KEANEKARAGAMAN DAN POTENSI VEKTOR PENYAKIT ...repository.uinjambi.ac.id/3013/1/NURJANNAH - NIM....

76
i KEANEKARAGAMAN DAN POTENSI VEKTOR PENYAKIT NYAMUK (DIPTERA: CULICIDAE) DI DESA SIMPANG SUNGAI DUREN, KECAMATAN JALUKO, KABUPATEN MUARO JAMBI SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam ilmu pendidikan NURJANNAH NIM. TB 151008 PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019

Transcript of KEANEKARAGAMAN DAN POTENSI VEKTOR PENYAKIT ...repository.uinjambi.ac.id/3013/1/NURJANNAH - NIM....

  • i

    KEANEKARAGAMAN DAN POTENSI VEKTOR PENYAKIT

    NYAMUK (DIPTERA: CULICIDAE) DI DESA SIMPANG

    SUNGAI DUREN, KECAMATAN JALUKO,

    KABUPATEN MUARO JAMBI

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Strata

    Satu (S-1) dalam ilmu pendidikan

    NURJANNAH

    NIM. TB 151008

    PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI

    FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

    JAMBI

    2019

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Ku persembahkan karya tulis ini teruntuk:

    Ibu (Hj. Nuhra) dan Alm. Ayah (Iskandar)

    Yang telah memberikan dukungan moril maupun materi serta do’a yang

    tiada henti untuk kesuksesanku, karna tiada kata seindah lantunan do’a

    dan tiada do’a yang paling khusu’ selain do’a dari orang tua.

    Terima kasih ibu, atas cinta dan kasih sayang yang engkau berikan

    selama ini.

    Terima kasih ayah atas tetes keringat yang bercucuran demi

    kesuksesan masa depanku, semoga engkau bahagia melihatku memakai

    toga meskipun kita berada di alam yang berbeda.

    Hanya ini yang dapat ku persembahkan

    sebuah karya kecil namun terdapat perjuangan yang sangat tidak

    mudah untuk mencapainya.

    Tidak lupa kepada Bapak Dr. Abdul Malik, M.Si dan Ibu Suraida, M.Si

    selaku dosen pembimbing skripsi yang banyak memberikan masukan dan

    saran serta Bapak Bayu Kurniawan, M.Si yang juga banyak membantu.

    Kepada teman-teman Tadris Biologi angkatan 15 yang selalu

    memberikan semangat dan motivasi.

  • vii

    MOTTO

    ا َه َق ْو ا َف َم وَضًة َف ُع ا َب ا َم ًل َث َب َم ْن َيضِْر ي َأ ِي ْح َت ْس ا َي نَّ اللََّه َل ۚ ِإ

    ْم بِِّه ْن َر َحقُّ ِم نَُّه اْل وَن َأ ُم َل ْع َي وا َف ُن يَن آَم مَّا الَِّذ َأ يَن ۚ َف مَّا الَِّذ َأ َو

    َه اَد اللَُّه ِب َر ا َأ اَذ وَن َم وُل ُق َي وا َف ُر َف ا ۚ َك ًل َث ا َم ِه َك ۚ َذ ِضلُّ ِب ا ُي يًر ِث

    ا يًر ِث ِه َك ِدي ِب ْه َي يَن ۚ َو ِق اِس َف لَّا اْل ِه ِإ ِضلُّ ِب ا ُي َم (٢٦)َو

    Artinya:

    Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk

    atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka

    yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir

    mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?".

    Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan

    perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. dan tidak ada

    yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik. (QS. Surah Al-Baqarah

    ayat 26).

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat serta

    kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

    “Keanekaragaman dan Potensi Vektor Penyakit Jenis Nyamuk

    (Diptera:Culicidae) di Desa Simpang Sungai Duren Kecamatan Jaluko

    Kabupaten Muaro Jambi”.

    Tujuan penulisan skripsi ini untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh

    gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) bagi mahasiswa program S-1 di program studi

    Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sulthan

    Thaha Saifuddin Jambi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

    kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

    membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

    Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak,

    sehingga pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa

    hormat penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya bagi semua

    pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil baik langsung

    maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai, terutama

    kepada yang saya hormati:

    1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA sebagai Rektor Universitas Islam Negeri

    Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    2. Ibu Dr. Hj. Armida, M.Pd sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

    Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    3. Ibu Reny Safita, S.Pt., M.Pd dan Bapak Fery Kurniawan, M.Si sebagai

    Ketua dan Sekretaris Program Studi Tadris Biologi Universitas Islam

    Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    4. Bapak Dr. Abdul Malik, M. Si dan Ibu Suraida, M.Si sebagai dosen

    pembimbing I dan pembimbing II yang telah banyak memberikan kritik

    dan saran maupun arahan yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi

    ini.

  • ix

    5. Bapak Mulyadi sebagai Kepala Desa Simpang Sungai Duren dan Bapak

    Purnawan sebagai Ketua RT 06 yang telah banyak memberikan informasi

    dan data yang di perlukan guna menunjang selesainya skripsi ini.

    Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

    telah membantu, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menjadi

    bahan masukan dalam dunia pendidikan serta bermanfaat dalam pengembangan

    ilmu.

    Jambi, 18 Mei 2019

    Nurjannah

    TB 151008

  • x

    ABSTRAK

    Nama : Nurjannah

    Prodi : Tadris Biologi

    Judul : Keanekaragaman dan Potensi Vektor Penyakit Jenis Nyamuk

    (Diptera: Culicidae) di Desa Simpang Sungai Duren Kecamatan

    Jaluko Kabupaten Muaro Jambi

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Keanekaragaman dan

    Potensi Vektor Penyakit yang disebabkan oleh Nyamuk (Diptera: Culicidae) di

    Desa Simpang Sungai Duren Kecamatan Jaluko Kabupaten Muaro Jambi.

    Penelitian ini dilakukan pada Februari 2019. Nyamuk diidentifikasi berdasarkan

    karakter morfologi dan dicocokkan dengan kunci determinasi. Data analisis

    menggunakan indeks keanekaragaman (shanon-wienner) dan dominansi

    (Simpson). Instrumen Pengumpulan Data berupa Observasi dan Dokumentasi.

    Hasil penelitian jenis nyamuk yang terkoleksi terdapat dua spesies yaitu Aedes

    albopictus sebagai vektor demam berdarah dengue (DBD) dan Armigeres sp

    sebagai vektor filariasis. Secara keseluruhan nilai indeks keanekaragaman

    termasuk dalam kategori rendah.

    Kata kunci: Keanekaragaman, Vektor, Nyamuk

  • xi

    ABSTRACT

    Name : Nurjannah

    Major : Tadris Biologi

    Title : The Diversity and Disease Vector Potential of Type of Mosquito

    (Diptera: Culicidae) at Simpang Sungai Duren Village Jaluko

    District Muaro Jambi Regency

    The purpose of this research is to know The Diversity and Disease Vector

    Potential caused by type of Mosquito Diptera: Culicidae at Simpang Sungai

    Duren Village Jaluko District Muaro Jambi Regency. This research was

    conducted on February 2019. Mosquito was identified based on the morphology

    character and matched with determination key. The data analysis was done by

    using diversity index (shanon-wienner) and dominancy (Simpson). The

    instrument of collecting the data was observation and documentation. The result

    of collected type of mosquito is there were two type two species those were Aedes

    albopictus as the vector of dengue blood fever (DBD) and Armigeressp as the

    vector of filariasis. Totally the index number of diverse was categorized into low

    category.

    Keywords: the diversity, vector, Mosquito

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

    NOTA DINAS ............................................................................................ ii

    PENGESAHAN ......................................................................................... iv

    PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................................... v

    HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... vi

    MOTTO ..................................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ............................................................................... viii

    ABSTRAK ................................................................................................. x

    ABSTRACT ............................................................................................... xi

    DAFTAR ISI .............................................................................................. xii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv

    DAFTAR TABEL ..................................................................................... xv

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi

    BAB I : PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

    B. Fokus permasalahan ...................................................................... 2

    C. Rumusan Masalah ......................................................................... 2

    D. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3

    E. Manfaat Penelitian ........................................................................ 3

    BAB II : KAJIAN PUSTAKA

    A. Kajian Teoritik .............................................................................. 4

    1. Insekta ..................................................................................... 4

    2. Taksonomi Nyamuk ................................................................ 4

    3. Siklus Hidup Nyamuk ............................................................. 5

    4. Jenis-jenis nyamuk berbahaya ................................................ 9

    5. Siklus Hidup Pathogen yang dibawa Nyamuk ....................... 10

    6. Habitat Nyamuk ...................................................................... 11

    7. Potensi Vektor Nyamuk .......................................................... 13

    8. Faktor Abiotik yang Mempengaruhi Perkembangan Nyamuk 15

    B. Penelitian yang Relevan ................................................................ 16

    BAB III : METODE PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu penelitian ....................................................... 20

    B. Metode Penelitian ......................................................................... 21

    C. Alat dan Bahan .............................................................................. 21

    D. Prosedur Kerja .............................................................................. 22

    1. Studi Pendahuluan .................................................................. 22

    2. Persiapan Alat ......................................................................... 22

  • xiii

    3. Pengukuran Parameter Lingkungan ........................................ 22

    4. Koleksi Nyamuk ..................................................................... 23

    5. Perhitungan Nyamuk .............................................................. 24

    6. Pengawetan Nyamuk .............................................................. 24

    7. Identifikasi Nyamuk ............................................................... 24

    E. Analisis Data ................................................................................. 25

    1. Analisis Deskripsi ................................................................... 25

    2. Analisis Statistik...................................................................... 25

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil ............................................................................................. 28

    B. Pembahasan ................................................................................... 36

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ................................................................................... 39

    B. Saran .............................................................................................. 39

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Siklus hidup nyamuk 5

    Gambar 2.2 Telur nyamuk 5

    Gambar 2.3 Larva nyamuk Anopheline; Culicine 7

    Gambar 2.4 Pupa nyamuk 7

    Gambar 2.5 Morfologi nyamuk dewasa; kepala nyamuk Anopheline;

    Kepala nyamuk culicine

    8

    Gambar 2.6 thorax; Kaki 8

    Gambar 2.7 Sayap; Abdomen tumpul; Abdomen runcing 9

    Gambar 2.8 Siklus hidup pathogen yang dibawa nyamuk 11

    Gambar 3.1 Peta Desa Simpang Sungai Duren 20

    Gambar 3.2 Insect net 23

    Gambar 3.3 Card point 24

    Gambar 4.1 perbedaan Scutum Ae. aegypti, dan Ae. albopictus 29

    Gambar 4.2 Scutum pada Ae. albopictus 29

    Gambar 4.3 Perbedaan femur pada Ae. aegypti dan Ae. albopictus 30

    Gambar 4.4 Femur pada Ae. albopictus 30

    Gambar 4.5 Morfologi nyamuk Armigeres sp 31

    Gambar 4.6 Grafik fluktuasi nyamuk yang tertangkap tiap pengulangan 32

    Gambar 4.7 Persentase cacah individu yang terkoleksi di lokasi penelitian 32

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Hasil penelitian yang relevan 16

    Tabel 3.1 Daftar alat yang digunakan beserta fungsinya 21

    Tabel 3.2 Daftar bahan yang digunakan beserta fungsinya 22

    Tabel 3.3 Jadwal pelaksanaan penelitian 27

    Tabel 4.1 Imago nyamuk (Diptera: Culicidae) yang terkoleksi 28

    Tabel 4.2 Perbandingan nilai Indeks keanekaragaman dan dominansi

    nyamuk (Diptera: Culicidae) yang terkoleksi

    33

    Tabel 4.3 Perbandingan indeks keanekaragaman dan indeks

    dominansi nyamuk (Diptera: Culicidae) yang terkoleksi

    tiap pengulangan

    34

    Tabel 4.4 Pengukuran suhu udara dan kelembaban di lapangan 35

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Demografi wilayah 45

    Lampiran 2 Perhitungan indeks keanekaragaman dan dominansi 48

    Lampiran 3 Dokumentasi di lapangan 51

  • 1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Penyakit menular yang disebabkan oleh vektor seperti demam berdarah

    dengue (DBD), malaria, filariasis (kaki gajah), dan Japanese B. encephalitis masih

    menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia.

    Berdasarkan data yang didapat dari Puskesmas Desa Simpang Sungai

    Duren diketahui ada 14 kasus Demam Berdarah Dengue selama tahun 2018, pada

    bulan Januari terdapat 1 kasus, Februari 1 kasus, Oktober 1 kasus, November 6

    kasus dan Desember 5 kasus. Sementara untuk kasus Malaria Klinis terdapat 523

    kasus tetapi setelah melaksanakan pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil

    negatif Malaria. Untuk kasus Filariasis dan Chikungunya pada tahun 2018 tidak

    terdapat kasus.

    Rukun Tetangga 06 merupakan salah satu Rukun Tetangga yang berada di

    Desa Simpang Sungai Duren Kecamatan Jaluko Kabupaten Muaro Jambi.

    Wilayah ini banyak terdapat perumahan dan kos-kosan dikarenakan wilayah ini

    terdapat perguruan tinggi menjadikan kondisi wilayah pemukiman ini cukup padat

    dan kurang tertata, dibeberapa sekitaran rumah warga banyak terdapat pohon

    coklat, duku dan durian serta semak-semak yang jaraknya tidak jauh dari rumah

    warga. Wilayah ini memperoleh suplai air dari sumur gali dan PDAM yang

    mengalir setiap hari sehingga dijumpai tempat-tempat penampungan air baik di

    dalam maupun di luar rumah. dibeberapa rumah warga juga ditemukan selokan

    yang tidak mengalir sehingga menyebabkan aliran air tidak mengalir dengan

    lancar, selain itu pada saat musim hujan banyak terdapat genangan sisa air hujan

    di sekitar rumah warga.

    Banyaknya warga yang kurang peduli dengan kebersihan dan tingkat

    kesadaran warga yang masih rendah terutama dalam membersihkan

    tempat-tempat penampungan air baik di dalam rumah maupun di luar rumah serta

    tempat-tempat yang menampung air hujan yang berpotensi menjadi sarang

    nyamuk.

  • 2

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    Berdasarkan observasi yang dilakukan, di beberapa rumah penduduk

    masih ditemukan larva nyamuk pada tempat-tempat penampungan air di dalam

    rumah maupun di lingkungan sekitar rumah. Kondisi tersebut dapat meningkatkan

    perkembangan vektor penyebab penyakit dan beresiko terjadi peningkatan jumlah

    kasus seperti DBD, Malaria, Cikungunya dan Filariasis.

    Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan peneliti

    tertarik untuk mengetahui “Keanekaragaman dan Potensi Vektor Penyakit

    Nyamuk (Diptera: Culicidae) di Desa Simpang Sungai Duren, Kecamatan

    Jaluko, Kabupaten Muaro Jambi”.

    B. Fokus Permasalahan

    Agar penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan semula maka peneliti

    hanya berfokus pada masalah yang hanya berhubungan dengan Keanekaragaman

    dan Potensi Vektor Penyakit Jenis Nyamuk Diptera: Culicidae di RT 06 Desa

    Simpang Sungai Duren.

    C. Rumusan Masalah

    1. Jenis nyamuk apa saja yang ada di Desa Simpang Sungai Duren

    Kecamatan Jaluko Muaro Jambi?

    2. Bagaimana keanekaragaman nyamuk yang berada di Desa Simpang

    Sungai Duren Kecamatan Jaluko Muaro Jambi?

    3. Bagaimana potensi vektor penyakit yang disebabkan oleh nyamuk di Desa

    Simpang Sungai Duren Kecamatan Jaluko Muaro Jambi?

  • 3

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    D. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini yaitu:

    1. Mengetahui jenis nyamuk yang ada di Desa Simpang Sungai Duren

    Kecamatan Jaluko Muaro Jambi.

    2. Mengetahui keanekaragaman nyamuk yang berada di Desa Simpang

    Sungai Duren Kecamatan Jaluko Muaro Jambi.

    3. Mengetahui potensi vektor penyakit yang disebabkan oleh jenis nyamuk di

    Desa Simpang Sungai Duren Kecamatan Jaluko Muaro Jambi.

    E. Manfaat Penelitian

    Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:

    1. Bagi masyarakat

    a. Memberikan data penyebaran nyamuk dan potensi vektor penyakit

    khususnya Desa Simpang Sungai Duren Kecamatan Jaluko Muaro

    Jambi.

    b. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang daerah distribusi

    yang menjadi habitat nyamuk sehingga dapat melakukan tindakan

    pencegahan pada keluarga.

    2. Bagi pendidik

    Sebagai informasi tambahan dalam mengajar mengenai nyamuk yang

    dapat menyebabkan penyakit Demam Berdarah Dengue, Malaria, Filariasis,

    dan Chikungunya.

    3. Bagi peneliti

    Hasil penelitian dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk program

    atau kebijakan dan diaplikasikan pada masyarakat.

  • 4

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Kajian teoritik

    1. Insekta

    Insekta atau serangga disebut juga Hexapoda merupakan kelas yang

    terbesar di dalam Arthropoda, beranggotakan kurang lebih 675.000 spesies

    yang tersebar di semua penjuru dunia. Habitat insekta disemua tempat, kecuali

    di laut. Sebagian hidup di dalam air tawar, tanah lumpur, parasit pada macam-

    macam tumbuhan atau hewan lainnya. Beberapa insekta sebagai penyebar

    penyakit yang disebabkan oleh bakteri, protozoa, virus dan lain-lain. Ciri-ciri

    khusus insekta adalah tubuh terdiri atas caput, thorax dan abdomen. Pada

    caput terdapat antena, mata dan mulut dengan bagian-bagiannya. Thorax

    terdiri atas tiga pasang kaki yang beruas-ruas, dan sepasang sayap. Abdomen

    terdiri atas kurang lebih 11 buku dengan beberapa bagian terminal, misalnya

    genital (Yasin, hal 202).

    Kelas insekta memiliki 28 ordo dimana nyamuk termasuk ke dalam

    ordo diptera pada famili culicidae dengan ciri-ciri tubuh langsing, proboscis

    panjang, sayap mempunyai rumbai sisik. Larva mempunyai kepala yang besar

    dan abdomen yang panjang (Yasin, hal 230).

    2. Taksonomi nyamuk

    Klasifikasi nyamuk secara taksonomi yaitu:

    Kingdom : Animalia

    Filum : Arthropoda

    Kelas : Insecta

    Ordo : Diptera

    Famili : Culicidae

    Sumber: (Borror et al, 1992)

    4

    http://eol.org/pages/1/overviewhttp://eol.org/pages/164/overviewhttp://eol.org/pages/344/overviewhttp://eol.org/pages/421/overview

  • 5

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    3. Siklus hidup nyamuk

    Menurut Soegijanto (2006) dalam Mursyidah (2017), hal 12) siklus

    hidup pada nyamuk dapat dikatakan sebagai metamorfosis sempurna karena

    mengalami empat tahapan stadium dalam proses pertumbuhan dan

    perkembangan. Tahapan stadium meliputi telur, larva, pupa dan dewasa.

    Waktu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dari telur sampai dewasa berkisar

    7-14 hari yang tergantung pada suhu, kelembaban, kondisi air dan kandungan

    zat makanan serta spesies nyamuk.

    Gambar 2.1 Siklus hidup nyamuk

    Sumber : Medical Entomology, 2008

    a. Telur Nyamuk

    Pada stadium telur, biasanya nyamuk meletakkan telurnya di

    tempat yang berair agar tidak mengalami kerusakan bahkan kematian.

    Pada awalnya telur berwarna putih, beberapa jam kemudian akan

    berwarna hitam sebagai kamuflase agar tidak dimakan oleh hewan insekta

    lainnya. Telur biasanya menetas 2-3 hari sesudah di letakkan didalam

    tempat perindukan (Mursyidah, 2017, hal 12).

    Gambar 2.2 Telur nyamuk

    Sumber: Medical Entomology, 2008

  • 6

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    b. Larva Nyamuk

    Pada stadium larva, pertumbuhan dan perkembangannya sangat di

    pengaruhi oleh faktor suhu, kelembaban, nutrisi, dan predator yang

    terdapat di tempat perindukan (Mursyidah, 2017, hal 12-13). Larva yang

    berkembang memiliki 4 fase. Pada kondisi yang optimal, waktu penetasan

    dari telur hingga dewasa hanya membutuhkan waktu yang singkat sekitar

    7 hari, sedangkan pada suhu yang rendah akan dapat bertahan hingga

    beberapa minggu untuk menjadi dewasa. Berdasarkan morfologi dan

    penampakannya, setiap instar nyamuk memiliki ciri masing-masing, yaitu:

    1) Larva instar I : ukuran paling kecil yang memiliki panjang 1-2 mm,

    siphon belum berwarna hitam, dan badan masih terlihat tembus

    terhadap cahaya.

    2) Larva instar II : ukuran bertambah besar, yang memiliki panjang

    2,5-3,9 mm,, siphon masih belum terlihat dengan jelas.

    3) Larva instar III : ukuran lebih besar lagi dengan panjang 5 mm dan

    siphon sudah terlihat lebih berwarna gelap dibandingkan dengan

    warna badan, serta gigi sisir sudah terlihat di segmen abdomen ke-

    8.

    4) Larva instar IV : memiliki panjang 7-8 mm.

    Berdasarkan lama harinya, perkembangan larva dari instar I

    menjadi instar II terjadi selama 1-2 hari, kemudian instar II menjadi larva

    III berlangsung 2-3 hari, dan larva instar III menjadi larva instar IV

    membutuhkan waktu 2-3 hari (Prayuda, 2014, hal 13-14).

  • 7

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    Gambar 2.3 Larva nyamuk A. Anopheline; B. Culicine

    Sumber: Andreadis et al, 2005

    c. Pupa

    Pada stadium pupa dapat dikatakan sebagai fase istirahat. Pupa

    merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang perkembangannya di dalam

    air. Pupa berbentuk agak pendek, tidak makan, bergerak aktif dalam air

    apabila merasa terganggu, dan masih bernafas pada permukaan air

    menggunakan tabung pernapasan. Perkembangan pupa menjadi nyamuk

    dewasa biasanya 1-3 hari. Pupa jantan menetas terlebih dahulu

    dibandingkan dengan pupa betina (Mursyidah, 2017, hal 13).

    Gambar 2.4 Pupa nyamuk

    Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019

    A B

  • 8

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    d. Imago

    Stadium akhir yaitu nyamuk dewasa. Nyamuk dewasa baik jantan

    maupun betina setelah keluar dari pupa akan berhenti sejenak. Nyamuk

    dewasa akan mengeringkan tubuhnya terutama bagian sayap untuk dapat

    terbang dan mencari makanan (Mursyidah, 2017, hal 13).

    Setelah menjadi dewasa, nyamuk akan kawin dan selanjutnya

    nyamuk betina yang telah dibuahi akan membutuhkan darah sebagai

    nutrisi dalam waktu 24-36 jam untuk maturasi telur nyamuk tersebut.

    Nyamuk dewasa betina dapat hidup hingga usia 2 minggu, sedangkan

    nyamuk dewasa jantan rata-rata hanya 6-7 hari (Prayuda, 2014, hal 16-17).

    Gambar 2.5 A. Morfologi nyamuk dewasa; B. kepala nyamuk Anopheline;

    C. Kepala nyamuk culicine

    Sumber : Andreadis et al, 2005

    Gambar 2.6 A. ; thorax; B. Kaki

    Sumber : Andreadis et al, 2005

  • 9

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    Gambar 2.7 A.Sayap; B. Abdomen tumpul; C. Abdomen runcing

    Sumber : Andreadis et al, 2005

    4. Jenis-jenis nyamuk berbahaya

    a. Aedes aegypti

    Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa

    virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, Aedes

    aegypti juga merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever) dan

    chikungunya (Nadesul, 2007, hal 2).

    b. Aedes albopictus

    Nyamuk Aedes albopictus hampir sama dengan Aedes aegypti

    yang juga menularkan demam berdarah. Nyamuk ini biasanya banyak

    terdapat di kebun atau halaman rumah (WHO, 2002, hal 62).

    c. Anopheles sp

    Anopheles sp adalah jenis serangga yang menyebalkan dan saat

    menggigit akan terasa sakit dan menyebabkan gatal serta menimbulkan

    bekas. yang lebih buruknya adalah kita bisa tertular penyakit yang dibawa.

    Misalnya Anopheles sundaicus yang banyak membawa parasit penyebab

    sakit malaria (Prabowo, 2004, hal 9).

    d. Culex sp

    Nyamuk Culex sp merupakan nyamuk pengganggu, menggigit dan

    menghisap darah waktu malam. Nyamuk ini terkenal dengan penyakit

    filariasis. Penyakit ini penyebabnya adalah cacing Wuchereria bancrofti

  • 10

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    yang berada dalam darah seorang penderita. Reservoir utama nyamuk ini

    adalah burung peliharaan (Candra, 2007, hal 19).

    5. Siklus hidup pathogen yang dibawa nyamuk

    Parasit malaria memiliki siklus hidup yang cukup rumit karena

    melibatkan nyamuk dan manusia yang terdiri dari 3 fase yaitu fase sporozoit,

    fase merozoit/eritrositik, dan fase gametosit. dimana fase sporozoit dan

    merozoit terjadi di dalam tubuh manusia dan fase gametosit terjadi di dalam

    tubuh nyamuk (Okrinya, 2014, hal 5).

    Fase di dalam tubuh manusia nyamuk betina yang menghisap darah

    akan mengeluarkan kelenjar ludah bersamaan dengan sporozoit yang akan

    masuk ke dalam tubuh manusia. Bersamaan dengan aliran darah sporozoit

    akan masuk ke dalam hati. Ketika sporozoit berada di dalam hati, akan

    dimulai reproduksi secara aseksual yang akan menghasilkan sel anak disebut

    merozoit yang akan menyerang sel darah merah disebut erotrositer.

    Bersamaan dengan pecahnya sel darah merah merozoit akan keluar dengan

    racun yang telah dihasilkan oleh merozoit untuk menginfeksi sel darah merah

    yang baru. Setelah beberapa lama merozoit akan berubah menjadi gametosit

    (Okrinya, 2014, hal 6-7).

    Jika darah manusia dihisap oleh nyamuk maka gametosit akan masuk

    ke dalam tubuh nyamuk dan berubah menjadi makrogamet (jantan dan betina).

    Jika makrogamet melebur maka akan terbentuk zigot. Kemudian zigot akan

    berubah menjadi ookinet yang bentuknya seperti cacing dan bergerak

    menerobos dinding usus/perut nyamuk dan berubah bentuk seperti membulat

    yang disebut ookista. Dari ookista ini akan menghasilkan ribuan sporozoit.

    Sporozoit akan sampai pada kelenjar ludah dan apabila nyamuk menggigit

    manusia, maka siklus hidup Plasmodium akan terulang kembali (Okrinya,

    2014, hal 8).

  • 11

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    Gambar 2.8 Siklus hidup pathogen yang dibawa nyamuk

    Sumber : Okrinya, 2014

    6. Habitat nyamuk

    Habitat perindukan nyamuk betina sangat bervariasi, mulai dari

    tempat yang semi-akuatik sampai ke sistem perairan yang luas. Mattingly

    (1971) dalam Suwito, (2007) hal 31) membagi sistem perairan ini menjadi dua

    kelompok besar, yaitu perairan yang mengalir dan tergenang.

    Nyamuk dapat berkembangbiak dengan baik apabila lingkungan

    sesuai dengan kebutuhannya. Kepentingan manusia dalam mengelola lahan

    pertanian, perikanan, perkebunan, peternakan akan dimanfaatkan untuk

    perkembangbiakan larva nyamuk, sehingga berpengaruh terhadap kepadatan

    maupun perilaku nyamuk di suatu tempat (Munif, 2009, hal 95).

    Tempat perkembangbiakan nyamuk disebut tempat perindukan,

    tempat ini merupakan bagian paling penting dalam siklus hidup nyamuk,

    karena melalui tempat perindukan ini kelangsungan siklus hidup nyamuk

  • 12

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    dapat berlangsung dengan normal. Larva Aedes dapat ditemukan pada

    genangan-genangan air bersih dan tidak mengalir. Larva nyamuk Aedes dapat

    ditemukan di lokasi seperti bak mandi, drum-drum berisi air, kaleng dan botol

    bekas, tempurung kelapa, bangkai mobil dan di lubang-lubang pohon yang

    berisi air (Nadifah, 2016, hal 174).

    Sebagian besar distribusi nyamuk Aedes aegypti berada di daerah

    urban atau pedesaan. Terutama di Negara yang beriklim tropis dan subtropis

    di area asia tenggara (Prayuda, 2014, hal 10). Nyamuk Aedes aegypti tersebar

    luas di kawasan pemukiman maupun di tempat-tempat umum, kecuali wilayah

    yang terletak pada ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut.

    Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya kasus DBD adalah

    tingkat kepadatan vektor baik kepadatan nyamuk dewasa maupun jentik

    (Wanti, 2014, hal 172).

    Nyamuk Aedes sp berkembang biak dengan baik di tempat-tempat

    perindukan di dalam rumah maupun di luar rumah. Di dalam rumah pada

    tempat-tempat penampungan air di rumah tangga, sedangkan di luar rumah

    pada tanaman-tanaman yang dapat menampung air ataupun benda-benda yang

    berpotensi sebagi tempat penampungan air (Rosa, 2007, hal 57).

    Penyebaran nyamuk Culex spp ditemukan di daerah tropis dan sub

    tropis, khususnya di Indonesia. Di Indonesia nyamuk Culex spp

    penyebarannya di seluruh daerah adalah merata khususnya di daerah

    Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, NTT dan Irian Jaya. Pemerataan

    penyebaran nyamuk Culex spp di Indonesia karena habitat dari nyamuk Culex

    spp yang ditemukan di daerah persawahan dan perkotaan (Eman, 2016, hal

    127).

    Culex sp. memiliki beberapa jenis di mana banyak tersebar di area

    tropis dan subtropis daerah asia tenggara. Nyamuk ini hidup dan

    berkembangbiak di air yang keruh atau kotor seperti got, selokan, comberan,

    sungai yang dipenuhi sampah dan tempat-tempat lainnya yang tinggi

    pencemarannya. Begitu pula dengan larva, lebih menyukai tempat-tempat

  • 13

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    yang tertutupi rumput maupun tanaman air. Hal ini bertujuan agar larva

    terlindungi dari ikan dan predator air lainnya (Maharani, 2016, hal 5).

    Tempat yang paling banyak dikunjungi nyamuk malaria untuk

    berkembang biak adalah tempat dengan air jernih yang tidak mengalir.

    Nyamuk betina umumnya bersifat zoofilik dan juga bersifat eksofilik, yaitu

    puncak keaktifan menggigit mulai senja hingga menjelang tengah malam,

    meskipun aktivitasnya dapat terus berlangsung hingga pagi hari dan

    cenderung bersifat eksofagik, yaitu hampir selalu menggigit di luar rumah

    (Sumatri, 2005, hal 38).

    7. Potensi vektor nyamuk

    Nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit masuk ke dalam ordo

    Diptera, family Culicidae yang terdiri dari tiga sub family yaitu

    Toxorhynchitinae (Toxorhynchites), Culicinae (Aedes, Culex, Mansonia,

    Armigeres) dan Anophelinae (Anopheles) yang jumlahnya lebih dari 3500

    spesies (Mursyidah, 2017, hal 1).

    Nyamuk jenis An. sundaicus, An. subpictus, An farauiti menularkan

    malaria di daerah pantai; An. maculatus dan An. Aconitus di daerah

    pegunungan. Nyamuk Ae. aegypti dan Ae.albopictus berperan menularkan

    demam berdarah dengue, nyamuk Cx. quinquefasiatus menularkan filaria

    yang disebabkan cacing Wucheria brancrofti di perkotaan dan An. vagus, An.

    aconitus, An.subpictus di pedesaan. Mansonia uniformis dan Anopheles sp

    menularkan Brugria sp, nyamuk Cx. vishnui, Cx. tritaeniorhynchus, Cx.

    gelidus berperan sebagai vektor Japanese enchephalitis (radang otak),

    Nyamuk Ae. albopictus sebagai vektor Chikungunya (Munif, 2009, hal 94).

    Aedes albopictus juga sebagai vektor DBD, walaupun tudak sepenting

    Ae. aegypti. di laboratorium, kedua spesies nyamuk tersebut dapat menularkan

    virus dengue melalui nyamuk betina ke telur sampai keturunannya, walaupun

    Ae. albopictus lebih cepat melakukannya. Aedes albopictus pada dasarnya

    adalah spesies hutan yang beradaptasi dengan lingkungan manusia di

    pedesaan, pinggiran kota, dan perkotaan (Rahayu, 2013, hal 7).

  • 14

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    Malaria merupakan salah satu penyakit tular vektor yang menjadi

    masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hampir 50% penduduk berisiko

    terjangkit penyakit ini dengan insiden pada ibu hamil berkisar 7–24%,

    bergantung pada tingkat endemisitas suatu daerah. Nyamuk merupakan

    kelompok serangga yang paling banyak menimbulkan masalah kesehatan

    masyarakat. Kondisi ini disebabkan oleh keanekaragaman, distribusi, populasi

    dan banyaknya spesies nyamuk yang berperan sebagai pengganggu dan vektor

    penyakit (Becker et al. (2003) dalam Muhammad, 2015, hal 140).

    Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium. Parasit ini ditularkan

    melalui gigitan nyamuk Anopheles yang merupakan vektor malaria, yang

    terutama menggigit manusia malam hari mulai magrib sampai fajar. Malaria

    pada manusia disebabkan oleh empat spesies protozoa genus Plasmodium

    yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan

    Plasmodium ovale. Plasmodium vivax merupakan Plasmodium yang paling

    banyak dijumpai, tetapi Plasmodium falciparum merupakan spesies yang

    paling banyak menimbulkan kematian penderita (Soedarto, 2011, hal 2).

    Pada bulan Desember 2010 telah terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB)

    malaria di Kabupaten Purbalingga. Berdasarkan informasi dari Dinas

    Kesehatan Kabupaten Purbalingga ada dua daerah dengan kasus tertinggi

    yaitu Desa Panusupan Kecamatan Rembang dengan 437 kasus/API 57,19%

    dan Desa Sidareja Kecamatan Kaligondang sebanyak 54 kasus/API 11.01%

    (Widiarti, 2014, hal 170).

    Kabupaten jombang merupakan daerah endemis Demam Berdarah

    Dengue. Penyakit ini sering muncul sebagai KLB dengan angka kesakitan dan

    angka kematian yang relatif tinggi. Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue

    tahun 2014 sebanyak 358 kasus, jumlah ini sudah menurun dibandingkan

    dengan tahun-tahun sebelumnya, yaitu tahun 2012 sebanyak 503 kasus dan

    2013 sebanyak 474 kasus (Lestari, 2017, hal 78).

  • 15

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    8. Faktor abiotik yang mempengaruhi perkembangan nyamuk

    a. Suhu

    Suhu udara merupakan salah satu faktor lingkungan yang

    mempengaruhi perkembangan jentik nyamuk. Menurut Yotopratono et al.

    (1998) dalam Yudhastuti, (2005), hal 174).dijelaskan bahwa rata-rata suhu

    optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25-270 C dan pertumbuhan

    nyamuk akan berhenti sama sekali bila suhu kurang dari 100 C atau lebih

    dari 400 C.

    b. Kelembaban Udara

    Kelembaban udara juga merupakan salah satu kondisi lingkungan

    yang dapat mempengaruhi perkembangan jentik nyamuk. Menurut

    Mardihusodo (1988) dalam Yudhastuti, (2005), hal 175) disebutkan bahwa

    kelembaban udara yang berkisar 81,5-89,5% merupakan kelembaban yang

    optimal untuk proses embriosasi dan ketahanan hidup embrio nyamuk.

    Pada kelembaban udara kurang dari 70%, umur yamuk akan

    menjadi pendek, sedangkan pada kelembaban yang tinggi nyamuk Aedes

    akan tetap bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama. Kelembaban

    udara di dalam rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan sesuai dengan

    permenkes adalah 70%. (Muslim, 2004, hal 31).

    c. Curah hujan

    Hujan dapat mempengaruhi kehidupan nyamuk dengan dua cara

    yaitu menyebabkan kelembaban udara meningkat dan menambah jumlah

    tempat perkembangbiakan serta menghilangkan tempat perkembangbiakan

    nyamuk (Muslim, 2004, hal 32).

    d. Kecepatan angin

    Kecepatan dan arah angin dapat mempengaruhi jarak terbang

    nyamuk dan ikut menentukan jumlah kontak antara nyamuk dan manusia.

    Angin tidak memberikan pengaruh langsung terhadap pertumbuhan dan

    perkembangan nyamuk. Tetapi angin memberikan peranan yang besar

  • 16

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    dalam pola penyebaran nyamuk (Arsin, (2012) dalam Sormin, 2018, hal

    31)

    B. Penelitian yang relevan

    Penelitian relevan merupakan tinjauan terhadap sejumlah penelitian atau

    kejian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya guna menghindari

    kemungkinan adanya duplikasi terhadap penelitian yang sejenis dan untuk

    menunjukkan bahwa topik yang akan di teliti belum pernah di teliti dalam konteks

    yang sama.

    Tabel 2.1

    Hasil penelitian yang relevan

    No Judul Hasil penelitian Persamaan Perbedaan

    1 Keanekaragaman

    jenis dan

    karakteristik

    habitat nyamuk

    Anopheles sp. di

    Desa Datar Luas,

    Kabupaten Aceh

    Jaya, Provinsi

    Aceh

    Hasil penelitian di

    Desa Datar Luas

    ditemukan sebelas

    spesies Anopheles,

    yaitu An. kochi, An.

    barbirostris, An.

    maculatus, An.

    letifer, An. tesellatus,

    An. sinensis,

    An.vagus, An.

    separatus, An.

    sundaicus, An.

    minimus, dan An.

    subpictus. An. kochi

    merupakan

    Anopheles yang

    paling dominan dan

    cenderung mengisap

    darah di luar rumah

    Meneliti tentang

    keanekaragaman

    pada nyamuk

    Penelitian ini

    Meneliti tentang

    karakteristik

    habitat nyamuk

    dan hanya

    meneliti pada

    tingkat genus

    yaitu Anopheles,

    sedangkan

    penelitian saya

    meneliti tentang

    potensi vektor

    penyakit dan

    meneliti semua

    nyamuk dari

    tingkat famili

    culicidae.

  • 17

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    (eksofagik) dan

    beristirahat di luar

    rumah (eksofilik)

    dengan puncak

    fluktuasi menghisap

    darah terjadi pada

    pukul 00:00–01:00

    Wib.

    2 Keanekaragaman

    jenis nyamuk

    (Diptera:

    Culicidae) yang

    Dikoleksi dari

    Tunggul Bambu

    di Taman

    Nasional Gn.

    Gede Pangrango

    dan Taman

    Nasional Gn.

    Halimun

    koleksi larva nyamuk

    pada tunggul bambu

    dan ruas bambu di

    Cikaniki dan Bodogol

    menunjukkan hasil,

    yaitu jenis Aedes

    (Stegomyia)

    albolineatus,

    Orthopodomyia

    albipes, Heizmannia

    (Heizmannia)

    communis,

    Uranotaenia

    (Pseudoficalbia)

    bimaculata

    Tripteroides

    (Rachionotomya)

    aranoides,

    Toxorhynchites kempi

    Aedes (Finlaya) sp.,

    Tripteroides

    (Tripteroides) sp.

    and Armigeres

    Meneliti tentang

    Keanekaragaman

    jenis nyamuk

    (Diptera:

    Culicidae)

    Penelitian ini

    dilakukan di

    Taman Nasional

    Gn. Gede

    Pangrango dan

    Taman Nasional

    Gn. Halimun,

    sedangkan

    penelitian saya

    pada daerah

    pemukiman.

  • 18

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    (Leicester) sp. Jenis-

    jenis ini diduga

    sebagai jenis yang

    umum ditemukan di

    hutan sekunder atau

    primer dan jarang

    dijumpai di sekitar

    pemukiman. Hasil

    tangkapan ini

    menjadi lebih

    menarik, karena

    ditemukan jenis

    Heizmannia

    communis and

    Uranotaenia

    bimaculata yang

    merupakan catatan

    baru untuk sebaran

    jenis nyamuk di

    Pulau Jawa dan

    Indonesia

    3 Keanekaragaman

    dan dominansi

    nyamuk di

    daerah endemis

    filariasis

    limfatik, kota

    pekalongan

    Hasil penelitian di

    temukan 13 spesies

    nyamuk yaitu 4

    spesies dari genus

    Culex (Cx.

    quinquefasciatus, Cx.

    bitaeniorhynchus, Cx.

    tritaeniorhynchus,

    Cx. vishnui), 5

    spesies dari genus

    Meneliti tentang

    keanekaragaman

    pada nyamuk.

    Penelitian ini

    dilakukan di kota

    pekalongan dan

    hanya berfokus

    pada endemis

    filariasis.

  • 19

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    Anopheles (An.

    subpictus, An. vagus,

    An. indifinitus, An.

    barbirostris, An.

    vecan), 3 spesies dari

    genus Aedes (Ae.

    aegypt, Ae.

    albopictus, Ae.

    anandeli), dan satu

    spesies Malaya sp.

  • 20

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di RT 06 yang merupakan salah satu RT yang

    berada di Desa Simpang Sungai Duren yang terletak di bagian barat Kabupaten

    Muaro Jambi dengan titik koordinat 1036’18.84”S – 103030’15.92”E. Luas

    wilayah lebih kurang 635 Ha, dengan batas-batas : Sebelah Utara Desa Sungai

    Duren, Sebelah selatan Desa Kelurahan Pijoan, Sebelah Barat Desa Muaro

    Pijoan, dan Sebelah Timur Desa Mendalo Indah.

    Pada penelitian ini dilakukan sebanyak delapan kali pengulangan dalam

    waktu satu bulan yaitu pada bulan februari 2019. Adapun peta lokasi penelitian

    dapat dilihat pada gambar 3.1.

    Gambar 3.1 Peta Desa Simpang Sungai Duren

    Sumber : Data Desa Simpang Sungai Duren

    Lokasi

    penelitian

    S

    B

    U

    T

    20

  • 21

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    B. Metode Penelitian

    Pelaksanaan penelitian ini dibagi atas 4 langkah yaitu: survei lokasi

    penelitian untuk mendapatkan informasi awal, koleksi data dengan pembuatan

    awetan kering, identifikasi spesimen dan analisis data. Analisis data deskriptif

    berdasarkan triangulasi data (Teori) dan analisis statistik (indeks keanekaragaman

    Shannon-Wienner dan indeks dominansi).

    Jenis penelitian kualitatif sains dan terapan dan metode penelitian

    kualitatif deskriptif, instrumen pengumpulan data berupa observasi, wawancara

    dan dokumentasi. Penangkapan nyamuk dilakukan di 8 rumah dengan

    menggunakan metode koleksi aktif. Tempat penelitian dibagi menjadi dua tempat

    yaitu di dalam ruangan (indoor) dan di luar ruangan (outdoor). Pengambilan

    sampel menggunakan teknik purposive sampling.

    C. Alat dan Bahan

    1. Alat

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1

    Tabel 3.1

    Daftar alat yang digunakan beserta fungsinya

    No. Alat Fungsi

    1 Insect net Mengoleksi nyamuk

    2 Mikroskop cahaya Identifikasi karakter morfologi

    3 Kaca pembesar Identifikasi karakter morfologi

    4 Botol jam Membunuh nyamuk imago

    5 Hygrotermometer Mengukur suhu dan kelembaban udara

    6 Termometer batang Mengukur suhu air

    7 Toples kaca Mengoleksi nyamuk

    8 Drying box Menyimpan spesimen yang telah di awetkan

    9 Kamera Menangkap gambar larva dan imago

    10 Botol kaca Menyimpan larva nyamuk

    11 Hand Counter Menghitung larva dan imago

  • 22

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    2. Bahan

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.

    Tabel 3.2

    Daftar bahan yang digunakan beserta fungsinya

    No. Bahan Fungsi

    1 Imago nyamuk Objek penelitian untuk diidentifikasi

    2 Larva nyamuk Objek penelitian untuk diidentifikasi

    3 Kloroform 10% Membunuh imago nyamuk

    4

    Kertas karton

    Untuk membuat card point awetan kering

    nyamuk

    D. Prosedur kerja

    1. Studi Pendahuluan

    Observasi lokasi penelitian dilakukan pada bulan September 2018,

    yang bertujuan untuk mencari informasi tempat sebagai objek penelitian

    dengan cara mengenali kondisi lapangan, letak koordinat dan mencari

    informasi terkait penyakit yang disebabkan oleh vektor nyamuk di daerah

    tersebut dengan cara survei ke puskesmas terdekat.

    2. Persiapan Alat

    Alat dan Bahan yang dipersiapkan sebelum pergi ke lapangan untuk

    pengambilan sampel yaitu Insect Net, Toples Kaca, Hygrotermometer,

    Termometer Batang, Kloroform, Botol Kaca.

    3. Pengukuran Parameter Lingkungan

    Pengukuran parameter lingkungan dilakukan tiap pukul 06:00 wib dan

    18:00 wib. Temperatur dan kelembaban udara diukur menggunakan

    Hygrotermometer dengan cara alat diletakkan dibawah tajuk tanaman dan

    dicatat hasil angka yang ditampilkan oleh alat. Suhu air diukur menggunakan

    termometer batang dengan cara mencelupkan termometer pada air yang

    terdapat larva nyamuk.

  • 23

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    4. Koleksi Nyamuk

    Pengkoleksian nyamuk dibagi menjadi 3 periode yaitu pukul 06:00 -

    10:00 wib, pukul 15:00 - 18:00 wib, dan pukul 19:00 - 21:00 wib dengan cara

    koleksi aktif. Pemilihan waktu koleksi nyamuk berdasarkan pada waktu aktif

    sebagian besar jenis nyamuk.

    a. Larva nyamuk

    Koleksi larva nyamuk dilakukan dengan cara koleksi aktif dengan

    cara mencari langsung ke rumah-rumah warga, selokan, kandang ternak,

    ban bekas, wadah yang tidak tepakai, bak mandi dan semua genangan air

    yang berpotensi sebagai tempat perindukan nyamuk. Pencidukan

    dilakukan dengan menggunakan dipper plastik (gayung) secara acak

    disetiap tempat perindukan. Jentik yang ditemukan kemudian di asukkan

    ke dalam botol kaca dan di pelihara agar memudahkan dalam proses

    identifikasi (Boewono, 2005, hal 63).

    b. Nyamuk dewasa

    Koleksi Nyamuk dewasa dilakukan dengan cara koleksi aktif yaitu

    mencari nyamuk ke habitatnya menggunakan jaring (insect net) dan

    menggunakan Metode Human Landing Collection. Penangkapan

    menggunakan jaring dilakukan dengan cara mengayunkan jaring tersebut

    membentuk angka delapan. Gerakan memutar pertama untuk menangkap

    nyamuk, sedangkan gerakan memutar selanjutnya untuk menutup dan

    mencegah nyamuk terbang kembali (Kurniawan, 2016, hal 39).

    Gambar 3.2 Insect net

    Sumber: Kurniawan, 2016

  • 24

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    Nyamuk yang telah tertangkap dimasukkan ke dalam botol kaca

    yang ditutup dengan kain kasa untuk mencegah nyamuk terbang kembali.

    Kemudian nyamuk yang telah ditangkap dipindahkan ke dalam botol

    pembunuh yang berisi kloroform 10% dengan volume 3 ml yang dituang

    pada kapas.

    5. Penghitungan nyamuk

    Penghitungan larva nyamuk dan imago dilakukan menggunakan hand

    counter setelah dilakukan koleksi aktif.

    6. Pengawetan nyamuk

    Pengawetan nyamuk dewasa dilakukan pengawetan kering, yaitu

    kertas segitiga (Card point ) ukuran 10 mm. Kertas segitiga ditusuk jarum

    bagian tepi dan serangga dilekatkan pada ujung kertas karton segitiga

    menggunakan lem (Kurniawan, 2016, hal 47) kemudian disimpan didalam

    Drying box (kotak pengering).

    Gambar 3.3. Card point

    Sumber: Kurniawan, 2016

    7. Identifikasi nyamuk

    Identifikasi larva dan nyamuk dewasa yang terkoleksi dilakukan di

    Laboratorium Entomologi Bidang Zoologi Puslit Biologi LIPI Cibinong.

    Nyamuk dewasa diidentifikasi berdasarkan karakter morfologi dan

    dicocokkan dengan kunci determinasi, serta membandingkan dengan imago

    yang telah diidentifikasi hasil koleksi LIPI Cibinong.

  • 25

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    E. Analisis data

    1. Analisis Deskripsi

    Menjelaskan karakter morfologi berdasarkan triangulasi data (teori)

    berdasarkan studi literatur.

    2. Analisis Statistik

    Data jumlah serangga yang terhitung dicatat dan dianalisis secara

    statistik untuk mengetahui indeks keanekaragaman, dan indeks dominansi

    spesies yang diperoleh yang disajikan dalam bentuk grafik dan diagram.

    a. Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner

    Keanekaragaman spesies pada suatu komunitas terdiri berbagai

    macam organisme penyusunnya, yang memiliki dua komponen yaitu

    kekayaan spesies dan kelimpahan relatif (Kurniawan, 2016, hal 49).

    Menurut (Campbell, 2008, hal 386) Indeks keanekaragaman yaitu

    dirumuskan sebagai berikut:

    H' = - ∑pi Ln pi

    Keterangan :

    H’: indeks keanekaragaman Shannon-Wienner

    pi : proporsi spesies ke i di dalam sampel total

    b. Indeks Dominansi

    Indeks dominansi digunakan untuk mengetahui spesies yang

    mendominansi suatu komunitas. Indeks dominansi menurut Simpson

    dengan persamaan sebagai berikut (Odum, 1993, hal 179):

    𝑐 = ∑[𝑛𝑖

    𝑁

    𝑠

    𝑖=1

    ]

    Keterangan:

    C: Indeks dominansi Simpson

    ni: Jumlah individu jenis ke-i

  • 26

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    N: Jumlah total individu

    S: Jumlah genera

    Nilai indeks dominansi simpson (D) digunakan sebagai

    pembanding terhadap nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wienner

    (H’). komunitas dengan indeks dominansi tinggi, maka akan menunjukkan

    nilai indeks keanekaragaman yang rendah.

  • 27 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    Tabel 3.3

    Jadwal pelaksanaan penelitian

    No

    Kegiatan

    Bulan

    Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei

    3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    1 Pengajuan judul

    2 Pengajuan dosen

    pembimbing

    3 Bimbingan proposal

    4 Pengajuan seminar

    proposal

    5 Seminar proposal

    6 Perbaikan proposal

    7 Pengajuan izin riset

    8 Pengumpulan data

    9 Pengolahan dan

    analisis data

    12 Penulisan skripsi

    13 Daftar sidang

    skripsi

    14 Ujian skripsi

  • 28 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil

    1. Spesies nyamuk (Diptera:Culicidae) yang terkoleksi

    Spesies nyamuk yang tertangkap di RT 06 Desa Simpang Sungai Duren

    Kecamatan Jaluko Kabupaten Muaro Jambi yang berhasil ditemukan kemudian di

    identifikasi berdasarkan karakter morfologi sebanyak 2 Genus. Pengkoleksian

    nyamuk dilakukan sebanyak 8 kali.

    Tabel 4.1

    Imago nyamuk (Diptera: Culicidae) yang terkoleksi

    No Nama Genus Ulangan ke

    1 2 3 4 5 6 7 8

    1 Aedes 13 21 17 19 15 8 23 20

    2 Armigeres 10 12 13 0 11 7 13 15

    Total 23 33 30 19 26 15 36 35

    Berdasarkan tabel 4.1 pengambilan data cacah individu nyamuk (Diptera:

    Culicidae) yang terkoleksi secara keseluruhan adalah 217 individu dengan cacah

    individu tertinggi terdapat pada ulangan ke-7 sebanyak 36 individu dan cacah

    individu terendah terdapat pada ulangan ke-6 sebanyak 15 individu.

    a. Genus Aedes

    Nyamuk Dewasa Ae. albopictus, tubuh berwarna hitam dengan

    bercak/ garis-garis putih pada notum dan abdomen, antena berbulu/plumose,

    pada yang jantan palpus sama panjang dengan proboscis sedang yang betina

    palpus hanya 1/4 panjang proboscis, mesonotum dengan garis putih

    horizontal, femur kaki depan sama panjang dengan proboscis, femur kaki

    belakang putih memanjang di bagian posterior, tibia gelap/ tidak bergelang

    pucat dan sisik putih pada pleura tidak teratur (Boesri, 2011, hal 120).

  • 29

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    Dalam taksonomi kedudukan Aedes albopictus (Skuse) 1894 adalah

    sebagai berikut :

    Taksonomi Aedes albopictus (Boesri, 2011, hal 118) yaitu:

    Kingdom : Animalia

    Pylum : Arthropoda

    Kelas : Insecta

    Ordo : Diptera

    Familli : Culicidae

    Sub famili : Culicinae

    Genus : Aedes

    Spesies : Aedes albopictus

    Secara morfologis Aedes aegypti dan Aedes albopictus sangat mirip,

    namun dapat dibedakan dari strip putih yang terdapat pada bagian scutum.

    Scutum Ae. aegypti berwarna hitam dengan dua garis putih sejajar di bagian

    dorsal tengah yang diapit oleh dua garis lengkung berwarna putih, sedangkan

    scutum Ae. albopictus hanya berisi satu garis putih tebal di bagian dorsalnya

    (Boesri, 2011, hal 118-119).

    B A

    Gambar 4.1 A. perbedaan Scutum

    Ae. aegypti, dan Ae. albopictus

    Sumber: Boesri, 2011

    Gambar 4.2 B. Scutum pada

    Ae. albopictus

    Sumber: Dokumentasi pribadi

  • 30

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    b. Genus Armigeres

    Bentuk nyamuk dewasa Armigeres berukuran besar dengan warna

    coklat dan bercak sisik putih pada bagian dada samping. Panjang palpus

    betina sekitar ¼ panjang proboscis, sebaliknya palpi nyamuk jantan lebih

    panjang dari proboscis, klipeus dengan sekelompok sisik putih. Bagian atas

    postspirakular dilengkapi dengan sekumpulan sisik hitam dan sisik putih

    dibagian bawahnya. Mesonotum ditutupi sisik warna coklat yang sempit.

    Bagian dalam tori ditutupi oleh sisik putih dan hitam. Bagian atas anterior

    pronotal lobe bersisik hitam dan putih dibagian bawahnya, posterior pronotum

    bagian depan bersisik hitam dan bagian belakang bersisik putih. Dada

    samping dengan bercak sisik pucat, propleural koksa depan mempunyai

    sekumpulan sisik hitam, postnotum tanpa seta. Klasper jantan membulat

    Femur kaki tengah

    tanpa strip putih

    A B

    Gambar 4.4 B. Femur pada

    Ae. albopictus

    Sumber: Dokumentasi pribadi

    Gambar 4.3 A. Perbedaan femur

    pada Ae. aegypti dan Ae.

    albopictus

    Sumber: Boesri, 2011

  • 31

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    dengan lima duri tumpul di bagian ujung (Apeks). Femur kaki belakang

    bersisik putih dengan garis hitam pada bagian dorsal dan ujungnya (Suwito,

    2007, hal 37-38). Data biologi nyamuk Armigeres masih belum banyak

    dilaporkan padahal sangat dibutuhkan untuk pengendaliannya (Astuti, 2009,

    hal 87).

    Berdasarkan klasifikasi tingkatan taksonomi merupakan:

    Kingdom : Animalia

    Filum : Arthropoda

    Kelas : Insekta

    Ordo : Diptera

    Famili : Culicidae

    Sub Famil : Culicinae

    Genus : Armigeres

    Spesies : Armigeres sp

    Ukuran morfologi nyamuk lebih besar bila dibandingkan dengan

    nyamuk Culex sp dan Aedes sp yang lain dan memiliki proboscis yang

    melengkung keatas. (Astuti, 2009, hal 92).

    Gambar 4.5 Morfologi nyamuk Armigeres sp

    Sumber: Dokumentasi pribadi

    Proboscis yang

    melengkung keatas

  • 32

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    2. Indeks Keanekaragaman

    Fluktuasi populasi nyamuk yang terkoleksi pada RT 06 desa simpang

    sungai duren dapat diketahui dengan melihat gambar grafik berikut.

    Gambar 4.6 Grafik fluktuasi nyamuk yang tertangkap tiap pengulangan

    Berdasarkan grafik 4.6 diketahui bahwa setiap pengambilan data terdapat

    fluktuasi populasi dan setiap pengambilan data menunjukkan perbedaan cacah

    individu populasi. Cacah individu tertinggi pada pengambilan data ulangan ke-7

    dengan cacah individu 36 ekor nyamuk dan cacah individu terendah pada

    pengambilan data ulangan ke-6 dengan cacah individu 15 ekor nyamuk.

    Gambar 4.7 Persentase cacah individu yang terkoleksi di lokasi penelitian

    05

    10152025303540

    jum

    lah

    sp

    esie

    s

    Fluktuasi Populasi Diptera (Culicidae)

    Terkoleksi

    Series1

    63%

    37%

    Persentase Cacah Individu

    Aedes Armigeres

  • 33

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    Berdasarkan gambar 4.7 Persentase yang banyak terkoleksi yaitu Aedes

    sebanyak 63% dengan jumlah cacah individu 136 ekor dan cacah individu yang

    terkoleksi paling sedikit yaitu Armigeres sebanyak 37% dengan jumlah cacah

    individu 81 ekor.

    Nilai indeks keanekarangan (H’) dan indeks Dominansi (D) jenis serangga

    yang tertangkap pada lokasi penelitian RT 06 desa simpang sungai duren dapat

    diketahui dengan melihat tabel sebagai berikut:

    Tabel 4.2

    Perbandingan nilai Indeks keanekaragaman dan dominansi nyamuk (Diptera:

    Culicidae) yang terkoleksi

    N

    o

    Nama

    genus

    Ulangan Jml

    ind

    Pi Ln Pi H’ D

    1 2 3 4 5 6 7 8

    1 Aedes 13 21 17 19 15 8 23 20 136 0.63 -0.47 -0.29 0.39

    2 Armigeres 10 12 13 0 11 7 13 15 81 0.37 -0.99 -0.37 0.14

    Total 23 33 30 19 26 15 36 35 217 1 H= -0.66 0.53

    H' 0.66

    Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa nilai indeks keanekaragaman dan

    dominansi secara keseluruhan memiliki nilai indeks keanekaragaman yaitu 0,66

    dan nilai indeks dominansi yaitu 0,53 sehingga tingkat keanekagaraman di lokasi

    penelitian adalah rendah.

    Analisis indeks keanekaragaman dan dominansi tiap ulangan pengambilan

    sampel dapat dilihat pada tabel berikut:

  • 34

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    Tabel 4.3

    Perbandingan indeks keanekaragaman dan indeks dominansi nyamuk (Diptera:

    Culicidae) yang terkoleksi tiap pengulangan

    No Pengambilan data H’ D Keterangan

    1 1 Februari 2019 0,68 0,51 Rendah

    2 4 Februari 2019 0,66 0,54 Rendah

    3 8 Februari 2019 0,68 0,51 Rendah

    4 12 Februari 2019 - 1,00 Rendah

    5 16 Februari 2019 0,68 0,51 Rendah

    6 20 Februari 2019 0,69 0,50 Rendah

    7 24 Februari 2019 0,68 0,51 Rendah

    8 28 Februari 2019 0,68 0,51 Rendah

    Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa selama pengambilan data yang

    dilakukan sebanyak 8 kali ulangan memiliki indeks keanekaragaman yang rendah

    pada tiap-tiap pengulangan. Meskipun pada pengambilan data ulangan ke-7 cacah

    individu yang terkoleksi memiliki jumlah individu tertinggi yaitu sebanyak 36

    ekor.

  • 35

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    Tabel 4.4

    Pengukuran suhu udara dan kelembaban di lapangan

    No Ulangan ke Suhu udara (oC) Kelembaban (%)

    Pagi Sore Pagi Sore

    1 1 28,9 29,5 87 87

    2 2 27,9 28 87 85

    3 3 28,6 29,5 81 87

    4 4 28,1 29,7 87 87

    5 5 29,7 30,1 87 85

    6 6 27,8 29,1 87 87

    7 7 27,6 27,6 87 88

    8 8 28,5 29,1 87 85

    Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa data pengukuran di lapangan

    suhu di desa simpang sungai duren berkisar 28o C, sedangkan kelembaban

    berkisar 86%.

    3. Potensi vektor

    Aedes albopictus sering dianggap sebagai vektor sekunder sesudah Aedes

    aegypti. tetapi pada beberapa kasus ledakan DBD, Aedes albopictus dapat

    berperan sebagai vektor utama seperti yang pernah terjadi diburma pada tahun

    1975 (Boesri, 2011, hal 123).

    Nyamuk armigeres mempunyai peranan sebagai vektor penyakit menular

    yaitu filariasis dan Japanese encephalitis (JE). Salah satu spesies yang sudah

    menjadi vektor adalah A. subalbatus yang dapat menularkan cacing Wuchereria

    bancrofti ke manusia. Walaupun Armigeres bukan sebagai vektor utama namun

    perlu untuk di pelajari karena populasi nyamuk Armigeres dan frekuensi kontak

    nyamuk tersebut dengan manusia sangat tinggi (Astuti, 2009, hal 87).

    Sementara (Masrizal, 2012, hal 33) mengatakan bahwa Armigeres sp

    merupakan salah satu genus yang dapat menularkan filariasis yang disebabkan

  • 36

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    oleh cacing filaria. diindonesia telah teridentifikasi 23 spesies nyamuk dari 5

    genus yaitu Mansonia, Anopheles, Culex, Aedes, dan Armigeres yang menjadi

    vektor filariasis (Dalilah, 2017, hal 70).

    B. PEMBAHASAN

    Berdasarkan tabel 4.1 hasil penangkapan nyamuk yang dilakukan di RT 06

    Desa Simpang Sungai Duren Kec. Jaluko Kab. Muaro Jambi, nyamuk yang banyak

    tertangkap adalah Aedes albopictus dan Armigeres sp. yang banyak ditemukan

    disekitar rumah warga dikarenakan pada lokasi penelitian banyak terdapat pepohonan

    dan semak-semak yang tidak jauh dari rumah warga, dan jentik-jentik nyamuk

    banyak ditemukan ditempat-tempat penampungan air baik yang terjadi secara alami

    maupun buatan pada lokasi penelitian seperti tempat penampungan air bersih pada

    bak mandi, tempat-tempat tertampungnya air hujan pada ban bekas, teko plastik, dan

    dirigen bekas serta selokan yang terlampir pada bagian lampiran 3. Nyamuk Aedes

    albopictus lebih menyukai tempat-tempat perindukan di luar rumah, di kebun, dan di

    halaman rumah seperti ketiak daun, pelepah tanaman, lubang pohon, tunggul bambu

    dan mempunyai tempat istirahat di luar rumah (Nadifah, 2016, hal 175). Begitupun

    dengan Spesies Armigeres ditemukan pada habitat yang banyak terdapat selokan

    yang tidak mengalir dengan baik. Selokan tersebut menghasilkan genangan air yang

    dapat digunakan sebagai tempat untuk perkembangbiakan nyamuk (Sabir, 2017, hal

    267).

    Berdasarkan tabel 4.2 nilai indeks keanekaragaman sebesar 0,66 maka

    keanekaragaman nyamuk di lokasi penelitian di kategorikan sedikit atau rendah,

    suatu wilayah dikatakan beresiko untuk penularan jika nilai HI > 3 menunjukkan

    keanekaragaman spesies melimpah, jika HI ≤ 1 HI ≤ 3 menunjukkan keanekaragaman

    spesies sedang, dan jika nilai HI < 1 menunjukkan keanekaragaman spesies sedikit

    atau rendah (Noor, 2015, hal 7) dan nilai indek dominansi sebesar 0.53. Jika nilai

    indeks dominansi 0 < C ≤ 0,5 maka tidak ada genus yang mendominasi dan jika nilai

  • 37

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    indeks dominansi 0,5 < C < 1 maka terdapat genus yang mendominasi (Munthe,

    2012, hal 129) maka dapat disimpulkan bahwa ada spesies yang mendominasi yaitu

    genus Aedes (Aedes albopictus). Nilai indeks dominansi simpson (D) digunakan

    sebagai pembanding terhadap nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’).

    Komunitas dengan nilai indeks dominansi tinggi, maka akan menunjukkan nilai

    indeks keanekaragaman yang rendah (Odum, 1993, hal 189).

    Rendahnya keanekaragaman nyamuk yang ada di RT 06 Desa Simpang

    Sungai Duren Kec. Jaluko Kab. Muaro Jambi bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor

    seperti suhu, kelembaban dan cuaca. Berdasarkan tabel 4.4 pengukuran suhu udara

    selama penelitan berkisar 28o C dan kelembaban berkisar 86%. Jenis tempat

    perindukan nyamuk yang di temukan di lokasi penelitian seperti dirigen bekas, ember

    bekas, teko plastik bekas, ban bekas, dan lain-lain yang positif terdapat jentik-jentik

    nyamuk dengan suhu rata-rata 27oC yang diukur menggunakan Termometer batang

    dapat dilihat pada lampiran. Dikarenakan pelaksanaan penelitian dilakukan pada

    bulan Februari dimana berdasarkan BMKG bulan Januari - Februari 2019 adalah

    puncak dari musim hujan sehingga hal ini mempengaruhi banyak atau tidaknya

    nyamuk yang tertangkap dikarenakan waktu penelitian yang tidak sesuai. Faktor

    abiotik berupa suhu dan kelembaban ternyata dapat mempengaruhi kepadatan

    nyamuk sebagai vektor penyakit. Musim hujan dan musim kemarau memiliki

    pengaruh pada tingkat suhu lingkungan. Saat pergantian musim penghujan ke musim

    kemarau kondisi suhu udara berkisar antara 23oC-31oC, ini merupakan range suhu

    yang optimum untuk perkembangbiakan nyamuk (24 oC-28 oC) (Boekoesoe, 2013,

    hal 56).

    Banyaknya pepohonan dan semak-semak yang berada disekitar rumah warga

    memungkinkan tingginya kontak nyamuk terhadap manusia dikarenakan jarak antara

    rumah dengan lingkungan sekitar cukup dekat. Untuk dapat menjadi vektor, umur

    nyamuk harus cukup lama sehingga parasit dapat menyelesaikan siklus hidupnya di

    dalam tubuh nyamuk. Nyamuk dapat berperan sebagai vektor apabila memenuhi

    syarat yaitu nyamuk vektor mempunyai kontak terhadap manusia cukup tinggi

  • 38

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    (dalam hal ini dinyatakan dalam kepadatan menggigit orang ), nyamuk vektor

    merupakan spesies yang jumlahnya selalu dominan bila dibandingkan dengan spesies

    lainnya, populasi spesies yang bersangkutan umumnya mempunyai umur cukup

    panjang, dan di tempat lain spesies tersebut telah dikonfirmasi sebagai vektor (Munif,

    2009, hal 98). Untuk dapat menjadi vektor, umur nyamuk harus cukup lama sehingga

    parasit dapat menyelesaikan siklus hidupnya di dalam tubuh nyamuk (Ramadhani,

    2015, hal 7). Hal ini dibuktikan dengan data yang didapat dari Puskesmas Desa

    Simpang Sungai Duren diketahui ada 14 kasus Demam Berdarah Dengue selama

    tahun 2018 sehingga nyamuk Aedes albopictus yang ditemukan dapat menjadi salah

    satu vektor yang menyebabkan penyakit Demam Berdarah Dengue. Untuk penyakit

    filariasis tidak ditemukan kasus pada tahun 2018 tetapi dengan ditemukannya

    nyamuk Armigeres sp yang diduga sebagai vektor filariasis dapat diantisipasi oleh

    warga RT 06 Desa Simpang Sungai Duren Kec. Jaluko Kab. Muaro jambi.

  • 39

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    BAB V

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di paparkan maka

    dapat disimpulkan bahwa Spesies yang berhasil terkoleksi pada lokasi penelitan RT

    06 Desa Simpang Sungai Duren Kecamatan Jaluko Kabupaten Muaro Jambi adalah

    Aedes albopictus sebanyak 136 ekor (63%) dan Armigeres sp sebanyak 81 ekor

    (37%) dengan indek Keanekaragaman dikategorikan sedikit atau rendah karena

    memiliki nilai indeks H’

  • 40

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    DAFTAR PUSTAKA

    Adreadis, G. T., Michael C., Thomas dkk. 2005. Identification guide to the

    mosquitoes of Connecticut. New haven: The Connecticut Agricultural

    Experiment Station.

    Astuti, E.P, Marina R. 2009. Oviposisi dan perkembangan nyamuk Armigeres pada

    berbagai bahan container. Aspirator, 1(2), 87-93.

    Boekoesoe, L. 2013. Kajian faktor lingkungan terhadap kasus demam berdarah

    dengue (DBD) studi kasus di kota gorontalo provinsi gorontalo. Disertasi.

    Gorontalo: Universitas negeri gorontalo.

    Boesri, H. 2011. Biologi dan peranan Aedes albopictus (Skuse) 1894 sebagai penular

    penyakit. Aspirator, 3(2), 117-125.

    Boewono, D.T., Ristiyanto. 2005. Studi Bioekologi Vektor Malaria Di Kecamatan

    Srumbung, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Bul. Penel. Kesehatan, 33(2),

    62-72.

    Borror, Donald.J. dkk, 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Yogyakarta : UGM

    Press.

    Campbell, N.A., Reece, J.B., Urry, L.A., Cain, M.L., Wasserman, S.A., Minorsky,

    P.V., Jackson, R.B,. 2008. Biologi. Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.

    Chandra, B. 2007. Pengantar kesehatan lingkungan. Jakarta: penerbit buku

    kedokteran EGC.

    Dalilah., Anwar C., dkk. 2017. Identifikasi spesies nyamuk genus Mansonia dan

    deteksi molekuler terhadap mikrofilaria/larva cacing Brugia malayi pada

    nyamuk genus Mansonia. JKK, 4(2), 69-75.

  • 41

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    Eman, G.J., Bernadus J., Sorisi A. 2016. Survei nyamuk culex sp di daerah

    perumahan sekitar pelabuhan bitung. Jurnal kedokteran klinik (JKK), 1(1),

    126-131).

    Kurniawan, B. 2016. Keanekaragaman dan kemelimpahan jenis serangga pada

    perkebunan apel (Malus sylvestris (L.) Mill) konvensional ditulungrejo, Batu,

    Jawa Timur. Tesis. Program sudi biologi. Yogyakarta: universitas gadjah mada.

    Lestari, L.J. 2017. Pengaruh kondisi sanitasi lingkungan rumah dan partisipasi

    masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN) terhadap kasus demam

    berdarah dengue di kecamatan sumobito kabupaten jombang. Suara bhumi,

    4(5), 77-88.

    Maharani, S.F. 2016. Efektivitas ekstrak daun sirih (Piper betle Linn) sebagai

    larvasida terhadap larva Culex sp. instar III/IV. Skripsi. Program studi

    kedokteran dan professor dokter. Jakarta: UIN syarif hidayatullah

    Medical Entomology. 2008. Mosquito Life Cycle (generalized). diakses dari

    httpsextension.entm.purdue.edupublichealthresources.html. 12 mei 2018.

    Muhammad, R., Soviana S., Hadi U.K. 2015. Keanekaragaman jenis dan

    karakteristik habitat nyamuk Anopheles spp. di desa datar luas, kabupaten aceh

    jaya, provinsi aceh. Jurnal entomologi Indonesia, 12(3), 139-148.

    Munif, A. 2009. Nyamuk vektor malaria dan hubungannya dengan aktivitas

    kehidupan manusia di Indonesia. Aspirator, 1(2), 94-102.

    Munthe, V.Y., Aryawati R., Isnaini. 2012. Struktur komunitas dan sebaran

    fitoplankton di perairan sungsang sumatera selatan. Maspari journal, 4(1), 122-

    130.

  • 42

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    Mursyidah, A. 2017. Identifikasi nyamuk (family: culicidae) sebagai vektor penyakit

    di blok batok, air karang dan lempuyang resort labuhan merak kawasan taman

    nasional baluran. Skripsi. Jurusan biologi. Jember: universitas jember.

    Muslim, A. 2004. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kejadian infeksi

    virus dengue (studi kasus di kota semarang). Tesis. Program pasca sarjana.

    Semarang: universitas diponegoro.

    Nadesul, H. 2007. Cara mudah mengalahkan demam berdarah. Jakarta: buku

    kompas.

    Nadifah, F., Farida N., Arisandi D., Owa M.D. 2016. Identifikasi larva nyamuk pada

    tempat penampungan air di padukuhan dero condong catur kabupaten sleman.

    Jurnal kesehatan masyarakat andalas, 10(2), 172-178.

    Noor, R., Zen S. 2015. Studi keanekaragaman kupu-kupu di bantaran sungai

    Batanghari kota metro sebagai sumber belajar biologi materi keanekaragaman.

    BIOEDUKASI, 6(1), 71-78.

    Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: UGM Press. Hal 179.

    Okrinya, A.B. 2014. Mathematical modeling of malaria transmission and

    phatogenesis. Thesis. Doctor of Philosophy: Loughborough University.

    Prabowo, A. 2004. Malaria mencegah dan mengatasinya. Jakarta: Puspa swara.

    Prayuda, E.Y. 2014. Efikasi ekstrak biji bintaro (Cerbera manghas) sebagai larvasida

    pada larva Aedes aegypti L. instar III/IV. Skripsi. Program studi pendidikan

    dokter. Jakarta: UIN syarif hidayatullah.

    Rahayu, D.F., Ustiawan A. 2013. Identifikasi Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

    BALABA, 9(1), 7-10.

  • 43

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    Ramadhani, T., Wahyudi BF. 2015. Keanekaragaman dan dominansi nyamuk di

    daerah endemis filariasis limfatik, kota pekalongan. Jurnal vektor penyakit, 9

    (1), 1-8.

    Rosa, E. 2007. Studi tempat perindukan nyamuk vektor demam berdarah dengue di

    dalam dan di luar rumah di rajabasa Bandar lampung. Jurnal sains MIPA,

    13(1), 57-60

    Sabir, M., Annawaty, Fahri. 2017. Investarisasi jenis-jenis nyamuk di desa alindau,

    donggala, Sulawesi tengah. Journal of science and technology, 6(3), 263-269.

    Soedarto. 2011. Malaria. Jakarta: SAGUNG SETO.

    Sormin., Marito S. 2018. Hubungan iklim (temperatur, kelembaban, curah hujan dan

    kecepatan angin) dengan kejadian malaria di kabupaten mandailing natal tahun

    2011-2015. Skripsi. Fakultas kesehatan masyarakat. Medan: universitas

    sumatera utara.

    Sumatri, R.A., Iskandar D.J. 2005. Kajian keberagaman genetik nyamuk Anopheles

    barbirotris dan A. vagus di dua daerah endemik penyakit malaria di jawa barat.

    Jurnal matematika dan sains, 10(2), 37-44.

    Suwito, A. 2007. Keanekaragaman Jenis Nyamuk (Diptera: Culicidae) Yang

    Dikoleksi Dari Tunggul Bambu Di Taman Nasional Gn. Gede-Pangrango Dan

    Taman Nasional Gn. Halimun: Zoo Indonesia, 16(1), 31-47

    Wanti., Daman M. 2014. Tempat penampungan air dan kepadatan jentik Aedes sp. di

    desa endemis dan bebas demam berdarah dengue. Jurnal kesehatan

    masyarakat nasional, 9(2), 171-178.

  • 44

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    Widiarti, dkk. 2014. Analisis spasial pada kejadian luar biasa (KLB) malaria di desa

    panusupan kecamatan rembang dan desa sidareja kecamatan kaligondang

    kabupaten purbalingga. Media litbangkes, 24(4), 169 - 180.

    World Health Organization. 2002. Specifications and evaluation for public health

    pesticides, D-Allethrin. Geneva: World Health Organization.

    Yasin, M. Zoologi invertebrata untuk perguruan tinggi. Surabaya: SINAR WIJAYA

    Yudhastuti, R., Vidiyani A. 2005. Hubungan kondisi lingkungan, kontainer, dan

    perilaku masyarakat dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di daerah

    endemis demam berdarah dengue Surabaya. Jurnal kesehatan lingkungan,

    1(2), 170-182.

  • 45

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    Lampiran 1: Demografi Wilayah

    Jambi Luar Kota (Jaluko) merupakan salah satu Kecamatan dari sebelas

    Kecamatan yang ada di Kabupaten Muaro Jambi dengan luas wilayah 280,12 km2

    yang terdiri dari 20 Desa/Kelurahan dengan jumlah penduduk 64.469 jiwa atau

    sebesar 17,05% dari jumlah seluruh penduduk dan merupakan jumlah penduduk

    terbesar dalam Kabupaten Muaro Jambi. Kepadatan penduduk Kecamatan Jaluko

    sebesar 230 jiwa/km2 (DinKes Ma. Jambi 2014, hal 15). Salah satu Desa/

    Kelurahan yang berada di Kecamatan Jambi Luar Kota adalah Desa Simpang

    Sungai Duren.

    Pada tahun 1983 tadinya Desa Simpang Sungai Duren bergabung dengan

    Desa Induk yaitu Desa Sungai Duren, setelah pemekaran menjadi dua Desa yaitu

    Desa Sungai Duren dan Simpang Sungai Duren. RT 06 merupakan salah satu RT

    yang berada di Desa Simpang Sungai Duren, Pada RT 06 terdiri dari 80 rumah

    dan 90 KK dengan luas wilayah ± 48 Ha. Secara geografis Desa Simpang Sungai

    Duren terletak dibagian Barat Kabupaten Muaro Jambi dengan luas wilayah lebih

    kurang 635 Ha, dengan batas-batas:

    Sebelah Utara : Desa Sungai Duren

    Sebelah selatan : Desa Kelurahan Pijoan

    Sebelah Barat : Desa Muaro Pijoan

    Sebelah Timur : Desa Mendalo Indah

    Wilayah Desa Simpang Sungai Duren dengan jumlah dusun 3 dan

    memiliki 13 RT, terdiri dari :

    a) Lahan pemukiman : 27,96 ha

    b) Perkantoran : 0,42 ha

    c) Pemakaman : 0,63 ha

    d) Lapangan bola : 1,07 ha

    e) Pertanian : 25 ha

    f) Lain-lain :

  • 46

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    Desa Simpang Sungai Duren terdiri dari 3 Dusun dengan perincian

    sebagai berikut:

    1. Dusun I, terdiri dari 5 RT

    2. Dusun II, terdiri dari 5 RT

    3. Dusun III, Terdiri dari 3 RT

    Keadaan Topografi Desa Simpang Sungai Duren dilihat secara umum

    merupakan daerah dataran. Yang beriklim sebagaimana desa-desa lain di Kabupaten

    Muaro Jambi dan mempunyai iklim kemarau, panca robah dan penghujan, hal

    tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam pertanian yang ada di

    Desa Simpang Sungai Duren dimana mata pencaharian penduduk desa Simpang

    Sungai Duren dapat dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 1

    Mata pencaharian penduduk desa simpang sungai duren

    Petani Peternak Pedagang pengusaha PNS Pegawai

    swastaa

    416 KK 9 KK 98 KK 7 KK 29 KK 61 KK

    Sarana yang terdapat di desa simpang sungai duren dapat dilihat pada tabel

    berikut:

    Tabel 2

    Sarana desa simpang sungai duren, kecamatan jaluko, kabupaten muaro jambi

    Jenis Prasarana Volume Kondisi

    Jalan Provinsi 4.000 Km Baik

    Jalan Kabupaten 8.000 Km Sedang

    Jalan Desa 9.000 Km Sedang

    Jalan Lingkungan Rabat Beton 2.000 Km Sedang

    Gedung SD 1 Unit Baik

    Gedung Madrasah 2 Unit Sedang

    Gedung TK 2 Unit Sedang

  • 47

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    Posyandu 1 Unit Sedang

    Sumur Gali Umum 100 Unit Sedang

    Pangkalan Okek 1 Unit Sedang

    MCK 1 Unit Sedang

    Kantor Desa 1 Unit Baik

    Puskesmas 1 Unit Baik

    Masjid 2 Unit Baik

    Musholla/Surau 6 Unit Sedang

    Arus Aliran Listrik Ke Kantor

    Balai Desa

    1 Unit Baik

    Aliran Listrik PLN 7 Km Baik

    Tanah Tempat Pemakaman

    Umum

    500 M2 Sedang

  • 48

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    Lampiran 2: Perhitungan Indeks Keanekaragaman dan Dominansi

    No

    Nama

    Spesies

    Ulangan Ke

    1

    Jumlah

    Individu Pi Ln Pi H' D

    1 Aedes 13 13

    0.57

    (0.57)

    (0.32)

    0.32

    2 Armigeres 10 10

    0.43

    (0.83)

    (0.36)

    0.19

    23 23 1 H=

    (0.68)

    0.51

    H'

    0.68

    No

    Nama

    Spesies

    Ulangan Ke

    2

    Jumlah

    Individu Pi Ln Pi H' D

    1 Aedes 21 21

    0.64

    (0.45)

    (0.29)

    0.40

    2 Armigeres 12 12

    0.36

    (1.01)

    (0.37)

    0.13

    33 33 1 H=

    (0.66)

    0.54

    H'

    0.66

    No

    Nama

    Spesies

    Ulangan Ke

    3

    Jumlah

    Individu Pi Ln Pi H' D

    1 Aedes 17 17

    0.57

    (0.57)

    (0.32)

    0.32

    2 Armigeres 13 13

    0.43

    (0.84)

    (0.36)

    0.19

    30 30 1 H=

    (0.68)

    0.51

    H'

    0.68

  • 49

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    No

    Nama

    Spesies

    Ulangan Ke

    4

    Jumlah

    Individu Pi Ln Pi H' D

    1 Aedes 19 19

    1.00 -

    -

    1.00

    2 Armigeres 0 0

    - -

    -

    -

    19 19 1 H=

    -

    1.00

    H'

    -

    no

    nama

    spesies

    ulangan

    ke 5

    jumlah

    individu pi ln pi H' D

    1 aedes 15 15

    0.58

    (0.55)

    (0.32)

    0.33

    2 armigeres 11 11

    0.42

    (0.86)

    (0.36)

    0.18

    26 26 1 H=

    (0.68)

    0.51

    H'

    0.68

    no

    nama

    spesies

    ulangan

    ke 6

    jumlah

    individu pi ln pi H' D

    1 aedes 8 8

    0.53

    (0.63)

    (0.34)

    0.28

    2 armigeres 7 7

    0.47

    (0.76)

    (0.36)

    0.22

    15 15 1 H=

    (0.69)

    0.50

    H'

    0.69

  • 50

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    no

    nama

    spesies

    ulangan

    ke 7

    jumlah

    individu pi ln pi H' D

    1 aedes 23 13

    0.57

    (0.57)

    (0.32)

    0.32

    2 armigeres 13 10

    0.43

    (0.83)

    (0.36)

    0.19

    36 23 1 H=

    (0.68)

    0.51

    H'

    0.68

    no

    nama

    spesies

    ulangan

    ke 8

    jumlah

    individu pi ln pi H' D

    1 aedes 20 20

    0.57

    (0.56)

    (0.32)

    0.33

    2 armigeres 15 15

    0.43

    (0.85)

    (0.36)

    0.18

    35 35 1 H=

    (0.68)

    0.51

    H'

    0.68

  • 51

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    Lampiran 3: Dokumentasi di Lapangan

    Gambar 1. Salah satu rumah yang

    menjadi lokasi penelitian

    Gambar 2. Salah satu rumah yang

    menjadi lokasi penelitian

    Gambar 4. Salah satu WC rumah

    yang menjadi lokasi penelitian

    Gambar 3. Salah satu rumah yang

    menjadi lokasi penelitian

  • 52

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    Gambar 6. Pengukuran suhu air yang

    terdapat jentik nyamuk

    Gambar 5. Pengukuran suhu dan

    kelembaban di lapangan

    Gambar 7. Penangkapan nyamuk

    dengan metode insect net

    Gambar 8. Penangkapan nyamuk

    dengan metode HLC

  • 53

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    Gambar 9. Pengawetan nyamuk pada

    card point

    Gambar 11. Pot bunga bekas yang

    terdapat jentik nyamuk

    Gambar 12. Ban bekas yang terdapat

    jentik nyamuk

    Gambar 10. Selokan disekitar rumah

    warga

  • 54

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    Gambar 14. Dirigen bekas yang

    terdapat jentik nyamuk

    Gambar 13. Ember bekas yang

    terdapat jentik nyamuk

    Gambar 15. Teko plastik bekas yang

    terdapat jentik nyamuk

    Gambar 16. Ember bekas yang

    terdapat jentik nyamuk

  • 55

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    Gambar 19. Tempat karet bekas yang

    terdapat jentik nyamuk

    Gambar 20. Dirigen bekas yang

    terdapat jentik nyamuk

    Gambar 18. Ban bekas yang terdapat

    jentik nyamuk

    Gambar 17. Asbak bekas yang

    terdapat jentik nyamuk

  • 56 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

  • 57

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

  • 58 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

  • 59

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

  • 60

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    (CURRICULUM VITAE)

    Nama : Nurjannah

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Tempat/Tgl Lahir : Pebenaan 12 Maret 1997

    Alamat : Jl. Lintas Samudra KM 11 RT. 01 RW.

    03 Desa Danau Rambai Kec. Batang

    Gansal Kab. Inhu Riau

    Pekerjaan : Mahasiswi

    Alamat Email : nurjannah.02yahoo.com

    No Kontak : 0823 8577 0582

    Pendidikan Formal

    1. SDN 023 Seberang pebenaan, 2003 - 2009

    2. SMP N 3 Keritang, 2010 - 2012

    3. SMA N 1 Keritang, 2013 - 2015

    4. SI UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2015- sekarang

    Pendidikan Non Formal

    1. Praktikum Penguatan Konten (PPK) Program Studi Tardris Biologi

    Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi tahun 2016

    2. Anggota Drum Band SMA N 1 Keritang tahun 2013-2015

    3. Anggota OSIS SMP N 3 Keritang tahun 2011

    4. Anggota Drum Band SMP N 3 Keritang tahun 2011-2012

    5. Anggota pramuka SMP N 3 keritang tahun 2011

    Motto hidup “Jika Mereka Bisa Saya Juga Pasti Bisa”

    HALAMAN SAMPULNOTA DINASPENGESAHANPERNYATAAN ORISINALITASHALAMAN PERSEMBAHANHALAMAN PERSEMBAHANMOTTOKATA PENGANTARABSTRAKABSTRACTDAFTAR ISIDAFTAR GAMBARDAFTAR TABELDAFTAR LAMPIRANBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahB. Fokus PermasalahanC. Rumusan MasalahD. Tujuan Penelitian

    BAB II KAJIAN PUSTAKAA. Kajian teoritik1. Insekta2. Taksonomi nyamuk3. Siklus hidup nyamuk4. Jenis-jenis nyamuk berbahaya5. Siklus hidup pathogen yang dibawa nyamuk6. Habitat nyamuk7. Potensi vektor nyamuk8. Faktor abiotik yang mempengaruhi perkembangan nyamuk

    B. Penelitian yang relevan

    BAB III METODOLOGI PENELITIANA. Tempat dan Waktu PenelitianB. Metode PenelitianC. Alat dan BahanD. Prosedur kerja1. Studi Pendahuluan2. Persiapan Alat3. Pengukuran Parameter Lingkungan4. Koleksi Nyamuk5. Penghitungan nyamuk6. Pengawetan nyamuk7. Identifikasi nyamuk

    E. Analisis data1. Analisis Deskripsi2. Analisis Statistik

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANA. HasilB. PEMBAHASAN

    BAB V PENUTUPA. KesimpulanB. Saran

    DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN-LAMPIRAN