Kebijakan Akuntansi Dan Perubahan Dalam Estimasi Akuntansi

30
Kebijakan Akuntansi dan Perubahan dalam Estimasi Akuntansi (IAS 8) By Bhisma Syaputra / Kamis 30 Januari 2014 / No Comments Kebijakan akuntansi, sekali dipilih, harus diterapkan secara konsisten untuk transaksi sejenis, peristiwa lain, dan kondisi kecuali suatu standar atau interpretasi secara khusus membutuhkan atau mengijinkan kategorisasi dari pos-pos untuk kebijakan yang berbeda itu layak. Kebijakan Akuntansi dan Perubahan dalam Estimasi Akuntansi (IAS 8) IAS 8 menguraikan dasar untuk pemilihan kebijakan akuntansi dan perubahannya. IAS 8 juga menjabarkan ketentuan dan pengungkapan perubahan yang dibuat di dalam estimasi akuntansi dan koreksi kesalahan periode yang lalu. Tujuan standar ini adalah untuk memperkuat relevansi dan keandalan laporan keuangan entitas dan dapat diperbandingkan sepanjang waktu, dan juga dengan laporan keuangan entitas lainnya. Konsistensi Kebijakan Akuntansi Kebijakan akuntansi, sekali dipilih, harus diterapkan secara konsisten untuk transaksi sejenis, peristiwa lain, dan kondisi kecuali suatu standar atau interpretasi secara khusus membutuhkan atau mengijinkan kategorisasi dari pos-pos untuk kebijakan yang berbeda itu layak. Bilamana suatu standar atau interpretasi mensyaratkan atau mengizinkan kategorisasi tersebut, maka suatu kebijakan akuntansi yang memadai harus

description

ok

Transcript of Kebijakan Akuntansi Dan Perubahan Dalam Estimasi Akuntansi

Page 1: Kebijakan Akuntansi Dan Perubahan Dalam Estimasi Akuntansi

Kebijakan Akuntansi dan Perubahan dalam Estimasi Akuntansi (IAS 8)By Bhisma Syaputra  /   Kamis 30 Januari 2014  /   No Comments

Kebijakan akuntansi, sekali dipilih, harus diterapkan secara konsisten untuk transaksi sejenis, peristiwa lain, dan kondisi kecuali suatu standar atau interpretasi secara khusus membutuhkan atau mengijinkan kategorisasi dari pos-pos untuk kebijakan yang berbeda itu layak.

Kebijakan Akuntansi dan Perubahan dalam Estimasi Akuntansi (IAS 8)

IAS 8 menguraikan dasar untuk pemilihan kebijakan akuntansi dan perubahannya. IAS 8 juga menjabarkan ketentuan dan pengungkapan perubahan yang dibuat di dalam estimasi akuntansi dan koreksi kesalahan periode yang lalu. Tujuan standar ini adalah untuk memperkuat relevansi dan keandalan laporan keuangan entitas dan dapat diperbandingkan sepanjang waktu, dan juga dengan laporan keuangan entitas lainnya.

Konsistensi Kebijakan Akuntansi

Kebijakan akuntansi, sekali dipilih, harus diterapkan secara konsisten untuk transaksi sejenis, peristiwa lain, dan kondisi kecuali suatu standar atau interpretasi secara khusus membutuhkan atau mengijinkan kategorisasi dari pos-pos untuk kebijakan yang berbeda itu layak. Bilamana suatu standar atau interpretasi mensyaratkan atau mengizinkan kategorisasi tersebut, maka suatu kebijakan akuntansi yang memadai harus dipilih dan diterapkan secara konsisten terhadap setiap kategori.

Perubahan Prinsip Akuntansi

Suatu entitas harus merubah suatu kebijakan akuntansi hanya apabila perubahan,

Diharuskan oleh suatu standar atau interpretasi; atau Menghasilkan informasi yang andal dan lebih relevan yang diberikan oleh laporan

keuangan dalam hal efek transaksi, peristiwa lain, atau kondisi atas posisi keuangan entitas, kinerja keuangan, atau arus kas.

Page 2: Kebijakan Akuntansi Dan Perubahan Dalam Estimasi Akuntansi

Dapat dicatat bahwa hal berikut bukan merupakan perubahan kebijakan akuntansi:

Penerapan suatu kebijakan akuntansi atas transaksi, peristiwa lain, atau kondisi yang membedakan substansi dari hal-hal yang terjadi sebelumnya; dan;

Penerapan suatu kebijakan akuntansi yang baru untuk transaksi,  peristiwa lain, atau kondisi yang tidak terjadi sebelumnya atau tidak material.

Menerapkan Perubahan Dalam Kebijakan Akuntansi

Bilamana suatu entitas mengubah kebijakan akuntansi atas dasar suatu standar atau interpretasi yang baru atau yang sudah diubah, maka provisi peralihan tertentu harus diikuti dalam mengadopsi perubahan. Namun, bilamana tidak ada provisi peralihan ditetapkan, atau apabila entitas mengubah kebijakan akuntansinya secara sukarela, maka perubahan tersebut harus diterapkan berlaku surut (seolah-olah kebijakan tersebut telah selalu diterapkan).

Bilamana perubahan yang diterapkan berlaku surut, maka angka-angka komparatif (periode pelaporan sebelumnya) yang disajikan di dalam laporan keuangan harus dinyatakan kembali seolah-olah kebijakan baru telah selalu diterapkan. Dampak dari kebijakan baru atas laba ditahan (retained earnings) sebelum periode terawal disajikan harus disesuaikan terhadap saldo awal daripada laba ditahan. Apabila tidak dapat dipraktekkan untuk menentukan efek periode spesifik atau efek kumulatif dari perubahan, maka entitas harus menerapkan perubahan secara prospektif dari mulai periode terawal yang praktis memungkinkan.

Pengungkapan atas Perubahan Kebijakan Akuntansi

Penerapan awal suatu standar atau intrepretasi. Bilamana suatu standar atau interpretasi yang baru diterapkan, maka entitas harus mengungkapkan perubahan bilamana mempunyai efek atas periode berjalan atau periode sebelumnya atau mempunyai efek atas periode masa datang, akan tetapi tidak dapat dipraktikkan untuk menentukan jumlah penyesuaian yang diperlukan di dalam periode berjalan atau periode sebelumnya atau yang diharuskan di dalam periode masa datang. Entitas harus mengungkapkan:

Judul standar atau interpretasi; Bilamana dapat diterapkan, bahwa perubahan yang dilakukan sesuai dengan

persyaratan peralihan; Sifat perubahan kebijakan akuntansi; Bilamana dapat diterapkan, suatu keterangan mengenai persyaratan peralihan; Bilamana dapat diterapkan, persyaratan peralihan harus mempunyai dampak atas

periode masa datang; . Untuk periode berjalan dan setiap periode sebelumnya yang disajikan hingga sebatas

yang dapat dipraktikkan, maka jumlah penyesuaian untuk setiap pos lini laporan keuangan;

Bilamana dapat diterapkan, pendapatan persaham dasar dan dilusian untuk  periode berjalan dan setiap periode sebelumnya yang disajikan sebatas yang dapat dipraktekkan; dan

Bilamana penerapan retrospektif tidak dapat dipraktekkan, maka keadaanlah yang menyebabkan penerapan tidak dapat dipraktekkan dan tanggal dari mana kebijakan akuntansi telah diterapkan.

Page 3: Kebijakan Akuntansi Dan Perubahan Dalam Estimasi Akuntansi

Perubahan Kebijakan Akuntansi Secara Sukarela. Dalam hal perubahan kebijakan akuntansi secara sukarela, bilamana perubahan sebelumnya mempunyai dampak pada periode berjalan atau periode sebelumnya atau mempunyai dampak pada periode masa datang, akan tetapi tidak dapat dipraktekkan guna menentukan jumlah penyesuaian yang dipersyaratkan di dalam periode berjalan atau periode sebelumnya atau yang dipersyaratkan di dalam periode masa datang, maka entitas harus membuat pengungkapan:

Sifat dari perubahan kebijakan akuntansi; Alasan atas kebijakan baru yang memberikan informasi yang andal dan yang lebih

relevan; Untuk periode berjalan dan setiap periode sebelumnya disajikan, hingga sebatas yang

dapat dipraktekkan, maka jumlah penyesuaian untuk setiap pos lini laporan keuangan; Bilamana dapat diterapkan, pendapatan per saham dasar dan dilusian untuk periode

berjalan dan setiap periode sebelumnya yang disajikan sebatas yang dapat dipraktekkan; dan

Jumlah penyesuaian yang terkait dengan periode sebelum hal tersebut disajikan, hingga sebatas yang dapat dipraktekkan; dan

Bilamana penerapan berlaku surut tidak dapat dipraktikkan, maka keadaanlah yang menyebabkan penerapan tidak dapat dipraktekkan dan tanggal dari mana kebijakan akuntansi telah diterapkan.

Bilamana standar atau interpretasi telah diterbitkan tetapi belum efektif, maka entitas harus mengungkapkan fakta bahwa standar-standar atau interpretasi tersebut telah diterbitkan pada tanggal otorisasi laporan keuangan tetapi tidak efektif.

Setiap informasi yang diketahui atau yang dapat diestimasi berkaitan dengan penilaian terhadap dampak kemungkinan dari standar atau interpretasi baru harus juga diungkapkan. Laporan keuangan periode berikutnya tidak perIu mengulang pengungkapan tersebut.

Perubahan Estimasi Akuntansi

Atas catatan mengenai ketidakpastian yang inheren dalam aktivitas bisnis, banyak pos yang ada di dalam laporan keuangan yang diestimasi karena tidak dapat diukur dengan akurat. Estimasi akuntansi mungkin dapat mengubah catatan lingkungan bisnis, atau ketika manajemen memperoleh lebih banyak pengalaman. Perubahan semacam ini tidak perlu untuk menyatakan kembali atas laporan keuangan periode sebelumnya, karena tidak menyatakan kepada suatu koreksi dari suatu kesalahan.

Pengungkapan atas Perubahan Estimasi Akuntansi

Suatu entitas harus mengungkapkan jumlah dan sifat perubahan estimasi akuntansi, yang mempunyai dampak di dalam periode berjalan. Demikian pula, entitas harus mengungkapkan dampak perubahan yang diharapkan di dalam periode mendatang, jika tidak praktis untuk dilakukan. Dalam hal tersebut, entitas harus mengungkapkan fakta bahwa tidak praktis untuk mengestimasi dampak perubahan estimasi akuntansi pada periode mendatang.

Kesalahan. Kesalahan di dalam laporan keuangan dapat menimbulkan catatan mengenai pengakuan, pengukuran, penyajian yang salah, atau pengungkapan pos di dalam laporan keuangan. Bilamana laporan keuangan berisi kesalahan-kesalahan yang material, maka tidak dapat dianggap mematuhi IFRS.

Page 4: Kebijakan Akuntansi Dan Perubahan Dalam Estimasi Akuntansi

Entitas harus mengoreksi kesalahan material yang terkait dengan periode sebelumnya, berlaku surut di dalam perangkat laporan keuangan pertama yang diotorisasikan untuk diterbitkan setelah penemuannya dengan;

Menyatakan kembali jumlah komparatif untuk periode-periode yang disajikan bilamana kesalahan itu terjadi; atau

Apabila kesalahan yang terjadi sebelum periode sebelumnya yang terawal disajikan, maka pernyataan kembali saldo awal aset, liabilitas, dan ekuitas untuk periode sebelumnya terawal disajikan.

IAS 8 dan persamaan dengan PSAKDitulis pada Juni 7, 2012

DANAN

4EB04

 

Ringkasan IAS 8

Definisi Kunci [IAS 8,5]

Kebijakan akuntansi adalah prinsip khusus, dasar, konvensi, peraturan dan praktik yang diterapkan oleh entitas dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Perubahan estimasi akuntansi adalah penyesuaian nilai tercatat aset atau kewajiban, atau biaya yang terkait, hasil dari menilai kembali manfaat masa depan yang diharapkan dan kewajiban yang terkait dengan aset atau kewajiban. Standar Pelaporan Keuangan Internasional adalah standar dan interpretasi diadopsi oleh Standar Akuntansi Internasional (IASB). Mereka terdiri dari:

1. Standar Pelaporan Keuangan Internasional (SAK);2. Standar Akuntansi Internasional (IASs)

Interpretasi yang dikembangkan oleh Pelaporan Keuangan Interpretasi Komite Internasional (IFRIC) atau Standing mantan Interpretasi Komite (SIC) dan disetujui oleh IASB.

Materialitas. Kelalaian atau salah saji dari item bahan jika mereka bisa, dengan ukuran atau sifat, secara individu atau kolektif, mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan. Kesalahan periode sebelumnya adalah kelalaian dari, dan salah saji dalam, laporan keuangan suatu entitas untuk satu atau lebih periode sebelumnya yang timbul dari kegagalan untuk digunakan, atau penyalahgunaan, informasi yang dapat dipercaya yang tersedia dan cukup dapat diharapkan telah diperoleh dan diperhitungkan dalam mempersiapkan laporan keuangan tersebut. Kesalahan tersebut disebabkan oleh kesalahan matematis, kesalahan dalam menerapkan kebijakan akuntansi, kelalaian atau salah tafsir fakta, dan penipuan.

 

Page 5: Kebijakan Akuntansi Dan Perubahan Dalam Estimasi Akuntansi

Pemilihan dan Penerapan Kebijakan Akuntansi

Ketika Standar atau Interpretasi yang secara khusus berlaku untuk transaksi, peristiwa lain atau kondisi, kebijakan akuntansi atau kebijakan diterapkan pada item yang harus ditentukan dengan menerapkan Standar atau Interpretasi dan mempertimbangkan setiap Pedoman Pelaksanaan relevan yang dikeluarkan oleh IASB untuk Standar atau Interpretasi . [IAS 8,7]

Dengan tidak adanya Standar atau Interpretasi yang secara khusus berlaku untuk transaksi, peristiwa atau kondisi lain, manajemen harus menggunakan penilaiannya dalam mengembangkan dan menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang menghasilkan informasi yang relevan dan dapat diandalkan. [IAS 8,10]. Dalam membuat keputusan bahwa, manajemen harus mengacu dan mempertimbangkan penerapan, sumber-sumber berikut dalam urutan: 

persyaratan dan bimbingan dalam standar IASB dan interpretasi berurusan dengan masalah yang sama dan terkait, dan definisi, kriteria pengakuan dan konsep pengukuran untuk aset, kewajiban, penghasilan dan beban dalam Kerangka. [IAS 8,11]

Manajemen juga dapat mempertimbangkan pernyataan terbaru dari lain penetapan standar badan yang menggunakan kerangka kerja konseptual yang sama untuk mengembangkan standar akuntansi, sastra akuntansi lain dan praktik industri yang diterima, sejauh ini tidak bertentangan dengan sumber-sumber dalam ayat 11. [IAS 8,12]

 

Konsistensi Kebijakan Akuntansi

Suatu entitas harus memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi secara konsisten untuk transaksi yang sama, acara lainnya dan kondisi, kecuali Standar atau Interpretasi yang secara khusus membutuhkan atau memungkinkan kategorisasi barang untuk mana kebijakan yang berbeda mungkin tepat. Jika Standar atau Interpretasi yang membutuhkan atau memungkinkan kategorisasi tersebut, kebijakan akuntansi yang sesuai harus dipilih dan diterapkan secara konsisten untuk setiap kategori. [IAS 8,13]

Perubahan Kebijakan Akuntansi

Entitas diperkenankan untuk mengubah kebijakan akuntansi hanya jika perubahan:diperlukan oleh standar atau interpretasi, atau hasil dalam laporan keuangan menyediakan informasi yang dapat dipercaya dan lebih relevan tentang efek transaksi, situasi atau keadaan posisi keuangan entitas, kinerja keuangan, atau arus kas. [IAS 8,14]

Perhatikan bahwa perubahan kebijakan akuntansi tidak termasuk menerapkan kebijakan akuntansi untuk jenis transaksi atau peristiwa yang tidak terjadi sebelumnya atau tidak material. [IAS 8,16]

Jika perubahan kebijakan akuntansi yang diperlukan oleh standar IASB baru atau interpretasi, perubahan itu dibukukan dengan dengan pernyataan yang baru atau, jika standar akuntansi yang baru tidak termasuk ketentuan peralihan tertentu, maka perubahan kebijakan akuntansi ini diterapkan secara retrospektif. [IAS 8,19]

Page 6: Kebijakan Akuntansi Dan Perubahan Dalam Estimasi Akuntansi

Penerapan secara retrospektif berarti menyesuaikan keseimbangan membuka setiap komponen yang terkena dampak dari ekuitas untuk periode sebelumnya yang disajikan dan jumlah komparatif lain diungkapkan untuk setiap periode sebelumnya disajikan sebagai olah kebijakan akuntansi baru sudah berlaku. [IAS 8,22]

    Namun, jika tidak praktis untuk menentukan baik-periode tertentu efek atau dampak kumulatif dari perubahan untuk satu atau lebih periode sebelumnya disajikan, entitas harus menerapkan kebijakan akuntansi baru untuk jumlah tercatat aktiva dan kewajiban pada awal periode paling awal yang secara retrospektif aplikasi praktis, yang mungkin periode berjalan, dan akan membuat penyesuaian yang terkait dengan saldo pembukaan setiap komponen yang terkena dampak dari ekuitas untuk periode tersebut. [IAS 8,24]

    Juga, jika tidak praktis dilakukan untuk menentukan efek kumulatif, pada awal periode saat ini, penerapan kebijakan akuntansi baru untuk semua periode sebelumnya, entitas harus menyesuaikan informasi komparatif untuk menerapkan kebijakan akuntansi baru secara prospektif sejak tanggal praktis paling awal . [IAS 8,25]

Pengungkapan Berkaitan dengan Perubahan Kebijakan Akuntansi

Pengungkapan yang berhubungan dengan perubahan kebijakan akuntansi yang disebabkan oleh standar baru atau interpretasi meliputi: [IAS 8,28]

judul standar atau interpretasi menyebabkan perubahan sifat dari perubahan kebijakan akuntansi penjelasan mengenai ketentuan peralihan, termasuk yang mungkin memiliki efek pada masa datang untuk periode berjalan dan setiap periode lalu yang disajikan, sejauh memungkinkan, jumlah penyesuaian: untuk setiap item laporan keuangan baris terpengaruh, dan untuk penghasilan dasar dan dilusian per saham (hanya jika entitas menerapkan IAS 33)jumlah penyesuaian yang berkaitan dengan periode sebelumnya yang disajikan, sesuai praktek. jika aplikasi retrospektif tidak praktis, penjelasan dan gambaran tentang bagaimana perubahan kebijakan akuntansi ini diterapkan.

Laporan keuangan periode berikutnya tidak perlu mengulangi pengungkapan.

Pengungkapan yang berhubungan dengan perubahan sukarela dalam kebijakan akuntansi meliputi: [IAS 8,29]

 

sifat dari perubahan kebijakan akuntansi alasan mengapa menerapkan kebijakan akuntansi baru menyediakan informasi yang dapat dipercaya dan lebih relevan untuk periode berjalan dan setiap periode lalu yang disajikan, sejauh memungkinkan, jumlah penyesuaian: untuk setiap item laporan keuangan baris terpengaruh, dan untuk penghasilan dasar dan dilusian per saham (hanya jika entitas menerapkan IAS 33)

jumlah penyesuaian yang berkaitan dengan periode sebelumnya yang disajikan, sesuai praktek. jika aplikasi retrospektif tidak praktis, penjelasan dan gambaran tentang bagaimana perubahan kebijakan akuntansi ini diterapkan.

Laporan keuangan periode berikutnya tidak perlu mengulangi pengungkapan.Jika entitas belum menerapkan standar baru atau interpretasi yang telah dikeluarkan tapi

Page 7: Kebijakan Akuntansi Dan Perubahan Dalam Estimasi Akuntansi

belum efektif, entitas harus mengungkapkan fakta dan setiap dan diketahui atau patut diduga informasi yang relevan untuk menilai dampak kemungkinan bahwa pengumuman baru akan memiliki pada tahun itu diterapkan. [IAS 8,30]

 

Perubahan Estimasi Akuntansi

Pengaruh perubahan estimasi akuntansi harus diakui secara prospektif dengan dicantumkannya dalam laba rugi dalam: [IAS 8,36]

 

periode perubahan, jika perubahan tersebut mempengaruhi periode itu saja, atau periode perubahan dan masa datang, jika perubahan tersebut mempengaruhi keduanya.

Namun, sejauh bahwa perubahan dalam estimasi akuntansi menimbulkan perubahan aktiva dan kewajiban, atau berhubungan dengan item dari ekuitas, diakui dengan menyesuaikan nilai tercatat aktiva yang bersangkutan, kewajiban, atau item ekuitas pada periode perubahan. [IAS 8,37]

 

Pengungkapan Berkaitan dengan Perubahan Estimasi Akuntansi Mengungkapkan:

sifat dan jumlah perubahan dalam estimasi akuntansi yang memiliki efek pada tahun berjalan atau diperkirakan akan berpengaruh pada masa datang jika jumlah efek pada masa datang tidak diungkapkan karena memperkirakan tidak praktis, suatu entitas harus mengungkapkan fakta tersebut. [IAS 8,39-40]

KesalahanPrinsip umum dalam IAS 8 adalah bahwa entitas harus mengoreksi semua kesalahan materi periode sebelumnya retrospektif pada set pertama laporan keuangan untuk diterbitkan setelah penemuan mereka dengan: [IAS 8,42]

ulangan jumlah komparatif untuk periode sebelumnya (s) disajikan di mana kesalahan terjadi, atau jika kesalahan terjadi sebelum periode sebelumnya sajian, ulangan saldo pembukaan aset, kewajiban dan ekuitas untuk periode sebelumnya yang disajikan.

Namun, jika tidak praktis untuk menentukan periode-spesifik efek kesalahan pada informasi komparatif untuk satu atau lebih periode sebelumnya disajikan, entitas harus menyajikan kembali saldo pembukaan aktiva, kewajiban, dan ekuitas untuk periode paling awal yang disajikan kembali secara retrospektif praktis (yang mungkin periode berjalan). [IAS 8,44]

Selanjutnya, jika tidak praktis dilakukan untuk menentukan efek kumulatif, pada awal periode berjalan, dari semua kesalahan pada periode sebelumnya, entitas harus menyajikan kembali informasi komparatif untuk memperbaiki kesalahan tersebut secara prospektif dari tanggal paling awal praktis. [IAS 8,45]

Pengungkapan Berkaitan dengan Kesalahan Periode Sebelum

Page 8: Kebijakan Akuntansi Dan Perubahan Dalam Estimasi Akuntansi

Pengungkapan yang berhubungan dengan kesalahan periode sebelumnya meliputi: [IAS 8,49]sifat kesalahan periode sebelumnya untuk setiap periode sebelumnya yang disajikan, untuk tujuan praktis, jumlah koreksi: untuk setiap item laporan keuangan baris terpengaruh, dan untuk penghasilan dasar dan dilusian per saham (hanya jika entitas menerapkan IAS 33)

jumlah koreksi pada awal periode sebelumnya yang disajikan jika penyajian kembali retrospektif tidak praktis, penjelasan dan deskripsi tentang bagaimana kesalahan telah diperbaiki.Laporan keuangan periode berikutnya tidak perlu mengulangi pengungkapan.

 

Ringkasan IAS 8 Technical Summary

IAS 8 (Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan) seperti namanya berhubungan dengan perubahan kebijakan akuntansi, perubahan estimasi dan pembetulan kesalahan tahun sebelumnya. Ringkasan IAS 8 (Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan) disediakan di sini untuk memungkinkan mahasiswa dan profesional untuk memahami semangat IAS 8 (Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan) dalam kurun waktu singkat. Hal ini juga memastikan sini bahwa ringkasan ini mencakup semua titik-titik IAS 8 (Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan) dengan cara yang ringkas dan konsep tidak tetap dirahasiakan.

Sebelum pergi ke konsep perubahan akuntansi, perkiraan kebijakan dan koreksi kesalahan, dua konsep yang perlu dibahas di sini. Semua perubahan yang disebutkan di atas diterapkan secara retrospektif atau prospektif baik menurut IAS 8 (Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan).

Calon Aplikasi.

Menerapkan kebijakan baru prospektif berarti bahwa kebijakan tersebut diterapkan hanya pada tahun saat ini dan masa depan dengan angka tahun sebelumnya yang tersisa tidak berubah.

Retrospektif Aplikasi

Ketika perubahan kebijakan akuntansi ini diterapkan secara retrospektif, berarti tahun berjalan serta tokoh semua tahun sebelumnya dalam laporan keuangan akan berubah sesuai dengan perubahan kebijakan akuntansi. Ini tidak selalu mungkin untuk menghitung efek pada angka semua tahun sebelumnya, dalam hal ini kebijakan baru diterapkan dari periode sebelumnya yang paling awal yang mungkin dan efek kumulatif atas aset, kewajiban dan ekuitas sebelum periode itu hanya diabaikan.

Semua periode sebelumnya yang diberikan sebagai comparatives dalam laporan tahunan harus disajikan kembali berdasarkan kebijakan baru. Semua periode sebelumnya yang tidak diberikan sebagai comparatives masih harus disesuaikan dengan efek kumulatif pada saldo awal saldo laba diungkapkan sebagai penyesuaian tunggal dalam laporan perubahan ekuitas. Semua perubahan ini harus tepat diungkapkan dalam laporan keuangan sesuai dengan IAS 8 (Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan). Namun, laporan keuangan periode berikutnya tidak perlu mengulangi pengungkapan.

Page 9: Kebijakan Akuntansi Dan Perubahan Dalam Estimasi Akuntansi

 

Perubahan Kebijakan Akuntansi

Kebijakan akuntansi harus diterapkan secara konsisten dari satu periode ke periode berikutnya dalam rangka mencapai komparatif dan konsistensi. Namun karena setelah dua Alasan itu dapat diubah. Bila diperlukan oleh IFRS Ketika perubahan akan menghasilkanpresentasi yang handal dan lebih relevan informasi.

PSAK 154: Akuntansi dan Koreksi Kesalahan Perubahan

Oleh Robert Bloom dan Jayne Fuglister Maret 2006 – Sejak tahun 2002, FASB dan International Accounting Standards Board (IASB) memiliki proyek konvergensi formal dalam karya. Dua standar penetapan badan secara aktif terlibat dalam harmonisasi standar akuntansi mereka. Salah satu contoh menonjol adalah PSAK baru 154, Perubahan Akuntansi dan Koreksi Kesalahan, yang menggantikan Opini APB 20 dan PSAK 3. PSAK 154 sangat mirip dengan IAS 8, Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan, yang direvisi pada Desember 2003. Kedua FASB dan IASB telah memodifikasi standar mereka pada perubahan dan kesalahan untuk mencapai keseragaman internasional dan komparatif dalam perubahan pelaporan keuangan dan kesalahan.

Pameran ini menyajikan ringkasan dari isu yang dibahas oleh PSAK 154 dan bagaimana perlakuan terhadap perubahan akuntansi dan kesalahan berbeda dari APB 20 dan PSAK 3. Sidebar ini menggambarkan dua aplikasi numerik dari standar baru.

Perubahan Prinsip Akuntansi

APB 20, “Akuntansi Perubahan” (1971), umumnya diperlukan efek kumulatif dari perubahan akuntansi prinsip-GAAP dari satu ke yang lain-akan tercermin pada usaha periode berjalan. PSAK 154 panggilan untuk “aplikasi retrospektif” untuk perubahan sukarela prinsip akuntansi tersebut. Standar ini menggunakan “penyajian kembali” untuk merujuk ke revisi laporan keuangan yang telah diterbitkan sebelumnya untuk memperbaiki kesalahan. Standar baru meningkatkan konsistensi untuk perusahaan yang sama sepanjang waktu dan meningkatkan komparabilitas dengan perusahaan yang menggunakan Standar Akuntansi Internasional.

Penerapan secara retrospektif berarti bahwa perubahan dalam prinsip akuntansi diperlakukan dengan menegaskan kembali laporan keuangan komparatif untuk mencerminkan metode baru seolah-olah telah diterapkan selama ini. Alih-alih menunjukkan efek kumulatif dari perbedaan antara kedua prinsip akuntansi dalam laporan laba rugi saat ini, angka ini sekarang akan tercermin sebagai aplikasi retrospektif dan penyesuaian atas pembukaan mempertahankan keseimbangan pendapatan. Dengan demikian, istilah “penerapan retrospektif” baru menunjukkan bahwa perusahaan harus menerapkan standar baru itu diadopsi untuk semua periode ditampilkan kecuali tidak praktis dilakukan untuk menentukan efek kumulatif atau efek periode tertentu dari perubahan. The “luar biasa” metode retroaktif diperlukan oleh APB 20 untuk perubahan dari LIFO ke metode persediaan SAK, perubahan akuntansi untuk kontrak jangka panjang konstruksi, dan perubahan dalam akuntansi untuk industri ekstraktif sekarang akan menjadi norma bagi prinsip akuntansi yang paling perubahan. Pengaruh kumulatif akan lagi digunakan.

Page 10: Kebijakan Akuntansi Dan Perubahan Dalam Estimasi Akuntansi

Perhatikan bahwa PSAK 154 mensyaratkan bahwa, ketika dilakukan, penerapan retrospektif disajikan sehubungan dengan efek langsung dan efek pajak terkait pendapatan dari perubahan prinsip. Efek tidak langsung, seperti perubahan manajemen kompensasi dan royalti tertentu, tidak akan dimasukkan dalam aplikasi retrospektif. Jika efek tidak langsung diakui, mereka harus tercermin dalam periode perubahan akuntansi.

Perubahan Metode atau Perkiraan

Perubahan metode penyusutan, amortisasi, atau deplesi. Dalam perubahan yang signifikan dari praktek yang ada, PSAK 154 mengatur bahwa perubahan penyusutan, amortisasi, atau deplesi metode sekarang akan dipandang sebagai perubahan estimasi yang dipengaruhi oleh perubahan prinsip akuntansi tersebut. Dengan demikian, perubahan ini akan ditangani secara prospektif: lebih mencerminkan kenyataan bahwa suatu entitas harus mengubah penyusutan, amortisasi, atau metode deplesi hanya sebagai pengakuan atas perubahan estimasi manfaat aset, dalam pola konsumsi manfaat, atau dalam informasi yang tersedia untuk entitas tentang manfaat tersebut. Dewan menganggap perubahan penyusutan, amortisasi, atau deplesi metode tak terpisahkan dari perubahan pola konsumsi yang diperkirakan.

Perubahan estimasi akuntansi. Perubahan estimasi akuntansi, misalnya di dalam penyisihan buruk-hutang, kewajiban garansi, atau masa kerja aset, bukan kesalahan, karena perkiraan ini didasarkan pada keterangan terbaik tersedia pada saat itu. Perubahan ini akan terus diperlakukan secara prospektif, seperti di bawah APB 20. Namun, jika perubahan estimasi mempengaruhi beberapa periode yang akan datang dan secara material mempengaruhi periode berjalan-, pengungkapan pengaruh perubahan pada pendapatan saat ini dari operasi yang dilanjutkan, laba bersih dan pendapatan per saham sesuai angka yang diperlukan.

Perubahan dari FIFO ke LIFO. Di bawah APB 20, perubahan dari FIFO ke LIFO diperlakukan sebagai perubahan estimasi, karena kesulitan untuk menentukan lapisan sebelum LIFO persediaan. Berdasarkan standar yang baru, perubahan ini dapat terus diperlakukan seperti itu: Jika tidak praktis dilakukan untuk mengetahui pengaruh kumulatif menerapkan perubahan prinsip akuntansi untuk setiap periode sebelumnya, prinsip akuntansi yang baru akan diberlakukan sebagai jika perubahan sudah dilakukan secara prospektif sejak tanggal paling awal praktis.

Kapan penerapan retrospektif tidak praktis? Ketidakpraktisan penerapan retrospektif terjadi, menurut PSAK 154, jika salah satu kondisi berikut berlaku:

Setelah melakukan segala upaya yang wajar untuk melakukannya, entitas tidak dapat menerapkan persyaratan.

Penerapan secara retrospektif membutuhkan asumsi tentang niat manajemen dalam periode sebelumnya yang tidak dapat secara independen dibuktikan.

Penerapan secara retrospektif memerlukan estimasi signifikan dalam jumlah, dan tidak mungkin untuk membedakan secara obyektif informasi tentang estimasi tersebut bahwa: Memberikan bukti keadaan yang ada pada tanggal (s) di mana jumlah tersebut akan diakui, diukur, atau diungkapkan dalam penerapan retrospektif, dan Apakah telah tersedia ketika laporan keuangan untuk periode sebelum diterbitkan.

Page 11: Kebijakan Akuntansi Dan Perubahan Dalam Estimasi Akuntansi

Koreksi kesalahan. Sebagai di bawah APB 20, koreksi kesalahan, yang mungkin perubahan dari satu non-GAAP metode untuk GAAP, atau koreksi pembukuan, ditampilkan sebagai sebuah penyajian kembali. Koreksi kesalahan dibedakan dari perubahan PSAK, yang dianggap aplikasi retrospektif. Jadi, meskipun kesalahan koreksi, seperti perubahan dalam prinsip, tercermin dengan menegaskan kembali laporan keuangan komparatif bersama dengan penyesuaian sebelum periode-ke saldo awal laba ditahan, yang “penyajian kembali” istilah disediakan untuk perubahan kesalahan. PSAK 154 mempertahankan akuntansi untuk koreksi kesalahan seperti dalam APB 20, tidak ada pengecualian karena ketidakpraktisan.

Awal penerapan prinsip baru. PSAK 154 mengatur bahwa adopsi awal mengikuti ketentuan peralihan yang diperlukan dalam prinsip akuntansi baru. Jika tidak ada ketentuan peralihan, pernyataan itu membutuhkan penerapan retrospektif sejauh mungkin. Jika aplikasi retrospektif tidak praktis, maka adopsi diperlakukan secara prospektif. Penerapan retrospektif terbatas yang akan digunakan jika aplikasi retrospektif penuh tidak praktis.

Perubahan di perusahaan pelapor. Perubahan entitas pelaporan disajikan sebagai ditetapkan dalam APB 20, yaitu, penyajian kembali semua pernyataan komparatif. Sifat dari perubahan entitas dan alasan untuk perubahan itu dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan. Selain itu, efek dari perubahan pada laba sebelum pos luar biasa, laba bersih, pendapatan komprehensif lainnya, dan terkait per saham jumlah yang diungkapkan untuk seluruh periode disajikan.

Sementara perubahan. Perubahan prinsip akuntansi yang dibuat dalam periode interim atau pada akhir tahun fiskal diterapkan untuk semua periode interim tahun perubahan. Pengungkapan pengaruh perubahan pada pendapatan dari operasi yang dilanjutkan, laba bersih, dan terkait per saham jumlah yang diperlukan untuk periode interim pada tahun perubahan. Jika sebuah perusahaan melaporkan informasi sementara dan membuat perubahan akuntansi selama kuartal keempat tahun fiskal dan tidak melaporkan data dalam laporan kuartal keempat atau tahunan terpisah, pengungkapan sifat dan pembenaran untuk perubahan dan efek akuntansi yang perubahan terhadap laporan interim harus dilakukan dalam catatan atas laporan keuangan. Jika tidak praktis untuk membedakan antara efek kumulatif pada tahun sebelumnya dan efek pada periode interim tahun perubahan, maka perubahan prinsip akuntansi dalam periode interim tidak diperbolehkan.

Ringkasan Keterbukaan Informasi

Pengungkapan yang disyaratkan dalam standar baru yang mirip dengan mereka yang di bawah APB 20. Untuk perubahan sukarela secara prinsip akuntansi, entitas harus mengungkapkan hal berikut:

    l. Perubahan prinsip akuntansi, dan mengapa yang baru adalah lebih baik.    2. Metode menerapkan perubahan, termasuk efek retrospektif atas penghasilan serta item lain yang terkena dampak, efek kumulatif dari perubahan saldo laba pada awal periode pertama disajikan. Jika aplikasi retrospektif tidak praktis, alasan mengapa dan bagaimana perubahan itu dilaporkan.

    3. Jika efek tidak langsung dari perubahan prinsip diakui, penjelasan dari mereka, termasuk jumlah total dan per saham tercermin dalam periode berjalan. Jika praktikal, efek tak langsung berkaitan dengan masing-masing periode sebelumnya dilaporkan.

Page 12: Kebijakan Akuntansi Dan Perubahan Dalam Estimasi Akuntansi

Selain itu, pengungkapan itu diperlukan untuk porsi efek tidak langsung dicatat dalam periode berjalan, namun terkait dengan periode sebelumnya khusus ditampilkan, jika praktis untuk menentukan jumlah ini. Ketika perubahan dibuat agar sesuai dengan standar baru, persyaratan pengungkapan yang sama berlaku seperti orang-orang untuk perubahan dalam standar sukarela kecuali standar baru menunjukkan sebaliknya.

Kesalahan koreksi. Sifat kesalahan harus diungkapkan, serta efek pada periode kini dan sebelumnya disajikan. Selain itu, jika kesalahan mempengaruhi periode kini atau sebelum disajikan atau diharapkan mempengaruhi periode berikutnya, entitas harus mengungkapkan bahwa informasi komparatif telah disajikan kembali, pengaruh koreksi dengan line-item dan per-saham jumlah untuk seluruh periode disajikan , dan jumlah penyesuaian untuk membuka saldo laba.

Perubahan estimasi akuntansi. Jika perubahan estimasi akuntansi memiliki dampak material terhadap periode kini dan masa depan, sifat dan jumlah efek pada pendapatan dari operasi yang dilanjutkan, laba bersih, dan terkait per saham jumlah periode berjalan harus diungkapkan. Untuk perubahan estimasi dipengaruhi oleh perubahan prinsip akuntansi tersebut (seperti perubahan penyusutan, amortisasi, atau deplesi metode), suatu entitas harus membenarkan mengapa metode baru adalah lebih baik, negara berpengaruh pada periode kini dan sebelumnya, dan memberikan pengungkapan yang sama diperlukan untuk perubahan prinsip akuntansi tersebut.

Tanggal Efektif

PSAK 154 mulai berlaku untuk tahun pajak yang dimulai setelah tanggal 15 Desember 2005. Tanggal efektif adalah pada dasarnya satu tahun kemudian dari tanggal efektif, IAS 8, yang adalah 1 Januari 2005.

PSAK 154 dan IAS 8 sebagai direvisi pada bulan Desember 2003 adalah akibat langsung dari itu FASB dan IASB komitmen untuk berkumpul standar akuntansi mereka. PSAK 154 diubah Opini APB 20, yang tidak konsisten dengan IAS 8, sehingga meningkatkan komparabilitas. Modifikasi lain dari standar FASB bertujuan konvergensi akan mengikuti. Ini akan menarik untuk melihat apakah hasil standar baru dalam perusahaan-perusahaan AS ‘membuat perubahan ini lebih sering. SEC dapat diharapkan untuk terus meneliti perubahan prinsip akuntansi untuk menjaga terhadap pelanggaran yang potensial, seperti menggunakan perubahan prinsip akuntansi untuk mengelola pendapatan.

Page 13: Kebijakan Akuntansi Dan Perubahan Dalam Estimasi Akuntansi

IAS 8 (PSAK 25) Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Errors

Tulisan kali ini akan mencoba mengajak diskusi mengenai IAS 8:Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Errors. Pertama-tama mari kita lihat tujuan pengaturan dari standar akuntansi ini sehingga kita bisa memahami "niat" dari penyusun standar ini. Pada paragraph 1 dijelaskan sebagai berikut:

"The objective of this Standard is to prescribe the criteria for selecting and changing accounting policies, together with the accounting treatment and disclosure of changes in accounting policies, changes in accounting estimates and corrections of errors.

The Standard is intended to enhance the relevance and reliability of an entity’s financial statements, and the comparability of those financial statements over time and with the financial statements of other entities."

Baiklah, kalau kita lihat tujuan dari standar ini bisa di ringkas sebagai beriktut:

1. menentukan kriteria dalam memilih dan merubah kebijakan akuntansi2. menentukan perlakuan akuntansi dan pengungkapan atas:

1. perubahan kebijakan akuntansi;2. perubahan estimasi; dan3. errors (pada saat terjadi kesalahan).

Kenapa perlu mengatur hal seperti ini? Paragraf selanjutnya menyatakan bahwa pengaturan ini untuk mejamin laporan keuangan yang dihasilkan dapat memenuhi kualitas sbb:

1. relevan dan andal2. dapat dibandingkan baik dengan laporan keuangan tahun sebelumnya maupun dengan

enitas lain yang sejenis.

Pengaturan ini sangat penting untuk dipahami karena merupakan "aturan main" yang haru ditaati dalam memillih dan menerapkan kebijakan akuntansi. Berbicara mengenai standar akuntansi artinya kita berbicara bagaimana menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang telah diatur dalam standar. Nah, untuk menerapkannya kita perlu sebuat aturan main yang diikuti secara konsisiten dari waktu-ke waktu oleh seluruh entitas sehingga menjamin dihasilkannya laporan keuangan yan dapat di bandingkan baik dengan tahun-tahun sebelumnya maupun dengan entitas lain.

Page 14: Kebijakan Akuntansi Dan Perubahan Dalam Estimasi Akuntansi

Sebelum masuk ke diskusi yang lebih mendalam ada baiknya kit mengingat kembali bahwa dalam akuntansi masalah yang mungkin timbul secara garis besar dapat dibagi sebagai berikut:

1. Pengakuan (kapan dicatat?) 2. Pengukuran (berapa harus dicatat?)3. Penyajian (bagaimana menampilkan dalam laporan keuangan?)4. Pengungkapan (informasi apa saja yang harus diberikan dalam catatan laporan keuangan?)

Nah, setiap standar akuntansi biasanya dalam tujunnya menyebutkan area mana yang diatur oleh standar ini sehingga memudahkan kita untuk memahami dalam konteks apa suatu standar akuntansi harus diterapkan.

Oke, kita kembali ke IAS 8, dlm tujuannya tidak disebutkan pengaturan spesifik di area mana standar ini mengatur. Namun, dalam tujuannya standar ini menyebutkan 3 area yang diatur:

1. penentuan kriteria 2. perlakuan akuntansi 3. pengungkapan

Areanya sedikit berbeda dengan apa yang kita diskusikan sebelumya karena sekali lagi stadar ini merupakan landasarn bagi standar-standar lainnya. Seluruh standar akuntansi yang berlaku di IFRS maupun PSAK harus dibaca dalam konteks standar ini. Artinya kalau kita ingin memilih atau merubah kebijakan akuntansi sesuai dengan standar yang berlaku maka kita harus mengikuti pengaturan sebagaimana diatur dalam standar ini. Mungkin akan lebih mudah dipahami nanti ketika kita sudah mendiskusikan secara lebih mendalam.

Diskusi terkait dengan standar ini akan dibagi menjadi 4 bagian yang diharapkan dapat mencakup keseluruhan isi dari standar ini yaitu:

1. Standar Akuntansi2. Kebijakan Akuntansi3. Estimasi Akuntansi4. Kesalahan

STANDAR AKUNTANSI

Berbicara mengenai standar akuntansi kita perlu memahami terlebih dahulu apa itu standar akuntansi. Mari kita lihat definisi nya di IFRS maupun PSAK sebagai berikut:

IFRS:"International Financial Reporting Standards (IFRSs) are Standards and Interpretations adopted by the International Accounting Standards Board (IASB). They comprise:

International Financial Reporting Standards; International Accounting Standards; and

Page 15: Kebijakan Akuntansi Dan Perubahan Dalam Estimasi Akuntansi

Interpretations developed by the International Financial Reporting Interpretations Committee (IFRIC) or the former Standing Interpretations Committee (SIC)."

(Paragraf 5 IAS 8)

PSAK:

"Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan dan Interpretasi yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia serta peraturan regulator pasar modal untuk entitas yang berada di bawah pengawasannya."

(Paragraf 5 PSAK 25)

Dari definisi ini apa yang dapat kita ambil sebagai benang merahnya? Kita mulai dari IFRS, kalau dari IFRS isunya adalah ada standar-standar yang dihasilkan oleh pendahulu IASB yaitu IASC. Standar-standar ini perlu mendapatkan pengakuan terlebih dahulu dari IASB agar dapat dijadikan acuan sebagai salah satu standar akuntansi yang dikeluarkan oleh IASB. Oleh karena itu kita melihat disini standar akuntansi didefinisikan meliputi:

1. IFRS (dihasilkan oleh IASB)2. IAS (dihasilkan oleh IASC meskipun beberapa disempurnakan oleh IASB)3. IFRIC (dihasilkan oleh IASB) dan SIC(dihasilkan oleh IASC)

Poin kedua yang dapat kita cermati adalah bahwa standar akuntansi meliputi juga iterpretasi yang dikeluarkan baik oleh IFRIC maupun oleh SIC. Pengaturan ini memberikan kedudukan yang sejajar bagi interpretasi yang dikeluarkan IFRIC atau SIC sebagai bagian dari standar akuntansi.

Dalam konteks PSAK terdapat tambahan ketentuan yaitu memasukkan "peraturan regulator pasar modal" sebagai bagian dari standar akuntansi untuk entitas yang berada di bawah pengawasannya. Hal ini dapat dilihat sebagai suatu bentuk adaptasi atas implementasi IFRS untuk menyesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

KEBIJAKAN AKUNTANSI

Pemilihan Kebijakan Akuntansi

Hal pertama yang perlu kita pahami terkait kebijakan akuntansi adalah mengenai bagaimana memilih kebijakan akuntansi. IAS 8/PSAK 25 ini mengatur hirerarki atau urutan acuan yang perlu kita ikuti dalam rangka memilih suatu kebijakan akuntansi.

1. Dalam kondisi terdapat standar akuntansi yang mengatur secara spesifik.

Kondisi ini diatur dalam paragraf 7 IAS 8/PSAK25 sbb:

"When an IFRS specifically applies to a transaction, other event or condition, the accounting policy or policies applied to that item shall be determined by applying the IFRS."

Page 16: Kebijakan Akuntansi Dan Perubahan Dalam Estimasi Akuntansi

Dalam kondisi ini maka kita harus mengikuti ketentuan yang ditetapkan dalam standar tersebut. Namun ketentuan dalam paragraf selanjutnya memberikan sedikit kelonggaran yaitu diijinkan untuk tidak mengikuti ketentuan dalam suatu standar dalam kondisi dampak penerapannya tidak material dan tidak dimaksudkan untuk mencapai tujuan suatu penyajian teretentu yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pelaporan keuangan untuk menghasilkan laporan keuangan yang berisi informasi relevan dan andal.

Dalam suatu standar akuntansi terkadang dilengkapi dengan panduan untuk membantu proses penerapan standar tersebut. Panduan tersebut dapat bersifat wajib diikuti dan tidak wajib untuk diikuti. Panduan yang wajib diikuti adalah panduan yang ditetapkan sebagai "bagian yang tidak terpisahkan" dari standar akuntansi.

2. Dalam kondisi tidak terdapat standar akuntansi yang mengatur secara spesifik.

Kondisi ini diatur dalam paragraf 10 IAS 8/PSAK 25 sbb:

"In the absence of an IFRS that specifically applies to a transaction, other event or condition, management shall use its judgement in developing and applying an accounting policy that results in information that is:(a) relevant to the economic decision-making needs of users; and(b) reliable, in that the financial statements:

represent faithfully the financial position, financial performance and cash flows of the entity; reflect the economic substance of transactions, other events and conditions, and not merely

the legal form; are neutral, ie free from bias; are prudent; and are complete in all material respects."

Paragraf ini mengatur bahwa dalam kondisi tidak erdapat standar akuntansi yang secara spesifik mengatur transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas, maka mangement dari entitas tersebut diberikan kewenangan untuk menggunakan pertimbangannya sendiri untuk menentukan kebijkan akuntansi bagi transaksi tersebut. Kebijakan akuntansi yang dipilih harus menghasilkan informasi yang relevan dan andal dengan beberapa kriteria sebagaimana disebutkan dalam paragraf diatas. Ketentuan ini memperjelas arti pentingnya pencapaian tujuan dibuatnya standar akuntansi yaitu untuk menghasilkan informasi yang relevan dan andal.

Pertanyaan kemudian yang muncul adalah acuan apa yang diijinkan untuk digunakan oleh managemen dalam menetukan kebijakan yang tepat untuk transaksi yang tidak diatur dalam standar akuntansi?

Dalam paragraf selanjutnya diatur mengenai hierarki acuan yang dapat digunakan manakala tidak terdapat standar akuntansi yang mengatur secara jelas mengenai suatu transaksi tertentu sebagai berikut:

1. Standar akuntansi yang mengatur permasalahan yang serupa;2. Ketentuan dasar yang terdapat dalam Conceptual Framework;

Page 17: Kebijakan Akuntansi Dan Perubahan Dalam Estimasi Akuntansi

3. Standar akuntansi terkini yang dikeluarkan oleh badan penyusun standar akuntansi lain yang menggunakan kerangka dasar yang sama

4. literatur akuntansi lain, dan praktik akuntansi industri yang berlaku, sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam standar akuntansi yang berlaku serta Conceptual Framework.

Konsistensi Kebijakan Akuntansi

Setelah kita menentukan kebijakan akuntansi sesuai dengan standar yang berlaku atau menggunakan pertimbangan sendiri sebagaimana didiskusikan diatas, IAS 8 (PSAK 25) mewajibkan kita untuk menerapkan kebijakan ini secara konsisten sepanjang tidak terdapat standar akuntansi yang secara spesifik mengatur berbeda. Apabila terdapat standar yang mengatur spesifik yang mengatur berbeda maka kita harus mengacu ke standar tersebut dan menenerapkannya secara konsisten.

Perubahan Kebijakan Akuntansi

Setelah kita memilih dan menerapkan kebijaan akuntansi secara konsisten, masalah yang mungkin muncul dikemudian hari adalah bagaimana jika kita ingin merubah kebijakan akuntansi kita?

Kita diijinkan untuk merubah kebijakan akuntansi sepanjang perubahan tersebut memenuhi syarat yang diatur dalam paragraf 14 IAS 8 (PSAK 25) sebagai berikut:

"An entity shall change an accounting policy only if the change:(a) is required by an IFRS; or(b) results in the financial statements providing reliable and more relevant information about the effects of transactions, other events or conditions on the entity’s financial position, financial performance or cash flows."

Persyaratan ini dibuat untuk menjamin konsistensi dalam laporan keuangan yang dihasilkan oleh entitas.

Namun, perlu diingat hal-hal terkait perubahan kebijakan sebagai berikut:

1. Tidak disebut perubahan kebijakan apabila:

substansi transaksi berbeda dengan transaksi sebelumnya transaksi yang baru belum pernah terjadi sebelumnya atau sebelumnya tidak material

2. Pengecualian untuk:

Penerapan awal suatu kebijakan untuk menilai-kembali aset sesuai dengan PSAK 16: Aset Tetap atau PSAK 19: Aset Takberwujud tidak mengacu pada standar ini tapi mengacu pada standar terkait.

Kenapa diatur berbeda? karena meskipun ini merupakan perubahan kebijakan akuntansi perubahan tersebut tidak perlu diterapkan secara retrospektif sebagaimana umumnya perubahan kebijakan akuntansi.

Apa itu retrospektif? kita lihat di bahasan selanjutnya :)

Page 18: Kebijakan Akuntansi Dan Perubahan Dalam Estimasi Akuntansi

Nah, sekarang bagaimana perlakuan akuntansinya kalau kita melakukan perubahan kebijakan akuntansi? Jawabannya adalah tergantung sebabnya. Sebab yang diijinkan hanya ada 2 sebagaimana didiskusikan diatas :

required by an IFRS

o Kalau perubahan tersebut disyaratkan oleh suatu standar akuntansi maka mengacu kepada ketentuan transisi atau kalau tidak ada maka diterapkan secara Retrospektif.

results in the financial statements providing reliable and more relevant information about the effects of transactions, other events or conditions on the entity’s financial position, financial performance or cash flows. (atau bisa disebut "changes an accounting policy voluntarily" yaitu perubahan secara sukarela)

o Apabila perubahan dilakukan secara sukarela maka perubahan tersebut harus diterapkan secara Retrospektif.

Pengungkapan

Pengaturan mengenai pengungkapan diatur dalam paragraf 28-30 sbb:

Ketika penerapan awal suatu standar akuntansi entitas harus mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:

o the title of the IFRSo when applicable, that the change in accounting policy is made in

accordance with its transitional provisionso the nature of the change in accounting policyo when applicable, a description of the transitional provisionso when applicable, the transitional provisions that might have an effect on

future periodso for the current period and each prior period presented, to the extent

practicable, the amount of the adjustment: for each financial statement line item affected; and if IAS 33 Earnings per Share applies to the entity, for basic and diluted

earnings per share;

o the amount of the adjustment relating to periods before those presented,to the extent practicable; and

o if retrospective application required by paragraph 19(a) or (b) is impracticable for a particular prior period, or for periods before those presented, the circumstances that led to the existence of that condition and a description of how and from when the change in accounting policy has been applied.

o Financial statements of subsequent periods need not repeat these disclosures.

Ketika melakukan perubahan secara sukarela atas kebijkan akuntansi:o the nature of the change in accounting policy;o the reasons why applying the new accounting policy provides reliable and

more relevant informationo for the current period and each prior period presented, to the extent

practicable, the amount of the adjustment: for each financial statement line item affected; and if IAS 33 applies to the entity, for basic and diluted earnings per share;

Page 19: Kebijakan Akuntansi Dan Perubahan Dalam Estimasi Akuntansi

o the amount of the adjustment relating to periods before those presented,to the extent practicable; and

o if retrospective application is impracticable for a particular prior period, orfor periods before those presented, the circumstances that led to theexistence of that condition and a description of how and from when thechange in accounting policy has been applied.

o Financial statements of subsequent periods need not repeat these disclosures. Ketika terdapat standar akuntansi baru yang belum efektif

o this fact; ando known or reasonably estimable information relevant to assessing the possible

impact that application of the new IFRS will have on the entity’s financial statements in the period of initial application.

o the title of the new IFRSthe title of the new IFRSo the nature of the impending change or changes in accounting policyo the date by which application of the IFRS is requiredo the date as at which it plans to apply the IFRS initially; ando either:

a discussion of the impact that initial application of the IFRS isexpected to have on the entity’s financial statements; or

if that impact is not known or reasonably estimable, a statement tothat effect.

PERUBAHAN ESTIMASI

PengertianSebelum kita membahas pengaturan akuntansi mengenai perubahan estimasi, alangkah lebih baik kalau kita memahami terlebih dahulu apa itu perubahan estimasi. Perubahan estimasi akuntansi didefinisikan dalam paragraf 5 sbb:

"A change in accounting estimate is an adjustment of the carrying amount of an asset or a liability, or the amount of the periodic consumption of an asset, that results from the assessment of the present status of, and expected future benefits and obligations associated with, assets and liabilities. Changes in accounting estimates result from new information or new developments and, accordingly, are not corrections of errors."

Kata kunci yang membedakan antara perubahan estimasi dan perubahan kebijakan akutansi adalah adanya "new information" atau "new development" yang mengakibatkan perubahan estimasi akuntansi. Sehingga perubahan ini bukan diakibatkan oleh adanya kesalahan.

Selanjutnya di paragraf 32 IAS 8 (PSAK 25) memberikan contoh perubahan estimasi sebagai berikut:

bad debts; inventory obsolescence; the fair value of financial assets or financial liabilities; the useful lives of, or expected pattern of consumption of the future economic benefits

embodied in, depreciable assets; and warranty obligations.

Page 20: Kebijakan Akuntansi Dan Perubahan Dalam Estimasi Akuntansi

Perlakuan AkuntansiPerlakuan akuntansi untuk perubahan estimasi ini diatur dalam paragraf 36 dan 37 sebagai berikut:

Paragraph 36 The effect of a change in an accounting estimate, other than a change to which paragraph 37 applies, shall be recognised prospectively by including it in profit or loss in:(a) the period of the change, if the change affects that period only; or(b) the period of the change and future periods, if the change affects both.

Paragraph 37To the extent that a change in an accounting estimate gives rise to changes in assets and liabilities, or relates to an item of equity, it shall be recognised by adjusting the carrying amount of the related asset, liability or equity item in the period of the change.

PengungkapanPengungkapan atas perubahan estimasi akuntansi diatur dalam paragraph 39 dan 40 sbb:

Paragraph 39 An entity shall disclose the nature and amount of a change in an accounting estimate that has an effect in the current period or is expected to have an effect in future periods, except for the disclosure of the effect on future periods when it is impracticable to estimate that effect.

Paragraph 40If the amount of the effect in future periods is not disclosed because estimating it is impracticable, an entity shall disclose that fact.KESALAHAN

....

RETROSPEKTIF VS PROSPEKTIF

Retospektif? apa itu artinya? Begini untuk perubahan akuntansi dan estimasi terdapat 2 pilihan penerapan yaitu:

1. Retrospektif2. Prospektif

Untuk penerapan Retrospektif dapat dibagi menjadi 2 jenis:

1. Kalau terkait dengan penerapan suatu standar akuntansi maka disebut "Retrospective application"

2. Kalau terkait dengan penyajia kembali (karena adanya kesalahan di masa lalu) disebut "Retrospective restatement"

Nah, definisi dari masing-masing dapat dilihat pada paragraf 5 sebagai berikut:

Page 21: Kebijakan Akuntansi Dan Perubahan Dalam Estimasi Akuntansi

Retrospective application is applying a new accounting policy to transactions, other events and conditions as if that policy had always been applied.

Retrospective restatement is correcting the recognition, measurement and disclosure of amounts of elements of financial statements as if a prior period error had never occurred.

Prospective application of a change in accounting policy and of recognising the effect of a change in an accounting estimate, respectively, are:(a) applying the new accounting policy to transactions, other events and conditions occurring after the date as at which the policy is changed; and(b) recognising the effect of the change in the accounting estimate in the current and future periods affected by the change.