Keanekaragaman hayati
-
Upload
handriyanti-diah-p -
Category
Documents
-
view
21 -
download
0
description
Transcript of Keanekaragaman hayati
Kata Pengantar
Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWTyang telah member ilmu,
perlindungan, bimbingan, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas ini dapat selesai.
Tugas dengan judul Dampak Berkurangnya Keanekaragaman Hayati terhadap
Keberlangsungan Hidup , merupakan salah satu persyaratan untuk pengumpulan nilai tugas.
Tim penulis mengucapkan terimakasih pada semua pihak atas bimbingan, bantuan,
dorongan moril serta bantuan materiil sehingga tugas ini dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Mukhtasor, M.Eng yang telah member kesempatan pada penulis untuk berlatih
mengerjakan soal Pengantar Ilmu Lingkungan secara ilmiah.
2. Ayah, ibu, adik dan seluruh keluarga yang telah memberikan motivasi dan doa restu hingga
tugas ini selesai disusun.
3. Teman-teman Teknik Lingkungan dan Teknik Kelautan yang telah memberi semangat agar
tugas ini dapat segera diselesaikan.
Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Penulis mengharapkan saran dan
kritik demi kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya.
Surabaya, 12 Oktober 2009
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bumi kita yang kita kenal selalu hidup dan selalu bisa memenuhi kebutuhan manusia
lewat hasil-hasil alam yang dapat diperbaharui sesuai titik maksimal daya regenarsinya,
ternyata sekarang sudah semakin tua dan semakin tidak bisa lagi kita andalkan untuk
meregenerasikan dirinya sendiri serta sumber daya alam yang kita butuhkan tanpa bantuan
atau campur tangan manusia.
Ternyata semakin tua bumi kita ini, bukan semakin baik untuk tempat tinggal
manusia generasi selanjutnya, namun semakin tidak layak untuk ditinggali manusia baru.
Contohnya atmosfer bumi yang semakin lama semakin kotor dan berlubang membuat bumi
serta apapun yang di dalamnya tidak terlindung dari sengatan sinar ultraviolet yang bisa
merusak kadar klorofil atau zat hijau daun berbagai tumbuhan. Hal itu dapat menyebabkan
adanya tumbuhan jenis baru yang berbeda dengan induknya karena pengaruh mutasi dari
sengatan sinar ultraviolet. Tumbuhan baru tersebut tidak selalu lebih resistan terhadap
perubahan alam dibandingkan tumbuhan induk, namun tumbuhan baru tersebut semakin
tidak resistan.
Lapisan bumi bagian litosfer juga semakin lama semakin tidak teratur. Akhir-akhir
ini sudah terjadi banyak gempa bumi yang diakibatkan oleh pergeseran lempeng bumi. Hal
tersebut mengakibatkan banyak kerugian yang harus ditanggung sendiri oleh alam seperti
hilangnya kesuburan tanah, vegetasi alami, dan perubahan struktur tanah yang semakin tidak
jelas yang mengakibatkan banyak vegetasi tidak dapat tumbuh lagi di daerah tersebut.
Perubahan alam yang drastis ini bukan semata-mata kesalahan manusia, tetapi alam
sendiri juga mempunyai andil dalam perubahan yang menyebabkan kerugian secara materiil
maupun non materiil.
1.2 Tujuan
Manusia masa depan yang diharapkan lahir oleh bumi kita ini bukanlah manusia
yang kaya secara materiil, namun yang diharapkan ada adalah manusia yang semakin peduli
pada perubahan alam yang sudah sering dibahas pada literatur-literatur ilmiah. Manusia
tersebut harus bisa menjaga alam dengan mengurangi sebab-sebab perubahan alam ini seperti
pengurangan kendaraan bermotor untuk kadar CO di alam. Selain itu manusia masa depan
juga harus bisa mengonservasi alam yang terlanjur rusak ini baik secara kuantitatif maupun
kualitatif. Secara kuantitatif contohnya adalah memperbanyak jumlah hutan dengan cara
reboisasi untuk mengurangi polusi dan memperbanyak paru-paru kota. Secara kualitatif
contohnya adalah dengan memperbaiki struktur tanah yang rusak akibat gempa sehingga
tanah tersebut bisa ditanami berbagai vegetasi lagi dengan cara memberi kompos dari sisa
sampah rumah tangga.
1.3 Rumusan Masalah
a. Seberapa seriuskah pengurangan jumlah keanekaragaman hayati?
b. Seberapa banyakkah pengurangan jumlah keanekaragaman hayati di dunia hingga saat
ini?
c. Apakah akibat dari berkurangnya keanekaragaman hayati tersebut terhadap
berlangsungnya kehidupan?
d. Bagaimana cara mengatasi berkurangnya keanekaragaman hayati di dunia?
1.4 Metode Penulisan
Metode yang penulis pakai adalah metode literatur yaitu pengumpulan informasi-
informasi dari berbagai literatur yang ada seperti jurnal dan proceeding.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Keterkaitan antara Biodiversitas dan Keseimbangan Alam
Sekitar 150 tahun yang lalu, seorang peneliti biologi terkenal bernama Alfred Russel
Wallace melakukan hal yang mencengangkan yaitu membagi beberapa wilayah dunia sesuai
dengan keanekaragaman hayati yang dimilikinya. Di dunia ini terdapat 34 tempat yang
disebut-sebut sebagai surga biodiversitas karena terkenal akan keanekaragaman hayati yang
sangat mengundang perhatian dunia (Sodhi et al, 2008). Tempat-tempat itu biasanya terdapat
di daerah yang memiliki iklim tropis sehingga terdapat banyak jenis tumbuhan dan hewan
yang bahkan sampai sekarang belum semuanya memiliki nama dalam kamus biologi.
Namun ternyata daerah yang memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah
tersebut juga memiliki jumlah manusia yang meilmpah seperti di daerah Asia Tenggara.
Manusia tersebut tidak dapat menjaga kondisi alamnya agar biodiversitas yang mereka miliki
tidak cepat habis, tetapi malah mengeksplorasinya dalam jumlah yang berlebihan. Mereka
menggunakan semua lahan untuk dijadikan rumah, perkantoran, dan tempat perbelanjaan
tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi pada penurunan jumlah biodiversitas karena
berkurangnya lahan untuk hidup. Biasanya manusia hanya memikirkan kokoh tidaknya
bangunan mereka terhadap segala macam bencana yang akan terjadi seperti gempa bumi dan
badai, tetapi mereka tidak pernah memperhatikan masalah dimana para burung dan hewan
lainnya akan tinggal setelah bangunan itu berdiri.
Dan sekarang yang sedang diberlakukan oleh pemerintah dunia adalah nilai dari
keanekaragaman hayati pada seluruh aspek kehidupan manusia dibandingkan eksplorasi
lahan karena berkurangnya keanekaragaman hayati juga akan mengganggu jumlah bahan
pangan yang bisa didapat oleh manusia. Secara ilmu biologi, keanekaragaman hayati seperi
hutan hujan tropis dan terumbu karang adalah sesuatu yang sangat berharga bagi lingkungan
hidup baik secara global maupun secara level komunitas, dan hasil-hasil dari sumber daya
alam inilah yang mempunyai nilai lebih dalam hal meteriil yang hanya bisa diperbaharui
beberapa tahun kemudian, tetapi justru yang paling banyak dieksplorasi oleh manusia.
Mempelajari keanekaragaman hayati tidak bisa dibandingkan dengan mempelajari
matematika dan fisika karena dalam bidang ini manusia harus mempelajari segala aspek
kehidupan dalam keanekaragaman hayati seperti asal-usulnya, kebiasaannya, komunitasnya,
dan jumalahnya dalam sebuah ekosistem. Kita memang bisa menggunakan data-data untuk
mempelajari jumlahnya, namun kita tidak dapat mempelajari kebiasaanya hanya dalam
bentuk data-data saja. Jika kita sudah dapat mempelajari semua aspek kehidupan
keanekaragaman hayati di sekitar kita, kita dapat melestarikannya tanpa mengurangi nilai
materiil yang kita butuhkan (Myers, 2003).
Kita harus bisa mempelajari keanekaragaman hayati di dunia karena dengan itu kita
juga bisa mengetahui bagaimana hubungan timbal balik antara satu populasi terhadap
populasi lain. Jika di lingkup manusia kita mengenal adanya kelas-kelas seperti kasta, maka
di lingkungan hayati kita juga mengenal apa yang disebut rantai makanan dan piramida
makanan yang masing-masing mempunyai peran yang sangat penting di keseimbangan alam.
Pada urutan pertama, kita mengenal tumbuhan sebagai produsen. Lalu secara berurutan
setelahnya ada herbivora, karnivora, dan pengurai. Kita tidak dapat memisahkan mereka satu
per satu jika kita ingin mempelajari keanekaragaman hayati secara menyeluruh.
Setiap komponen biodiversitas mempunyai keterkaitan dengan yang lain.
Contohnya, perbedaan gen antara satu spesies dengan spesies yang lain menyebabkan
berlanjutnya proses adaptasi untuk mengubah kondisi alam yang semakin tak tentu, dan
melanjutkan keberadaan tanaman pangan untuk manusia, dan berbagai macam invertebrata
dan mikroorganisme untuk menyuburkan tanah. Jadi, perubahan pada komposisi dan
keberadaan spesies tertentu akan mengubah seluruh ekosistem yang ada sehingga dapat
mengubah pula seluruh sistem yang ada di dunia ini.
Jika produsen di rantai makanan semakin berkurang karena faktor perubahan alam
atau dari faktor manusia sehingga tanaman yang tumbuh di suatu lahan semakin berkurang,
bisa kita bayangkan juga berkurangnya herbivora lalu diikuti berkurangnya karnivora juga.
Hal itu akan manimbulkan ketidakseimbangan pada keadaan alam.
Memang tidak bisa dipungkiri bila manusialah faktor utama penyebab kepunahan
dibandingkan dengan faktor perubahan alam yang drastis ini. Namun jika kita melihat
dengan jeli, berdasarkan faktor perubahan alam yang sangat drastis ini, sulit sekali untuk
mengembalikan alam seperti sedia kala.
2.2 Turunnya Jumlah Biodiversitas Dunia
Para ilmuwan membagi atas empat orde kepunahan masal yang terjadi di dunia.
Orde pertama terjadi pada 65 juta tahun yang lalu yaitu saat terjadi kepunahan masal pada
dinosaurus, makhluk hidup laut, dan banyak tumbuhan di berbagai belahan dunia yang
disebabkan oleh jatuhnya asteroid ke muka bumi. Lalu saat manusia mulai muncul di muka
bumi, orde kepunahan terbagi menjadi tiga fase. Fase pertama terjadi pada lima puluh ribu
hingga seratus ribu tahun yang lalu saat manusia modern yang sudah mengenal teknologi
tradisional mulai menyebar di bumi. Fase kedua terjadi pada sepuluh ribu tahun yang lalu
saat populasi manusia semakin bertambah dan manusia mulai memakai lahan kosong untuk
bercocok-tanam. Fase ketiga terjadi mulai revolusi industri hingga sekarang. Para ilmuwan
memperkirakan bahwa setiap tahunnya keanekaragaman hayati yang dimiliki bumi
berkurang sebanyak 0,25% atau setara dengan berkurangnya 12.000 spesies di dunia
(Scakler, 1983).
Sekitar 6.300 spesies dari katak, salamander, dan kadal yang telah terdaftar dalam
kamus biologi telah punah sepertiganya setip tahun. Kepunahan jenis-jenis amfibi ini telah
diamati oleh para ilmuwan sejak tahun 1980an. Banyak faktor yang mempengaruhi
kepunahan amfibi ini, namun yang paling mencolok adalah pada hal semakin menipisnya
rawa tempat mereka hidup dan perubahan alam yang sangat drastis sehingga kulit mereka
yang berfungsi sebagai pengatur suhu tidak mempunyai cukup kekuatan untuk beradaptasi.
Akhir-akhir ini di daratan Amerika dan Australia telah ditemukan faktor lain yang cukup
mencengangkan yaitu munculnya wabah yang menyerang para amfibi dan bisa menular pada
manusia yang tidak tahan pada kondisi alam yang ekstrem, yaitu penyakit yang ditularkan
oleh chytridiomicosis. Hal ini semakin mengurangi jumlah amfibi yang ada di dunia. Padahal
amfibi termasuk golongan hewan yang cukup diperhatikan para ilmuwan karena daya tahan
tubuh mereka yang sangat resistan pada perubahan alam yang ekstrem (Wake, 2006).
Kepunahan juga terjadi pada jumlah terumbu karang yang sekitar 70% telah masuk
ke dalam daftar terumbu karang yang dilindungi pemerintah dunia karena rendahnya daya
regenerasi mereka. Karena terumbu karang ini memerlukan lebih dari seratus tahun untuk
tumbuh besar kembali seperti sekarang. Ternyata meskipun 70% terumbu karang telah
dilindungi, masih saja ada jenis terumbu karang yang dalam jumlah krisis. 20% terumbu
karang jumlahnya sudah menurun, 24% terumbu karang telah mengalami detik-detik
kepunahan, dan baru 26% yang dalam masa pembaharuan oleh pemerintah dunia (Reaka,
2006).
Kepunahan tidak hanya terjadi pada tumbuh-tumbuhan yang menyebar di seluruh
dunia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan parasit. Sekitar 10-15% parasit berjenis helminthes
seperti Thrematoda, Cestoda, Acanthocephala, dan Nematoda jumlah semakin menurun
seiring dengan menurunnya jumlah induk semang mereka yaitu hewan seperti babi hutan.
2.3 Cara Mengatasi Turunnya Biodiversitas Dunia
Cara yang biasanya dipakai oleh pemerintah dunia adalah dengan memberlakukan
peraturan-peraturan tentang konservasi alam, namun ternyata hal tersebut dinilai kurang
efektif seperti contohnya pada Kanada yang telah memiliki banyak peraturan tentang
konservasi alam yang mencakup pada perlindungan habitat, spesies-spesies hewan dan
tumbuhan, tapi ternyata tidak bisa seluruhnya melindungi biodiversitas yang ada. Bahkan,
banyak peraturan yang mengekang tentang pertanian, penebangan hutan, penggalian bahan
tambang, dan berbagai sangsi terhadap industri yang aktivitasnya dinilai mengganggu
lingkungan sekitarnya. Hingga sekarang, banyak ilmuwan yang menilai bahwa Kanada masih
tidak seimbang antara perlindungan terhadap keanekaragaman hayati dan ekploitasi yang
telah dilakukan (Muller, 2007).
Melestarikan keanekaragaman hayati bukan hanya mencoba melestarikan sumber
daya alam yang ada tetapi juga berusaha menyelamatkan elemen yang sangat penting bagi
seluruh proses alam di dunia ini.
Manusia harus meningkatkan dasar pengertian kita dari pentingnya komponen
keanekaragaman hayati dan bagaimana mereka bisa dilestarikan. Peduli terhadap seluruh
sistem biologi yang ada di dunia ini sangat penting bagi kelanjutan dari usia bumi.
Keanekaragaman hayati bukan hanya terbatas pada bagian proses evolusi mereka yang masih
menjadi misteri bagi para ilmuwan, melainkan juga keanekaragaman gen antara satu spesies
dengan spesies lain yang berbeda populasi, habitat, ekosistem, dan penyebaran di berbagai
daratan dan lautan.
Manusia juga harus berfikir bagaimana pengaruh semua tindakan mereka pada
jumlah biodiversitas dan bagaimana biodiversitas tersebut menyumbangkan hal yang sangat
penting bagi hidup mereka. Banyak hal yang telah disumbangkan oleh biodiversitas pada
manusia yaitu dalam aspek keseimbangan alam, kehidupan sosial dan budaya manusia, ilmu
pengetahuan, dan industri. Ilmu pengetahuan tentang keanekaragaman hayati adalah ilmu
pengetahuan yang dapat manusia gabungkan antara penemuan-penemuan mutakhir dengan
ilmu biologi dan ekologi. Dalam mempelajari keanekaragaman hayati, manusia dapat
mempelajari tentang perubahan ekosistem yang menandakan berbagai bencana yang akan
terjadi seperti Tsunami, pencegahan banjir, dan pencegahan meluapnya populasi hama.
Untuk memperdalam rasa saling memiliki antara manusia dengan lingkungan
sekitarnya, ada empat cara berfikir yang bisa kita laksanakan dengan mudah (Emerson,
1999), yaitu:
1. Kita memerlukan lingkungan sekitar kita.
Kita harus berfikir bahwa banyak potensi yang dihasilkan oleh alam yaitu dalam hal obat-
obatan, farmasi, dan pertanian. Kita juga membutuhkan seluruh ekosistem yang ada dan
kita membutuhkan alam yang tahan lama bukan alam yang mudah rusak seperti sekarang.
2. Kita menyayangi lingkungan sekitar kita.
Banyak keindahan alam yang telah disumbangkan lingkungan sekitar untuk hidup kita
seperti pengaruh mereka pada kualitas hidup manusia, tempat rekreasi, dan keindahan
alam lain yang membuat kita tenang saat mengerjakan sesuatu.
3. Kita harus bisa menjaga lingkungan sekitar kita.
Kita harus berfikir bahwa setiap individu mempunyai kewajiban untuk memjaga dan
melindungi keanekaragaman hayati yang ada sehingga akan selalu ada untuk anak-cucu
kita.
Lebih dari 50 tahun yang lalu, peraturan internasional yang berkaitan dengan polusi
pada khususnya dan peraturan laut pada umumnya, telah dicari untuk memecahkan kembali
konflik ini dengan mendefinisikan hukum yurisdiksi dan pertanggungjawaban beberapa
daerah pada ekosistem laut dengan lebih tepat, seperti alur Great Barrier Reef dan alur
karang Florida Keys , yang termasuk dalam macam-macam zona, yurisdiksi dari zona laut
dalam melalui teritori laut(12 mil) dan zona ekonomi eksklusif(ZEE) (Roberts, 2007).
Usaha para pemerintah lingkungan dunia dalam perlidungan sumber daya alam
kurang berhasil karena kurangnya komitmen antara semua warga dunia untuk menjaga
lingkungan, manusia yang kurang terdidik, dan ketidakjelasan dan konflik antara manajemen
sumber daya alam dan lembaga pengaturan sumber daya alam.
BAB III
KESIMPULAN
Dalam keseimbangan alam, keanekaragaman hayati sangat berpengaruh pada seluruh aspek
ekosistem yang ada karena setiap organisme memiliki ketergantungan masing-masing pada
organisme yang lain.
Hingga sekarang, telah tercatat berbagai macam kepunahan pada biodiversitas di dunia.
Contohnya, berkurangnya berbagai macam spesies amfibi dan parasit jenis helmintes pada catatan
ilmuwan biologi.
Dampak dari berkurangnya keanekaragaman hayati dunia adalah jika salah satu spesies
berkurang maka akan terganggu semua rantai makanan yang telah terdispersi dalam kehidupan ini.
Sebagai contoh, bila jumlah produsen berkurang, maka semua rantai makanan menjadi terpengaruh
dan terjadi ketidakseimbangan pada alam ini.
Cara mengatasi berkurangnya keanekaragaman hayati adalah dengan mengubah cara berfikir
kita yaitu bukan alamlah yang melayani kita namun kitalah yang harus melayani alam sekitar kita,
karena sekarang alam kita sedang krisis keberadaan dan jumlah.