Infus revisi

35

Click here to load reader

description

laporan praktikum infus kalium klorida teknologi sediaan steril farmasi

Transcript of Infus revisi

Page 1: Infus revisi

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

“Sediaan Steril Infus Kalium Klorida”

Disusun oleh:

Mochamad Arif

P17335113048

POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG

JURUSAN FARMASI

2014

Page 2: Infus revisi

INFUS KALIUM KLORIDA

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mengetahui, memahami, melaksanakan teknik dan cara pembuatan larutan infus

intravena dengan teknik sterilisasi akhir.

2. Mengetahui formulasi untuk pembuatan Infus kalium klorida 0,7%

3. Mengetahui evaluasi sediaan yang harus dilakukan pada sediaan Infus kalium

klorida 0,7%

II. PENDAHULUAN

Sediaan parenteral volume besar umumnya diberikan lewat infus intravena untuk

menambah cairan tubuh, elektrolit, atau untuk memberi nutrisi. Infus intravena adalah

sediaan parenteral dengan volume besar yang ditujukan untuk intravena. Pada umumnya

cairan infus intravena digunakan untuk pengganti cairan tubuh dan memberikan nutrisi

tambahan, untuk mempertahankan fungsi normal tubuh pasien rawat inap yang membutuhkan

asupan kalori yang cukup selama masa penyembuhan atau setelah operasi. Selain itu ada pula

kegunaan lainnya yakni sebagai pembawa obat-obat lain.( Anief, Moh. 1997.)

Infundabilia atau infus intravena adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas

pirogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah, dan disuntikkan langsung ke

dalam vena dalam volume relatif banyak.( Syamsuni,A . 2006)

Cairan infus intravena dikemas dalam bentuk dosis tunggal, dalam wadah plastik atau

gelas, steril, bebas pirogen serta bebas partikel-partikel lain. Oleh karena volumenya yang

besar, pengawet tidak pernah digunakan dalam infus intravena untuk menghindari toksisitas

yang mungkin disebabkan oleh pengawet itu sendiri. Cairan infus intravena biasanya

mengandung zat-zat seperti asam amino, dekstrosa, elektrolit dan vitamin.( Syamsuni,A .

2006)

Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang isotonis untuk

meminimalisasi trauma pada pembuluh darah, namun cairan hipotonis maupun hipertonis

dapat digunakan. Untuk meminimalisasi iritasi pembuluh darah, larutan hipertonis diberikan

dalam kecepatan yang lambat.( Syamsuni,A . 2006)

Tujuan pemberian Infus intravena :

1

Page 3: Infus revisi

1. Mengganti cairan tubuh dan mengimbangi jumlah elektrolit dalam tubuh, misalnya

Sol. Glukosa isotonis, Sol.Physiologica Ringeri, Sol. Ringeri Lactat (RL), Sol. NaCl

0,9% b/v.

2. Dalam bentuk larutan koloid dapat dipakai mengganti darah manusa, misalnya larutan

koloid PVP 3,5% (Polivinilpirolidon/Povidon).

3. Dapat diberikan dengan maksud untuk penambahan kalori, misalnya Aminoovel-600,

1000, Aminofuin-600

4. Sebagai obat, diberikan dalam jumlah besar dan terus-menerus jika tidak dapat

disuntikkan secara biasa, misalnya obat antikanker, antibiotik, anastetik, hormon yang

larut dalam air, vitamin.

Infus Kalium Klorida merupakan infus intravena yang dapat digunakan untuk

pencegahan dan pengobatan pada kekurangan kalium atau hipokalemia, seperti pada

penggunaan digoksin atau antiaritmia (kekurangan kalium dapat menginduksi aritmia), pasien

dengan hiperaldoteronisme (stenosis arteri ginjal, sirosis hati, sindrom nefrotik dan gagal

jantung yang berat), diare kronik yang berhubungan dengan malabsorpsi atau

penyalahgunaan laksatif, untuk memenuhi asupan kalium yang kurang pada penderita usia

lanjut, penggunaan obat jangka panjang yang dapat menginduksi kehilangan kalium

(mineralkortikoid).( Tjay, tan hoan & Kirana rahardja. 2002)

III. TINJAUAN PUSTAKA

A. Infus intravenaInfundabilia atau infus intravena adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas

pirogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah, dan disuntikkan langsung ke

dalam vena dalam volume relatif banyak.( Syamsuni,A . 2006)

Syarat infus antara lain (DepKes RI. 1978, Anief, Moh. 1997 ) :

1. Aman. Tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau efek toksis. Untuk

meyakinkan keamanan pemakaian bagi manusia pelarut dan bahan penolong

harus dicoba dulu pada hewan.

2. Harus jernih dan bebas partikel, berarti tidak ada partikel padat, kecuali yang

berbentuk suspensi.

3. Tidak berwarna. Kecuali bila obatnya memang berwarna.

4. Jika bentuk emulsi, dibuat dengan air sebagai fase luar diameter fase dalam

tidak lebih dari 5 um.

2

Page 4: Infus revisi

5. Tidak boleh mengandung partikelsida dan zat dapar karena dibuat dalam LVP

sehingga zat tambahan yang dibutuhkan pun dalam jumlah banyak dan dapat

meningkatkan toksiksitas.

6. Harus steril

7. Bebas pirogen

8. Pembawanya hanya air

9. Volume lebih dari 10 ml

10. Bentuk emulsi jika dikocok harus tetap homogen dan tidak menunjukkan

pemisahan

11. Dikemas dalam wadah dosis tunggal

12. Isotonis artinya mempunyai tekanan osmose yang sama dengan darah dan

cairan tubuh yang lain.

13. Isohidris (pH larutan injeksi sama dengan darah dan cairan tubuh lain yaitu

pH=7,4)

14. Isoosmol

B. Kalium klorida

Kalium merupakan sebuah kation (ion positif) yang terpenting dalam cairan intra-

seluler dan sangat sesensial untuk mengatur keseimbangan asam-basa serta tonisitas sel.

Selain itu Kalium juga mengaktivasi banyak reaksi enzim dan proses fisiologi, seperti

transmisi impuls di saraf dan otot, kontraksi otot, dan metabolisme karbohidrat.(katzung.)

Zat ini praktis terdapat dalam semua makanan, antara lain banyak dalam sayuran (bit,

bayem, tomat, kentang), buah-buahan (avokad, jeruk, aprikot, pisang, ara, anggur/kismis,

plum), kacang tanah, kedelai, biji labu manis (pumpukin) dan kopi. Plasma hanya

mengandung 1% dari kadar total dalam tubuh (Kt), sedangkan antara kadar plasma (Kp) dan

Kt tidak terdapat korelasi baik. Maka, Kp rendah tidak berarti bahwa Kt juga telah berkurang

dan adanya defisiensi Kalium. (katzung.)

Selama terapi hipertensi dengan diuretika seringkali Kp menurun, tetapi biasanya Kt

lebih kurang stabil. Karena itu suplei Kalium tidaklah berguna, kecuali bila diuretika

diberikan dalam dosis tinggi sekali. Atau, jika pasien juga menelan digoksin, yang membuat

jantung lebih peka terhadap kekurangan K. Suplei K barulah perlu bila Kt telah turun dengan

nyata, seperti pada gagal-jantung (dekompensasi), cirrhosis hati dan diabetes dengan keto-

acidosis. Risiko akan hipokalemia lebih besar dengan meningkatnya dosis, usia pasien dan

lamanya pengobatan. Gejala hipoklemia berupa otot lemah, rasa sangat letih, gangguan

konsentrasi dan ritme jantung.( Sweetman, S.C., 2009)

3

Page 5: Infus revisi

Efek samping dari overdose adalah gangguan saluran cerna, nyeri stempat pada injeksi

dan radang vena (phlebitis). Gejala hiperkalemia tersebut di atas dapat terjadi pula bila K

digunakan bersamaan dengan diuretika penghemat-kalium. Juga sebagai efek samping dari

beberapa obat, seperti kaptropil, indometasin, sitostatika dan digoksin (pada dosis tinggi).

(Mohr, Klaus et al.1999)

Pencegahan dan pengobatan pada kekurangan kalium atau hipokalemia, seperti pada

penggunaan digoksin atau antiaritmia (kekurangan kalium dapat menginduksi aritmia), pasien

dengan hiperaldoteronisme (stenosis arteri ginjal, sirosis hati, sindrom nefrotik dan gagal

jantung yang berat), diare kronik yang berhubungan dengan malabsorpsi atau

penyalahgunaan laksatif, untuk memenuhi asupan kalium yang kurang pada penderita usia

lanjut, penggunaan obat jangka panjang yang dapat menginduksi kehilangan kalium

(mineralkortikoid). (Tjay, tan hoan & Kirana rahardja. 2002)

Konsentrasi kalium pada rute iv tidak lebih dari 40 mEq/L dengan kecepatan 20

mEq/jam ( untuk hipokalemia). Untuk mempertahankan konsentrasi kalium pada plasma 4

mEq/L, K+ dalam plasma = 3,5-5 mEq/L

IV. FORMULASI1. Kalium Klorida

Pemerian Hablur berbentuk kubus atau berbentuk prisma, tidak

berwarna atau serbuk butir putih; tidak berbau; rasa asin;

mantap di udara.

(Farmakope indonesia 4 hal 477)

Kelarutan Larut dalam 3 bagian air; sangat mudah larut dalam air

mendidih; praktis tidak larut dalam etanol mutlak p dan

dalam eter p.

(Farmakope indonesia 4 hal 478)

Stabilitas

Panas

Hidrolisis

Cahaya

pH sediaan injeksi

Stabil dalam suhu ruang (Farmakope indonesia 4 hal 478)

Stabil terhadap air dan juga oksidasi (Farmakope indonesia

4 hal 478)

Stabil terhadap cahaya (Farmakope indonesia 4 hal 478)

3,5 – 6,5 dengan dekstrosa kurang dari 5% (USP

convention. 2006)

Kesimpulan :

Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : garam

4

Page 6: Infus revisi

Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) : larutan

Cara sterilisasi sediaan : strerilisasi akhir dengan uap basah / autoclaving

Kemasan : botol infus kaca

2. dekstrosa

Pemerian Tidak berbau, rasanya manis, kristal tidak berwarna,

kristal putih atau serbuk granul. (DepKes RI. 1995)

Kelarutan Kloroform : praktis tidak larut

Etanol (95%) : 1:60

Eter : praktis tidak larut

Gliserin : Larut

Air : 1:1

(HOPE ed.6 hal.223)

Stabilitas Stabil di tempat kering. Pelarut air dapat disterilisasi dengan

autoclave. Bahan baku awal disimpan dalam wadah tertutup

rapat.

(HOPE ed.6 hal.223)

Inkompatibilitas Larutan dekstrosa inkompatibel dengan vitamin B12,

kanamisin sulfat, nyobiosin natrium, dan warfarin natrium.

(HOPE ed.6 hal.223)

Kegunaan Tonicity agent

3. Karbon adsorban

Pemerian Serbuk sangat halus, bebas dari butiran, berwarna hitam,

tidak berbau, tidak berasa, mempunyai dua bentuk sesuai

ukuran butirannya, yaitu karbon aktif bubuk dan karbon

aktif granular (butiran).

Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan etanol 95%

Stabilitas Stabil ditempat yang tertutup dan kedap udara, pada

pemanasan tanpa udara tidak terjadi perubahan bentuk atau

sifat, pH filtrat yang diperoleh dari penetapan bahan larut air

5

Page 7: Infus revisi

5,0-8,0

Kegunaan depirogenasi

4. Aqua pro injection

Pemerian Cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa

(farmakope indonesia IV hal 112)

Kelarutan Dapat bercampur dengan pelarut polar lainnya

(farmakope indonesia IV hal 112)

Data fisik Titik beku : 0 C

Titik didih : 100 C

Densitas: 1,00 g/cm3 .

(HOPE edisi 6 halaman 766)

Stabilitas Stabil disemua keadaan fisik (padat, cair, gas)

(HOPE edisi 6 halaman 766)

Inkompatibilitas air dapat bereaksi dengan obat dan berbagai eksipien

yang rentan akan hidrolisis (terjadi dekomposisi jika

terdapat air atau kelembapan) pada peningkatan

temperatur. Air bereaksi secara kuat dengan logam

alkali dan bereaksi cepat dengan logam alkali tanah dan

oksidanya seperti kalsium oksida dan magnesium

oksida. Air juga bisa bereaksi dengan garam anhidrat

menjadi bentuk hidrat.

(HOPE edisi 6 halaman 766)

Kegunaan Pembawa

V. PENDEKATAN FORMULA

No. Nama Bahan Jumlah (%) Kegunaan

1. Kalium klorida 0,3 % Zat Aktif

2. Dextrosa 5,57 % Tonicity agent

3 Hidrogen Klorida q.s Adjust pH

4 Natrium Hidroksida q.s Adjust pH

3. Karbon Adsorban 0,1 % Depirogenasi

6

Page 8: Infus revisi

4. Aqua Pro Injeksi Ad 100 % Pembawa

VI. PERHITUNGAN TONISITAS, OSMOLARITAS, DAPARa. Perhitungan dapar

Tidak dilakukan perhitungan dapar, karena infus tidak boleh menggunakan dapar

b. Perhitungan Tonisitas – Osmolaritas1. Perhitungan tonisitas

Dik : E Kalium klorida = 0,76

E Dekstrosa = 0,16

W Kalium klorida = 0,7 %

Dit : banyak dekstrosa yang ditambahkan ?

Jaw :

Tonistas = Ezat x Wzat

= 0,76 x 0,7

= 0,532 % (sediaan bersifat hipotonis)

Agar isotonis maka perlu ditambahkan NaCl sebanyak

0,9 – 0,532 = 0,368 %

Maka NaCl tersebut ekivalen dengan dekstrosa sebanyak

= 0,3680,16

= 2,3%

2. Perhitungan osmolaritas

Dik : Mr Kalium klorida = 74,55

n Kalium klorida = 2

Mr Dekstrosa= 198,2

n Dekstrosa = 1

Dit : osmolaritas total ?

7

Page 9: Infus revisi

Jaw : mOsmol

L= Berat zat

Mr zat×1000 × n

Osmolaritas Kalium klorida

mOsmolL

= 774,55

× 1000 ×2=187,79 mOsmol

L

Osmolaritas Dekstrosa

mOsmolL

= 23198,2

× 1000× 1=116,04 mOsmol

L

Maka osmolaritas total sediaan adalah

Osmolaritas total = osmolaritas Kalium klorida + osmolaritas Dekstrosa= 187,79 + 116,04=303,83 (sediaan bersifat isoosmol)

VII. PENIMBANGANPenimbangan

Dibuat 1 botol (@ 510 ml) = 510 ml (volume sediaan dilebihkan 2 % sesuai

persyaratan FI IV)

Penimbangan dibuat sebanyak 700 ml berdasarkan pertimbangan volume

terpindahkan dan kehilangan selama proses produksi.

No. Nama Bahan Jumlah yang Ditimbang

1. Kalium klorida 0,7 g100 mL

× 700 mL=4,9 g

Ditambahkan 5% sebagai antisipasi penyerapan oleh

karbon adsorben hingga yang ditimbang adalah

(5% x 4,9) + 4,9 = 5,145 g

2. Dextrosa 2,3 g100 mL

× 700 mL=16,1 g

3. Karbon Adsorban Karbon utuk pembuatan aqua p.i bebas pirogen :

0,1 g100 mL

× 1500 mL=1,5 g

Karbon untuk depirogenasi sediaan

0,1 g100 mL

× 700 mL=0,7 g

Maka ditimbang sebanyak

8

Page 10: Infus revisi

0,7 + 1,5 =2,2 g

4. Aqua pro injeksi Ad 700ml

VIII. STERILISASI

a. Alat

Nama Alat Cara SterilisasiWaktu

SterilisasiJumlah

Gelas kimia 50 ml Panas Basah (autoclave 121°C) 15 menit 2

Gelas kimia 1000ml Panas Basah (autoclave 121°C) 15 menit 4

Batang pengaduk Panas Basah (autoclave 121°C) 15 menit 3

Spatula Panas Basah (autoclave 121°C) 15 menit 3

Gelas ukur 10ml Panas Basah (autoclave 121°C) 15 menit 2

Pipet tetes Panas Basah (autoclave 121°C) 15 menit 3

Kaca arloji Panas Basah (autoclave 121°C) 15 menit 3

Tutup pipet Zat Kimia (Alkohol 70%) 1 hari 2

Corong Panas Basah (autoclave 121°C) 2 jam 1

Kertas saring Panas kering (oven, 160°C) 2 jam 4

b. Wadah

No. Nama alat Jumlah Cara sterilisasi (lengkap)

1. Botol infus 1 Panas Kering (Oven 160°C selama 2 jam)

2. Tutup botol infus 1 Kimia (alkohol 70%, 24 jam)

c. Bahan

No. Nama bahan Jumlah Cara sterilisasi (lengkap)

1. Kalium klorida 1,8 gr Sterilisasi Akhir (autoclave 121°C 15 menit)

2. Dextrosa 33,42 gr Sterilisasi Akhir (autoclave 121°C 15 menit)

IX. PROSEDUR PEMBUATAN

9

Page 11: Infus revisi

No Ruang Prosedur

1.

Grey Area

(Ruang sterilisasi)

1. Alat-alat yang akan digunakan dibungkus dengan kertas

perkamen, gelas kimia dan wadah sediaan di tara terlebih

dahulu lalu disterilisasi dengan metode :

Panas Basah

Alat yang disterilisasi : - kaca arloji, spatel, gelas kimia,

corong kaca, batang pengaduk, gelas ukur, dan pipet.

Panas Kering

Alat yang disterilisasi : - kertas saring, dan membran

filter.

Penambahan zat kimia

Alat yang disterilisasi : - karet pipet

2. Pembuatan aqua p.i : siapkan aqua bidest sebanyak 1500

mL lalu disterilkan dengan autoclave pada suhu 121oC

selama 15 menit

3. Setelah disterilisasi, simpan semua alat dan bahan tersebut

ke dalam box isolator menuju white area.

2.

Grey Area

(Ruang

Penimbangan)

1. Kalium klorida ditimbang sebanyak 7,35 gr dan

diletakkan di kaca arloji steril yang sudah diberi label

2. Dextrosa ditimbang sebanyak 16,1 gr dan diletakkan di

kaca arloji steril yang sudah diberi label

3. Karbon Adsorban ditimbang sebanyak 0,7 g dan 1,5 g lalu

diletakkan di kaca arloji steril yang sudah diberi label.

4. Membuat aqua p.i bebas pirogen : masukkan aqua p.i

kedalam beaker glass 2 L, lalu tambahkan karbon

adsorban 1,5 g, panaskan selama 15 menit, saring

menggunakan kertas saring rangkap 2, lalu saring dengan

membran filter ukuran 0,22 μm

3. 1. Kalium klorida sebanyak 7,35 g dilarutkan dalam aqua p.i

bebas pirogen sebanyak 24 ml di dalam gelas kimia 50

ml. Kaca arloji tempat menyimpan KALIUM KLORIDA

10

Page 12: Infus revisi

White area

Grade C

(Ruang

pencampuran

larutan)

tersebut dibilas dengan aqua p.i bebas pirogen sebanyak 2

kali. Hasil bilasan tersebut dimasukkan ke dalam gelas

kimia yang tadi.

2. Dextrosa sebanyak 16,1 g dilarutkan dalam aqua p.i bebas

pirogen sebanyak 20 ml di dalam gelas kimia 50ml. Kaca

arloji tempat menyimpan dextrosa tadi dibilas dengan

aqua p.i bebas pirogen sebanyak 2 kali. Hasil bilasan

tersebut dimasukkan ke dalam gelas kimia yang tadi.

3. Masukkan kedua larutan tersebut ke dalam gelas kimia

1000 ml, aduk hingga homogen. Lalu bilas kedua gelas

kimia tadi dengan aqua p.i bebas pirogen sebanyak 2 kali.

Hasil bilasan tersebut dimasukkan ke dalam gelas kimia

1000 ml.

4. Masukkan aqua pro injeksi ad sekitar 500 ml.

5. Dilakukan pengecekan pH dengan pH indikator

(dispensasi).

6. Tambahkan HCl \ NaOH hingga pH sediaan mencapai 6,3

(dispensasi)

7. Tambahkan aqua p.i bebas pirogen hingga volume

mencapai 700 mL

8. Masukkan karbon Adsorban sebanyak 0,7 gr ke dalam

gelas kimia 1000 ml yang berisi larutan Kalium klorida

dan Dextrosa tadi. Aduk hingga homogen, lalu saring

menggunakan kertas filter hingga larutan tersebut jernih.

9. Setelah larutan tersebut jadi, tutup dengan alumunium

foil, lalu dimasukkan ke pass box menuju white area.

4.

White Area

Grade A/B

(Filling)

1. Larutan tersebut di filtrasi menggunakan membaran filter

0,22 mikron dan 0,45 mikron.

2. Filling menggunakan alat ke dalam botol infus hingga

tanda batas kalibrasi (510ml)

3. Lalu tutup menggunakan penutup botol yang sesuai.

5. 1. Larutan yang sudah berada di botol infus dibungkus

11

Page 13: Infus revisi

Grey Area

(Sterilisasi Akhir)

penutupnya menggunakan kertas perkamen dan diikat

dengan tali secara kuat.

2. Selanjutnya lakukan sterilisasi akhir menggunakan

autoclave 121°C selama 15 menit.(dispensasi)

6 Grey Area

(ruang evaluasi)

1. Dilakukan evaluasi sediaan

2. Diberi etiket yang sesuai

X. DATA PENGAMATAN EVALUASI SEDIAAN

No Jenis evaluasi Prinsip evaluasiJumlah

sampel

Hasil

pengamatanSyarat

1.Uji Kejernihan

Membandingkan

kejernihan suatu sediaan

dengan baku pembanding

yang berisi aquadest

dengan cara melihat

wadah dan baku

pembanding pada latar

belakang putih, disinari

dari depan dan samping.

Kotoran akan terlihat

pada latar belakang putih.

(Ilmu Resep:225)

1 botol

sediaan Infus

Kalium

klorida

jernih / sama

jernihnya

dengan baku

pembanding

Dikatakan

jernih

apabila

tidak ada

kotoran

berwarna

maupun

tidak

berwarna

dan sediaan

memiliki

kejernihan

yang sama

dengan

baku

pembanding

2. Uji Partikel Sediaan diletakkan di atas

layar berwarna putih

dilakukan pengamatan

oleh 3 inspektor dan

diamati secara visual

dengan melihat ada

tidaknya partikel atau

1 botol terdapat

partikel

dalam

sediaan infus

Kalium

klorida

Tidak ada

partikel

padat

kecuali

yang

berbentuk

suspensi.

12

Page 14: Infus revisi

benda asing yang

melayang dalam sediaan.

(Ilmu

Meracik

Obat:194)

Sediaan

memenuhi

syarat untuk

injeksi

volume

besar untuk

infus dosis

tunggal, bila

wadah

berisi

>100ml (FI

III : 20)

3.Uji Kebocoran

Menguji botol/vial

dengan membalikan

sediaan

1 botol

Botol infus

tidak

mengalami

kebocoran

Tidak ada

botol yang

mengeluark

an larutan

ketika

dalam

keadaan

terbalik.

4. Uji Volume

terpindahkan

Memindahkan Larutan

dari botol/vial/ampul ke

dalam gelas ukur (FI III)

1 botol Dispensasi

Volume

terpindahka

n untuk

sediaan

encer

>50ml

adalah 2%

5. Uji penetapan pH Sediaan diuji dilakukan

dengan menggunakan pH

universal dan disesuaikan

dengan indikator

1 botol Dispensasi pH target

sesuai

dengan pH

13

Page 15: Infus revisi

universal zat aktif

6.

Uji sterilitas

Uji sterilitas pada teknik

aseptik, dilakukan dengan

cara ke dalam suatu

wadah dimasukkan

medium biakan partikel

sebagai ganti cairan steril.

Kemudian tutup wadah

dan eramkan pada suhu

32° selama 7hari. (Ilmu

Resep : 220)

Uji sterilitas yang tertera

pada uji keseragaman

hayati (FI III:19)

- Dispensasi

Jika terjadi

pertumbuha

n kuman,

hal ini

menunjukka

n adanya

cemaran

yang terjadi

pada waktu

pengisian

bahan steril

ke dalam

wadah akhir

yang steril.

7.

Uji Pirogen dan

Endotoksin

Rabbit Pyrogen Test dan

LAL-Test (FI III dan IV)- Dispensasi

-RPT :

Untuk

jumlah

kelinci 3,

larutan yang

diuji

memenuhi

syarat bila

jumlah

respon tidak

melebihi

1,20°

-LAL Test

(FI III:19)

14

Page 16: Infus revisi

XI. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, dibuat sediaan Kalium klorida Infus 0,7% dengan formulasi

sebagai berikut : Kalium klorida 0,7%, Dextrosa 2,3%, Karbon Adsorban 0,1%, aqua pro

injeksi (WFI) ad 100%.

Kalium Klorida merupakan bahan bersifat thermostabil sehingga dipilih cara sterilisasi

akhir dalam pembuatannya. Pertama – tama dilakukan sterilisasi alat dan wadah yang akan

digunakan ketika proses pembuatan infus di Grey Area. Karena proses yang dilakukan adalah

sterilisasi akhir maka bahan dapat disterilisasi di akhir, sterilisasi alat dan wadah ini

menggunakan autoclave 121°C selama 15 menit, kecuali kertas saring menggunakan oven

dengan suhu 1600C selama 2 jam, hal ini karena kertas saring merupakan alat padat berpori

sehingga apabila menggunakan autoclave dikhawatirkan ada udara yang terjebak di pori

kertas saring yang menyebabkan sterilisasi tidak efektif.

Setelah semua alat disterilisasi, alat - alat tersebut diimasukkan ke dalam box isolator

menuju white area, hali ini ditujukan untuk meminimalisir terjadinya kontaminasi partikel

yang terdapat di udara. Saat proses penimbangan bahan di Grey Area, bahan harus ditimbang

dengan menggunakan cawan uap atau kaca arloji yang sudah disterilisasi, setelah ditimbang,

tutup cawan dengan alumunium foil atau kaca arloji dengan tujuan untuk meminimalisir

terkontaminasinya bahan dengan partikel yang terdapat di udara bebas, setelah semua bahan

ditimbang, lakukan pelarutan bahan menggunakan aqua pro injeksi, masing-masing bahan

harus dilarutkan di dalam gelas kimia yang berbeda dengan batang pengaduk dan pipet yang

berbeda pula bertujuan untuk meminimalisir terkontaminasinya partikel dari bahan lain,

setelah itu masukkan larutan dari Kalium klorida dan Dextrosa ke dalam gelas kimia 1000ml

dan aduk hingga homogen. Setelah semua terlarut, tambahkan karbon adsorban 0,1% yang

merupakan zat yang dapat menghilangkan pirogen karena syarat sediaan injeksi volume besar

yaitu harus bebas pirogen. Selain dapat menyerap pirogen dan endotoksin, karbon adsorban

juga diketahui dapat menyerap zat obat pada penyaringannya, dan diketahui dapat menyerap

5% Kalium klorida, sehingga untuk menangani hal tersebut perlu ditambahkan kalium klorida

sebanyak jumlah yang diserap karbon adsorban tersebut. Hal ini perlu dilakukan mengingat

sifat endotoksin yang termostabil sehingga tidak akan hilang apabila hanya dengan

15

Page 17: Infus revisi

pemanasan biasa/sterilisasi di akhir. Karbon adsorban perlu disaring menggunakan kertas

saring yang sudah disterilisasi hingga menghasilkan larutan infus yang jernih. Setelah itu

perlu dilakukan pengukuran pH sediaan hingga mencapai pH target yaitu 6,3.

Setelah pengerjaan di Grey Area selesai, selanjutnya praktikan perlu mengganti baju

menggunakan baju khusus untuk melakukan proses dispensing dan filling di White Area. Hal

ini bertujuan untuk meminimalisir kontaminasi partikel karena White Area merupakan area

yang harus dalam keadaan steril. Setelah itu, larutan di filling menggunakan membran filter

ukuran 0,45 mikron dan0,22 mikron, namun, karena keterbatasan alat dan waktu, proses

penyaringan tidak dilakukan, sehingga proses filling dilakukan secara manual yaitu

memindahkan larutan infus dari gelas kimia ke dalam botol infus sampai batas kalibrasi.

Botol infus gelas harus bersifat netral, tidak mengeluarkan alkali hingga tidak menaikkan pH

larutan injeksi dan tidak mudah pecah. Setelah proses filling selesai, botol infus harus ditutup

menggunakan penutup botol yang sesuai, karet yang digunakan sebagai tutup akan kontak

dengan larutan injeksi pada tekanan dan suhu yang tinggi maka karet harus memenuhi syarat-

syarat sifat fisika dan kimia, yaitu harus elastis, permukaan lapisannya harus licin dan tidak

berlubang agar dapat dicuci bersih.

Karena larutan infus ini disterilisasi dengan cara sterilisasi akhir, sehingga di akhir

pembuatan dilakukan proses sterilisasi menggunakan autoclave pada suhu 121°C selama 15

menit, sebelum disterilisasi, tutup botol infus perlu dibungkus menggunakan kertas perkamen

agar ketika disterilisasi, botol infus tidak terbuka akibat tekanan uap yang tinggi.

Setelah proses sterilisasi selesai, sediaan infus Kalium klorida diberi etiket sebagai

penandaan. Pada etiket wadah obat suntik harus tertera beberapa ketentuan yang peting berisi

informasi seputar sediaan seperti cara pemakaian, komposisi, nama obat, kadar obat, dll.

Setelah itu sediaan yang sudah diberi etiket dimasukan ke dalam kemasan sekunder dan perlu

ditambahkankan brosur untuk keterangan lebih lanjut seputar sediaan infus.

Salah satu syarat infus adalah isotonis, hal ini bertujuan agar tidak terasa sakit apabila

disuntikkan, terutama pada infus intravena, apabila tonisitas sediaan hipotonis dapat

menimbulkan haemolisis (pecahnya sel butir-butir darah), sedangkan apabila hipertonis dapat

menyebabkan sel darah mengkerut / krenasi. Isotonus artinya mempunyai teknan osmose

yang sama dengan darah dan cairan tubuh lain. Tekanan osmosis cairan-cairan tubuh seperti

darah, air mata, cairan lumbal sama dengan tekanan osmose larutan NaCl 0,9%. Kalium

Klorida yang dipakai dalam sediaan ini masih bersifat hipotonis sehingga ditambahkan

dekstrosa agar tekanan osmosisnya sama dengan cairan tubuh / isotonis.

16

Page 18: Infus revisi

Sediaan infus harus memenuhi syarat yang tertera pada Farmakope Indonesia IV,

sehingga dilakukan evaluasi sediaan larutan infus yang meliputi, uji kejernihan, uji partikel,

uji kebocoran, uji volume terpindahkan, uji penetapan pH, uji sterilitas dan uji pirogen dan

endotoksin.

Sediaan infus disyaratkan agar jernih dan tidak berwarna, maka dilakukan uji

kejernihan di akhir praktikum dengan cara sediaan diperiksa dengan melihat pada latar

belakanag putih, disinari dari samping dan depan. Kotoran berwarna akan terlihat pada latar

belakang putih, dan dibuat baku pembanding berisi aquadest, sehingga sediaan infus

dibandingkan kejernihannya dengan baku pembanding.

Selanjutnya dilakukan uji partikel karena sediaan injeksi/infus harus bebas dari partikel

atau bebas bahan melayang. Dilakukan dengan cara visual dengan melihat ada tidaknya

partikel atau benda asing yang melayang dalam sediaan dengan latar belakang putih.

Selanjutnya dilakukan uji kebocoran yaitu dengan cara membalikan botol/ampul/vial

yang berisi larutan sediaan. Uji kebocoran pada sediaan infus Kalium klorida dinyatakan

tidak ada tanda-tanda kebocoran.

Untuk meminimalisir terjadinya kekurangan volume sediaan, dilakukan uji volume

terpindahkan dengan cara memindahkan larutan sediaan dari botol/vial/ampul ke dalam gelas

ukur.

Dilakukan uji penetapan pH untuk menentukan apakah pH sediaan sesuai dengan pH

target. Pengaturan pH larutan injeksi bertujuan untuk menjamin stabilitas obat, menghindari

kemungkinan terjadinya reaksi dari obat tersebut. Kalium Klorida memiliki pH target 6,3.

Sediaan infus tidak diperbolehkan menggunakan dapar karena infus merupakan sediaan LVP

sehingga memerlukan jumlah dapar yang banyak yang dapat mengakibatkan toksiksitas pada

sediaan infus yang dibuat, sehingga pengaturan pH dilakukan dengan cara menambahkan

HCl sebagai asam dan NaOH sebagai basa. Uji penetapn pH tidak dilakukan karena tidak

tersedia alat untuk mengukur pH, yaitu pH indikator.

Sediaan infus haruslah steril, sehingga perlu dilakukan uji sterilitas di akhir praktikum,

uji ini dilakukan untuk menetapkan ada tidaknya mikroba, jamur dan ragi yang hidup dalam

sediaan yang diperiksa dapat dilakukan dengan cara menggunakan media agar pertumbuhan

partikel. Namun karena waktu yang tidak memungkinkan, sehingga uji steril ini

didispensasikan.

Dilakukan evaluasi sediaan uji pirogen dan endotoksin karena sediaan infus harus bebas

dari pirogen, hal ini harus diperhatikan terutama pada pemberian banyak, lebih dari 15 ml

cairan yang mengandung pirogen dapat menimbulkan demam. Tes untuk pirogen tertera

17

Page 19: Infus revisi

dalam FI III dan IV yaitu dengan menggunakan Rabbit Pyrogen Test atau LAL test, namun

karena waktu dan media yang tidak memungkinkan sehingga evaluasi uji pirogen dan

endotoksin didispensasikan.

XII. KESIMPULAN

Formulasi yang tepat untuk sediaan steril injeksi/ infus adalah sebagai berikut.

No. Nama Bahan Jumlah (%)

Kegunaan

1. Kalium klorida 0,3 % Zat Aktif

2. Dextrosa 5,57 % Tonicity agent

3 Hidrogen Klorida q.s Adjust pH

4 Natrium Hidroksida

q.s Adjust pH

3. Karbon Adsorban 0,1 % Depirogenasi

4. Aqua Pro Injeksi Ad 100 %

Pembawa

Jenis sterilisasi yang digunakan dalam pembuatan infus Kalium klorida adalah

sterilisasi akhir dengan autoclave pada suhu 1210C selama 15 menit.

Dari evaluasi didapatkan bahwa sediaan infus yang dibuat meiliki karakteristik jernih

namun ada partikel asing didalamnya, dan tidak mengalami kebocoran.

XIII. DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

18

Page 20: Infus revisi

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta:

Departemen Kesehatan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta:

Departemen Kesehatan.

Rowe, Raymond C.2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 5th ed., London:

Pharmaceutical Press.

Sweetman, S.C., 2009.Martindale The Complete Drug Reference 36. Pharmaceutical Press :

London Chicago

Syamsuni,A . 2006. Ilmu Resep . Jakarta : Kedokteran.

Tim penyusun ISO. 2010. ISO Informasi spesialite obat Indonesia.Vol 44. Jakarta : PT ISFI.

Tjay, tan hoan & Kirana rahardja. 2002. Obat-Obat Penting edisi kelima. Jakarta: PT elex

media komutindo.

USP 30 – NF 25 (2009). United States Pharmacopeia and The National Formulary.

Rockville (MD): The United States Pharmacopeial Convention.

XIV. DESIGN KEMASAN SEKUNDER, ETIKET, DAN BROSUR

19

Page 21: Infus revisi

1. kemasan sekunder

2. Etiket

20

Page 22: Infus revisi

3. Brosur

21

Page 23: Infus revisi

INKALIDA®

Komposisi :Kalium klorida ............. 0,7 %Dekstrosa ..................... 2,3 %

Dosis :tidak lebih dari 40 mEq/L dengan kecepatan 20 mEq/jam

Indikasi :pencegahan dan pengobatan pada kekurangan kalium atau hipokalemia,hiperaldoteronisme, sirosis hati, diare kronik yang berhubungan dengan malabsorpsi, untuk memenuhi asupan kalium yang kurang pada penderita usia lanjut.

Kontraindikasi :Hiperhidrasi, hiperkalemia, hiperkloremia, gangguan fungsi ginjal, gagal jantung kongestif, dan edema paru.

Efek samping :Demam, iritasi atau infeksi pada tempat injeksi, thrombosis atau flebitis yang meluas dari tempat injeksi dan ekstravasasi

No reg : DKL13B4800149A1No batch : B23031995Mfg date : oktober 2014Exp date : oktober 2016

Diproduksi oleh

PT. Boumpoũki Farma Bandung, Indonesia

22