Kearifan Lokal Dalam Mengelola Hutan Rakyat
Transcript of Kearifan Lokal Dalam Mengelola Hutan Rakyat
Sumberdaya hutan sebagai kebutuhan manusia
Laju deforestasi meningkat
Meningkatnya konflik dan berkurangnya keanekaragaman hayati
Pelaksanaan praktek kearifan lokal dalam memanfaatkan sumberdaya hutan dalam rangka menjaga kelestarian hutan.
Latar Belakang
UUD 1945
• Menjamin perlindungan keberadaan masyarakat hukum adat, kearifan lokal dan hak-hak masyarakat hukum adat yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
Pasal 3
UUPA No
5/1960
• Pengakuan hak ulayat dan hak-hak yang serupa yang dimiliki oleh masyarakat hukum adat
UU No 32 Tahun 2009
• Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan berdasarkan asas partisipatif dan kearifan lokal
• pemerintah bertugas dan berwenang menetapkan kebijakan mengenai tata cara pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat, kearifan lokal, dan hak masyarakat hukum adat yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Peraturan Perundangan
Kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari (UU No. 32 Th 2009)
Kearifan lokal merupakan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan tempatnya hidup secara arif. (Putu Oka Ngakan dalam Andi M. Akhmar dan Syarifudin. 2007)
Kearifan lokal adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. (Keraf. 2002)
Kearifan Lokal
Simpuk Munan atau yang lebih dikenal sebagai Lembo adalah tradisi lokal Suku Dayak di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur.
Lembo Merupakan lahan yang ditumbuhi berbagai jenis tanaman yang didominasi oleh pohon-pohonan khususnya pohon buah-buahan dan obat tradisional.
Perladangan yang menggunakan sistim “Gilir Balik”.
Lembo, Kearifan Lokal Suku Dayak
Lembo
Sungai kecil di belakang Lembo Sebuah pondok di samping Lembo
buah khas Kabupaten Kutai Barat (Meluink)
Sumber : http://www.greenpeace.org/
Tidak terjadi pembukaan lahan secara terus menerus
Melestarikan keanekaragaman hayati, khususnya buah-buahan
Tetap terjaganya keberlangsungan habitat suatu ekosistem, flora dan fauna yang ada di hutan
Meningkatkan kualitas udara, air, tanah, dan memperbanyak area tutupan lahan yang berdampak kepada tercegahnya bahaya banjir dan tanah longsor
Manfaat Lembo
Keberadaan Lembo semakin berkurang. Hal ini disebabkan banyak lahan yang dijual
atau disewakan kepada perusahaan untuk perkebunan sawit, karet, serta untuk pertambangan.
Maka dibutuhkan dukungan terhadap kearifan lokal sebagai inisiatif yang dibangun oleh masyarakat dalam pengelolaan SDA hutan.
Tantangan Saat Ini
Widiarti, Asmanah. 2010. Modal Sosial-Budaya Dalam Social Forestry. Kebijakan Social Forestry: Menuju Masyarakat Sejahtera. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan: Bogor.
Suhartini. 2009. “Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan”. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA. Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta.
Rahmayana. 19 Maret 2014. “Bangkitnya Lembo (Hutan Buah-Buahan) Tradisi Masyarakat Dayak Indonesia”. http://www.greenpeace.org/seasia/id/blog/bangkitnya-lembo-hutan-buah-buahan-tradisi-ma/blog/48569/. Diakses pada 24 Maret 2014.
Wihardandi, Aji. 29 September 2012. “Sektor Pertanian Sebabkan 80% Deforestasi di Kawasan Tropis”. http://www.mongabay.co.id/2012/09/29/sektor-pertanian-sebabkan-80-deforestasi-di-kawasan-tropis/. Diakses pada 23 Maret 2014.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH).
Referensi