Kdpk Oksigen n Infus
-
Upload
deffy-asharini -
Category
Documents
-
view
135 -
download
3
Transcript of Kdpk Oksigen n Infus
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemasangan infus adalah teknik yang mencakup penusukan vena melalui
transkutan dengan stilet tajam yang kaku seperti angiokateler atau dengan jarum
yang di sambungkan. Pemberian cairan infuse merupakan materi yang sangat sulit
di terapkan karena memiliki berbagai macam tehknik-tekhnik yang berbeda-beda
dan memilki kerasionalannya sendiri-sendiri juga. oleh karena itu prosedur
pemberian infus memerlukan pembelajaran yang tidak sedikit.
Pemberian oksigen merupakan tindakan memberikan oksigen ke dalam
paru-paru melalui saluran pernapasan dengan alat bantu oksigen. Pemberian
oksigen tersebut bertujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya
hipoksia.
Dalam penulisan makalah ini akan di jelaskan pengertian pemberian cairan
infuse dan oksigen, tujuan, hal-hal yang harus diperhatikan, alat yang harus
disiapkan, cara kerja, indikasi, tempat pemasang perasat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan proses pemberian cairan melalui infuse
dan pemberian oksigen?
2. Bagaimana prosedur pemberian cairan melalui infus dan pemberian
oksigen?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian Pemberian cairan melalui infus dan pemberian
Oksigen.
2. Memberikan informasi tentang prosedur pemasangan infus dan oksigen.
3. Agar mahasiswa mampu melaksanakan pemberian infuse dan oksigen
kepada klien saat di lapangan kerja.
1
BAB II
PEMBAHASAN
I. PEMBERIAN CAIRAN MELALUI INFUS
A. PENGERTIAN
Memasukkan cairan obat langsung ke dalam pembuluh darah vena dalam
jumlah banyak dan dalam waktu yang lama, dengan menggunakan infus set.
B. TUJUAN
1. Sebagai pengobatan
2. Mencukupi kebutuhan tubuh akan cairan dan elektrolit
3. Memberi zat makanan pada pasien yang tak dapat/tak boleh makan
melalui mulut
C. INDIKASI
Pada pasien :
1. Dehidrasi
2. Sebelum transfuse darah
3. Yang dioperasi dengan anesthesia umum
4. Yang tidak bisa makan dan minum
5. Untuk pengobatan tertentu
D. PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
1. Standar infuse
2
2. Perangkat infuse
3. Cairan sesuai dengan kebutuhan pasien
4. jarum infuse atau abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran
5. Pengalas
6. Pembendung / tourniquet
7. Kapas alkohol 70%
8. Plester
9. Gunting
10. Kasa steril
3
11. Betadine
12. Sarung tangan
E. TEMPAT PEMASANGAN PERASAT :
Tempat atau lokasi vena perifer yang sering digunakan pada pemasangan
infuse. Vena Supervisial atau perifer kutan terletak didalam fasia subcutan dan
merupakan akses paling mudah untuk terapi intravena. Vena-vena tersebut
diantaranya adalah :
1. Metakarpal
2. Sefalika
3. Basilika
4. Sefalika mediana
5. Basilika mediana
6. Antebrakial median
F. CARA KERJA
1. Siapkan alat-alat yang diperlukan
2. Pasien diberitahukan jika keadaan memungkinkan
3. Posisi berbaring pasien di tur sebaik mungkin
4. Pakaian dibuka pada daerah yang akan dipasang infuse
5. Letakkan alat-alat yang telah disiapkan ke dekat pasien
6. Perlak dan alasnya dipasang di bawah anggota yang akan dipasang
infuse
7. Botol cairan digantungkan pada tiang infuse
8. Tutup botol cairan diidesinfeksi dengan kapas alcohol,lalu tusukkan
pipa saluran udara,kemudian pipa saluran infuse
9. Tutup jarum dibuka,cairan dialirkan sampai keluar,sehingga udara
tidak ada pada saluran cairan infuse
10. Tutup jarum dibuka,cairan dialirkan sampai keluar,sehingga udara
tidak ada pada saluran cairan infuse,lalu dijepit dan jarum ditutup
kembali. Tabung tetesan jangan sampai penuh
4
11. Lengan pasien bagian atas dibendung dengan karet pembendung
12. Daerah/tempat untuk menusukvena didesinfeksi,lalu jarum ditusukkan
ke vena dengan lobang jarum menghadap keatas.
13. Bila berhasil,darah akan keluar, (dapat dilihat pada pipa saluran),
maka pembendung dilepaskan,penjepit (klem) dilonggarkan untuk
melihat kelancaran cairan/tetesan
14. Bila tetesan lancer,pangkal jarum direkatkan pada kulit dengan plester
15. Kemudian tetesan diatur sesuai dengan yang ditentukan
16. Jarum dan tempat tusukkan ditutup dengan kasa steril dan di plester
17. Anggota badan yang dipasang infuse diatur letaknya supaaya jangan
digerak-gerakkan selama infuse dipasang agar jarum infustidak
bergeser,bila perlu dipakai spalk.
18. Bereskan alat-alat yang telah dipergunakan
19. Pasien dirapihkan dan posisinya diusahakan seenak mungkin , bila
pemberian infuse selesai, infuse di stop,plester dilepas dan jarum
dicabut,bekas tusukkan ditekan dengan kaps alcohol, kemudian
ditutup.
G. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Kelancaran cairan dan jumlah tetesan harus tepat
2. Pada tempat pemasangan jarum infuse,bila terjadi haematoma,
bengkak, dll, infuse distop dan pindahkan pemasangannya ke bagian
lain
3. Reaksi pasien selama 15 menit pertama,bila pasien timbul reaksi
alergi misalnya; menggigil,urtucaria,atau shock infuse segera
diperlambat tetesannya, kalau perlu distop dan beritahukan dokter
4. Catatan pemberian infuse dibuat secara terperinci,yaitu dicatat:
Tanggal,hari,jam,mulai perasat dilakukan
Macam cairan banyaknya dan jmlah tetesan permenit
Keadaan umum pasien,tensi,nadi,dll selam pemberian infuse
Reaksi pasien terhadap cairan yang diberikan
5
Nama dokter dan perawat yang bertanggung jawab
5. Siapkan cairan untuk pemberian selanjutnya agar botol jangan
kosong,karena ini sangat berbahaya bila udara masuk selang infuse
dan diteruskan ke dalam pebuluh darah.(emboli).
6. Dalam bekerja,tetap mempertahankan kesuci-hamaan (sterilitas)
7. Teknik pemasangan infuse, disesuaikan dengan perangkat infuse yang
tersedia.
6
II. PEMBERIAN OKSIGEN
A. DEFINISI
Pemberian terapi oxygen adalah suatu tata cara pemberian bantuan gas
oksigen pada penderita yang mengalami gangguan pernapasan ke dalam paru
melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat khusus.
B. TUJUAN
1. Memenuhi kekurangan oksigen
2. Membantu kelancaran metabolism
3. Sebagai tindakan pengobatan
4. Mencegah hipoksia
5. Mengurangi beban kerja alat nafas dan jantung
C. INDIKASI
Terapi ini dilakukan pada penderita :
1. Dengan anoksia atau hipoksia
2. Dengan kelumpuhan alat-alat pernafasan
3. Selama dan sesudah dilakukan narcose umum
4. Mendapat trauma paru
5. Tiba-tiba menunjukkan tanda-tanda shock, dispneu, cyanosis, apneu
6. Dalam keadaan coma
D. PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
1. Tabung oksigen
2. Flowmeter oksigen
3. Humidifier
4. Nasal kanul
5. Plester 2 buah
6. 2 buah waskom / kom berisikan Nacl 0,9 %
7. Cotton bad / lidi waten dan sarung tangan dalam bak instrumen
7
8. Tanda peringatan (dilarang merokok, menyalakan api karena oksigen
sedang digunakan)
9. Aqua bidest
10. Senter pen light
11. Jam dengan hitungan detik
12. Alat tulis untuk mencatat
E. MACAM-MACAM ALAT DALAM PEMBERIAN O2
1. Nasal kanul
2. Simple face mask
Indikasi :
a. Flow rate: 5-8 L/menit
b. Konsentrasi O2 : 40-60%
Keuntungan:
Efektif untuk pernafasan via mulut atau
yang mengalami sumbatan hidung
Kerugian :
Penggunaan flow rate sedikitnya 5L/menit
mencegah rebreatheing CO2
8
Indikasi :
a. Flow rate: 1-6 L/menit
b. Konsentrasi O2 : 20-45%
Keuntungan :
a. Pasien dapat makan dan bicara tanpa
melepas canula
b. Nyaman untuk semua usia
Kerugian :
a. Mudah terlepas / salah posisi
b. Harus punya lubang hidung yang paten
c. Flow rate > 6L/menit tidak dapat diberikan,
karena dapat menimbulkan rasa tidak nyaman
3. Partial rebreather mask
4. Nonrebreather mask
5. Tabung oksigen
6. Flowmeter
9
Indikasi :
a. Flow rate: 8-12 L/menit
b. Konsentrasi O2 : 50-80%
Keuntungan :
Mengirimkan O2 dalam konsentrasi tinggi
Kerugian :
Kantong harus tidak melintir / melipat, dan
hindari obstruksi oksigen
Indikasi :
- Flow rate: 10-15 L/menit
- Konsentrasi O2 : 60-80%
Keuntungan :
- Mengirimkan konsentrasi oksigen yang paling
tinggi
Kerugian :
Mati lemas jika aliran oksigen terobstruksi dan
masker rapat menempel, kecuali jika masker
dilengkapi dengan suatu mekanisme katup spring
(spring valve) yang dapat membuka manakala
pasien inspirasi.
7. Humidifier
F. TEMPAT – TEMPAT PEMBERIAN OKSIGEN
Proses oksigenasi dapat dilakukan melalui :
1. Hidung
2. Faring
3. Laring
4. Epiglottis
G. CARA KERJA
1. Persiapan: Sambungkan flowmeter dengan oksigen, isi himudifier dengan
aqua bidest sampai batas yang telah ditentukan kemudian sambungkan ke
flowmeter.
2. Berikan salam, untuk mempermudah komunikasi dengan pasien.
3. Jelaskan tujuan dari tindakan, untuk menghindari adanya misscomunication
dengan pasien.
4. Kontrak waktu untuk melakukan tindakan.
5. Dekatkan alat-alat yang disiapkan, untuk mempermudah proses.
6. Petugas mencuci tangan, untuk menjaga kebersihan.
7. Kaji pernafasan pasien (hitung RR 1 menit penuh), untuk memastikan bahwa
pasien benar-benar membutuhkan oksigenasi
8. Gunakan sarung tangan, untuk menghindari terjadinya iritasi.
9. Kaji kondisi mulut dan hidung pasien dengan menggunakan senter (bila kotor
mintakan pasien untuk membersihkan, bila pasien tidak sadar bersihkan
lubang hidung dengan lidi waten yang telah dilembabkan dengan cairan Nacl
0,9%), untuk mempermudah proses
10. Sambungkan kanul dengan alat pelembap/humidier
10
11. Kemudian putar flowmeter sesuai dengan program terapi (missal : untuk
kanul/kateter 24-44 % / 1-6 liter/menit, sedangkan unutk masker 40% = 5
liter/menit)
12. Masukkan ujung kanul ke dalam waskom yang berisi air untuk memastikan
apakah oksigen telah mengalir dengan baik (tanda oksigen mengalir dengan
baik adalah terdapatnya gelembung-gelembung udara dalam air)
13. Pasangkan nasal kanul pada hidung klien dengan hati-hati dan tidak
menimbulkan rasa sakit serta posisi kanul dengan tepat, guna memberi rasa
nyaman pada pasien saat diberi oksigenasi
14. Beri fiksasi/plester pada kanul dan untuk direkatkan pada samping
hidung/pipi klien
15. Rapikan klien, agar pasien lebih nyaman dengan tempat tidurnya
16. Gantung tanda peringatan pada botol tabung, untuk menghindari ada pihak
keluarga yang masih awan memainkan botol tabung
17. Jelaskan bahwa tindakan sudah selesai, agar pasien bisa istirahat kembali
18. Mencuci tangan, untuk menghindari menempelnya kuman-kuman atau virus
dari pasien atau lingkungan
19. Catat semua kegiatan yang telah dilakukan, serta respon klien, untuk
pendataan dan evaluasi tindakan selanjutnya.
H. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian oksigen
1. Amati tanda-tanda vital sebelum, selama dan sesudah pemberian
oksigen
2. Jauhkan hal-hal yang dapat membahayakan misalnya : api, yang dapat
menimbulkan kebakaran
3. Air pelembab harus diganti setiap 24 jam dan isi sesuai batas yang ada
pada botol
4. Botol pelembab harus disimpan dalam keadaan bersih dan kering bila
tidak dipakai
5. Nasal prong dan masker harus dibersihkan, didesinfeksi dan disimpan
kering
11
6. Pemberian oksigen harus hati-hati terutama pada penderita penyakit
paru kronis karena pemberian oksigen yang terlalu tinggi dapat
mengakibatkan hipoventilasi,hypercarbia diikuti penurunan kesadaran.
7. Terapi oksigen sebaiknya diawali dengan aliran 1 – 2 liter/menit,
kemudian dinaikkan pelan-pelan sesuai kebutuhan
8. Terapi O2 merupakan salah satu intervensi keperawatan yang bersifat
kolaboratif yang merupakan bagian dari paket intervensi keperawatan
yang diberikan kepada klien berdasarkan diagnosa keperawatan yang
dirumuskan. Oleh karena itu maka langkah pertama yang perawat
lakukan adalah melakukan pengkajian
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam memberikan infus dan oksigen pada pasien tentunya memiliki
prosedur (cara kerja) yang harus diperhatikan. Oleh karena itu seorang tenaga
kesehatan diwajibkan mempelajari hal ini dengan benar dan serius. Prosedur dari
tahap ke tahap memiliki rasionalisasi yang memberikan alasan mendasar mengapa
harus dilakukan prosedur tersebut. Hal inilah yang menampakkan pentingnya
pembelajaran Ketrampilan Dasar Praktek Klinik (KDPK) yang memilki maksud
bahwa kita tak hanya memerlukan teori saja, namun mjuga harus pandai
mempraktikan sesuai prosedur yang benar. Oleh sebab itu kelompok penulis
mengharapkan materi ini dapat bermanfaat.
B. SARAN
Bagi Perawat :
1. Melakukan prosedur kerja dengan serius dan benar sesuai dengan
ketentuan;
2. Memperlakukan pasien dengan baik tanpa menyebarkan privasi pasien;
3. Menggunakan alat-alat sekecil apapun guna menghindari infeksi pada
pasien, seperti handscoon, perlak, kapas dan lain-lain.
Bagi Pasien :
1. Melakukan apa yang diinstruksikan oleh perawat guna melancarkan
perlakuan;
2. Mempercayakan pada perawat untuk menghindari adanya kesalahan teknis
akibat ketakutan dan kekhawatiran pasien.
Bagi Pembaca :
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun.
13
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com
Alimul,Azis.2008.Ketrampilan Dasar Praktik Klinik.Jakarta:Salemba Medika
14