hum. selaku Pembimbing II, yang
selalu memberi arahan dalam penyusunan Skripsi ini
5. Kepada Ibu Lindra Darnela., S.Ag., M.Hum sebagai penguji I dan Bapak
Misbahul Mujib., S.Hi., M.Hum sebagai Penguji II yang sudah merelakan
waktunya buat saya.
6. Bapak/Ibu dosen dan karyawan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
7. Ayahku Ir.Jito Sarjono dan Ibuku Endang Murtiningsih,S.T yang telah
memeras keringat untuk menghidupiku hingga mampu mengantarkanku di
bangku kuliah.
8. Kepada keluarga besarku disolo yang selalu memberikan motivasi dan
semangat kepadaku
9. Buat Kakakku Pratiwi Eka Ramadhani, S.Psi, Hanung Agustian
Nugroho., S.P. dan Sri Sasantya., S.P
10. Sahabat-sahabat terbaikku selama, Titik, Bang Fendi, Ahmad Mujahid,
Lilik, Bu Ratmi, Bu Atik, Rahmad Suhajar, Fiantoro, Fahrudin yang selalu
ada buat saya dalam kesusahan dan kesenangan
11. Teman-teman Ilmu Hukum angkatan 2011 Fakultas Syari’ah dan Hukum
UIN Sunan Kalijaga. Dan yang spesial mayasari dan sukma palugan yang
selalu memberikan motivasi buat saya.
12. Untuk Kucing Kesayangan Gembul yang selalu buat tersenyum dengan
tingkah lakunya
viii
MOTTO
Tidak Ada Yang Tidak Mungkin Bila Kita Mencoba Dan Terus
Mencoba
ix
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرحمه الرحيم
الحمد هلل رب العالميه وبه وستعيه على امىرالدويا والديه.اشهد ان ال
صل وسلم على محمد و اله اال اهلل و اشهد ان محمدا رسىل اهلل. اللهم
على اله وصحبه اجمعيه. اما بعد
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah penyusun panjatkan puji syukur ke hadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kebijakan BNN
dan Polri dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di
Yogyakarta” dengan berbagai kendala yang Alhamdulillah bisa
penyusun lewati.
Penyusunan skripsi tentang hukum khususnya dalam hal hukum
pendaftaran tanah merupakan penerapan teori-teori dan segala bentuk
regulasi peraturan yang berkaitan dengan pendafataran tanah yang telah
mahasiswa dapatkan selama di bangku kuliah untuk dikorelasikan
dengan fakta lapangan berupa kesadaran hukum masyarakat terhadap
pendaftaran tanah dan instansi pemerintah yang berwenang menjalankan
peraturan tentang pendafataran tanah tersebut. Dalam kesempatan ini
penyusun mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan penelitian ini dengan
lancar dan selalu diberi kemudahan oleh-Nya.
2. Bapak Prof. Drs. Akh. Minhaji, M.A., Ph.D. selaku Rektor
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN ABSTRAKSI.......................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .............................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii
HALAMAN MOTTO ................................................................................. viii
HALAMAN KATA PENGANTAR ........................................................... ix
HALAMAN DAFTAR ISI .......................................................................... x
BAB I : PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 8
D. Telaah Pustaka ................................................................................ 10
E. Kerangka Teoretik .......................................................................... 11
1. Teori Kebijakan Hukum .............................................................. 11
2. Teori Pencegahan Kejahatan ....................................................... 16
3. Teori Kontrol Sosial… ................................................................ 20
4. Pencegahan Menurut BNN dan Polri .......................................... 22
F. Metode Penelitian ............................................................................ 27
1. Jenis Penelitian dan metode Pendekatan ..................................... 27
2. Sifat Penelitian ............................................................................ 27
3. Pendekatan Masalah… ................................................................ 27
4. Sumber data dan Bahan Hukum .................................................. 27
5. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 29
xii
6. Teknik Analisis Data ................................................................... 30
G. Sistematika Pembahasan ................................................................ 30
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOBA , KEBIJAKAN
PENANGGULANGAN NARKOBA ......................................... 31
A. Tinjauan Umum Narkoba
1. Pengertian Narkoba .................................................................... 31
2. Macam-Macam Narkoba ............................................................ 46
a) Narkotika ............................................................................... 46
b) Psikotropika ........................................................................... 52
3. Sebab-Sebab Terjadinya Penyalahgunaan Narkoba ................... 49
4. Akibat Memakai Narkoba .......................................................... 55
5. Aturan Hukum Tentang Narkoba ............................................... 70
B. Tinjauan Umum Mengenai Kebijakan
Penanggulangan Narkoba .............................................................. 77
BAB III : GAMBARAN UMUM BNNP DAN POLRI ............................ 94
A. Gambaran Umum BNNP ............................................................... 94
1. Pengertian BNN .......................................................................... 94
2. Visi dan Misi BNNP ................................................................... 96
3. Tugas BNNP ............................................................................... 96
4. Kebijakan BNNP ......................................................................... 100
B. Gambaran Umum Polri… .............................................................. 104
a. Pengertian Polri… ....................................................................... 104
b. Visi dan Misi Polri ...................................................................... 111
c. Tugas Polri .................................................................................. 113
d. Kebijakan Polri …....................................................................... 117
C. Data Pengungkapan Kasus ............................................................ 121
xiii
BAB IV : ANALISIS TERHADAP KEBIJAKAN NARKOBA OLEH BNN
DAN POLRI ................................................................................ 128
BAB V : PENUTUP .................................................................................... 147
A. Kesimpulan ...................................................................................... 147
B. Saran ......... ...................................................................................... 148
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
NAPZA (Narkoba, Psikotropika, dan Zat Adiktif) atau biasa disebut
Narkoba, salah satu kata yang selalu didengar dari berbagai media masa dan
mampu membuat gelisah para orang tua. Apalagi yang terkena narkoba tersebut
pada siswa yang akan mempengaruhi belajanya, bahkan merusak moral dan
mentalnya. Pengaruh narkoba sangat luar biasa buruknya, selain merusak moral
dan mental, juga merusak kesehatan dan menghancurkan ekonomi keluarga.
Masalah penyalahgunaan narkoba di Indonesia, sekarang ini sudah sangat
memprihatinkan. Hal ini disebabkan beberapa halantara lain karena Indonesia
yang terletak pada posisi di antara tiga benua dan mengingat perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka pengaruh globalisasi, arus transportasi yang
sangat maju dan pergeseran nilai matrialistis dengan dinamika sasaran opini
peredaran gelap. Masyarakat Indonesia bahkan masyarakat dunia pada umumnya
saat ini sedang dihadapkan pada keadaan yang sangat mengkhawatirkan akibat
maraknya pemakaian secara illegal bermacam–macam jenis narkoba.
Kekhawatiran ini semakin di pertajam akibat maraknya peredaran gelap narkoba
yang telah merebak di segala lapisan masyarakat, termasuk di kalangan generasi
muda. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan bangsa dan negara
pada masa mendatang.
2
Hal yang lebih memprihatinkan lagi adalah bahwa di Indonesia bukan
hanya menjadi daerah pemasaran gelap narkoba, melainkan juga sebagai daerah
produsen narkoba. Sebagain besar korban penyalahgunaan narkoba berusia 15-25
tahun, usia yang seharusnya sedang giat-giatnya melakukan aktivitas yang
membangun, usia yang sangat produktif1.
Di Indonesia sendiri mempunyai banyak peraturan dan kebijakan
mengenai narkoba. Dan ini membuktikan bahwa Republik Indonesia merupakan
salah satu Negara di dunia yang disebut Negara hukum. Realisasi supermasi
hukum di Indonesia memang wajib ada terkait dengan hukum, E. Sundari
menyatakan bahwa:
“ Hukum merupakan kaidah yang mengatur tentang bagaimana seyogyanya
manusia berperilaku dalam pergaulan masyarakat hukum sekaligus
mengatur kepentingan manusia”2.
Pernyataan E. Sundari tersebut dapat diinterprestasikan bahwa
kepentingan manusia mempunyai hubungan yang erat dengan hukum dan tidak
mungkin dalam aspek negatif. Tentunya dalam aspek positif, misalnya
pemberantasan tindak pidana narkotika.
Berdasarkan sejarah penggunaanya, narkotika pada awalnya hanya
digunakan sebagai alat bagi upacara–upacara ritual keagamaan dan di samping itu
juga dipergunakan untuk pengobatan. Adapun jenis narkotika pertama yang
1Putranto Jokohadikusumo, Awas Narkoba, (Bandung: PT Sarana Ilmu Pustaka, 2009),
hlm 5. 2 Sundari, E, Aspek Ilmiah Metode Penemuan Hukum (dikutip dari Jurnal Ilmu Hukum:
Justia Ex pat , Volume 27 No 1 Juni 2007), Falkutas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
Yogyakarta, 2007, hlm 43.
3
digunakan pada mulanya adalah candu atau lazimnya disebut sebagai madat atau
opium.
Dalam upaya meningkatkan di bidang pengobatan dan pelayanan
kesehatan, narkotika cukup diperlukan ketersediaannya, namun apabila salah
digunakan akan menimbulkan dampak yang berbahaya bagi penggunaannya
karena pengguna akan mengalami ketergantungan yang sangat merugikan,
sehingga harus dilakukan pengadilan dan pengawasan yang ketat dan seksama.3
Tidak sedikit kalangan, baik di Indonesia maupun di Negara-Negara lain,
yang beranggapan bahwa penyalahgunaan narkoba bukan masalah serius, apabila
masalah yang berkaitan langsung dengan kehidupan mereka. Mereka yang keliru
mempersipsikan penyalahgunaan narkoba sebagai problem yang eksis hanya pada
segmen masyarakat tertentu yang jauh dari lokasi keberadaan mereka.
Di Indonesia, seperti juga di Negara-Negara lainnya, organisasi kejahatan
narkoba, baik lokal maupun asing, terus meningkatkan aktivitas illegalnya, karena
keuntungan-keuntungan dari kegiatan-kegiatan illegal ini sangat besar dan
masalah ini menimpa hampir seluruh tingkat masyarakat. Pemerintah terus
meningkatkan upayahnya dalam rangka memberantas peredaran gelap dan
penyalahgunaan narkoba secara konsisten. Berbagai upaya telah dilakukan dari
sifatnya pencegahan, penegakan hukum maupun terapi dan rehabilisasi terhadap
korban serta upaya lainya, seperti pelatihan untuk para penegakan hukum4.
3Kusno, Adi, Diversi Sebagai Upaya Alternatif Penanggulangan Tindak Pidana
Narkotika Oleh Anak, (Malang: UMM Press, 2009), hlm 1. 4 M. Amir P. Ali dan Imran Duse, Narkoba ancaman Generasi Muda, (Samarinda:
Puspitasari,2007), hlm 10.
4
Membatasi wacana penyalahgunaan obat-obatan hanya pada kategori
narkoba, sebenarnya mengesampingkan realitas yang memiliki benang merah
dengan kadar risiko yang tidak kalah tinggi. Secara eksplisit, pembahasan tentang
penyalahgunaan narkoba perlu diawali dengan sorotan tentang ketergantungan
masyarakat pada zat–zat adiktif yang telah terbukti merusak kesehatan anggota
masyarakat.
Yang sangat penting untuk dipahami adalah bahwa tidak ada satu orang
pun di dunia yang benar–benar kebal terhadap kemungkinan terjerat dalam
penyalahgunaan narkoba. Aktivis agama, pekerja professional, murid sekolah
unggulan, pengunih kawasan mewah, penegak hukum, semuanya sekali lagi,
semuanya terpapar pada kemungkinan menjadi subjek penyalahgunaan narkoba.
Dasar hukum Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai lembaga
pemerintahan non kementrian adalah Peraturan Presiden Nomer 23 Tahun 2010
tentang Badan Narkotika Nasional. Badan narkotika Nasional merupakan lembaga
penyidik dalam kejahatan narkotika dan lembaga ini dibantu oleh pihak dari
Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang pada awalnya penyidik dari kasus
narkotika ini adalah dari pihak kepolisian, tetapi kepolisian setelah
dikeluarkannya UU 35 Tahun 2009 hanya berpean menajdi penyidik pembantu
Badan Narkotika Nasional. Badan Narkotika Nasional dipimpin oleh seorang
kepala yang bertanggung jawab kepada presiden melalui Kepala Kepolisian
Republik Indonesia.5
5Badan Narkotika Nasional, Pedoman Petugas Penyuluhan P4GN Dilingkungan Hukum,
(Jakarta: Badan Narkotika Nasional, 2009), hlm 74.
5
Dalam sebuah contoh berita kasus penyalahgunaan narkoba di Daerah
Istimewa Yogyakarta sepanjang 2013 melonjak 30 persen dibandingkan tahun
sebelumnya. Kasus tertinggi merupakan penyalahgunaan narkotika yang
mencapai 189 kasus.
Data yang dihimpun Kepolisian Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta
menunjukkan pengungkapan kasus narkoba mencapai 305 kasus pada tahun 2013,
meningkat dari tahun sebelumnya sebanyak 241 kasus. Barang bukti yang disita
dari tersangka juga meningkat untuk jenis shabu sebanyak 421,85 gram dan
putauw sebanyak 2.263 gram. Polisi juga menyita ganja kering sebanyak 1.786
gram dan tanaman ganja 13 pohon.
Penemuan pohon ganja tersebut meningkat dari tahun sebelumnya
sebanyak tujuh pohon. Sementara untuk minuman keras, barang bukti yang disita
polisi meningkat sebanyak 3.346 botol, meningkat dari 1.405 botol.
"Jumlah kasus narkoba pada tahun 2013 meningkat sebesar 97 kasus atau 30,03
persen," ujar Kapolda DIY, Brigjen Pol Haka Astana6
Dari pernyataan diatas bahwa terjadinya peningkatan 30% dari tahun
sebelumnya. Maka penyusun tertarik untuk mengambil judul penelitian.“
Kebijakan Badan Narkotika Nasional dan Polri dalam Pencegahan Penaggulangan
Narkoba di Yogyakarta”.
6http://republikaonline.co.id . Diakses 01 Januari 2014.
6
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka permasalahan dalam penelitian
ini adalah Apakah BNN dan Polri sudah melaksanakan sesuai peraturan yang
berlaku?
C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Pnenelitian
1. Tujuan Penelitian.
Tujuan yang hendak di capai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
kebijakan dah hasil dalam usaha pencegahaan dan penanggulangan
penyalahgunaan narkoba dengan pedoman peraturan yang berlaku.
2. Manfaat Penelitian.
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara:
a. Manfaat Teoritis.
Penyusun berharap karya ilmiah ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan landasan teori bagi perkembangan hukum pada umumnya
dan memberikan informasi mengenai penyalahgunaan narkoba di Daerah
Istimewa Yogyakarta.
b. Manfaat praktis.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambaha pengetahuan dan
wawasan bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya, bagi
pemerintah, Polri, BNN Daerah Istimewa Yogyakarta dalam mengambil
suatu kebijakan yang lebih baik.
7
D. Telaah Pustaka
Kajian tentang pencegahan penyalahgunaan narkoba oleh BNNP Daerah
Istimewa Yogyakarta dan polri ( khususnya polda) yang mana sebagai penopang
hidup masyarakat, begitu pula tulisan-tulisan atau karya ilmiah baik berbentuk
jurnal, makalah, buku, majalah maupun tulisan-tulisan lainnya. Sehingga untuk
memposisikan karya penyusun ini perlu kiranya untuk memaparkan penelitian-
penelitian sebelumnya sehingga dapat terhindar dari kemungkinan adanya
pengulangan penelitian.
Elya Eka Handayani, dalam skripsinya “ Peranan Penyidik Polri Dalam
Pencegahan Tindak Pidana Narkotika Narkotika Setelah Dikeluarkannya Undang-
Undang Nomer 35 Tahun 2009”. Dalam skripsinya menyimpulkan bahwa
menurut penyidik polri yang sebagai pembantu dalam Badan Narkotika Nasional,
akan tetapi kerja sama antara Polri dan BNN tidak begitu jelas dalam pencegahan
narkotika. Dan penyusun lebih memfokuskan tentang kerjasama dank keefektifan
dalam polri dan Badan Narkotika Nasional pencegah penyalahgunaan narkoba.
Tidak hanya memfokuskan tentang narkotika, akan tetapi psikotropika dan zat
adiktif.7
David Brain Kasidy Marpaung dalam skripsinya “Polri Dalam
Memberantas Tindak Pidana Narkotika Di Provinsi DIY”. Dalam skripsinya
menyimpulkan bahwa polri sebagai represif (pemberantasan) yang menangkap
para pengguna narkotika.Yang telah mengambil sampel pada polda Daerah
Istimewa Yogyakarta. Sebaliknya penyusun hanya memfokuskan pencegahan
7Elya Eka Handayani,”Peranan Penyidik Porli dalam Pencegahan Tindak Pindana
Narkotika Setelah Dikeluarkanya Undang- Undang Nomor 35 tahun 2009”,skripsi, Universita
Atma Jaya Yogyakarta,2012.
8
yang dilakukan oleh pihak polri dan pihak BNN. Dan mengambil sampel tidak
hanya Polda DIY akan tetapi Poresta DIY dan BNN8
Kholid Asyrofie, dalam skripsinya. “Upaya Polda Daerah Istimewa
Yogyakarta Dalam Menanggulangi Penyalahgunaan Narkotika Tahun 2012”.
Dalam skripsinya, menyimpulkan bahwa terdapat 2 upaya penanggunangi
penyalahgunaan narkotika tahun 2012 yaitu, penindakan (represif) dan
pencegahan(preventif), perbedaan antara penyusun adalah tingkat efektif tentang
pencegahan yang dilakukan oleh masyarakat polri di Daerah Istimewa Yogyakarta
ataupun tidak keefektifan dari data-data pengguna narkoba di daerah Yogyakarta
dan sekitarnya.9
Ade Saputra dalam skripsinya “ Proses Penyilidikan Dan Penyidikan
Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika (Studi Kasus di Direktorat Reserse
Narkoba polda DIY)” dalam skripsinya menyimpulkan bahwa teknik penyelidikan
mulai dari peninjauan, pembuntutan, penyusupan agen, pembelian terselubung,
penyerajan yang dikendalikan, rencana penggerebekan. Perbedaan dari skripsi
yang penyusun buat adalah penyusun menfokuskan tentang stategi dan
pencegahan yang dilakukan oleh pihak polri dan BNNP dalam narkoba secara
umum tidak hanya narkotika saja dan disertai dengan data- data pelaku yang telah
8 David Brain Kasidy, “Porli dalam Memberantas Tindak Pidana Narkotika Di Provinsi
DIY”,skripsi, Universita Atma Jaya Yogyakarta, 2012. 9Kholid Asyofie, “Upaya Polda Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Menangguilangi
Penyalahgunaan Narkotika Tahun 2012”,skiripsi, Universitas Sunan Kali Jaga Yogyakarta, 2014.
9
ditangkap oleh para polri dan dianalisiskan keefetifan dari strategi pencegahan
yang dilakukan oleh polri dan BNNP10
.
E. Kerangka Teoretik
1. Teori Kebijakan Hukum.
Kebijakan penanggulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika
merupakan kebijakan hukum positif yang pada hakikatnya bukanlah semata–mata
pelaksanaan undang–undang yang dapat dilakukan secara yuridis normatif dan
sismatik dan dogmatik. Disamping pendekatan yuridis normatif, kebijakan hukum
pidana juga memerlukan pendekatan yuridis faktual yang dapat berupa
pendekatan sosiologi dan historis, bahkan memerlukan pula pendekatan
komprehensif social dan pembangunan nasional pada umumnya.11
Masalah kebijakan pidana merupakan salah satu bidang yang menjadi
pusat perhatian kriminologi, karena kiriminologi sebagai studi yang bertujuan
mencari dan menentukan faktor–faktor yang membawa timbulnya kejahatan-
kejahatan dan penjahat. Kajian mengenai kebijakan hukum pidana (Penal Policy)
yang termasuk salah satu bagian dari ilmu hukum pidana, erat kaitannya dengan
pemahasan hukum pidana nasional yang merupakan salah satu besar menghadapi
bangsa Indonesia. Dalam batas–batas yang dimungkinkan perlindungan terhadap
hak–hak asasi warga masyarakat Indonesia, terhadap berapa prinsip yang
terkandung dalam Undang–Undang narkotika adalah:
10
Ade Saputra, “Proses Penyilidikan dan Penyidikan Tindak Pidana Penyalahgunaan
Narkotika (Studi Kasus di Direktorat Reserse Narkoba polda DIY)”, skripsi, Universitas Islam
Sunan Kali Jaga Yogyakarta, 2013. 11
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, (Bandung: PT Aditya
Bakti, 2005), hlm 22.
10
a) Bahwa Undang–Undang narkotika juga dipergunakan untuk menegaskan
ataupun menegakan kembali nilai-nilai sosial dasar perilaku hidup
masyarakat dalam Negara kesatuan Republik Indonesia yang dijiwai oleh
falsafah Negara Pancasila.
b) Bahwa Undang–Undang narkotika merupakan satu–satunya produk
hukum yang membentengi bagi pelaku tindak pidana narkotika secara
efektif.
c) Dalam menggunakan produk hukum lainnya, harus diusahakan dengan
sungguh–sungguh bahwa caranya seminimal mungkin tidak menggunakan
hak dan kewajiban individu tanpa mengurangi perlindungan terhadap
kepentingan masyarakat yang demokrasi dan modern.12
Berdasarkan pada prinsip–prinsip yang terkandung dalam prinsip hukum,
maka dapat di pahami bahwa apabila masih ada cara lain untuk mengendalikan
sosial, maka penggunaan hukum pidana dapat ditiadakan, kebijakan ini disebut
sebagai kebijakan Non-penal.
Salah satu jalur “Non-penal” untuk mengatasi masalah–masalah sosial
adalah lewat “kebijakan sosial” (Sosial-Policy). Kebijakan sosial pada dasarnya
adalah kebijakan atau upaya–upaya rasional untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat, jadi identik dengan kebijakan atau perencanaan pembangunan
nasional yang meliputi berbagai aspek yang cukup luas dari pembangunan.
Sebaliknya apabila cara pengendalian lain (Sosial-Control), yaitu dengan cara
menggunakan “Kebijakan Sosial” (Sosial-Policy) tidak mampu mengatasi tindak
12
Mardjono Reksodiputra, Pembaharuan Hukum Pidana, dan Pusat Pelayanan
Pengendalian Hukum (Jakarta: d/h Lembaga Kriminologi UI, 1995), hlm.23.
11
pidana, maka jalan yang dipakai melalui kebijakan “Penal” (Kebijakan Hukum
Pidana).
Dua masalah sentral dalam kebijakan tindak pidana dengan menggunakan
sarana penal (hukum pidana) adalah masalah:
1) Perbuatan apa yang seharusnya dijadikan tindak pidana, dan
2) Sanksi apa sebaiknya digunakan atau dikenakan kepada si pelanggar.13
Analisa terhadap 2 (dua) masalah sentral ini tidak dapat di lepaskan dari
konsepsi integral antara kebijakan kriminal dengan kebijakan sosial atau
kebijakan pembangunan nasional.Ini berarti pemecahan masalah–masalah di atas
harus pula di arahkan untuk mencapai tujuan–tujuan tertentu dari kebijakan
sosial–politik dalam menangani 2 (dua) masalah sentral tersebut di atas, harus
pula dilakukan dengan pendekatan yang berorientasi pada kebijakan (Policy
Orientend Approach).
Bertolak dari pemahaman “kebijakan”, istilah kebijakan dalam tulisan ini
diambil dari istilah “Policy” (Inggris) atau “Politic” (Belanda).Atas dasar dari
kedua istilah asing ini, maka istilah “Kebijakan Hukum Pidana” dapat pula
disebut dengan istilah “Politik Hukum Pidana”. Dalam kepustakaan asing istilah
“Politik Hukum Pidana” ini sering dikenal dengan berbagai istilah antara lain
“Penal Policy,”Criminal Law Policy” atau “Strafreehtspolitiek”.
Kebijakan penanggulangan kejahatan atau biasa dikenal dengan istilah
“Politik Kriminal” yang dapat meliputi ruang lingkup yang cukup luas.
Maksudnya alam upaya penanggulangan kejahatan dapat ditempuh dengan:
13
Ibid, hlm. 23-24.
12
a) Penerapan hukum pidana (criminal law application).
b) Pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment).
c) Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan
pemidanaan lewat media masa (influencing vieewa of society on crime
and punishment).
Bertolak dari keraguan atas efektivitas sarana penal dari aplikasi Undang -
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika tersebut, perlu dicermati
efektivitas hukum yang tidak dapat dilepaskan dari tipe–tipe penyelewengan
tersebut merupakan kategori secara teoritas terhadap berbagai jenis
penyelewengan yang terjadi dalam masyarakat tertentu.14
Penanggulangan kejahatan dapat menggunakan dua kebijakan yaitu
dengan menggunakan kebijakan penal dan Non-penal. Kebijakan penal yakni
penanggulangan menggunakan sanksi pidana, atau peraturan yang berlaku.
Sedangkan kebijakan Non-penal merupakan kebijakan penanggulangan
menggunakan sanksi administratif, sanksi perdata dan lain–lain. Penjelasan lain
menurut Barda Nawawi Arief dan Bambang Poemomo, yang menegaskan bahwa
kebijakan Non-penal dalam penanggulangan kejahatan adalah merupakan
langkah–langkah preventif sebelum terjadi tindak kejahatan.15
Kebijakan pidana (penal policy) merupakan upaya untuk menanggulangi
kejahatan, sebagai bagian yang integral dari upaya perlindungan masyarakat
14
Soekanto Soerjono, Efektivitas Hukum dan Peran Saksi, Remaja, Karyawan,
(Bandung: Mandar Maju, 1988), hlm.68. 15
Ach Tahir, Cyber Crime (Akar Masalah, Solusi, dan Penanggulangan),(Yogyakarta:
Suka Press. 2010), hlm 46.
13
(social defence) dengan kata lain bahwa kebijakan pidana atau politik criminal
merupakan bagian dari social policy.16
1) Pencegahan penanggulangan kejahatan harus menunjang tujuan (goal)
yang berupa “social welfare” dan “social defence” karena dengan
terpenuhinya kesejahteraan dan keamanan/kedamaian akan timbul
keyakinan masyarakat yang bersifat immaterial terutama nilai
kepercayaan (trust) nilai keadilan (justice) nilai kejujuran dan
kebenaran.
2) Maka pencegahan kejahatan harus dilakukan dengan pendekatan
secara integral, yakni adanya keseimbangan antara “pendekatan penal”
dan “pendekatan Non-penal”.
3) Pencegahan penanggulangan kejahatan dengan pendekatan secara
penal (penal law inforcement policy) dalam implementasinya
dilakukan melalui beberapa tahap yang pertama, tahap formulasi
(legislative policy) atau tahap proses legislasi, kedua, tahap yudisial
sebagai tahap aplikasi, dan ketiga tahap proses administratif/eksekutive
policy.
2. Teori Pencegahan Kejahatan.
Para peneliti pencegahan kejahatan secara tradisional telah berusaha
mendefinisikan strategi-strategi yang akan mencegah individu terlibat di dalam
kejahatan atau merehabilitasi, mereka sehingga mereka tidak lagi melakukan
tindakan kejahatan. Pada tahun-tahun terakhir ini, upaya-upaya pencegahan
16
Mokhamad Najih, “Politik Hukum Pidana Paska Reformasi: Implemntasi hukum
Pidana sebagai Instrumen dalam mewujudkan Tujuan Negara”, (Malang:in-trans Publising
Malang,2008), hlm. 40-41.
14
kejahatan seringkali terfokus kepada menghilangkan tingginya tingkat pelanggar
atau pelanggar yang berbahaya sehingga mereka tidak bebas untuk memangsa
warga negara yang taat pada hukum.
Tetapi keduanya mempunyai asumsi dasar yang sama mengenai riset dan
kebijakan pencegahan kejahatan: bahwa upaya-upaya untuk memahami dan
mengendalikan kejahatan harus dimulai dengan pelanggar. Pada semua
pendekatan ini, fokus dari pencegahan kejahatan adalah pada orang dan
keterlibatan mereka didalam kejahatan. Mereka berpendapat bahwa pergeseran ini
muncul bukan dilihat dari segi strategi tertentu atau teori-teori tertentu yang
digunakan, tetapi dilihat dari segi unit analisis atau satuan analisis yang
membentuk basis bagi upaya-upaya pencegahan kejahatan. Upaya pencegahan
kejahatan baru ini memerlukan suatu fokus bukan saja terhadap orang yang
melakukan kejahatan tetapi juga pada konteks di mana kejahatan itu terjadi.
Pencegahan adalah semua tindakan atau kegiatan yang dilakukan untuk
menghindari terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan (antisipatik), sehingga
memungkinkan orang mempunyai ketahanan diri dan dapat memberdayakan
masyarakat untuk mencipkan dan memperkuat lingkungannya, guna mengurangi
atau menghilangkan semua resiko terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan
tersebut.
Pencegahan penyalahgunaan narkoba adalah segala upaya dan tindakan
untuk menghindari orang memulai penggunaan narkoba dengan menjalankan cara
hidup sehat serta mengubah kondisi lingkungan yang memungkinkan orang
terjangkit penyalahgunaan narkoba.
15
Pada hakikatnya dengan meminjam terminology yang berlaku didunia
media, dapat dibedakan berbagai tipologi tindakan pencegahan. Tipilogi-tipilogi
tersebut anatara lain sebagai berikut;
1. Pencegahan primer yang diarahkan baik pada masyarakat sebagai korban
potensial maupun para pelaku kejahatan yang masih belum tertangkap atau
pelaku potensial. Kegiatan dalam hal ini dapat bersifat penyehatan mental
masyarakat yang bersifat abstrak maupun yang bersifat fisik dan teknologis;
2. Pencegahan sekunder berbeda dengan yang pertama, pada bentuk pencegaha
sekunder ini tindakan diarahkan pada kelompok pelaku atau pelaku potensial
atau sekolomok korban potensial tertentu. Dalam hal ini dapat dilakukan
bentuk-bentuk prevensi baik abstrak, seperti penanaman etika profesi bagi
tenaga-tenaga professional, maupun fisik dan teknologis;
3. Pencegahan tersier. Dalam hal ini, langkah pencegahan diarahkan pada jenis
pelaku tindak pidana tertentu dan juga korban tindak pidana tertentu.
Pendekatan ini, yang seringkali berkaitan dengan pencegahan kejahatan
situasional, berupaya untuk mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam
terhadap kejahatan dan strategi pencegahan kejahatan, sehingga efektif melalui
kepedulian terhadap lingkungan fisik, organisasi dan sosial yang memungkinkan
terjadinya kejahatan tersebut.
Pendekatan situasional tidak mengabaikan para pelanggar; dia hanya
menempatkan mereka sebagai satu bagian dari suatu pemahaman bagi upaya
pencegahan kejahatan yang lebih luas yang berpusat pada konteks kejahatan itu.
Hal ini menuntut suatu pergeseran dalam pendekatan terhadap pencegahan
16
kejahatan; yakni dari satu titik yang terutama berkaitan dengan bagaimana atau
mengapa orang-orang melakukan kejahatan ke titik lain yang terutama melihat
pada mengapa kejahatan terjadi pada setting tertentu. Ini memindahkan konteks
kejahatan kepada fokus sentral dan menempatkan fokus-fokus tradisional
kejahatan pelanggar sebagai salah satu dari sejumlah faktor yang
mempengaruhinya.
Uraian singkat ini berpendapat bahwa reorientasi riset pencegahan
kejahatan dan kebijakan dari sebab-sebab kejahatan kepada konteks kejahatan
memberikan suatu indikasi yang sangat menjanjikan. Ini juga menunjukkan
bahwa lebih banyak lagi penelitian yang harus dilakukan sebelum dapat
diasumsikan bahwa pergeseran pada fokus ini akan membawa kepada kebijakan
pencegahan kejahatan yang lebih berhasil. Untuk menempatkan permasalahan ini
dalam konteks uraian singkat ini maka kita perlu membahas beberapa hal yakni ;
a. Meninjau faktor-faktor yang menghambat pengembangan suatu
pendekatan situasional terhadap riset pencegahan kejahatan dan kebijakan
dimasa yang lalu dan yang telah memberikan konstribusi terhadap
pengaruhnya yang berkembang pada tahun-tahun terakhir;
b. Membandingkan kekuatan relatif dari pendekatan ini dengan pendekatan
yang lebih tradisional terhadap pencegahan kejahatan;
c. Mengindentifikasi bidang-bidang dimana pencegahan kejahatan
situasional telah menghasilkan pandangan-pandangan baru mengenai
permasalahan kejahatan dan respon potensial terhadapnya;
17
d. Membahas kekuatan bukti yang mendukung strategi pencegahan kejahatan
situasional;
e. Merekomendasikan pengembangan suatu agenda riset yang
memungkinkan suatu eksplorasi penting terhadap asumsi-asumsi
pencegahan kejahatan situasional dengan meningkatkan metode evaluasi
dan memperluas batas-batas studi diluar permasalahan pencegahan
kejahatan terapan.17
3. Teori Kontrol sosial
Dalam kriminologi, teori kontrol sosial sangat efektif digunakan untuk
anak-anak dan remaja. Berikut Social Control Theory sebagaimana disebutkan
oleh Travis Hirschi dalam “Social Bond Theory”:18
1. Attachment
Attachment adalah kemampuan manusia untuk melibatkan dirinya
terhadap orang lain. Attachment dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Attachment total, adalah keadaan dimana seorang individu melepas rasa
yang terdapat dalam dirinya dan diganti dengan rasa kebersamaan. Rasa
kebersamaan inilah yang mendorong seseorang utk selalu mentaati
aturan aturan.
17
M. Kemal Dermawan,2001,Pencegahan Kejahatan:dari Sebab- Sebab Kejahatan
Menuju Pada Konteks Kejahatan(Dikutip dari Jurnal KrimiNologi Indonesia, Volume 1 No III
Juni 2001) , hlm 35. 18
TitiAndriyani,Upaya Pencegahan Tindak Penyalahgunaan Narkoba Di Kalangan
MahasiswaPoliteknik Negeri Sriwijaya, (dikutip dari Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis-ISSN.2085-1375,
Edisi IV November 2011), Politeknik Negeri Sriwijaya. hlm 116.
18
b. Attachment partial adalah suatu hubungan antara seorang individu dengan
lainnya, dimana hubungan tersebut tidak didasarkan pada peleburan ego
dengan ego yang lain tetapi karena hadirnya orang lain yang mengawasi
2. Commitment
Commitment adalah keterikatan seseorang pada sub sistem konvensional
seperti sekolah, pekerjaan, organisasi dan sebagainya. Commitment merupakan
aspek rasional yang ada dalam ikatan social. Segala kegiatan individu seperti
sekolah, pekerjaan, kegiatan dalam organisasi akan mendatangkan manfaat bagi
orang tersebut. Manfaat tersebut dapat berupa benda, reputasi, masa depan dan
sebagainya.
3. Involvement
Involvement adalah aktivitas seseorang dalam sub sistem konvensional,
jika seseorang aktif dalam organisasi maka kecil kecenderungannya untuk
melakukan deviasi. Logika dari pengertian tersebut adalah bila orang aktif di
segala kegiatan maka orang tersebut akan menghabiskan waktu dan tenaganya
dalam kegiatan tersebut, sehingga dia tidak sempat lagi memikirkan hal-hal yang
bertentangan dengan hukum.
4. Beliefs
Beliefs merupakan aspek moral yang terdapat dalam ikatan social dan
kepercayaan seseorang pada nilai orang yang ada. Kepercayaan itu akan
menimbulakan kepatuha terhadap norma tersebut yang tentunya akan mengurangi
hasrat seseorang untk melanggar.
Adapun pendapat tentang teori kontrol dikemukakan F. Ivan Nye terdiri dari:
19
a) Harus ada control internal maupun eksternal;
b) Manusia diberikan kaidah-kaidah supaya tidak melakukan pelanggran;
c) Pentingnya proses sosialisasi bahwa ada sosialisasi yang adequate
(memadai), akan mengurangi terjadinya delinkuen, karena disitulah;
d) Dilakukan proses pendidikan terhadap seseorang dan;
e) Diharapkan remaja menaati hukum.
4. Pencegahan menurut polri dan BNNP.
Dalam melakukan pencegahan yang dilakukan polri dan BNN yang telah
di rancang oleh Inpes No 11 Tahun 2012 tentang pelaksanaan Kebijakan Dan
Strategi Nasional Pencegahan Dan Pemberantasan Penyalahgunaan Dan
Pengedaran Gelap Narkoba Tahun 2011-2015 dijelaskan tentang prosedur
pencegahan yang berlaku secara nasional dan dilaksanakan secara maksimal. Dan
Peraturan Dalama Negeri Republik Indonesia No 21 Tahun 2013 tentang Fasilitasi
Pencegahan Narkotika, disini juga menjelasakan tentang bentuk-bentuk
pencegahan yang dilakukan secara nasional. Berikut contoh yang dilakukan oleh
BNN dan Polri dalam melakukan pencegahan dan penanggulangan narkoba:19
1. Promotif
Program promotif ini kerap disebut juga sebagai program preemtif atau
program pembinaan. Pada program ini yang menjadi sasaran pembinaanya adalah
para anggota masyarakat yang belum memakai atau bahkan belum mengenal
narkoba sama sekali.
19
Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, Pentunjuk Teknis Advokasi bidang
pencegahan penyalahgunaan narkoba bagi masyarakat, ( Jakarta: Badan Narkotika
Nasional.2008), Hlm37-46
20
Prinsip yang dijalani oleh program ini adalah dengan meningkatkan
peranan dan kegitanan masyarakat agar kelompok ini menjadi lebih sejahtera
secara nyata, sehingga mereka sama sekali tidak akan pernah berpikir untuk
memperoleh kebahagiaan dengan cara menggunakan narkoba. Bentuk program
yang ditawarkan antara lain pelatihan, dialog interaktif dan lainnya pada
kelompok belajar, kelompok olah raga, seni budaya, atau kelompok usaha. Pelaku
program yang sebenarnya paling tepat adalah lembaga-lembaga masyarakat yang
difasilitasi dan diawasi oleh pemerintah.
2. Kampanye anti penyalahgunaan narkoba
Program pemberian informasi satu arah dari pembicara kepada pendengar
tentang bahaya penyalahgunaan narkoba. Kampanye ini hanya memberikan
informasi saja kepada para pendengarnya, tanpa disertai sesi tanya jawab.
Biasanya yang dipaparkan oleh pembicara hanyalah garis besarnya saja dan
bersifat informasi umum. Informasi ini biasa disampaikan oleh para tokoh
masyarakat. Kampanye ini juga dapat dilakukan melalui spanduk poster atau
baliho. Pesan yang ingin disampaikan hanyalah sebatas arahan agar menjauhi
penyalahgunan narkoba tanpa merinci lebih dala mengenai narkoba.
3. Penyuluhan seluk beluk narkoba
Berbeda dengan kampanye yang hanya bersifat memberikan informasi,
pada penyuluhan ini lebih bersifat dialog yang disertai dengan sesi tanya jawab.
Bentuknya bisa berupa seminar atau ceramah. Tujuan penyuluhan ini adalah untuk
mendalami berbagai masalah tentang narkoba sehingga masyarakat menjadi lebih
tahu karenanya dan menjadi tidak tertarik penggunakannya selepas mengikuti
21
program ini. Materi dalam program ini biasa disampaikan oleh tenaga profesional
seperti dokter, psikolog, polisi, ahli hukum ataupun sosiolog sesuai dengan tema
penyuluhannya.
4. Pendidikan dan pelatihan kelompok sebaya
Perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan didalam kelompok masyarakat
agar upaya menanggulangi penyalahgunaan narkoba didalam masyarakat ini
menjadi lebih efektif. Pada program ini pengenalan narkoba akan dibahas lebih
mendalam yang nantinya akan disertai dengan simulasi penanggulangan, termasuk
latihan pidato, latihan diskusi dan latihan menolong penderita. Program ini biasa
dilakukan dilebaga pendidikan seperti sekolah atau kampus dan melibatkan
narasumber dan pelatih yang bersifat tenaga profesional. Upaya mengawasi dan
mengendalikan produksi dan upaya distribusi narkoba di masyarakat.
Pada program ini sudah menjadi tugas bagi para aparat terkait seperti
polisi, Departemen Kesehatan, Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM),
Imigrasi, Bea Cukai, Kejaksaan, Pengadilan dan sebagainya. Tujuannya adalah
agar narkoba dan bahan pembuatnya tidak beredar sembarangan didalam
masyarakat. namun melihat keterbatasan julah dan kemampuan petugas, program
ini masih belum dapat berjalan optimal.
5. Kuratif
Program ini juga dikenal dengan program pengobatan dimana program ini
ditujukan kepada para peakai narkoba. Tujuan dari program ini adalah mebantu
mengobati ketergantungan dan menyembuhkan penyakit sebagai akibat dari
pemakaian narkoba, sekaligus menghentikan peakaian narkoba. Tidak sembarang
22
pihak dapat mengobati pemakai narkoba ini, hanya dokter yang telah mempelajari
narkoba secara khususlah yang diperbolehkan mengobati dan menyembuhkan
pemakai narkoba ini. Pengobatan ini sangat rumit dan dibutuhkan kesabaran dala
menjalaninya. Kunci keberhasilan pengobatan ini adalah kerjasama yang baik
antara dokter, pasien dan keluarganya. Bentuk kegiatan yang yang dilakukan
dalam program pengobat ini adalah:
1. Penghentian secara langsung.
2. Pengobatan gangguan kesehatan akibat dari penghentian dan pemakaian
narkoba (detoksifikasi).
3. Pengobatan terhadap kerusakan organ tubuh akibat pemakaian narkoba.
4. Pengobatan terhadap penyakit lain yang dapat masuk bersama narkoba
seperti HIV/AIDS, Hepatitis B/C, sifilis dan lainnya.
Pengobatan ini sangat kompleks dan memerlukan biaya yang sangat
mahal. Selain itu tingkat kesembuhan dari pengobatan ini tidaklah besar karena
keberhasilan penghentian penyalahgunaan narkoba ini tergantung ada jenis
narkoba yang dipakai, kurun waktu yang dipakai sewaktu menggunakan narkoba,
dosis yang dipakai, kesadaran penderita, sikap keluarga penderita dan hubungan
penderita dengan sindikat pengedar. Selain itu ancaman penyakit lainnya seperti
HIV/AIDS juga ikut mempengaruhi, walaupun bisa sembuh dari ketergantungan
narkoba tapi apabila terjangkit penyakit seperti AIDS tentu juga tidak dapat
dikatakan berhasil.
23
6. Rehabilitatif
Program ini disebut juga sebagai upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga
yang ditujukan kepada penderita narkoba yang telah lama menjalani program
kuratif. Tujuannya agar ia tidak memakai dan bisa bebas dari penyakit yang ikut
menggerogotinya karena bekas pemakaian narkoba. Kerusakan fisik, kerusakan
mental dan penyakit bawaan macam HIV/AIDS biasanya ikut menghampiri para
pemakai narkoba. Itulah sebabnya mengapa pengobatan narkoba tanpa program
rehabilitasi tidaklah bermanfaat. Setelah sembuh masih banyak masalah yang
harus dihadapi oleh bekas pemakai tersebut, yang terburuk adalah para penderita
akan merasa putus asa setelah dirinya tahu telah terjangit penyakit macam
HIV/AIDS dan lebih memilih untuk mengakhiri dirinya sendiri.
Cara yang paling banyak dilakukan dalam upaya bunuh diri ini adalah
dengan cara menyuntikkan dosis obat dalam jumlah berlebihan yang
mengakibatkan pemakai mengalami Over Dosis (OD). Cara lain yang biasa
digunakan untuk bunuh diri dalah dengan melompat dari ketinggian,
membenturkan kepala ke tembok atau sengaja melempar dirinya untuk ditbrakkan
pada kendaraaan yang sedang lewat. Banyak upaya pemulihan namun
keberhasilannya sendiri sangat bergantung pada sikap profesionalisme lembaga
yang menangani program rehabilitasi ini, kesadaran dan kesungguhan penderita
untuk sembuh serta dukungan kerja sama antara penderita, keluarga dan lembaga.
Masalah yang paling sering timbul dan sulit sekali untuk dihilangkan
adalah mencegah datangnya kembali kambuh (relaps) setelah penderita menjalani
pengobatan. Relaps ini disebabkan oleh keinginan kuat akibat salah satu sifat
24
narkoba yang bernama habitual. Cara yang paling efektif untuk menangani hal ini
adalah dengan melakukan rehabilitasi secara mental dan fisik. Untuk pemakai
psikotropika biasanya tingkat keberhasilan setelah pengobatan terbilang sering
berhasil, bahkan ada yang bisa sembuh 100%.
F. Metode Penelitian
Berkaitan dengan penelitian yang akan penyusun laksanakan, maka
penyusun menggunakan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu:
1. Jenis Penelitian.
Berkaitan dengan penelitian yang akan penyusun laksanakan, maka
penyusun menggunakan penelitian lapangan atau field research, di mana
data yang digunakan berasal dari BNNP, dan Polda Daerah Istimewa
Yogyakarta.
2. Sifat Penelitian.
Penelitian ini mengamil metode deskriptif-analitik. Penelitian deskriptif-
analitik tertuju pada pemecahan masalah dengan fakta-fakta yang ada saat
ini, kemudian menganalisiskan untuk menemukan jawaban dari
permasalahan yang ada. Maksudnya adalah penelitian yang tidak terbatas
hanya sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi
analisa dan interpretasi tentang data itu. Dalam hal ini Kebijaan BNNP dan
Polri dalam pencegahan dan penanggulangan narkoba bagi pelajar di
Yogyakarta.
25
3. Pendekatan Masalah.
Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
menggunakan metode yuridis-empiris yaitu dengan menekankan pada
peraturan.
4. Sumber Data.
Terdapat sumber data yang akan dipakai oleh penyusun sebagai berikut:
a. Sumber Data Primer.
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari BNN Provinsi
Daerah Istimeah Yogyakarta, dan Polda Daerah Istimewa Yogyakarta
terkait yaitu melalui pengumpulan dokumen, wawancara/interview, dan
pengamatan/observasi.
b. Sumber data Sekunder.
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari literatur–literatur dan bahan-
bahan hukum yang relavan dengan permasalahan dalam penelitian ini.Data
sekunder digunakan untuk melengkapi data primer apabila membutuhkan
sumber data literature dan bahan hukum/Undang–Undang. Sedangkan
bahan hukum sendiri terdiri dari 3 bahan hukum antara lain:
1) Bahan hukum primer.
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum mengikat yang
terdiri dari Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang
Narkotika , Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psitropika, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri,
26
serta peraturan perundang-undangan yang masih terkait dan masih
berlaku di Indonesia.
2) Bahan Hukum Sekunder.
Bahan hukum sekunder yaitu buku-buku, jurnal, makalah ataupun
penelitian yang dapat membantu analisa dari bahan hukum primer.
3) Bahan hukum tersier.
Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan
petunjuk dan informasi terhadap kata- kata yang membutuhkan
penjelasan lebih lanjut yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Kamus Bahasa Inggris, Ensiklopedia dan beberapa artikel dari
media internet.
c. Metode Pengumpulan Data.
Untuk mendapatkan bahan atau data dalam penelitian ini, yang kemudian
penyusun oleh sebagai data yang relavan, maka penyusun menggunakan
cara sebagai berikut:
a. Observasi.
Adapun yang dimaksud dengan observasi adalah proses pengambilan
data yang dilaksanakan dengan cara pengamatan secara pengamatan
sistematik terhadap objek yang perlu diteliti, artinya disengaja dan
terencana bukan hanya kebetulan melihat secara sepintas.20
Dalam hal
ini observasi terhadap penegakan hukum tentang pencegahan
20
Winarto Surahmat, Pengantar Metodelogi Ilmiah, (Bandung: CV. Tarsito, 1982),hlm
132.
27
penyalahgunaan narkoba berdasarkan Undang- Undang 35 Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika, Undang- Undang Nomor 9 Tahun 1997
tentang psitropika di BNN Provinsi Yogyakarta dan Polri (Polda).
b. Wawancara.
Wawancara adalah Tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih
secara langsung terhadap informan, dalam hal ini wawancara
dilakukan di lingkungan BNN Provinsi Yogyakarta dan Polri (Polda)
di Yogyakarta.
c. Dokumentasi.
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal- hal tau variable yang
berupa catatan buku, arsip- arsip atau dokumen-dokumen, khususnya
berhubungan dengan kebijakan pencegahan penyalahgunaan narkoba
oleh pelajar dan mahasiswa di Yogyakarta.
d. Analisis Data.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian hukum dalam
skripsi ini adalah analisis kualitatif. Pengertian analisis kualititatif adalah:
Analisi kualitatif dilakukan terhadap data baik berupa data kualitatif,
maupun data kualitatif. Terhadap data kualitatif dalam hal ini dilakukan
terhadap data berupa informasi, uraian dalam bentuk prosa kemudian
dikaitakan dengan data lainya untuk mendapatkan kejelasan terhadap suatu
kebenaran/sebaliknya, sehingga memperoleh gambaran baru ataupun
menguatkan suatu gambaran yang ada. Dan sebaliknya jadi bentuk analisis ini
28
merupakan penjelasan-penjelasan, bukan angka- angka statistik/bentuk angka
lainnya.21
G. Sistematika Pembahasan
Untuk membahas rumusan masalah yang menajdi pokok penelitian dalam
skripsi ini akan disusun ke dalam lima Bab, yaitu:
Bab pertama menjelaskan gambaran umum dari penelitian yang ingin
disusun oleh penyusun . Di dalamnya di jelaskan mengenai: latar belakang
penelitian, rumusan masalah, tujuan dan kenggunaan penelitian, telaah pustaka,
kerangka teoritik. Selanjutnya pada bab ini juga diuraikan metode penelitiaan
meliputi jenis penelitian, sifat penelitian, pendekatan penelitian, sumber data,
metode pengumpulan data, dan analisis data dan pada akhir dari bab ini disajikan
sistematika pembahasan.
Bab kedua merupakan tinjauan umum tentang narkoba, disini menjelaskan
tentang pengertian narkoba, macam-macam narkoba. Kemudian akan disajikan
faktor-faktor penyalahgunaan, akibat penggunaan narkoba dan pengertian dari
kebijakan.
Bab ketiga, berisi gamabaran umum tentang BNNP dan polri. Kemudian
akan menyajikan juga tentang kebijakan BNN dan Polri tentang pencegahan
narkoba.
21
Joko, Subagyo, P, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 1999), hlm 106.
29
Bab keempat, akan menyajikan tentang hasil dari penelitian di BNN
Yogyakarta dan polri yang bersangkutan, kemudian menganalisis tentang
penelitian tersebut
Bab kelima, pada bab ini disajikan kesimpulan yang merupakan jawaban
terhadap permasalahan dalam skripsi ini dan sekaligus disajikan saran yang
merupakan sumbangan pemikiran dan rekomendasi dari penyusun tentang
Kebijakan BNN dan Polri dalam Pencegahan dan Penanggulangan di Yogyakarta.
147
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang teah disampaiakan oleh penulis dapat diambil
kesimpulan bahwa:
1. Upaya yang dilakukan BNNP
Hal ini bisa dilihat pada upaya yang telah dilakukan oleh BNNP
Yogyakarta dalam pencegahan narkoba yaitu pendidikan, penerangan, dan
penyuluhan, sedangkan dalam upaya penanggulangannya yaitu razia, dan
rehabilitasi.
Upaya pencegahan narkoba oleh BNNP Yogyakarta sudah sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Sedangkan peraturan-
peraturan yang lain merupakan pelengkap dari Undang-Undang Narkotika dan
tidak ada tumpang antar Undang-Undang.
2. Upaya yang dilakukan Polri
Bahwa upaya pencegahan dan penanggulangan narkoba oleh Polri
khususnya Polda DIY sudah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika, dan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Polri
148
B. Saran danKritik
1. Untuk polisi dan BNNP agar meningkatkan waspada terhadap mahasiswa-
mahasiswa yang baru berada di wilayah Yogyakarta dalam meningkatan
pencegahan dan penanggulangan narkoba.
2. Kemudian bagi masyarakat agar melakukan sosialisai kost-kost dan pendataan
secara rutin agar dapat membantu mahasiswa agar tidak memakai narkoba agar
menguragi dampat peningkatan penyalahgunaan narkoba.
DAFTAR PUSTAKA
SUMBER BUKU
Abdurrahman, Tebaran Pikiran Tentang Studi Hukum dan Masyarakat, Jakarta:
Media Sarana Press, 1986.
Adang, dan Yesmil Anwar, Kriminologi, Bandung: Refika Aditama, 2010.
Adi, Kusno, Diversi Sebagai Upaya Alternatif Penanggulangan Tindak Pidana
Narkotika Oleh Anak, Malang: UMM Press, 2009.
Ali, Achmad, Menguak Tabir Hukum, Jakarta: Pustaka Prima. 1988.
Anwar, Yesmil, Saat Menuai Kejahatan Sebuah Pendekatan Sosiokultural
Kriminologi, Hukum, dan HAM, Bandung: Refika Aditama, 2009.
Arief, Barda Nawawi, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan
Hukum Pidana (Edisi Revisi), Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005.
_________________, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung: PT
Aditya Bakti, 2005.
_________________, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Jakarta: Prenada
Media Group, 2011.
_________________, Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2003.
_________________. Kebijakan Legisatif dalam Penanggulangan Kejahatan
Dengan Pidana Penjara, Yogyakarta: Genta Publishing, 2010.
Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, Komunikasi Penyuluhan
Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba, Jakarta: Badan Narkotika Nasional,
2004.
_______________, Materi Advokasi Pencegahan Narkoba, Jakarta: Handbook
Badan Narkotiks Nasional Republik Indonesia, 2005.
_______________, Pedoman Petugas Penyuluhan P4GN Dilingkungan Hukum,
Jakarta: Badan Narkotika Nasional, 2009.
_______________, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Sejak Usia Dini.
Jakarta: Badan Narkotika Nasional, 2007.
_______________, Pentunjuk Teknis Advokasi bidang pencegahan
penyalahgunaan narkoba bagi masyarakat, Jakarta: Badan Narkotika
Nasional, 2008.
D, Soedjono, Segi Hukum Tentang Narkotika di Indonesia, Bandung: Karya
Nusantara, 1997.
Departemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia,
2008.
Dermawan, Moh. Kemal, Strategi Pencegahan Kejahatan, Bandung:Citra Aditya
Bakti, 1994.
Dirdjosisworo, Soedjono, Bunga Rampai Kriminologi, Bandung: Armico
Bandung, 1984.
Dirdjosisworo, Soedjono, Pathologi Sosial, Bandung: Alumni, 1982.
Dirdjosisworo. O.C Kaligis dan Soedjon, Narkoba dan peradilan di Indonesia
reformasi hukum pidana melalui perundangan dan peradilan, Jakarta: O.C
Kaligis dan Associates, 2006.
Dirjosisworo, Soedjono, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1994.
Duse, M. Amir P. Ali dan Imran, Narkoba ancaman Generasi Muda, Samarinda:
Puspitasari, 2007.
Hagan, Frank E, Pengantar Kriminologi teori,Metode, dan Perilaku Kriminal,
Jakarta: Kencana, 2013.
Joewana, Lidya Harlina Martono dan Satya, Membantu Pemulihan Pecandu
Narkoba Dan Keluarganya, Jakarta: Balai Pustaka, 2006.
Jokohadikusumo, Putranto, Awas Narkoba, Bandung: PT Sarana Ilmu Pustaka,
2009.
Kusumah, Mulyana W, Kejahatan dan Penyimpangan suatu perspeksi
kriminologi, Jakarta: Yayasan Lembanga Bantuan Hukum Indonesia, 1988.
Mardani, Bunga Rampai Hukum Aktual, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009.
Mustofa, Muhammad, Metodologi Penelitian Kriminologi, Kencana:Jakarta,
2013.
Nadack, Wison, Korban Ganja dan Masalah Narkotika, Bandung: Indonesia
Publishing House, 1983.
Najih, Mokhamad, Politik Hukum Pidana Paska Reformasi: Implemntasi hukum
Pidana sebagai Instrumen dalam mewujudkan Tujuan Negara. Malang:in-
trans Publising Malang, 2008.
Nurjaya, I Nyoman, Segenggam Masalah Aktual Tentang Hukum Acara Pidana
dan Kriminologi, Bandung:Binacipta, 1985.
P, Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek, Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1999.
Permata, Is. Heru, Politik Kriminal, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya
Yogyakarta, 2007.
Poenomo, Bambang, Oriental Hukum Acara Pidana, Yogyakarta: Amastata
Buku, 1988.
Prasetyo, Teguh, Kriminalisasi dalam Hukum Pidana, Bandung: Nusa Media,
2010.
Reksodiputra, Mardjono, Pembaharuan Hukum Pidana, dan Pusat Pelayanan
Pengendalian Hukum, Jakarta: d/h Lembaga Kriminologi UI, 1995.
Sadjijino,, Seri Hukum Kepolisian Polri dan Good Governance, Surabaya:
Laksbang Mediatama, 2008.
Sasangka, Hari, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana, Bandung:
Mandar Maju, 2003.
Soekanto, Soerjono, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Jakarta: Raja Grafindo
Perseda, 2009.
Soerjono, Soekanto, Efektivitas Hukum dan Peran Saksi, Remaja, Karyawan,
Bandung: Mandar Maju, 1988.
Sudarto, .Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung:Alumni, 1981
Sunarso, Siswanto, Penegakan Hukum Psikotropika (dalam kajian sosiologi
hukum), Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.
Surahmat, Winarto, Pengantar Metodelogi Ilmiah, Bandung: CV. Tarsito, 1982.
Tahir, Ach, Cyber Crime (Akar Masalah, Solusi, dan Penanggulangan),
Yogyakarta: Suka Press, 2010.
Villuers, Peter, Better Police Ethics APractical Guide, Jakarta: Cipta Manunggal.
Jakarta, 1999.
W, Wijaya A, Masalah Kenakan Remaja dan Penyalahgunaan Narkotika.
Bandung: Armico, 1985.
Waskita, Ninik Widiyanti dan Yulius, Kejahatan Dalam Masyarakat dan
Pencegahannya, Jakarta: Bina Aksara. 1987.
SUMBER UNDANG-UNDANG
Intruksi Presiden No. 11 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi
Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran
Gelap narkoba Tahun 2011-2015
Undang-undang No. 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika
Undang-undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Polri
Undang-undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
Peraturan Dalam Negeri Negeri Republik Indonesia No. 21 Tahun 2013 Tentang
Fasilitasi Pencegahan Narkotika
Peraturan Gubenur Daerah Istimewa Yogyakarta No. 9 Tahun 2014 Tentang
Forum Koordinasi Pencegahan dan Penanggulangan Terhadap
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika, Psikotropika, dan Zat
Adiktif
Peraturan Presiden No. 23 Tahun 2010 Tentang Badan Narkotika Nasional
SUMBER SKRIPSI ATAU TESIS
Asyofie, Kholid, “Upaya Polda Daerah Istimewah Yogyakarta dalam
Menangguilangi Penyalahgunaan Narkotika Tahun 2012” ,skiripsi,
Yogyakarta:Universitas Sunan Kali Jaga Yogyakarta, 2014.
Handayani, Elya Eka, “Peranan Penyidik Porli dalam Pencegahan Tindak
Pindana Narkotika Setelah Dikeluarkanya Undang- Undang Nomor 35
tahun 2009”,skripsi. Yogyakarta: Universita Atma Jaya Yogyakarta, 2012
Saputra, Ade, “Proses Penyilidikan dan Penyidikan Tindak Pidana
Penyalahgunaan Narkotika (Studi Kasus di Direktorat Reserse Narkoba
polda DIY)”, skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Sunan Kali Jaga
Yogyakarta, 2013.
Kasidy, David Brain, “Porli dalam Memberantas Tindak Pidana Narkotika Di
Provinsi DIY”,skripsi. Yogyakarta: Universita Atma Jaya Yogyakarta,
2012.
SUMBER JURNAL
Andriyani, Titi,”Upaya Pencegahan Tindak Penyalahgunaan Narkoba Di
Kalangan Mahasiswa Politeknik Negeri Sriwijaya”, Orasi Bisnis-
ISSN.2085-1375, Edisi IV November 2011: Politeknik Negeri Sriwijaya,
2011 .
Dermawan, M. Kemal, “Pencegahan Kejahatan:dari Sebab- Sebab Kejahatan
Menuju Pada Konteks Kejahatan”. Kriminologi Indonesia, 1 (III) : 35, 2001.
Sundari, E, “Aspek Ilmiah Metode Penemuan Hukum “justia Ex pat , Volume 27
no 1 Juni 2007. Falkutas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
Yogyakarta, 2007.
Ricardo, Paul, Upaya Penanggulangan Penyalagunaan Narkoba Oleh Kepolisian
studi Kasus Satuan Narkoba Polres Metro Bekasi”, Jurnal Kriminologi
Indonesia .Vol ^ No III : 232-245, 2010.”
SUMBER WAWANCARA
Wawancara Reserse Narkoba Polda DIY Yogyakarta oleh Bapak Sunarso, 13
April 2015
Wawancara terhadap kepala bagian pencegahan BNN oleh Bapak Bambang
Wiryanto tanggal 13 Mei 2015
SUMBER INTERNET
http://belajarpsikologi.com/pengertian-narkoba/. Diakses 29 Maret 2012
http://republikaonline.co.id . Diakses 01 Januari 2014