KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

110
KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN KAITANNYA DENGAN KONTRAK LEASING MOBIL (STUDI PADA PT MANDIRI UTAMA FINANCE MEDAN) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Oleh ANGEL OLIVIA NATASYA 170200175 DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN PERDATA BW FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2021 Universitas Sumatera Utara

Transcript of KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

Page 1: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN

KAITANNYA DENGAN KONTRAK LEASING MOBIL

(STUDI PADA PT MANDIRI UTAMA FINANCE MEDAN)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh

ANGEL OLIVIA NATASYA

170200175

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

PROGRAM KEKHUSUSAN PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2021

Universitas Sumatera Utara

Page 2: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

Universitas Sumatera Utara

Page 3: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

Universitas Sumatera Utara

Page 4: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menjalani proses

perkuliahan hingga sampai pada tahap penyelesaian skripsi ini. Judul dari skripsi

penulis adalah “Keadaan Memaksa Pada Masa Pandemi COVID-19 dan

Kaitannya dengan Kontrak Leasing Mobil (Studi Pada PT Mandiri Utama

Finance Medan)”, yang disusun dan diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan

syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah mendapatkan banyak doa,

dukungan, saran, dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan rasa hormat kepada:

1. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Saidin, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

5. Prof. Dr. Rosnidar Sembiring, SH., M.Hum., selaku Ketua Departemen

Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Syamsul Rizal, S.H., M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Hukum

Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

ii

7. Dr. Faisal Akbar Nasution, S.H., M.Hum., selaku Dosen Penasehat Akademik

Penulis.

8. Prof. Dr. Tan Kamello, S.H., M.S., selaku Dosen Pembimbing I yang telah

meluangkan waktu dan membimbing penulis berupa masukan dan arahan

dalam penulisan skripsi ini.

9. Ibu Zulfi Chairi, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang telah

meluangkan waktu dan membimbing penulis berupa masukan dan arahan

dalam penulisan skripsi ini.

10. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Administrasi Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara yang telah mendidik, membimbing dan membantu penulis

selama masa perkuliahan.

11. Bapak Hanes Toga Sitompul dan Abdurrakhman yang telah memberikan

kesempatan dan waktunya kepada penulis untuk melakukan wawancara di PT

Mandiri Utama Finance Medan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.

Teristimewa kepada kedua orang tua penulis yang tercinta, papa dari penulis

Yusuf Hamonangan Tobing dan mama Erika Rotua Idawaty Simanjuntak, yang

selalu memberikan doa, dukungan, kasih sayang, nasihat, dan semangat yang tiada

henti kepada penulis.

12. Abang dan adik-adik tercinta, abang Saul Andrea Vincentius Tobing, serta

adik-adik dari penulis yaitu Samuel Abel Reynara Tobing dan Carmel Adinda

Yuri Tobing yang selalu memberikan doa, dukungan, kasih sayang, nasihat,

dan semangat yang tiada henti kepada penulis.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

iii

13. Opung papi dan mami, opung mama, bou, tante, tulang, nantulang, abang,

kakak, dan adik-adik sepupu dari penulis atas segala doa, dukungan dan kasih

sayang yang diberikan kepada penulis.

14. Anastasya Mutiara, Dania Nadhira, Mossad Kennedy, Steffany Allestia,

Rienditha, Azizah Aninda, Ardini Widari, Baby Silvia, Salma Muthia, Marra

Augustine, dan Zaneta Trixie yang selalu ada dalam suka maupun duka,

memberikan doa, dukungan, kasih sayang, dan semangat kepada penulis.

15. Dina Natasha, yang selalu ada dalam suka maupun duka, memberikan doa,

dukungan, kasih sayang, dan semangat kepada penulis.

16. Laura Elisabeth Silalahi, yang selalu ada dalam suka maupun duka,

memberikan doa, dukungan, kasih sayang, dan semangat kepada penulis.

17. Simon Christmast Parsaulian Hutasoit, yang selalu ada dalam suka maupun

duka, memberikan doa, dukungan, kasih sayang, dan semangat kepada

penulis.

18. Ka Rina, Dea Vony, Mia Paulyna, Tiofanny Marylin, Evan Jason, Marshal

Arthur, Gusti Putra, Refryano Hamonangan, Okta Samgeri, Ariel Juan, Ketzia

Stephanie, Elisa Suryanti, Nabila Aprilia, Ibreina Priscilla, Herman

Lumbangaol, dan David Vito yang telah memberikan doa, dukungan, kasih

sayang, masukan, dan semangat kepada penulis.

19. Teman-teman Grup A Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Angkatan

2017 yang telah memberikan doa, dukungan, masukan, dan semangat kepada

penulis.

Penulis juga menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan jauh

dari kata sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis

Universitas Sumatera Utara

Page 7: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

iv

menerima kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan penulisan

skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi yang telah disusun ini

dapat memberikan manfaat bagi para pembaca khususnya bagi diri penulis.

Medan, Februari 2021

Penulis,

Angel Olivia Natasya

170200175

Universitas Sumatera Utara

Page 8: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 5

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ..................................................... 5

D. Keaslian Penulisan ....................................................................... 6

E. Tinjauan Kepustakaan .................................................................. 7

F. Metode Penelitian ....................................................................... 11

G. Sistematika Penulisan ................................................................. 14

BAB II KETENTUAN UMUM TENTANG PANDEMI COVID-19 DAN

KEADAAN MEMAKSA DI INDONESIA ................................... 17

A. Pengaturan dan Pengertian Pandemi COVID-19 ....................... 17

B. Pengaturan dan Pengertian Keadaan Memaksa ......................... 21

C. Syarat dan Jenis Keadaan Memaksa .......................................... 28

D. Akibat Hukum Keadaan Memaksa ............................................ 35

BAB III PENGARUH MASA PANDEMI COVID-19 TERHADAP

KONTRAK LEASING YANG SEDANG BERLANGSUNG ...... 39

A. Pengertian dan Pihak-pihak dalam Kontrak Leasing ................. 39

B. Pengaruh Masa Pandemi COVID-19 Terhadap Kontrak Leasing

yang Sedang Berlangsung .......................................................... 45

Universitas Sumatera Utara

Page 9: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

vi

C. Peran Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Kontrak Leasing Pada

Masa Pandemi COVID-19 ......................................................... 53

BAB IV PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MACET PADA LEASING

MOBIL SEBAGAI AKIBAT PANDEMI COVID-19 DI PT

MANDIRI UTAMA FINANCE MEDAN .................................... 61

A. Gambaran Umum Mengenai PT Mandiri Utama Finance ......... 61

B. Hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan Kontrak Leasing Mobil

Pada PT Mandiri Utama Finance Medan Selama Masa Pandemi

COVID-19 .................................................................................. 62

C. Penyelesaian Pembiayaan Macet Pada Leasing Mobil sebagai

Akibat Pandemi COVID-19 Di PT Mandiri Utama Finance

Medan ......................................................................................... 71

D. Kaitan Antara Keadaan Memaksa Pada Masa Pandemi

COVID-19 dengan Kontrak Leasing Mobil Pada PT Mandiri

Utama Finance Medan ............................................................... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 81

A. Kesimpulan ................................................................................ 81

B. Saran ........................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 84

LAMPIRAN ........................................................................................................ 88

Universitas Sumatera Utara

Page 10: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

vii

ABSTRAK

Angel Olivia Natasya

Tan Kamello

Zulfi Chairi

Penyebaran Coronavirus Disease 2019 ke Indonesia memengaruhi

berbagai sektor terutama perekonomian Indonesia, oleh karena itu Otoritas Jasa

Keuangan mengeluarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.

11/POJK.03/2020, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 14/POJK.05/2020 dan

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 48/POJK.03/2020. Peraturan tersebut

memberikan keringanan bagi debitur yang mengalami kredit macet, salah satunya

dalam hal kontrak leasing. Dalam pelaksanaan kontrak tidak selalu terlaksana

maksud dan tujuannya, salah satunya dikarenakan adanya keadaan memaksa.

Keadaan memaksa diatur dalam Pasal 1244 dan Pasal 1245 KUHPer.

Permasalahan yang akan dibahas adalah bagaimana ketentuan umum tentang

pandemi COVID-19 dan keadaan memaksa di Indonesia, bagaimana pengaruh

masa pandemi COVID-19 terhadap kontrak leasing yang sedang berlangsung dan

bagaimana penyelesaian pembiayaan macet pada leasing mobil sebagai akibat

pandemi COVID-19 di PT Mandiri Utama Finance Medan.

Metode yang digunakan adalah penelitian yuridis normatif berdasarkan

asas-asas dan teori-teori dalam hukum serta peraturan perundang-undangan yang

berhubungan dengan penelitian ini. Dengan didukung data primer dengan

dilakukanya wawancara pada PT Mandiri Utama Finance Medan dan data

sekunder yang terdiri atas bahan hukum primer, sekunder dan tersier kemudian

dianalisis secara deskriptif kualitatif, metode pengumpulan data yang digunakan

adalah studi pustaka dan wawancara yang akan dibahas dan hasilnya dituangkan

dalam bentuk skripsi ini.

Pandemi merupakan wabah yang berjangkit serempak dimana-mana,

meliputi daerah geografi yang luas. Keadaan memaksa merupakan keadaan

debitur tidak dapat melaksanakan kewajiban atau prestasi di luar kesalahan

debitur. Pengaruh pandemi COVID-19 terhadap kontrak leasing yaitu penurunan

kemampuan lessee untuk melaksanakan prestasi sehingga berpengaruh juga

kepada pelaksanaan kontrak leasing. Penyelesaian pembiayaan macet pada

leasing mobil di PT Mandiri Utama Finance Medan sebagai akibat pandemi

COVID-19 sama seperti sebelum terjadinya pandemi COVID-19, yang

membedakan adalah penanganannya lebih tegas dari sebelum terjadinya pandemi

COVID-19.

Kata Kunci: Keadaan Memaksa, Kontrak, Leasing, Pandemi

) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

) Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

) Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Page 11: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyebaran Coronavirus Disease 2019 di Indonesia memberikan

dampak ke berbagai sektor di kehidupan manusia terutama sektor

perekonomian, oleh karena itu Otoritas Jasa Keuangan mengeluarkan

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 11/POJK.03/2020, Peraturan Otoritas

Jasa Keuangan No. 14/POJK.05/2020 dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

No. 48/POJK.03/2020. Peraturan tersebut memberikan keringanan bagi

debitur yang mengalami kredit macet, salah satunya dalam hal kontrak

leasing, adapaun salah satu perusahaan leasing yang menerapkan POJK

tersebut di kota Medan adalah PT Mandiri Utama Finance Medan di Jalan

Abdul Hakim. Dalam pelaksanaan kontrak tidak selalu terlaksana maksud dan

tujuannya, salah satunya dikarenakan adanya keadaan memaksa. Keadaan

memaksa diatur dalam Pasal 1244 dan Pasal 1245 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata (KUHPer), oleh karena itu setiap kontrak leasing yang

berlangsung pada masa pandemi COVID-19 membutuhkan adanya

penyelesaian sengketa yang tidak merugikan lessor namun juga melihat dari

kondisi lessee, baik berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh Otoritas

Jasa Keuangan maupun kebijakan dari PT Mandiri Utama Finance Medan.

Perikatan adalah hubungan yang lahir dikarenakan kontrak dan adanya

undang-undang.1 Dalam hubungan hukum yang dikarenakan adanya

1 Tan Kamello, Pandemi COVID-19: Implikasi Keppres No. 12 Tahun 2020 Bagi

Perikatan, Mempersoalkan Force Majeure, Seminar Nasional/Webinar, Medan, 29 April 2020,

Slide 3.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

2

perikatan tidak selalu terlaksana maksud dan tujuannya, keadaan tersebut

dapat terjadi akibat wanprestasi baik itu dilakukan oleh kreditur maupun

debitur, adanya paksaan, kekeliruan, perbuatan curang, maupun keadaan yang

memaksa atau dikenal dengan force majeure atau dikenal dalam hukum

Indonesia dengan overmacht. Konsekuensi yang muncul dari keadaan ini

menyebabkan suatu perjanjian (kontrak) dapat dibatalkan dan yang batal demi

hukum.2 Dikatakan oleh Mochtar Kusumaatmadja bahwa force majeure atau

vis major merupakan suatu keadaan ketidakmungkinannya salah satu pihak

peserta melaksanakan kewajiban menurut perjanjian (impossibility of

performance). Alasan tersebut dapat dikemukakan apabila pelaksanaan

kewajiban menjadi tidak mungkin karena lenyapnya objek atau tujuan yang

menjadi pokok perjanjian.3

Keadaan memaksa dibagi menjadi keadaan memaksa yang absolut

(absolut onmogelijkheid) dan keadaan memaksa yang relatif (relatieve

onmogelijkheid).4 Keadaan memaksa yang absolut merupakan suatu keadaan

dimana debitur sama sekali tidak dapat memenuhi perutangannya kepada

kreditur, oleh karena adanya gempa bumi, banjir bandang, dan adanya lahar,

sedangkan keadaan memaksa yang relatif merupakan suatu keadaan yang

menyebabkan debitur dimungkin untuk melaksanakan prestasinya. Pada

pelaksanaan prestasi itu harus dilakukan dengan memberikan korban yang

besar yang tidak seimbang atau menggunakan kekuatan jiwa yang di luar

2 Agri Chairunisa Isradjuningtias, Force Majeure (Overmacht) dalam Hukum Kontrak

(Perjanjian) Indonesia, Jurnal Veritas et Justitia, Juni, 2015, Vol. 1, No. 1, hal. 139. 3 Harry Purwanto, Keberadaan Asas Rebus Sic Stantibus Dalam Perjanjian

Internasional, Jurnal Mimbar Hukum Edisi Khusus, November, 2011, hal. 114. 4 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

3

kemampuan manusia atau kemungkinan tertimpa bahaya kerugian yang

sangat besar.5

Antara perikatan atau kontrak khususnya kontrak bisnis dengan masa

pandemi COVID-19 di Indonesia memiliki hubungan yang berkaitan. Dalam

hal ini tidak dapat tercapainya suatu prestasi yang diakibatkan oleh karena

masa pandemi COVID-19. Hal ini juga disebabkan oleh peran pemerintah

dalam menanggulangi Coronavirus Disease 2019 dengan mengeluarkan

beberapa peraturan antara lain Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020

tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Coronavirus Disease 2019

(COVID-19) Sebagai Bencana Nasional yang ditetapkan pada tanggal 13

April 2020, selain itu diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 21

Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka

Percepatan Penanganan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19), oleh karena

itu setiap kontrak yang terjadi sebelum masa pandemi COVID-19

membutuhkan adanya penyelesaian sengketa yang tidak merugikan kreditur

namun juga melihat dari kondisi debitur yang bersangkutan.

Dalam hal kontrak bisnis khususnya kontrak pembiayaan, Otoritas Jasa

Keuangan mengeluarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik

Indonesia Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional

sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease

2019, Nomor 14/POJK.05/2020 tentang Kebijakan Countercyclical Dampak

Penyebaran Coronavirus Disease 2019 bagi Lembaga Jasa Keuangan

NonBank dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor

5 Ibid, hal. 146.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

4

48/POJK.03/2020 tentang Perubahan atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Nomor 11/POJK.03/2020. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik

Indonesia ini sebagai pertimbangan, bahwa COVID-19 telah berdampak

secara langsung atapun tidak langsung terhadap kinerja dan kapasitas

operasional konsumen, lembaga jasa keuangan nonbank, dan stabilitas sistem

keuangan sehingga dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi dan untuk

mendorong optimalisasi kinerja lembaga jasa keuangan nonbank, menjaga

stabilitas sistem keuangan dan mendukung pertumbuhan ekonomi, perlu

diambil kebijakan countercyclical dampak penyebaran COVID-19 dengan

tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian, dengan memberikan keringanan

bagi debitur dalam hal kredit bermasalah.

Setelah dikeluarkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik

Indonesia Nomor 11/POJK.03/2020, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Republik Indonesia Nomor 14/POJK.05/2020 dan Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Republik Indonesia Nomor 48/POJK.03/2020, perusahaan atau

lembaga pembiayaan dalam hal ini PT Mandiri Utama Finance Medan juga

memiliki kebijakan yang dikeluarkan mengenai penyelesaian pembiayaan

macet kontrak leasing yang terjadi dikarenakan masa pandemi COVID-19.

Dalam masa pandemi COVID-19 terjadi kontrak pembiayaan

berdasarkan paparan di atas, oleh karena itu penulis tertarik untuk

menjadikannya sebagai skripsi penulis dengan judul “Keadaan Memaksa

Pada Masa Pandemi COVID-19 dan Kaitannya dengan Kontrak Leasing

Mobil (Studi Pada PT Mandiri Utama Finance Medan)”.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

5

B. Rumusan Masalah

Untuk mencapai hasil yang diharapkan dan lebih terarahnya penulisan

skripsi ini, maka terdapat batasan mengenai masalah yang akan dibahas dan

difokuskan. Pokok-pokok permasalahannya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana ketentuan umum tentang pandemi COVID-19 dan keadaan

memaksa di Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh masa pandemi COVID-19 terhadap kontrak leasing

yang sedang berlangsung?

3. Bagaimana penyelesaian pembiayaan macet pada leasing mobil sebagai

akibat pandemi COVID-19 di PT Mandiri Utama Finance Medan?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan

Tujuan dari penulisan secara umum adalah untuk mengetahui serta

memahami mengenai keadaan memaksa pada masa pandemi COVID-19

di Indonesia dalam sebuah kontrak. Dalam merumuskan pokok

permasalahan, penulis mempunyai beberapa tujuan penulisan sebagai

berikut:

a. Mengetahui bagaimana ketentuan umum tentang pandemi COVID-

19 dan keadaan memaksa di Indonesia.

b. Mengetahui bagaimana pengaruh masa pandemi COVID-19

terhadap kontrak leasing yang sedang berlangsung.

c. Mengetahui bagaimana penyelesaian pembiayaan macet pada

leasing mobil sebagai akibat pandemi COVID-19 di PT Mandiri

Utama Finance Medan.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

6

2. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Secara teoretis, penulisan bermanfaat bagi perkembangan ilmu hukum

pada umumnya, khususnya di bidang hukum perdata. Dan diharapkan

memberikan pemahaman dan pengetahuan bagi penulis maupun

pembaca terkait aturan hukum dalam hal terjadinya keadaan memaksa

dalam kontrak dan COVID-19 yang terjadi di Indonesia, selain itu

penulisan skripsi ini juga memberikan informasi kepada pembaca

terkait kaitan keadaan memaksa pada masa pandemi COVID-19

dengan kontrak leasing dan akibat masa pandemi COVID-19 terhadap

kontrak leasing dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik

Indonesia Nomor 11/POJK.03/2020, Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Republik Indonesia Nomor 14/POJK.05/2020, Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 48/POJK.03/2020,

dan kebijakan yang dikeluarkan oleh PT Mandiri Utama Finance

Medan.

b. Secara praktis, penulisan skripsi ini bermanfaat bagi pembaca untuk

memberitahukan kepada lessee dan lessor mengenai keadaan

memaksa di masa pandemi COVID-19.

D. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini didasarkan oleh ide, gagasan maupun pemikiran

penulis pribadi dari awal hingga akhir berdasarkan dasar-dasar yang telah ada

dan tersedia di literatur guna membantu penulisan mengenai “Keadaan

Memaksa Pada Masa Pandemi COVID-19 dan Kaitannya dengan Kontrak

Universitas Sumatera Utara

Page 17: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

7

Leasing Mobil (Studi Pada PT Mandiri Utama Finance Medan)” yang belum

pernah dilakukan dalam topik dan permasalahan yang sama. Karena itu

keaslian penulisan ini terjamin adanya. Walaupun ada pendapat atau kutipan

dalam penulisan ini semata-mata adalah sebagai faktor pendukung dan

pelengkap dalam penulisan yang memang sangat dibutuhkan untuk

penyempurnaan tulisan ini. Penelitian ini merupakan karya ilmiah yang asli,

dan dapat dipertanggungjawabkan.

E. Tinjauan Kepustakaan

Untuk mengantarkan kepada pemahaman yang benar mengenai skripsi

ini maka terlebih dahulu akan diuraikan dalam tinjauan kepustakaan yang

akan mengantarkan kepada pengertian umum atau gambaran tentang isi

skripsi ini. Pandemi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

merupakan wabah yang berjangkit serempak di mana-mana atau meliputi

geografi yang luas.6 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana pada Pasal 1 angka 3 menyebutkan bahwa, bencana

nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian

peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal

modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

Coronavirus adalah asam ribonukleat yang terbungkus dan beruntai

tunggal yang dinamai karena penampakannya seperti korona matahari karena

lonjakan permukaan sepanjang 9-12 nm (nanometer). Ada empat protein

struktural utama yang dikodekan oleh genom coronaviral pada amplop, salah

satunya adalah protein lonjakan (S) yang mengikat reseptor enzim 2

6 Aprista Ristyawati, Efektifitas Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam

Masa Pandemi Corona Virus 2019 oleh Pemerintah Sesuai Amanat UUD NRI Tahun 1945,

Administrative Law and Governance Journal, Juni, 2020, Vol. 3, No. 2, hal. 241.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

8

pengubah angiotensin dan menengahi fusi berikutnya antara selaput dan

membran sel inang untuk membantu virus. masuk ke sel inang.7 Penyakit

Coronavirus 2019 (COVID-19) adalah salah satu jenis virus pneumonia yang

disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-

CoV-2). Virus ini merupakan virus corona jenis ketiga yang sangat patogen

setelah Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus (SARS-CoV) dan

Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV). COVID-19

pertama kali dilaporkan dari Wuhan, provinsi Hubei, China, pada Desember

2019.8

Kebijakan countercyclical merupakan kebijakan yang melawan arus

siklus bisnis tersebut. Hal ini berarti pada saat resesi, pemerintah menerapkan

kebijakan ekspansif berupa pelonggaran fiskal dan moneter.9 Kebijakan fiskal

dikatakan countercyclical karena cenderung menstabilisasi siklus bisnis

(yaitu, kebijakan fiskal bersifat kontraktif pada waktu perekonomian

mengalami ekspansi (good times) dan ekspansif pada waktu perekonomian

mengalami kontraksi atau resesi (bad times). Kebijakan fiskal countercyclical

ditandai dengan belanja pemerintah yang lebih rendah (lebih tinggi) dan tarif

pajak lebih tinggi (lebih rendah) pada waktu ekonomi berekspansi

(berkontraksi).10 Countercyclical Capital Buffer (CCB) merupakan kebijakan

yang melawan arus siklus bisnis tersebut. Hal ini berarti pada saat resesi,

7 Zi Yue Zu dkk, Coronavirus Disease 2019 (COVID-19): A Perspective from China,

Journal of Radiology, Agustus, 2020, Vol. 296, No. 2, hal. 15. 8 Rara Julia Timbara Harahap, Karakteristik Klinis Penyakit Coronavirus 2019, Jurnal

Penelitian Perawat Profesional, Agustus, 2020 , Vol. 2, No. 3, hal. 319. 9 Muhammad Sahirul Alim, Skripsi, Karakter Kebijakan (Procyclical vs Countercyclical)

dan Stabilitas Makroekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang, 2014, hal. 4. 10 Muhammad Afdi Nizar, Siklikalitas Kebijakan Fiskal di Indonesia, Jurnal Keuangan

dan Moneter, 2011, Vol. 14, No. 1, hal. 61.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

9

pemerintah menerapkan kebijakan ekspansif berupa pelonggaran fiskal dan

moneter.11

Kontrak berasal dari istilah perjanjian. Kontrak merupakan tindakan

yang dilakukan oleh dua atau lebih pihak yang mana masing-masing pihak

dituntut untuk melakukan suatu prestasi. Bisnis adalah tindakan-tindakan

yang memiliki nilai komersial. Sehingga yang dimaksud kontrak bisnis

adalah suatu perjanjian berbentuk tertulis dimana isi atau substansinya

disepakati oleh para pihak yang terikat di dalamnya, serta memiliki nilai

komersial.12

Timbulnya kesalahan atau kelalaian dalam pelaksanaan suatu kontrak

dapat disebabkan oleh salah satu pihak ataupun kedua belah pihak atau

bahkan dapat disebabkan oleh suatu keadaan di luar kuasa para pihak.

Apabila para pihak tidak melaksanakan kewajibannya sesuai dengan

perjanjian, maka disebut sebagai wanprestasi.13 Tidak dipenuhinya kewajiban

oleh debitur dapat disebabkan karena dua alasan, yaitu:

1. Karena kesalahan debitur, baik karena kesengajaan maupun kelalaian

2. Karena keadaan memaksa (force majeure), di luar kemampuan debitur.

Dalam sebuah kontrak sering terjadi cidera janji atau dapat disebut juga

sebagai wanprestasi. Wanprestasi berasal dari istilah aslinya dalam bahasa

Belanda “wanprestatie”, artinya tidak memenuhi kewajiban yang telah

ditetapkan dalam perikatan, baik perikatan yang timbul karena perjanjian

11 Selvia Pratiwik Lestari, Skripsi, Efektivitas Countercyclical Capital Buffer Pada

Perbankan dalam Pengendalian Makroekonomi Indonesia, Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga, Yogyakarta, 2019, hal. XXIX. 12 Annisa Dian Arini, Pandemi Corona Sebagai Alasan Force Majeure Dalam Suatu

Kontrak Bisnis, Jurnal Supremasi Hukum, Juni, 2020, Vol. 9, No. 1, hal. 42. 13 Mutia Kartika Putri, Skripsi, Pembuktian Keadaan Memaksa (Force Majeure) Oleh

Debitur Dalam Sengketa Wanprestasi, Universitas Bandar Lampung, Lampung, 2020, hal. 2.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

10

maupun perikatan yang timbul karena undang-undang.14 Wanprestasi berasal

dari bahasa Belanda artinya prestasi buruk. Wanprestasi adalah suatu keadaan

yang dikarenakan kelalaian atau kesalahan.15

Kedudukan keadaan memaksa berada di dalam bagian hukum kontrak.

Hukum kontrak merupakan bagian dari hukum perdata yang menitikberatkan

pada kewajiban untuk melaksanakan kewajiban sendiri (self imposed

obligation). M. Muharom mengungkapkan bahwa hukum kontrak merupakan

bagian dari hukum perdata karena pelanggaran terhadap kewajiban-kewajiban

yang ditentukan dalam kontrak, murni menjadi urusan pihak-pihak yang

berkontrak.16

Pembiayaan menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan Pasal 1 angka 12 adalah penyediaan uang atau tagihan yang

dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara

bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk

mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu

dengan imbalan atau bagi hasil. Lembaga pembiayaan menurut Peraturan

Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan Pasal 1 angka 1

adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk

penyediaan dana atau barang modal. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009

tentang Lembaga Pembiayaan Pasal 1 angka 5 menyebutkan, sewa guna

usaha (leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang

14 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan Cetakan Ke Dua, PT Citra Aditya Bakti,

Bandung, 1990, hal. 20. 15 Wira Muhammad Arif, Skripsi, Bank Garansi Sebagai Pengalihan Kewajiban Jika

Terjadi Wanprestasi Oleh Nasabah (Studi Di Bank Rakyat Indonesia Cabang Putri Hijau),

Universitas Sumatera Utara, Medan, 2011, hal. 21. 16 M. Muhtarom, Asas-Asas Hukum Perjanjian: Suatu Landasan Dalam Pembuatan

Kontrak, Jurnal Suhuf, Mei, 2014, Vol. 26, No. 1, hal. 50.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

11

modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun

sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh

penyewa guna usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan

pembayaran secara angsuran. Menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan

mengatakan bahwa leasing adalah: “Suatu perjanjian dimana si penyewa

barang modal (lesse) menyewa barang modal untuk usaha tertentu, untuk

jangka waktu tertentu dan jumlah angsuran tertentu .”17

F. Metode Penelitian

1. Tipe/jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian yuridis normatif.

Penelitian yuridis normatif berdasarkan asas-asas dan teori-teori dalam

hukum serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan

penelitian ini. Dengan di dukung bahan hukum primer dan sekunder,

yaitu KUHPer, inventarisasi peraturan-peraturan yang berkaitan dengan

penanggulangan bencana, kebijakan countercyclical dampak penyebaran

Coronavirus Disease 2019 bagi lembaga jasa keuangan nonbank,

lembaga pembiayaan, penetapan bencana nonalam penyebaran

Coronavirus Disease (COVID-19) sebagai bencana nasional, dan

pembatasan sosial berskala besar dalam rangka percepatan penanganan

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Dan selain itu dipergunakan

juga bahan hukum sekunder berupa tulisan yang berkaitan dengan

penelitian ini seperti buku-buku maupun jurnal atau artikel ilmiah.

17 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perjanjian, Gadjah Mada, Yogyakarta, 1988,

hal. 28.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

12

2. Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam skripsi ini adalah primer dan sekunder.

Data primer yaitu yang berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber

dan data sekunder yang mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku,

hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya. Yang terdiri

dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yaitu:

a. Bahan hukum primer:

Yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak

yang berwenang. Dalam tulisan ini di antaranya KUHPer, Undang-

Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,

Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan

Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19), Peraturan Presiden Nomor

9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, Keputusan Presiden

Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam

Penyebaran Coronavirus Disease (COVID-19) sebagai Bencana

Nasional, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional sebagai

Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus

Disease 2019, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

14/POJK.05/2020 tentang Kebijakan Countercyclical Dampak

Penyebaran Coronavirus Disease 2019 bagi Lembaga Jasa

Keuangan Nonbank, dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

Universitas Sumatera Utara

Page 23: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

13

48/POJK.03/2020 tentang Perubahan atas Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 11/POJK.03/2020 tentang

b. Bahan hukum sekunder:

Yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum

primer dalam penerapan hukum, seperti dokumen-dokumen yang

merupakan informasi dan artikel-artikel yang berkaitan dengan

keadaan memaksa, Coronavirus Disease (COVID-19), hasil

penelitian, pendapat para pakar hukum serta beberapa sumber dari

buku, jurnal dan internet berkaitan dengan penelitian ini.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder, yang terdiri dari Kamus Besar Bahasa Indonesia.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini

menggunakan:

a. Kepustakaan

Penelitian kepustakaan adalah cara memperoleh data dengan

mendapatkan konsepsi teori, pendapat ata pemikiran dari penelitian

terdahulu yang berhubungan dengan objek penelitian dalam

penulisan ini, yang dapat berupa peraturan perundang-undangan,

dokumen, literatur, maupun karya ilmiah lainnya.

b. Wawancara

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara.

Wawancara merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sistematis

Universitas Sumatera Utara

Page 24: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

14

dan ilmiah untuk memperoleh suatu keterangan di lapangan. Penulis

melakukan wawancara secara bebas namun berpedoman terhadap

daftar pertanyaan yang telah disiapkan penulis sebelumnya.

4. Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses tindak lanjut dari teknik

pengumpulan data, yaitu proses penyusunan data yang diperoleh dari

teknik pengumpulan data seperti rekaman audio, pedoman wawancara,

observasi, dan wawancara. Metode analisis data yang digunakan adalah

analisis deskriptif kualitatif, yaitu mengelompokkan data menurut aspek-

aspek yang diteliti, kemudian dibandingkan dengan teori-teori

kepustakaan yang nantinya akan menghasilkan data deskriptif analisis,

sehingga diperoleh kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian yang

telah dirumuskan.

G. Sistematika Penulisan

Berkaitan dengan sistematika penulisan, penelitian hukum ini disusun

dengan cara membagi dalam lima bab, yang mana tiap bab terdapat beberapa

sub bab dengan pokok permasalahan utama yang terkandung dalam bab ini.

Berikut akan diuraikan secara rinci dari keseluruhan penulisan skripsi ini.

Susunannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan secara umum tentang hal-hal yang

berhubungan dengan objek penulisan seperti pada bagian latar

belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan,

metode penelitian, keaslian penulisan, dan sistematika penulisan.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

15

BAB II KETENTUAN UMUM TENTANG PANDEMI COVID-19 DAN

KEADAAN MEMAKSA DI INDONESIA

Dalam bab ini diuraikan mengenai pengaturan dan pengertian dari

pandemi COVID-19, pengaturan dan pengertian dari keadaan

memaksa, syarat dan jenis keadaan memaksa, dan akibat hukum

keadaan memaksa.

BAB III PENGARUH MASA PANDEMI COVID-19 TERHADAP

KONTRAK LEASING YANG SEDANG BERLANGSUNG

Dalam bab ini diuraikan mengenai pengertian dan pihak-pihak

dalam kontrak leasing. Pengaruh masa pandemi COVID-19

terhadap kontrak leasing yang sedang berlangsung, dan

bagaimana peran Otoritas Jasa Keuangan terhadap kontrak

leasing pada masa pandemi COVID-19.

BAB IV PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MACET PADA LEASING

MOBIL SEBAGAI AKIBAT PANDEMI COVID-19 DI PT

MANDIRI UTAMA FINANCE MEDAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai gambaran umum PT Mandiri

Utama Finance, hambatan-hambatan dalam pelaksanaan kontrak

leasing mobil pada PT Mandiri Utama Finance Medan selama

masa pandemi COVID-19, penyelesaian pembiayaan macet pada

leasing mobil sebagai akibat pandemi COVID-19 di PT Mandiri

Utama Finance Medan, dan kaitan antara keadaan memaksa pada

masa pandemi COVID-19 dengan kontrak leasing pada PT

Mandiri Utama Finance Medan.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

16

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi ini yang

memuat kesimpulan atas pembahasan dan penyelesaian sengketa

yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, adapun saran yang

penulis tuliskan agar dapat memberi masukan terhadap

permasalahan-permasalahan yang telah dibahas dalam penelitian

hukum ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

17

BAB II

KETENTUAN UMUM TENTANG PANDEMI COVID-19 DAN KEADAAN

MEMAKSA DI INDONESIA

Pengaturan dan Pengertian Pandemi COVID-19

Antara kontrak khususnya kontrak bisnis dengan masa pandemi

COVID-19 di Indonesia memiliki hubungan yang berkaitan. Dalam hal ini

tidak dapat tercapainya suatu prestasi yang diakibatkan oleh karena masa

pandemi COVID-19, adapun peran pemerintah dalam menanggulangi

Coronavirus Disease 2019 dengan mengeluarkan beberapa peraturan antara

lain:

1. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas

Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Coronavirus Disease 2019

(COVID-19) dan/atau dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang

Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem

Keuangan

Pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) yang telah

berdampak antara lain terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi

nasional, penurunan penerimaan negara, dan peningkatan belanja negara

dan pembiayaan, sehingga diperlukan berbagai upaya Pemerintah dalam

rangka penyelamatan perekonomian nasional dan stabilitas sistem

keuangan melalui berbagai kebijakan relaksasi yang berkaitan dengan

pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

khususnya dengan melakukan peningkatan belanja untuk kesehatan,

Universitas Sumatera Utara

Page 28: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

18

pengeluaran untuk jaring pengaman sosial (social safety net), dan

pemulihan perekonomian, serta memperkuat kewenangan berbagai

lembaga dalam sektor keuangan.

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 tentang

Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)

Dalam Pasal 1 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan

Pembatasan Sosial Berskala Besar adalah pembatasan kegiatan tertentu

penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi Coronavirus

Disease 2019 (COVID-19) sedemikian rupa untuk mencegah

kemungkinan penyebaran Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).

3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 tentang

Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Coronavirus Disease 2019

(COVID-19) sebagai Bencana Nasional

Keputusan Presiden ini sebagai bahan pertimbangan bahwa

bencana non alam yang disebabkan oleh penyebaran Coronavirus

Disease 2019 (COVID-19) telah berdampak meningkatnya jumlah

korban dan kerugian harta benda, meluasnya cakupan wilayah yang

terkena bencana, serta menimbulkan implikasi pada aspek sosial ekonomi

yang luas di Indonesia, selain itu bahwa World Health Organization

(WHO) telah menyatakan COVID-19 sebagai Global Pandemic tanggal

11 Maret 2020. Maka dari itu ditetapkan Keputusan Presiden tentang

Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Coronavirus Disease 2019

(COVID-19) sebagai Bencana Nasional.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

19

4. Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas

Percepatan Penanganan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)

Tujuan dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 yang

disebutkan dalam Pasal 3, yaitu meningkatkan ketahanan nasional di

bidang kesehatan, mempercepat penanganan COVID-19 melalui sinergi

antar kementerian atau lembaga dan pemerintah daerah, meningkatkan

antisipasi perkembangan eskalasi penyebaran COVID-19, meningkatkan

sinergi pengambilan kebijakan operasional, dan meningkatkan kesiapan

dan kemampuan dalam mencegah, mendeteksi, dan merespons terhadap

COVID-19.

5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 tentang

Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Coronavirus Disease

2019 (COVID-19)

Dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun

2020 menetapkan bahwa Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)

sebagai jenis penyakit yang menimbulkan Kedaruratan Kesehatan

Masyarakat, Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Coronavirus Disease

2019 (COVID-19) di Indonesia yang wajib dilakukan upaya

penanggulangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

6. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2020 tentang

Refocusing Kegiatan, Realokasi Anggaran, Serta Pengadaan Barang dan

Jasa dalam Rangka Percepatan Penanganan Coronavirus Disease 2019

(COVID-19)

Universitas Sumatera Utara

Page 30: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

20

Pemerintah mengambil langkah dengan mengutamakan

penggunaan alokasi anggaran yang telah ada untuk kegiatan-kegiatan

yang mempercepat penanganan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)

dengan mengacu kepada protokol penanganan Coronavirus Disease 2019

(COVID-19) di Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah dan rencana

operasional percepatan penanganan Coronavirus Disease 2019 (COVID-

19) yang ditetapkan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).

Pandemi adalah wabah yang berjangkit serempak dimana-mana,

meliputi daerah geografi yang luas. Epidemi adalah penyakit menular yang

berjangkit dengan cepat di daerah yang luas dan menimbulkan banyak

korban.18 Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1984

tentang Wabah Penyakit Menular Pasal 1 huruf a disebutkan bahwa, wabah

penyakit menular yang selanjutnya disebut wabah adalah kejadian

berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah

penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim

pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.

Dalam Peraturan Menteri Pertahanan Republik Indonesia Nomor 40

Tahun 2014 tentang Pelibatan Satuan Kesehatan Kementerian Pertahanan dan

Tentara Nasional Indonesia dalam Zoonosis Pasal 1 angka 5 menyebutkan

bahwa, pandemi adalah wabah penyakit menular yang berjangkit serempak

meliputi dan melintasi batas wilayah geografis antar beberapa banyak negara.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang

18 Tan Kamello, Op.Cit, Slide 43.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

21

Penanggulangan Bencana Pasal 1 angka 3 menyebutkan bahwa, bencana

nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian

peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal

modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

Coronavirus adalah asam ribonukleat yang terbungkus dan beruntai

tunggal yang dinamai karena penampakannya seperti korona matahari karena

lonjakan permukaan sepanjang 9-12 nm (nanometer). Ada empat protein

struktural utama yang dikodekan oleh genom coronaviral pada amplop, salah

satunya adalah protein lonjakan (S) yang mengikat reseptor enzim 2

pengubah angiotensin dan menengahi fusi berikutnya antara selaput dan

membran sel inang untuk membantu virus. masuk ke sel inang.19 Penyakit

Coronavirus 2019 (COVID-19) adalah salah satu jenis virus pneumonia yang

disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-

CoV-2). Virus ini merupakan virus corona jenis ketiga yang sangat patogen

setelah Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus (SARS-CoV) dan

Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV). COVID-19

pertama kali dilaporkan dari Wuhan, provinsi Hubei, China, pada Desember

2019.20

Pengaturan dan Pengertian Keadaan Memaksa

Dalam hubungan hukum yang dikarenakan adanya perikatan tidak

selalu terlaksana maksud dan tujuannya, keadaan tersebut dapat terjadi akibat

wanprestasi baik itu dilakukan oleh kreditur maupun debitur, adanya paksaan,

kekeliruan, perbuatan curang, maupun keadaan yang memaksa atau yang

19 Zi Yue Zu dkk, Loc.Cit. 20 Rara Julia Timbara Harahap, Loc.Cit.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

22

dikenal dengan force majeure atau dikenal dalam hukum Indonesia dengan

overmacht. Konsekuensi yang muncul dari keadaan ini menyebabkan suatu

perjanjian (kontrak) dapat dibatalkan dan yang batal demi hukum.21

Sistem pengaturan force majeure ini dalam KUHPer adalah sebagai

berikut:22

1. Tidak ada pengaturan force majeure secara umum

Apabila kita cermati pasal-pasal dalam KUHPer mengenai kontrak,

ternyata tidak terdapat suatu pasal pun yang mengatur force majeure

secara umum untuk suatu kontrak bilateral (prestasinya timbal balik).

Sehingga tidak ada patokan yuridis secara umum yang dipakai dalam

mengartikan apa yang dimaksud dengan force majeure itu. Karena itu,

untuk menafsirkan apa yang dimaksud dengan force majeure oleh

KUHPer ini, yang dapat kita lakukan adalah menarik kesimpulan-

kesimpulan umum dari pengaturan-pengaturan khusus, yaitu pengaturan

khusus mengenai force majeure yang terdapat dalam bagian pengaturan

tentang ganti rugi, atau pengaturan resiko akibat force majeure untuk

kontrak sepihak, ataupun dalam bagian kontrak-kontrak khusus (kontrak

bernama).

Untuk kontrak sepihak, yakni yang prestasinya hanya dilakukan

oleh salah satu pihak saja, maka memang terdapat ketentuan dalam

bagian umum dari pengaturan kontrak, yaitu dalam Pasal 1237 KUHPer,

yakni pengaturannya mengenai resiko. Sebagaimana diketahui bahwa

akibat penting dari adanya force majeure adalah siapakah yang harus

21 Agri Chairunisa Isradjuningtias, Loc.Cit. 22 Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), PT Citra Aditya

Bakti, Bandung, 1999, hal. 117.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

23

menanggung resiko dari adanya peristiwa yang merupakan force majeure

tersebut.

Pasal 1237 KUHPer tersebut selengkapnya, menyatakan “Dalam

hal adanya perikatan untuk memberikan suatu kebendaan tertentu, maka

sejak perikatan-perikatan dilahirkan, benda tersebut menjadi tanggungan

pihak kreditur.” Dari ketentuan dalam Pasal 1237 KUHPer tersebut jelas

bahwa jika terjadi force majeure atas kontrak sepihak maka resikonya

(sejak perikatan dilahirkan) ditanggung oleh pihak penerima prestasi

(kreditur). Kecuali jika pihak debitur lalai dalam memberikan prestasi, di

mana sejak kelalaian tersebut menjadi resiko pihak pemberi prestasi

(debitur).

2. Pengaturan force majeure dalam hubungan ganti rugi

Force majeure sangat erat hubungannya dengan masalah ganti rugi dari

suatu kontrak. Karena force majeure membawa konsekuensi hukum

bukan saja hilangnya atau tertundanya kewajiban-kewajiban untuk

melaksanakan prestasi yang terbit dari suatu kontrak, melainkan juga

suatu force majeure dapat juga membebaskan para pihak untuk

memberikan ganti rugi akibat tidak terlaksananya kontrak yang

bersangkutan. Ketentuan KUHPer yang mengatur mengenai force

majeure dalam hubungannya dengan ganti rugi adalah Pasal 1244 dan

Pasal 1245 KUHPer.

Pasal 1244 KUHPer berbunyi bahwa, “Debitur harus dihukum

untuk mengganti biaya, kerugian dan bunga bila ia tak dapat

membuktikan bahwa tidak dilaksanakannya perikatan itu atau tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 34: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

24

tepatnya waktu dalam melaksanakan perikatan itu disebabkan oleh

sesuatu hal yang tak terduga, yang tak dapat dipertanggungkan

kepadanya walaupun tidak ada itikad buruk kepadanya.” Pasal 1245

KUHPer berbunyi, “Tidak ada penggantian biaya, kerugian dan bunga

bila karena keadaan memaksa atau karena hal yang terjadi secara

kebetulan, debitur terhalang untuk memberikan atau berbuat sesuatu yang

diwajibkan, atau melakukan suatu perbuatan yang terlarang baginya.”

Pasal tersebut memberikan suatu pengecualian atas

ketidakmampuan atau halangan debitur dalam pemenuhan prestasi

disebabkan oleh suatu keadaan memaksa yang terjadi di luar kuasanya

artinya adanya unsur impossibility. Bilamana karena force majeure atau

keadaan yang tidak terduga berhalangan untuk memberikan sesuatu atau

tidak berbuat sesuatu, debitur harus berusaha menunjukan dan

membuktikan bahwa tidak terpenuhinya perjanjian disebabkan adanya

suatu keadaan memaksa atau force majeure. Force majeure berfungsi

untuk melindungi para pihak akibat ketidakmampuan pemenuhan prestasi

karena keadaan di luar kesalahan debitur.23

Seperti telah dijelaskan bahwa dari rumusan-rumusan dalam pasal

KUHPer tersebut di atas dapat dilihat bentuk-bentuk force majeure

menurut KUHPer, yaitu sebagai berikut:

a. Force majeure karena sebab-sebab yang tidak terduga

b. Force majeure karena keadaan memaksa

c. Force majeure karena perbuatan tersebut dilarang.

23 Mutia Kartika Putri, Loc.Cit.

Universitas Sumatera Utara

Page 35: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

25

3. Pengaturan force majeure untuk kontrak tertentu

Untuk kontrak-kontrak tertentu (kontrak bernama) memang terdapat

pasal-pasal khusus dalam KUHPer yang merupakan pengaturan tentang

force majeure, khususnya pengaturan resiko sebagai akibat dari peristiwa

force majeure tersebut, yaitu sebagai berikut:

a. Force majeure dalam kontrak jual beli

Force majeure untuk kontrak jual beli, khususnya mengenai resiko

sebagai akibat dari force majeure tersebut diatur dalam Pasal 1460

KUHPer.

Pasal 1460 KUHPer tersebut menyatakan “Jika kebendaan yang

dijual itu berupa suatu barang yang sudah ditentukan, maka barang

ini sejak saat pembelian adalah atas tanggungan si pembeli, meskipun

penyerahannya belum dilakukan, dan si penjual berhak menuntut

harganya.” Dengan demikian, menurut Pasal 1460 tersebut, maka

setelah kontrak jual beli ditandatangani resiko beralih kepada pihak

penjual, sungguhpun benda tersebut belum diserahkan atau belum

masanya diserahkan.

Menurut Munir Fuady, hal ini merupakan ketentuan yang tidak

tepat, sebab pengalihan resiko (akibat dari force majeure) tersebut

semestinya terjadi sejak saat penyerahan seharusnya dilakukan.

Dalam sistem KUHPer suatu kontrak hanya bersifat obligatoir saja.

Artinya, setelah kontrak tersebut (misalnya kontrak jual beli)

dilakukan, masih memerlukan tindakan hukum lainnya, yaitu yang

disebut dengan “penyerahan (levering) yang dapat dilakukan setelah

Universitas Sumatera Utara

Page 36: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

26

kontrak jual beli dilakukan. Mestinya resiko baru beralih sejak saat

seharusnya penyerahan benda tersebut dilakukan, bukan pada saat

kontrak jual beli dilakukan. Karena Pasal 1460 KUHPer ini berada di

luar sistem dan dirasakan sangat tidak adil bagi pihak penjual, maka

Mahkamah Agung Republik Indonesia melalui Surat Edarannya No.

3 Tahun 1963 memintakan agar para hakim tidak memberlakukan

Pasal 1460 tersebut. Karena itu pula, pengaturan resiko sebagai

akibat dari force majeure dari Pasal 1460 tersebut tidak dapat dipakai

sebagai pedoman untuk mengartikan resiko dalam hukum kontrak

secara umum.24

b. Force majeure dalam kontrak tukar menukar

Untuk kontrak tukar menukar, soal resiko sebagai akibat dari

peristiwa force majeure diatur dalam Pasal 1545 KUHPer. Pasal

1545 KUHPer tersebut menentukan, “jika suatu barang tertentu yang

telah dijanjikan untuk ditukar musnah di luar salah pemiliknya, maka

kontrak dianggap gugur, dan siapa yang dari pihaknya telah

memenuhi kontrak, dapat menuntut kembali barang yang telah dia

berikan dalam tukar menukar.”

Dari ketentuan dalam Pasal 1545 KUHPer tersebut dapat ditarik

kesimpulan bahwa dalam suatu kontrak timbal balik (in casu kontrak

tukar menukar), maka resiko akibat dari force majeure ditanggung

bersama oleh para pihak. Jika ada para pihak terlanjur berprestasi

dapat dimintakan kembali prestasinya tersebut. Jadi kontrak tersebut

24 Ibid, hal. 121.

Universitas Sumatera Utara

Page 37: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

27

dianggap gugur. Dengan demikian, pengaturan resiko dalam kontrak

tukar menukar ini dapat dianggap pengaturan resiko yang adil,

sehingga dapat dicontoh pengaturan resiko untuk kontrak-kontrak

timbal balik lain selain dari kontrak tukar menukar tersebut.

c. Force majeure dalam kontrak sewa menyewa

Pengaturan force majeure untuk kontrak sewa menyewa terdapat

dalam Pasal 1553 KUHPer. Pasal 1553 KUHPer tersebut

selengkapnya berbunyi “Jika selama waktu, barang yang disewakan

sama sekali musnah karena suatu kejadian yang tidak disengaja,

maka kontrak sewa menyewa tersebut gugur demi hukum.” “jika

barangnya hanya sebagian musnah, pihak penyewa, dapat memilih

menurut keadaan apakah dia akan meminta pengurangan harga sewa,

ataukah dia akan meminta pembatalan sewa menyewa. Dalam kedua

hal tersebut, dia tidak berhak mengganti rugi.”

Ketentuan resiko dalam kontrak sewa menyewa seperti terlihat

dalam Pasal 1553 KUHPer tersebut di atas menempatkan kedua

belah pihak untuk menanggung resiko dari keadaan force majeure,

tanpa adanya hak dari pihak yang merasa dirugikan untuk meminta

ganti rugi. Ini juga merupakan ketentuan yang dapat dicontoh bagi

penafsiran resiko dan force majeure untuk kontrak timbal balik lain

selain dari kontrak sewa menyewa tersebut.

Dikatakan oleh Mochtar Kusumaatmadja bahwa force majeure atau vis

major merupakan suatu keadaan ketidakmungkinannya salah satu pihak

peserta melaksanakan kewajiban menurut perjanjian (impossibility of

Universitas Sumatera Utara

Page 38: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

28

performance). Alasan tersebut dapat dikemukakan apabila pelaksanaan

kewajiban menjadi tidak mungkin karena lenyapnya objek atau tujuan yang

menjadi pokok perjanjian.25

Force majeure merupakan salah satu klausa yang lazimnya berada

dalam suatu perjanjian, dikatakan salah satu klausa karena kedudukan force

majeure dalam suatu perjanjian berada di dalam perjanjian pokok, tidak

terpisah sebagai perjanjian tambahan dan dikaitkan dengan perjanjian pokok

selayaknya perjanjian accesoir. Menurut pendapat V. Brakel, adanya force

majeure berakibat pada kewajiban atas prestasi pihak debitur dapat menjadi

hapus dan konsekuensi lebih lanjutnya adalah debitur tidak perlu mengganti

kerugian kreditur yang diakibatkan oleh adanya keadaan memaksa.26 Force

majeure merupakan suatu keadaan atau peristiwa yang terjadi di luar

kemampuan manusia dan tidak dapat dihindarkan oleh mayoritas wilayah

terdampak, sehingga suatu kegiatan atau perjanjian yang dilakukan tidak

dapat berjalan sebagaimana isi perjanjian yang disepakati para pihak. Force

majeure lazimnya merujuk pada keadaan alam, seperti bencana alam,

epidemi, perang, dan sebagainya.27

Syarat dan Jenis Keadaan Memaksa

Syarat-syarat suatu peristiwa dapat dikatakan sebagai keadaan

memaksa dapat kita lihat dalam KUHPer, pendapat sarjana dan Putusan

25 Harry Purwanto, Loc.Cit. 26 J. Satrio, Hukum Perikatan: Perikatan Pada Umumnya, Alumni, Bandung, 1999, hal.

249. 27 Nury Khoiril Jamin, Implikasi Asas Pacta Sunt Servanda Pada Keadaan Memaksa

(Force Majeure) dalam Hukum Perjanjian Indonesia, Jurnal Kertha Semaya, 2020, Vol. 8, No. 7,

hal. 1046.

Universitas Sumatera Utara

Page 39: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

29

Mahkamah Agung Republik Indonesia. Diantaranya berdasarkan Pasal 1244

KUHPer keadaan memaksa adalah ketika:28

1. Tidak memenuhi prestasi;

2. Ada sebab di luar kesalahan debitur;

3. Faktor penyebab tidak dapat diduga (een vreemde oorzaak) sebelumnya;

4. Debitur tidak dapat dimintakan pertanggungjawaban; dan

5. Debitur tidak beritikad buruk.

Dalam Pasal 1545 KUHPer berbunyi, “Jika suatu barang tertentu, yang

telah dijanjikan untuk ditukar, musnah di luar salah pemiliknya, maka

persetujuan, dapat menuntut kembali barang yang ia telah berikan dalam

tukar-menukar. Pasal 1553 KUHPer berbunyi “Jika selama waktu sewa,

barang yang disewakan sama sekali musnah karena suatu kejadian yang tidak

disengaja, maka persetujuan sewa gugur demi hukum”. Berdasarkan rumusan

pasal-pasal tersebut, setidaknya terdapat 3 (tiga) unsur yang harus dipenuhi

untuk force majeure ini, yaitu:29

1. Tidak memenuhi prestasi

2. Ada sebab yang terletak di luar kesalahan yang bersangkutan

3. Faktor penyebab itu tidak diduga sebelumnya dan tidak dapat

dipertanggungjawabkan kepada yang bersangkutan.

Munir Fuady juga mengemukakan pendapatnya tentang overmacht,

dimana keadaan memaksa atau keadaan darurat adalah suatu keadaan yang

menghalangi seseorang untuk melaksanakan prestasinya karena keadaan yang

tidak terduga pada saat dibuatnya perjanjian, keadaan atau peristiwa tersebut

28 Tan Kamello, Op.Cit, Slide 13. 29 Daeng Naja, Contract Drafting, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hal. 235-236.

Universitas Sumatera Utara

Page 40: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

30

tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada kreditor karena keadaan debitur

tidak dalam keadaan beritikad buruk.30 Mieke Komar Kantaatmadja juga

memberikan pandangan, yaitu:31

1. Perubahan suatu keadaan tidak terdapat pada waktu pembentukan

perjanjian;

2. Perubahan tersebut perihal suatu keadaan yang fundamental bagi

perjanjian tersebut;

3. Perubahan tersebut tidak dapat diperkirakan sebelumnya oleh para pihak;

4. Akibat perubahan tersebut haruslah radikal, sehingga mengubah luas

lingkup kewajiban yang harus dilakukan menurut perjanjian itu;

5. Penggunaan asas tersebut tidak dapat diterapkan pada perjanjian

perbatasan dan juga terjadinya perubahan keadaan akibat pelanggaran

yang dilakukan oleh pihak yang mengajukan tuntutan.

Agus Yudha Hernoko memberikan pengertian overmacht setelah

menyimpulkan empat pasal dalam KUHPer, yaitu Pasal 1244, 1245, 1444,

dan 1445. Overmacht adalah peristiwa yang tak terduga yang terjadi di luar

kesalahan debitur setelah penutupan kontrak yang menghalangi i debitur

untuk memenuhi prestasinya, sebelum ia dinyatakan lalai dan karenannya

tidak dapat dipersalahkan serta tidak menanggung resiko atas kejadian

tersebut. Untuk itu, sebagai sarana bagi debitur melepaskan diri dari gugatan

kreditor, dalil overmacht harus memenuhi syarat bahwa:32

1. Pemenuhan prestasi terhalang atau tercegah;

30 Munir Fuady, Op.Cit, hal. 113. 31 Annisa Dian Arini, Op.Cit, hal. 3. 32 Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak

Komersial, LaksBang Mediatama, Yogyakarta, 2008, hal. 241-243.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

31

2. Terhalangnya pemenuhan prestasi di luar kesalahan debitur;

3. Peristiwa yang menyebabkan terhalangnya prestasi tersebut bukan

merupakan resiko debitur.

Selain berdasarkan KUHPer dan pendapat beberapa sarjana, syarat-

syarat atau unsur-unsur keadaan memaksa juga terdapat dalam Putusan

Mahkamah Agung Republik Indonesia, antara lain Putusan Mahkamah

Agung Republik Indonesia No. Reg 15 K/Sip/1957 dan Putusan Mahkamah

Agung Republik No. Reg 24 K/Sip/1958. Putusan Mahkamah Agung

Republik Indonesia No. Reg 15 K/Sip/1957 menyebutkan bahwa syarat-

syarat atau unsur-unsur dalam keadaan memaksa antara lain tidak sanggup

memenuhi tanggungannya karena rintangan yang tidak dapat diatasi. Putusan

Mahkamah Agung Republik No. Reg 24 K/Sip/1958 menyebutkan bahwa

syarat-syarat atau unsur-unsur dalam keadaan memaksa antara lain tidak ada

lagi kemungkinan-kemungkinan atau alternatif lain yang legal atau tidak

melanggar peraturan bagi pihak yang terkena force majeure untuk memenuhi

perjanjian.33

Dalam Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

mengenai Penjelasan tentang Keadaan memaksa pada halaman 8-10

menyebutkan bahwa dalam perkembangannya, keadaan memaksa dapat

dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan kriteria-kriteria yang berbeda

sebagai berikut:

33 Rahmat S.S. Soemadipradja, Penjelasan Hukum Tentang Keadaan Memaksa (Syarat-

syarat pembatalan perjanjian yang disebabkan keadaan memaksa/force majeure),

https://putusan3.mahkamahagung.go.id/restatement/detail/11e9b3876b28a09683cd313833363231.

html, diakses pada 21 November 2020, pukul 13:55, hal. 103.

Universitas Sumatera Utara

Page 42: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

32

1. Berdasarkan penyebab:

a. Overmacht karena keadaan alam;

b. Overmacht karena keadaan darurat;

c. Overmacht karena musnahnya atau hilangnya barang objek

perjanjian;

d. Overmacht karena kebijakan atau peraturan pemerintah;

e. Overmacht karena keadaan ekonomi; dan

f. Overmacht keadaan teknis yang tidak terduga.

2. Berdasarkan sifat:

a. Overmacht tetap, yaitu overmacht yang mengakibatkan suatu

perjanjian terus- menerus atau selamanya tidak mungkin

dilaksanakan atau tidak dapat dipenuhi sama sekali. Dalam keadaan

yang demikian itu, secara otomatis keadaan memaksa itu mengakhiri

perikatan karena tidak mungkin dapat dipenuhi; dan

b. Overmacht sementara, adalah keadaan memaksa yang

mengakibatkan pelaksanaan suatu perjanjian ditunda daripada waktu

yang ditentukan semula dalam perjanjian. Dalam keadaan yang

demikian, perikatan tidak berhenti (tidak batal), tetapi hanya

pemenuhan prestasinya yang tertunda. Jika kesulitan itu sudah tidak

ada lagi, pemenuhan prestasi dapat diteruskan.

3. Berdasarkan objek:

a. Overmacht lengkap, artinya mengenai seluruh prestasi itu tidak dapat

dipenuhi oleh debitur; dan

Universitas Sumatera Utara

Page 43: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

33

b. Overmacht sebagian, artinya hanya sebagian dari prestasi itu yang

tidak dapat dipenuhi oleh debitur.

4. Berdasarkan subjek:

a. Overmacht objektif adalah keadaan memaksa yang menyebabkan

pemenuhan prestasi tidak mungkin dilakukan oleh siapapun, hal ini

didasarkan pada teori ketidakmungkinan; dan

b. Overmacht subjektif adalah keadaan memaksa yang terjadi apabila

pemenuhan prestasi menimbulkan kesulitan pelaksanaan bagi debitur

tertentu. Dalam hal ini, debitur masih mungkin memenuhi prestasi,

tetapi dengan pengorbanan yang besar yang tidak seimbang, atau

menimbulkan bahaya kerugian yang besar sekali bagi debitur. Hal

ini di dalam sistem Anglo American disebut hardship yang

menimbulkan hak untuk renegosiasi.

5. Berdasarkan ruang lingkup:

a. Overmacht umum, dapat berupa iklim, kehilangan, dan pencurian;

dan

b. Overmacht khusus, dapat berupa berlakunya suatu peraturan

(Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah). Dalam hal ini, tidak

berarti prestasi tidak dapat dilakukan, tetapi prestasi tidak boleh

dilakukan.

6. Berdasarkan segi kemungkinan pelaksanaan prestasi:34

a. Force majeure yang absolut, adalah suatu force majeure yang terjadi

sehingga prestasi dari kontrak sama sekali tidak mungkin dilakukan.

34 Munir Fuady, Op.Cit, hal. 115-117.

Universitas Sumatera Utara

Page 44: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

34

Misalnya, barang yang merupakan objek dari kontrak musnah.

Dalam hal ini, kontrak tersebut tidak mungkin (impossible) untuk

dilaksanakan; dan

b. Force majeure yang relatif, adalah suatu force majeure di mana

pemenuhan prestasi secara normal tidak mungkin dilakukan,

sungguh pun secara tidak normal masih mungkin dilakukan.

Misalnya, terhadap kontrak impor-ekspor di mana setelah kontrak

dibuat terdapat larangan impor atas barang tersebut. Dalam hal ini,

barang tersebut tidak mungkin lagi diserahkan (diimpor), sungguh

pun dalam keadaan tidak normal masih dapat dilakukan.

Tan Kamello dalam seminar nasional/webinar yang diselenggarakan

pada 29 April 2020 di Medan dengan judul “Pandemi COVID-19: Implikasi

Keppres No. 12 Tahun 2020 Bagi Perikatan, Mempersoalkan Force Majeure”

pada slide ke 11 menyatakan bahwa ajaran force majeure dibagi menjadi dua,

yaitu:

1. Ajaran objektif (de objective overmachts leer): debitur dikatakan dalam

keadaan memaksa apabila pemenuhan prestasi itu tidak mungkin (unsur

imposibilitas) dilaksanakan oleh siapapun; karakter hukum absolut

2. Ajaran subjektif (de subjective overmachts leer): debitur dikatakan dalam

keadaan memaksa apabila debitur masih mungkin melaksanakan prestasi,

tetapi dengan tingkat kesulitan (unsur diffikultas) atau pengorbanan yang

besar; karakter hukum relatif.

Universitas Sumatera Utara

Page 45: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

35

D. Akibat Hukum Keadaan Memaksa

Keadaan memaksa dapat menimbulkan akibat hukum bagi pihak-pihak

yang terlibat dalam suatu kontrak, adapun akibat hukum keadaan memaksa

menurut sarjana dan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia. Mariam

Darus Badrulzaman, mengemukakan beberapa akibat keadaan memaksa

terhadap perikatan. Keadaan memaksa mengakibatkan perikatan tersebut

tidak lagi bekerja (werking) walaupun perikatannya sendiri tetap ada, dalam

hal ini maka:35

1. Kreditur tidak dapat menuntut agar perikatan itu dipenuhi;

2. Debitur tidak dapat dikatakan berada dalam keadaan lalai dan karena itu

tidak dapat menuntut;

3. Kreditur tidak dapat meminta pemutusan perjanjian;

4. Pada perjanjian timbal balik maka gugur kewajiban untuk melakukan

kontraprestasi.

R. Setiawan merumuskan bahwa suatu keadaan memaksa

menghentikan bekerjanya perikatan dan menimbulkan beberapa akibat,

yaitu:36

1. Kreditur tidak lagi dapat meminta pemenuhan prestasi;

2. Debitur tidak lagi dapat dinyatakan lalai, dan karenanya tidak wajib

membayar ganti rugi;

3. Resiko tidak beralih kepada debitur;

4. Pada persetujuan timbal balik, kreditur tidak dapat menuntut pembatalan.

35 Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, PT Citra Aditya Bakti,

Bandung, 2001, hal. 26-29. 36 Rahmat S.S. Soemadipradja, Op.Cit, hal. 11.

Universitas Sumatera Utara

Page 46: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

36

M. Yahya Harahap memberikan pendapatnya mengenai akibat dari

keadaan memaksa.37 Ada dua hal yang menjadi akibat overmacht, yaitu

sebagai berikut:

1. Membebaskan debitur dari membayar ganti rugi (schadevergoeding).

Dalam hal ini, hak kreditur untuk menuntut gugur untuk selama-lamanya.

Jadi, pembebasan ganti rugi sebagai akibat keadaan memaksa adalah

pembebasan mutlak;

2. Membebaskan debitur dari kewajiban melakukan pemenuhan prestasi

(nakoming). Pembebasan pemenuhan (nakoming) bersifat relatif.

Pembebasan itu pada umumnya hanya bersifat menunda, selama keadaan

overmacht masih menghalangi/merintangi debitur melakukan pemenuhan

prestasi. Bila keadaan memaksa hilang, kreditur kembali dapat menuntut

pemenuhan prestasi. Pemenuhan prestasi tidak gugur selama-lamanya,

hanya tertunda, sementara keadaan memaksa masih ada.

Akibat hukum dari adanya force majeure menurut pemaparan Tan

Kamello:38

1. Kreditur tidak dapat menuntut agar perikatan dipenuhi;

2. Kreditur tidak dapat meminta pemutusan kontrak;

3. Kreditur tidak dapat mengatakan bahwa debitur dalam keadaan lalai;

4. Gugur kewajiban hukum debitur untuk melakukan kontra prestasi

Selain berdasarkan pendapat sarjana, akibat hukum keadaan memaksa

juga terdapat dalam beberapa Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia,

antara lain Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 15 K/Sip/1957

37 M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1986, hal. 82-98. 38 Tan Kamello, Op.Cit, Slide 10.

Universitas Sumatera Utara

Page 47: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

37

tertanggal 16 Desember 1957, Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

No. 409 K/Sip/1983 tertanggal 25 Oktober 1984, Putusan Mahkamah Agung

Republik Indonesia No. 3389 K/PDT/1984.

Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 15 K/Sip/1957

tertanggal 16 Desember 1957 menyatakan bahwa, “Kondisi perang

mengakibatkan pelaksanaan prestasi secara normal tidak mungkin dilakukan.

Debitur tidak dapat dihukum membayar cicilan apabila dapat membuktikan

bahwa terhalangnya pelaksanaan prestasi timbul dari keadaan yang

selayaknya ia tidak bertanggung gugat. Hanya saja, dalam putusan tersebut

disebutkan bahwa resiko yang termasuk dalam force majeure harus

dimasukkan dalam klausul perjanjian”.39

Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 409 K/Sip/1983

tertanggal 25 Oktober 1984 menyatakan bahwa, “Jika dapat dibuktikan

bahwa terjadi force majeure maka perjanjian dapat dibatalkan dan debitur

tidak dapat dibebankan penggantian kerugian”. Putusan Mahkamah Agung

Republik Indonesia No. 3389 K/PDT/1984 menyatakan bahwa, Mahkamah

Agung mengakui bahwa munculnya tindakan administratif penguasa yang

menentukan atau mengikat adalah suatu kejadian yang tidak dapat diatasi

oleh para pihak dalam perjanjian dan dianggap sebagai force majeure

sehingga membebaskan pihak yang terkena dampak dari mengganti kerugian.

Force majeure tersebut bersifat relatif yang mengakibatkan pelaksanaan

prestasi secara normal tidak mungkin dilakukan atau untuk sementara waktu

39 Rahmat S.S. Soemadipradja, Op.Cit, hal. 104.

Universitas Sumatera Utara

Page 48: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

38

ditangguhkan sampai ada perubahan kebijakan atau tindakan penguasa yang

berpengaruh pada pelaksanaan prestasi.40

40 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 49: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

39

BAB III

PENGARUH MASA PANDEMI COVID-19 TERHADAP KONTRAK

LEASING YANG SEDANG BERLANGSUNG

A. Pengertian dan Pihak-pihak dalam Kontrak Leasing

Sewa guna usaha atau yang dikenal dengan leasing, merupakan salah

satu kegiatan pembiayaan yang diberikan oleh sebuah perusahaan atau

lembaga pembiayaan. Menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan mengatakan

bahwa leasing adalah: “Suatu perjanjian dimana si penyewa barang modal

(lessee) menyewa barang modal untuk usaha tertentu, untuk jangka waktu

tertentu dan jumlah angsuran tertentu.”41 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan

memandang bahwa institusi leasing merupakan suatu kontrak atau perjanjian

antara pihak lessee dan pihak lessor, oleh karena itu antara pihak lessor dan

lessee terdapat hubungan hukum sewa menyewa. Objek yang disewa adalah

barang modal. Jangka waktu dan jumlah angsuran ditentukan oleh para

pihak.42

Subekti mengartikan leasing adalah perjanjian sewa-menyewa yang

telah berkembang dikalangan pengusaha, dimana lessor (pihak yang

menyewakan, yang sering merupakan perusahaan leasing) menyewakan suatu

perangkat alat-alat perusahaan (mesin-mesin) termasuk servis, pemeliharaan,

dan lain-lain pada lessee (penyewa) untuk suatu jangka waktu tertentu.43

41 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Loc.Cit. 42 Ibid. 43 R. Subekti, Aneka Perjanjian, Alumni, Bandung, 1983, hal. 55.

Universitas Sumatera Utara

Page 50: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

40

Dalam rumusan tersebut, Subekti mengkonstruksikan leasing sebagai

berikut:44

1. Leasing sama dengan sewa-menyewa,

2. Subjek hukum yang terkait dalam perjanjian tersebut adalah pihak lessor

dan lessee,

3. Objeknya perangkat alat perusahaan (mesin-mesin) termasuk

pemeliharaan dan lain-lain, dan

4. Adanya jangka waktu sewa.

Menurut Salim H. Sidik mengatakan bahwa leasing merupakan kontrak

sewa menyewa yang dibuat antara pihak lessor dengan lessee, dimana pihak

lessor menyewakan kepada lessee barang-barang produksi yang harganya

mahal, untuk digunakan oleh lessee, dan pihak lessee berkewajiban untuk

membayar harga sewa sesuai dengan kesepakatan yang dibuat antara

keduanya dengan disertai hak opsi, yaitu untuk membeli atau memperpanjang

sewa.45

Ciri-ciri perjanjian leasing adalah sebagai berikut:46

1. Adanya hubungan tertentu antara jangka waktu perjanjian dengan unsur

ekonomis barang yang menjadi objek perjanjian.

2. Adanya pemisahan kepentingan atas benda yang menjadi objek

perjanjian. Hak milik secara yuridis tetap berada pada pihak lessor (pihak

yang menyewakan) dan hak menikmati benda diserahkan kepada lessee

(penyewa).

44 Ibid. 45 Salim H. Sidik, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat Di Indonesia, Sinar

Grafika, Jakarta, 2003, hal. 141. 46 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 51: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

41

3. Adanya kewajiban untuk memberikan penggantian atas kenikmatan yang

diperoleh.

Leasing dapat juga dikatakan sebagai kontrak baku atau kontrak

standar. Kontrak baku adalah kontrak atau perjanjian yang berkembang dan

banyak dipergunakan oleh pelaku usaha dalam hubungannya dengan

konsumen. Bahkan dalam era globalisasi, pembakuan syarat-syarat perjanjian

merupakan model yang tidak dapat dihindari, bagi para pelaku usaha

penggunaan kontrak baku ini dapat menjadi cara untuk mencapai tujuan

ekonomi yang efisien, praktis dan cepat.47 Perjanjian baku adalah perjanjian

yang dibuat oleh seorang pelaku usaha atau pelaku bisnis dalam bentuk

formulir tertentu yang telah disediakan terlebih dahulu dan akan diberlakukan

kepada seluruh konsumen yang akan membeli suatu barang atau jasa tertentu.

Dalam pembuatan isi perjanjian baku tidak mengikutkan pihak konsumen

karena dari segi tujuannya adalah untuk menghemat waktu dan biaya

sehingga lebih efisien. Dilihat dari segi hukum perdata, perjanjian baku

tersebut masih menimbulkan persoalan karena dari awal pembuatan dan

penentuan isi perjanjian tidak melibatkan kehendak dari konsumen.48

Pengertian leasing menurut Surat Keputusan Bersama Menteri

Keuangan dan Menteri Perdagangan dan Industri Republik Indonesia No.

KEP-122/MK/IV/2/1974, No. 32/M/SK/2/1974, dan No. 30/Kpb/I/1974

tanggal 7 Februari 1974 adalah: ”Setiap kegiatan pembiayaan perusahaan

dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu

perusahaan untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-

47 Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan Perdagangan,

PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992, hal. 2. 48 Ibid, hal. 5.

Universitas Sumatera Utara

Page 52: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

42

pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut

untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang

jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang telah disepakati bersama”.49

Pengertian leasing menurut Keputusan Menteri Keuangan No.

1169/KMK.01/1991 adalah “Kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan

barang modal, baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease)

maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan

oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara

berkala”. Selanjutya yang dimaksud dengan Finance Lease adalah “kegiatan

sewa guna usaha di mana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak

opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang

disepakati. Sebaliknya operating lease tidak mempunyai hak opsi untuk

membeli objek sewa guna usaha”.50

Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 448/KMK.017/2000 tentang Perusahaan Pembiayaan pada Pasal 1

huruf c menyebutkan bahwa, sewa guna usaha (leasing) adalah kegiatan

pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna

usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak

opsi (operating lease) untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lessee)

selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.

Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan

Pasal 1 angka 5 menyebutkan, sewa guna usaha (leasing) adalah kegiatan

pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna

49 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,

2003, hal. 258. 50 Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991.

Universitas Sumatera Utara

Page 53: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

43

usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak

opsi (operating lease) untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lessee)

selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang

Perusahaan Pembiayaan Pasal 1 huruf c menyebutkan, sewa guna

usaha (Leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan

barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (Finance

Lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (Operating Lease) untuk

digunakan oleh Penyewa Guna Usaha (Lessee) selama jangka waktu tertentu

berdasarkan pembayaran secara angsuran.

Perjanjian leasing pada dasarnya ada tiga pihak yaitu Lessor

(perusahaan leasing), Lessee (perusahaan/nasabah) dan pemasok (penjual

barang). Selanjutnya didefinisikan oleh Frank Tiara Supit sebagai: “Company

financing in the form of providing Capital Goods wish the user making

periodical payments. User would have options to buy the Capital Goods or to

prolog the leasing period of the remainding value”. Dapat diartikan bahwa

leasing adalah: “Pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-

barang modal dengan pembayaran secara berkala oleh perusahaan yang

menggunakan barang-barang modal tersebut dan dapat dinilai atau

memperpanjang jangka waktu berdasarkan nilai sisa”.51

51 Amin Widjaja Tunggal & Arif Djohan Tunggal, Aspek Yuridis dalam Leasing, PT

Rineka Cipta, Jakarta, 1994, hal. 7-8.

Universitas Sumatera Utara

Page 54: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

44

Dalam transaksi leasing sekurang-kurangnya melibatkan 4 pihak yang

berkepentingan, antara lain:52

1. Lessor

Yaitu perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan

kepada pihak lessee dalam bentuk barang modal. Pihak penyewa ini

disebut juga sebagai investor, equito-holders, owner-participants atau

trusters owners. Lessor dalam financial lease bertujuan untuk

mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai

penyediaan barang modal dengan mendapatkan keuntungan, sedangkan

dalam operating lease, lessor bertujuan mendapatkan keuntungan dari

penyediaan barang serta pemberian jasa-jasa yang berkenaan dengan

pemeliharaan serta pengoperasian barang modal tersebut.

2. Lessee

Yaitu perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam

bentuk barang modal dari lessor. Lessee dalam financial lease bertujuan

mendapatkan pembiayaan berupa barang atau peralatan dengan cara

pembayaran angsuran atau secara berkala. Pada akhir kontrak, lessee

memiliki hak opsi atas barang tersebut. Maksudnya, pihak lessee

memiliki hak untuk membeli barang yang di-lease dengan harga

berdasarkan nilai sisa. Dalam operating lease, lessee dapat memenuhi

kebutuhan peralatannya di samping tenaga operator dan perawatan alat

tersebut tanpa resiko bagi lessee terhadap kerusakan.

52 Sigit Triandaru & Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Salemba

Empat, Jakarta, 2006, hal. 190.

Universitas Sumatera Utara

Page 55: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

45

3. Pemasok

Yaitu perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang

untuk dijual kepada lessee dengan pembayaran secara tunai oleh lessor.

Dalam mekanisme financial lease, pemasok langsung menyerahkan

barang kepada lessee tanpa melalui pihak lessor sebagai pihak yang

memberikan pembiayaan. Sebaliknya, dalam operating lease, pemasok

menjual barangnya langsung kepada lessor dengan pembayaran sesuai

dengan kesepakatan kedua belah pihak, yaitu secara tunai atau berkala.

4. Bank atau Kreditor

Dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing, pihak bank atau kreditor

tidak terlibat secara langsung dalam kontrak tersebut tetapi bank

memegang peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor.

B. Pengaruh Masa Pandemi COVID-19 Terhadap Kontrak Leasing yang Sedang

Berlangsung

Kontrak leasing lahir atas asas kebebasan berkontrak yang telah diatur

dalam Pasal 1338 KUHPer, adapun bunyi dari Pasal 1338 KUHPer yaitu:

“Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang

bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali

selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alsan yang oleh

undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Persetujuan harus dilakukan

dengan itikad baik.”

Setiap orang memiliki hak untuk membuat kontrak dengan siapapun

atau pihak manapun sesuai dengan asas kebebasan berkontrak, yang mana

masing-masing pihak dalam kontrak harus cakap dalam hukum dan mampu

Universitas Sumatera Utara

Page 56: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

46

mempertanggungjawabkan akibat hukum dari kontrak tersebut. Namun pada

kenyataannya kontrak yang dibuat secara sah tersebut tidak dapat semuanya

dilaksanakan, dikarenakan salah satu pihak tidak dapat melakukan atau

memenuhi prestasi yang telah disepakati karena wanprestasi atau dikarenakan

adanya keadaan memaksa.

Antara kontrak leasing dengan masa pandemi COVID-19 di Indonesia

memiliki hubungan yang berkaitan. Dalam hal ini tidak dapat tercapainya

suatu prestasi yang diakibatkan oleh karena masa pandemi COVID-19. Hal

ini dikarenakan penyebaran COVID-19 telah berdampak pada meningkatnya

jumlah korban dan kerugian harta benda, meluasnya cakupan wilayah yang

terkena bencana, serta menimbulkan implikasi pada aspek sosial ekonomi

yang luas di Indonesia, dengan jumlah kasus dan/atau jumlah kematian telah

meningkat dan meluas lintas wilayah dan lintas negara dan berdampak pada

aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, serta

kesejahteraan masyarakat di Indonesia.

Semakin luasnya penyebaran wabah COVID-19 di Indonesia menjadi

alasan bagi pemerintah Indonesia untuk menanggulangi COVID-19 dengan

mengeluarkan beberapa peraturan guna menyelamatkan kesehatan dan

perekonomian nasional. Langkah yang diambil oleh Pemerintah Indonesia

untuk menanggulangi dampak penyebaran COVID-19 adalah dengan

menetapkan penyebaran COVID-19 sebagai penyakit yang menimbulkan

kedaruratan kesehatan masyarakat, hal ini diatur dalam Keputusan Presiden

Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan

Kesehatan Masyarakat Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Pemerintah

Universitas Sumatera Utara

Page 57: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

47

Indonesia juga mengeluarkan peraturan perundang-undangan dalam rangka

menghambat penyebaran COVID-19 seperti menetapkan pandemi COVID-19

sebagai bencana nasional (Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020) dan

menghimbau masyarakat untuk melakukan social distancing, physical

distancing, work from home, serta beribadah dan kegiatan belajar mengajar

dari rumah (Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 dan Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2020).

Ditetapkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21

Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka

Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) merupakan

pertimbangan dari penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)

dengan jumlah kasus dan/atau jumlah kematian telah meningkat dan meluas

lintas wilayah dan lintas negara dan berdampak pada aspek politik, ekonomi,

sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, serta kesejahteraan masyarakat di

Indonesia. Dampak penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)

telah mengakibatkan terjadi keadaan tertentu sehingga perlu dilakukan upaya

penanggulangan, salah satunya dengan tindakan pembatasan sosial berskala

besar. Dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21

Tahun 2020 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Pembatasan Sosial

Berskala Besar adalah pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu

wilayah yang diduga terinfeksi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)

sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran Corona Virus

Disease 2019 (COVID-19).

Universitas Sumatera Utara

Page 58: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

48

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 tentang

Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019

(COVID-19) sebagai Bencana Nasional yang ditetapkan pada tanggal 13

April 2020 ini sebagai bahan pertimbangan bahwa bencana non alam yang

disebabkan oleh penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) telah

berdampak meningkatnya jumlah korban dan kerugian harta benda,

meluasnya cakupan wilayah yang terkena bencana, serta menimbulkan

implikasi pada aspek sosial ekonomi yang luas di Indonesia.

Maka dari itu ditetapkan Keputusan Presiden tentang Penetapan

Bencana Nonalam Penyebaran COVID-19 sebagai Bencana Nasional.

Penanggulangan bencana nasional yang diakibatkan oleh penyebaran

COVID-19 ini dilaksanakan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan

COVID-19 sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2020 tentang

Perubahan atas Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 tentang Gugus

Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)

melalui sinergi antar kementrian/lembaga dan pemerintah daerah. Dalam

menetapkan kebijakan di daerah masing-masing, gubernur, bupati dan

walikota sebagai Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di

daerah harus memperhatikan kebijakan Pemerintah Pusat.

Dengan ditetapkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21

Tahun 2020 pada tanggal 31 Maret 2020 merupakan bentuk tindakan

Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam rangka menekan

penyebaran COVID-19 semakin meluas, adapun tindakan yang dilakukan

meliputi pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang

Universitas Sumatera Utara

Page 59: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

49

diduga terinfeksi COVID-19 melalui dilakukannya kegiatan belajar-mengajar

dirumah, kegiatan bekerja di rumah atau dikenal dengan work from home,

pembatasan kegiatan keagamaan di rumah ibadah, dan pembatasan kegiatan

di tempat atau fasilitas umum. Selain work from home beberapa perusahaan

memberikan kebijakan bagi para pekerjanya dengan pemberhentian hubungan

kerja, hal ini menyebabkan semakin tingginya angka pengangguran di

Indonesia. Pada tempat atau fasilitas umum juga terkena dampak, contohnya

pada tempat-tempat makan, hiburan maupun pariwisata. Tempat-tempat

makan menjadi sepi pengunjung mengingat adanya kebijakan pembatasan

sosial berskala besar, sehingga pengusaha tempat makanan juga kesulitan

untuk mendapatkan penghasilan. Hal serupa juga dialami oleh pengusaha atau

pemilik tempat hiburan maupun pariwisata, yang menjadi sepi pengunjung

sehingga berdampak pada pendapatan pengusaha atau pemilik tempat tersebut

dan karyawan-karyawan yang bekerja disana tidak dapat digaji.

Pembatasan sosial berskala besar juga berdampak kepada para driver

online, semenjak masa pembatasan sosial berskala besar para driver online

menjadi sepi order-an atau pelanggan dikarenakan banyak pengguna jasa

driver online yang sudah tidak mengunjungi tempat-tempat tertentu, baik

untuk bekerja, sekolah, ke tempat ibadah, maupun ke tempat atau fasilitas

umum. Hal ini meyebabkan para driver online pendapatannya menurun

bahkan tidak memiliki pendapatan.

Mengingat bahwa kontrak leasing merupakan kontrak yang

dilaksanakan atas asas kebebasan berkontrak, maka setiap orang memiliki hak

untuk membuat kontrak leasing dengan siapapun atau pihak leasing

Universitas Sumatera Utara

Page 60: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

50

manapun. Tidak dipungkiri bahwa lessee yang terlibat dalam kontrak leasing

merupakan orang-orang yang memiliki usaha atau pekerjaan dari berbagai

macam sektor, antara lain pariwisata, transportasi, maupun pada tempat atau

fasilitas umum yang kegiatan pekerjaannya terkena dampak COVID-19.

COVID-19 berdampak pada lessee yang terlibat dalam kontrak leasing,

sehingga dalam pelaksanaan kontrak leasing tersebut para lessee terhambat

melaksanakan prestasinya dikarenakan tidak memiliki pendapatan sehingga

tidak dapat melakukan pembayaran angsuran kreditnya atau dengan kata lain

terjadinya pembiayaan macet karena ketidakmampuan lessee membayar

angsuran kreditnya. Dengan kata lain, pandemi COVID-19 berpengaruh

terhadap kontrak leasing dimana terjadi penurunan kemampuan lessee untuk

melaksanakan prestasi sehingga berpengaruh juga kepada pelaksanaan

kontrak leasing, sehingga dibutuhkan penyelesaian sengketa pembiayaan

macet pada kontrak leasing yang tidak merugikan pihak lessee maupun

lessor.

Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) berdampak bagi

para pelaku usaha, pemberi dan penyedia jasa, lessor, dan lessee dalam

kontrak pembiayaan. Menggunakan keadaan memaksa sebagai alasan tidak

dapat memenuhi prestasi yang telah disepakati, oleh karena itu dalam

mengajukan keadaan memaksa sebagai alasan tidak dapat memenuhi suatu

prestasi setiap pihak dapat berbeda-beda. Ada beberapa pertimbangan dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 61: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

51

mengajukan keadaan memaksa sebagai alasan tidak dapat memenuhi prestasi

yang telah disepakati, antara lain:53

1. Klaim keadaan memaksa diajukan dengan itikad baik dan sesuai dengan

tata cara pemberitahuan yang disepakati dalam perjanjian. Meskipun

secara faktual terdampak pandemi COVID-19, pihak yang mengklaim

keadaan memaksa harus dengan itikad baik berusaha melakukan hal-hal

yang dianggap patut dan wajar untuk tetap melaksanakan kewajiban atau

paling tidak melakukan upaya untuk memitigasi risiko tidak terpenuhinya

kewajiban berdasarkan perjanjian. Kemudian terkait tata cara

pemberitahuan, umumnya ditentukan bahwa pihak yang mengalami atau

terdampak keadaan memaksa harus memberitahukan secara tertulis

kepada pihak lain dalam kurun waktu tertentu sejak dampak tersebut

dirasakan.

2. Klaim keadaan memaksa didasarkan pada rujukan hukum yang tepat.

Pihak yang mengajukan klaim harus terlebih dahulu meneliti apakah

bencana, pandemi atau tindakan pemerintah pemberlakuan aturan

tertentu termasuk ruang lingkup keadaan memaksa yang diakomodasi

dalam perjanjian. Pihak dimaksud harus meneliti apakah pembatasan

aktivitas atau kegiatan yang diatur dalam PSBB menghambat

pelaksanaan kewajiban dan membuktikannya. Tidak hanya itu, Pihak

yang mengklaim harus memperhatikan apakah kegiatan usahanya

dikecualikan dari ketentuan PSBB tersebut. Sebagai pendukung

argumentasi, pihak yang mengajukan klaim keadaan memaksa karena

53 Kunarso dan A Djoko Sumaryanto, Eksistensi Perjanjian ditengah Pandemi COVID-

19, Batulis Civil Law Review, Universitas Bhayangkara Surabaya, Surabaya, 2020, Vol. 1, No. 1,

hal. 44-45.

Universitas Sumatera Utara

Page 62: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

52

pandemi COVID-19 dapat menggunakan Keputusan Presiden 12 Tahun

2020 sebagai penetapan pemerintah atas status pandemi COVID-19

sebagai bencana nasional.

3. Klaim diajukan dengan maksud untuk merubah perjanjian dan bukan

mengakhiri perjanjian. Penting untuk dipahami bahwa klaim adanya

keadaan memaksa tidak serta merta menggugurkan kewajiban pihak

tersebut, oleh karena itu pada saat pengajuan klaim keadaan memaksa,

pihak tersebut seharusnya telah menyiapkan alternatif perubahan

perjanjian, misalnya berupa perubahan tenggat waktu pembayaran

kredit/pembiayaan, penyesuaian kuantitas, kualitas barang/layanan,

milestone kontrak maupun jadwal pelaksanaan layanan (delivery time).

Apabila disepakati, perubahan perjanjian tersebut lebih baik dituangkan

dalam akta notariil dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari

perjanjian awal.

4. Mengutamakan penyelesaian secara musyawarah serta tetap tunduk pada

tata cara penyelesaian sengketa yang diatur dalam perjanjian. Dalam

melakukan negosiasi perubahan perjanjian, para pihak harus sedapat

mungkin mengutamakan penyelesaian secara musyawarah dan

menghindari penyelesaian melalui litigasi. Dalam situasi saat ini,

penyelesaian sengketa melalui jalur litigasi tidak hanya memerlukan

proses yang panjang tetapi juga kompleks.

5. Berkonsultasi dengan praktisi atau konsultan hukum mengenai pilihan-

pilihan hukum yang dapat dilakukan. Tentu saja, pelaksanaan perjanjian

tidak hanya berkaitan dengan aspek bisnis semata, melainkan juga aspek

Universitas Sumatera Utara

Page 63: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

53

hukum, oleh karena itu penting untuk berkonsultasi dengan praktisi atau

konsultan hukum yang diyakini dapat memberikan opsi hukum yang

sesuai dengan kondisi para pihak.

C. Peran Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Kontrak Leasing Pada Masa

Pandemi COVID-19

Otoritas Jasa Keuangan merupakan lembaga independen dan bebas dari

campur tangan pihak lain yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang

pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan. Otoritas Jasa

Keuangan berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan

yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa

keuangan baik di sektor perbankan, pasar modal, dan sektor jasa keuangan

non-bank seperti asuransi, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga

jasa keuangan lainnya.

Wewenang yang dimiliki Otoritas Jasa Keuangan terkait pengaturan

Lembaga Jasa Keangan (Bank dan Non-Bank) meliputi:

1. Menetapkan peraturan dan keputusan Otoritas Jasa Keuangan.

2. Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan.

3. Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas Otoritas Jasa

Keuangan.

4. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis

terhadap Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu.

5. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter

pada lembaga jasa keuangan.

Universitas Sumatera Utara

Page 64: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

54

6. Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola,

memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban dan

7. Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa

keuangan.

Wewenang Otoritas Jasa Keuangan untuk menetapkan peraturan dan

keputusan seperti yang tertera diatas, digunakan Otoritas Jasa Keuangan pada

saat pandemi COVID-19. Dimana selama masa pandemi COVID-19, Otoritas

Jasa Keuangan mengeluarkan kebijakan salah satunya stimulus di industri

keuangan nonbank, untuk menjaga stabilitas industri jasa keuangan dan

membantu pemulihan ekonomi nasional serta kembali mensejahterakan

masyarakat Indonesia. Peraturan yang dikeluarkan Otoritas Jasa Keuangan di

industri keuangan nonbank contohnya adalah Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Republik Indonesia Nomor 14/POJK.05/2020 tentang Kebijakan

Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019 bagi

Lembaga Jasa Keuangan NonBank, sedangkan di industri perbankan

dikeluarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor

11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional sebagai

Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019

dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor

48/POJK.03/2020 tentang Perubahan atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Nomor 11/POJK.03/2020.

Dengan pertimbangan bahwa penyebaran COVID-19 telah berdampak

secara langsung ataupun tidak langsung terhadap kinerja dan kapasitas debitur

Universitas Sumatera Utara

Page 65: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

55

dalam memenuhi pembayaran kredit atau pembiayaan, yang mana akan

meningkatkan resiko kredit yang berpotensi mengganggu kinerja perbankan

dan stabilitas sistem keuangan sehingga dapat memengaruhi pertumbuhan

ekonomi, dan untuk mendorong optimalisasi kinerja perbankan khususnya

fungsi intemediasi, menjaga stabilitas sistem keuangan, dan mendukung

pertumbuhan ekonomi maka perlu diambil kebijakan stimulus perekonomian

sebagai countercyclical dampak penyebaran COVID-19 yang diterapkan

dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian, oleh karena itu Otoritas

Jasa Keuangan menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik

Indonesia Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional

sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease

2019, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor

14/POJK.05/2020 tentang Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran

Coronavirus Disease 2019 bagi Lembaga Jasa Keuangan NonBank dan

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor

48/POJK.03/2020 tentang Perubahan atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Republik Indonesia Nomor 11/POJK.03/2020.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor

14/POJK.05/2020 memberikan keringanan bagi debitur dalam hal kredit

bermasalah. Penyelesaian kredit bermasalah tersebut dengan cara Lembaga

Jasa Keuangan Nonbank dapat melakukan restrukturisasi pembiayaan

terhadap debitur yang terkena dampak penyebaran COVID-19 dengan

ketentuan diberlakukannya batas waktu penyampaian laporan berkala;

pelaksanaan penilaian kemampuan dan kepatutan; penetapan kualitas aset

Universitas Sumatera Utara

Page 66: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

56

berupa pembiayaan dan restrukturisasi pembiayaan; perhitungan tingkat

solvabilitas perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan

reasuransi, dan perusahaan reasuransi syariah, selain itu memberikan

pembiayaan baru kepada debitur yang terkena dampak penyebaran COVID-

19 dan menerapkan kebijakan tertentu terhadap debitur yang terkena dampak

penyebaran COVID-19. Ditetapkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Republik Indonesia Nomor 14/POJK.05/2020 merupakan sebagai tindak

lanjut kewenangan Otoritas Jasa Keuangan dalam melaksanakan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang

Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk

Penanganan Pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau

Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian

Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan.

Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor

14/POJK.05/2020 ini menggunakan kata kebijakan countercyclical, adapun

pengertian dari kebijakan countercyclical yang merupakan kebijakan yang

melawan arus siklus bisnis tersebut. Hal ini berarti pada saat resesi,

pemerintah menerapkan kebijakan ekspansif berupa pelonggaran fiskal dan

moneter. Kebijakan fiskal dikatakan countercyclical karena cenderung

menstabilisasi siklus bisnis (yaitu, kebijakan fiskal bersifat kontraktif pada

waktu perekonomian mengalami ekspansi (good times) dan ekspansif pada

waktu perekonomian mengalami kontraksi atau resesi (bad times). Kebijakan

fiskal countercyclical ditandai dengan belanja pemerintah yang lebih rendah

(lebih tinggi) dan tarif pajak lebih tinggi (lebih rendah) pada waktu ekonomi

Universitas Sumatera Utara

Page 67: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

57

berekspansi (berkontraksi). Countercyclical Capital Buffer (CCB) merupakan

kebijakan yang melawan arus siklus bisnis tersebut. Hal ini berarti pada saat

resesi, pemerintah menerapkan kebijakan ekspansif berupa pelonggaran fiskal

dan moneter.

Berbeda dengan Pasal 2 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor

9 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa lembaga pembiayaan meliputi

perusahaan pembiayaan, perusahaan modal ventura dan perusahaan

pembiayaan infrastruktur, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik

Indonesia Nomor 14/POJK.05/2020 pada Pasal 2 membagi lembaga

pembiayaan yang terdiri atas: perusahaan pembiayaan; perusahaan

pembiayaan syariah; perusahaan modal ventura; perusahaan ventura syariah;

dan perusahaan pembiayaan infrastruktur. Pasal 3 ayat 1 dalam Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 14/POJK.05/2020

menyatakan bahwa kebijakan countercyclical dampak penyebaran COVID-19

bagi Lembaga Jasa Keuangan NonBank meliputi:

1. Batas waktu penyampaian laporan berkala

2. Pelaksanaan penilaian kemampuan dan kepatutan

3. Penetapan kualitas aset berupa pembiayaan dan restrukturisasi

pembiayaan

4. Perhitungan tingkat solvabilitas perusahaan asuransi, perusahaan asuransi

syariah, perusahaan reasuransi, dan perusahaan reasuransi syariah

5. Perhitungan kualitas pendanaan dana pensiun yang menyelenggarakan

program pensiun manfaat pasti

Universitas Sumatera Utara

Page 68: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

58

6. Pelaksanaan ketentuan pengelolaan aset sesuai usia kelompok peserta

(life cycle fund) bagi dana pensiun yang menyelenggarakan program

pensiun iuran pasti, dan

7. Kebijakan lainnya yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan melalui

Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga

Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya.

Kebijakan-kebijakan yang telah dipaparkan tersebut dilaksanakan

dengan tetap memperhatikan penerapan prinsip kehati-hatian, manajemen

resiko, dan tata kelola perusahaan yang baik. Apabila Lembaga Jasa

Keuangan NonBank tersebut menyelenggarakan seluruh atau sebagian

usahanya berdasarkan prinsip syariah, penerapan kebijakan countercyclical

harus sesuai dengan prinsip syariah. Dalam hal perlu tindakan tertentu terkait

pelaksanaan pengawasan terhadap individual Lembaga Jasa Keuangan

NonBank, Otoritas Jasa Keuangan dapat meminta individual Lembaga Jasa

Keuangan NonBank dimaksud untuk menerapkan kebijakan yang lebih ketat

daripada kebijakan countercyclical. Dan dalam rangka pengambilan

kebijakan countercyclical dampak penyebaran COVID-19 bagi Lembaga Jasa

Keuangan NonBank, Otoritas Jasa Keuangan dapat meminta data dan

informasi tambahan kepada Lembaga Jasa Keuangan NonBank di luar

pelaporan sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-

undangan di bidang Lembaga Jasa Keuangan NonBank.

Bab IV Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor

14/POJK.05/2020 mengatur mengenai penetapan kualitas aset berupa

pembiayaan dan restrukturisasi pembiayaan. Dimana dalam Pasal 9

Universitas Sumatera Utara

Page 69: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

59

dinyatakan bahwa, Lembaga Jasa Keuangan NonBank dapat melakukan

restrukturisasi Pembiayaan terhadap debitur yang terkena dampak penyebaran

COVID-19 yang dilaksanakan dengan mempertimbangan paling sedikit:

1. Adanya proses dan kebijakan restrukturisasi Pembiayaan terhadap

debitur dari pihak pemilik dana yang ditandatangani oleh pejabat

berwenang, dalam hal penyaluran Pembiayaan dilaksanakan melalui

pembiayaan bersama dan pembiayaan penerusan

2. Adanya permohonan restrukturisasi Pembiayaan dari debitur yang

terkena dampak penyebaran COVID-19; dan/atau

3. Adanya penilaian kelayakan restrukturisasi dari Lembaga Jasa Keuangan

NonBank dengan menyampaikan laporan Pembiayaan yang

direstrukturisasi. Kualitas aset berupa Pembiayaan bagi debitur yang

terkena dampak penyebaran COVID-19 yang direstrukturisasi ditetapkan

lancar sejak dilakukan restrukturisasi dengan memenuhi syarat antara

lain memberikan kepada debitur yang terkena dampak penyebaran

COVID-19 dan direstrukturisasi setelah Debitur terkena dampak

penyebaran COVID-19.

Lembaga Jasa Keuangan NonBank yang menerapkan kebijakan tertentu

terhadap debitur yang terkena dampak penyebaran COVID-19 sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8-10 harus memiliki kebijakan terkait penetapan

debitur yang terkena dampak penyebaran COVID-19. Pedoman penetapan

debitur yang terkena dampak penyebaran COVID-19 paling sedikit memuat:

kriteria debitur yang ditetapkan terkena dampak penyebaran COVID-19 dan

sektor ekonomi yang terkena dampak penyebaran COVID-19, sedangkan

Universitas Sumatera Utara

Page 70: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

60

penetapan ketentuan mengenai kualitas aset berupa Pembiayaan,

restrukturisasi Pembiayaan dan pemberian Pembiayaan baru untuk debitur

yang terkena dampak penyebaran COVID-19 berlaku sampai dengan 1 tahun

yaitu bulan Maret 2021. Namun pengaturan mengenai relaksasi terhadap

debitur telah diperbaharui dengan dikeluarkannya Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 48/POJK.03/2020, dikatakan pada Pasal 10 yang mana

diperpanjangnya relaksasi terhadap debitur hingga bulan Maret 2022.

Universitas Sumatera Utara

Page 71: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

61

BAB IV

PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MACET PADA LEASING MOBIL

SEBAGAI AKIBAT PANDEMI COVID-19 DI PT MANDIRI UTAMA

FINANCE MEDAN

A. Gambaran Umum Mengenai PT Mandiri Utama Finance

PT Mandiri Utama Finance merupakan anak perusahaan PT Bank

Mandiri (Persero) Tbk yang bergerak di sektor pembiayaan multiguna untuk

melayani masyarakat Indonesia dengan cara pembayaran secara cicilan

(angsuran) per bulan. Mandiri Utama Finance berdiri secara resmi pada

tanggal 21 Januari 2015 dan telah terdaftar serta diawasi oleh Regulator

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/ POJK.05/2014.54 Mandiri Utama Finance

(MUF) merupakan perusahaan pembiayaan dimana merupakan salah satu

anak perusahaan bank terbesar di Indonesia, yaitu Bank Mandiri Tbk.

Orientasi bisnis Mandiri Utama Finance adalah peningkatan volume lessee

beserta pembiayaan yang signifikan, dengan dukungan otomatisasi sistem

yang terintegrasi.

Sebagai perusahaan induk, Bank Mandiri Tbk akan mendukung

pengembangan bisnis seluruh perusahaan anak sebagai bagian dari strategi

integrasi Mandiri Group melalui jaringan bisnis yang luas dengan basis

nasabah yang besar untuk mensinergikan seluruh perusahaan anak di bawah

Mandiri Group.

Visi dari Mandiri Utama Finance adalah “Build to Compete with The

Best, and to be The Most Reputable Company”, PT Mandiri Utama Finance

54 Website Mandiri Utama Finance, https://www.muf.co.id/sejarah-perusahaan/, diakses

pada 6 Januari 2020, pukul 10:09.

Universitas Sumatera Utara

Page 72: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

62

(MUF) didirikan untuk menjadi perusahaan pembiayaan yang terbaik dan

memiliki reputasi, sedangkan misi dari Mandiri Utama Finance adalah

“Brings Tomorrow Today”, sebagai perusahaan pembiayaan, Mandiri Utama

Finance mempunyai misi untuk membantu lessee dapat mewujudkan

keinginan atau impian memiliki kendaraan sekarang juga, tanpa harus

menunggu lama melalui pembiayaan yang disediakan Mandiri Utama

Finance.55 Pada Mandiri Utama Finance terdapat nilai-nilai perusahaan yang

dipegang dengan nama “AKHLAK”, yang terdiri dari Amanah, Kompeten,

Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif.56

Salah satu produk pembiayaan dari Mandiri Utama Finance adalah

pembiayaan mobil baru dan pembiayaan mobil bekas. Mandiri Utama

Finance mendukung perkembangan Industri ini dengan menghadirkan

Mandiri Utama Finance Mobil sebagai pilihan pembiayaannya. Mandiri

Utama Finance Mobil memberikan kemudahan bagi konsumen untuk

memiliki mobil penumpang hingga mobil niaga. Dengan dukungan bank

besar BUMN, yakni Bank Mandiri. Mandiri Utama Finance juga memberikan

keleluasaan bagi lessee untuk menentukan pilihan dan segera memiliki

kendaraan idaman dengan cepat dan mudah.

B. Hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan Kontrak Leasing Mobil pada PT

Mandiri Utama Finance Medan Selama Masa Pandemi COVID-19

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga

Pembiayaan cq. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

55 Ibid. 56 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 73: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

63

448/KMK.017/2000 tentang Perusahaan Pembiayaan menegaskan mengenai

definisi pembiayaan konsumen (consumer finance) yang adalah kegiatan

pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen

dengan sistem pembayaran angsuran atau berkala oleh konsumen. Definisi

pembiayaan konsumen sebagaimana disebutkan di atas, maka dapat

dijelaskan mengenai hal-hal yang menjadi dasar dari kegiatan pembiayaan

konsumen, yaitu:57

1. Pembiayaan konsumen adalah merupakan salah satu alternatif

pembiayaan yang dapat diberikan kepada konsumen.

2. Objek pembiayaan dari usaha jasa pembiayaan konsumen adalah barang

kebutuhan konsumen, biasanya kendaraan bermotor, barang-barang

kebutuhan rumah tangga, komputer, barang elektronik dan lain-lain.

3. Sistem pembayaran angsuran dilakukan secara berkala, biasanya

dilakukan pembayaran setiap bulan dan ditagih langsung kepada

konsumen.

4. Jangka waktu pengembalian bersifat fleksibel.

Salah satu perusahaan yang menyediakan pembiayaan konsumen

adalah PT Mandiri Utama Finance, khususnya dalam penelitian ini adalah PT

Mandiri Utama Finance Medan. PT Mandiri Utama Finance menyediakan

produk pembiayaan dari pembiayaan mobil baru dan pembiayaan mobil

bekas. Pelaksanaan kredit mobil pada PT Mandiri Utama Finance Medan

dapat dibayar baik secara tunai atau cash maupun secara kredit. Pelaksanaan

kredit mobil pada PT Mandiri Utama Finance Medan ternyata tidak selalu

57 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis di Era Globalisasi, PT Citra

Aditya Bakti, Bandung, 2008, hal. 401.

Universitas Sumatera Utara

Page 74: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

64

berjalan sesuai harapan, antara kedua belah pihak yang saling mengikatkan

diri untuk melaksanakan sesuatu yang telah diperjanjikan harus dipenuhi atau

dilaksanakan, namun pada kenyataannya tidak menutup kemungkinan salah

satu pihak tidak melaksanakan apa yang dijanjikannya ini yang disebut

wanprestasi. Hal ini dikarenakan banyak hal-hal yang terjadi di luar dugaan

pihak PT Mandiri Utama Finance Medan maupun lessee PT Mandiri Utama

Finance Medan, sehingga menghambat pelaksanaan kontrak leasing mobil

tersebut. Masalah yang timbul saat pelaksanaan kontrak leasing mobil pada

PT Mandiri Utama Finance Medan dengan lessee antara lain karena:

1. Pembiayaan macet

2. Unit yang pindah tangan

Dalam rangka mengurangi resiko perusahaan pembiayaan, pelaksanaan

kredit membutuhkan jaminan. Dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999

tentang Jaminan Fidusia disebutkan bahwa terdapat tiga macam jaminan

yaitu:58

1. Jaminan Utama

Berupa kepercayaan dari kreditur kepada debitur (konsumen) bahwa

pihak konsumen dapat dipercaya dan sanggup membayar utang-

utangnya. Berkaitan dengan hal ini berlaku prinsip pemberian kredit,

seperti prinsip 5C (Collateral, Capacity, Character, Capital, Condition

Economy).

58 Undang- Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia Tambahan Lembaran

Negara Nomor: 168

Universitas Sumatera Utara

Page 75: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

65

2. Jaminan Pokok

Berupa barang yang dibeli dengan dana tersebut. Apabila dana tersebut

diberikan misalnya untuk membeli sepeda motor, maka sepeda motor

yang bersangkutan menjadi jaminan pokoknya. Biasanya jaminan ini

dibuat dalam bentuk Fiduciary Transfer of Ownership, sehingga seluruh

dokumen yang berkenaan dengan kepemilikan barang yang bersangkutan

akan dipegang oleh pihak pemberi dana.

3. Jaminan Tambahan

Dalam transaksi pembiayaan konsumen jaminan tambahan sering juga

disertakan. Biasanya jaminan ini berupa pengakuan utang (promissory

Notes) dari asuransi, selain itu sering juga dimintakan persetujuan suami/

istri untuk konsumen pribadi dan persetujuan komisaris/ RUPS untuk

perusahaan.

Hambatan seperti pembiayaan macet dan unit yang telah berpindah

tangan merupakan resiko yang harus dihadapi oleh PT Mandiri Utama

Finance Medan, mengingat PT Mandiri Utama Finance Medan merupakan

perusahaan yang memberikan pembiayaan kepada konsumen, oleh karena itu

PT Mandiri Utama Finance Medan memiliki divisi atau bagian dalam suatu

perusahaan yang memiliki kemampuan khusus untuk mengurangi resiko yang

harus dihadapi, seperti pembiayaan macet. Divisi atau bagian itu disebut

dengan Collection Management, Collection Management atau Account

Receivable (A/R) Management adalah suatu pengelolaan piutang untuk

mencegah atau mengurangi kerugian perusahaan yang mungkin timbul akibat

konsumen tidak membayar angsuran yang telah diperjanjikan atau

Universitas Sumatera Utara

Page 76: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

66

keterlambatan pembayaran angsuran oleh konsumen. Pada divisi Collection

Management dibagi menjadi:59

1. Yang menawarkan program restruktur

2. Yang melakukan penagihan pada program reguler/biasa

Sejak bulan April 2020 Presiden Joko Widodo mengumumkan bahwa

COVID-19 merupakan bencana non alam melalui dikeluarkannya Keputusan

Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam

Penyebaran Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Sebagai Bencana

Nasional yang ditetapkan pada tanggal 13 April 2020. Pada PT Mandiri

Utama Finance Medan, telah terjadi peningkatan sengketa pembiayaan macet

pada kontrak leasing mobil selama masa pandemi COVID-19. Keterlambatan

lessee atau yang disebut juga sebagai overdue lessee digolongkan ke dalam 2

(dua) kelompok, antara lain:60

1. By balance, yang mana terdapat:

a. Bal 0, yaitu dimana lessee yang menunggak dari 1 hari hingga 180

hari.

b. Bal 30, yaitu dimana lessee menunggak dari 31 hari hingga 180 hari,

dan seterusnya.

2. By bucket atau disebut juga dengan kantong-kantong yang mana

pengelompokannya:

a. 1 hingga 30 hari, yang mana overdue-nya 1 hingga 30 hari

b. 31 hingga 60 hari, artinya lessee menunggak 31 dari hingga 60 hari,

dan seterusnya dengan selang 30 hari.

59 Wawancara dengan Pak Abdurrakhman, A/R Management pada PT Mandiri Utama

Finance Medan, 5 Januari 2021, pukul 10:56, di kantor PT Mandiri Utama Finance Medan. 60 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 77: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

67

Tabel 1.1 Peningkatan dan Penurunan Pembiayaan Macet In Percent

& In Unit Pada PT Mandiri Utama Finance Medan

Periode Pembiayaan Macet

In Percent

Pembiayaan Macet

In Unit

29 Februari 2020 9,28% 136

31 Maret 2020 11,44% 174

30 April 2020 22,80% 289

31 Mei 2020 23,12% 288

30 Juni 2020 11,64% 162

31 Juli 2020 11,65% 161

31 Agustus 2020 9,59% 149

30 September 2020 7,50% 121

31 Oktober 2020 7,81% 128

30 November 2020 6,69% 126

31 Desember 2020 7,79% 139

Sumber: PT Mandiri Tunas Finance Medan di Jalan Adam Malik pada Tahun 2021

Berdasarkan tabel 1.1 di atas, yakni peningkatan dan penurunan jumlah

pembiayaan macet leasing mobil sejak 29 Februari 2020 sampai 31 Desember

2020 in percent dan in unit, menunjukan bahwa sejak bulan Februari 2020

terjadi peningkatan jumlah pembiayaan macet yang mana hal ini terjadi pada

saat Penyebaran COVID-19 masuk ke Indonesia. Dan semakin meningkat

sejak bulan April 2020, yang menurut hemat Pak Abdurrakhman hal itu

dikarenakan adanya pengumuman dari Presiden Joko Widodo melalui

dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang

Universitas Sumatera Utara

Page 78: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

68

Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Coronavirus Disease 2019

(COVID-19) Sebagai Bencana Nasional.61 Semenjak bulan Juni 2020 sudah

terjadi penurunan dikarenakan diberlakukannya program restrukturisasi oleh

PT Mandiri Utama Finance Medan.

Meningkatnya angka pembiayaan macet pada PT Mandiri Utama

Finance Medan pada sejak bulan Februari 2020 dikarenakan kondisi PT

Mandiri Utama Finance Medan belum siap untuk memberikan program

restruktur, pada bulan Februari 2020 program yang berlaku adalah

rescheduling dan mengubah jatuh tempo. Namun dengan program

rescheduling dan mengubah jatuh tempo tidak dapat membantu di kondisi

selama masa pandemi COVID-19, oleh karena itu pada bulan April 2020

pihak PT Mandiri Utama Finance Medan mencoba membangun sistem

restruktur.

Restruktur atau restrukturisasi adalah kegiatan penataan kembali.

Ketentuan mengenai restrukturisasi kredit dikeluarkan pada tanggal 12

November 1998, dengan Surat Keputusan Bank Indonesia Nomor

31/150/KEP/DIR. Surat keputusan ini kemudian diubah dengan Peraturan

Bank Indonesia Nomor 2/15/PBI/2000 tanggal 12 Juni 2000, dimana

perubahan hanya dalam satu pasal, yaitu Pasal 12 ayat (1) huruf b. Kemudian

ketentuan mengenai restrukturisasi dipertegas pada Peraturan Bank Indonesia

No. 14/5/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum, disebutkan

bahwa yang dimaksud dengan restrukturisasi kredit adalah upaya perbaikan

yang dilakukan Bank dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang

61 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 79: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

69

mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya, yang dilakukan antara

lain melalui penurunan suku bunga kredit, perpanjangan jangka waktu kredit,

pengurangan tunggakan bunga kredit, pengurangan tunggakan pokok kredit,

penambahan fasilitas kredit, dan/atau konversi kredit menjadi penyertaan

modal sementara.62

Untuk tahap pertama PT Mandiri Utama Finance Medan baru dapat

melaksanakan program perpanjangan tenor atau disebut juga perpanjangan

waktu lama kredit, yaitu kegiatan memperkecil angsuran dengan menambah

jangka waktu yang berakibat bertambahnya biaya asuransi dengan maksimal

waktu 12 bulan dibagi dengan flat rate yang tetap sama dengan kontrak awal,

hanya angsurannya saja yang berubah.63 Pada program ini, lessee tetap

membayar apabila telah diproses dan otomatis di bulan selanjutnya lessee

mulai mengangsur. Hal ini yang terkadang membuat lessee merasa berat,

karena lessee dijanjikan oleh pemerintah dapat menerima holiday payment

atau disebut juga dengan libur angsuran, sedangkan tidak semua finance dapat

mengadopsi program holiday payment, apalagi PT Mandiri Utama Finance

dapat dikatakan masih baru 5 (lima) tahun berjalan. Sehingga untuk sistem

seperti itu belum terbentuk atau terbangun, ditambah dengan regulasi antara

PT Mandiri Utama Finance dengan Bank Indonesia yang kebetulan PT

Mandiri Utama Finance memiliki bank pendana yaitu Bank Mandiri. Dimana

sinkronisasinya cukup sulit, karena dalam PT Mandiri Utama Finance ada

proses yang harus dilaksanakan terlebih dahulu.64

62 Peraturan Bank Indonesia No. 14/5/PBI.2012 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank

Umum. 63 Wawancara dengan Pak Abdurrakhman, Loc.Cit. 64 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 80: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

70

Hambatan yang dihadapi oleh PT Mandiri Utama Finance Medan

dalam pelaksanaan kontrak leasing mobil selama masa pandemi COVID-19

adalah karena kebanyakan lessee pada PT Mandiri Utama Finance Medan

tidak mau membayar angsuran dengan alasan:65

1. Adanya himbauan pemerintah tentang program relaksasi

2. Lessee beralasan karena pandemi penghasilan menjadi menurun

Sampai sekarang kedua alasan tersebut masih dijadikan alasan oleh

lessee di PT Mandiri Utama Finance Medan, adapun beberapa lessee yang

mengajukan relaksasi kembali namun PT Mandiri Utama Finance Medan

masih terbentur dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan bahwa untuk grace

period dan holiday payment adalah sampai 31 Maret 2021, yang mana dalam

jangka waktu 3 bulan (Januari 2021-Maret 2021) tidak akan memberikan

efek.66 Meskipun sudah ada regulasi baru dari Otoritas Jasa Keuangan untuk

memperpanjang relaksasi, namun program ini masih dalam tahap pengolahan

oleh PT Mandiri Utama Finance Medan mengenai bagaimana bentuknya

nanti. Hal ini dikarenakan penerapan program tersebut juga bergantung

kepada kekuatan finance bersangkutan.67

Dalam pelaksanaan restrukturisasi juga terdapat hambatan, diantaranya

karena adanya biaya fidusia baru dan asuransi baru.68 Karena pada PT

Mandiri Utama Finance Medan terdapat 2 (dua) tipe lessee, yaitu lessee yang

membayar angsuran secara tunai dan kredit. Masing-masing metode

pembayaran juga memiliki kendala, lessee yang membayar secara tunai

65 Ibid. 66 Ibid. 67 Ibid. 68 Wawancara dengan Pak Abdurrakhman, A/R Management pada PT Mandiri Utama

Finance Medan, 6 Januari 2021, pukul 10:40, di kantor PT Mandiri Utama Finance Medan.

Universitas Sumatera Utara

Page 81: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

71

terkadang keberatan membayar dan lessee yang membayar secara kredit,

maka angsurannya akan lebih tinggi lagi, selain itu tidak semua lessee yang

mengajukan program restruktur dapat ikut, mengingat PT Mandiri Utama

Finance Medan merupakan joint finance maka kendalanya adalah antrian

persetujuan oleh Bank Mandiri.69

C. Penyelesaian Pembiayaan Macet Pada Leasing Mobil sebagai Akibat

Pandemi COVID-19 di PT Mandiri Utama Finance Medan

Dengan dikeluarkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik

Indonesia Nomor 14/POJK.05/2020 Tentang Kebijakan Countercyclical

Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019 Bagi Lembaga Jasa

Keuangan Nonbank, debitur yang terkena dampak penyebaran COVID-19

mendapatkan relaksasi dengan program restrukturisasi melalui proses dan

kebijakan restrukturisasi Pembiayaan dari pihak pemilik dana yang

ditandatangani oleh pejabat berwenang. Pemberian relaksasi kembali

ditegaskan dengan dikeluarkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

48/POJK.03/2020 dimana pemberian relaksasi diperpanjang hingga bulan

Maret 2022.

Ketika lessee layak mendapatkan program restruktur maka PT Mandiri

Utama Finance Medan akan memberikan restruktur dan lessee yang tidak

layak mendapatkan restruktur harus tetap ditagih angsurannya.70 Lessee yang

ditolak pengajuan restrukturnya adalah lessee yang pendapatannya tidak

dipengaruhi oleh kondisi pandemi seperti PNS, BUMN dan TNI/POLRI.

Lessee yang diprioritaskan untuk mendapatkan program restruktur adalah

69 Ibid. 70 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 82: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

72

driver online, lessee yang memiliki usaha dibidang pariwisata, travel,

pedagang, penjual makanan, dan lessee lain yang terkena dampak COVID-

19.71 Dengan catatan, pihak PT Mandiri Utama Finance Medan menginginkan

adanya komitmen dari lessee tersebut, karena apabila lessee memang tidak

mampu untuk menjalankan program restruktur maka PT Mandiri Utama

Finance Medan berusaha untuk melobi lessee untuk mengembalikan unitnya.

Walaupun kondisi lessee di PHK, maka konsekuensinya hanya 1,

apakah lessee mampu survived atau tidak. Jika lessee memiliki kemampuan

untuk survived maka PT Mandiri Utama Finance Medan akan mengikutkan

lessee tersebut pada program restruktur dan apabila tidak mampu maka unit

lessee akan ditarik. Hal ini dikarenakan PT Mandiri Utama Finance Medan

memang pilih-pilih terhadap lessee yang terkena dampak pandemi COVID-

19. Karena menurut Pak Abdurrakhman, kredit adalah suatu hal yang harus

dipikirkan jangka panjang, dan PT Mandiri Utama Finance Medan tidak ingin

menunda masalah sesaat karena lebih baik masalah tersebut diselesaikan pada

saat itu juga.72

Mandiri Utama Finance (MUF) mendukung arahan pemerintah untuk

memberikan relaksasi kredit bagi lessee yang terkena dampak langsung dari

penyebaran COVID-19. Kebijakan relaksasi kredit ini sesuai dengan arahan

yang tertuang pada Peraturan OJK No. 11/POJK.03/2020. Untuk mengajukan

relaksasi ini, lessee bisa melakukannya dari rumah saja, tidak perlu datang ke

71 Ibid. 72 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 83: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

73

kantor Mandiri Utama Finance. Lessee yang berhak mengajukan keringanan

pembayaran angsuran adalah:73

1. Debitur yang terdampak langsung pandemi COVID-19.

2. Dinyatakan positif COVID-19 atau PDP dibuktikan dengan surat

keterangan dokter atau rumah sakit atau instansi berwenang

3. Usaha lessee mengalami penurunan kondisi karena pandemi COVID-19

4. Perusahaan tempat lessee bekerja menurunkan pendapatan lessee karena

pandemi COVID-19 dibuktikan dengan surat perusahaan atau dari

instansi terkait

5. Telah menjadi lessee Mandiri Utama Finance selama 3 bulan

6. Status kredit lancar.

Tata cara pengajuan relaksasi kredit:74

1. Masuk ke website Mandiri Utama Finance

2. Unduh form permohonan keringanan pembayaran angsuran

3. Mengisi data secara lengkap dan benar, dan menandatangani form

4. Menyiapkan foto dokumen pendukung, seperti foto KTP, foto unit

kendaraan bersama lessee (wajib kelihatan nomor polisi), dan foto STNK

5. Mengunggah form yang telah diisi beserta dokumen pendukung

6. Persetujuan keringanan pembayaran angsuran diputuskan oleh komite

sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan dan manajemen Mandiri

Utama Finance

73 Website Mandiri Utama Finance, https://www.muf.co.id/berita-muf/meringankan-

debitur-yang-terdampak-covid-19-muf-berikan-relaksasi-angsuran/, diakses pada 7 Januari 2021,

pukul 14:15. 74 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 84: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

74

7. Informasi atas pengajuan permohonan keringanan pembayaran angsuran

akan dikirimkan melalui email

Pandemi COVID-19 juga berdampak kepada PT Mandiri Utama

Finance, contohnya pada bagian marketing yang mengalami stop selling,

maka pihak PT Mandiri Utama Finance Medan mengeluarkan kebijakan

untuk mengalihkan seluruhnya ke bagian collection. Kebijakan ini dengan

pertimbangan bahwa bagian marketing jauh lebih memiliki kedekatan

emosional dengan lessee, sehingga bagian marketing lebih mudah

menyampaikan atau merayu untuk memberikan penjelasan bagaimana

program restruktur tersebut.75 Namun pada kenyataannya, dengan adanya

himbauan pemerintah mengenai holiday payment lessee yang sudah biasa

menunggak makin menunggak dan lessee yang tidak biasa menunggak

menjadi menunggak. Lessee juga beranggapan bahwa program restruktur

akan diberikan kepada lessee, yang mana pada kenyataannya program

restruktur akan diberikan karena adanya pengajuan, penilaian dan persetujuan

dari pihak PT Mandiri Utama Finance Medan.

Sebelum masa pandemi COVID-19 PT Mandiri Utama Finance Medan

pada bagian Collection membedakan antara penagihan internal dan eksternal.

Penagihan internal adalah penagihan untuk keterlambatan antara 1-30 hari

dan ditangani oleh ARO atau Account Receivable Officer (debt collector),

penagihan untuk keterlambatan 60 hari ditangani oleh Remof atau Remedial

Officer dan penagihan untuk yang menunggak diatas 60 hari atau 3 bulan

akan dimitrakan (menyerahkan lessee ke sebuah perusahaan rekanan yang

75 Wawancara dengan Pak Abdurrakhman, Loc.Cit.

Universitas Sumatera Utara

Page 85: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

75

bertugas menagih). Namun semenjak dikeluarkannya Putusan MK Nomor

18/PUU-XVII/2019, bahwa penerima hak fidusia (kreditur) tidak boleh

melakukan eksekusi sendiri melainkan harus mengajukan permohonan

pelaksanaan eksekusi kepada pengadilan negeri menjadi kendala bagi PT

Mandiri Utama Finance Medan. Tetapi PT Mandiri Utama Finance Medan

ingin menegaskan bahwa PT Mandiri Utama Finance Medan harus

menjalankan prosedur step by step dan PT Mandiri Utama Finance Medan

didukung oleh bukti-bukti yang dimiliki. Dengan cara melakukan kunjungan,

yang terkadang pihak kepolisian menafsirkan hal tersebut sebagai tindakan

premanisme.76

PT Mandiri Utama Finance Medan menggunakan somasi lawyer,

somasi internal (dari pihak PT Mandiri Utama Finance Medan) dengan tetap

mengirimkan Surat Peringatan 1, Surat Peringatan 2 dan Surat Peringatan

Terakhir. Dalam pelaksanaan Surat Peringatan PT Mandiri Utama Finance

Medan juga mengalami kendala dikarenakannya adanya batasan hari untuk

setiap Surat Peringatan, Seperti Surat Peringatan 1 yang dikirimkan pada

overdue 7 hari, Surat Peringatan 2 dikirimkan pada overdue 14 hari dan Surat

Peringatan terakhir dikirimkan pada overdue 21 hari. Namun untuk lessee

yang menunggak 2 unit dan hanya membayar untuk 1 unit, terkadang harus

dikirimkan somasi dari cabang, apabila tidak mau dengan somasi cabang

maka dikirimkan somasi lawyer. Dan walaupun pada saat ini sedang masa

pandemi pihak PT Mandiri Utama Finance Medan tetap menjalankan upaya

76 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 86: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

76

hukum seperti penagihan, somasi tetap dikirimkan, dan laporan polisi namun

penanganannya agak lebih tegas lagi.77

Menurut Pak Abdurrahkman hal ini dikarenakan pihak PT Mandiri

Utama Finance Medan memberikan pengertian ke lessee, apabila pihak PT

Mandiri Utama Finance Medan tidak berjalan terus dari pandemi maka PT

Mandiri Utama Finance Medan akan tenggelam begitu juga yang akan terjadi

dengan lessee. Pihak PT Mandiri Utama Finance Medan juga akan

mengarahkan lessee dengan cara mengedukasikan lessee. Terkadang juga

divisi collection memberikan solusi dengan menghubungkan dua lessee yang

mengalami pembiayaan macet dikarenakan usahanya yang terhenti, sehingga

kedua lessee dapat bekerja sama membantu masing-masing usaha mereka

untuk bangkit kembali. Karena ketika lessee tersebut mengalami peningkatan

dalam usahanya, otomatis lessee dapat membayar angsurannya kepada PT

Mandiri Utama Finance Medan.78

Pak Abdurrakhman mendidik bagian Collection tidak selalu menjadi

seorang eksekutor penagih melainkan sebagai konsultan, sehingga harus

mampu memberikan solusi kepada lessee yang mengalami pembiayaan macet

dengan menyesuaikan alasan lessee tersendat angsurannya. Apabila

dikarenakan usaha lessee yang mulai tidak menghasilkan pendapatan, maka

dapat menggunakan sistem koperasi, yang mana dapat mengambil angsuran

berdasarkan harian atau mingguan sehingga angsurannya dapat terpecah dan

tidak terlalu membebankan lessee.79

77 Ibid. 78 Ibid. 79 Wawancara dengan Pak Abdurrakhman, A/R Management pada PT Mandiri Utama

Finance Medan, 7 Januari 2021, pukul 11:25, di kantor PT Mandiri Utama Finance Medan.

Universitas Sumatera Utara

Page 87: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

77

Kebijakan kredit pada PT Mandiri Utama Finance Medan, lessee yang

mengikuti program restruktur tidak dapat menambah unit, yang mana hal ini

dikarenakan lessee dianggap belum mampu. Sehingga, walaupun seorang

lessee mampu tetapi mengikuti program restruktur, lessee tersebut tetap

dianggap tidak mampu dan tidak dapat menambah unit.80 Pak Abdurrakhman

berpendapat bahwa bukan berarti ketika lessee menjalani program restruktur

maka lessee tersebut memiliki itikad baik, karena menurutnya program

restruktur hanya menunda masalah semata. Dan dalam pelaksanaan program

restruktur terdapat sisi baik dan buruknya, hal ini dikarenakan adanya lessee

yang memang merasa bahwa program restruktur merupakan sebuah solusi

bagi mereka, namun kebanyakan lessee menganggap dengan diberikan

program restruktur maka itu merupakan sebuah kesempatan, oleh karena itu

bagian Collection pada PT Mandiri Utama Finance Medan harus lebih tegas

lagi.81

Misalnya pada saat eksekusi maka PT Mandiri Utama Finance Medan

akan sedikit memaksa, karena PT Mandiri Utama Finance Medan memiliki

fidusia dan mengikuti peraturan yang berlaku sehingga ketika lessee ingin

melaporkan PT Mandiri Utama Finance Medan kepada Otoritas Jasa

Keuangan tidak akan bisa.

D. Kaitan Antara Keadaan Memaksa Pada Masa Pandemi COVID-19 dengan

Kontrak Leasing Mobil Pada PT Mandiri Utama Finance Medan

Mochtar Kusumaatmadja berpendapat bahwa force majeure atau vis

major merupakan suatu keadaan ketidakmungkinannya salah satu pihak

80 Ibid. 81 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 88: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

78

peserta melaksanakan kewajiban menurut perjanjian (impossibility of

performance). Alasan tersebut dapat dikemukakan apabila pelaksanaan

kewajiban menjadi tidak mungkin karena lenyapnya objek atau tujuan yang

menjadi pokok perjanjian.82 Berdasarkan Pasal 1244 KUHPer keadaan

memaksa adalah ketika:83

1. Tidak memenuhi prestasi;

2. Ada sebab di luar kesalahan debitur;

3. Faktor penyebab tidak dapat diduga (een vreemde oorzaak) sebelumnya;

4. Debitur tidak dapat dimintakan pertanggungjawaban; dan

5. Debitur tidak beritikad buruk.

Tan Kamello menyatakan bahwa ajaran force majeure dibagi menjadi

dua, yaitu:84

1. Ajaran objektif (de objective overmachts leer): debitur dikatakan dalam

keadaan memaksa apabila pemenuhan prestasi itu tidak mungkin (unsur

imposibilitas) dilaksanakan oleh siapapun; karakter hukum absolut

2. Ajaran subjektif (de subjective overmachts leer): debitur dikatakan dalam

keadaan memaksa apabila debitur masih mungkin melaksanakan prestasi,

tetapi dengan tingkat kesulitan (unsur diffikultas) atau pengorbanan yang

besar; karakter hukum relatif.

Pandemi COVID-19 berdampak bagi para pelaku usaha, pemberi dan

penyedia jasa, lessor, dan lessee dalam kontrak pembiayaan. Menggunakan

keadaan memaksa sebagai alasan tidak dapat memenuhi prestasi yang telah

disepakati, oleh karena itu dalam mengajukan keadaan memaksa sebagai

82 Harry Purwanto, Loc.Cit. 83 Tan Kamello, Op.Cit, Slide 13. 84 Ibid, Slide 11

Universitas Sumatera Utara

Page 89: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

79

alasan tidak dapat memenuhi suatu prestasi setiap pihak dapat berbeda-beda.

Ada beberapa pertimbangan dalam mengajukan keadaan memaksa sebagai

alasan tidak dapat memenuhi prestasi yang telah disepakati, antara lain:85

1. Klaim keadaan memaksa diajukan dengan itikad baik dan sesuai dengan

tata cara pemberitahuan yang disepakati dalam perjanjian.

2. Klaim keadaan memaksa didasarkan pada rujukan hukum yang tepat.

Pihak yang mengajukan klaim harus terlebih dahulu meneliti apakah

bencana, pandemi atau tindakan pemerintah pemberlakuan aturan

tertentu termasuk ruang lingkup keadaan memaksa yang diakomodasi

dalam perjanjian.

3. Klaim diajukan dengan maksud untuk merubah perjanjian dan bukan

mengakhiri perjanjian.

4. Mengutamakan penyelesaian secara musyawarah serta tetap tunduk pada

tata cara penyelesaian sengketa yang diatur dalam perjanjian.

5. Berkonsultasi dengan praktisi atau konsultan hukum mengenai pilihan-

pilihan hukum yang dapat dilakukan.

Berdasarkan pemaparan Pak Abdurrakhman bahwa dalam istilah

finance tidak ada yang disebut sebagai keadaan memaksa, sehingga ketika

lessee overdue maka lessee tersebut tetap dikategorikan sebagai wanprestasi

apapun alasannya, baik karena pandemi atau tidak. Dijelaskan lebih lanjut,

bahwa baik dalam kondisi pandemi atau kondisi apapun lessee harus siap

dalam kondisi terburuk apapun.86 Ketika bencana alam dan unit rusak, maka

PT Mandiri Utama Finance Medan memiliki satu klausula yaitu ex gratia

85 Kunarso & A Djoko Sumaryanto, Eksistensi Perjanjian ditengah Pandemi COVID-19,

Batulis Civil Law Review, 2020, Vol. 1, No. 1, hal. 44-45. 86 Wawancara dengan Pak Abdurrakhman, Loc.Cit.

Universitas Sumatera Utara

Page 90: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

80

karena tidak adanya asuransi bencana. Ex gratia atau banding dapat diberikan

namun hanya beberapa persen atau ada kuotanya karena tidak bisa 100%

semua lessee diberikan. Restrukturisasi tidak akan dilakukan apabila lessee

tidak memohon, dan mendapatkan persetujuan dari pihak PT Mandiri Utama

Finance Medan. Kecuali restrukturisasi yang dikarenakan bencana alam,

dalam keadaan seperti itu maka pihak PT Mandiri Utama Finance Medan

akan tetap mendata lessee yang ingin melakukan restruktur dengan

melakukan kunjungan. Tetapi selama masa pandemi COVID-19 ada beberapa

lessee yang tidak ingin melakukan restruktur.87

87 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 91: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

81

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah diuraikan dan dibahas permasalahan dalam skripsi ini, maka

dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pandemi COVID-19 diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala

Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Coronavirus Disease 2019

(COVID-19) dan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12

Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) sebagai Bencana Nasional.

Pandemi adalah wabah penyakit menular yang berjangkit serempak

meliputi dan melintasi batas wilayah geografis antar beberapa banyak

negara, sedangkan Coronavirus adalah asam ribonukleat yang

terbungkus dan beruntai tunggal yang dinamai karena penampakannya

seperti korona matahari karena lonjakan permukaan sepanjang 9-12 nm

(nanometer). Keadaan memaksa diatur dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata Pasal 1244 dan 1245, keadaan memaksa merupakan

keadaan debitur tidak dapat melaksanakan kewajiban atau prestasi di luar

kesalahan debitur yang melepaskan seseorang untuk memberi ganti rugi,

biaya dan bunga, dan/atau dari tanggung jawab untuk memenuhi

kewajibannya tersebut. Syarat suatu keadaan dikatakan sebagai keadaan

memaksa adalah ketika tidak memenuhi prestasi, ada sebab di luar

kesalahan debitur, faktor penyebab tidak dapat diduga (een vreemde

Universitas Sumatera Utara

Page 92: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

82

oorzaak) sebelumnya, debitur tidak dapat dimintakan

pertanggungjawaban, dan debitur tidak beritikad buruk, sedangkan jenis

keadaan memaksa terdiri dari berdasarkan ajaran absolut dan relatif.

2. Pengaruh pandemi COVID-19 terhadap kontrak leasing yaitu penurunan

kemampuan lessee untuk melaksanakan prestasi, dalam pelaksanaan

kontrak leasing tersebut para lessee terhambat melaksanakan prestasinya

dikarenakan tidak memiliki pendapatan sehingga tidak dapat melakukan

pembayaran angsuran kreditnya.

3. Penyelesaian sengketa pembiayaan macet pada leasing mobil sebagai

akibat pandemi COVID-19 di PT Mandiri Utama Finance Medan adalah

dengan dikeluarkannya kebijakan mengenai restruktur antara lain grace

period, holiday payment dan perpanjangan tenor (extend tenor). Baik

sebelum dan setelah terjadinya masa pandemi COVID-19, penyelesaian

sengketa pembiayaan macet pada leasing mobil di PT Mandiri Utama

Finance tetap sama, pihak PT Mandiri Utama Finance Medan tetap

menjalankan upaya hukum seperti penagihan, somasi tetap dikirimkan,

dan juga laporan polisi namun penanganannya agak lebih tegas lagi.

B. Saran

Saran yang dapat dikemukakan dalam penulisan ini adalah sebagai

berikut:

1. Agar lessor lebih memilih lessee mana yang memang patut diberikan

relaksasi. Perusahaan leasing atau lessor diharapakan tetap memberikan

relaksasi dengan program-program yang sesuai dengan kemampuan

lessor tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 93: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

83

2. Agar lessee mampu mengetahui kemampuannya apakah memang masih

mampu untuk melaksanakan kredit mobil pada suatu perusahaan leasing,

apabila masih mampu maka lessee dapat mengajukan program relaksasi

pada lessor yang bersangkutan. Apabila lessee memang sudah tidak

memiliki pendapatan dan tidak mampu lagi untuk berkomitmen pada

angsuran reguler maupun program restruktur, maka disarankan untuk

mengembalikan unit bersangkutan. Karena dengan memaksakan

melanjutkan angsuran yang ada dapat berakibat timbulnya masalah-

masalah lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 94: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

DAFTAR PUSTAKA

I. Buku

Badrulzaman, M. D. (2001). Kompilasi Hukum Perikatan. Bandung: PT Citra

Aditya Bakti.

Fuady, M. (1999). Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis).

Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Fuady, M. (2008). Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis di Era Globalisasi.

Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Harahap, M. Y. (1986). Segi-segi Hukum Perjanjian. Bandung: Alumni.

Hernoko, A. Y. (2008). Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak

Komersial. Yogyakarta: LaskBang Mediatama.

Kasmir. (2003). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Muhammad, A. (1990). Hukum Perikatan Cetakan Ke Dua. Bandung: PT Citra

Aditya Bakti.

Muhammad, A. (1992). Perjanjian Baku dalam Praktek Perusahaan

Perdagangan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Naja, D. (2006). Contract Drafting. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Satrio, J. (1999). Hukum Perikatan: Perikatan Pada Umumnya. Bandung:

Alumni.

Sidik, S. H. (2003). Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia.

Jakarta: Sinar Grafika.

Sofwan, S. S. (1988). Hukum Perjanjian. Yogyakarta: Gajah Mada.

Subekti, R. (1983). Aneka Perjanjian. Bandung: Alumni.

Triandaru, S., & Budisantoso, T. (2006). Bank dan Lembaga Keuangan Lain.

Jakarta: Salemba Empat.

Universitas Sumatera Utara

Page 95: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

Tunggal, A. W., & Tunggal, A. D. (1994). Aspek Yuridis dalam Leasing. Jakarta:

PT Rineka Cipta.

II. Perundang-Undangan

Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991.

Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam

Penyebaran Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan

Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Coronavirus Disease 2019 (COVID-

19).

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Peraturan Bank Indonesia No. 14/5/PBI.2012 tentang Penilaian Kualitas Aktiva

Bank Umum.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 11/POJK.03/2020

tentang Stimulus Perekonomian Nasional sebagai Kebijakan

Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 14/POJK.05 Tahun

2020 tentang Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus

Disease 2019 bagi Lembaga Jasa Keuangan NonBank.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 48/POJK.03/2020

tentang Perubahan atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik

Indonesia Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian

Nasional sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran

Coronavirus Disease 2019.

Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala

Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Coronavirus Disease 2019

(COVID-19).

Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan.

Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. Reg 15 K/Sip/1957 .

Putusan Mahkamah Agung Republik No. Reg 24 K/Sip/1958 .

Universitas Sumatera Utara

Page 96: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

448/KMK.017/2000 tentang Perusahaan Pembiayaan.

Undang- Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.

III. Jurnal

Arini, A. D. (2020, Juni). Pandemi Corona sebagai Alasan Force Majeure dalam

Suatu Kontrak Bisnis. Jurnal Supremasi Hukum, 9, No. 1.

Harahap, R. J. (2020, Agustus). Karakteristik Klinis Penyakit Coronavirus 2019.

Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 2, No. 3.

Isradjuningtias, A. C. (2015, Juni). Force Majeure (Overmacht) dalam Hukum

Kontrak (Perjanjian) Indonesia. Jurnal Veritas et Justitia, 1, No. 1.

Jamin, N. K. (2020). Implikasi Asas Pacta Sunt Servanda Pada Keadaan

Memaksa (Force Majeure) dalam Hukum Perjanjian Indonesia. Jurnal

Kertha Semaya, 8, No. 7.

Kunarso, & Sumaryanto, A. D. (2020). Eksistensi Perjanjian ditengah Pandemi

COVID-19. Batulis Civil Law Review.

Muhtarom, M. (2014, Mei). Asas-asas Hukum Perjanjian: Suatu Landasan dalam

Pembuatan Kontrak. Jurnal Suhuf, 26, No. 1.

Nizar, M. A. (2011). Siklikalitas Kebijakan Fiskal di Indonesia. Jurnal Keuangan

dan Moneter, 14, No. 1.

Purwanto, H. (2011, November). Keberadaan Asas Rebus Sic Stantibus Dalam

Perjanjian Internasional. Jurnal Mimbar Hukum Edisi Khusus, 114.

Ristyawati, A. (2020, Juni). Efektifitas Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala

Besar dalam Masa Pandemi Corona Virus 2019 oleh Pemerintah sesuai

Amanat UUD NRI Tahun 1945. Administrative Law and Governance

Journal, 3, No. 2.

Zu, Z. Y., & dkk. (2020, Agustus). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19): A

Perspective from China. Journal of Radiology, 296, No. 2.

Universitas Sumatera Utara

Page 97: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

IV. Seminar

Kamello, T. (2020). Pandemi COVID-19: Implikasi Keppres No.12 Tahun 2020

Bagi Perikatan, Mempersoalkan Force Majeure. Medan.

V. Skripsi

Alim, Muhammad Sahirul. (2014). Karakter Kebijakan (Procyclical vs

Countercyclical) dan Stabilitas Makroekonomi. Fakultas Ekonomi dan

Bisnis. Universitas Diponegoro. Semarang.

Arif, Wira Muhammad. (2011). Bank Garansi Sebagai Pengalihan Kewajiban

Jika Terjadi Wanprestasi Oleh Nasabah (Studi Di Bank Rakyat Indonesia

Cabang Putri Hijau). Fakultas Hukum. Universitas Sumatera Utara.

Medan.

Lestari, Selvia Pratiwik. (2019). Efektivitas Countercyclical Capital Buffer Pada

Perbankan dalam Pengendalian Makroekonomi Indonesia. Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Yogyakarta

Putri, Mutia Kartika. (2020). Pembuktian Keadaan Memaksa (Force Majeure)

Oleh Debitur Dalam Sengketa Wanprestasi. Fakultas Hukum. Universitas

Bandar Lampung. Lampung.

VI. Website

Sejarah Perusahaan. Diambil kembali dari Mandiri Utama Finance:

https://www.muf.co.id/sejarah-perusahaan/

Soemadipradja, R. S. (2010). Restatement. Diambil kembali dari Direktori

Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia:

https://putusan3.mahkamahagung.go.id/restatement/detail/11e9b3876b28a

09683cd313833363231.html.

Universitas Sumatera Utara

Page 98: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

LAMPIRAN

Pedoman Wawancara

Tempat : PT Mandiri Utama Finance Medan Jalan Adam

Malik

Nama Pewawancara : Angel Olivia Natasya

Nama Narasumber : Bapak Abdurrakhman

Tanggal : 5-7 Januari 2021

Waktu Mulai : 10:40 WIB

Waktu Selesai : 12:40 WIB

Daftar pertanyaan:

1. Selama masa pandemi COVID-19 di Indonesia, apakah terdapat kasus

sengketa pembiayaan macet kontrak leasing mobil di PT Mandiri Utama

Finance?

2. Apakah terjadi peningkatan/penurunan kasus pembiayaan macet selama

masa pandemi COVID-19 pada PT Mandiri Utama Finance?

- (Jika terjadi) Berapa banyak kasus pembiayaan macet yang

diakibatkan masa pandemi COVID-19?

3. Hal-hal apa saja yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan kontrak

leasing mobil pada PT Mandiri Utama Finance selama masa pandemi

COVID-19?

4. Apakah dari pihak-pihak yang bersangkutan menjadikan masa pandemi

COVID-19 di Indonesia sebagai alasan terjadinya sengketa tersebut?

5. Sebelum terjadinya masa pandemi COVID-19, bagaimana upaya hukum

terhadap keadaan memaksa yang mengakibatkan wanprestasi dalam

kontrak leasing mobil oleh PT Mandiri Utama Finance?

Universitas Sumatera Utara

Page 99: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

6. Keadaan seperti apa yang PT Mandiri Utama Finance klasifikasikan

sebagai keadaan memaksa selama masa pandemi COVID-19?

7. Bagaimana implementasi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 14

Tahun 2020 tentang Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran

Coronavirus Disease 2019 bagi Lembaga Jasa Keuangan Nonbank pada

PT Mandiri Utama Finance sebagai penyelesaian sengketa kontrak

leasing?

8. Kebijakan apa saja terkait kontrak leasing mobil yang dikeluarkan oleh

pihak PT Mandiri Utama Finance akibat masa pandemi COVID-19?

9. Terhadap kasus sengketa kontrak leasing yang menjadikan keadaan

memaksa dalam masa pandemi COVID-19 sebagai alasan sengketa

tersebut. Keputusan apa yang diambil oleh pihak PT Mandiri Utama

Finance dalam penyelesaian sengketa tersebut? Bagaimanakah

pelaksanaan keputusannya?

10. Apakah bagi para pihak, terdapat hambatan untuk melaksanakan

keputusan pihak PT Mandiri Utama Finance? (Kalau ada) Menurut pihak

PT Mandiri Utama Finance, apa yang menjadi alasan bagi para pihak

sehingga mereka terhambat melaksanakan putusan tersebut?

11. Menurut pihak PT Mandiri Utama Finance, bagaimanakah seharusnya

para pihak menyelesaikan sengketa kontrak leasing yang menjadikan masa

pandemi COVID-19 di Indonesia sebagai alasan keadaan memaksa?

Universitas Sumatera Utara

Page 100: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

Universitas Sumatera Utara

Page 101: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

Jumlah pembiayaan macet in unit (mobil dan motor) pada PT Mandiri Utama Finance Medan

Universitas Sumatera Utara

Page 102: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

Jumlah pembiayaan macet in percent (mobil dan motor) pada PT Mandiri Utama Finance Medan

Universitas Sumatera Utara

Page 103: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

Restruktur extend tenor (kendaraan mobil) dibayar dengan tunai pada PT Mandiri Utama Finance Medan

Universitas Sumatera Utara

Page 104: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

Restruktur extend tenor (kendaraan mobil) dibayar dengan kredit pada PT Mandiri Utama Finance Medan

Universitas Sumatera Utara

Page 105: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

Restrutkur grace period (kendaraan mobil) dibayar dengan kredit dan simulasi pembayaran pada PT Mandiri Utama Finance Medan

Universitas Sumatera Utara

Page 106: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

Restruktur grace period (kendaraan mobil) dibayar dengan tunai dan simulasi pembayaran pada PT Mandiri Utama Finance Medan

Universitas Sumatera Utara

Page 107: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

Restruktur holiday payment dibayar (kendaraan mobil) dengan tunai dan simulasi pembayaran pada PT Mandiri Utama Finance Medan

Universitas Sumatera Utara

Page 108: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

Restruktur holiday payment (kendaraan mobil) dibayar dengan kredit dan simulasi pembayaran pada PT Mandiri Utama Finance Medan

Universitas Sumatera Utara

Page 109: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

Values SALES_THROUGH2 31/12/2019 31/01/2020 29/02/2020 31/03/2020 30/04/2020 31/05/2020 30/06/2020 31/07/2020 31/08/2020 30/09/2020 31/10/2020 30/11/2020 31/12/2020

Sum of Sales_Unit REGULER 207 183 161 127 23 0 33 65 106 138 143 162 199

RESTRUCTURE 12 175 583 113 18 4 9 4 17

Sum of Sales_AMT REGULER 115,542,81,210 13,190,092,249 9,918,970,556 7,814,167,286 1,619,476,971 0 1,621,983,335 4,144,989,601 6,922,237,269 9,060,584,441 12,265,005,299 19,609,556,345 21,596,852,351

RESTRUCTURE 265,470,706 12,410,435,754 23,965,973,948 2,519,882,230 2,617,979,168 451,184,479 2,008,765,060 569,777,538 3,950,062,113

Sum of UNIT REGULER 6,690 6,687 6,671 6,563 6,401 6,034 5,238 4,898 4,600 4,424 4,243 4,163 4,123

RESTRUCTURE 12 187 766 875 889 885 881 876 879

Sum of OSP REGULER 205,414,173,601 208,317,223,904 208,838,762,977 207,161,204,292 197,181,552,508 177,877,568,094 149,393,795,427 143,171,376,105 139,215,888,170 140,218,475,797 144,476,580,859 156,289,047,572 168,206,293,405

RESTRUCTURE 265,470,706 12,668,151,991 36,570,184,824 38,874,785,625 41,300,138,442 41,214,128,619 41,085,969,260 41,134,053,195 42,501,693,586

Sum of UNIT_REPO REGULER 22 26 22 17 35 10 24 33 17 11 7 5 2

RESTRUCTURE 0 0 0 2 2 2 0 4 3

Sum of AMOUNT_REPO REGULER 859,996,954 744,382,780 315,126,778 291,391,823 4,373,299,690 193,266,244 901,029,057 552,918,598 159,766,057 202,741,126 63,053,088 57,285,702 25,738,952

RESTRUCTURE 0 0 0 120,258,389 38,540,353 18,848,434 0 242,797,154 33,803,278

Jumlah angsuran reguler dan restruktur mobil in unit pada PT Mandiri Utama Finance Medan

Universitas Sumatera Utara

Page 110: KEADAAN MEMAKSA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN …

Jumlah angsuran reguler dan restruktur mobil in percent pada PT Mandiri Utama Finance Medan

Universitas Sumatera Utara