KBK Problem Based Learning Prof Bhisma Murti

download KBK Problem Based Learning Prof Bhisma Murti

of 9

Transcript of KBK Problem Based Learning Prof Bhisma Murti

  • 8/8/2019 KBK Problem Based Learning Prof Bhisma Murti

    1/9

    1

    Bab 1

    KURIKUKULUM BERBASIS KOMPETENSI

    DAN PROBLEM-BASED LEARNING

    AREA KOMPETENSI DOKTER

    Fakultas Kedokteran UNS memiliki visi menyelenggarakan program studi pendidikan dokter yang

    berkualitas dan memiliki reputasi tinggi, sehingga dapat menghasilkan lulusan dokter yang mampu

    bersaing di pasar global dan berorientasi kepada kedokteran komunitas.

    Program Studi Pendidikan Dokter pada Fakultas Kedokteran UNS diselenggarakan dengan

    menggunakan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), berdasarkan Standar Pendidikan Profesi Dokter

    (KKI, 2006a). Kurikulum berbasis kompetensi diharapkan dapat menciptakan proses pembelajaran

    yang membantu mahasiswa agar dapat mencapai sejumlah kompetensi dokter pada akhir masa

    studi. Tabel 1.1 menyajikan 7 area komeptensi dokter sebagaimana ditetapkan dalam Standar

    Kompetensi Dokter (KKI, 2006b).

    Tabel 1.1 Area kompetensi dokter

    1 Komunikasi efektif

    2 Ketrampilan klinis

    3 Landasan ilmiah ilmu kedokteran

    4 Pengelolaan masalah kesehatan

    5 Pengelolaan informasi

    6 Mawas diri dan pengembangan diri

    7 Etika, moral. medikolegal, profesionalisme,

    dan keselamatan pasien

    Sumber: KKI, 2006b

    KOMPONEN KOMPETENSI

    (KKI, 2006b)

    Area Komunikasi Efektif

    1. Berkomunukasi dengan pasien beserta anggota keluarganya2. Berkomunukasi dengan sejawat3. Berkomunikasi dengan masyarakat4. Berkomunukasi dengan profesi lain

    Area Keterampilan Klinis1. Memperoleh dan mencatat informasi yang akurat dan penting tentang pasien dan

    keluarganya

    2. Melakukan prosedur klink dan laboratorium3. Melakukan prosedur kedaruratan klinis

    Area Landasan Ilmiah Kedokteran

    1. Menerapkan konsep dan prinsip ilmu biomedik, klinik, perilaku, dan ilmu kesehatanmasyarakat, sesuai dengan pelayanan kesehatan tingkat primer

    2. Merangkum interpretasi anamneis, pemeriksaan fisik, uji laboratorium, dan prosedur yangsesuai

    3. Menentukan efektivitas suatu tindakan

  • 8/8/2019 KBK Problem Based Learning Prof Bhisma Murti

    2/9

    2

    Area Pengelolaan Masalah Kesehatan

    1. Mengelola penyakit, keadaan sakit, dan masalah pasien sebagai individu yang utuh, bagiandari keluarga dan masyarakat

    2. Melakukan pencegahan penyakit dan keadaan sakit3. Melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka promosi kesehataan dan pencegahan

    penyakit4. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk meningkatkaan derajat kesehatan5. Mengelola sumber daya manusia, serta sarana, dan prasarana, secara efektif dan efisien,

    dalam pelayanan kesehatan primer, dengan pendekatan kedokteran keluarga

    Area Pengelolaan Informasi

    1. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu penegakan diagnosis,pemberian terapi, tindakan pencegahan dan promosi kesehatan, serta penjagaan, dan

    pemantauan status kesehatan pasien

    2. Memahami manfaat dan keterbatasan teknologi informasi3. Memanfaatkan informasi kesehatan

    Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri

    1. Menerapkan mawas diri2. Mempraktikkan belajar sepanjang hayat3. Mengembangkan pengetahuan baru

    Area Etika, Moral, Medikolegal, Profesionalisme, dan Keselamatan Pasien

    1. Memiliki sikap profesional2. Berperilaku profesional dalam bekerjasama3. Sebagai anggota tim pelayanan kesehataan yang profesional4. Melakukan praktik keddokteran dalam masyaarakat multikultural di Indonesia5. Memenuhi aspek medikolegal dalam praktik kedokteran6. Menerapkan keselamatan pasien dalam praktik kedokteran

    PROBLEM-BASED LEARNING

    Problem based learning (PBL) pertama kali diimplementasikan di Fakultas Kedokteran Universitas

    McMaster, Kanada, tahun 1969, sebagai sebuah cara belajar baru yang radikal dan inovatif dalam

    pendidikan dokter (Gwee, 2009). Namun gerakan PBL sendiri untuk merestrukturisasi pendidikan

    kedokteran sudah dimulai di Universitas McMaster sejak tahun 1950an (Halonen, 2010). Sejak itu

    PBL telah menjadi trend baru pendidikan kedokteran. Kini PBL telah diterapkan pada banyak

    Fakultas Kedokteran di seluruh dunia. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret mulai

    mengimplementasikan PBL sejak 2007.

    PBL memadukan sejumlah teori dan prinsip pendidikan yang saling melengkapi ke dalam

    suatu desain sistem pembelajaran. PBL mengandalkan strategi belajar yang berpusat kepada pelajar

    (student-centered), kolaboratif, kontekstual, terpadu, diarahkan sendiri, dan reflektif. Desain dan

    pelaksanaan pembelajaran meliputi belajar dalam kelompok-kelompok kecil dan peer teaching.

    Mahasiswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk membangun pengetahuan dengan

    menggunakan kasus masalah yang realistis untuk memicu proses belajar (Gwee, 2009).

    PBL merepresentasikan pergeseran besar dalam paradigma pendidikan dari pembelajaran

    tradisional yang berpusat kepada dosen (teacher-centered) ke pembelajaran yang berpusat kepada

    mahasiswa (student-centered). Pendidik dan penyelenggara pendidikan yang akan

    mengimplementasikan PBL harus memahami prinsip-prinsip dasar, pelaksanaan, dan filosofi PBL

  • 8/8/2019 KBK Problem Based Learning Prof Bhisma Murti

    3/9

    3

    Perhatian khusus perlu diberikan untuk melatih dan memilih tutor PBL karena mereka

    memiliki peran penting dalam proses PBL. Perubahan mindset (pola pikir) yang signifikan perlu

    dilakukan, baik pada mahasiswa maupun dosen, agar implementasi PBL berhasil. Karena itu program

    pelatihan dan pembekalan untuk mahasiswa dan dosen harus dilakukan sebelum implementasi PBL.

    PBL merupakan strategi pembelajaran yang sangat banyak menggunakan sumber daya.

    Pengalaman banyak institusi yang telah menerapkan PBL menunjukkan, misalnya FakultasKedokteran UGM di Yogyakarta yang telah menerapkan sejak awal 1990an, implementasi PBL

    merupakan pekerjaan berat dan membutuhkan perencanaan yang seksama dan terinci. Dibutuhkan

    komitmen tinggi di pihak pendidik yang diberi tanggungjawab mengimplementasikan PBL dalam

    suatu institusi (Gwee, 2007).

    Di sisi lain, PBL menawarkan banyak keuntungan, yaitu pendidikan yang lebih berkualitas,

    holistik (menyeluruh), dan bernilai tambah, untuk membekali mahasiswa dalam belajar menjadi

    tenaga kesehatan profesional pada abad ke 21. Implementasi PBL akan membantu mahasiswa dalam

    mengembangkan kebiasaan berpikir, bersikap, dan berperilaku yang dibutuhkan sebagai tenaga

    kesehatan profesional yang kompeten, melayani, dan etis pada abad ke 21. Jika dilakukan dengan

    benar, PBL dapat memberikan sumbangan penting bagi perbaikan pelayanan kesehatan di suatunegara yang diberikan oleh para tenaga kesehatan profesional (Gwee, 2009).

    Karakteristik PBL

    Intinya, dalam PBL mahasiswa menggunakan masalah dari sebuah skenario sebagai pemicu

    (trigger) untuk menentukan tujuan pembelajaran (learning objective). Lalu mahasiswa melakukan

    studi secara mandiri dan diarahkan sendiri, sebelum kembali ke dalam kelompok untuk membahas

    dan menyempurnakan pengetahuan yang diperoleh (Wood, 2003). Jadi terdapat perbedaan antara

    konsep PBL (problem-based learning) dan pemecahan masalah (problem solving). Pemecahan

    masalah menempatkan masalah sebagai target untuk dipecahkan. PBL menggunakan masalah yang

    tepat sebagai pemicu untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman. Meskipun demikian bisa

    saja masalah yang digunakan sebagai pemicu dalam PBL merupakan masalah yang perlu dipecahkan

    oleh mahasiswa.

    Meskipun hanya sebagai pemicu, masalah yang digunakan dalam PBL hendaknya realistis,

    membumi, sering dijumpai, yang sesuai dengan konteks masalah yang sesungguhnya yang akan

    dihadapi mahasiswa ketika telah menjadi dokter praktik (Wood, 2003). Dalam buku Standar

    Komeptensi Dokter yang dikeluarkan Konsil Kedokteran Indonesia menegaskan bahwa yang

    diharapkan adalah kompetensi dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat primer,

    bukan pelayanan kesehatan tingkat sekunder atau spesialistik (KKI, 2006b). Selain itu, masalah

    yang dikemukakan dalam PBL sebaiknya tidak bersifat monolitik yang hanya memicu hadirnya

    pengetahuan tunggal, melainkan masalah yang terbuka (open-ended) yang memicu mahasiswa

    untuk mengeksplorasi pengetahuan transdisipliner (Halonen, 2010).

    PBL menekankan pengetahuan awal (pre-existing knowledge, prior knowledge)

    mahasiswa: Mulailah dengan yang Anda ketahui. Mahasiswa kemudian mengambil peran aktif

    dalam merencanakan, menata, dan memilih masalah-masalah yang akan menjadi tujuan

    pembelajaran.

    Langkah-Langkah Dasar PBL

    Dalam PBL, mahasiswa membagi diri dalam kelompok-kelompok kecil. Kemudian suatu masalah

    yang realistis disajikan dan didiskusikan. Kemudian mahasiswa mengidentifikasi apa yang sudah

    diketahui dalam hubungannya dengan masalah (pre-existing knowledge):

  • 8/8/2019 KBK Problem Based Learning Prof Bhisma Murti

    4/9

    4

    1. Informasi apa yang dibutuhkan2. Strategi atau langkah-langkah apa yang selanjutnya perlu diambil untuk mempelajari

    informasi/ pengetahuan/ dan ketrampilan yang diperlukan untuk menjawab masalah

    Lalu masing-masing mahasiswa meneliti berbagai isu dan mengumpulkan sumber informasi.

    Sumber daya/ sumber informasi yang digunakan mahasiswa dievaluasi oleh kelompok. Informasi/

    pengetahuan/ keterampilan baru dibagikan kepada anggota kelompok lainnya. Siklus seperti itudiulangi sampai mahasiswa merasa bahwa semua masalah atau isu telah terjawab dengan

    memuaskan. Mahasiswa bisa mengajukan saran, solusi, atau hipotesis. Tutor melakukan evaluasi

    kinerja kelompok (Halonen, 2010).

    Jenis Kompetensi yang Dihasilkan

    Belajar kelompok PBL tidak hanya memudahkan tercapainya kompetensi untuk mengakusisi

    (memperoleh) pengetahuan baru, tetapi juga sejumlah keterampilan lainnya yang penting, misalnya

    ketrampilan berkomunikasi, kerjasama tim, pemecahan masalah, tanggungjawab untuk belajar

    mandiri, berbagi informasi, dan menghargai orang lain (Tabel 1.2). Dengan demikian PBL dapat

    dipandang sebagai sebuah metode belajar kelompok kecil yang memadukan akuisi pengetahuan danpengembangan aneka ketrampilan dan sikap umum yang diperlukan dalam pekerjaan sebagai dokter

    atau tenaga kesehatan profesional lainnya (Wood, 2003).

    Tabel 1.2 Keterampilan dan sikap umum yang dihasilkan PBL

    Kerjasama tim Mengkaji kritis literatur Memimpin kelompok Belajar mandiri Mendengarkan Penggunaan sumberdaya informasi Mencatat Keterampilan presentasi Menghargai pandangan kolega

    Sumber: Wood, 2003Dengan demikian jelas bahwa keterampilan yang diperoleh dari strategi PBL mendukung

    pencapaian area kompetensi dokter (Tabel 1.2), baik keterampilan memperoleh pengetahuan (area

    kompetensi 3, 5), keterampilan berkomunikasi dan presentasi (area kompetensi 1), kerjasama dalam

    tim (area kompetensi 7), pengembangan diri, memimpin kelompok, dan menghargai orang lain (area

    kompetensi 6), penggunaan sumber informasi (area kompetensi 5), maupun menilai literatur dengan

    kritis (area kompetensi 3, 4). Demikian pula penyajian materi klinik di dalam skenario sebagai

    stimulus pembelajaran memungkinkan mahasiswa memahami relevansi pengetahuan ilmiah yang

    diperoleh dengan prinsip-prinsip praktik klinis (area kompetensi 2, 7).

    Keuntungan dan Kerugian PBL

    PBL memberikan aneka keuntungan sebagai berikut (Halonen, 2010):

    1. Kemampuan retensi dan pemanggilan kembali (recall) pengetahuan lebih besar2. Mengembangkan keterampilan interdisipliner:

    Mengakses dan menggunakan informasi dari aneka domain subjek Mengintegrasikan pengetahuan dengan lebih baik Mengintegrasikan belajar di kelas dan lapangan

    3. Mengembangkan keterampilan belajar seumur hidup: Cara meneliti Cara berkomuniasi dalam kelompok Cara mengatasi masalah

    4. Menciptakan lingkungan belajar yang aktif, kooperatif, penilaian diri dan kelompok (peerassessment), berpsat pada mahasiswa, efektivitas tinggi.

  • 8/8/2019 KBK Problem Based Learning Prof Bhisma Murti

    5/9

    5

    5. Menciptakan lingkungan belajar yang memberikan Umpan balik segera Kesempatan untuk mempelajari aneka sasaran belajar yang disukai Kesempatan untuk belajar pada berbagai tingkat pembelajaran (taksonomi Bloom)

    6. Menciptakan lingkungan belajar yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis danmemecahkan masalah

    7. Meningkatkaan motivasi dan kepuasan mahasiswa, interaksi mahasiswa-mahasiswa, daninteraksi mahasiswa-dosen/ instruktur

    Kerugian PBL sebagai berikut (Halonen, 2010):

    1. Membutuhkan perencanaan dan sumberdaya yang sangat besar: Pembuatan skenario, meliputi masalah, kasus, situasi Penyediaan sumberdaya untuk mahasiswa, misalnya, ruang diskusi, literatur, perpustakaan

    tradisional maupun e-library, narasumber, tenaga profesional di bidangnya

    2. Membutuhkan komitmen untuk menjalankan PBL, dan kesediaan dosen untuk menghargaipengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan yang diperoleh mahasiswa selama proses

    pembelajaran

    3. Memerlukan perubahan paradigma: Pergeseran dari fokus dari apa yang diajarkan dosen (teacher-centered) menjadi apa yang

    dipelajari mahasiswa (student-centered)

    Perubahan pandangan dosen sebagai pakar yang berperan sebagai bank pengetahuanmelalui kuliah dan peragaan di kelas, menjadi dosen sebagai fasilitator atau tutor

    pembelajaran

    MODEL SPICES HARDEN

    Harden et al. (2009) mengidentifikasi enam strategi dalam kurikulum pendidikan dokter. Mereka

    membuat spektrum strategi tersebut dan membedakan antara model PBL yang diformulasikan

    sebagai SPICES di satu sisi dan model konvensional di sisi lain: student-centred/ teacher-centred,problem-based/ information-gathering, integrated/ discipline-based, community-based/hospital-

    based, elective/uniform and systematic/ apprentice ship-based (Tabel 1.3)

    Model analisis strategi kurikulum SPICES dapat digunakan dalam perencanaan dan evaluasi

    kurikulum, dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan kurikulum, dan dalam memberikan

    bimbingan berkaitan dengan metode pembelajaran dan penilaian..

    Tabel 1.3 Perbedaan antara model SPICES Harden dan model konvensional

    Model SPICES Model konvensional

    1 Student centered Teacher-centered

    2 Problem-based Information-gathering3 Integrated Discipline-based

    4 Community-based Hospital-based

    5 Elective Uniform

    6 Systematic approach Apprenticeship

    Sumber: Harden et al., 2009

    Perhatikan, model PBL yang disebut Harden et al. (2009) sebagai SPICES menekankan

    pembelajaran berdasarkan masalah yang berbasis komunitas (strategi 4), bukan berbasis rumah

    sakit. Jadi model ini sesuai dengan area kompetensi yang dinyatakan dalam Standar Kompetensi

    Dokter (KKI, 2006b), bahwa seorang dokter harus mampu mengelola masalah kesehatan pasien

    sebagai individu secara utuh, sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat. Selain itu, pembelajaran

    berbasis komunitas juga merupakan syarat mutlak jika pendidikan dokter bertujuan mewujudkan visi

    pendidikan dokter pada FK UNS, yaitu dokter yang berorientasi kesehatan komunitas.

  • 8/8/2019 KBK Problem Based Learning Prof Bhisma Murti

    6/9

    6

    IMPLEMENTASI PBL

    Seven Jumps Maastricht. FK UNS menggunakan Tujuh Langkah (Seven Jumps) yang

    dikembangkan Maastricht, Belanda, dalam mengimplementasikan diskusi tutorial PBL (Tabel 1.4).

    Tabel 1.4 Seven Jumps Maastricht dalam proses tutorialLangkah 1 Mengidentifikasi dan mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum

    dikenal dalam skenario. Notulen membuat daftar istilah yang masih

    belum jelas sampai akhir diskusi

    Langkah 2 Mendefinisikan masalah yang akan dibahas. Jika terdapat perbedaan

    pandangan tentang masalah yang perlu dibahas, maka semua

    masalah harus dipertimbangkan. Notulen membuat daftar masalah

    yang sudah disepakati untuk dibahas

    Langkah 3 Sesi brainstorming (curah pendapat) untuk membahas masalah,

    yaitu memberikan saran penjelasan dan mengidentifikasi area yang

    belum diketahui dengan sempurna. Notulen mencatat semua pokok

    diskusiLangkah 4 Kaji ulang langkah 2 dan 3, lalu tata penjelasan-penjelasan menjadi

    solusi sementara. Notulen menata penjelasan-penjelasan

    Langkah 5 Rumuskan tujuan pembelajaran (learning objective). Kelompok

    menyepakati tujuan pembelajaran. Tutor memastikan bahwa tujuan

    pembelajaran terfokus, bisa dicapai, komprehensif, dan tepat

    Langkah 6 Belajar mandiri (semua mahasiwa mengumpulkan informasi yang

    berhubungan dengan tujuan pembelajaran)

    Langkah 7 Kelompok berbagi hasil belajar mandiri (mahasiswa mengindetifikasi

    sumber belajar dan berbagi hasilnya). Tutor memeriksa

    pembelajaran, dan menilai kinerja kelompok

    Sumber: Wood, 2003

    Tabel 1.5, 1.6, 1.7, dan 1.8, berturut-turut menyajikan daftar perang Ketua, Notulen, Peserta, dan

    Fasilitator (Tutor) Kelompok Turoial PBL.

    Tabel 1.5 Peran Ketua dan diskusi PBL

    1 Memimpin proses diskusi kelompok

    2 Mendorong anggota kelompok untuk mengambil bagian

    dalam diskusi

    3 Memelihara dinamika kelompok

    4 Mengatur waktu

    5 Memastikan kelompok mencapai tujuan pembelaajaran(learning objective)

    6 Memastikan notulen membuat catatan dengan akurat

    Sumber: Wood, 2003

    Tabel 1.6 Peran Notulen (Pencatat) dalam diskusi PBL

    1 Mencatat inti diskusi yang dikemukan kelompok

    2 Membantu kelompok dalam mengurutkan pikiran dan

    gagasan

    3 Berpartisipasi dalam diskusi

    4 Mencatat sumber daya yang digunakan oleh kelompok

    Sumber: Wood, 2003

  • 8/8/2019 KBK Problem Based Learning Prof Bhisma Murti

    7/9

    7

    Tabel 1.7 Peran Peserta dalam diskusi PBL

    1 Mengikuti urutan langkah-langkah proses

    2 Berpartisipasi dalam diskusi

    3 Mendengarkan dan menghargai kontribusi peserta

    lainnya

    4 Mengajukan pertanyaan terbuka5 Mencapai semua tujuan pembelajaran (learning

    objective)

    6 Berbagai informasi dengaan peserta lainnya

    Sumber: Wood, 2003

    Tabel 1.8 Peran Tutor dalam diskusi PBL

    1 Mendorong semua anggota kelompok untuk

    berpartisipasi dalam diskusi

    2 Membantu ketua untuk memelihara dinamika kelompok

    dan mengatur waktu

    3 Memastikan bahwa notulen membuat catatan denganakurat

    4 Mencegah disuksi di luar skenario

    5 Memastikan kelompok mencapai tujuan kompetensi

    (learning objective)

    6 Memeriksa pemahaman peserta

    7 Menilai kinerja peserta

    Sumber: Wood, 2003

  • 8/8/2019 KBK Problem Based Learning Prof Bhisma Murti

    8/9

    8

    KEDOKTERAN DALAM PETA KOMPETENSI KBK-FKUNS

    (Gambar 1.1). Nomer kompetensi merujuk kepada nomer Area Kompetensi Dokter (KKI, 2006).

    Pelayanan kesehatan

    preventif, promotif

    pada level individu,

    keluarga, komunitas

    (kompetensi 1, 3, 4)

    Pelayanan medis

    rehabilitatif pada

    level individu

    (kompetensi 1, 2, 3,

    Dokter yang

    profesional, mampu

    bersaing global,berorientasi

    kedokteran komunitas

    Pelayanan medis

    kuratif pada level

    individu (kompetensi

    1 2 3 7

    Diagnosis masalah

    klinis pasien

    (kompetensi 2)

    Diagnosis masalahkesehatan keluarga,

    komunitas (diagnosis

    komunitas)

    Kompetensi 3, 4)

    Memahami prinsipintervensi/ terapi/

    pemecahan masalah,

    kedokteran berbasis bukti

    (kompetensi 3, 4)

    Anamnesis masalah

    kesehatan pasien,

    analisis data kesehatan

    sekunder, survei

    Pemeriksaan fisik

    pasien (inspeksi,

    palpasi, auskultasi,

    perkusi) (kompetensi 1,

    Memilih alat

    penunjang

    diagnostik yang

    Kedokteran

    berbasis bukti,

    pelayanan

    (kompetensi

    2,3, 7)

    Memahami

    struktur dan

    fungsi organ

    (kompetensi 3)

    Memahami kausa

    distal masalah

    kesehatan pasien

    (level keluarga,

    komunitas,

    Memecahkan

    masalah

    kesehatanmasyarakat

    (kompetensi

    4)

    Menerapkan

    prinsip etika,

    profesionalisme

    (kompetensi

    6 7

    Kemampuan

    melakukan

    komunikasi

    efektif

    (kompetensi

    1)

    Penggunaan

    teknologi

    informasi

    (kompetensi

    5

    Menerapkan

    budaya ilmiah

    (kompetensi

    3)

    Memahami ,

    mekanisme biologi,

    patofisiologi penyakit,

    kausa proksimal

    masalah kesehatan

    asien 3 4

    Gambar 1.1 Kompetensi kedokteran komunitas

    dalam mapping kompetensi KBK-FKUNS

  • 8/8/2019 KBK Problem Based Learning Prof Bhisma Murti

    9/9

    9

    REFERENSI

    Gwee M (2009). Problem-based learning: A strategic learning system design for the education of

    healthcare professionals in the 21ST Century. The Kaohsiung Journal of Medical Sciences, 25

    (5), 231-239

    Halonen D (2010). Problem based learning: A case study. University fo Manitoba. auspace.athabascau.ca:8080/.../Problem%20Based%20Learning.ppt. Diakses 20 Agustus 2010.

    Harden RM, Sowden S, Dunn WR (2009). Educational strategies in curriculum development: the

    SPICES model. ASME. www.medicaleducation.com

    KKI (2006a). Standar pendidikan profesi dokter. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia.

    KKI (2006b). Standar kompetensi dokter. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia.

    Wood DF (2003). ABC of learning and teaching in medicine. Problem based learning. BMJ, 326