KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB...

43
KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum L.) DENGAN SISTEM PERTANAMAN BERBEDA DI KABUPATEN TANGGAMUS, LAMPUNG (Skripsi) Oleh: HERLINDA RAMA DANTI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Transcript of KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB...

Page 1: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN TOMAT

(Solanum lycopersicum L.) DENGAN SISTEM PERTANAMAN BERBEDA

DI KABUPATEN TANGGAMUS, LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh:

HERLINDA RAMA DANTI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 2: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

Herlinda Rama Danti

ABSTRAK

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN TOMAT

(Solanum lycopersicum L.) DENGAN SISTEM PERTANAMAN BERBEDA

DI KABUPATEN TANGGAMUS, LAMPUNG

Oleh

HERLINDA RAMA DANTI

Keberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem

menentukan stabilitas ekosistem tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui kemelimpahan dan keanekaragaman Arthropoda pada sistem

pertanaman tomat monokultur dan polikultur di Pekon Gisting Permai, Kecamatan

Gisting, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Penelitian menggunakan metode

purposive sampling atau ditentukan secara sengaja pada tiga blok monokultur

serta tiga blok polikultur. Pertanaman polikultur terdiri dari tanaman tomat dan

cabai. Setiap blok berukuran 20 m x 20 m. Pengambilan sampel Arthropoda

dengan menggunakan tiga perangkap sumuran yang diletakkan secara diagonal

serta menggunakan lima tanaman sampel untuk pengamatan tajuk pada setiap

blok pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan seluruh Arthropoda yang

ditemukan adalah 2.559 individu terdiri dari 1.371 individu pada pertanaman

monokultur dan 1.188 individu pada pertanaman polikultur. Pada pertanaman

Page 3: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

Herlinda Rama Danti

monokultur ditemukan sembilan ordo dan 16 famili, sedangkan pada pertanaman

polikultur ditemukan sembilan ordo dan 22 famili. Rata-rata nilai Indeks

Keanekaragaman Shannon-Wiener, Kemerataan dan Kekayaan Jenis pada

pertanaman polikultur lebih tinggi dari pada pertanaman monokultur.

Kata kunci : Arthropoda, keanekaragaman, monokultur, polikultur, tomat

Page 4: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN TOMAT

(Solanum lycopersicum L.) DENGAN SISTEM PERTANAMAN BERBEDA

DI KABUPATEN TANGGAMUS, LAMPUNG

Oleh:

HERLINDA RAMA DANTI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA PERTANIAN

pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 5: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan
Page 6: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan
Page 7: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan
Page 8: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bumi pada tanggal 17 Februari 1995, dari pasangan

Bapak Mustofa dan Ibu Supiyah. Penulis adalah anak pertama dari dua

bersaudara. Penulis menempuh pendidikan pertama di Taman Kanak-kanak Abadi

Perkasa, Tulang Bawang dan diselesaikan pada tahun 2001, dilanjutkan di SD

Abadi Perkasa, Tulang Bawang dan menyelesaikannya pada tahun 2007.

Pendidikan Sekolah Menengah Pertama ditempuh di SMP Abadi Perkasa, Tulang

Bawang dan diselesaikan pada tahun 2010, kemudian dilanjutkan pendidikan

Sekolah Menengah Atas di SMA Sugar Group, Lampung Tengah dan

diselesaikan pada tahun 2013, kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke

jenjang universitas, dan penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan

Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada tahun 2013,

melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).

Pada bulan Juli 2016, penulis melaksanakan kegiatan Praktik Umum (PU) di

PT Perkebunan Nusantara VII Bekri, Lampung Tengah. Kemudian pada

bulan Januari - Februari 2017 penulis melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata

(KKN) Universitas Lampung di Desa Mataram Ilir, Kecamatan Seputih Surabaya,

Lampung Tengah. Penulis juga pernah dipercaya menjadi asisten dosen mata

kuliah Pengendalian Hama Tanaman (2015) dan Dasar-dasar Perlindungan

Tanaman (2015).

Page 9: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

Hidupku terlalu berat untuk mengandalkan diri sendiri tanpa

melibatkan bantuan Allah SWT dan orang lain.

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk kedua orang

tuaku tercinta dan saudaraku

Bapak Mustofa dan Ibu Supiyah, saudaraku M. Afitra Galih

Tersayang Fredy Kurniawan

Almamaterku tercinta

Agroteknologi Universitas Lampung

Page 10: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai

dengan kesanggupannya”(Q.S. Al-Baqarah : 286)

“Jika sore tiba, janganlah tunggu waktu pagi, jika pagi tiba janganlah tunggu

waktu sore. Manfaatkan masa sehatmu sebelum tiba masa sakitmu dan

manfaatkan masa hidupmu sebelum tiba ajalmu” -Umar Bin Khattab-

“Keajaiban hanya akan datang pada mereka yang memiliki keinginan untuk

mendapatkannya”-IvanKov- (One Piece)

“Jangan takut untuk bermimpi. Karena mimpi adalah tempat menanam benih

harapan dan memetakan cita-cita “ -Luffy- (One Piece)

Page 11: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

SANWACANA

Puji syukur selalu penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi dengan judul “ Keanekaragaman Arthropoda pada Pertanaman Tomat

(Solanum lycopersicum L.) dengan Sistem Pertanaman Berbeda di Kabupaten

Tanggamus, Lampung” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pertanian dari Universitas Lampung. Selama penyusunan dan penyelesaian

skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima

kasih kepada:

1. Ibu Yuyun Fitriana, S.P., M.P., Ph. D., selaku pembimbing pertama atas ide

penelitian, bimbingan, motivasi, saran, serta kesabaran dalam memberikan

bimbingannya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Bapak Ir. Agus Muhammad Hariri, M.P., selaku pembimbing kedua atas saran,

motivasi dan bimbingannya serta nasihat-nasihatnya dalam penyelesaian

skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Purnomo, M.S., selaku pembahas dan Ketua Bidang

Proteksi Tanaman, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas

Lampung yang telah memberikan kritik dan saran, nasihat dalam penyelesaian

skripsi ini.

Page 12: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

4. Ibu Ir. Indriyati selaku pembimbing akademik atas segala arahan, motivasi, dan

nasihatnya untuk menyelesaikan pendidikan selama ini.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas

Pertanian, Universitas Lampung.

6. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi,

Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

7. Keluarga tersayang Bapak Mustofa dan Ibu Supiyah, dan adikku M. Afitra

Galih yang selalu memberikan motivasi, semangat, kasih sayang, dan do’a

yang sungguh begitu berarti keberadaan kalian dalam hidupku.

8. Tersayang Fredy Kurniawan yang selalu setia mendukung baik dari segi moral

dan materil selama ini yang sungguh sangat berarti.

9. Teman seperjuangan penelitian Indah Mayasari terima kasih atas bantuan,

kesetiaan menemani dan kerjasamanya yang luar biasa.

10. Teman-teman Jurusan Agroteknologi dan Proteksi Tanaman 2013.

Dengan ketulusan hati penulis menyampaikan terima kasih dan semoga Allah

SWT membalas semua kebaikan mereka, semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi

kita semua.

Bandar Lampung, Januari 2018

Penulis

Herlinda Rama Danti

Page 13: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. iv

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2 Tujuan Penelitian ......................................................................... 3

1.3 Kerangka Pemikiran .................................................................... 3

1.4 Hipotesis ..................................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Tomat .......................................................................... 6

2.2 Hama Tanaman tomat ................................................................. 7

2.2.1 Kutu kebul (Bemisia tabaci) ............................................. 7

2.2.2 Thrips sp. .......................................................................... 8

2.2.3 Kutu daun (Aphis gossypii) ............................................... 9

2.2.4 Ulat buah tomat (Helicoverpa armigera) ........................ 9

2.2.5 Ulat Grayak (Spodoptera litura) ....................................... 10

2.3 Musuh Alami Hama Tanaman Tomat ......................................... 11

2.3.1 Eriborus argenteophilosus ................................................ 11

2.3.2 Telenomus spp. ................................................................. 11

2.3.3 Trichogrammatidae ............................................................ 12

2.3.4 Kumbang tomcat (Paederus littoralis) .............................. 13

2.3.5 Laba-laba serigala (Famili Lycosidae) .............................. 13

2.4 Arthropoda pada Permukaan Tanah ............................................ 14

2.5 Pengelolaan Habitat Terkait dengan Keanekaragaman ............... 14

Page 14: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu ....................................................................... 16

3.2 Bahan dan Alat ............................................................................ 16

3.3 Pelaksanaan Penelitian................................................................. 17

3.3.1 Pengambilan sampel Arthropoda permukaan tanah .......... 17

3.3.2 Pengamatan Arthropoda tajuk ........................................... 19

3.3.3 Indentifikasi Arthropoda.................................................... 20

3.4 Variabel Pengamatan ................................................................. . 20

3.4.1 Indeks keanekaragaman Arthropoda Shannon-Wiener

(H’) ................................................................................... 21

3.4.2 Indeks kemerataan. ............................................................ 21

3.4.3 Indeks kekayaan jenis ........................................................ 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ............................................................................ 23

4.1.1 Arthropoda yang ditemukan .............................................. 24

4.1.2 Kemelimpahan Arthropoda ............................................... 26

4.1.3 Keanekaragaman Arthropoda ............................................ 26

4.2 Pembahasan ............................................................................... . 30

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ...................................................................................... 34

5.2 Saran ............................................................................................ 35

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 36

LAMPIRAN ............................................................................................... 39

Gambar 9-17 ...................................................................................... 40

ii

Page 15: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Budidaya tomat pada sistem pertanaman monokultur dan polikultur.. 23

2. Ordo, famili, dan jumlah Arthropoda pada pertanaman tomat ............ 25

3. Nilai variabel keanekaragaman Arthropoda pada pertanaman tomat .. 27

Page 16: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Petak pemasangan pitfall Arthropoda tanah .......................................... 18

2. Perangkap pitfall ................................................................................ 19

3. Perangkap pitfall di lapang ................................................................ 19

4. Denah posisi tanaman sampel ............................................................ 20

5. Fluktuasi kemelimpahan Arthropoda pada pertanaman tomat .......... 26

6. Fluktuasi indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) Arthropoda

pada pertanaman tomat ..................................................................... 28

7. Fluktuasi indeks kemerataan (E) Arthropoda pada pertanaman

tomat ........................................................................................................... 29

8. Fluktuasi indeks kekayaan jenis (Dmg) Arthropoda pada pertanaman

tomat ........................................................................................................... 30

9. Ordo Coleoptera................................................................................. 40

10. Ordo Collembola ............................................................................... 40

11. Ordo Dermaptera ............................................................................... 41

12. Ordo Diptera ...................................................................................... 41

13. Ordo Hemiptera ................................................................................. 41

14. Ordo Hymenoptera ............................................................................ 42

15. Ordo Lepidoptera ............................................................................... 42

16. Ordo Orthoptera ................................................................................. 42

17. Ordo Araneae ..................................................................................... 43

Page 17: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tomat (Solanum lycopersicum L.) merupakan salah satu sayuran yang banyak

dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia. Tomat dapat dimanfaatkan sebagai

bahan untuk membuat makanan seperti sambal, saos atau dibuat jus.

Menurut Badan Pusat Statistik (2016), produksi tomat nasional selama 3 tahun

terakhir mengalami penurunan. Produksi pada tahun 2013 sebesar 992.780 ton,

tahun 2014 sebesar 915.987 ton, dan tahun 2015 sebesar 877.792 ton. Salah satu

faktor yang menyebabkan penurunan produksi tomat adalah adanya serangan

organisme pengganggu tanaman yaitu hama dan penyakit (Mustikawati, 2012).

Pada ekosistem pertanian dijumpai komunitas Arthropoda yang terdiri atas

banyak jenis dan masing-masing jenis memperlihatkan sifat populasinya yang

khas. Tidak semua jenis Arthropoda merupakan hama, namun dapat juga

berperan sebagai predator, dekomposer, penyerbuk, parasitoid, dan parasit

(Untung, 1996). Keberadaan hama sangat mempengaruhi keberadaaan musuh

alami di lapang (Nelly, 2012). Seperti juga yang diungkapkan oleh Hildrew &

Townsend (1982) bahwa kelimpahan mangsa akan menarik minat

Page 18: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

2

predator untuk datang dan tinggal di tempat tersebut, kemudian diikuti dengan

meningkatnya kemampuan predator dalam memangsa. Mangsa atau hama yang

berbeda memungkinan tersedianya musuh alami yang beragam pada suatu

ekosistem. Keberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu

ekosistem menentukan stabilitas ekosistem tersebut. Semakin beragam organisme

di dalam suatu ekosistem, maka akan semakin tinggi stabilitas pada ekosistem

tersebut (Odum,1971 dalam Yudha, 2016; Krebs, 1985 dalam Yudha, 2016).

Salah satu komponen teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang dapat

diterapkan untuk mengendalikan hama adalah pengendalian secara kultur teknik

(pengelolaan tanah dan sistem tanam). Pertanaman secara tumpangsari dapat

menurunkan serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) melalui cara

mengurangi penyebaran karena adanya penghalang tanaman bukan inang dan

salah satu spesies tanaman berfungsi sebagai perangkap atau penolak (Setiawati et

al., 2005). Mulyani (2010) melaporkan bahwa ekosistem polikultur memiliki

komposisi hama dan musuh alami yang paling seimbang sehingga ekosistem yang

terbentuk lebih stabil dibandingkan dengan sistem tanam lain. Oleh karena itu,

untuk mengetahui keberadaan komponen-komponen komunitas diperlukan suatu

kajian mengenai keanekaragaman Arthropoda.

Tanggamus merupakan salah satu daerah penghasil sayuran di Provinsi Lampung.

Salah satu sentra produksi sayuran tomat di daerah Tanggamus adalah di

Kecamatan Gisting. Sampai saat ini, informasi tentang kemelimpahan dan

keanekaragaman Arthropoda pada pertamanan tomat di Kabupaten Tanggamus

masih sangat terbatas.

Page 19: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

3

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemelimpahan dan

keanekaragaman Arthropoda pada sistem pertanaman tomat monokultur dan

polikultur di Pekon Gisting Permai, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus,

Lampung.

1.3 Kerangka Pemikiran

Pertanaman tomat dapat berperan sebagai produsen (tanaman inang) bagi

beberapa serangga yakni selain untuk mencari makan, juga dibutuhkan sebagai

tempat tinggal dan berkembang biak. Keanekaragaman dan kelimpahan serangga

secara umum pada suatu habitat tidak hanya ditentukan oleh kemampuan serangga

tersebut untuk dapat hidup tetapi juga ditentukan oleh sumber daya yang tersedia,

salah satunya adalah mangsa atau inang (Hamid, 2009). Tidak semua jenis

serangga dalam agroekosistem merupakan serangga yang berbahaya atau

merupakan hama, malahan sebagian besar jenis serangga yang kita jumpai

merupakan serangga bukan hama yang dapat berupa musuh alami hama (predator,

parasitoid) atau serangga-serangga berharga lainnya seperti serangga penyerbuk

bunga dan serangga penghancur sisa-sisa bahan organik (Untung, 1996).

Fajarwati et al. (2009) menyebutkan delapan spesies serangga pengunjung bunga

tomat termasuk ke dalam enam ordo yaitu Hymenoptera, Diptera, Lepidoptera,

Thysanoptera, Hemiptera, dan Homoptera. Empat spesies yang ditemukan

dominan, yaitu Thrips sp. (32,32%), Hylaeus sp. (23%), Macrolophus sp.

(18,25%) dan Aphis fabae (17,59%), sedangkan empat spesies serangga lainnya

Page 20: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

4

memiliki kunjungan rendah (kurang dari 5%). Kedawung et al. (2013)

menyebutkan bahwa di Desa Sapikerep Kecamatan Sukapura-Probolinggo, Jawa

Timur, serangga pada tanaman tomat ditemukan sebanyak 614 individu 32 genus,

dan 22 famili serangga yang terbagi dalam delapan ordo. Ordo-ordo tersebut

adalah Coleoptera, Lepidoptera, Diptera, Hymenoptera, Odonata, Hemiptera,

Homoptera, dan Orthoptera. Hisyam (2014) melaporkan bahwa serangga

pengunjung tanaman tomat di Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman,

Yogyakarta terdiri dari tujuh ordo, 16 famili, dan 21 spesies. Serangga

pengunjung tanaman tomat pada masa tanam sebelum berbunga sebagian besar

berperan sebagai herbivora sedangkan tomat pada masa tanam saat dan setelah

berbunga didominasi serangga herbivora dan karnivora.

Pengelolaan habitat melalui diversifikasi seperti polikultur, rotasi tanaman,

pemulsaan, dan penanaman pagar tanaman diikuti oleh managemen pupuk

organik yang baik serta pengolahan tanah minimum dan praktis mengikuti konsep

Low External Input Sustainable Agriculture (Pertanian Berkelanjutan dengan

Input Luar Rendah) mampu meningkatkan keanekaragaman spesies pengendali

alami sehingga kepadatan populasi hama bisa terkendali (Cahyono, 1995 dalam

Mulyani, 2010). Mulyani (2010) melaporkan bahwa penanaman kubis dengan

sistem tumpangsari dengan caisin pada ketinggian tempat 1.473 mdpl memiliki

Indeks Keragaman yang paling tinggi yaitu 1,73 dan memiliki komposisi hama

dan musuh alami yang paling seimbang yaitu 50%:50% sehingga ekosistem yang

terbentuk lebih stabil dibanding dengan ketinggian dan sistem tanam yang lain.

Budidaya tanaman monokultur dapat mendorong ekosistem pertanian rentan

terhadap organisme serangga hama. Salah satu pendorong meningkatnya

Page 21: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

5

serangga hama adalah tersedianya makanan terus-menerus sepanjang waktu dan di

setiap tempat. Tindakan pemanfaatan musuh alami serangga dan meningkatkan

keanekaragaman tanaman seperti penerapan tumpangsari, rotasi tanaman, dan

penanaman lahan-lahan terbuka perlu dilakukan untuk meningkatkan stabilitas

ekosistem serta mengurangi risiko gangguan hama (Altieri & Nicholls, 1999

dalam Tobing, 2009). Berbagai mekanisme alami seperti predatisme, parasitisme,

patogenitas, persaingan intraspesies dan interspesies, suksesi, produktivitas,

stabilitas, dan keanekaragaman hayati dapat dimanfaatkan untuk mencapai

pertanian berkelanjutan (Mulyani, 2010).

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan adalah terdapat perbedaan kemelimpahan dan

keanekaragaman Arthropoda pada sistem pertanaman tomat monokultur dan

polikultur di Pekon Gisting Permai, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus,

Lampung.

Page 22: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Tomat

Menurut Pitojo (2005), tanaman tomat diklasifikasikan sebagai berikut:

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Subkelas : Metachlamidae

Ordo : Solanales (Tubiflorae)

Famili : Solanaceae

Genus : Lycopersicon (Lycopersicum)

Spesies : Lycopersicum esculentum sinonim Solanum lycopersicum L.

Tanaman tomat memiliki akar tunggang, akar cabang, serta akar serabut yang

menyebar ke semua arah hingga kedalaman rata-rata 30-40 cm. Batang tanaman

tomat berbentuk bulat dan bercabang dimulai dari ketiak daun yang berada dekat

dengan tanah. Daun tanaman tomat merupakan daun majemuk yang bersirip

gasal, duduk daun teratur pada batang dan membentuk spiral. Bunga tomat

merupakan bunga majemuk terletak dalam rangkaian bunga yang terdiri atas 4-14

kuntum bunga, menggantung pada tangkai-tangkai bunga (Pitojo, 2005).

Tomat banyak mengandung vitamin C yang akan memelihara kesehatan gigi dan

gusi, mempercepat sembuhnya luka-luka, menghindarkan kecenderungan

pendarahan pembuluh darah yang halus. Vitamin A yang juga terkandung dalam

Page 23: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

7

buah tomat dapat membantu penyembuhan penyakit buta malam serta

membangun sel darah merah. (Tugiyono, 2001).

2.2 Hama Tanaman Tomat

2.2.1 Kutu kebul (Bemisia tabaci)

Kutu ini memiliki ukuran yang kecil, tubuhnya berwarna kuning dengan sayap

putih ditutupi lapisan lilin yang bertepung. Telur berwarna kuning terang,

diletakkan pada permukaan bawah daun. Telur dan imago berada pada daun

pucuk, nimfa umumnya berada pada daun bagian tengah, dan pupa berada pada

permukaan bawah daun. Kutu kebul menghasilkan sekresi embun madu sebagai

media pertumbuhan jamur embun jelaga. Kutu kebul dapat hidup pada tanaman

inang famili leguminoceae, compositae, cucurbitaceae, crusiferae, dan solanaceae,

serta berperan sebagai vektor penyakit tomato yellow leaf virus ((TYLV) dan

tomato leaf cuurel virus (TLCV). Kedua macam virus tersebut bersifat persisten

(Pitojo, 2005).

Serangan kutu kebul menyebabkan gejala bercak nekrosis pada permukaan daun

sebagai akibat dari pengisapan cairan tanaman oleh nimfa. Kerusakan tersebut

relatif tidak berarti, namun semakin muda tanaman yang terserang kutu kebul,

semakin berpeluang terserang virus. Gejala lain terkadang tampak adanya embun

jelaga di balik daun tomat. Tanaman yang terinfeksi virus TYLV atau TLCV akan

menampakkan gejala yang ditimbulkan oleh virus tersebut (Pitojo, 2005).

Page 24: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

8

2.2.2 Thrips sp.

Imago berukuran sangat kecil sekitar 1 mm, berwarna kuning sampai coklat

kehitam-hitaman. Imago yang sudah tua berwarna agak kehitaman, bebercak-

bercak merah atau bergaris-garis. Imago betina mempunyai dua pasang sayap

yang halus dan enam rumbai/jumbai seperti sisir bersisi dua. Pada musim

kemarau populasi lebih tinggi dan akan berkurang bila terjadi hujan lebat. Umur

stadium serangga dewasa dapat mencapai 20 hari (Mustikawati, 2012).

Telur berbentuk oval/seperti ginjal rata-rata 80 butir per induk, diletakkan di

permukaan bawah daun dalam jaringan epidhermal tanaman secara tunggal atau

berkelompok, akan menetas setelah tiga sampai delapan hari. Nimfa berwarna

pucat, keputihan/kekuningan, instar satu dan dua aktif dan tidak bersayap. Nimfa

yang tidak aktif (pupa) terbungkus kokon, terdapat di permukaan bawah daun dan

di permukaan tanah sekitar tanaman. Perkembangan pupa menjadi Thrips sp.

muda meningkat pada kelembaban relatif rendah dan suhu relatif tinggi. Daur

hidup mulai telur hingga dewasa sekitar 20 hari. Siklus hidup sekitar 35-40 hari

(Mustikawati, 2012).

Cara makan Thrips sp. yaitu menusuk dan menghisap cairan tanaman. Pada

tanaman gejala Thrips sp. yaitu berwarna keperakan mengkilat, kemudian pada

serangan lanjut daun akan berwarna coklat, hingga proses metabolisme akan

terganggu. Selanjutnya pada daun akan menjadi keriting atau keriput.

Daun-daun mengeriting ke atas jika terjadi komplikasi dengan virus. Thrips sp.

merupakan vektor penyakit virus mosaik dan virus keriting (Mustikawati, 2012).

Page 25: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

9

2.2.3 Kutu daun (Aphis gossypii)

Kutu daun berukuran 0,8 mm. Distribusinya berupa kosmopolit. Berkembang

secara parthenogenesis (tanpa kawin dulu). Hama ini berbentuk seperti pear,

warnanya bervariasi dari hijau muda sampai hitam dan kuning. Mempunyai

kornikel pada bagian ujung abdomen. Imago dapat hidup selama 28 hari. Satu

ekor imago betina dapat menghasilkan 2-35 nimfa/hari. Siklus hidup dari

nimfa sampai imago lima sampai tujuh hari. Selama satu tahun dapat

menghasilkan 16-47 generasi (Mustikawati, 2012).

Serangan berat biasanya terjadi pada musim kemarau. Bagian tanaman yang

diserang oleh nimfa dan imago biasanya pucuk tanaman dan daun muda. Daun

yang diserang akan mengerut, pucuk mengeriting dan melingkar sehingga

pertumbuhan tanaman terhambat atau tanaman kerdil. Hama ini juga

mengeluarkan cairan manis seperti madu sehingga menarik datangnya semut yang

menyebabkan adanya cendawan jelaga berwarna hitam. Adanya cendawan pada

buah dapat menurunkan kualitas buah. Kutu daun juga dapat berperan sebagai

vektor virus penyakit tanaman seperti Papaya Ringspot Virus, Watermelon

Mosaic Virus , dan Cucumber Mosaic Virus (CMV) (Mustikawati, 2012).

2.2.4 Ulat buah tomat (Helicoverpa armigera)

Ngengat berwarna coklat kekuning-kuningan dengan bintik-bintik dan garis yang

berwarna hitam. Ngengat jantan mudah dibedakan dari ngengat betina karena

ngengat betina mempunyai bercak-bercak berwarna pirang muda (Setiawati et al.,

2001).

Page 26: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

10

Larva muda berwarna kuning muda, kemudian berubah warna dan terdapat variasi

warna dan pola corak antara sesama larva. Fase larva sekitar 12-25 hari. Gejala

serangannya berupa buah-buah tomat yang berlubang-lubang. Buah tomat yang

terserang menjadi busuk dan jatuh ke tanah. Kadang-kadang larva juga

menyerang pucuk tanaman dan melubangi cabang-cabang tanaman (Setiawati et

al., 2001).

2.2.5 Ulat grayak (Spodoptera litura)

Ngengat berwarna agak gelap dengan garis putih pada sayap depannya.

Telurnya berwarna putih dan diletakkan secara berkelompok berbulu halus seperti

diselimuti kain laken. Dalam satu kelompok telur terdapat sekitar 350 butir.

Larva mempunyai warna yang bervariasi, tetapi selalu mempunyai kalung hitam

pada segmen abdomen yang keempat dan kesepuluh. Pada sisi lateral dan dorsal

terdapat garis kuning. Pupa berwarna coklat gelap dan terbentuk di permukaan

tanah (Setiawati et al., 2001).

Pada daun yang terserang oleh larva yang masih kecil terdapat sisa-sisa epidermis

bagian atas dan tulang-tulang daun saja. Larva yang sudah besar merusak tulang

daun. Gejala serangan pada buah ditandai dengan timbulnya lubang tidak

beraturan pada buah tomat (Setiawati et al., 2001).

Page 27: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

11

2.3 Musuh Alami Hama Tanaman Tomat

2.3.1 Eriborus argenteophilosus

Parasitoid ini merupakan salah satu kelompok musuh alami serangga hama yang

paling banyak diintroduksikan untuk pengendalian serangga hama. Salah satu

inangnya yang menjadi hama penting pada tanaman kubis-kubisan adalah

Crocidolomia pavonana (Zell.) (Lepidoptera: Pyralidae). E. argenteopilosus

bersifat soliter dan dilaporkan dapat hidup di dalam inang C. pavonana,

Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae), S. exigua (Lepidoptera: Noctuidae)

dan Helicoverpa armigera (Hubner) (Lepidoptera: Noctuidae) (Kalshoven, 1981).

E. argenteophilosus termasuk ke dalam Ordo Hymenoptera Famili

Ichneumonidae. Serangga dewasa berukuran 11-13 mm. Serangga betina lebih

besar dibandingkan dengan serangga jantan. Seekor betina mampu meletakkan

telur sebanyak 160 butir. Tingkat parasitoid tertinggi pada larva H. armigera

yang berumur dua hari (instar ke satu). Lamanya daur hidup sekitar 17-18 hari

(Setiawati et al., 2001).

2.3.2 Telenomus spp.

Telenomus spp. merupakan parasitoid telur dari berbagai ordo serangga.

Telenomus spp. merupakan tabuhan yang terdistribusi luas meliputi Indonesia

(Jawa, Bangka) dan Jepang. Lama perkembangan Telenomus spp. pada telur

Chilo sp. berkisar 8-14 hari dan pada sebagian besar spesies Telenomus, hanya

Page 28: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

12

satu imago yang berkembang atau muncul dari setiap telur inang (Kalshoven,

1981).

Telenomus remus memiliki pemencaran yang sama pada agroekosistem sederhana

(monokultur) dan pada agroekosistem kompleks (polikultur). T. remus memiliki

kemampuan pemencaran dan pencarian inang yang tinggi di lapangan. Tingkat

parasitisasi tipe agroekosistem kompleks (71,6%) lebih tinggi daripada sederhana

(67,7%). Hal tersebut mengindikasi bahwa manipulasi habitat pada

agroekosistem kompleks lebih sesuai bagi keefektifan kerja parasitoid (Anggara,

2005).

2.3.3 Trichogrammatidae

Trichogrammatidae berasal dari bahasa Yunani kuno thriks atau trihos yang

artinya rambut, dan grammata yang artinya gambar atau huruf. Disebut demikian

karena adanya keteraturan (susunan) rambut pada sayap. Disebut juga parasitoid

telur Trichogrammatid. Parasit berukuran kecil, panjangnya sekitar 0,3-1,0 mm;

berwarna hitam, hitam remang-remang cokelat pucat atau kuning. Antenanya

terdiri dari tiga sampai delapan ruas termasuk satu ruas cincin. Sayapnya

berumbai-rumbai, rambut (bulu-bulu) pada sayapnya teratur dalam garis-garis

atau pita-pita rambut, bagian yang terpanjang terdapat pada tepi sayap.

Ovipositornya pendek dan terkadang matanya berwarna merah. Keluarga

Trichogrammatidae terdapat sekitar 200 jenis dan merupakan parasit telur dari

serangga-serangga lainnya (Pracaya, 1999).

Page 29: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

13

2.3.4 Kumbang tomcat (Paederus littoralis)

Kumbang tomcat termasuk dalam Ordo Coleoptera dan Famili Staphylinidae.

Memiliki bentuk tubuh ramping dan memanjang. Elytra pendek, tidak menutup

seluruh abdomen, hanya ruas satu sampai tiga yang tertutup. Mandibula panjang,

ramping, tajam, keduanya sering menyilang di depan kepala. Biasanya berwarna

oranye, cokelat, dan hitam. Kumbang tomcat dapat ditemukan di berbagai

habitat, di bawah batu, benda-benda lain di tanah atau pertanaman. Merupakan

serangga yang aktif dan lari/terbang cepat. Sering ditemukan di tempat

tersembunyi seperti dakam gulungan daun. Saat lari sering menaikkan ujung

abdomen seperti kalajengking. Hampir semuanya bersifat predator, memakan

serangga kecil, dan ada yang memakan jamur tetapi kurang begitu berperan

sebagai predator (Lilies, 1991).

2.3.5 Laba-laba serigala ( Famili Lycosidae)

Laba-laba ini memiliki abdomen oval dan biasanya tidak jauh lebih besar dari

cephalothorax. Kaki panjang dan runcing. Warna tubuh biasanya abu-abu, coklat

atau hitam pudar. Punggung coklat dengan rambut-rambut berwarna abu-abu,

terdapat gamparan seperti garpu mulai dari daerah mata ke belakang. Pada

abdomen terdapat gambaran berwarna putih. Jenis jantan mempunyai palpus

yang membesar. Laba-laba ini tidak membuat sarang/jaring tetapi menyerang

mangsanya secara langsung. Betina bertelur dalam kepompong yang dibuat dari

benang halus dan dibawa ke mana-mana oleh induknya. Setelah telur menetas,

anaknya langsung naik ke punggung induknya. Setelah enam bulan mereka turun

Page 30: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

14

dan membuat benang-benang halus untuk membantu penyebaran mereka di

tempat yang baru. Merupakan laba-laba yang tinggal di tanah dan dapat berlari

dengan cepat (Lilies, 1991).

2.4 Arthropoda pada Permukaan Tanah

Rohyani & Farista (2013) menyatakan bahwa Ordo Hymenoptera (Formicidae),

Colembolla, Orthoptera, dan Dermaptera adalah Arthropoda permukaan tanah

yang berhasil ditangkap dengan jumlah tertinggi di hutan lindung dan taman

wisata alam Kerandangan Lombok Barat. Samudra et al. (2013) menyatakan

bahwa Ordo Collembola memiliki kemelimpahan Arthropoda tanah tertinggi di

lahan sayuran organik. Indahwati et al. (2012) menyatakan bahwa Arthropoda

dari Ordo Collembola Famili Entomobryidae merupakan Arthropoda yang paling

banyak di lahan apel.

2.5 Pengelolaan Habitat Terkait dengan Keanekaragaman

Intensifikasi pertanaman menghasilkan penyederhanaan pada sistem pertanian.

Penyederhanaan terhadap sistem pertanaman dan pengurangan dari biodiversitas

dapat mempengaruhi fungsi dari agen pengendali hayati atau musuh alami.

Musuh alami mengalami perubahan atau penyesuaian karena habitatnya yang

semula memiliki biodiversitas tinggi menjadi habitat baru (Bianchi et al., 2006).

Salah satu pertimbangan yang mendasari sebagian besar petani cenderung

memilih sistem pertanaman tumpangsari adalah instabilitas hasil yang disebabkan

oleh cekaman lingkungan maupun serangan hama penyakit secara keseluruhan

Page 31: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

15

dapat dikurangi oleh karena sistem terdiri dari dua atau lebih spesies tanaman

yang berbeda (Adiyoga et al., 2004).

Faktor penyebab kerentanan agroekosistem terhadap peledakan hama adalah

penurunan keragaman lanskap, penurunan keragaman tanaman, penggunaan

pestisida, pemupukan yang tidak berimbang, dan faktor iklim. Faktor penyebab

rentannya agroekosistem terhadap peledakan hama dapat diatasi dengan

pengelolaan agroekosistem yaitu dengan aplikasi pola tanam polikultur

(Nurindah, 2006). Sistem polikultur pada agroekosistem memiliki keragaman

tanaman yang lebih variatif. Dari segi pengendalian hama, sistem polikultur

sangat menguntungkan karena keragaman dan populasi musuh alami relatif tinggi

(Nurindah & Sunarto, 2008).

Page 32: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada lahan pertanaman tomat di Pekon Gisting Permai

Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. Metode pemilihan

lokasi penelitian adalah purposive sampling atau ditentukan secara sengaja.

Proses identifikasi dan perhitungan populasi Arthropoda dilakukan di

Laboratorium Hama Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan September 2017.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertanaman tomat monokultur,

pertanaman tomat polikultur dengan cabai, air larutan detergen 1%, dan alkohol

70%.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas plastik, bambu, plastik

mika, botol vial, kuas lukis, cawan petri, ayakan dengan lubang 1 mm, kamera,

dan mikroskop stereo binokuler.

Page 33: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

17

3.3 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian diawali dengan pemilihan lokasi yang dilakukan pada

lahan petani di Pekon Gisting Permai, Kecamatan Gisting, Kabupaten

Tanggamus. Lahan penelitian terdiri dari tiga blok monokultur dan tiga blok

polikultur, masing-masing ukuran blok sekitar 20 m x 20 m. Pada penelitian ini

yang dimaksud blok monokultur adalah sehamparan lahan yang hanya ditanami

tanaman tomat, sedangkan blok polikultur adalah sehamparan lahan yang

ditanami dua jenis tanaman yaitu tomat dan cabai. Pada masing-masing blok

dipasang tiga pitfall trap untuk diamati berbagai jenis Arthropoda pada

permukaan tanah dan ditetapkan lima tanaman sampel untuk diamati berbagai

jenis Arthropoda tajuk. Pengambilan sampel Arthropoda dilakukan pada

pertanaman tomat sebanyak enam kali yaitu tiga kali sebelum tanaman berbunga

(39 hst; 46 hst; dan 53 hst) serta tiga kali pada saat tanaman berbunga (60 hst; 67

hst; dan 74 hst) (Edi & Julistia, 2010).

3.3.1 Pengambilan sampel Arthropoda permukaan tanah

Pengambilan sampel Arthropoda permukaan tanah dilakukan pada pertanaman

tomat dengan menggunakan metode lubang jebakan (pitfall trap) yang dipasang

selama 24 jam. Pada setiap blok dipasang tiga perangkap, sehingga total

perangkap yang terpasang adalah 18 buah (sembilan buah pada blok-blok

monokultur dan sembilan buah lainnya pada blok-blok polikultur). Perangkap

pitfall diletakkan secara sistematik random mengikuti arah diagonal sebagai

ulangan. Jarak dua pitfall paling pinggir adalah 3 m dari tepi pertanaman, posisi

Page 34: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

18

satu pitfall lainnya adalah di pertengahan tanaman tomat (Gambar 1). Perangkap

pitfall dibuat dengan menggunakan gelas plastik tinggi 10 cm dan diameter 7,5

cm. Perangkap pitfall tersebut dilengkapi dengan campuran air 91% dan detergen

1% yang diisikan ke dalamnya sampai 1/3 bagian gelas. Pemberian detergen

dimaksudkan untuk mengurangi tegangan permukaan air agar serangga yang jatuh

tak dapat kembali ke atas. Gelas selanjutnya dimasukkan ke lubang tanah sampai

mulut gelas berposisi rata dengan permukaan tanah. Hal tersebut bertujuan

supaya Arthropoda yang merayap di permukaan tanah akan terperangkap jatuh ke

dalam gelas. Untuk mencegah masuknya air hujan ke dalam gelas, dipasang

naungan yang terbuat dari plastik mika yang disangga dengan bambu berukuran ±

18 cm (Gambar 2). Arthropoda yang terjebak di dalam gelas plastik kemudian

dikumpulkan dan dicuci dengan bantuan saringan menggunakan air bersih untuk

menghilangkan sisa larutan detergen. Arthropoda yang didapatkan kemudian

dimasukkan ke dalam botol vial berisi alkohol 70% dan diberi label sesuai dengan

titik pengambilan sampel. Arthropoda yang diperoleh dibawa ke laboratorium

untuk diidentifikasi.

Gambar 1. Petak pemasangan pitfall Arthropoda tanah

Pitfall trap

Page 35: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

19

Gambar 2. Perangkap pitfall

Gambar 3. Perangkap Pitfall di lapang

3.3.2 Pengamatan Arthropoda tajuk

Pengamatan Arthropoda tajuk menggunakan lima tanaman sampel yang dipilih

secara sistematik random mengikuti kedua arah diagonal pada setiap blok

Page 36: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

20

pengamatan. Sehingga total sampel tanaman yang diamati adalah 30 tanaman (15

tanaman pada blok-blok monokultur dan 15 tanaman pada blok-blok polikultur).

Pada setiap tanaman dipilih empat cabang yaitu cabang ke-tiga dari pucuk yang

masing-masing mengarah ke utara, barat, timur dan selatan. Pengamatan

dilakukan langsung pada setiap cabang yang telah ditentukan.

Gambar 4. Denah posisi tanaman sampel

3.3.3 Identifikasi Arthropoda

Arthropoda yang diketahui identitasnya di lapang secara langsung diidentifikasi di

lapangan sedangkan Arthropoda yang belum diketahui identitasnya akan

diidentifikasi menggunakan mikroskop stereo binokuler di Laboratorium Hama

Tumbuhan. Identifikasi dilakukan sampai pada tingkat takson famili

menggunakan buku determinasi Lilies (1991) dan Borror et al. (1996).

3.4 Variabel Pengamatan

Variabel pengamatan dalam penelitian ini meliputi kemelimpahan dan

keanekaragaman Arthropoda. Variabel kemelimpahan adalah jumlah individu,

Tanaman

Page 37: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

21

sedangkan variabel keanekaragaman meliputi jumlah ordo, famili, indeks

keanekaragaman Shannon-Wiener (H’), Indeks Kemerataan (E), dan Kekayaan

Jenis (Dmg).

3.4.1. Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’)

Rumus yang digunakan untuk menghitung Indeks Keanekaragaman Shannon-

Wiener (H’) adalah Magurran (1988) :

H’= - ∑ pi ln pi

dengan pi = ∑ ni/N

Keterangan:

H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener

pi = Proporsi individu yang ditemukan pada famili ke-i

ni = Jumlah individu pada famili ke-i

N = Jumlah total individu

3.4.2 Indeks kemerataan (Evenness =E)

Indeks kemerataan menunjukkan kemerataan setiap jenis dalam setiap komunitas

yang dijumpai. Rumus untuk menghitung indeks kemerataan adalah Magurran

(1988) :

E = H’/H’max

Dimana H’max = ln S

Keterangan :

E = Indeks kemerataan (0 – 1)

H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener

ln = logaritma natural

S = Jumlah famili

Page 38: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

22

Kemerataan jenis memiliki nilai yang berkisar antara 0 – 1. Apabila E = 1 maka

pada habitat tersebut tidak ada jenis yang mendominasi dan apabila E mendekati

nol maka terdapat jenis yang mendominasi pada habitat tersebut.

3.4.3 Indeks kekayaan jenis (Dmg)

Indeks kekayaan jenis (Species Richness = Dmg) menunjukkan kekayaan jenis atau

famili dalam setiap komunitas yang dijumpai. Rumus yang digunakan untuk

menghitung indeks kekayaan jenis adalah Magurran (1988) :

Dmg = (S – 1) / ln N

Keterangan:

Dmg = Indeks Kekayaan Jenis Margalef

S = Jumlah famili

N = Total individu dalam sampel

Page 39: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian keanekaragaman Arthropoda pada pertanaman tomat

dengan sistem pertanaman berbeda dapat diambil simpulan sebagai berikut:

1. Kemelimpahan Arthropoda pada pertanaman tomat monokultur mencapai

1.371 individu, sedangkan pada pertanaman tomat polikultur mencapai 1.188

individu.

2. Keanekaragaman Arthropoda pada pertanaman tomat monokultur terdiri dari

sembilan ordo dan 16 famili, sedangkan pada pertanaman tomat polikultur

terdiri dari sembilan ordo dan 22 famili.

3. Rata-rata nilai indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (H’); Kemerataan

(E); dan Kekayaan Jenis (Dmg) Arthropoda pada sistem pertanaman tomat

monokultur berturut-turut adalah 1,01; 0,55; dan 1,37, sedangkan pada

pertanaman tomat polikultur berturut-turut adalah 1,16; 0,62; dan 1,45.

Page 40: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

35

5.2 Saran

Karena setiap blok pertanaman dimiliki oleh setiap petani yang berbeda-beda,

maka setiap blok pertanaman memiliki keadaan dan kondisi pertanaman yang

beragam. Maka dari itu, disarankan untuk penelitian lebih lanjut dengan

menggunakan blok pertanaman yang cenderung seragam untuk pengamatan

keanekaragaman Arthropoda.

Page 41: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

DAFTAR PUSTAKA

Adiyoga, W., Rachman, S., Nikardi, G., & Achmad, H. 2004. Aspek nonteknis

dan indikator efisiensi sistem pertanaman tumpangsari sayuran dataran

tinggi. Jurnal Hortikultura 14(3): 1-7.

Anggara, A.W. 2005. Pemencaran dan Kemampuan Parasitoid Telenomus remus

(Nixon) (Hymenoptera: Scelionidae) pada Dua Tipe Agroekosistem. [Tesis].

Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Badan Pusat Statistik. 2016. Produksi Nasional Sayuran. http://www.pertanian.

go.id/Data5tahun/pdf-HORTI2016/2-Produksi%20Nasional%20Sayuran.

pdf. Diakses 4 Mei 2017.

Bianchi, F.J.J.A., Booij, C.J.H. & Tscharntke, T. 2006. Sustainable pest regulation

in agricultural landscape: a review on landscape composition, biodiversity

and natural pest control. Proceedings of the Royal Society B. 273 (1595) :

1715-1727.

Borror, D.J., Triplehorn, C.A. & Jonhson, N.F. 1996. Pengenalan Pelajaran

Serangga Edisi ke Enam. Terjemahan S. Partosoedjono. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Edi, S. & Julistia, B. 2010. Budidaya Tanaman Sayuran. Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian Jambi. Jambi.

Fajarwati, M.R., Tri, R. & Dorly. 2009. Keanekaragaman serangga pada bunga

tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) di lahan pertanian organik.

Jurnal Entomologi Indonesia 6 (2): 77-85.

Hamid, H. 2009. Komunitas Serangga Herbivor Penggerek Polong Legum dan

Parasitoidnya: Studi Kasus di Daerah Palu dan Toro, Sulawesi Tengah.

[Disertasi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hildrew, A.G. & Townsend, C.R. 1982. Predators and prey patchy environment a

freshwater study. Jurnal of Animal Ecology 51 (3): 797-815.

Page 42: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

37

Hisyam. 2014. Keanekaragaman Jenis Serangga Pengunjung Tanaman Tomat

(Lycopersicum esculentum L.) pada Masa Tanam Sebelum, Saat, dan

Setelah Berbunga di Lahan Pertanian Ngemplak, Sleman, DIY. [Skripsi].

Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Indahwati, R., Budi, H. & Munifatul, I. 2012. Keanekaragaman arthropoda tanah

di lahan apel Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Prosiding

Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.

Universitas Diponegoro. Semarang.11 September 2012.

Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Revised and Transleted

by. P.A Van der laan. PT. Ichtiar Baru. Jakarta.

Kedawung, Wachju & Jekti. 2013. Keanekaragaman serangga tanaman tomat

(Lycopersicon esculentum Mill.) di area pertanian Desa Sapikerep-Sukapura

Probolinggo dan pemanfaatannya sebagai buku panduan lapang serangga.

Pancaran 2 (4): 142-155.

Lilies, C. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Kanisius. Yogyakarta.

Magurran, A.E. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. Princeton

University Press. New Jersey.

Mulyani, L. 2010. Implementasi Sistem Pertanaman Kubis: Kajian terhadap

Keragaman Hama dan Musuh Alami. [Skripsi]. Universitas Sebelas Maret.

Surakarta.

Mustikawati, D.R. 2012. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Sayuran.

BPTP. Lampung.

Nelly, N. 2012. Kelimpahan populasi, preferensi dan karakter kebugaran

Menochilus sexmaculatus (Coleoptera: Coccinelidae) predator kutu daun

pada tanaman cabai. Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika 12 (1):

46-55.

Nurindah. 2006. Pengelolaan agroekosistem dalam pengendalian hama. Perspektif

5 (2): 78-85.

Nurindah & Sunarto, D.A. 2008. Konservasi musuh alami serangga hama sebagai

kunci keberhasilan pht kapas. Perspektif 7 (1): 01-11.

Nurmaisah. 2016. Keanekaragaman Jenis dan Potensi Peran Serangga pada Lahan

Pertanian Terung Belanda (Solanum betaceaum Cav.) Monokultur dan

Polikultur di Desa Dieng Kulon Jawa Tengah. [Tesis]. Universitas Gadjah

Mada. Yogyakarta.

Oka, I.N. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia.

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Page 43: KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERTANAMAN …digilib.unila.ac.id/30338/3/3. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfKeberagaman organisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem menentukan

38

Pitojo, S. 2005. Benih Tomat. Kanisius. Yogyakarta.

Pracaya. 1999. Hama Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Bogor.

Rohyani, I.S. & Farista, B. 2013. Keanekaragaman arthropoda permukaan tanah

di hutan lindung dan Taman Wisata Alam Kerandangan Lombok Barat.

Jurnal Biologi Tropis 13 (1): 39-44.

Samudra, F.B., Munifatul, I. & Hartuti, P. 2013. Kelimpahan dan

keanekaragaman arthropoda tanah di lahan sayuran organik “urban

farming”. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan

Lingkungan. Universitas Diponegoro. Semarang. 27 Agustus 2013.

Setiawati, W., Ineu, S. & Neni, G. 2001. Penerapan Teknologi PHT pada

Tanaman Tomat. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung.

Setiawati, W., Ashandi, A.A., Uhan, T.S., Warwoto, B., Somantri, A. &

Hermawan. 2005. Pengendalian kutu kebul dan nematoda parasitik secara

kultur teknik pada tanaman kentang. Jurnal Hortikultura 15 (4): 288-296.

Tobing, M.C. 2009. Keanekaragaman hayati dan pengelolaan serangga hama

dalam agroekosistem. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap

dalam Bidang Entomologi Pertanian Universitas Sumatera Utara.10

Oktober 2009.

Tugiyono, H. 2001. Bertanam Tomat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Untung, K. 1996. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Yaherwandi. 2009. Struktur komunitas Hymenoptera parasitoid pada berbagai

lanskap pertanian di Sumatra Barat. Jurnal Entomologi Indonesia 6 (1): 1-

14.

Yaherwandi, Manuwoto, S., Buchori, D., Hidayat, P. & Prasetyo, L.B. 2007.

Keanekaragaman Hymenoptera parasitoid pada struktur lanskap pertanian

berbeda di daerah aliran sungai (DAS) Cianjur, Jawa Barat. Jurnal Hama

dan Penyakit Tumbuhan Tropika 7(1): 10-20.

Yudha, N.A. 2016. Keanekaragaman Arthropoda pada Dua Tipe Agroekosistem

Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) di Kabupaten Tanggamus. [Skripsi].

Universitas Lampung. Lampung.