Keanekaragaman Jenis Burung Di Ruang Terbuka Hijau Jalan Simpang Bogor Kompleks Rumah Dinas

5

Click here to load reader

Transcript of Keanekaragaman Jenis Burung Di Ruang Terbuka Hijau Jalan Simpang Bogor Kompleks Rumah Dinas

Page 1: Keanekaragaman Jenis Burung Di Ruang Terbuka Hijau Jalan Simpang Bogor Kompleks Rumah Dinas

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI RUANG TERBUKA HIJAU JALAN SIMPANG BOGOR KOMPLEKS RUMAH DINAS

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Lya Vita Ferdana

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang. E-mail: [email protected]

Abstrak

Penelitian untuk melihat keanekaragaman jenis burung di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Jalan Simpang Bogor kompleks rumah dinas UM telah dilakukan dari bulan Desember 2009 sampai Januari 2010. Penelitian menggunakan metode Point count (titik hitung) dengan mengikuti jalur yang telah ditentukan. Dari penelitian tercatat 16 jenis burung yang termasuk ke dalam 7 suku. Jenis burung yang sering ditemukan yaitu Lonchura punctulata, Lonchura striata, Passer montanus, Columba Livia, Zosterops palpebrosus, dan Seisercus grammiceps. Berdasarkan analisis data kelimpahan relatif tertinggi jenis Lonchura punctulata dan Passer montanus. Status burung yang teramati yaitu 3 jenis burung dilindungi Undang-undang, 4 jenis diperhatikan, dan 9 jenis tidak dilindungi Undang-undang Pendahuluan Salah satu kekayaan alam Indonesia yaitu keanekaragaman jenis burung. Indonesia terkaya nomor 4 untuk keanekaragaman jenis burung, yaitu 1539 jenis, dan 4% diantaranya (381 jenis) adalah burung endemik Indonesia (Shannaz, dkk, 1995). Keindahan suara dan gerakan menari serta kombinasi warna bulu menjadikan burung satwa yang mengesankan dan unik. Burung berperan penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Menurut Mackinnon (1991) burung berperan sebagai hama pertanian, spesies menguntungkan, sumber makanan dan perdagangan. Lebih lanjut Rombang dan Rudyanto (1999) menjelaskan bahwa burung juga dapat digunakan sebagai indikator kesehatan lingkungan yang masih memiliki keanekaragaman hayati tinggi, karena burung memiliki sebaran luas dan terdapat disemua macam habitat, mudah dikenali di lapangan dan sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Keanekaragaman spesies dan populasi burung di Indonesia mulai terancam punah, karena penurunan kualitas lingkungan dan laju kehilangan habitat yang mencapai 50% dari total lahan hijau. Penurunan kualitas, modifikasi dan hilangnya habitat merupakan ancaman yang berarti bagi berbagai jenis burung (Shannaz dkk, 1995). Menurut Jati (1998), penurunan populasi burung merupakan hasil langsung dari dampak antropogenik, seperti pembakaran hutan dan padang rumput, perladangan berpindah, perburuan dan perdagangan burung. Kompleks rumah dinas UM yang terletak di Jalan Simpang Bogor merupakan salah satu ruang terbuka hijau (RTH) yang terdapat di kawasan kampus Universitas Negeri Malang. Keanekaragaman jenis tumbuhan yang terdapat di RTH ini cukup banyak dengan beberapa macam tumbuhan, diantaranya mahoni, jambe, trembesi, melinjo, kaliandra, belimbing, alpukat, sawo, kersen dan bambu, sehingga RTH ini dapat dimaksimalkan sebagai habitat burung.

Page 2: Keanekaragaman Jenis Burung Di Ruang Terbuka Hijau Jalan Simpang Bogor Kompleks Rumah Dinas

Metode Penelitian Waktu dan tempat Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Desember 2009 sampai Januari 2010 di RTH kompleks rumah dinas Universitas Negeri Malang jalan Simpang Bogor. Pengamatan dilaksanakan pada pagi hari mulai pukul 06.00 sampai sore hari pukul 17.00. Bahan dan alat Alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian yaitu teropong binokuler, kamera, kompas dan jam, alat tulis, tabel data pengamatan, dan buku identifikasi burung-burung di Jawa dan Bali. Cara kerja Pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode point count (titik hitung) dengan mengikuti jalur yang telah ditentukan. Pada metode ini pengamat berjalan sepanjang jalur yang sudah ditentukan disertai dengan titik pengamatan yang telah ditentukan. Di setiap titik, pengamatan dilakukan selama 20 menit dengan jarak pengamatan ke kiri dan kanan sejauh 25 meter dan jarak antar titik sejauh 70 meter, agar tidak terjadi pengulangan pencatatan. Parameter yang diamati adalah jumlah jenis dan jumlah individu yang ditemukan di lokasi pengamatan. Analisis Data Berdasarkan data yang diperoleh, penentuan nama jenis burung dan statusnya menggunakan studi literatur. Sedangkan untuk melihat indeks kelimpahan relatif setiap spesies burung menggunakan perhitungan statistik, yaitu:

Kelimpahan Relatif (DR) = � �������� ��� � �� ����

� ���� �������� ��� ��� ���� ��� X 100%

Hasil dan Diskusi Berdasarkan penelitian di RTH Jln.Simpang Bogor telah didapatkan 16 jenis burung yang termasuk ke dalam 7 suku, dan beberapa diantaranya merupakan jenis endemik di Jawa dan Bali seperti Esenangka gunung (Lophozosterops javanicus), dan Gelatik (Padda oryzivora). Jenis burung yang sering ditemukan yaitu Lonchura punctulata, Lonchura striata, Passer montanus, Columba Livia, Zosterops palpebrosus, dan Seisercus grammiceps. Jenis-jenis burung yang teramati di RTH jalan Simpang Bogor dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Jenis-jenis burung yang teramati Suku Nama Latin Nama Indonesia

Collumbidae Geopelia striata Perkutut Streptopelia chinensis Tekukur Columba livia Burung Dara

Apopidae Collocalia esculenta Walet sapi Sylviidae Seisercus grammiceps Perenjak sikatan sunda

Orthotomus sutorius Cinenen biasa Muscicapidae Rhipidura perlata Kipasan gunung Zosteropidae Lophozosterops javanicus Esenangka gunung

Zosterops palpebrosus Burung kacamata Padda oryzivora Gelatik

Ploceidae Lonchura striata Bondol tunggir putih Lonchura maja Bondol haji Lonchura leucogastroides Bondol jawa Passer montanus Burung gereja Lonchura punctulata Bondol dada sisik

Rallidae Amaurornis phoenicurus Kareo

Page 3: Keanekaragaman Jenis Burung Di Ruang Terbuka Hijau Jalan Simpang Bogor Kompleks Rumah Dinas

Menurut Helvoort (1981) keanekaragaman jenis terdiri dari dari dua komponen yaitu jumlah jenis dan jumlah individu dari masing-masing jenis (kelimpahan jenis). Keanekaragaman jenis burung umumnya berbeda antara habitat yang satu dengan habitat yang lainnya. Sedikitnya jumlah jenis burung yang ditemukan di RTH Jln.Simpang Bogor disebabkan tidak banyak tersedianya habitat untuk hidup. Menurut Howes, dkk. (2003), kehadiran suatu jenis burung tertentu, pada umumnya disesuaikan dengan kesukaannya terhadap habitat tertentu. Secara umum, habitat burung dapat dibedakan atas habitat di darat, air tawar dan laut, termasuk dapat dibagi lagi menurut tanamannya seperti hutan lebat, semak maupun rerumputan (Rusmendro, 2004). Kondisi RTH di Jln. Simpang Bogor yang jumlah jenis tanamannya terbatas dan tertutup rerumputan menyebabkan burung yang banyak terlihat adalah jenis yang umum diperkotaan, misalnya Lonchura punctulata, Passer montanus, Columba Livia, Zosterops palpebrosus, dan Seisercus grammiceps. Kelimpahan relatif sangat dipengaruhi oleh jumlah individu dari masing-masing jenis yang dijumpai selama pengamatan. Pada tabel 2 dapat dilihat perbandingan jumlah individu masing-masing jenis burung.

Tabel 2. Perbandingan jumlah individu masing-masing jenis burung Jenis burung Jumlah

Geopelia striata 3 Streptopelia chinensis 1 Columba livia 10 Collocalia esculenta 8 Seisercus grammiceps 12 Orthotomus sutorius 3 Rhipidura perlata 6 Lophozosterops javanicus 4 Zosterops palpebrosus 15 Padda oryzivora 3 Lonchura striata 14 Lonchura maja 8 Lonchura leucogastroides 7 Passer montanus 28 Lonchura punctulata 29 Amaurornis phoenicurus 2 Total 146

Secara keseluruhan kelimpahan relatif tertinggi dimiliki oleh Bondol dada sisik (Lonchura punctulata) dan Burung gereja (Passer montanus). Untuk melihat perbandingan kelimpahan relatif masing-masing jenis burung yang teramati dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perbandingan kelimpahan relatif masing-masing jenis burung Jenis burung Kelimpahan

relatif Geopelia striata 2,06% Streptopelia chinensis 0,69% Columba livia 6,85% Collocalia esculenta 5,48% Seisercus grammiceps 8,22% Orthotomus sutorius 2,06% Rhipidura perlata 4,11% Lophozosterops javanicus 2,74% Zosterops palpebrosus 10,27%

Page 4: Keanekaragaman Jenis Burung Di Ruang Terbuka Hijau Jalan Simpang Bogor Kompleks Rumah Dinas

Padda oryzivora 2,06% Lonchura striata 9,59% Lonchura maja 5,48% Lonchura leucogastroides 4,80% Passer montanus 19,18% Lonchura punctulata 19,86% Amaurornis phoenicurus 1,37%

Secara umum burung yang banyak teramati di lokasi RTH Jln.Simpang Bogor berasal dari suku Ploceidae karena kecenderungan burung hidup secara berkelompok dalam mencari makan dan menyukai hutan sekunder serta rerumputan. Jenis Bondol dada sisik (Lonchura punctulata) dan Burung gereja (Passer montanus) merupakan jenis burung yang mempunyai kelimpahan relatif tertinggi di habitat RTH Jln.Simpang Bogor karena jenis ini merupakan burung yang suka berkelompok dalam mencari makan. Selain itu, kondisi habitat RTH yang mayoritas tertutup rerumputan menyediakan banyak makanan bagi kedua jenis ini yaitu biji rerumputan. Kelimpahan relatif cukup tinggi juga terdapat pada jenis Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus), karena sumber pakan di habitat ini cukup banyak yaitu serangga kecil dan buah-buahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Alikodra (1990) yang menjelaskan bahwa perbedaan keanekaragaman jenis burung dapat terjadi karena terdapatnya perbedaan dalam struktur vegetasi pada masing-masing tipe habitat, sehingga akan menyebabkan bervariasinya sumber pakan yang ada dalam suatu habitat. Apabila sumber pakan dalam suatu habitat banyak, maka keanekaragaman jenis burung yang menempati habitat tersebut juga semakin tinggi, sehingga sumber pakan dengan keanekaragaman jenis burung berbanding lurus.

Dalam lingkup konservasi satwa, secara umum status burung di Indonesia dibagi kedalam tiga kelompok yaitu dilindungi, diperhatikan dan tidak dilindungi Undang-undang. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh 3 jenis burung yang dilindungi Undang-undang, 4 jenis yang diperhatikan, dan 9 jenis tidak dilindungi Undang-undang. Untuk mengetahui status burung yang teramati dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Status Burung yang Ditemukan di RTH Jln.Simpang Bogor Nama Latin Nama Indonesia Status

Geopelia striata Perkutut Dilindungi Streptopelia chinensis Tekukur Tidak dilindungi

Columba livia Burung Dara Tidak dilindungi Collocalia esculenta Walet sapi Tidak dilindungi

Seisercus grammiceps Perenjak sikatan sunda

Diperhatikan k ng

Orthotomus sutorius Cinenen biasa Diperhatikan Rhipidura perlata Kipasan gunung Diperhatikan

Lophozosterops javanicus Esenangka gunung Diperhatikan Zosterops palpebrosus Burung kacamata Tidak dilindungi

Padda oryzivora Gelatik Dilindungi Lonchura striata Bondol tunggir putih Tidak dilindungi Lonchura maja Bondol haji Tidak dilindungi

Lonchura leucogastroides Bondol jawa Tidak dilindungi Passer montanus Burung gereja Tidak dilindungi

Lonchura punctulata Bondol dada sisik Tidak dilindungi Amaurornis phoenicurus Kareo Dilindungi

Sumber PP No. & th. 1999 tentang Pengawetan Jenis Satwa dan Tumbuhan

Page 5: Keanekaragaman Jenis Burung Di Ruang Terbuka Hijau Jalan Simpang Bogor Kompleks Rumah Dinas

Suatu spesies burung termasuk kategori dilindungi didasarkan pada nilai kekhasan atau keunikannya, persebaran burung terbatas pada suatu daerah (endemik), dan tingkat populasinya rendah. Sedangkan menurut Chasanah (2003), spesies burung termasuk kategori dilindungi dilihat dari nilai kegunaan atau potensi khusus yang dimiliki spesies tertentu yang mengharuskan untuk dilindungi. Status burung termasuk kategori diperhatikan apabila spesies burung tertentu jumlah populasi dan persebarannya semakin menurun secara drastis. Sedangkan status burung yang termasuk kategori tidak dilindungi Undang-undang didasarkan pada keberadaan spesies burung yang jumlah populasinya relatif banyak dalam jangka waktu panjang dan kelangsungan hidupnya relatif baik. Daftar Rujukan

Alikodra, H.S. 1990. Pengelolaan satwa liar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat, Jilid I, IPB. Bogor Chasanah, Yuli. 2003. Studi Tentang Burung yang Diperdagangkan di Wilayah Kota dan Kabupaten Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang. Malang Helvoort, V.B. 1981. A study on bird population in the rural ecosystem of West Java, Indonesia. A semi quantitative approach report, Natcons Departement Agricultural UniversityWageningen Howes. J., Bakewell, D., Noor, Y.R. 2003. Panduan Studi Burung Pantai. Wetlands International – Indonesia Programme. Bogor Jati, A. 1998. Kelimpahan dan Distribusi Jenis-jenis Burung Berdasarkan Fragmentasi dan Stratifikasi Habitat Hutan Cagar Alam Langgaliru, Sumba. Program Pasca Sarjana IPB. Bogor Mackinnon, John. 1991. Panduan lapangan pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Rombang, W.M & Rudyanto. 1999. Daerah Penting Bagi Burung Jawa & Bali. PKA/Birdlife International-Indonesia Programme, Bogor, 1999 Rusmendro, H. 2004. Bahan Kuliah Ornithology. Fakultas Biologi Universitas Nasional. Jakarta Shannaz, J., Jepson, P. dan Rudyanto. 1995. Burung-burung Terancam Punah di Indonesia. PHPA/Birdlife International Indonesia Programme. Bogor