KEBIJAKAN
-
Upload
yusuf-efendi -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
description
Transcript of KEBIJAKAN
SejarahIndonesiaSejarahIndonesiaSejarahIndonesiaSejarahIndonesiaSejarahIndonesiaSejarahIndonesiaSejarahIndonesiaSejarahIndonesiaSejarahIndonesiaSejarahIndonesiaSejarahIndonesiaSejarahIndonesiaSejarahIndonesiaSejarahIndonesiaSejarahIndonesiaSejarahIndonesiaSejarahIndonesiaSejarahIndonesiaSejarahIndonesiaSejarahIndonesiaSejarahIndonesiaSejarahIndonesiaSejarahIndonesiaSejarahIndonesiaSejarahIndonesiaSejarahIndonesiaSejarahIndonesiaSejarahIndonesiaSejarahIndonesiaSejarahIndonesiaSejarahIndonesiaSejarahIndonesiaSejarahIndonesiaSejarahIndonesiaSejarahIndonesiaSejarahIndonesiaSejarahIndonesiavvtyuiopasdf
KEBIJAKAN-KEBIJAKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Parasdisa N.
XII IPA 3
SMA NEGERI 12JAKARTA TIMUR
1. Pemerintahan BJ. Habibie
Pada tanggal 22 Mei 1998, Presiden Republik Indonesia yang
ketiga B.J. Habibie membentuk kabinet baru yang dinamakan
Kabinet Reformasi Pembangunan. Kabinet itu terdiri atas 16
orang menteri, dan para menteri itu diambil dari unsur-unsur
militer (ABRI), Golkar, PPP, dan PDI.
Dalam bidang ekonomi, pemerintahan Habibie berusaha keras
untuk melakukan perbaikan. Ada beberapa hal yang dilakukan
oleh pemerintahan Habibie untuk memperbaiki perekonomian
Indonesia antaranya :
• Merekapitulasi perbankan
• Merekonstruksi perekonomian Indonesia.
• Melikuidasi beberapa bank bermasalah.
• Manaikkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat hingga di bawah Rp.10.000,-
• Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang di syaratkan oleh IMF.
Presiden Habibie sebagai pembuka sejarah perjalanan bangsa pada era reformasi
mengupayakan pelaksanaan politik Indonesia dalam kondisi yang transparan serta
merencanakan pelaksanaan pemilihan umum yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan
adil. Pemilihan umum yang akan diselenggarakan di bawah pemerintahan Presiden Habibie
merupakan pemilihan umum yang telah bersifat demokratis. Habibie juga membebaskan
beberapa narapidana politik yang ditahan pada zaman pemerintahan Soeharto. Kemudian,
Presiden Habibie juga mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independen. Hal-
hal yang dilakukan pada masa pemerintahan Habibie :
1. Bidang Ekonomi
Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia, BJ Habibie
melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Melakukan restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan melalui pembentukan BPPN dan unit
Pengelola Aset Negara
b) Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah
c) Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dollar hingga di bawah Rp. 10.000,00
d) Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri
e) Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan IMF
f) Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan
yang Tidak Sehat
g) Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
2. Bidang Politik
a) Memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya sehingga banyak
bermunculan partai-partai politik baru yakni sebanyak 48 partai politik
b) Membebaskan narapidana politik (napol) seperti Sri Bintang Pamungkas dan Mochtar
Pakpahan
c) Mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independen
d) Membentuk tiga undang-undang yang demokratis yaitu :
(1) UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik
(2) UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu
(3) UU No. 4 tahun 1999 tentang Susduk DPR/MPR
e) Menetapkan 12 Ketetapan MPR dan ada 4 ketetapan yang mencerminkan jawaban dari
tuntutan reformasi yaitu :
(1) Tap MPR No. VIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap No. IV/MPR/1983
tentangReferendum
(2) Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. II/MPR/1978 tentang
Pancasila sebagai azas tunggal
(3) Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. V/MPR/1978 tentang
Presiden mendapat mandat dari MPR untuk memiliki hak-hak dan Kebijakan di luar batas
perundang-undangan
(4) Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang Pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil
Presiden maksimal hanya dua kali periode
12 Ketetapan MPR antara lain :
a. Tap MPR No. X/MPR/1998, tentang pokok-pokok reformasi pembangunan dalam rangka
penyelematan dan normalisasi kehidupan nasional sebagai haluan negara
b. Tap MPR No. XI/MPR/1998, tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas
korupsi, kolusi, dan nepotisme
c. Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang pembatasan masa jabatan presiden dan wakil
presiden Republik Indonesia
d. Tap MPR No. XV/MPR/1998, tentang penyelenggaraan Otonomi daerah
e. Tap MPR No. XVI/MPR/1998, tentang politik ekonomi dalam rangka demokrasi ekonomi
f. Tap MPR No. XVII/MPR/1998, tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
g. Tap MPR No. VII/MPR/1998, tentang perubahan dan tambahan atas Tap MPR No.
I/MPR/1998 tentang peraturan tata tertib MPR
h. Tap MPR No. XIV/MPR/1998, tentang Pemilihan Umum
i. Tap MPR No. III/V/MPR/1998, tentang referendum
j. Tap MPR No. IX/MPR/1998, tentang GBHN
k. Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pemberian tugas dan wewenang khusus kepada
Presiden/mandataris MPR dalam rangka menyukseskan dan pengamanan pembangunan
nasional sebagai pengamalan pancasila
l. Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila
3. Bidang Pers
Dilakukan pencabutan pembredelan pers dan penyederhanaan permohonan SIUPP untuk
memberikan kebebasan terhadap pers, sehingga muncul berbagai macam media massa cetak,
baik surat kabar maupun majalah.
4. Bidang Hukum
Pada masa Pemerintahan Presiden B.J. Habibie dilakukan reformasi di bidang hukum.
Reformasi
hukum itu disesuaikan dengan aspirasi yang berkembang dimasyarakat. Tindakan yang
dilakukan
oleh Presiden Habibie untuk mereformasi hukum mendapatkan sambutan baik dari berbagai
kalangan masyarakat, karena reformasi hukum yang dilakukannya mengarah kepada tatanan
hukum yang ditambakan oleh masyarakat.Ketika dilakukan pembongkaran terhadap berbagai
produk hukum atau undang-undang yang dibuat pada masa Orde Baru, maka tampak dengan
jelas adanya karakter hukum yang mengebiri hak-hak. Selama pemerintahan Orde Baru,
karakter
hukum cenderung bersifat konservatif, ortodoks maupun elitis. Sedangkan hukum ortodoks
lebih
tertutup terhadap kelompok-kelompok sosial maupun individu didalam masyarakat. Pada
hukum
yang berkarakter tersebut, maka porsi rakyat sangatlah kecil, bahkan bisa dikatakan tidak ada
sama sekali. Oleh karena itu, produk hukum dari masa pemerintahan Orde Baru sangat tidak
mungkin untuk dapat menjamin atau memberikan perlindungan terhadap Hak-hak Asasi
Manusia (HAM),berkembangnya demokrasi serta munculnya kreativitas masyarakat.
5. Bidang Hankam
Di bidang hankam diadakan pembaharuan dengan cara melakukan pemisahan Polri dan
ABRI.
6. Pembentukan kabinet
Presiden BJ Habibie membentuk kabinet baru yang diberi nama Kabinet Reformasi
Pembangunan yang terdiri atas 16 menteri, yang meliputi perakilan dari ABRI, Golkar, PPP,
dan PDI.
7. Kebebasan Menyampaikan Pendapat
Pada masa pemerintahan Habibie, orang bebas mengemukakan pendapatnya di muka umum.
Presiden Habibie memberikan ruang bagi siapa saja yang ingin menyampaikan pendapat,
baik dalam bentuk rapat-rapat umum maupun unjuk rasa atau demonstrasi. Namun khusus
demonstrasi, setiap organisasi atau lembaga yang ingin melakukan demonstrasi hendaknya
mendapatkan izin dari pihak kepolisian dan menentukan tempat untuk melakukan
demonstrasi tersebut. Hal ini dilakukan karena pihak Kepolisian mengacu kepada UU No. 28
tahun 1997 tentang Kepolisian Republik Indonesia yang menyatakan bahwa “ untuk
kepentingan umum, pejabat Polri dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya dapat
bertindak sesuai dengan penilaiannya sendiri”.
Namun ketika menghadapi para pengunjuk rasa, pihak kepolisian sering menggunakan pasal
yang berbeda-beda, walaupun mereka melakukan aksi unjuk rasa secara bersamaan. Untuk
menjamin kepastian hukum bagi para pengunjuk rasa, pemerintah bersama DPR berhasil
merampungkan perundang-undangan yang mengatur tentang unjuk rasa atau demonstrasi
yaitu UU No. 9 tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan pendapat di Muka Umum.
Adanya undang-undang tersebut menunjukkan pemerintah memulai pelaksanaan sistem
demokrasi yang sesungguhnya, yaitu dengan memberikan kebebasan kepada masyarakat
untuk mengemukakan apa yang diinginkannya. Namun sayangnya, UU itu belum
memasyarakat atau belum disosialisasikan dalam kehidupan masyarakat. Sosialisasi ini
dimaksudkan agar masyarakat yang ingin menyampaikan tuntutan, dapat berjalan dengan
baik dan aman.
8. Masalah Dwi Fungsi ABRI
Ada beberapa perubahan yang muncul pada masa pemerintah Habibie yaitu :
a) Jumlah anggota ABRI yang duduk di MPR dikurangi, dari 75 orang menjadi 38 orang
b) Polri memisahkan diri dari ABRI dan menjadi kepolisian negara sejak tanggal 5 Mei 1999
c) ABRI diubah menjadi TNI yang terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan laut dan
Angkatan Udara
2. Pemerintahan Abdurrahman Wahid ( Gus Dur)
Pada tanggal 20 Oktober 1999, MPR berhasil memilih
Presiden Republik Indonesia yang ke-4 yaitu KH. Abdurrahman
Wahid dengan wakilnya Megawati Soekarnoputri. Pada masa
pemerintahan Gus Dur, ada beberapa persoalan yang dihadapi
yang merupakan warisan dari pemerintahan Orde Baru yaitu :
1) Masalah praktik KKN yang belum terselesaikan
2) Pemulihan ekonomi
3) Masalah BPPN
4) Kinerja BUMN
5) Pengendalian Inflasi
6) Mempertahankan kurs rupiah
7) Masalah jejaring pengamanan sosial ( JPS)
8) Masalah disintegrasi dan konflik antarumat beragama
9) Penegakan hukum dan penegakan Hak asasi manusia (HAM)
Pembaharuan yang dilakukan pada masa Pemerintahan Gus Dur adalah :
1) Membentuk Kabinet Kerja
Untuk mendukung tugas dalam menjalankan pemerintahan sehari-hari, Gus Dur membentuk
kabinet kerja yang diberi nama Kabinet Persatuan Nasional yang anggotanya diambil dari
perwakilan masing-masing partai politik yang dilantik pada tanggal b28 Oktober 1999. Di
dalam Kabinet Persatuan Nasional terdapat dua departemen yang dihapuskan, yaitu
Departemen Sosial dan Departemen Penerangan.
2) Bidang Ekonomi
Untuk mengatasi krisis moneter dan memperbaiki ekonomi Indonesia, dibentuk Dewan
Ekonomi Nasional (DEN) yang bertugas untuk memecahkan perbaikan ekonomi Indonesia
yang belum pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan. Dewan Ekonomi nasional
diketuai oleh Prof. Dr. Emil Salim, wakilnya Subiyakto Tjakrawerdaya dan sekretarisnya Dr.
Sri Mulyani Indraswari.
3) Bidang Budaya dan Sosial
Untuk mengatasi masalah disintegrasi dan konflik antarumat beragama, Gus Dur memberikan
kebebasan dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama. Hak itu dibuktikan dengan adanya
beberapa keputusan presiden yang dikeluarkan, yaitu :
a) Keputusan Presiden No. 6 tahun 2000 mengenai Pemulihan Hak Sipil Penganut Agama
Konghucu. Etnis Cina yang selama Orde Baru dibatasi, maka dengan adanya Keppres No. 6
dapat memiliki kebebasan dalam menganut agama maupun menggelar budayanya secara
terbuka seperti misalnya pertunjukan Barongsai.
b) Menetapkan Tahun Baru Cina (IMLEK) sebagai hari besar agama, sehingga menjadi hari
libur nasional.
Disamping pembaharuan-pembaharuan di atas, Gus Dur juga mengeluarkan berbagai
kebijakan yang dinilai Kontroversial dengan MPR dan DPR, yang dianggap berjalan sendiri,
tanpa mau menaati aturan ketatanegaraan, melainkan diselesaikan sendiri berdasarkan
pendapat kerabat dekatnya, bukan menurut aturan konstitusi negara. Kebijakan-kebijakan
yang menimbulkan kontroversial dari berbagai kalangan yaitu :
1) Pencopotan Kapolri Jenderal Polisi Roesmanhadi yang dianggap Orde Baru.
2) Pencopotan Kapuspen Hankam Mayjen TNI Sudradjat, yang dilatarbelakangi oleh adanya
pernyataan bahwa Presiden bukan merupakan Panglima Tinggi.
3) Pencopotan Wiranto sebagai Menkopolkam, yang dilatarbelakangi oleh hubungan yang
tidak harmonis dengan Gus Dur.
4) Mengeluarkan pengumuman tentang menteri Kabinet Pembangunan Nasional yang terlibat
KKN sehingga mempengaruhi kinerja kabinet menjadi merosot.
5) Gus Dur menyetujui nama Irian Jaya berubah menjadi Papua dan mengizinkan pengibaran
bendera Bintang Kejora.
Puncak jatuhnya Gus dur dari kursi kepresidenan ditandai oleh adanya Skandal Brunei Gate
dan Bulog Gate yang menyebabkan ia terlibat dalam kasus korupsi, maka pada tanggal 1
Februari 2006 DPR-RI mengeluarkan memorandum yang pertama sedangkan memorandum
yang kedua dikeluarkan pada tanggal 30 Aril 2001. Gus Dur menanggapi memorandum
tersebut dengan mengeluarkan maklumat atau yang biasa disebut Dekrit Presiden yang berisi
antara lain :
1) Membekukan MPR / DPR-RI
2) Mengembalikan kedaulatan di tangan rakyat dan mengambil tindakan serta menyusun
badan yang diperlukan untuk pemilu dalam waktu satu tahun.
3) Membubarkan Partai Golkar karena dianggap warisan orde baru
Dalam kenyataan, Dekrit tersebut tidk dapat dilaksanakan karena dianggap bertentangan
dengan konstitusi dan tidak memiliki kekuaran hokum, maka MPR segera mengadakan
Sidang Istimewa pada tanggal 23 Juli 2001 dan Megawati Soekarnoputri terpilih sebagai
Presiden RI menggantikan Gus Dur berdasarkan Tap MPR No. 3 tahun 2001 dengan
wakilnya Hamzah Haz.
3. Pemerintahan Megawati Soekarnoputri
Presiden Megawati Soekarno Puteri dilantik menjadi
Presiden RI pada tanggal 23 Juli 2001, yang merupakan
presiden pertama wanita di Indonesia. Ia merupakan presiden
pertama peletak dasar ke arah kehidupan demokrasi.
Pembaharuan yang dilakukan sebagian besar di bidang ekonomi
dan politik, sebab pada pemerintahannya, masalah yang
dihadapi kebanyakan merupakan warisan pemerintahan Orde
Baru yaitu masalah krisis ekonomi dan penegakan hukum. Ada
beberapa perubahan yang dilakukan Megawati yaitu :
1) Bidang Ekonomi
Untuk mengatasi masalah ekonomi yang tidak stabil, ada beberapa kebijakan yang
dikeluarkan Megawati yaitu :
a) Untuk mengatasi utang luar negeri sebesar 150,80 milyar US$ yang merupakan
warisan Orde baru, dikeluarkan kebijakan yang berupa penundaan pembayaran utang
sebesar US$ 5,8 milyar, sehingga hutang luar negeri dapat berkurang US$ 34,66
milyar.
b) Untuk mengatasi krisis moneter, Megawati berhasil menaikkan pendapatan per
kapita sebesar US$ 930.
c) Kurs mata uang rupiah dapat diturunkan menjadi Rp 8.500,00.
d) Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menekan nilai inflasi, dikeluarkan
kebijakan yang berupa privatisasi terhadap BUMN dengan melakukan penjualan
saham Indosat sehingga hutang luar negeri dapat berkurang.
e) Memperbaiki kinerja ekspor, sehingga ekspor di Indonesia dapat ditingkatkan.
f) Untuk mengatasi korupsi, dibentuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
2) Bidang Politik
a) Mengadakan pemilu yang bersifat demokratis yang dilaksanakan tahun 2004 dan
melalui dua periode yaitu :
1. Periode pertama untuk memilih anggota legislatif secara langsung.
2. Periode kedua untuk memilih presiden dan wakil presiden secara langsung.
Pemilu tahun 2004 merupakan pemilu pertama yang dilaksanakan secara langsung
artinya rakyat langsung memilih pilihannya.
b) Pemerintahan Megawati berakhir setelah hasil pemilu 2004 menempatkan
pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla sebagai pemenang. Hal ini
merupakan babak baru pemerintahan di Indonesia dimana Presiden dan Wakil
Presiden terpilih dipilih langsung oleh rakyat.
4. PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Kebijakan pembatasan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang
akan dilakukan pada 1 April oleh pemerintah, dimana saat ini
masih berada dalam tahap perundingan dengan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR). Jika kebijakan tersebut jadi diterapkan
maka hal ini dinilai sebagai perjudian besar bagi pemerintah.
Kebijakan yang akan dimungkinkan terjadi 1 april nanti
merupakan perjudian yang sangat besar bagi pemerintahan SBY,
karena menyangkut reputasi pemerintah kedepan dan akan
membahayakan posisi capres dari kalangan pemerintah saat ini nantinya
Dia menambahkan dengan semakin dekatnya perang politik yang akan terjadi di 2014, maka
kebijakan pembatasan ini akan menentukan reputasi pemerintahan Susilo Bambang
Yudoyono (SBY).
Eep melanjutkan bahwa kebijakan ini merupakan kebijakan lama dimana pada waktu
sebelumnya pembatasan BBM tidak efektif terlaksana. “Ini adalah kebijakan lama dan sudah
dicoba dilaksanakan dulu namun tidak efektif. Hal ini itu cukup membuat citra pemerintah
jatuh
Menurutnya alasan akan menjadi sangat jelas ketika berbicara dampak yang akan terjadi oleh
kebijakan ini. Diungkapkan Eep, yang pasti kebijakan tersebut tertuju pada gejolak
masyarakat yang timbul apalagi pertamina sebagai regulator sudah menyatakan tidak siap
secara teknis.
Pada beberapa waktu lalu direktur pertamina mengatakan bahwa mereka tidak siap secara
teknis dan masyarakat mendengar itu. Apa tidak akan terbayang yang dipikirkan masyarakat
nanti beserta aksinya apalagi, pemerintah pun belum menentukan apa yang harus dilakukan,
pungkasnya
TK sebagai Pendidikan Pra-Sekolah
Taman Kanak-kanak (TK) merupakan pendidikan pra-sekolah yang diselenggarakan bagi
anak usia 4 – 6 tahun. Pendidikan TK bukan merupakan pra-syarat untuk memasuki jenjang
sekolah dasar, sehingga bukan merupakan kewajiban bagi anak untuk memasuki TK.
Penyelenggaraan TK dimaksudkan untuk mempersiapkan anak untuk memasuki dunia
belajar, sehingga anak akan relatif lebih siap untuk belajar di sekolah dasar daripada anak
yang langsung masuk ke SD tanpa melalui TK.
Taman Kanak-kanak bukanlah sekolah, sehingga sistem pembelajaran yang diterapkan pada
TK tidak bisa disamakan dengan SD. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam
pembelajaran di TK antara lain bahwa belajar sambil bermain dan bermain seraya belajar.
Bahwa dunia anak usia TK adalah dunia bermain dan sedang dalam masa pertumbuhan
sehingga belum waktunya bagi anak usia TK untuk belajar sebagaimana yang dilaksanakan di
sekolah. Dengan demikian tidak seharusnya anak TK dipaksakan untuk bisa membaca,
menulis, dan berhitung sebagaimana tuntutan beberapa orang tua. Kemampuan membaca,
menulis dan berhitung akan diperoleh pada saat anak duduk di bangku sekolah.
Prinsip yang lain misalnya bahwa anak TK sedang belajar bersosialisasi. Anak TK pada
umumnya masih sangat lekat dengan orang tua maupun keluarganya. Dengan demikian perlu
ada masa belajar untuk “memisahkan” diri dari orang tua dan mulai berkenalan dengan orang
lain. Kemampuan untuk berinteraksi dengan anak lain dari kalangan dan keluarga lain perlu
dikembangkan, untuk memberikan bekal dalam bersosialisasi dengan masyarakat.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) TK
Sesuai dengan kebijakan Pemerintah tentang standarisasi pendidikan, penyelenggaran
pendidikan TK harus memenuhi standar pelayanan minimal sebagai berikut.
1. Program kegiatan belajar TK merupakan satu kesatuan program kegiatan belajar yang
utuh dan harus dilandasi oleh pembinaan kehidupan beragama untuk meningkatkan
keimanan dan ketakwaan anak didik terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
2. Program kegiatan belajar dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, kemampuan
dan kondisi daerah dan menekankan pada pembentukan perilaku dan pengembangan
kemampuan dasar;
3. Prinsip pembelajaran di TK adalah bermain sambil belajar atau belajar seraya
bermain;
4. Bahasa pengantar dalam pembelajaran di TK adalah bahasa Indonesia, sedangkan
untuk daerah yang memerlukan bisa menggunakan bahasa daerah sebagai pengantar.
Program Peningkatan Mutu dan Relevansi Pendidikan
Beberapa program yang berkaitan dengan peningkatan mutu dan relevansi pendidikan TK
antara lain:
1. Peningkatan profesionalisme guru TK melalui kegiatan pelatihan/penataran sistem
pembinaan profesinal (SPP) baik di tingkat pusat maupun daerah;
2. Pengangkatan guru PNS oleh Dinas Pendidikan setempat yang dilaksanakan
berdasarkan USB TK Negeri Pembina/ Percontohan tingkat Kabupaten/Kota dengan
kualifikasi pendidikan SPGTK, PGTK dan DII-PGTK;
3. Peningkatan kinerja pengawas TK/SD melalui kegiatan pelatihan khusus bagi
pengawas TK/SD;
4. Penerapan paradigma baru dunia pendidikan yakni: schooling ke learning, instructive
ke fasilitatif, knowledge ke competency based (manajemen berbasis sekolah),
centralization ke decentralization, dan government role ke community role
(masyarakat madani);
5. Menyusun materi kegiatan dalam PKB TK sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik dan kondisi lingkungannya;
6. Menyelenggarakan TK dengan memperhatian prinsip-prinsip PKB TK, bermain,
lingkungan anak;
7. Peningkatan Mutu TK Pembina Tingkat Propinsi sebagai Gugus TK Rujukan;
8. Lomba kreativitas bagi guru/kepala TK;
9. Lomba Gugus TK;
10. Lomba UKS TK;
11. Lomba Kinerja TK;
12. Memberikan dana bantuan langsung (block grant) kepada TK untuk peningkatan
mutu.
Program Peningkatan Efisiensi dan Efektivitas Pendidikan TK
Beberapa program yang berkaitan dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas pendidikan
TK antara lain:
1. Menetapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) penyelenggaraan pendidikan TK;
2. Melaksanakan pembinaan Sistem Pembinaan Professional (SPP) melalui gugus TK;
3. Menerapkan manajeman berbasis sekolah;
4. Meningkatkan kerjasama tiga komponen pendidikan TK yaitu pemerintah, GOPTKI
dan IGTKI – PGRI;
5. Penyuluhan dan penyebaran informasi melalui media elektronik dan media cetak
untuk menyadarkan dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan TK;
6. Membentuk dan memfungsikan Dewan/Komite Sekolah untuk TK;
7. Memberikan dana bantuan langsung (block grant) kepada TK Pembina.
Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Penyelenggaraan TK
Dalam rangka meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sejak dini, pemerintah
perlu mengajak masyarakat lebih berperan aktif dalam penyelenggaraan pendidikan TK.
Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat terhadap penyelenggaraan TK ditempuh
strategi sebagai berikut:
1. Pemanfaatan lembaga yang ada dengan memperluas kesempatan kepada lembaga-
lembaga di masyarakat untuk mendirikan TK;
2. Mempermudah jalur birokrasi dengan menyederhanakan proses izin, penyebaran
informasi tentang TK, serta membuat perda untuk penyelenggaraan TK;
3. Menjalin kemitraan dengan dunia usaha, LPTK, organisasi keagamaan, organisasi di
bawah GOPTKI serta dengan DPRD Tingkat II;
4. Dalam penyelenggaraan TK di pedesaan yang harus disadari adalah pendidikan TK
untuk anak usia 4-6 tahun sangat perlu dan adanya motivasi yang kuat serta kerjasama
masyarakat untuk menyelenggarakan TK di pedesaan;
5. TK masuk desa umumnya dibentuk untuk membantu anak usia taman kanak-kanak
yang orangtuanya kurang mampu dari segi keuangan.