KEANEKARAGAMAN DAN POTENSI VEKTOR PENYAKIT ...repository.uinjambi.ac.id/3013/1/NURJANNAH - NIM....
Transcript of KEANEKARAGAMAN DAN POTENSI VEKTOR PENYAKIT ...repository.uinjambi.ac.id/3013/1/NURJANNAH - NIM....
-
i
KEANEKARAGAMAN DAN POTENSI VEKTOR PENYAKIT
NYAMUK (DIPTERA: CULICIDAE) DI DESA SIMPANG
SUNGAI DUREN, KECAMATAN JALUKO,
KABUPATEN MUARO JAMBI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Strata
Satu (S-1) dalam ilmu pendidikan
NURJANNAH
NIM. TB 151008
PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2019
-
ii
-
iii
-
iv
-
v
-
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya tulis ini teruntuk:
Ibu (Hj. Nuhra) dan Alm. Ayah (Iskandar)
Yang telah memberikan dukungan moril maupun materi serta do’a yang
tiada henti untuk kesuksesanku, karna tiada kata seindah lantunan do’a
dan tiada do’a yang paling khusu’ selain do’a dari orang tua.
Terima kasih ibu, atas cinta dan kasih sayang yang engkau berikan
selama ini.
Terima kasih ayah atas tetes keringat yang bercucuran demi
kesuksesan masa depanku, semoga engkau bahagia melihatku memakai
toga meskipun kita berada di alam yang berbeda.
Hanya ini yang dapat ku persembahkan
sebuah karya kecil namun terdapat perjuangan yang sangat tidak
mudah untuk mencapainya.
Tidak lupa kepada Bapak Dr. Abdul Malik, M.Si dan Ibu Suraida, M.Si
selaku dosen pembimbing skripsi yang banyak memberikan masukan dan
saran serta Bapak Bayu Kurniawan, M.Si yang juga banyak membantu.
Kepada teman-teman Tadris Biologi angkatan 15 yang selalu
memberikan semangat dan motivasi.
-
vii
MOTTO
ا َه َق ْو ا َف َم وَضًة َف ُع ا َب ا َم ًل َث َب َم ْن َيضِْر ي َأ ِي ْح َت ْس ا َي نَّ اللََّه َل ۚ ِإ
ْم بِِّه ْن َر َحقُّ ِم نَُّه اْل وَن َأ ُم َل ْع َي وا َف ُن يَن آَم مَّا الَِّذ َأ يَن ۚ َف مَّا الَِّذ َأ َو
َه اَد اللَُّه ِب َر ا َأ اَذ وَن َم وُل ُق َي وا َف ُر َف ا ۚ َك ًل َث ا َم ِه َك ۚ َذ ِضلُّ ِب ا ُي يًر ِث
ا يًر ِث ِه َك ِدي ِب ْه َي يَن ۚ َو ِق اِس َف لَّا اْل ِه ِإ ِضلُّ ِب ا ُي َم (٢٦)َو
Artinya:
Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk
atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka
yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir
mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?".
Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan
perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. dan tidak ada
yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik. (QS. Surah Al-Baqarah
ayat 26).
-
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat serta
kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Keanekaragaman dan Potensi Vektor Penyakit Jenis Nyamuk
(Diptera:Culicidae) di Desa Simpang Sungai Duren Kecamatan Jaluko
Kabupaten Muaro Jambi”.
Tujuan penulisan skripsi ini untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) bagi mahasiswa program S-1 di program studi
Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak,
sehingga pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa
hormat penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya bagi semua
pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil baik langsung
maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai, terutama
kepada yang saya hormati:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA sebagai Rektor Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Ibu Dr. Hj. Armida, M.Pd sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Ibu Reny Safita, S.Pt., M.Pd dan Bapak Fery Kurniawan, M.Si sebagai
Ketua dan Sekretaris Program Studi Tadris Biologi Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Dr. Abdul Malik, M. Si dan Ibu Suraida, M.Si sebagai dosen
pembimbing I dan pembimbing II yang telah banyak memberikan kritik
dan saran maupun arahan yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi
ini.
-
ix
5. Bapak Mulyadi sebagai Kepala Desa Simpang Sungai Duren dan Bapak
Purnawan sebagai Ketua RT 06 yang telah banyak memberikan informasi
dan data yang di perlukan guna menunjang selesainya skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menjadi
bahan masukan dalam dunia pendidikan serta bermanfaat dalam pengembangan
ilmu.
Jambi, 18 Mei 2019
Nurjannah
TB 151008
-
x
ABSTRAK
Nama : Nurjannah
Prodi : Tadris Biologi
Judul : Keanekaragaman dan Potensi Vektor Penyakit Jenis Nyamuk
(Diptera: Culicidae) di Desa Simpang Sungai Duren Kecamatan
Jaluko Kabupaten Muaro Jambi
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Keanekaragaman dan
Potensi Vektor Penyakit yang disebabkan oleh Nyamuk (Diptera: Culicidae) di
Desa Simpang Sungai Duren Kecamatan Jaluko Kabupaten Muaro Jambi.
Penelitian ini dilakukan pada Februari 2019. Nyamuk diidentifikasi berdasarkan
karakter morfologi dan dicocokkan dengan kunci determinasi. Data analisis
menggunakan indeks keanekaragaman (shanon-wienner) dan dominansi
(Simpson). Instrumen Pengumpulan Data berupa Observasi dan Dokumentasi.
Hasil penelitian jenis nyamuk yang terkoleksi terdapat dua spesies yaitu Aedes
albopictus sebagai vektor demam berdarah dengue (DBD) dan Armigeres sp
sebagai vektor filariasis. Secara keseluruhan nilai indeks keanekaragaman
termasuk dalam kategori rendah.
Kata kunci: Keanekaragaman, Vektor, Nyamuk
-
xi
ABSTRACT
Name : Nurjannah
Major : Tadris Biologi
Title : The Diversity and Disease Vector Potential of Type of Mosquito
(Diptera: Culicidae) at Simpang Sungai Duren Village Jaluko
District Muaro Jambi Regency
The purpose of this research is to know The Diversity and Disease Vector
Potential caused by type of Mosquito Diptera: Culicidae at Simpang Sungai
Duren Village Jaluko District Muaro Jambi Regency. This research was
conducted on February 2019. Mosquito was identified based on the morphology
character and matched with determination key. The data analysis was done by
using diversity index (shanon-wienner) and dominancy (Simpson). The
instrument of collecting the data was observation and documentation. The result
of collected type of mosquito is there were two type two species those were Aedes
albopictus as the vector of dengue blood fever (DBD) and Armigeressp as the
vector of filariasis. Totally the index number of diverse was categorized into low
category.
Keywords: the diversity, vector, Mosquito
-
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
NOTA DINAS ............................................................................................ ii
PENGESAHAN ......................................................................................... iv
PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... vi
MOTTO ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
ABSTRAK ................................................................................................. x
ABSTRACT ............................................................................................... xi
DAFTAR ISI .............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Fokus permasalahan ...................................................................... 2
C. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
D. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
E. Manfaat Penelitian ........................................................................ 3
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik .............................................................................. 4
1. Insekta ..................................................................................... 4
2. Taksonomi Nyamuk ................................................................ 4
3. Siklus Hidup Nyamuk ............................................................. 5
4. Jenis-jenis nyamuk berbahaya ................................................ 9
5. Siklus Hidup Pathogen yang dibawa Nyamuk ....................... 10
6. Habitat Nyamuk ...................................................................... 11
7. Potensi Vektor Nyamuk .......................................................... 13
8. Faktor Abiotik yang Mempengaruhi Perkembangan Nyamuk 15
B. Penelitian yang Relevan ................................................................ 16
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu penelitian ....................................................... 20
B. Metode Penelitian ......................................................................... 21
C. Alat dan Bahan .............................................................................. 21
D. Prosedur Kerja .............................................................................. 22
1. Studi Pendahuluan .................................................................. 22
2. Persiapan Alat ......................................................................... 22
-
xiii
3. Pengukuran Parameter Lingkungan ........................................ 22
4. Koleksi Nyamuk ..................................................................... 23
5. Perhitungan Nyamuk .............................................................. 24
6. Pengawetan Nyamuk .............................................................. 24
7. Identifikasi Nyamuk ............................................................... 24
E. Analisis Data ................................................................................. 25
1. Analisis Deskripsi ................................................................... 25
2. Analisis Statistik...................................................................... 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ............................................................................................. 28
B. Pembahasan ................................................................................... 36
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 39
B. Saran .............................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
-
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Siklus hidup nyamuk 5
Gambar 2.2 Telur nyamuk 5
Gambar 2.3 Larva nyamuk Anopheline; Culicine 7
Gambar 2.4 Pupa nyamuk 7
Gambar 2.5 Morfologi nyamuk dewasa; kepala nyamuk Anopheline;
Kepala nyamuk culicine
8
Gambar 2.6 thorax; Kaki 8
Gambar 2.7 Sayap; Abdomen tumpul; Abdomen runcing 9
Gambar 2.8 Siklus hidup pathogen yang dibawa nyamuk 11
Gambar 3.1 Peta Desa Simpang Sungai Duren 20
Gambar 3.2 Insect net 23
Gambar 3.3 Card point 24
Gambar 4.1 perbedaan Scutum Ae. aegypti, dan Ae. albopictus 29
Gambar 4.2 Scutum pada Ae. albopictus 29
Gambar 4.3 Perbedaan femur pada Ae. aegypti dan Ae. albopictus 30
Gambar 4.4 Femur pada Ae. albopictus 30
Gambar 4.5 Morfologi nyamuk Armigeres sp 31
Gambar 4.6 Grafik fluktuasi nyamuk yang tertangkap tiap pengulangan 32
Gambar 4.7 Persentase cacah individu yang terkoleksi di lokasi penelitian 32
-
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hasil penelitian yang relevan 16
Tabel 3.1 Daftar alat yang digunakan beserta fungsinya 21
Tabel 3.2 Daftar bahan yang digunakan beserta fungsinya 22
Tabel 3.3 Jadwal pelaksanaan penelitian 27
Tabel 4.1 Imago nyamuk (Diptera: Culicidae) yang terkoleksi 28
Tabel 4.2 Perbandingan nilai Indeks keanekaragaman dan dominansi
nyamuk (Diptera: Culicidae) yang terkoleksi
33
Tabel 4.3 Perbandingan indeks keanekaragaman dan indeks
dominansi nyamuk (Diptera: Culicidae) yang terkoleksi
tiap pengulangan
34
Tabel 4.4 Pengukuran suhu udara dan kelembaban di lapangan 35
-
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Demografi wilayah 45
Lampiran 2 Perhitungan indeks keanekaragaman dan dominansi 48
Lampiran 3 Dokumentasi di lapangan 51
-
1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyakit menular yang disebabkan oleh vektor seperti demam berdarah
dengue (DBD), malaria, filariasis (kaki gajah), dan Japanese B. encephalitis masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia.
Berdasarkan data yang didapat dari Puskesmas Desa Simpang Sungai
Duren diketahui ada 14 kasus Demam Berdarah Dengue selama tahun 2018, pada
bulan Januari terdapat 1 kasus, Februari 1 kasus, Oktober 1 kasus, November 6
kasus dan Desember 5 kasus. Sementara untuk kasus Malaria Klinis terdapat 523
kasus tetapi setelah melaksanakan pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil
negatif Malaria. Untuk kasus Filariasis dan Chikungunya pada tahun 2018 tidak
terdapat kasus.
Rukun Tetangga 06 merupakan salah satu Rukun Tetangga yang berada di
Desa Simpang Sungai Duren Kecamatan Jaluko Kabupaten Muaro Jambi.
Wilayah ini banyak terdapat perumahan dan kos-kosan dikarenakan wilayah ini
terdapat perguruan tinggi menjadikan kondisi wilayah pemukiman ini cukup padat
dan kurang tertata, dibeberapa sekitaran rumah warga banyak terdapat pohon
coklat, duku dan durian serta semak-semak yang jaraknya tidak jauh dari rumah
warga. Wilayah ini memperoleh suplai air dari sumur gali dan PDAM yang
mengalir setiap hari sehingga dijumpai tempat-tempat penampungan air baik di
dalam maupun di luar rumah. dibeberapa rumah warga juga ditemukan selokan
yang tidak mengalir sehingga menyebabkan aliran air tidak mengalir dengan
lancar, selain itu pada saat musim hujan banyak terdapat genangan sisa air hujan
di sekitar rumah warga.
Banyaknya warga yang kurang peduli dengan kebersihan dan tingkat
kesadaran warga yang masih rendah terutama dalam membersihkan
tempat-tempat penampungan air baik di dalam rumah maupun di luar rumah serta
tempat-tempat yang menampung air hujan yang berpotensi menjadi sarang
nyamuk.
-
2
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Berdasarkan observasi yang dilakukan, di beberapa rumah penduduk
masih ditemukan larva nyamuk pada tempat-tempat penampungan air di dalam
rumah maupun di lingkungan sekitar rumah. Kondisi tersebut dapat meningkatkan
perkembangan vektor penyebab penyakit dan beresiko terjadi peningkatan jumlah
kasus seperti DBD, Malaria, Cikungunya dan Filariasis.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan peneliti
tertarik untuk mengetahui “Keanekaragaman dan Potensi Vektor Penyakit
Nyamuk (Diptera: Culicidae) di Desa Simpang Sungai Duren, Kecamatan
Jaluko, Kabupaten Muaro Jambi”.
B. Fokus Permasalahan
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan semula maka peneliti
hanya berfokus pada masalah yang hanya berhubungan dengan Keanekaragaman
dan Potensi Vektor Penyakit Jenis Nyamuk Diptera: Culicidae di RT 06 Desa
Simpang Sungai Duren.
C. Rumusan Masalah
1. Jenis nyamuk apa saja yang ada di Desa Simpang Sungai Duren
Kecamatan Jaluko Muaro Jambi?
2. Bagaimana keanekaragaman nyamuk yang berada di Desa Simpang
Sungai Duren Kecamatan Jaluko Muaro Jambi?
3. Bagaimana potensi vektor penyakit yang disebabkan oleh nyamuk di Desa
Simpang Sungai Duren Kecamatan Jaluko Muaro Jambi?
-
3
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui jenis nyamuk yang ada di Desa Simpang Sungai Duren
Kecamatan Jaluko Muaro Jambi.
2. Mengetahui keanekaragaman nyamuk yang berada di Desa Simpang
Sungai Duren Kecamatan Jaluko Muaro Jambi.
3. Mengetahui potensi vektor penyakit yang disebabkan oleh jenis nyamuk di
Desa Simpang Sungai Duren Kecamatan Jaluko Muaro Jambi.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:
1. Bagi masyarakat
a. Memberikan data penyebaran nyamuk dan potensi vektor penyakit
khususnya Desa Simpang Sungai Duren Kecamatan Jaluko Muaro
Jambi.
b. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang daerah distribusi
yang menjadi habitat nyamuk sehingga dapat melakukan tindakan
pencegahan pada keluarga.
2. Bagi pendidik
Sebagai informasi tambahan dalam mengajar mengenai nyamuk yang
dapat menyebabkan penyakit Demam Berdarah Dengue, Malaria, Filariasis,
dan Chikungunya.
3. Bagi peneliti
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk program
atau kebijakan dan diaplikasikan pada masyarakat.
-
4
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian teoritik
1. Insekta
Insekta atau serangga disebut juga Hexapoda merupakan kelas yang
terbesar di dalam Arthropoda, beranggotakan kurang lebih 675.000 spesies
yang tersebar di semua penjuru dunia. Habitat insekta disemua tempat, kecuali
di laut. Sebagian hidup di dalam air tawar, tanah lumpur, parasit pada macam-
macam tumbuhan atau hewan lainnya. Beberapa insekta sebagai penyebar
penyakit yang disebabkan oleh bakteri, protozoa, virus dan lain-lain. Ciri-ciri
khusus insekta adalah tubuh terdiri atas caput, thorax dan abdomen. Pada
caput terdapat antena, mata dan mulut dengan bagian-bagiannya. Thorax
terdiri atas tiga pasang kaki yang beruas-ruas, dan sepasang sayap. Abdomen
terdiri atas kurang lebih 11 buku dengan beberapa bagian terminal, misalnya
genital (Yasin, hal 202).
Kelas insekta memiliki 28 ordo dimana nyamuk termasuk ke dalam
ordo diptera pada famili culicidae dengan ciri-ciri tubuh langsing, proboscis
panjang, sayap mempunyai rumbai sisik. Larva mempunyai kepala yang besar
dan abdomen yang panjang (Yasin, hal 230).
2. Taksonomi nyamuk
Klasifikasi nyamuk secara taksonomi yaitu:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Culicidae
Sumber: (Borror et al, 1992)
4
http://eol.org/pages/1/overviewhttp://eol.org/pages/164/overviewhttp://eol.org/pages/344/overviewhttp://eol.org/pages/421/overview
-
5
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
3. Siklus hidup nyamuk
Menurut Soegijanto (2006) dalam Mursyidah (2017), hal 12) siklus
hidup pada nyamuk dapat dikatakan sebagai metamorfosis sempurna karena
mengalami empat tahapan stadium dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan. Tahapan stadium meliputi telur, larva, pupa dan dewasa.
Waktu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dari telur sampai dewasa berkisar
7-14 hari yang tergantung pada suhu, kelembaban, kondisi air dan kandungan
zat makanan serta spesies nyamuk.
Gambar 2.1 Siklus hidup nyamuk
Sumber : Medical Entomology, 2008
a. Telur Nyamuk
Pada stadium telur, biasanya nyamuk meletakkan telurnya di
tempat yang berair agar tidak mengalami kerusakan bahkan kematian.
Pada awalnya telur berwarna putih, beberapa jam kemudian akan
berwarna hitam sebagai kamuflase agar tidak dimakan oleh hewan insekta
lainnya. Telur biasanya menetas 2-3 hari sesudah di letakkan didalam
tempat perindukan (Mursyidah, 2017, hal 12).
Gambar 2.2 Telur nyamuk
Sumber: Medical Entomology, 2008
-
6
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
b. Larva Nyamuk
Pada stadium larva, pertumbuhan dan perkembangannya sangat di
pengaruhi oleh faktor suhu, kelembaban, nutrisi, dan predator yang
terdapat di tempat perindukan (Mursyidah, 2017, hal 12-13). Larva yang
berkembang memiliki 4 fase. Pada kondisi yang optimal, waktu penetasan
dari telur hingga dewasa hanya membutuhkan waktu yang singkat sekitar
7 hari, sedangkan pada suhu yang rendah akan dapat bertahan hingga
beberapa minggu untuk menjadi dewasa. Berdasarkan morfologi dan
penampakannya, setiap instar nyamuk memiliki ciri masing-masing, yaitu:
1) Larva instar I : ukuran paling kecil yang memiliki panjang 1-2 mm,
siphon belum berwarna hitam, dan badan masih terlihat tembus
terhadap cahaya.
2) Larva instar II : ukuran bertambah besar, yang memiliki panjang
2,5-3,9 mm,, siphon masih belum terlihat dengan jelas.
3) Larva instar III : ukuran lebih besar lagi dengan panjang 5 mm dan
siphon sudah terlihat lebih berwarna gelap dibandingkan dengan
warna badan, serta gigi sisir sudah terlihat di segmen abdomen ke-
8.
4) Larva instar IV : memiliki panjang 7-8 mm.
Berdasarkan lama harinya, perkembangan larva dari instar I
menjadi instar II terjadi selama 1-2 hari, kemudian instar II menjadi larva
III berlangsung 2-3 hari, dan larva instar III menjadi larva instar IV
membutuhkan waktu 2-3 hari (Prayuda, 2014, hal 13-14).
-
7
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Gambar 2.3 Larva nyamuk A. Anopheline; B. Culicine
Sumber: Andreadis et al, 2005
c. Pupa
Pada stadium pupa dapat dikatakan sebagai fase istirahat. Pupa
merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang perkembangannya di dalam
air. Pupa berbentuk agak pendek, tidak makan, bergerak aktif dalam air
apabila merasa terganggu, dan masih bernafas pada permukaan air
menggunakan tabung pernapasan. Perkembangan pupa menjadi nyamuk
dewasa biasanya 1-3 hari. Pupa jantan menetas terlebih dahulu
dibandingkan dengan pupa betina (Mursyidah, 2017, hal 13).
Gambar 2.4 Pupa nyamuk
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019
A B
-
8
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
d. Imago
Stadium akhir yaitu nyamuk dewasa. Nyamuk dewasa baik jantan
maupun betina setelah keluar dari pupa akan berhenti sejenak. Nyamuk
dewasa akan mengeringkan tubuhnya terutama bagian sayap untuk dapat
terbang dan mencari makanan (Mursyidah, 2017, hal 13).
Setelah menjadi dewasa, nyamuk akan kawin dan selanjutnya
nyamuk betina yang telah dibuahi akan membutuhkan darah sebagai
nutrisi dalam waktu 24-36 jam untuk maturasi telur nyamuk tersebut.
Nyamuk dewasa betina dapat hidup hingga usia 2 minggu, sedangkan
nyamuk dewasa jantan rata-rata hanya 6-7 hari (Prayuda, 2014, hal 16-17).
Gambar 2.5 A. Morfologi nyamuk dewasa; B. kepala nyamuk Anopheline;
C. Kepala nyamuk culicine
Sumber : Andreadis et al, 2005
Gambar 2.6 A. ; thorax; B. Kaki
Sumber : Andreadis et al, 2005
-
9
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Gambar 2.7 A.Sayap; B. Abdomen tumpul; C. Abdomen runcing
Sumber : Andreadis et al, 2005
4. Jenis-jenis nyamuk berbahaya
a. Aedes aegypti
Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa
virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, Aedes
aegypti juga merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever) dan
chikungunya (Nadesul, 2007, hal 2).
b. Aedes albopictus
Nyamuk Aedes albopictus hampir sama dengan Aedes aegypti
yang juga menularkan demam berdarah. Nyamuk ini biasanya banyak
terdapat di kebun atau halaman rumah (WHO, 2002, hal 62).
c. Anopheles sp
Anopheles sp adalah jenis serangga yang menyebalkan dan saat
menggigit akan terasa sakit dan menyebabkan gatal serta menimbulkan
bekas. yang lebih buruknya adalah kita bisa tertular penyakit yang dibawa.
Misalnya Anopheles sundaicus yang banyak membawa parasit penyebab
sakit malaria (Prabowo, 2004, hal 9).
d. Culex sp
Nyamuk Culex sp merupakan nyamuk pengganggu, menggigit dan
menghisap darah waktu malam. Nyamuk ini terkenal dengan penyakit
filariasis. Penyakit ini penyebabnya adalah cacing Wuchereria bancrofti
-
10
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
yang berada dalam darah seorang penderita. Reservoir utama nyamuk ini
adalah burung peliharaan (Candra, 2007, hal 19).
5. Siklus hidup pathogen yang dibawa nyamuk
Parasit malaria memiliki siklus hidup yang cukup rumit karena
melibatkan nyamuk dan manusia yang terdiri dari 3 fase yaitu fase sporozoit,
fase merozoit/eritrositik, dan fase gametosit. dimana fase sporozoit dan
merozoit terjadi di dalam tubuh manusia dan fase gametosit terjadi di dalam
tubuh nyamuk (Okrinya, 2014, hal 5).
Fase di dalam tubuh manusia nyamuk betina yang menghisap darah
akan mengeluarkan kelenjar ludah bersamaan dengan sporozoit yang akan
masuk ke dalam tubuh manusia. Bersamaan dengan aliran darah sporozoit
akan masuk ke dalam hati. Ketika sporozoit berada di dalam hati, akan
dimulai reproduksi secara aseksual yang akan menghasilkan sel anak disebut
merozoit yang akan menyerang sel darah merah disebut erotrositer.
Bersamaan dengan pecahnya sel darah merah merozoit akan keluar dengan
racun yang telah dihasilkan oleh merozoit untuk menginfeksi sel darah merah
yang baru. Setelah beberapa lama merozoit akan berubah menjadi gametosit
(Okrinya, 2014, hal 6-7).
Jika darah manusia dihisap oleh nyamuk maka gametosit akan masuk
ke dalam tubuh nyamuk dan berubah menjadi makrogamet (jantan dan betina).
Jika makrogamet melebur maka akan terbentuk zigot. Kemudian zigot akan
berubah menjadi ookinet yang bentuknya seperti cacing dan bergerak
menerobos dinding usus/perut nyamuk dan berubah bentuk seperti membulat
yang disebut ookista. Dari ookista ini akan menghasilkan ribuan sporozoit.
Sporozoit akan sampai pada kelenjar ludah dan apabila nyamuk menggigit
manusia, maka siklus hidup Plasmodium akan terulang kembali (Okrinya,
2014, hal 8).
-
11
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Gambar 2.8 Siklus hidup pathogen yang dibawa nyamuk
Sumber : Okrinya, 2014
6. Habitat nyamuk
Habitat perindukan nyamuk betina sangat bervariasi, mulai dari
tempat yang semi-akuatik sampai ke sistem perairan yang luas. Mattingly
(1971) dalam Suwito, (2007) hal 31) membagi sistem perairan ini menjadi dua
kelompok besar, yaitu perairan yang mengalir dan tergenang.
Nyamuk dapat berkembangbiak dengan baik apabila lingkungan
sesuai dengan kebutuhannya. Kepentingan manusia dalam mengelola lahan
pertanian, perikanan, perkebunan, peternakan akan dimanfaatkan untuk
perkembangbiakan larva nyamuk, sehingga berpengaruh terhadap kepadatan
maupun perilaku nyamuk di suatu tempat (Munif, 2009, hal 95).
Tempat perkembangbiakan nyamuk disebut tempat perindukan,
tempat ini merupakan bagian paling penting dalam siklus hidup nyamuk,
karena melalui tempat perindukan ini kelangsungan siklus hidup nyamuk
-
12
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
dapat berlangsung dengan normal. Larva Aedes dapat ditemukan pada
genangan-genangan air bersih dan tidak mengalir. Larva nyamuk Aedes dapat
ditemukan di lokasi seperti bak mandi, drum-drum berisi air, kaleng dan botol
bekas, tempurung kelapa, bangkai mobil dan di lubang-lubang pohon yang
berisi air (Nadifah, 2016, hal 174).
Sebagian besar distribusi nyamuk Aedes aegypti berada di daerah
urban atau pedesaan. Terutama di Negara yang beriklim tropis dan subtropis
di area asia tenggara (Prayuda, 2014, hal 10). Nyamuk Aedes aegypti tersebar
luas di kawasan pemukiman maupun di tempat-tempat umum, kecuali wilayah
yang terletak pada ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut.
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya kasus DBD adalah
tingkat kepadatan vektor baik kepadatan nyamuk dewasa maupun jentik
(Wanti, 2014, hal 172).
Nyamuk Aedes sp berkembang biak dengan baik di tempat-tempat
perindukan di dalam rumah maupun di luar rumah. Di dalam rumah pada
tempat-tempat penampungan air di rumah tangga, sedangkan di luar rumah
pada tanaman-tanaman yang dapat menampung air ataupun benda-benda yang
berpotensi sebagi tempat penampungan air (Rosa, 2007, hal 57).
Penyebaran nyamuk Culex spp ditemukan di daerah tropis dan sub
tropis, khususnya di Indonesia. Di Indonesia nyamuk Culex spp
penyebarannya di seluruh daerah adalah merata khususnya di daerah
Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, NTT dan Irian Jaya. Pemerataan
penyebaran nyamuk Culex spp di Indonesia karena habitat dari nyamuk Culex
spp yang ditemukan di daerah persawahan dan perkotaan (Eman, 2016, hal
127).
Culex sp. memiliki beberapa jenis di mana banyak tersebar di area
tropis dan subtropis daerah asia tenggara. Nyamuk ini hidup dan
berkembangbiak di air yang keruh atau kotor seperti got, selokan, comberan,
sungai yang dipenuhi sampah dan tempat-tempat lainnya yang tinggi
pencemarannya. Begitu pula dengan larva, lebih menyukai tempat-tempat
-
13
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
yang tertutupi rumput maupun tanaman air. Hal ini bertujuan agar larva
terlindungi dari ikan dan predator air lainnya (Maharani, 2016, hal 5).
Tempat yang paling banyak dikunjungi nyamuk malaria untuk
berkembang biak adalah tempat dengan air jernih yang tidak mengalir.
Nyamuk betina umumnya bersifat zoofilik dan juga bersifat eksofilik, yaitu
puncak keaktifan menggigit mulai senja hingga menjelang tengah malam,
meskipun aktivitasnya dapat terus berlangsung hingga pagi hari dan
cenderung bersifat eksofagik, yaitu hampir selalu menggigit di luar rumah
(Sumatri, 2005, hal 38).
7. Potensi vektor nyamuk
Nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit masuk ke dalam ordo
Diptera, family Culicidae yang terdiri dari tiga sub family yaitu
Toxorhynchitinae (Toxorhynchites), Culicinae (Aedes, Culex, Mansonia,
Armigeres) dan Anophelinae (Anopheles) yang jumlahnya lebih dari 3500
spesies (Mursyidah, 2017, hal 1).
Nyamuk jenis An. sundaicus, An. subpictus, An farauiti menularkan
malaria di daerah pantai; An. maculatus dan An. Aconitus di daerah
pegunungan. Nyamuk Ae. aegypti dan Ae.albopictus berperan menularkan
demam berdarah dengue, nyamuk Cx. quinquefasiatus menularkan filaria
yang disebabkan cacing Wucheria brancrofti di perkotaan dan An. vagus, An.
aconitus, An.subpictus di pedesaan. Mansonia uniformis dan Anopheles sp
menularkan Brugria sp, nyamuk Cx. vishnui, Cx. tritaeniorhynchus, Cx.
gelidus berperan sebagai vektor Japanese enchephalitis (radang otak),
Nyamuk Ae. albopictus sebagai vektor Chikungunya (Munif, 2009, hal 94).
Aedes albopictus juga sebagai vektor DBD, walaupun tudak sepenting
Ae. aegypti. di laboratorium, kedua spesies nyamuk tersebut dapat menularkan
virus dengue melalui nyamuk betina ke telur sampai keturunannya, walaupun
Ae. albopictus lebih cepat melakukannya. Aedes albopictus pada dasarnya
adalah spesies hutan yang beradaptasi dengan lingkungan manusia di
pedesaan, pinggiran kota, dan perkotaan (Rahayu, 2013, hal 7).
-
14
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Malaria merupakan salah satu penyakit tular vektor yang menjadi
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hampir 50% penduduk berisiko
terjangkit penyakit ini dengan insiden pada ibu hamil berkisar 7–24%,
bergantung pada tingkat endemisitas suatu daerah. Nyamuk merupakan
kelompok serangga yang paling banyak menimbulkan masalah kesehatan
masyarakat. Kondisi ini disebabkan oleh keanekaragaman, distribusi, populasi
dan banyaknya spesies nyamuk yang berperan sebagai pengganggu dan vektor
penyakit (Becker et al. (2003) dalam Muhammad, 2015, hal 140).
Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium. Parasit ini ditularkan
melalui gigitan nyamuk Anopheles yang merupakan vektor malaria, yang
terutama menggigit manusia malam hari mulai magrib sampai fajar. Malaria
pada manusia disebabkan oleh empat spesies protozoa genus Plasmodium
yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan
Plasmodium ovale. Plasmodium vivax merupakan Plasmodium yang paling
banyak dijumpai, tetapi Plasmodium falciparum merupakan spesies yang
paling banyak menimbulkan kematian penderita (Soedarto, 2011, hal 2).
Pada bulan Desember 2010 telah terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB)
malaria di Kabupaten Purbalingga. Berdasarkan informasi dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Purbalingga ada dua daerah dengan kasus tertinggi
yaitu Desa Panusupan Kecamatan Rembang dengan 437 kasus/API 57,19%
dan Desa Sidareja Kecamatan Kaligondang sebanyak 54 kasus/API 11.01%
(Widiarti, 2014, hal 170).
Kabupaten jombang merupakan daerah endemis Demam Berdarah
Dengue. Penyakit ini sering muncul sebagai KLB dengan angka kesakitan dan
angka kematian yang relatif tinggi. Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue
tahun 2014 sebanyak 358 kasus, jumlah ini sudah menurun dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya, yaitu tahun 2012 sebanyak 503 kasus dan
2013 sebanyak 474 kasus (Lestari, 2017, hal 78).
-
15
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
8. Faktor abiotik yang mempengaruhi perkembangan nyamuk
a. Suhu
Suhu udara merupakan salah satu faktor lingkungan yang
mempengaruhi perkembangan jentik nyamuk. Menurut Yotopratono et al.
(1998) dalam Yudhastuti, (2005), hal 174).dijelaskan bahwa rata-rata suhu
optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25-270 C dan pertumbuhan
nyamuk akan berhenti sama sekali bila suhu kurang dari 100 C atau lebih
dari 400 C.
b. Kelembaban Udara
Kelembaban udara juga merupakan salah satu kondisi lingkungan
yang dapat mempengaruhi perkembangan jentik nyamuk. Menurut
Mardihusodo (1988) dalam Yudhastuti, (2005), hal 175) disebutkan bahwa
kelembaban udara yang berkisar 81,5-89,5% merupakan kelembaban yang
optimal untuk proses embriosasi dan ketahanan hidup embrio nyamuk.
Pada kelembaban udara kurang dari 70%, umur yamuk akan
menjadi pendek, sedangkan pada kelembaban yang tinggi nyamuk Aedes
akan tetap bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama. Kelembaban
udara di dalam rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan sesuai dengan
permenkes adalah 70%. (Muslim, 2004, hal 31).
c. Curah hujan
Hujan dapat mempengaruhi kehidupan nyamuk dengan dua cara
yaitu menyebabkan kelembaban udara meningkat dan menambah jumlah
tempat perkembangbiakan serta menghilangkan tempat perkembangbiakan
nyamuk (Muslim, 2004, hal 32).
d. Kecepatan angin
Kecepatan dan arah angin dapat mempengaruhi jarak terbang
nyamuk dan ikut menentukan jumlah kontak antara nyamuk dan manusia.
Angin tidak memberikan pengaruh langsung terhadap pertumbuhan dan
perkembangan nyamuk. Tetapi angin memberikan peranan yang besar
-
16
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
dalam pola penyebaran nyamuk (Arsin, (2012) dalam Sormin, 2018, hal
31)
B. Penelitian yang relevan
Penelitian relevan merupakan tinjauan terhadap sejumlah penelitian atau
kejian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya guna menghindari
kemungkinan adanya duplikasi terhadap penelitian yang sejenis dan untuk
menunjukkan bahwa topik yang akan di teliti belum pernah di teliti dalam konteks
yang sama.
Tabel 2.1
Hasil penelitian yang relevan
No Judul Hasil penelitian Persamaan Perbedaan
1 Keanekaragaman
jenis dan
karakteristik
habitat nyamuk
Anopheles sp. di
Desa Datar Luas,
Kabupaten Aceh
Jaya, Provinsi
Aceh
Hasil penelitian di
Desa Datar Luas
ditemukan sebelas
spesies Anopheles,
yaitu An. kochi, An.
barbirostris, An.
maculatus, An.
letifer, An. tesellatus,
An. sinensis,
An.vagus, An.
separatus, An.
sundaicus, An.
minimus, dan An.
subpictus. An. kochi
merupakan
Anopheles yang
paling dominan dan
cenderung mengisap
darah di luar rumah
Meneliti tentang
keanekaragaman
pada nyamuk
Penelitian ini
Meneliti tentang
karakteristik
habitat nyamuk
dan hanya
meneliti pada
tingkat genus
yaitu Anopheles,
sedangkan
penelitian saya
meneliti tentang
potensi vektor
penyakit dan
meneliti semua
nyamuk dari
tingkat famili
culicidae.
-
17
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
(eksofagik) dan
beristirahat di luar
rumah (eksofilik)
dengan puncak
fluktuasi menghisap
darah terjadi pada
pukul 00:00–01:00
Wib.
2 Keanekaragaman
jenis nyamuk
(Diptera:
Culicidae) yang
Dikoleksi dari
Tunggul Bambu
di Taman
Nasional Gn.
Gede Pangrango
dan Taman
Nasional Gn.
Halimun
koleksi larva nyamuk
pada tunggul bambu
dan ruas bambu di
Cikaniki dan Bodogol
menunjukkan hasil,
yaitu jenis Aedes
(Stegomyia)
albolineatus,
Orthopodomyia
albipes, Heizmannia
(Heizmannia)
communis,
Uranotaenia
(Pseudoficalbia)
bimaculata
Tripteroides
(Rachionotomya)
aranoides,
Toxorhynchites kempi
Aedes (Finlaya) sp.,
Tripteroides
(Tripteroides) sp.
and Armigeres
Meneliti tentang
Keanekaragaman
jenis nyamuk
(Diptera:
Culicidae)
Penelitian ini
dilakukan di
Taman Nasional
Gn. Gede
Pangrango dan
Taman Nasional
Gn. Halimun,
sedangkan
penelitian saya
pada daerah
pemukiman.
-
18
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
(Leicester) sp. Jenis-
jenis ini diduga
sebagai jenis yang
umum ditemukan di
hutan sekunder atau
primer dan jarang
dijumpai di sekitar
pemukiman. Hasil
tangkapan ini
menjadi lebih
menarik, karena
ditemukan jenis
Heizmannia
communis and
Uranotaenia
bimaculata yang
merupakan catatan
baru untuk sebaran
jenis nyamuk di
Pulau Jawa dan
Indonesia
3 Keanekaragaman
dan dominansi
nyamuk di
daerah endemis
filariasis
limfatik, kota
pekalongan
Hasil penelitian di
temukan 13 spesies
nyamuk yaitu 4
spesies dari genus
Culex (Cx.
quinquefasciatus, Cx.
bitaeniorhynchus, Cx.
tritaeniorhynchus,
Cx. vishnui), 5
spesies dari genus
Meneliti tentang
keanekaragaman
pada nyamuk.
Penelitian ini
dilakukan di kota
pekalongan dan
hanya berfokus
pada endemis
filariasis.
-
19
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Anopheles (An.
subpictus, An. vagus,
An. indifinitus, An.
barbirostris, An.
vecan), 3 spesies dari
genus Aedes (Ae.
aegypt, Ae.
albopictus, Ae.
anandeli), dan satu
spesies Malaya sp.
-
20
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RT 06 yang merupakan salah satu RT yang
berada di Desa Simpang Sungai Duren yang terletak di bagian barat Kabupaten
Muaro Jambi dengan titik koordinat 1036’18.84”S – 103030’15.92”E. Luas
wilayah lebih kurang 635 Ha, dengan batas-batas : Sebelah Utara Desa Sungai
Duren, Sebelah selatan Desa Kelurahan Pijoan, Sebelah Barat Desa Muaro
Pijoan, dan Sebelah Timur Desa Mendalo Indah.
Pada penelitian ini dilakukan sebanyak delapan kali pengulangan dalam
waktu satu bulan yaitu pada bulan februari 2019. Adapun peta lokasi penelitian
dapat dilihat pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Peta Desa Simpang Sungai Duren
Sumber : Data Desa Simpang Sungai Duren
Lokasi
penelitian
S
B
U
T
20
-
21
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
B. Metode Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dibagi atas 4 langkah yaitu: survei lokasi
penelitian untuk mendapatkan informasi awal, koleksi data dengan pembuatan
awetan kering, identifikasi spesimen dan analisis data. Analisis data deskriptif
berdasarkan triangulasi data (Teori) dan analisis statistik (indeks keanekaragaman
Shannon-Wienner dan indeks dominansi).
Jenis penelitian kualitatif sains dan terapan dan metode penelitian
kualitatif deskriptif, instrumen pengumpulan data berupa observasi, wawancara
dan dokumentasi. Penangkapan nyamuk dilakukan di 8 rumah dengan
menggunakan metode koleksi aktif. Tempat penelitian dibagi menjadi dua tempat
yaitu di dalam ruangan (indoor) dan di luar ruangan (outdoor). Pengambilan
sampel menggunakan teknik purposive sampling.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1
Daftar alat yang digunakan beserta fungsinya
No. Alat Fungsi
1 Insect net Mengoleksi nyamuk
2 Mikroskop cahaya Identifikasi karakter morfologi
3 Kaca pembesar Identifikasi karakter morfologi
4 Botol jam Membunuh nyamuk imago
5 Hygrotermometer Mengukur suhu dan kelembaban udara
6 Termometer batang Mengukur suhu air
7 Toples kaca Mengoleksi nyamuk
8 Drying box Menyimpan spesimen yang telah di awetkan
9 Kamera Menangkap gambar larva dan imago
10 Botol kaca Menyimpan larva nyamuk
11 Hand Counter Menghitung larva dan imago
-
22
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3.2
Daftar bahan yang digunakan beserta fungsinya
No. Bahan Fungsi
1 Imago nyamuk Objek penelitian untuk diidentifikasi
2 Larva nyamuk Objek penelitian untuk diidentifikasi
3 Kloroform 10% Membunuh imago nyamuk
4
Kertas karton
Untuk membuat card point awetan kering
nyamuk
D. Prosedur kerja
1. Studi Pendahuluan
Observasi lokasi penelitian dilakukan pada bulan September 2018,
yang bertujuan untuk mencari informasi tempat sebagai objek penelitian
dengan cara mengenali kondisi lapangan, letak koordinat dan mencari
informasi terkait penyakit yang disebabkan oleh vektor nyamuk di daerah
tersebut dengan cara survei ke puskesmas terdekat.
2. Persiapan Alat
Alat dan Bahan yang dipersiapkan sebelum pergi ke lapangan untuk
pengambilan sampel yaitu Insect Net, Toples Kaca, Hygrotermometer,
Termometer Batang, Kloroform, Botol Kaca.
3. Pengukuran Parameter Lingkungan
Pengukuran parameter lingkungan dilakukan tiap pukul 06:00 wib dan
18:00 wib. Temperatur dan kelembaban udara diukur menggunakan
Hygrotermometer dengan cara alat diletakkan dibawah tajuk tanaman dan
dicatat hasil angka yang ditampilkan oleh alat. Suhu air diukur menggunakan
termometer batang dengan cara mencelupkan termometer pada air yang
terdapat larva nyamuk.
-
23
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
4. Koleksi Nyamuk
Pengkoleksian nyamuk dibagi menjadi 3 periode yaitu pukul 06:00 -
10:00 wib, pukul 15:00 - 18:00 wib, dan pukul 19:00 - 21:00 wib dengan cara
koleksi aktif. Pemilihan waktu koleksi nyamuk berdasarkan pada waktu aktif
sebagian besar jenis nyamuk.
a. Larva nyamuk
Koleksi larva nyamuk dilakukan dengan cara koleksi aktif dengan
cara mencari langsung ke rumah-rumah warga, selokan, kandang ternak,
ban bekas, wadah yang tidak tepakai, bak mandi dan semua genangan air
yang berpotensi sebagai tempat perindukan nyamuk. Pencidukan
dilakukan dengan menggunakan dipper plastik (gayung) secara acak
disetiap tempat perindukan. Jentik yang ditemukan kemudian di asukkan
ke dalam botol kaca dan di pelihara agar memudahkan dalam proses
identifikasi (Boewono, 2005, hal 63).
b. Nyamuk dewasa
Koleksi Nyamuk dewasa dilakukan dengan cara koleksi aktif yaitu
mencari nyamuk ke habitatnya menggunakan jaring (insect net) dan
menggunakan Metode Human Landing Collection. Penangkapan
menggunakan jaring dilakukan dengan cara mengayunkan jaring tersebut
membentuk angka delapan. Gerakan memutar pertama untuk menangkap
nyamuk, sedangkan gerakan memutar selanjutnya untuk menutup dan
mencegah nyamuk terbang kembali (Kurniawan, 2016, hal 39).
Gambar 3.2 Insect net
Sumber: Kurniawan, 2016
-
24
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Nyamuk yang telah tertangkap dimasukkan ke dalam botol kaca
yang ditutup dengan kain kasa untuk mencegah nyamuk terbang kembali.
Kemudian nyamuk yang telah ditangkap dipindahkan ke dalam botol
pembunuh yang berisi kloroform 10% dengan volume 3 ml yang dituang
pada kapas.
5. Penghitungan nyamuk
Penghitungan larva nyamuk dan imago dilakukan menggunakan hand
counter setelah dilakukan koleksi aktif.
6. Pengawetan nyamuk
Pengawetan nyamuk dewasa dilakukan pengawetan kering, yaitu
kertas segitiga (Card point ) ukuran 10 mm. Kertas segitiga ditusuk jarum
bagian tepi dan serangga dilekatkan pada ujung kertas karton segitiga
menggunakan lem (Kurniawan, 2016, hal 47) kemudian disimpan didalam
Drying box (kotak pengering).
Gambar 3.3. Card point
Sumber: Kurniawan, 2016
7. Identifikasi nyamuk
Identifikasi larva dan nyamuk dewasa yang terkoleksi dilakukan di
Laboratorium Entomologi Bidang Zoologi Puslit Biologi LIPI Cibinong.
Nyamuk dewasa diidentifikasi berdasarkan karakter morfologi dan
dicocokkan dengan kunci determinasi, serta membandingkan dengan imago
yang telah diidentifikasi hasil koleksi LIPI Cibinong.
-
25
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
E. Analisis data
1. Analisis Deskripsi
Menjelaskan karakter morfologi berdasarkan triangulasi data (teori)
berdasarkan studi literatur.
2. Analisis Statistik
Data jumlah serangga yang terhitung dicatat dan dianalisis secara
statistik untuk mengetahui indeks keanekaragaman, dan indeks dominansi
spesies yang diperoleh yang disajikan dalam bentuk grafik dan diagram.
a. Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner
Keanekaragaman spesies pada suatu komunitas terdiri berbagai
macam organisme penyusunnya, yang memiliki dua komponen yaitu
kekayaan spesies dan kelimpahan relatif (Kurniawan, 2016, hal 49).
Menurut (Campbell, 2008, hal 386) Indeks keanekaragaman yaitu
dirumuskan sebagai berikut:
H' = - ∑pi Ln pi
Keterangan :
H’: indeks keanekaragaman Shannon-Wienner
pi : proporsi spesies ke i di dalam sampel total
b. Indeks Dominansi
Indeks dominansi digunakan untuk mengetahui spesies yang
mendominansi suatu komunitas. Indeks dominansi menurut Simpson
dengan persamaan sebagai berikut (Odum, 1993, hal 179):
𝑐 = ∑[𝑛𝑖
𝑁
𝑠
𝑖=1
]
Keterangan:
C: Indeks dominansi Simpson
ni: Jumlah individu jenis ke-i
-
26
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
N: Jumlah total individu
S: Jumlah genera
Nilai indeks dominansi simpson (D) digunakan sebagai
pembanding terhadap nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wienner
(H’). komunitas dengan indeks dominansi tinggi, maka akan menunjukkan
nilai indeks keanekaragaman yang rendah.
-
27 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Tabel 3.3
Jadwal pelaksanaan penelitian
No
Kegiatan
Bulan
Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan judul
2 Pengajuan dosen
pembimbing
3 Bimbingan proposal
4 Pengajuan seminar
proposal
5 Seminar proposal
6 Perbaikan proposal
7 Pengajuan izin riset
8 Pengumpulan data
9 Pengolahan dan
analisis data
12 Penulisan skripsi
13 Daftar sidang
skripsi
14 Ujian skripsi
-
28 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Spesies nyamuk (Diptera:Culicidae) yang terkoleksi
Spesies nyamuk yang tertangkap di RT 06 Desa Simpang Sungai Duren
Kecamatan Jaluko Kabupaten Muaro Jambi yang berhasil ditemukan kemudian di
identifikasi berdasarkan karakter morfologi sebanyak 2 Genus. Pengkoleksian
nyamuk dilakukan sebanyak 8 kali.
Tabel 4.1
Imago nyamuk (Diptera: Culicidae) yang terkoleksi
No Nama Genus Ulangan ke
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Aedes 13 21 17 19 15 8 23 20
2 Armigeres 10 12 13 0 11 7 13 15
Total 23 33 30 19 26 15 36 35
Berdasarkan tabel 4.1 pengambilan data cacah individu nyamuk (Diptera:
Culicidae) yang terkoleksi secara keseluruhan adalah 217 individu dengan cacah
individu tertinggi terdapat pada ulangan ke-7 sebanyak 36 individu dan cacah
individu terendah terdapat pada ulangan ke-6 sebanyak 15 individu.
a. Genus Aedes
Nyamuk Dewasa Ae. albopictus, tubuh berwarna hitam dengan
bercak/ garis-garis putih pada notum dan abdomen, antena berbulu/plumose,
pada yang jantan palpus sama panjang dengan proboscis sedang yang betina
palpus hanya 1/4 panjang proboscis, mesonotum dengan garis putih
horizontal, femur kaki depan sama panjang dengan proboscis, femur kaki
belakang putih memanjang di bagian posterior, tibia gelap/ tidak bergelang
pucat dan sisik putih pada pleura tidak teratur (Boesri, 2011, hal 120).
-
29
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Dalam taksonomi kedudukan Aedes albopictus (Skuse) 1894 adalah
sebagai berikut :
Taksonomi Aedes albopictus (Boesri, 2011, hal 118) yaitu:
Kingdom : Animalia
Pylum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Familli : Culicidae
Sub famili : Culicinae
Genus : Aedes
Spesies : Aedes albopictus
Secara morfologis Aedes aegypti dan Aedes albopictus sangat mirip,
namun dapat dibedakan dari strip putih yang terdapat pada bagian scutum.
Scutum Ae. aegypti berwarna hitam dengan dua garis putih sejajar di bagian
dorsal tengah yang diapit oleh dua garis lengkung berwarna putih, sedangkan
scutum Ae. albopictus hanya berisi satu garis putih tebal di bagian dorsalnya
(Boesri, 2011, hal 118-119).
B A
Gambar 4.1 A. perbedaan Scutum
Ae. aegypti, dan Ae. albopictus
Sumber: Boesri, 2011
Gambar 4.2 B. Scutum pada
Ae. albopictus
Sumber: Dokumentasi pribadi
-
30
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
b. Genus Armigeres
Bentuk nyamuk dewasa Armigeres berukuran besar dengan warna
coklat dan bercak sisik putih pada bagian dada samping. Panjang palpus
betina sekitar ¼ panjang proboscis, sebaliknya palpi nyamuk jantan lebih
panjang dari proboscis, klipeus dengan sekelompok sisik putih. Bagian atas
postspirakular dilengkapi dengan sekumpulan sisik hitam dan sisik putih
dibagian bawahnya. Mesonotum ditutupi sisik warna coklat yang sempit.
Bagian dalam tori ditutupi oleh sisik putih dan hitam. Bagian atas anterior
pronotal lobe bersisik hitam dan putih dibagian bawahnya, posterior pronotum
bagian depan bersisik hitam dan bagian belakang bersisik putih. Dada
samping dengan bercak sisik pucat, propleural koksa depan mempunyai
sekumpulan sisik hitam, postnotum tanpa seta. Klasper jantan membulat
Femur kaki tengah
tanpa strip putih
A B
Gambar 4.4 B. Femur pada
Ae. albopictus
Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 4.3 A. Perbedaan femur
pada Ae. aegypti dan Ae.
albopictus
Sumber: Boesri, 2011
-
31
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
dengan lima duri tumpul di bagian ujung (Apeks). Femur kaki belakang
bersisik putih dengan garis hitam pada bagian dorsal dan ujungnya (Suwito,
2007, hal 37-38). Data biologi nyamuk Armigeres masih belum banyak
dilaporkan padahal sangat dibutuhkan untuk pengendaliannya (Astuti, 2009,
hal 87).
Berdasarkan klasifikasi tingkatan taksonomi merupakan:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Diptera
Famili : Culicidae
Sub Famil : Culicinae
Genus : Armigeres
Spesies : Armigeres sp
Ukuran morfologi nyamuk lebih besar bila dibandingkan dengan
nyamuk Culex sp dan Aedes sp yang lain dan memiliki proboscis yang
melengkung keatas. (Astuti, 2009, hal 92).
Gambar 4.5 Morfologi nyamuk Armigeres sp
Sumber: Dokumentasi pribadi
Proboscis yang
melengkung keatas
-
32
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
2. Indeks Keanekaragaman
Fluktuasi populasi nyamuk yang terkoleksi pada RT 06 desa simpang
sungai duren dapat diketahui dengan melihat gambar grafik berikut.
Gambar 4.6 Grafik fluktuasi nyamuk yang tertangkap tiap pengulangan
Berdasarkan grafik 4.6 diketahui bahwa setiap pengambilan data terdapat
fluktuasi populasi dan setiap pengambilan data menunjukkan perbedaan cacah
individu populasi. Cacah individu tertinggi pada pengambilan data ulangan ke-7
dengan cacah individu 36 ekor nyamuk dan cacah individu terendah pada
pengambilan data ulangan ke-6 dengan cacah individu 15 ekor nyamuk.
Gambar 4.7 Persentase cacah individu yang terkoleksi di lokasi penelitian
05
10152025303540
jum
lah
sp
esie
s
Fluktuasi Populasi Diptera (Culicidae)
Terkoleksi
Series1
63%
37%
Persentase Cacah Individu
Aedes Armigeres
-
33
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Berdasarkan gambar 4.7 Persentase yang banyak terkoleksi yaitu Aedes
sebanyak 63% dengan jumlah cacah individu 136 ekor dan cacah individu yang
terkoleksi paling sedikit yaitu Armigeres sebanyak 37% dengan jumlah cacah
individu 81 ekor.
Nilai indeks keanekarangan (H’) dan indeks Dominansi (D) jenis serangga
yang tertangkap pada lokasi penelitian RT 06 desa simpang sungai duren dapat
diketahui dengan melihat tabel sebagai berikut:
Tabel 4.2
Perbandingan nilai Indeks keanekaragaman dan dominansi nyamuk (Diptera:
Culicidae) yang terkoleksi
N
o
Nama
genus
Ulangan Jml
ind
Pi Ln Pi H’ D
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Aedes 13 21 17 19 15 8 23 20 136 0.63 -0.47 -0.29 0.39
2 Armigeres 10 12 13 0 11 7 13 15 81 0.37 -0.99 -0.37 0.14
Total 23 33 30 19 26 15 36 35 217 1 H= -0.66 0.53
H' 0.66
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa nilai indeks keanekaragaman dan
dominansi secara keseluruhan memiliki nilai indeks keanekaragaman yaitu 0,66
dan nilai indeks dominansi yaitu 0,53 sehingga tingkat keanekagaraman di lokasi
penelitian adalah rendah.
Analisis indeks keanekaragaman dan dominansi tiap ulangan pengambilan
sampel dapat dilihat pada tabel berikut:
-
34
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Tabel 4.3
Perbandingan indeks keanekaragaman dan indeks dominansi nyamuk (Diptera:
Culicidae) yang terkoleksi tiap pengulangan
No Pengambilan data H’ D Keterangan
1 1 Februari 2019 0,68 0,51 Rendah
2 4 Februari 2019 0,66 0,54 Rendah
3 8 Februari 2019 0,68 0,51 Rendah
4 12 Februari 2019 - 1,00 Rendah
5 16 Februari 2019 0,68 0,51 Rendah
6 20 Februari 2019 0,69 0,50 Rendah
7 24 Februari 2019 0,68 0,51 Rendah
8 28 Februari 2019 0,68 0,51 Rendah
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa selama pengambilan data yang
dilakukan sebanyak 8 kali ulangan memiliki indeks keanekaragaman yang rendah
pada tiap-tiap pengulangan. Meskipun pada pengambilan data ulangan ke-7 cacah
individu yang terkoleksi memiliki jumlah individu tertinggi yaitu sebanyak 36
ekor.
-
35
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Tabel 4.4
Pengukuran suhu udara dan kelembaban di lapangan
No Ulangan ke Suhu udara (oC) Kelembaban (%)
Pagi Sore Pagi Sore
1 1 28,9 29,5 87 87
2 2 27,9 28 87 85
3 3 28,6 29,5 81 87
4 4 28,1 29,7 87 87
5 5 29,7 30,1 87 85
6 6 27,8 29,1 87 87
7 7 27,6 27,6 87 88
8 8 28,5 29,1 87 85
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa data pengukuran di lapangan
suhu di desa simpang sungai duren berkisar 28o C, sedangkan kelembaban
berkisar 86%.
3. Potensi vektor
Aedes albopictus sering dianggap sebagai vektor sekunder sesudah Aedes
aegypti. tetapi pada beberapa kasus ledakan DBD, Aedes albopictus dapat
berperan sebagai vektor utama seperti yang pernah terjadi diburma pada tahun
1975 (Boesri, 2011, hal 123).
Nyamuk armigeres mempunyai peranan sebagai vektor penyakit menular
yaitu filariasis dan Japanese encephalitis (JE). Salah satu spesies yang sudah
menjadi vektor adalah A. subalbatus yang dapat menularkan cacing Wuchereria
bancrofti ke manusia. Walaupun Armigeres bukan sebagai vektor utama namun
perlu untuk di pelajari karena populasi nyamuk Armigeres dan frekuensi kontak
nyamuk tersebut dengan manusia sangat tinggi (Astuti, 2009, hal 87).
Sementara (Masrizal, 2012, hal 33) mengatakan bahwa Armigeres sp
merupakan salah satu genus yang dapat menularkan filariasis yang disebabkan
-
36
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
oleh cacing filaria. diindonesia telah teridentifikasi 23 spesies nyamuk dari 5
genus yaitu Mansonia, Anopheles, Culex, Aedes, dan Armigeres yang menjadi
vektor filariasis (Dalilah, 2017, hal 70).
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel 4.1 hasil penangkapan nyamuk yang dilakukan di RT 06
Desa Simpang Sungai Duren Kec. Jaluko Kab. Muaro Jambi, nyamuk yang banyak
tertangkap adalah Aedes albopictus dan Armigeres sp. yang banyak ditemukan
disekitar rumah warga dikarenakan pada lokasi penelitian banyak terdapat pepohonan
dan semak-semak yang tidak jauh dari rumah warga, dan jentik-jentik nyamuk
banyak ditemukan ditempat-tempat penampungan air baik yang terjadi secara alami
maupun buatan pada lokasi penelitian seperti tempat penampungan air bersih pada
bak mandi, tempat-tempat tertampungnya air hujan pada ban bekas, teko plastik, dan
dirigen bekas serta selokan yang terlampir pada bagian lampiran 3. Nyamuk Aedes
albopictus lebih menyukai tempat-tempat perindukan di luar rumah, di kebun, dan di
halaman rumah seperti ketiak daun, pelepah tanaman, lubang pohon, tunggul bambu
dan mempunyai tempat istirahat di luar rumah (Nadifah, 2016, hal 175). Begitupun
dengan Spesies Armigeres ditemukan pada habitat yang banyak terdapat selokan
yang tidak mengalir dengan baik. Selokan tersebut menghasilkan genangan air yang
dapat digunakan sebagai tempat untuk perkembangbiakan nyamuk (Sabir, 2017, hal
267).
Berdasarkan tabel 4.2 nilai indeks keanekaragaman sebesar 0,66 maka
keanekaragaman nyamuk di lokasi penelitian di kategorikan sedikit atau rendah,
suatu wilayah dikatakan beresiko untuk penularan jika nilai HI > 3 menunjukkan
keanekaragaman spesies melimpah, jika HI ≤ 1 HI ≤ 3 menunjukkan keanekaragaman
spesies sedang, dan jika nilai HI < 1 menunjukkan keanekaragaman spesies sedikit
atau rendah (Noor, 2015, hal 7) dan nilai indek dominansi sebesar 0.53. Jika nilai
indeks dominansi 0 < C ≤ 0,5 maka tidak ada genus yang mendominasi dan jika nilai
-
37
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
indeks dominansi 0,5 < C < 1 maka terdapat genus yang mendominasi (Munthe,
2012, hal 129) maka dapat disimpulkan bahwa ada spesies yang mendominasi yaitu
genus Aedes (Aedes albopictus). Nilai indeks dominansi simpson (D) digunakan
sebagai pembanding terhadap nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’).
Komunitas dengan nilai indeks dominansi tinggi, maka akan menunjukkan nilai
indeks keanekaragaman yang rendah (Odum, 1993, hal 189).
Rendahnya keanekaragaman nyamuk yang ada di RT 06 Desa Simpang
Sungai Duren Kec. Jaluko Kab. Muaro Jambi bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti suhu, kelembaban dan cuaca. Berdasarkan tabel 4.4 pengukuran suhu udara
selama penelitan berkisar 28o C dan kelembaban berkisar 86%. Jenis tempat
perindukan nyamuk yang di temukan di lokasi penelitian seperti dirigen bekas, ember
bekas, teko plastik bekas, ban bekas, dan lain-lain yang positif terdapat jentik-jentik
nyamuk dengan suhu rata-rata 27oC yang diukur menggunakan Termometer batang
dapat dilihat pada lampiran. Dikarenakan pelaksanaan penelitian dilakukan pada
bulan Februari dimana berdasarkan BMKG bulan Januari - Februari 2019 adalah
puncak dari musim hujan sehingga hal ini mempengaruhi banyak atau tidaknya
nyamuk yang tertangkap dikarenakan waktu penelitian yang tidak sesuai. Faktor
abiotik berupa suhu dan kelembaban ternyata dapat mempengaruhi kepadatan
nyamuk sebagai vektor penyakit. Musim hujan dan musim kemarau memiliki
pengaruh pada tingkat suhu lingkungan. Saat pergantian musim penghujan ke musim
kemarau kondisi suhu udara berkisar antara 23oC-31oC, ini merupakan range suhu
yang optimum untuk perkembangbiakan nyamuk (24 oC-28 oC) (Boekoesoe, 2013,
hal 56).
Banyaknya pepohonan dan semak-semak yang berada disekitar rumah warga
memungkinkan tingginya kontak nyamuk terhadap manusia dikarenakan jarak antara
rumah dengan lingkungan sekitar cukup dekat. Untuk dapat menjadi vektor, umur
nyamuk harus cukup lama sehingga parasit dapat menyelesaikan siklus hidupnya di
dalam tubuh nyamuk. Nyamuk dapat berperan sebagai vektor apabila memenuhi
syarat yaitu nyamuk vektor mempunyai kontak terhadap manusia cukup tinggi
-
38
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
(dalam hal ini dinyatakan dalam kepadatan menggigit orang ), nyamuk vektor
merupakan spesies yang jumlahnya selalu dominan bila dibandingkan dengan spesies
lainnya, populasi spesies yang bersangkutan umumnya mempunyai umur cukup
panjang, dan di tempat lain spesies tersebut telah dikonfirmasi sebagai vektor (Munif,
2009, hal 98). Untuk dapat menjadi vektor, umur nyamuk harus cukup lama sehingga
parasit dapat menyelesaikan siklus hidupnya di dalam tubuh nyamuk (Ramadhani,
2015, hal 7). Hal ini dibuktikan dengan data yang didapat dari Puskesmas Desa
Simpang Sungai Duren diketahui ada 14 kasus Demam Berdarah Dengue selama
tahun 2018 sehingga nyamuk Aedes albopictus yang ditemukan dapat menjadi salah
satu vektor yang menyebabkan penyakit Demam Berdarah Dengue. Untuk penyakit
filariasis tidak ditemukan kasus pada tahun 2018 tetapi dengan ditemukannya
nyamuk Armigeres sp yang diduga sebagai vektor filariasis dapat diantisipasi oleh
warga RT 06 Desa Simpang Sungai Duren Kec. Jaluko Kab. Muaro jambi.
-
39
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di paparkan maka
dapat disimpulkan bahwa Spesies yang berhasil terkoleksi pada lokasi penelitan RT
06 Desa Simpang Sungai Duren Kecamatan Jaluko Kabupaten Muaro Jambi adalah
Aedes albopictus sebanyak 136 ekor (63%) dan Armigeres sp sebanyak 81 ekor
(37%) dengan indek Keanekaragaman dikategorikan sedikit atau rendah karena
memiliki nilai indeks H’
-
40
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
DAFTAR PUSTAKA
Adreadis, G. T., Michael C., Thomas dkk. 2005. Identification guide to the
mosquitoes of Connecticut. New haven: The Connecticut Agricultural
Experiment Station.
Astuti, E.P, Marina R. 2009. Oviposisi dan perkembangan nyamuk Armigeres pada
berbagai bahan container. Aspirator, 1(2), 87-93.
Boekoesoe, L. 2013. Kajian faktor lingkungan terhadap kasus demam berdarah
dengue (DBD) studi kasus di kota gorontalo provinsi gorontalo. Disertasi.
Gorontalo: Universitas negeri gorontalo.
Boesri, H. 2011. Biologi dan peranan Aedes albopictus (Skuse) 1894 sebagai penular
penyakit. Aspirator, 3(2), 117-125.
Boewono, D.T., Ristiyanto. 2005. Studi Bioekologi Vektor Malaria Di Kecamatan
Srumbung, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Bul. Penel. Kesehatan, 33(2),
62-72.
Borror, Donald.J. dkk, 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Yogyakarta : UGM
Press.
Campbell, N.A., Reece, J.B., Urry, L.A., Cain, M.L., Wasserman, S.A., Minorsky,
P.V., Jackson, R.B,. 2008. Biologi. Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Chandra, B. 2007. Pengantar kesehatan lingkungan. Jakarta: penerbit buku
kedokteran EGC.
Dalilah., Anwar C., dkk. 2017. Identifikasi spesies nyamuk genus Mansonia dan
deteksi molekuler terhadap mikrofilaria/larva cacing Brugia malayi pada
nyamuk genus Mansonia. JKK, 4(2), 69-75.
-
41
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Eman, G.J., Bernadus J., Sorisi A. 2016. Survei nyamuk culex sp di daerah
perumahan sekitar pelabuhan bitung. Jurnal kedokteran klinik (JKK), 1(1),
126-131).
Kurniawan, B. 2016. Keanekaragaman dan kemelimpahan jenis serangga pada
perkebunan apel (Malus sylvestris (L.) Mill) konvensional ditulungrejo, Batu,
Jawa Timur. Tesis. Program sudi biologi. Yogyakarta: universitas gadjah mada.
Lestari, L.J. 2017. Pengaruh kondisi sanitasi lingkungan rumah dan partisipasi
masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN) terhadap kasus demam
berdarah dengue di kecamatan sumobito kabupaten jombang. Suara bhumi,
4(5), 77-88.
Maharani, S.F. 2016. Efektivitas ekstrak daun sirih (Piper betle Linn) sebagai
larvasida terhadap larva Culex sp. instar III/IV. Skripsi. Program studi
kedokteran dan professor dokter. Jakarta: UIN syarif hidayatullah
Medical Entomology. 2008. Mosquito Life Cycle (generalized). diakses dari
httpsextension.entm.purdue.edupublichealthresources.html. 12 mei 2018.
Muhammad, R., Soviana S., Hadi U.K. 2015. Keanekaragaman jenis dan
karakteristik habitat nyamuk Anopheles spp. di desa datar luas, kabupaten aceh
jaya, provinsi aceh. Jurnal entomologi Indonesia, 12(3), 139-148.
Munif, A. 2009. Nyamuk vektor malaria dan hubungannya dengan aktivitas
kehidupan manusia di Indonesia. Aspirator, 1(2), 94-102.
Munthe, V.Y., Aryawati R., Isnaini. 2012. Struktur komunitas dan sebaran
fitoplankton di perairan sungsang sumatera selatan. Maspari journal, 4(1), 122-
130.
-
42
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Mursyidah, A. 2017. Identifikasi nyamuk (family: culicidae) sebagai vektor penyakit
di blok batok, air karang dan lempuyang resort labuhan merak kawasan taman
nasional baluran. Skripsi. Jurusan biologi. Jember: universitas jember.
Muslim, A. 2004. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kejadian infeksi
virus dengue (studi kasus di kota semarang). Tesis. Program pasca sarjana.
Semarang: universitas diponegoro.
Nadesul, H. 2007. Cara mudah mengalahkan demam berdarah. Jakarta: buku
kompas.
Nadifah, F., Farida N., Arisandi D., Owa M.D. 2016. Identifikasi larva nyamuk pada
tempat penampungan air di padukuhan dero condong catur kabupaten sleman.
Jurnal kesehatan masyarakat andalas, 10(2), 172-178.
Noor, R., Zen S. 2015. Studi keanekaragaman kupu-kupu di bantaran sungai
Batanghari kota metro sebagai sumber belajar biologi materi keanekaragaman.
BIOEDUKASI, 6(1), 71-78.
Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: UGM Press. Hal 179.
Okrinya, A.B. 2014. Mathematical modeling of malaria transmission and
phatogenesis. Thesis. Doctor of Philosophy: Loughborough University.
Prabowo, A. 2004. Malaria mencegah dan mengatasinya. Jakarta: Puspa swara.
Prayuda, E.Y. 2014. Efikasi ekstrak biji bintaro (Cerbera manghas) sebagai larvasida
pada larva Aedes aegypti L. instar III/IV. Skripsi. Program studi pendidikan
dokter. Jakarta: UIN syarif hidayatullah.
Rahayu, D.F., Ustiawan A. 2013. Identifikasi Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
BALABA, 9(1), 7-10.
-
43
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Ramadhani, T., Wahyudi BF. 2015. Keanekaragaman dan dominansi nyamuk di
daerah endemis filariasis limfatik, kota pekalongan. Jurnal vektor penyakit, 9
(1), 1-8.
Rosa, E. 2007. Studi tempat perindukan nyamuk vektor demam berdarah dengue di
dalam dan di luar rumah di rajabasa Bandar lampung. Jurnal sains MIPA,
13(1), 57-60
Sabir, M., Annawaty, Fahri. 2017. Investarisasi jenis-jenis nyamuk di desa alindau,
donggala, Sulawesi tengah. Journal of science and technology, 6(3), 263-269.
Soedarto. 2011. Malaria. Jakarta: SAGUNG SETO.
Sormin., Marito S. 2018. Hubungan iklim (temperatur, kelembaban, curah hujan dan
kecepatan angin) dengan kejadian malaria di kabupaten mandailing natal tahun
2011-2015. Skripsi. Fakultas kesehatan masyarakat. Medan: universitas
sumatera utara.
Sumatri, R.A., Iskandar D.J. 2005. Kajian keberagaman genetik nyamuk Anopheles
barbirotris dan A. vagus di dua daerah endemik penyakit malaria di jawa barat.
Jurnal matematika dan sains, 10(2), 37-44.
Suwito, A. 2007. Keanekaragaman Jenis Nyamuk (Diptera: Culicidae) Yang
Dikoleksi Dari Tunggul Bambu Di Taman Nasional Gn. Gede-Pangrango Dan
Taman Nasional Gn. Halimun: Zoo Indonesia, 16(1), 31-47
Wanti., Daman M. 2014. Tempat penampungan air dan kepadatan jentik Aedes sp. di
desa endemis dan bebas demam berdarah dengue. Jurnal kesehatan
masyarakat nasional, 9(2), 171-178.
-
44
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Widiarti, dkk. 2014. Analisis spasial pada kejadian luar biasa (KLB) malaria di desa
panusupan kecamatan rembang dan desa sidareja kecamatan kaligondang
kabupaten purbalingga. Media litbangkes, 24(4), 169 - 180.
World Health Organization. 2002. Specifications and evaluation for public health
pesticides, D-Allethrin. Geneva: World Health Organization.
Yasin, M. Zoologi invertebrata untuk perguruan tinggi. Surabaya: SINAR WIJAYA
Yudhastuti, R., Vidiyani A. 2005. Hubungan kondisi lingkungan, kontainer, dan
perilaku masyarakat dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di daerah
endemis demam berdarah dengue Surabaya. Jurnal kesehatan lingkungan,
1(2), 170-182.
-
45
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Lampiran 1: Demografi Wilayah
Jambi Luar Kota (Jaluko) merupakan salah satu Kecamatan dari sebelas
Kecamatan yang ada di Kabupaten Muaro Jambi dengan luas wilayah 280,12 km2
yang terdiri dari 20 Desa/Kelurahan dengan jumlah penduduk 64.469 jiwa atau
sebesar 17,05% dari jumlah seluruh penduduk dan merupakan jumlah penduduk
terbesar dalam Kabupaten Muaro Jambi. Kepadatan penduduk Kecamatan Jaluko
sebesar 230 jiwa/km2 (DinKes Ma. Jambi 2014, hal 15). Salah satu Desa/
Kelurahan yang berada di Kecamatan Jambi Luar Kota adalah Desa Simpang
Sungai Duren.
Pada tahun 1983 tadinya Desa Simpang Sungai Duren bergabung dengan
Desa Induk yaitu Desa Sungai Duren, setelah pemekaran menjadi dua Desa yaitu
Desa Sungai Duren dan Simpang Sungai Duren. RT 06 merupakan salah satu RT
yang berada di Desa Simpang Sungai Duren, Pada RT 06 terdiri dari 80 rumah
dan 90 KK dengan luas wilayah ± 48 Ha. Secara geografis Desa Simpang Sungai
Duren terletak dibagian Barat Kabupaten Muaro Jambi dengan luas wilayah lebih
kurang 635 Ha, dengan batas-batas:
Sebelah Utara : Desa Sungai Duren
Sebelah selatan : Desa Kelurahan Pijoan
Sebelah Barat : Desa Muaro Pijoan
Sebelah Timur : Desa Mendalo Indah
Wilayah Desa Simpang Sungai Duren dengan jumlah dusun 3 dan
memiliki 13 RT, terdiri dari :
a) Lahan pemukiman : 27,96 ha
b) Perkantoran : 0,42 ha
c) Pemakaman : 0,63 ha
d) Lapangan bola : 1,07 ha
e) Pertanian : 25 ha
f) Lain-lain :
-
46
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Desa Simpang Sungai Duren terdiri dari 3 Dusun dengan perincian
sebagai berikut:
1. Dusun I, terdiri dari 5 RT
2. Dusun II, terdiri dari 5 RT
3. Dusun III, Terdiri dari 3 RT
Keadaan Topografi Desa Simpang Sungai Duren dilihat secara umum
merupakan daerah dataran. Yang beriklim sebagaimana desa-desa lain di Kabupaten
Muaro Jambi dan mempunyai iklim kemarau, panca robah dan penghujan, hal
tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam pertanian yang ada di
Desa Simpang Sungai Duren dimana mata pencaharian penduduk desa Simpang
Sungai Duren dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1
Mata pencaharian penduduk desa simpang sungai duren
Petani Peternak Pedagang pengusaha PNS Pegawai
swastaa
416 KK 9 KK 98 KK 7 KK 29 KK 61 KK
Sarana yang terdapat di desa simpang sungai duren dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2
Sarana desa simpang sungai duren, kecamatan jaluko, kabupaten muaro jambi
Jenis Prasarana Volume Kondisi
Jalan Provinsi 4.000 Km Baik
Jalan Kabupaten 8.000 Km Sedang
Jalan Desa 9.000 Km Sedang
Jalan Lingkungan Rabat Beton 2.000 Km Sedang
Gedung SD 1 Unit Baik
Gedung Madrasah 2 Unit Sedang
Gedung TK 2 Unit Sedang
-
47
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Posyandu 1 Unit Sedang
Sumur Gali Umum 100 Unit Sedang
Pangkalan Okek 1 Unit Sedang
MCK 1 Unit Sedang
Kantor Desa 1 Unit Baik
Puskesmas 1 Unit Baik
Masjid 2 Unit Baik
Musholla/Surau 6 Unit Sedang
Arus Aliran Listrik Ke Kantor
Balai Desa
1 Unit Baik
Aliran Listrik PLN 7 Km Baik
Tanah Tempat Pemakaman
Umum
500 M2 Sedang
-
48
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Lampiran 2: Perhitungan Indeks Keanekaragaman dan Dominansi
No
Nama
Spesies
Ulangan Ke
1
Jumlah
Individu Pi Ln Pi H' D
1 Aedes 13 13
0.57
(0.57)
(0.32)
0.32
2 Armigeres 10 10
0.43
(0.83)
(0.36)
0.19
23 23 1 H=
(0.68)
0.51
H'
0.68
No
Nama
Spesies
Ulangan Ke
2
Jumlah
Individu Pi Ln Pi H' D
1 Aedes 21 21
0.64
(0.45)
(0.29)
0.40
2 Armigeres 12 12
0.36
(1.01)
(0.37)
0.13
33 33 1 H=
(0.66)
0.54
H'
0.66
No
Nama
Spesies
Ulangan Ke
3
Jumlah
Individu Pi Ln Pi H' D
1 Aedes 17 17
0.57
(0.57)
(0.32)
0.32
2 Armigeres 13 13
0.43
(0.84)
(0.36)
0.19
30 30 1 H=
(0.68)
0.51
H'
0.68
-
49
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
No
Nama
Spesies
Ulangan Ke
4
Jumlah
Individu Pi Ln Pi H' D
1 Aedes 19 19
1.00 -
-
1.00
2 Armigeres 0 0
- -
-
-
19 19 1 H=
-
1.00
H'
-
no
nama
spesies
ulangan
ke 5
jumlah
individu pi ln pi H' D
1 aedes 15 15
0.58
(0.55)
(0.32)
0.33
2 armigeres 11 11
0.42
(0.86)
(0.36)
0.18
26 26 1 H=
(0.68)
0.51
H'
0.68
no
nama
spesies
ulangan
ke 6
jumlah
individu pi ln pi H' D
1 aedes 8 8
0.53
(0.63)
(0.34)
0.28
2 armigeres 7 7
0.47
(0.76)
(0.36)
0.22
15 15 1 H=
(0.69)
0.50
H'
0.69
-
50
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
no
nama
spesies
ulangan
ke 7
jumlah
individu pi ln pi H' D
1 aedes 23 13
0.57
(0.57)
(0.32)
0.32
2 armigeres 13 10
0.43
(0.83)
(0.36)
0.19
36 23 1 H=
(0.68)
0.51
H'
0.68
no
nama
spesies
ulangan
ke 8
jumlah
individu pi ln pi H' D
1 aedes 20 20
0.57
(0.56)
(0.32)
0.33
2 armigeres 15 15
0.43
(0.85)
(0.36)
0.18
35 35 1 H=
(0.68)
0.51
H'
0.68
-
51
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Lampiran 3: Dokumentasi di Lapangan
Gambar 1. Salah satu rumah yang
menjadi lokasi penelitian
Gambar 2. Salah satu rumah yang
menjadi lokasi penelitian
Gambar 4. Salah satu WC rumah
yang menjadi lokasi penelitian
Gambar 3. Salah satu rumah yang
menjadi lokasi penelitian
-
52
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Gambar 6. Pengukuran suhu air yang
terdapat jentik nyamuk
Gambar 5. Pengukuran suhu dan
kelembaban di lapangan
Gambar 7. Penangkapan nyamuk
dengan metode insect net
Gambar 8. Penangkapan nyamuk
dengan metode HLC
-
53
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Gambar 9. Pengawetan nyamuk pada
card point
Gambar 11. Pot bunga bekas yang
terdapat jentik nyamuk
Gambar 12. Ban bekas yang terdapat
jentik nyamuk
Gambar 10. Selokan disekitar rumah
warga
-
54
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Gambar 14. Dirigen bekas yang
terdapat jentik nyamuk
Gambar 13. Ember bekas yang
terdapat jentik nyamuk
Gambar 15. Teko plastik bekas yang
terdapat jentik nyamuk
Gambar 16. Ember bekas yang
terdapat jentik nyamuk
-
55
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Gambar 19. Tempat karet bekas yang
terdapat jentik nyamuk
Gambar 20. Dirigen bekas yang
terdapat jentik nyamuk
Gambar 18. Ban bekas yang terdapat
jentik nyamuk
Gambar 17. Asbak bekas yang
terdapat jentik nyamuk
-
56 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
-
57
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
-
58 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
-
59
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
-
60
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(CURRICULUM VITAE)
Nama : Nurjannah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tgl Lahir : Pebenaan 12 Maret 1997
Alamat : Jl. Lintas Samudra KM 11 RT. 01 RW.
03 Desa Danau Rambai Kec. Batang
Gansal Kab. Inhu Riau
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat Email : nurjannah.02yahoo.com
No Kontak : 0823 8577 0582
Pendidikan Formal
1. SDN 023 Seberang pebenaan, 2003 - 2009
2. SMP N 3 Keritang, 2010 - 2012
3. SMA N 1 Keritang, 2013 - 2015
4. SI UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2015- sekarang
Pendidikan Non Formal
1. Praktikum Penguatan Konten (PPK) Program Studi Tardris Biologi
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi tahun 2016
2. Anggota Drum Band SMA N 1 Keritang tahun 2013-2015
3. Anggota OSIS SMP N 3 Keritang tahun 2011
4. Anggota Drum Band SMP N 3 Keritang tahun 2011-2012
5. Anggota pramuka SMP N 3 keritang tahun 2011
Motto hidup “Jika Mereka Bisa Saya Juga Pasti Bisa”
HALAMAN SAMPULNOTA DINASPENGESAHANPERNYATAAN ORISINALITASHALAMAN PERSEMBAHANHALAMAN PERSEMBAHANMOTTOKATA PENGANTARABSTRAKABSTRACTDAFTAR ISIDAFTAR GAMBARDAFTAR TABELDAFTAR LAMPIRANBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahB. Fokus PermasalahanC. Rumusan MasalahD. Tujuan Penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKAA. Kajian teoritik1. Insekta2. Taksonomi nyamuk3. Siklus hidup nyamuk4. Jenis-jenis nyamuk berbahaya5. Siklus hidup pathogen yang dibawa nyamuk6. Habitat nyamuk7. Potensi vektor nyamuk8. Faktor abiotik yang mempengaruhi perkembangan nyamuk
B. Penelitian yang relevan
BAB III METODOLOGI PENELITIANA. Tempat dan Waktu PenelitianB. Metode PenelitianC. Alat dan BahanD. Prosedur kerja1. Studi Pendahuluan2. Persiapan Alat3. Pengukuran Parameter Lingkungan4. Koleksi Nyamuk5. Penghitungan nyamuk6. Pengawetan nyamuk7. Identifikasi nyamuk
E. Analisis data1. Analisis Deskripsi2. Analisis Statistik
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANA. HasilB. PEMBAHASAN
BAB V PENUTUPA. KesimpulanB. Saran
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN-LAMPIRAN