Keberhasilan belajar

16

Click here to load reader

description

Semoga bermanfaat

Transcript of Keberhasilan belajar

Page 1: Keberhasilan  belajar

KEBERHASILAN BELAJAR RABMohammad Yasin

Keberhasilan belajar pada dasarnya merupakan salah satu aspek psikologis

yang mencerminkan perasaan seseorang terhadap pembelajaran, ia akan merasa

berhasil apabila ada kesesuaian antara kemampuan, keterampilan dan harapannya

dengan pembelajaran yang dihadapi. Keberhasilan sesungguhnya merupakan

keadaan yang sifatnya subyektif yang merupakan hasil simpulan yang didasarkan

pada suatu perbandingan mengenai apa yang secara nyata diterima oleh siswa dari

pembelajarannya dibandingkan dengan apa yang diharapkan diinginkan dan

dipikirkannya sebagai hal yang pantas, atau berhak baginya (das sain das solen).

Sementara setiap siswa secara subyektif menentukan bagaimana pembelajaran itu

bermanfaat.

Konsep keberhasilan belajar berlaku dalam semua kondisi belajar, termasuk

dalam mempelajari pelajaran RAB. Tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari

RAB merupakan salah satu aspek psikologis yang mencerminkan perasaan siswa

terhadap pelajaran RAB. Siswa akan merasa berhasil apabila ada kesesuaian antara

kemampuan, keterampilan dan harapannya dengan pelajaran RAB yang di hadapi.

Sebaliknya siswa akan merasa tidak berhasil apabila terdapat ketidakcocokan

antara harapan, keterampilan dan kemampuannya terhadap materi RAB yang ia

pelajari di sekolah.

Untuk mendapatkan keberhasilan belajar, pendekatan strategi mengajar

menjadi penting. Pada pembelajaran RAB dapat dilakukan dengan menciptakan

kegiatan yang dapat meningkatkan aktifitas dan motivasi belajar siswa di kelas.

1. Aktifitas Belajar

Aktifitas merupakan prinsip yang sangat penting atau asas yang penting di

dalam interaksi belajar mengajar. Melalui aktifitas siswa dapat menemukan

sesuatu yang belum diketahui atau memperdalam sesuatu yang sudah

diketahuinya. Pembelajaran aktif tentang informasi, keterampilan dan sikap

1

Page 2: Keberhasilan  belajar

terjadi melalui proses pencarian. Siswa berada dalam modus mencari bukan

modus reaktif. Dengan kata lain, siswa aktif mencari jawaban atas pertanyaan

yang diajukan. Siswa mencari solusi untuk masalah yang diberikan oleh guru.

Siswa berminat dalam pencarian informasi atau penguasaan keterampilan yang

akan digunakan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Semuanya itu terjadi

saat siswa terlibat dalam tugas dan aktifitas yang secara halus mendorong siswa

untuk berfikir, bekerja dan merasakan.

Mengembangkan aktifitas-aktifitas dengan menghubungkan disiplin ilmu

bersama-sama, tetapi juga mengkaitkan subjek-subjek ke tema secara

keseluruhan. Sebagai tambahan terhadap pemilihan aktifitas yang mengkaitkan

kurikulum pada tema, guru harus merencanakan aktifitas yang mencerminkan

tingkat-tingkat yang berbeda pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Para

siswa harus diminta tidak hanya untuk belajar tema pada tingkat faktual, tetapi

menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi dan isu berkenaan

dengan tema. Ketika memilih aktifitas, guru harus secara konsisten merujuk

kembali ke hasil belajar yang diharapkan dan tujuan untuk meyakinkan bahwa

setiap aktifitas dalam berbagai cara benar-benar menopang hasil-hasil dan tujuan

itu.

Keaktifan peserta didik adalah aktifitas peserta didik dalam proses belajar

mengajar yang melibatkan kemampuan emosional dan lebih menekan pada

kreatifitas peserta didik, meningkatkan kemampuan minimalnya, serta mencapai

peserta didik yang kreatif serta mampu menguasai konsep-konsep.

Menurut Paul D. Dierich dalam Oemar Hamalik (2013:172) keaktifan

belajar dapat diklasifikasikan dalam delapan kelompok yaitu kegiatan-kegiatan

visual, lisan, mendengarkan, menulis, menggambar, matriks, mental, dan

emosional serta menanamkan nilai-nilai dalam pembelajaran yang dapat

ditanamkan dalam diri siswa, seperti: (1) para siswa mencari pengalaman

sendiri dan langsung mengalami sendiri; (2) berbuat sendiri akan

mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral; (3) memupuk

2

Page 3: Keberhasilan  belajar

kerjasama yang harmonis di kalangan siswa; (4) para siswa bekerja menurut

minat dan kemampuan sendiri; (5) memupuk disiplin kelas secara wajar dan

suasana belajar menjadi demokratis; (6) mempererat hubungan sekolah dan

masyarakat, dan hubungan antara orang tua dengan guru; (7) pengajaran

diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga mengembangkan

pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalistis; (8) pengajaran di

sekolah menjadi hidup sebagaimana aktifitas dalam kehidupan di masyarakat.

Mendiskripsikan tujuan yang ingin dicapai yang dibuat dengan lebih

konkret dan mudah diterapkan, dengan fokus pada potensi siswa yang dapat

diarahkan oleh guru, dan secara langsung berperan pada keberhasilan belajar.

Merril Harmin dan Melanie Toth (2012:7), menulis lima kunci kemampuan

siswa dalam pembelajaran aktif, sebagai berikut:

a. Dignity (Martabat)

Semua siswa memiliki kemampuan bawaan untuk hidup dan bekerja

penuh harga diri, begitu juga dengan kita semua. Selain itu jauh di dalam diri

para siswa, mereka ingin hidup dan bekerja dengan penuh martabat. Mereka

tidak ingin merasa diremehkan direndahkan, dianggap tidak penting dan

tidak berharga. Tugas guru jika ingin memberikan inspirasi kepada para

siswa secara utuh menjadi pelajar aktif, adalah menjalankan kelas dengan

cara yang nyaman untuk siswa, yang mengasihi dan tidak menekan

kemampuan siswa untuk berkegiatan dengan penuh kehormatan. Sebagai

contoh guru dapat:

1). Menghindari hal-hal yang dapat mempermalukan siswa, misalnya

mundur sebentar ketika merasa ada yang tidak mengerti atau tidak dapat

memahami apa yang kita ajarkan kepada mereka.

2). Melakukan tindakan hukuman yang dapat menyampaikan maksud kasih

sayang dan sangat menghormati siswa.

3). Tentukan cara praktis untuk menghadiahi siswa setiap kali mereka

berusaha dengan sangat baik, meskipun belum menguasai pelajaran.

3

Page 4: Keberhasilan  belajar

4). Sampaikan harapan yang tinggi tanpa meningkatkan rasa cemas yang

dapat membuat siswa dengan kemampuan rendah menjadi tidak

produktif.

b. Energy (Energi)

Siswa juga memiliki kemampuan alamiah untuk menjalani hidup

dengan penuh semangat. Sesungguhnya mereka memang ingin menjalani

hidup dengan penuh energi. Mereka merasa tersiksa jika harus tetap duduk

atau berdiri terlalu lama, tanpa ada banyak kegiatan. Guru harus bertindak

tepat dengan mengasah kemampuan mereka untuk hidup penuh energi ini.

Mengarahkan siswa melakukan tugas sekolah dengan energi yang nyaman

dan tetap mengalir, guru dapat melakukan hal-hal dibawah ini guna

membentuk dan memunculkan kemampuan siswa untuk berlaku demikian.

1). Mmemanfaatkan kelompok-kelompok kecil, lebih disarankan

berpasangan, untuk mengurangi kesempatan siswa lain menjadi tidak

terlibat dalam tugas kelompok.

2). Terapkan prosedur instruksional yang membuat siswa sesekali

bergerak, sehingga mereka dapat menyalurkan rasa gelisah mereka.

3). Ajak seluruh kelas bernyannyi untuk menyampaikan informasi yang

harus dihafalkan oleh para siswa.

c. Self Management (Manajemen Diri)

Semua orang memiliki kemampuan manajemen diri, dan guru akan

mengembangkan kemampuan ini dengan baik kepada siswa. Guru tidak

menginginkan siswa bertanya mengenai segala macam pertanyaan yang

terpikirkan oleh mereka. Sebaliknya guru menginginkan mereka untuk

berpikir sendiri, mengelola diri mereka sendiri sepintar mereka mampu. Ini

juga sesuatu yang mereka ingin lakukan. Mereka tidak ingin disuruh-suruh.

Mereka juga tidak ingin terbang tak terkendali. Untuk mengasah

kemampuan menejemen diri, guru dapat:

4

Page 5: Keberhasilan  belajar

1). Memasukkan beberapa pilihan dalam setiap pekerjaan rumah mereka;

misalnya, berikan beberapa pilihan dalam hal berapa pertanyaan yang

perlu dijawab atau cara mengerjakan suatu topik pekerjaan rumah.

2). Biarkan siswa memilih sendiri rekan mereka mengerjakan tugas,

memilih kursi di kelas, atau fokus pada suatu diskusi kelompok kecil.

3). Minta setiap siswa membuat rencana pribadi untuk mengajari siswa

yang lebih rendah hasil belajarnya.

d. Community (Komunitas)

Para siswa, sebagaimana kita semua, memiliki kemampuan untuk

bergaul dan berhubungan baik dengan orang lain, merekapun menghendaki

hal ini. Mereka tidak ingin ditolak atau dikucilkan. Sebaliknya mereka ingin

berada dalam komunitas bersama orang lain. Jika guru ingin meningkatkan

kemampuan siswa bekerjasama dalam dan berbaik hati terhadap sesama,

kita dapat melakukan:

1). Pelajaran terstruktur sehingga siswa dapat sering-sering saling

membantu.

2). Mendorong siswa yang cerewet menciptakan ruang yang cukup, agar

semua siswa dapat mengungkapkan pikiran.

3). Membentuk kelompok pendukung yang dapat membuat siswa belajar

untuk siswa saling tolong menolong dalam jangka waktu tertentu.

e. Awareness (Kepedulian)

Semua siswa adalah makhluk yang memiliki wawasan. Mereka

memiliki kemampuan untuk bersikap waspada, siap memperhatikan, dan

mencermati. Dan mereka memiliki sifat bawaan untuk selalu ingin tahu.

Mereka tidak dilahirkan untuk menjadi orang yang membosankan.

Sebaliknya, mereka memiliki sifat alamiah untuk menghindari rasa bosan.

Dan guru, tentu saja ingin selalu siswanya dalam keadaan siap dan penuh

rasa ingin tahu. Oleh sebab itu dianjurkan agar kita tidak menekan, tetapi

5

Page 6: Keberhasilan  belajar

membentuk kemampuan berwawasan mereka. Untuk itu guru dapat

melakukan:

1). Mencari cara untuk membantu siswa yang memiliki kemampuan belajar

lebih lambat tanpa membuat siswa dengan kemampuan belajar lebih

cepat menjadi bosan.

2). Mengubah apapun yang sedang kita kerjakan setiap kali guru mendapat

perhatian para siswa bergeser, seperti misalnya mengubah topik atau

prosedur.

3). Hindari membuat siswa yang berfikir cepat menjawab semua

pertanyaan guru, misalnya dengan menyuruh semua siswa menuliskan

jawaban di kertas dan meminta mereka menjawab berpasang-pasangan

sebelum membahas jawaban yang benar bersama-sama.

4). Sertakan aktifitas yang disenangi siswa, misalnya dengan meminta

mereka membuat suatu model dari suatu ide dengan menggunakan

perangkat virtual atau menggambar dengan Autocad, atau menggunakan

aplikasi excel dalam menginput dan memproses data, atau mengajarkan

suatu konsep kepada siswa yang lebih rendah atau memecahkan suatu

masalah nyata yang memang muncul di sekolah.

2. Motivasi Belajar

Robert E slavin (2011:99) mendefinisikan motivasi adalah sesuatu

yang menyebabkan anda melangkah, membuat anda tetap melangkah, dan

menentukan kemana anda mencoba melangkah. Mc. Donald (1959) dalam

Oemar Hamalik (2013:106) mendefinisikan motivasi adalah suatu perubahan

energi yang terjadi dalam diri individu yang ditandai dengan timbulnya

perasaan dan reaksi dalam mengaktualisasikan diri mencapai tujuan. Hamzah

B. Uno (2014:3) dalam motivasi mencakup konsep-konsep seperti kebutuhan

untuk berprestasi, kebutuhan berafiliasi, kebiasaan dan keingintahuan

seseorang terhadap sesuatu.

6

Page 7: Keberhasilan  belajar

deficien

cy n

eeds

growth

need

s

3 Kebutuhan hubungan dekat dan cinta

4 Kebutuhan harga diri

7 Kebutuhan aktualisasi diri

2 Kebutuhan keselamatan

1 Kebutuhan fisiologis

5 Kebutuhan untuk mengetahui dan memahami6 Kebutuhan estetika

Motivasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam

menentukan perilaku seseorang, termasuk perilaku dalam bertindak. Untuk

dapat memotivasi seseorang diperlukan pemahaman tentang bagaimana

proses terbentuknya motivasi. Motivasi dapat diartikan sebagai faktor-faktor

yang mengarahkan dan mendorong perilaku atau keinginan seseorang untuk

melakukan suatu kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk usaha yang keras atau

lemah.

Salah satu konsep penting yang diperkenalkan oleh Maslow (Robert E.

Slavin, 2011) adalah kebutuhan defisiensi (deficiency needs) dan kebutuhan

pertumbuhan (growth needs). Kebutuhan defisiensi (fisiologi, keselamatan, cinta,

dan harga diri) adalah kebutuhan yang penting bagi kesejahteraan fisik dan

psikologis; kebutuhan ini harus dipenuhi, dan sekali kebutuhan ini dipenuhi,

motivasi seseorang untuk memenuhi kebutuhan ini berkurang. Sebaliknya,

kebutuhan pertumbuhan, untuk mengetahui dan memahami sesuatu,

menghargai keindahan atau bertumbuh dan berkembang dengan dihargai

orang lain tidak pernah dapat terpuaskan seluruhnya, semakin individu dapat

memenuhi kebutuhan mereka untuk mengetahui dan memahami dunia di

sekeliling mereka, motivasi mereka untuk belajar lebih banyak dapat, menjadi

semakin besar.

Gambar 2.1. Hierarki Kebutuhan Maslow (Robert E. Slavin, 2011)

7

Page 8: Keberhasilan  belajar

Maslow mengidentifikasi dua jenis kebutuhan, defisiensi dan kebutuhan

pertumbuhan. Orang termotivasi untuk memenuhi kebutuhan yang terletak pada

dasar hierarki sebelum berupaya untuk memenuhi kebutuhan yang terletak pada

puncak hierarki.

Teori maslow termasuk konsep aktualisasi-diri, yang ia definisikan sebagai

keinginan untuk mewujudkan kemampuan diri atau “keinginan untuk

mencapainya”. Aktualisasi diri ditandai dengan penerimaan diri dan orang lain,

spontanitas, keterbukaan, hubungan yang relatif mendalam tetapi demokratis

dengan orang lain, kreativitas, humor, dan mandiri, pada dasarnya memiliki

kesehatan mental yang bagus atau sehat secara psikologis. Maslow menempatkan

perjuangan untuk aktualisasi diri pada puncak hierarki kebutuhannya.

Peran pentingnya teori Maslow dalam pendidikan terletak pada hubungan

antara kebutuhan defisiensi dan kebutuhan pertumbuhan. Jelas bahwa siswa yang

sangat lapar atau yang dicekam bahaya fisik akan memiliki sedikit energi

psikologis untuk dikerahkan kedalam pembelajaran. Sekolah dan lembaga

pemerintahan menyadari bahwa apabila kebutuhan defisiensi siswa tidak

dipenuhi belajar akan terganggu. Kebutuhan defisiensi paling penting adalah

kebutuhan akan cinta dan harga diri. Siswa yang tidak merasa dicintai tidak

memiliki motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan pertumbuhan yang lebih

tinggi. Siswa yang tidak yakin dengan kemampuannya sendiri cenderung untuk

membuat pilihan yang aman bergabung dengan kelompoknya, belajar untuk ujian

tanpa ada ketertarikan untuk mempelajari gagasannya, tidak kreatif dan

sebagainya.

Guru yang berhasil, membuat siswa merasa senang dan diterima dan

membuat mereka merasa dihormati sebagai individu, lebih mungkin membantu

mereka gemar belajar demi pembelajaran dan bersedia mengambil resiko,

bersikap kreatif, dan terbuka terhadap gagasan baru. Jika siswa ingin menjadi

8

Page 9: Keberhasilan  belajar

pembelajar yang menentukan arah sendiri, mereka harus percaya bahwa guru

akan menanggapi mereka dengan adil dan konsisten.

Setiap perbuatan dimulai dengan adanya motivasi, baik yang berasal dari

dalam dirinya maupun yang berasal dari luar. Motivasi timbul disebabkan

adanya kebutuhan dan untuk mencapai kebutuhan tersebut, apabila tujuan

tersebut tercapai maka individu akan mendapatkan keberhasilan, yang

cenderung untuk diulangi kembali sehingga menjadi suatu energi yang

dipedomani.

Taksonomi gaya belajar yang dikembangkan oleh Curry (1990)

menggunakan konsep gaya belajar, prestasi belajar siswa, dan motivasi untuk

menjelaskan proses pembelajaran. Gaya belajar terdiri dari kombinasi motivasi,

keterlibatan, dan kebiasaan proses kognitif, yang kemudian mempengaruhi

penggunaan keterampilan metakognitif seperti analisis situasi, selfpacing, dan

evaluasi diri untuk menghasilkan hasil belajar. Taksonomi Curry (1990)

mengemukakan bahwa motivasi, gaya belajar, dan prestasi siswa saling terkait

(Ching-Chun Shih, 2001:12).

Dalam pembelajaran, motivasi dianggap penting dan dapat mennjadikan

prediksi dalam menentukan keberhasil proses belajar; (1) motivasi

menentukan tingkat keberhasilan dan kegagalan siswa dalam belajar; (2)

lingkungan belajar yang memenuhi kebutuhan siswa menjadikan pembelajaran

yang bermotivasi; (3) dalam meningkatkan pembelajaran yang bermotivasi

diperlukan kreatifitas dan inovasi pembelajaran oleh guru; (4) disiplin kelas

dapat kondusif timbul bila siswa memiliki motivasi belajar; (5) pembelajaran

yang efektif juga ditentukan besarnya keterlibatan motivasi siswa dalam belajar

(Oemar Hamalik, 2014:108).

Dalam meningkatkan potensi diri yang dimiliki siswa, termasuk pemenuhan

harga diri, bahwa siswa tidak menginginkan dirinya direndahkan dan ingin

menunjukan eksistensinya. Guru dalam usahanya dapat melakukan sesuatu yang

dapat menggerakkan motivasi belajar siswa sebagai berikut (Oemar Hamalik,

9

Page 10: Keberhasilan  belajar

2013:166): (1) berusaha dengan sungguh-sungguh dalam pencapaian tujuan

belajar, sehingga siswa mendapatkan nilai baik, atau memberikan nilai

revisi sampai baik; (2) memberikan dorongan dalam belajar dan memberikan

pujian atas keterlibatannya, dan saran atas ketidak berhasilannya; (3)

memberikan hadiah bagi siswa yang memiliki prestasi luar biasa, misalnya siswa

yang memenangkan lomba kompetensi siswa atau dapat melakukan

penegembangan baru dari yang dipelajarinya; (4) mengaktifkan kegiatan belajar

melalui kerja kelompok, dimana siswa akan menunjukkan arti kehadirannya

dalam komunitas; (5) menciptakan persaingan yang sehat dan seportif,

menerima kekalahan sebagai kurangnya usaha yang dilakukan (6) Tujuan

dan level of aspiration, dari keluarga, atau lingkungannya; (7) memberikan

hukuman dengan jalan yang baik, yang ditangkap oleh siswa sebagai masukkan

bagi dirinya sebagai rasa perhatian atau kasih sayang; (8) memberikan

penilaian secara kontinu dan segera agar siswa dapat mengetahui hasil usahanya;

(9) melakukan kegiatan yang menyenangkan seperti karya wisata; (10) melihat

film pendidikan, yang menggambarkan usaha dan keberhasilan, yang nantinya

akan menggugah keinginan siswa berbuat yang terbaik; (11) belajar melalui

media pembelajaran unggulan.

10