Kateterisasi

24
Satria Adji Hady Prabowo

description

Kateter

Transcript of Kateterisasi

Page 1: Kateterisasi

Satria Adji Hady Prabowo

Page 2: Kateterisasi

Kateterisasi uretra adalah memasukan kateter kedalam buli-buli melalui uretra.

Page 3: Kateterisasi

Diagnosis Terapi

Page 4: Kateterisasi

Kultur urine Memasukkan kontras : Sistogram, Voiding cysto

urethrography (VCUG) Pemeriksaan urodinamis Menilai produksi urine

Page 5: Kateterisasi

Mengeluarkan urine dari buli BPH, disfungsi buli Mengosongkan buli, untuk penyembuhan buli pasca

operasi (oprasi batu buli, operasi prostatectomy) Sebagai splint operasi rekonstruksi uretra Memasukkan obat intra vesica kanker buli.

Page 6: Kateterisasi

1 cheriere (ch) / 1 French (Fr) = 0,3 mm atau 1 mm = 3 Fr.

Kateter 18F = diameter luar 6 mm.

Page 7: Kateterisasi

Logam (Stainless) Karet (Lateks) Lateks dengan lapisan silikon (siliconized) Silikon

Perbedaan bahan menentukan “Biokompabilitas” kateter di dalam buli (daya tahan kateter).

Page 8: Kateterisasi

Straight kateter Lateks (nelaton)

Self retaining catheter dapat menetap (indwelling). Misal : Foley, Malecot

Ada cabang 2, cabang 3

Page 9: Kateterisasi

Prinsip :◦ Aseptik◦ Diusahakan tidak menimbulkan rasa sakit pada pasien◦ Tidak merusak uretra ◦ Kateter menetap sistem tertutup (pakai urine bag)◦ Kateter menetap dipertahankan sesingkat mungkin.

Page 10: Kateterisasi

Ketegangan dari sfingter uretra eksterna Batu uretra Striktura uretra Tumor uretra

Page 11: Kateterisasi

Pakai sarung tangan steril Asepsis & Antisepsis penis dan sekitarnya Hubungkan kateter dengan urine bag urine bag dikunci Pasang duk steril Memegang penis dengan tangan kiri agak ditarik ke ventral Masukkan xylocain jelly 1 tube melalui orifisium uretra

ekstrerna Tekan gland penis (orifisium uretra eksterna) ± 1-2 menit

agar jelly tidak keluar Masukkan kateter sampai cabang menyentuh uretra

eksterna Isi balon kateter dengan aquadest 10cc Kateter difiksasi di inguinal / paha proksimal.

Page 12: Kateterisasi

Banyak minum Membersihkan sekret, darah, nanah yang menempel

di meatus dan kateter. Jangan mengangkat/meletakan urine bag lebih tinggi

dari bulu-buli Jangan sering membuka saluran penampung yang

dihubungkan dengan kateter Mengganti kateter setiap 2 minggu sekali

Page 13: Kateterisasi
Page 14: Kateterisasi

Memasukan kateter dengan membuat lubang pada buli-buli melalui insisi suprapubik dengan tujuan untuk mengeluarkan urine.

Page 15: Kateterisasi

Kegagalan pada saat melakukan kateterisasi uretra Ada kontraindikasi untuk melakukan tindakan

transuretra Untuk mengukur tekanan intravesikal pada studi

sistotonometri Mengurangi penyulit timbulnya sindroma intoksikasi

air pada saat TUR prostat

Page 16: Kateterisasi

Perkutan (trokar) sistostomi Operasi terbuka

Page 17: Kateterisasi

Tidak boleh dikerjakan pada: Tumor buli-buliHematuria yang belum jelas sebabnyaRiwayat pernah menjalani operasi daerah abdomen/pelvisBuli-buli yang ukurannya kecil (contracted bladder)

Page 18: Kateterisasi

1. Disinfeksi lapangan operasi

2. Mempersempit lapang operasi dengan kain steril

3. Injeksi (infiltrasi) anestesi lokal dega lidokain 2% mulai dari kulit, subkutis hingga ke fasia

4. Insisi kulit suprapubik digaris tengah pada tempat yang paling cembung 1cm, kemudian diperdalam sampai ke fasia

5. Dilakukan pungsi percobaan melalui tempat insisi dengan semprit 10cc untuk memastikan tempat kedudukan buli-buli

6. Alat trokar ditusukan melalui luka operasi hingga terasa hilangnya tahanan dari fasia dan otot-otot detrusor

7. Alat obturator dibuka dan jika alat itu sudah masuk ke dalam buli-buli akan keluar urine memancar melalui sheath trokar

Page 19: Kateterisasi

8. Alat trokar yang berfungsi sebagai obturator (penusuk) dan sheat dikeluarkan dari buli-buli sedangkan bagian slot kateter setengah lingkaran tetap ditinggalkan

9. Kateter foley dimasukan melalui penuntun slot kateter setengah lingkaran, kemudian balon dikembangkan dengan memakai aquadest 10cc. Setelah diyakinkan balon berada dibuli-buli slot kateter setengah lingkaran dikeluarkan dari buli-buli dan kateter dihubungkan dengan kantong penampung atau urin bag

10. Kateter difiksasi pada kulit dengan benang sutra dan luka operasi ditutup dengan kain kasa steril

Page 20: Kateterisasi

Bila tusukan terlalu mengarah ke kaudal dapat mencederai prostat Mencederai rongga/organ peritoneum Menimbulkan perdarahan Pemakaian kateter yang terlalu lama dan perawatan yang kurang baik akan

menimbulkan infeksi, enkrustasi kateter, timbul batu saluran kemih, degenerasi maligna mukosa buli-buli, dan terjadi refluks vesiko-ureter

Page 21: Kateterisasi

Dikerjakan jika terdapat kontraindikasi pada tindakan sistostomi trokar atau tidak tersedia alat trokar

Sebaiknya dikerjakan dengan memakai anestesi umum

Page 22: Kateterisasi

1. Disinfeksi lapangan operasi

2. Mempersempit lapangan operasi dengan kain steril

3. Injeksi anestesi lokal, jika tidak menggunakan anestesi umum

4. Insisi vertikal pada garis tengah 3-5 cm diantara pertengahan simfisis dan umbilikus

5. Insisi diperdalam sampai lemak subkutan hingga terlihat linea alba yang merupakan fasia yang membungkus muskulus rektus kiri dan kanan. Muskulus rektus kiri dan kanan dipisahkan sehingga terlihat jaringan lemak, buli-buli dan peritoneum. Buli-buli dapat dikenali dengan karena warnanya putih dan banyak terdapat pembulu darah

6. Jaringan lemak peritoneum disisihkan ke kranial untuk memudahkan memegang buli-buli

7. Dilakukan fiksasi pada buli-buli dengan benang pada 2 tempat

Page 23: Kateterisasi

8. Dilakukan pungsi dan sekaligus insisi dinding buli-buli diantara dua tempat yang telah difiksasi

9. Dilakukan pungsi dan sekaligus insisi dinding buli-buli dengan pisau tajam hingga keluar urine, yang kemudian (kalau perlu) diperlebar dengan klem. Urine yang keluar dihisap dengan mesin penghisap

10. Eksplorasi dinding buli-buli untuk melihat adanya: Tumor, batu, adanya perdarahan, muara ureter atau penyempit leher buli-buli

11. Pasang kateter Foley ukuran 20Fr-24 Fr pada lokasi yang berada dengan luka operasi

12. Buli-buli dijahit 2 lapis yaitu muskularis-mukosa dan sero-muskularis

13. Ditinggalkan drain redon kemudian luka operasi dijahit lapis demi lapis. Balon kateter dikembangkan dengan aquadest 10cc dan difiksasi ke kulit dengan benang sutera.

Page 24: Kateterisasi