Keanekaragaman hayati

15
Kata Pengantar Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWTyang telah member ilmu, perlindungan, bimbingan, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas ini dapat selesai. Tugas dengan judul Dampak Berkurangnya Keanekaragaman Hayati terhadap Keberlangsungan Hidup , merupakan salah satu persyaratan untuk pengumpulan nilai tugas. Tim penulis mengucapkan terimakasih pada semua pihak atas bimbingan, bantuan, dorongan moril serta bantuan materiil sehingga tugas ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Mukhtasor, M.Eng yang telah member kesempatan pada penulis untuk berlatih mengerjakan soal Pengantar Ilmu Lingkungan secara ilmiah. 2. Ayah, ibu, adik dan seluruh keluarga yang telah memberikan motivasi dan doa restu hingga tugas ini selesai disusun. 3. Teman-teman Teknik Lingkungan dan Teknik Kelautan yang telah memberi semangat agar tugas ini dapat segera diselesaikan. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya.

description

Keanekaragaman hayati di dunia

Transcript of Keanekaragaman hayati

Page 1: Keanekaragaman hayati

Kata Pengantar

Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWTyang telah member ilmu,

perlindungan, bimbingan, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas ini dapat selesai.

Tugas dengan judul Dampak Berkurangnya Keanekaragaman Hayati terhadap

Keberlangsungan Hidup , merupakan salah satu persyaratan untuk pengumpulan nilai tugas.

Tim penulis mengucapkan terimakasih pada semua pihak atas bimbingan, bantuan,

dorongan moril serta bantuan materiil sehingga tugas ini dapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Mukhtasor, M.Eng yang telah member kesempatan pada penulis untuk berlatih

mengerjakan soal Pengantar Ilmu Lingkungan secara ilmiah.

2. Ayah, ibu, adik dan seluruh keluarga yang telah memberikan motivasi dan doa restu hingga

tugas ini selesai disusun.

3. Teman-teman Teknik Lingkungan dan Teknik Kelautan yang telah memberi semangat agar

tugas ini dapat segera diselesaikan.

Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Penulis mengharapkan saran dan

kritik demi kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya.

Surabaya, 12 Oktober 2009

Penulis

Page 2: Keanekaragaman hayati

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bumi kita yang kita kenal selalu hidup dan selalu bisa memenuhi kebutuhan manusia

lewat hasil-hasil alam yang dapat diperbaharui sesuai titik maksimal daya regenarsinya,

ternyata sekarang sudah semakin tua dan semakin tidak bisa lagi kita andalkan untuk

meregenerasikan dirinya sendiri serta sumber daya alam yang kita butuhkan tanpa bantuan

atau campur tangan manusia.

Ternyata semakin tua bumi kita ini, bukan semakin baik untuk tempat tinggal

manusia generasi selanjutnya, namun semakin tidak layak untuk ditinggali manusia baru.

Contohnya atmosfer bumi yang semakin lama semakin kotor dan berlubang membuat bumi

serta apapun yang di dalamnya tidak terlindung dari sengatan sinar ultraviolet yang bisa

merusak kadar klorofil atau zat hijau daun berbagai tumbuhan. Hal itu dapat menyebabkan

adanya tumbuhan jenis baru yang berbeda dengan induknya karena pengaruh mutasi dari

sengatan sinar ultraviolet. Tumbuhan baru tersebut tidak selalu lebih resistan terhadap

perubahan alam dibandingkan tumbuhan induk, namun tumbuhan baru tersebut semakin

tidak resistan.

Lapisan bumi bagian litosfer juga semakin lama semakin tidak teratur. Akhir-akhir

ini sudah terjadi banyak gempa bumi yang diakibatkan oleh pergeseran lempeng bumi. Hal

tersebut mengakibatkan banyak kerugian yang harus ditanggung sendiri oleh alam seperti

hilangnya kesuburan tanah, vegetasi alami, dan perubahan struktur tanah yang semakin tidak

jelas yang mengakibatkan banyak vegetasi tidak dapat tumbuh lagi di daerah tersebut.

Page 3: Keanekaragaman hayati

Perubahan alam yang drastis ini bukan semata-mata kesalahan manusia, tetapi alam

sendiri juga mempunyai andil dalam perubahan yang menyebabkan kerugian secara materiil

maupun non materiil.

1.2 Tujuan

Manusia masa depan yang diharapkan lahir oleh bumi kita ini bukanlah manusia

yang kaya secara materiil, namun yang diharapkan ada adalah manusia yang semakin peduli

pada perubahan alam yang sudah sering dibahas pada literatur-literatur ilmiah. Manusia

tersebut harus bisa menjaga alam dengan mengurangi sebab-sebab perubahan alam ini seperti

pengurangan kendaraan bermotor untuk kadar CO di alam. Selain itu manusia masa depan

juga harus bisa mengonservasi alam yang terlanjur rusak ini baik secara kuantitatif maupun

kualitatif. Secara kuantitatif contohnya adalah memperbanyak jumlah hutan dengan cara

reboisasi untuk mengurangi polusi dan memperbanyak paru-paru kota. Secara kualitatif

contohnya adalah dengan memperbaiki struktur tanah yang rusak akibat gempa sehingga

tanah tersebut bisa ditanami berbagai vegetasi lagi dengan cara memberi kompos dari sisa

sampah rumah tangga.

1.3 Rumusan Masalah

a. Seberapa seriuskah pengurangan jumlah keanekaragaman hayati?

b. Seberapa banyakkah pengurangan jumlah keanekaragaman hayati di dunia hingga saat

ini?

c. Apakah akibat dari berkurangnya keanekaragaman hayati tersebut terhadap

berlangsungnya kehidupan?

d. Bagaimana cara mengatasi berkurangnya keanekaragaman hayati di dunia?

1.4 Metode Penulisan

Metode yang penulis pakai adalah metode literatur yaitu pengumpulan informasi-

informasi dari berbagai literatur yang ada seperti jurnal dan proceeding.

Page 4: Keanekaragaman hayati

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Keterkaitan antara Biodiversitas dan Keseimbangan Alam

Sekitar 150 tahun yang lalu, seorang peneliti biologi terkenal bernama Alfred Russel

Wallace melakukan hal yang mencengangkan yaitu membagi beberapa wilayah dunia sesuai

dengan keanekaragaman hayati yang dimilikinya. Di dunia ini terdapat 34 tempat yang

disebut-sebut sebagai surga biodiversitas karena terkenal akan keanekaragaman hayati yang

sangat mengundang perhatian dunia (Sodhi et al, 2008). Tempat-tempat itu biasanya terdapat

di daerah yang memiliki iklim tropis sehingga terdapat banyak jenis tumbuhan dan hewan

yang bahkan sampai sekarang belum semuanya memiliki nama dalam kamus biologi.

Namun ternyata daerah yang memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah

tersebut juga memiliki jumlah manusia yang meilmpah seperti di daerah Asia Tenggara.

Manusia tersebut tidak dapat menjaga kondisi alamnya agar biodiversitas yang mereka miliki

tidak cepat habis, tetapi malah mengeksplorasinya dalam jumlah yang berlebihan. Mereka

menggunakan semua lahan untuk dijadikan rumah, perkantoran, dan tempat perbelanjaan

tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi pada penurunan jumlah biodiversitas karena

berkurangnya lahan untuk hidup. Biasanya manusia hanya memikirkan kokoh tidaknya

bangunan mereka terhadap segala macam bencana yang akan terjadi seperti gempa bumi dan

badai, tetapi mereka tidak pernah memperhatikan masalah dimana para burung dan hewan

lainnya akan tinggal setelah bangunan itu berdiri.

Dan sekarang yang sedang diberlakukan oleh pemerintah dunia adalah nilai dari

keanekaragaman hayati pada seluruh aspek kehidupan manusia dibandingkan eksplorasi

lahan karena berkurangnya keanekaragaman hayati juga akan mengganggu jumlah bahan

pangan yang bisa didapat oleh manusia. Secara ilmu biologi, keanekaragaman hayati seperi

hutan hujan tropis dan terumbu karang adalah sesuatu yang sangat berharga bagi lingkungan

hidup baik secara global maupun secara level komunitas, dan hasil-hasil dari sumber daya

alam inilah yang mempunyai nilai lebih dalam hal meteriil yang hanya bisa diperbaharui

beberapa tahun kemudian, tetapi justru yang paling banyak dieksplorasi oleh manusia.

Page 5: Keanekaragaman hayati

Mempelajari keanekaragaman hayati tidak bisa dibandingkan dengan mempelajari

matematika dan fisika karena dalam bidang ini manusia harus mempelajari segala aspek

kehidupan dalam keanekaragaman hayati seperti asal-usulnya, kebiasaannya, komunitasnya,

dan jumalahnya dalam sebuah ekosistem. Kita memang bisa menggunakan data-data untuk

mempelajari jumlahnya, namun kita tidak dapat mempelajari kebiasaanya hanya dalam

bentuk data-data saja. Jika kita sudah dapat mempelajari semua aspek kehidupan

keanekaragaman hayati di sekitar kita, kita dapat melestarikannya tanpa mengurangi nilai

materiil yang kita butuhkan (Myers, 2003).

Kita harus bisa mempelajari keanekaragaman hayati di dunia karena dengan itu kita

juga bisa mengetahui bagaimana hubungan timbal balik antara satu populasi terhadap

populasi lain. Jika di lingkup manusia kita mengenal adanya kelas-kelas seperti kasta, maka

di lingkungan hayati kita juga mengenal apa yang disebut rantai makanan dan piramida

makanan yang masing-masing mempunyai peran yang sangat penting di keseimbangan alam.

Pada urutan pertama, kita mengenal tumbuhan sebagai produsen. Lalu secara berurutan

setelahnya ada herbivora, karnivora, dan pengurai. Kita tidak dapat memisahkan mereka satu

per satu jika kita ingin mempelajari keanekaragaman hayati secara menyeluruh.

Setiap komponen biodiversitas mempunyai keterkaitan dengan yang lain.

Contohnya, perbedaan gen antara satu spesies dengan spesies yang lain menyebabkan

berlanjutnya proses adaptasi untuk mengubah kondisi alam yang semakin tak tentu, dan

melanjutkan keberadaan tanaman pangan untuk manusia, dan berbagai macam invertebrata

dan mikroorganisme untuk menyuburkan tanah. Jadi, perubahan pada komposisi dan

keberadaan spesies tertentu akan mengubah seluruh ekosistem yang ada sehingga dapat

mengubah pula seluruh sistem yang ada di dunia ini.

Jika produsen di rantai makanan semakin berkurang karena faktor perubahan alam

atau dari faktor manusia sehingga tanaman yang tumbuh di suatu lahan semakin berkurang,

bisa kita bayangkan juga berkurangnya herbivora lalu diikuti berkurangnya karnivora juga.

Hal itu akan manimbulkan ketidakseimbangan pada keadaan alam.

Memang tidak bisa dipungkiri bila manusialah faktor utama penyebab kepunahan

dibandingkan dengan faktor perubahan alam yang drastis ini. Namun jika kita melihat

dengan jeli, berdasarkan faktor perubahan alam yang sangat drastis ini, sulit sekali untuk

mengembalikan alam seperti sedia kala.

Page 6: Keanekaragaman hayati

2.2 Turunnya Jumlah Biodiversitas Dunia

Para ilmuwan membagi atas empat orde kepunahan masal yang terjadi di dunia.

Orde pertama terjadi pada 65 juta tahun yang lalu yaitu saat terjadi kepunahan masal pada

dinosaurus, makhluk hidup laut, dan banyak tumbuhan di berbagai belahan dunia yang

disebabkan oleh jatuhnya asteroid ke muka bumi. Lalu saat manusia mulai muncul di muka

bumi, orde kepunahan terbagi menjadi tiga fase. Fase pertama terjadi pada lima puluh ribu

hingga seratus ribu tahun yang lalu saat manusia modern yang sudah mengenal teknologi

tradisional mulai menyebar di bumi. Fase kedua terjadi pada sepuluh ribu tahun yang lalu

saat populasi manusia semakin bertambah dan manusia mulai memakai lahan kosong untuk

bercocok-tanam. Fase ketiga terjadi mulai revolusi industri hingga sekarang. Para ilmuwan

memperkirakan bahwa setiap tahunnya keanekaragaman hayati yang dimiliki bumi

berkurang sebanyak 0,25% atau setara dengan berkurangnya 12.000 spesies di dunia

(Scakler, 1983).

Sekitar 6.300 spesies dari katak, salamander, dan kadal yang telah terdaftar dalam

kamus biologi telah punah sepertiganya setip tahun. Kepunahan jenis-jenis amfibi ini telah

diamati oleh para ilmuwan sejak tahun 1980an. Banyak faktor yang mempengaruhi

kepunahan amfibi ini, namun yang paling mencolok adalah pada hal semakin menipisnya

rawa tempat mereka hidup dan perubahan alam yang sangat drastis sehingga kulit mereka

yang berfungsi sebagai pengatur suhu tidak mempunyai cukup kekuatan untuk beradaptasi.

Akhir-akhir ini di daratan Amerika dan Australia telah ditemukan faktor lain yang cukup

mencengangkan yaitu munculnya wabah yang menyerang para amfibi dan bisa menular pada

manusia yang tidak tahan pada kondisi alam yang ekstrem, yaitu penyakit yang ditularkan

oleh chytridiomicosis. Hal ini semakin mengurangi jumlah amfibi yang ada di dunia. Padahal

amfibi termasuk golongan hewan yang cukup diperhatikan para ilmuwan karena daya tahan

tubuh mereka yang sangat resistan pada perubahan alam yang ekstrem (Wake, 2006).

Kepunahan juga terjadi pada jumlah terumbu karang yang sekitar 70% telah masuk

ke dalam daftar terumbu karang yang dilindungi pemerintah dunia karena rendahnya daya

regenerasi mereka. Karena terumbu karang ini memerlukan lebih dari seratus tahun untuk

tumbuh besar kembali seperti sekarang. Ternyata meskipun 70% terumbu karang telah

dilindungi, masih saja ada jenis terumbu karang yang dalam jumlah krisis. 20% terumbu

karang jumlahnya sudah menurun, 24% terumbu karang telah mengalami detik-detik

Page 7: Keanekaragaman hayati

kepunahan, dan baru 26% yang dalam masa pembaharuan oleh pemerintah dunia (Reaka,

2006).

Kepunahan tidak hanya terjadi pada tumbuh-tumbuhan yang menyebar di seluruh

dunia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan parasit. Sekitar 10-15% parasit berjenis helminthes

seperti Thrematoda, Cestoda, Acanthocephala, dan Nematoda jumlah semakin menurun

seiring dengan menurunnya jumlah induk semang mereka yaitu hewan seperti babi hutan.

2.3 Cara Mengatasi Turunnya Biodiversitas Dunia

Cara yang biasanya dipakai oleh pemerintah dunia adalah dengan memberlakukan

peraturan-peraturan tentang konservasi alam, namun ternyata hal tersebut dinilai kurang

efektif seperti contohnya pada Kanada yang telah memiliki banyak peraturan tentang

konservasi alam yang mencakup pada perlindungan habitat, spesies-spesies hewan dan

tumbuhan, tapi ternyata tidak bisa seluruhnya melindungi biodiversitas yang ada. Bahkan,

banyak peraturan yang mengekang tentang pertanian, penebangan hutan, penggalian bahan

tambang, dan berbagai sangsi terhadap industri yang aktivitasnya dinilai mengganggu

lingkungan sekitarnya. Hingga sekarang, banyak ilmuwan yang menilai bahwa Kanada masih

tidak seimbang antara perlindungan terhadap keanekaragaman hayati dan ekploitasi yang

telah dilakukan (Muller, 2007).

Melestarikan keanekaragaman hayati bukan hanya mencoba melestarikan sumber

daya alam yang ada tetapi juga berusaha menyelamatkan elemen yang sangat penting bagi

seluruh proses alam di dunia ini.

Manusia harus meningkatkan dasar pengertian kita dari pentingnya komponen

keanekaragaman hayati dan bagaimana mereka bisa dilestarikan. Peduli terhadap seluruh

sistem biologi yang ada di dunia ini sangat penting bagi kelanjutan dari usia bumi.

Keanekaragaman hayati bukan hanya terbatas pada bagian proses evolusi mereka yang masih

menjadi misteri bagi para ilmuwan, melainkan juga keanekaragaman gen antara satu spesies

dengan spesies lain yang berbeda populasi, habitat, ekosistem, dan penyebaran di berbagai

daratan dan lautan.

Manusia juga harus berfikir bagaimana pengaruh semua tindakan mereka pada

jumlah biodiversitas dan bagaimana biodiversitas tersebut menyumbangkan hal yang sangat

penting bagi hidup mereka. Banyak hal yang telah disumbangkan oleh biodiversitas pada

Page 8: Keanekaragaman hayati

manusia yaitu dalam aspek keseimbangan alam, kehidupan sosial dan budaya manusia, ilmu

pengetahuan, dan industri. Ilmu pengetahuan tentang keanekaragaman hayati adalah ilmu

pengetahuan yang dapat manusia gabungkan antara penemuan-penemuan mutakhir dengan

ilmu biologi dan ekologi. Dalam mempelajari keanekaragaman hayati, manusia dapat

mempelajari tentang perubahan ekosistem yang menandakan berbagai bencana yang akan

terjadi seperti Tsunami, pencegahan banjir, dan pencegahan meluapnya populasi hama.

Untuk memperdalam rasa saling memiliki antara manusia dengan lingkungan

sekitarnya, ada empat cara berfikir yang bisa kita laksanakan dengan mudah (Emerson,

1999), yaitu:

1. Kita memerlukan lingkungan sekitar kita.

Kita harus berfikir bahwa banyak potensi yang dihasilkan oleh alam yaitu dalam hal obat-

obatan, farmasi, dan pertanian. Kita juga membutuhkan seluruh ekosistem yang ada dan

kita membutuhkan alam yang tahan lama bukan alam yang mudah rusak seperti sekarang.

2. Kita menyayangi lingkungan sekitar kita.

Banyak keindahan alam yang telah disumbangkan lingkungan sekitar untuk hidup kita

seperti pengaruh mereka pada kualitas hidup manusia, tempat rekreasi, dan keindahan

alam lain yang membuat kita tenang saat mengerjakan sesuatu.

3. Kita harus bisa menjaga lingkungan sekitar kita.

Kita harus berfikir bahwa setiap individu mempunyai kewajiban untuk memjaga dan

melindungi keanekaragaman hayati yang ada sehingga akan selalu ada untuk anak-cucu

kita.

Lebih dari 50 tahun yang lalu, peraturan internasional yang berkaitan dengan polusi

pada khususnya dan peraturan laut pada umumnya, telah dicari untuk memecahkan kembali

konflik ini dengan mendefinisikan hukum yurisdiksi dan pertanggungjawaban beberapa

daerah pada ekosistem laut dengan lebih tepat, seperti alur Great Barrier Reef dan alur

karang Florida Keys , yang termasuk dalam macam-macam zona, yurisdiksi dari zona laut

dalam melalui teritori laut(12 mil) dan zona ekonomi eksklusif(ZEE) (Roberts, 2007).

Usaha para pemerintah lingkungan dunia dalam perlidungan sumber daya alam

kurang berhasil karena kurangnya komitmen antara semua warga dunia untuk menjaga

Page 9: Keanekaragaman hayati

lingkungan, manusia yang kurang terdidik, dan ketidakjelasan dan konflik antara manajemen

sumber daya alam dan lembaga pengaturan sumber daya alam.

Page 10: Keanekaragaman hayati

BAB III

KESIMPULAN

Dalam keseimbangan alam, keanekaragaman hayati sangat berpengaruh pada seluruh aspek

ekosistem yang ada karena setiap organisme memiliki ketergantungan masing-masing pada

organisme yang lain.

Hingga sekarang, telah tercatat berbagai macam kepunahan pada biodiversitas di dunia.

Contohnya, berkurangnya berbagai macam spesies amfibi dan parasit jenis helmintes pada catatan

ilmuwan biologi.

Dampak dari berkurangnya keanekaragaman hayati dunia adalah jika salah satu spesies

berkurang maka akan terganggu semua rantai makanan yang telah terdispersi dalam kehidupan ini.

Sebagai contoh, bila jumlah produsen berkurang, maka semua rantai makanan menjadi terpengaruh

dan terjadi ketidakseimbangan pada alam ini.

Cara mengatasi berkurangnya keanekaragaman hayati adalah dengan mengubah cara berfikir

kita yaitu bukan alamlah yang melayani kita namun kitalah yang harus melayani alam sekitar kita,

karena sekarang alam kita sedang krisis keberadaan dan jumlah.