Kebakaran

12
Penanggulangan Kebakaran di Rumah Sakit Pada hari Kamis, 10 Maret 2016, telah terjadi kebakaran di gedung lantai 3 RS Paru Respira, yang merupakan ruangan perawatan pasien, secara sigap petugas yang berjaga melakukan penanganan, petugas helm merah mengunakan APAR, petugas helm kuning melakukan evakuasi pasien, petugas helm putih melakukan penyelamatan dokumen dan petugas helm biru melakukan penyelematan aset alat medis, saat itu petugas keamanan bergerak cepat melakukan pemadaman dan menghubungi pihak insiden commander, pemadam kebakaran, team rescue, dan tim manajemen risiko. Para korban dan pegawai berkumpul di titik kumpul evakuasi A yang berada di halaman parkir. 8 korban kebakaran di identifikasi, korban atau pasien level merah yang di evakuasi dengan cara vertical rescue dibawa ke IGD, sedangkan korban dengan level kuning dan hijau dipandu oleh petugas helm biru menuju titik kumpul evakuasi untuk kemudian di bawa ke IGD. Team blue code memberikan pertolongan kepada pasien dengan henti jantung dan secara sigap melakukan CPR. Pemadam kebakaran yang datang segera bergabung dengan team penangulangan bencana dari RS Paru Respira guna melakukan penanganan bencana sampai akhirnya api dapat di padamkan dan situasi kembali aman. Ilustrasi di atas merupakan gambaran kegiatan simulasi penanggulangan kebakaran di Rumah Sakit Paru Respira Yogyakarta. Serangkaian tindakan di atas merupakan penerapan dari sebuah sistem penanggulangan bencana yang menjadi standar dalam manajemen fasilitas dan keselamatan di Rumah Sakit. Kebakaran Kebakaran merupakan suatu bencana yang tidak dapat diduga kapan akan terjadi. Kebakaran biasanya terjadi apabila ada sesuatu yang menyulut terbentuknya api yang membakar benda-benda di sekitarnya. Pada

description

penanggulangan kebakaran di rumah sakit

Transcript of Kebakaran

Page 1: Kebakaran

Penanggulangan Kebakaran di Rumah SakitPada hari Kamis, 10 Maret 2016, telah terjadi kebakaran di gedung lantai 3 RS Paru Respira,

yang merupakan ruangan perawatan pasien, secara sigap petugas yang berjaga melakukan

penanganan, petugas helm merah mengunakan APAR, petugas helm kuning melakukan

evakuasi pasien, petugas helm putih melakukan penyelamatan dokumen dan petugas helm biru

melakukan penyelematan aset alat medis, saat itu petugas keamanan bergerak cepat

melakukan pemadaman dan menghubungi pihak insiden commander, pemadam kebakaran,

team rescue, dan tim manajemen risiko.

Para korban dan pegawai berkumpul di titik kumpul evakuasi A yang berada di halaman parkir.

8 korban kebakaran di identifikasi, korban atau pasien level merah yang di evakuasi dengan

cara vertical rescue dibawa ke IGD, sedangkan korban dengan level kuning dan hijau dipandu

oleh petugas helm biru menuju titik kumpul evakuasi untuk kemudian di bawa ke IGD. Team

blue code memberikan pertolongan kepada pasien dengan henti jantung dan secara sigap

melakukan CPR.

Pemadam kebakaran yang datang segera bergabung dengan team penangulangan bencana

dari RS Paru Respira guna melakukan penanganan bencana sampai akhirnya api dapat di

padamkan dan situasi kembali aman.

Ilustrasi di atas merupakan gambaran kegiatan simulasi penanggulangan kebakaran di Rumah

Sakit Paru Respira Yogyakarta. Serangkaian tindakan di atas merupakan penerapan dari

sebuah sistem penanggulangan bencana yang menjadi standar dalam manajemen fasilitas dan

keselamatan di Rumah Sakit.

Kebakaran

Kebakaran merupakan suatu bencana yang tidak dapat diduga kapan akan terjadi. Kebakaran

biasanya terjadi apabila ada sesuatu yang menyulut terbentuknya api yang membakar benda-

benda di sekitarnya. Pada umumnya, suatu kebakaran dapat terjadi apabila terdapat tiga unsur

di bawah ini:

1. Bahan yang mudah terbakar

Bahan yang terbakar dapat berupa benda padat, cair atau gas (kayu, kertas, textil,

bensin, minyak,acetelin dll),

2. Panas (Suhu)

Pada lingkungan yang memiliki suhu tinggi memudahkan timbulnya api (sumber panas

dari Sinar Matahari, Listrik (korsleting), panas energi mekanik (gesekan), reaksi kimia,

kompresi udara)

3. Oksigen (O2)

Page 2: Kebakaran

Kandungan (kadar) O2 ditentukan dengan persentasi (%). Makin besar kadar oksigen

maka api akan menyala makin hebat, sedangkan pada kadar oksigen kurang dari 12 %

tidak akan terjadi pembakaran api. Dalam keadaan normal, kadar oksigen diudara

bebas berkisar 21 %, maka udara memiliki keaktifan pembakaran yang cukup.

Ketiga faktor tersebut saling mengikat dengan kondisi yang cukup tersedia. Ketiga faktor

tersebut digambarkan dalam bentuk hubungan segitiga kebakaran sebagai berikut :

Perlu diperhatikan apabila salah satu dari sisi dari segita tersebut di atas tidak ada, maka tidak

mungkin terjadi kebakaran. Jadi setiap kebakaran yang terjadi dapat dipadamkan dengan tiga

cara, yaitu:

a. Cara penguraian yaitu cara memadamkan dengan memisahkan atau menjauhkan bahan

/ benda-benda yang dapat terbakar

b. Cara pendinginan yaitu cara memadamkan kebakaran dengan menurunkan panas atau

suhu. Bahan airlah yang paling dominan digunakan dalam menurunkan panas dengan

jalan menyemprotkan atau menyiramkan air ketitik api.

c. Cara Isolasi / lokalisasi yaitu cara pemadaman kebakaran dengan mengurangi kadar /

prosentase O2 pada benda-benda yang terbakar.

Kebakaran dibagi dalam 5 kelas berdasarkan terutama kepada benda yang terbakar. Klasifikasi

ini menolong asesmen bahaya dan penentuan jenis media pemadam yang paling efektif. Juga

digunakan untuk klasifikasi, ukuran, dan pengujian alat pemadam api ringan/ APAR

Kelas A : meliputi benda mudah terbakar biasa: antara lain kayu, kertas dan kain.

Perkembangan awal dan pertumbuhan kebakaran biasanya lambat, dan karena benda padat,

agak lebih mudah dalam penanggulangannya. Meninggalkan debu setelah terbakar habis.

Page 3: Kebakaran

Kelas B : meliputi cairan dan gas mudah menyala dan terbakar antara lain bensin, minyak dan

LPG.Jenis kebakaran ini biasanya berkembang dan bertumbuh dengan sangat cepat.

Kelas C: meliputi peralatan listrik yang hidup: antara lain motor listik, peralatan listrik, dan panel

listrik. Benda yang terbakar mungkin masuk dalam kelas kebakaran lainnya. Bila daya listrik

diputus, kebakaran bukan lagi sebagai kelas C. Tidak penting peralatan listrik dihidupkan atau

dimatikan, tetap peralatan tersebut masuk dalam Kelas C.

Kelas D: meliputi metal terbakar antara lain magnesium, tirtanium dan zirconium. Jenis

kebakaran ini biasanya sulit untuk disulut (ignited) tetapi menghasilkan panas yang hebat.

Kebakaran kelas D amat sulit untuk dipadamkan, dan untungnya jarang dijumpai.

Kelas K: meliputi minyak untuk memasak. Ini adalah kelas terbaru dari kelas-kelas kebakaran.

Page 4: Kebakaran

Maka untuk alat pemadamnya pun bisa dikategorikan berdasarkan kategori kebakarannya.

Perlengkapan Alat Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya KebakaranAlat pemadam api ringan (fire Extinguisher) adalah alat untuk memadamkan api berbentuk

tabung silinder yang dapat dioperasikan secara manual oleh seseorang untuk memadamkan

api pada awal timbulnya kebakaran (ketika api masih kecil), yang beratnya 3-16 kg. APAR

terdiri dari beberapa jenis sesuai dengan bahan dan isinya yaitu:

A. AirMedia pemadam api air ini telah dipakai sejak dahulu saat belum ditemukannya bahan

pemadam api lain dan masih dipakai sampai sekarang pada kasus tertentu saja. Sifat air

dalam pemadam kebakaran adalah menyerap panas dan ini sangat tepat untuk kelas

api A. Pada umumnya ada 3 macam APAR air yaitu dengan pompa tangan, air

bertekanan, asam soda. Namun media air tidak boleh digunakan untuk:

1. Kebakaran listrik (kelas C)

2. Kebakaran minyak (kelas B)

3. Kebakaran logam (kelas D)

4. Kebakaran yang reaktif terhadap air (kelas B)

B. BusaAPAR jenis busa ada dua macam yaitu busa kimia dan busa mekanik. Busa kimia dibuat

berbentuk busa / gelombang yang berisi zat arang dan karbon dioksida, sedangkan

busa mekanik dibuat dari campuran zat arang dengan udara. Bahan ini sangat tepat

digunakan pada kebakaran kelas B. Busa memadamkan api melalui kombinasi tiga aksi

pemadam yaitu menutupi, melemahkan dan mendinginkan.

1. Menutupi / menyelimuti bagian yang terbakar dengan busa, sehingga kontak dengan

oksigen teputus.

2. Melemahkan yaitu mencegah terjadinya penguapan cairan yang mudah terbakar.

3. Pendingin yaitu menyerap kalori cairan yang mudah terbakar agar suhunya

menurun.

Page 5: Kebakaran

C. Serbuk kimia kering (Dry chemical)

Dry chemical dapat digunakan untuk semua jenis kebakaran, tidak berbahaya bagi

manusia / binatang karena tidak beracun. Bahan dry chemical disebut sebagai bahan

pemadam kebakaran yang berfungsi ganda (multi purpose extinguisher)

1. Tidak menghantar listrik, powder berfungsi mengikat oksigen (isolasi) dan juga dapat

mengikat gas-gas lain yang membahayakan.

2. Dapat menurunkan suhu, mudah dibersihkan dan tidak merusak alat-alat,

D. CO2 (Carbon dioksida)Gas CO2 digunakan untuk memadamkan api karena CO2 dapat mengurangi kadar

oksigen dari udara pada saat kebakaran murah, bersih dan dapat digunakan untuk

pemadaman api yang disebabkan oleh listrik yang bertegangan. Bahan pemadam

kebakaran CO2 atau karbon dioksida berupa gas dan dapat digunakan untuk

memadamkan segala jenis kebakaran terutama kelas C. Dengan menghembuskan gas

CO2 akan dapat mengusir dan mengurangi prosentase oksigen (O2) yang ada di udara

Page 6: Kebakaran

sampai 12 % – 15 %- Gas CO2 ini lebih berat dari pada udara dan seperti gas-gas lain

tidak menghantar listrik, tidak berbau dan tidak meninggalkan bekas/bersih.

E. HallonAlat pemadam ini mengeluarkan uap dan gas yang menyelimuti api dan menyingkirkan

oksigen sehingga dapat memadamkan api. Atom Bromin merupakan terminator dari

proses oksidasi yang terjadi pada saat kebakaran. Salah satu kelemahan dari jenis

pemadam ini adalah jika terdapat logam yang terbakar maka BCF dapat terdegradasi

dan membentuk hydrogen halide yang bersifat beracun dan korosif. Gas halotron

adalah senyawa kimia yaitu hydrochlorofluorocarbon (HCFC). Merupakan senyawa dari

1,1-dichloro-1-fluoroethane dan Chemical Abstracts. Keuntungan APAR jenis hallon

yaitu:

Merupakan pemadam api yang bersih dan tidak meninggalkan residu.

Sangat efektif untuk digunakan pada semua resiko kelas kebakaran A, B dan C.

Tidak menghantarkan listrik (Non Konduktif), sehingga tidak akan menyebabkan

kerusakan pada peralatan elektronik dan alat perkantoran modern lainnya.

Tidak berbahaya terhadap tumbuhan, hewan terutama manusia.

Page 7: Kebakaran

Empat langkah dalam menggunakan alat pemadam kebakaran dapat diingat melalui

akronim sederhana: PASS atau TATS

P – Pull the pin Tarik kunci pengaman

A – Aim low Arahkan ke dasar api

S – SqueezeTekan tuas

S – Sweep Sapukan dari sisi ke sisi

Penanggulangan Kebakaran Di Rumah Sakit

Kebakaran dapat terjadi di mana saja, tak terkecuali di rumah sakit. Rumah Sakit, seperti

halnya bangunan yang lain, sewaktu-waktu dapat mengalami kebakaran karena di dalamnya

terdapat beberapa bahan-bahan yang mudah terbakar. Bahan-bahan tersebut antara lain,

tabung oksigen, bahan-bahan kimia, kertas, kain, barang-barang elektronik, dan lain-lain. Untuk

itu, diperlukan suatu upaya yang tersistem dalam rangka upaya pencegahan dan

Page 8: Kebakaran

penanggulangan kebakaran di Rumah Sakit. Dengan adanya upaya pencegahan dan

penanggulangan kebakaran yang sistematis, kerugian yang timbul akibat adanya kebakaran di

Rumah sakit akan dapat diminimalisasi.

Rumah sakit perlu melatih dan menyiapkan sumber daya untuk penanggulangan bencana

kebakaran sesuai dengan standard operasional prosedur penanggulangan bencana yang

sekaligus sebagai kegiatan untuk menguji cobakan sistem siaga bencana dengan

tujuan keselamatan. Kebakaran dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, tidak ada tempat

kerja yang dapat dijamin bebas resiko dari bahaya kebakaran. Kebakaran di tempat kerja dapat

membawa konsekuensi yang berdampak merugikan banyak pihak apalagi bila terjadi di rumah

sakit. Dalam peristiwa semacam ini, hampir selalu terjadi dimana jumlah korban yang

memerlukan pertolongan jauh lebih banyak dibanding tenaga penolong yang ada. Karena itu

harus disiapkan cara tertentu sehingga pada saat dibutuhkan, tindakan dapat dilakukan secara

efektif dan efisien.

Dalam upaya penanggulangan kebakaran di rumah sakit, dikenal sebuah kode emergensi

“CODE RED” yang menandakan adanya kejadian kebakaran di rumah sakit. Untuk

menanggulangi setiap kejadian kebakaran (Code red), di rumah sakit perlu dibentuk suatu tim

code red untuk melaksanakan tugas dalam meminimalisasi kerugian yang dapat terjadi. Dalam

satu rumah sakit, dapat dibagi-bagi ke dalam beberapa tim code red yang disesuaikan dengan

luas rumah sakit, lokasi bangunan, dll. Tim code red yang bertugas dicantumkan dalam papan

Code red yang berisi pembagian tugas petugas pada saat terjadi kebakaran, ditandai dengan

helm dengan warna-warna yang berbeda-beda. Nama petugas yang tercantum dalam papan

code red disesuaikan dengan jadwal shift jaga petugas. Pembagian tugas yang tercantum di

dalam papan code red meliputi:

1. PJ Api (helm merah)

Petugas yang terjadwal sebagai PJ Api akan bertugas sebagai pemberi komando bagi

petugas atau orang-orang disekitarnya untuk melaksanakan penanggulangan api pada

saat terjadi bencana kebakaran.

2. PJ Pasien (helm kuning)

Petugas yang bertindak sebagai PJ pasien mempunyai tugas untuk memberi komando

untuk melaksanakan pertolongan pada saat terjadi darurat medis yang terjadi pada saat

bencana. Pada saat upaya evakuasi terkendala dengan jumlah pertugas yang terbatas,

maka upaya evakuasi disesuaikan dengan urutan prioritas merah (pasien tidak stabil,

memerlukan alat bantu medis), kuning (pasien stabil, mobilitas terbatas), dan kemudian

ungu (pasien tidak stabil, harapan hidup kecil), untuk kelompok pasien hijau dapat

Page 9: Kebakaran

melakukan evakuasi secara mandiri menuju titik berkumpul yang aman sesuai dengan

petunjuk dari petugas

3. PJ Dokumen (helm putih)

Petugas PJ dokumen akan melakukan pengelompokan dokumen sebagai dasar prioritas

evakuasi dokumen pada saat terjadi bencana. PJ dokumen akan memberi komando

pada orang disekitarnya untuk melakukan evakuasi dokumen sesuai prioritas dokumen

warna merah (dokumen rahasia)-kuning (dokumen internal, berisiko ada tuntutan ganti

rugi keuangan dan hukum)-hijau (dokumen publik dan tidak rahasia)

4. PJ Aset (helm biru)

Petugas yang tercantum sebagai PJ asset akan memberikan komando untuk melakukan

upaya evakuasi asset yang mampu untuk dievakuasi berdasarkan prioritas, yaitu merah

(asset yang mudah terbakar), kuning ( asset yang mengandung radiasi, kontaminasi dan

limbah berbahaya), biru ( asset yang berhubungan dengan life saving), dan hijau (asset

yang memiliki nilai investasi tinggi).

Contoh jadwal pembagian tugas Code Red

Dalam prosedur penanggulangan bencana di rumah sakit, setiap pegawai memiliki kemampuan

dasar untuk dapat melakukan keterampilan wajib yang meliputi penggunaan Alat Pemadan Api

Ringan (APAR), evakuasi pasien / korban, Bantuan Hidup Dasar, serta cuci tangan dalam

pengendalian Infeksi. Simulasi kebakaran dilakukan secara berkala agar dapat melakukan

tindakan pertolongan pada saat kejadian bencana. Dengan adanya sistem penanggulangan

kebakaran di Rumah Sakit yang terencana dengan baik, diharapkan dapat meminimalisasi

kerugian ataupun korban jiwa dalam bencana kebakaran yang terjadi di rumah sakit.

Page 10: Kebakaran

Daftar Pustaka:

1. Pedoman Teknis Prasarana Rumah Sakit Sistem Proteksi Kebakaran Aktif, Direktorat

Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Kementeria Kesehatan RI,

Tahun 2012.

2.