katarak senilis revisi 1
-
Upload
dianawarma -
Category
Documents
-
view
42 -
download
1
Transcript of katarak senilis revisi 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Katarak adalah kekeruhan lensa yang mengarah kepada penurunan ketajaman visual dan/atau
cacat fungsional yang dirasakan oleh pasien.1 Katarak disebabkan oleh usia, paling sering
ditemukan pada kelainan mata yang menyebabkan gangguan pandangan.2 Katarak Senilis
merupakan salah satu penyebab utama terjadi kebutaan di dunia.
Pada penelitian tahun 2004 oleh Wilmer Eye Institute tercatat 20,5 juta (17,2%) orang
Amerika umur 40 tahun keatas menderita katarak. Diperkirakan angka penderita akan terus
bertambah hingga mencapai 30,1 juta pada tahun 2020.3 Pembedahan merupakan satu-satunya
terapi untuk penderita katarak yang bertujuan memperbaiki visus atau tajam penglihatan.
Pembedahan katarak dilakukan dengan mengambil lensa mata yang terkena katarak kemudian
diganti dengan lensa implan atau Intraokuler Lens (IOL). 4,5
Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%, dengan keberhasilan tanpa komplikasi.
Prognosis dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan
menggunakan snellen chart. 4
Penulis terkait untuk mengangkat tema katarak senilis dikarenakan katarak senilis
merupakan penyakit mata yang paling sering menimbulkan kebutaan dan dimasyarakat masih
sedikit informasi mengenai katarak senilis. Pada paper ini akan dijelaskan lebih rinci mengenai
katarak senilis.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka masalah-masalah yang dapat
diformulasikan ialah sebagai berikut :
a. Apa definisi dari Katarak Senilis ?
b. Bagaimana epidemiologi dari Katarak Senilis ?
c. Bagaimana etiologi dari Katarak Senilis ?
1
d. Bagaimanaklasifikasi dari Katarak Senilis ?
e. Bagaimana patofisiologi dari Katarak Senilis ?
f. Bagaimana diagnosis dari Katarak Senilis ?
g. Bagaimana penatalaksanaan dari Katarak Senilis ?
h. Bagaimana prognosis dari Katarak Senilis ?
i. Bagaimana KIE yang berkaitan dengan Katarak Senilis ?
1.3. Tujuan Penulisan
Mengacu pada rumusan masalah, maka tujuan penyusunan sintesis ialah sebagai berikut:
a. Memberi informasi mengenai definisi dari Katarak Senilis
b. Memberi informasi mengenai epidemiologi dari Katarak Senilis
c. Memberi informasi mengenai etiologi dari Katarak Senilis
d. Memberi informasi mengenai klasifikasi dari Katarak Senilis
e. Memberi pemaham tentang bagaimana patofisiologi dari Katarak Senilis
f. Memberi pemaham tentang cara mendiagnosis Katarak Senilis
g. Memberi pemaham tentang penatalaksanaan dari Ktarak Senilis
h. Memberi pemaham tentang prognosis dari Katarak Senilis
i. Memberi pemaham tentang KIE yang berkaitan dengan Katarak Senilis
1.4. Metode Penulisan
Metode yang dipergunakan dalam penulisan paper ini adalah metode studi pustaka, yaitu dengan
metode studi pustaka yang mengkaji atau menelaah reference untuk mendapatkan informasi
yang lengkap mengenai katarak senilis.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Katarak Senilis
Katarak adalah kekeruhan lensa yang mengarah kepada penurunan ketajaman visual dan/atau
cacat fungsional yang dirasakan oleh pasien. Keadaan yang terjadi pada lensa mata yang
normalnya bersifat transparan menjadi keruh sehingga pengantaran cahaya ke retina menjadi
terganggu dan menyebabkan terjadinya penurunan fungsi penglihatan.2
Katarak senilis merupakan salah satu dari beberapa jenis katarak yang cukup sering ditemui
yaitu yang terjadi pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Katarak ini terjadi secara bertahap,
pada awalnya hanya mengenai salah satu mata, selanjutnya juga dapat mempengaruhi mata yang
lainnya.2,6
2.2. Epidemiologi Katarak Senilis
Pada suatu penelitian mata di Framingham dari tahun 1973-1975 didapatkan 15,5% dari 2477
pasien yang diperiksa menderita katarak senilis.6 Pada penelitian lain tahun 2004 oleh Wilmer
Eye Institute tercatat 20,5 juta (17,2%) orang Amerika umur 40 tahun keatas menderita katarak.
Diperkirakan angka penderita akan terus bertambah hingga mencapai 30,1 juta pada tahun 2020.7
Katarak Senilis merupakan salah satu penyebab utama terjadi kebutaan di dunia. Menurut
penelitian di Denmark 33,3% katarak merupakan penyebab kebutaan9 bahkan di India mencapai
82,6%.4 Kejadian serupa juga ditemukan di Afrika dimana 1,2% dari populasi Afrika menderita
kebutaan, dimana 36% disebabkan oleh katarak.6
2.3. Etiologi Katarak Senilis
Hingga saat ini penyebab katarak senilis belum diketahui dengan pasti. Namun ada beberapa
faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya katarak ini, antara lain:2,8
1. Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetik
2. Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat sehingga berefek buruk terhadap
lensa.
3
3. Faktor imunologis
4. Gangguan yang bersifat lokal pada lensa seperti gangguan nutrisi, gangguan permeabilitas
kapsul lensa, dan efek radiasi cahaya matahari.
5. Gangguan metabolisme umum.
6. Penyakit sistemik seperti diabetes, hipertensi dan penyakit jantung koroner.
7. Merokok dan konsumsi alkohol
2.4. Klasifikasi katarak Senilis
Katarak Senilis dapat dibagi menjadi 3 tipe yaitu5,6:
a) Nuclear cataract, merupakan jenis yang paling sering terjadi dimana sesuai namanya cataract
ini berkembang di nukleus lensa secara perlahan. Pada awalnya akan dapat menyebabkan silau
dan penglihatan kabur.
b) Cortical cataract, merupakan kekeruhan pada korteks lensa. Biasanya disebabkan oleh
paparan sinar matahari dan juga sering dijumpai pada penderita diabetes.
c) Posterior subcapsular cataract, merupakan katarak pada korteks dekat kapsul posterior pusat.
Gejala umum yang dijumpai berupa silau dan penglihatan kabur dalam cahaya terang. Trauma
dan peradangan merupakan salah satu dari penyebab cataract tipe ini.
Dari suatu penelitian pada orang usia tua didapatkan nuclear cataract (65,5%), cortical cataract
(27,7%), posterior subcapsular cataract (19,7%).6
2.5. Patofisiologi Katarak Senilis
Aging proses
Katarak merupakan kelainan pada mata yang paling sering ditemukan pada usia tua yang
menyebabkan gangguan pengelihatan. Pathogenesis dari katarak senilis sendiri belum diketahui
secara pasti, tetapi beberapa ahli menyebutkan terjadinya katarak senilis merupakan multifaktor
yang melibatkan interaksi bermacam – macam kompleks dari proses fisiologis. Berdasarkan usia
lensa, terjadi karena peningkatan berat dan ketebalan serta menurunnya kemampuan akomodasi.
Serat kortical yang terbentuk dengan bentuk konsentris, akibatnya nucleus dari lensa mengalami
4
penekanan dan pergeseran sehingga terjadi nucleus sclerosis. Selanjutnya akan terjadi kristalisasi
yaitu perubahan yang terjadi akibat modifikasi kimia dan agregasi protein menjadi high-
molecular-weight-protein sehingga mengaburkan pengelihatan dengan menghambat jalannya
cahaya ke retina. Perubahan lain yang terjadi pada lensa adalah adanya konsentrasi glutatin dan
potassium dan meningkatnya konsentrasi sodium dan calcium.5,10
Perubahan kimia dari protein nucleus lensa juga menghasilkan pigmentasi yang
progressive sehingga menyababkan penurunan transparansi lensa. Teori lain menyebutkan bahwa
suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Semakin bertambahnya
usia, jumlah enzim akan menurun sehingga meningkatkan kejadian katarak pada usia tua.
Tiga tipe katarak senilis adalah nuclear, kortical, dan subkapsular posterior katarak. Pada
beberapa pasien penggabungan dari beberapa tipe juga ditemukan.
1. Nuclear cataract
Pada usia 40 tahun, tekanan yang dihasilkan dari fiber lensa peripheral menyebabkan pemadatan
pada seluruh lensa, terutama nucleus. Nucleus memberi warna coklat kekuningan (brunescent
nuclear cataract). Ini menjadi batas tepi dari coklat kemerahan hingga mendekati perubahan
warna hitam diseluruh lensa (katarak hitam). Pemadatan pada seluruh lensa dapat menyebabkan
peningkatan tenaga refraksi lensa, sehingga dapat menyebabkan myopia lentikular dan kadang-
kadang menimbulkan fokal point kedua di dalam lensa yang menyebabkan diplopia monocular.
2. Kortical cataract
Pada katarak kortikal terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung dan terjadi
miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa. Pada keadaan ini penderita seakan-akan
mendapatkan kekuatan baru untuk melihat dekat pada usia yang bertambah.
3. Posterior subcapsular cataract (PSCs)
Katarak ini menyebabkan silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang, serta pandangan
baca menurun. Banyak ditemukan pada pasein diabetes, pasca radiasi, dan trauma.
5
Nuclear cataratc sering dihubungkan dengan perubahan pada kortek lensa. Ini penting
untuk dicatat bahwa pasien dengan katarak kortikal cenderung untuk hyperopia dibandingkan
dengan pasien dengan katarak nuclear.
Beberapa perubahan morfologi yang akan terlihat pada pemeriksaan slit-lamp dengan
midriasis maksimum :
Vacuoles
akumulasi cairan akan terlihat sebagai bentuk vesicle cortical sempit yang kecil.
Sisa vacuoles kecil dan meningkat jumlahnya.
Water fissure
pola rarial dari fissure yang terisi cairan yang akan terlihat diantara fiber.
Lamella yang terpisah: tidak sesering water fissureI, ini berisi suatu zona cairan diantara
lamella (biasanya antara lamella clear dan fiber kortikal).
Cuneiform cataract
Ini sering ditemukan dengan opaksitas radier dari lensa peripheral seperti jari-jari roda.
Katarak metabolik
Diabetes mellitus
Diabetes mellitus dapat mempengaruhi kejernihan dari lensa, refraktif index dan kemampuan
akomodasi. Jika glukosa darah meningkat, juga meningkatkan komposisi glukosa dalam humor
aqueous. Glukosa pada aqueous juga akan berdifusi masuk ke dalam lensa, sehingga komposisi
glukosa dalam lensa juga akan meningkat. Beberapa dari glukosa akan di konfersi oleh enzim
aldose reduktase menjadi sorbitol. Yang mana tidak akan dimetabolisme tetapi tetap di lensa.2
Setelah itu, perubahan tekanan osmotik menyebabkan influx cairan ke dalam lensa, yang
menyebabkan pembengkakan lensa. Fase saat terjadinya hidrasi lenti dapat menyebabkan
perubahan kekuatan refraksi dari lensa. Pasien dengan diabetes bisa menyebabkan perubahan
refraksi. Pasien dengan diabetes dapat terjadi penurunan kemampuan akomodasi sehingga
presbiop dapat terjadi pada usia muda.10
Katarak adalah penyebab tersering kelainan visual pada pasien dengan diabetes. Terdapat
2 tipe klasifikasi katarak pada pasien tersebut. True diabetic cataract atau snowflake cataract,
dapat bilateral, onset terjadi secara tiba tiba dan menyebar sampai subkapsular lensa, tipe ini
biasa terjadi pada usia dengan diabetes mellitus yang tidak terkontrol. Kekeruhan menyeluruh
6
supcapsular seperti tampilan kepingan salju terlihat awalnya di superfisial anterior dan korteks
posterior lensa.
Tingginya resiko katarak terkait usia pada pasien dengan diabetes mungkin akibat dari
akumulasi sorbitol dalam lensa, selanjutnya terjadi perubahan hidration dan peningkatan
glikosilasi protein pada lensa diabetic.5,11
Galactosemia
Galactosemia adalah inherediter autosomal resesif ketidakmampuan untuk menkonversi
galaktosa menjadi glukosa. Sebagai konsekuensi ketidakmampuan hal tersebut, terjadi akumulasi
galaktosa pada seluruh jaringan tubuh, lebih lanjut lagi galaktosa dikonversi menjadi galaktitol
(dulcitol), sejenis gula alkohol dari galaktosa. Galaktosemia dapat terjadi akibat defek pada 1
dari 3 enzime yang terlibat dalam proses metabolisme galaktosa : galactosa 1-phosphate uridyl
transferase, galactokinase, atau UDP- galactose-4-epimerase.
Pada galaktosemia klasik disertai gejala malnutrisi, hepatomegali, ikterik dan degradasi
mental. Penyakit ini akan fatal jika tidak terdiagnosis dan tidak diterapi. Pada pasien dengan
galaktosemia, 75% akan berlanjut menjadi katarak. Akumulasi dari galaktosa dan galaktitol
dalam sel lensa akan meningkatkan tekanan osmotik dan influk cairan kedalam lensa. Nucleus
dan kortex bagian dalam menjadi lebih keruh, disebabkan oleh “oil droplet”.10
Efek Dari Nutrisi
Meskipun difesiensi nutrisi dapat menyebabkan katarak pada percobaan melalui binatang,
etiologi ini masih sulit dimengerti untuk terjadinya katarak pada manusia. Beberapa study
menyebutkan multivitamin, vitamin A, vitamin C, vitamin E, niacin, thiamin, riboflavin, beta
carotene, dan kosumsi tinggi protein dapat melindungi untuk terjadinya katarak. Beberapa studi
lainnya juga menemukan vitamin C dan vitamin E memiliki sedikit atau tidak ada efek untuk
melindungi terjadinya katarak. Sejauh ini, the age-Related Eye Disease Study (AREDS)
memperlihatkan selama 7 tahun, tinggi kosumsi vitamin C, E, beta karoten tidak menunjukan
penurunan perkembangan atau progresifitas dari katarak.10,12
Lutein dan zeaxantin merupakan keratonoid yang ditemukan pada lensa manusia, dan
studi baru baru ini memperlihatkan penurunan kejadian ketarak dapat terjadi dengan
meningkatkan kosumsi makanan yang mengandung tinggi lutein (bayam, brokoli dll).10
7
2.6. Diagnosis Katarak Senilis
Untuk menegakkan diagnosis katarak senilis diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang cermat. Dari hasil pemeriksaan tersebut dapat ditemukan :
1. Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dari pasien yang menderita katarak
senilis. Katarak dianggap relevan secara klinis jika ketajaman visus dipengaruhi secara
signifikan. Berbagai jenis katarak menghasilkan efek yang berbeda pada ketajaman visus.5
PSC (Posterior Subcapsular Cataracts) menyebabkan penurunan ketajaman visus jarak
dekat yang lebih parah dibandingkan dengan yang jauh, sedangkan nuclear sclerosis sering
diasosiasikan dengan penurunan ketajaman visus jarak jauh dan ketajaman visus jarak dekat
yang baik.8
2. Silau, keluhan ini dapat mencakup seluruh spektrum dari penurunan sensitivitas kontras
terhadap lingkungan yang terang atau silau pada siang hari, hingga silau ketika mendekat ke
lampu pada malam hari. Gangguan visual ini biasanya terjadi pada katarak PSC (Posterior
Subcapsular Cataracts) dan cortical.8
3. Myopic shift, progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan dioptrik lensa yang
menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat. Sebagai akibatnya, pasien presbiopi
melaporkan peningkatan penglihatan dekat mereka dan kurang membutuhkan kaca mata
baca, keadaan ini disebut dengan second sight. Secara khas, myopic shift dan second sight
tidak terlihat pada cortical cataracts dan PSC.8
4. Monocular Diplopia, kadang-kadang, perubahan nuclear yang terkonsentrasi pada bagian
dalam lapisan lensa, menghasilkan area refraktil pada bagian tengah dari lensa, yang serinng
terlihat dengan baik dalam reflek merah dengan retinoskopi atau ophtalmoskopi langsung.
Fenomena seperti ini menimbulkan monocular diplopia yang tidak dapat dikoreksi dengan
kacamata atau lensa kontak.8
Katarak biasanya di diagnosis melalui pemeriksaan rutin mata. Sebagian besar katarak
tidak dapat dilihat oleh pengamat, sampai menjadi cukup padat (matur atau hipermatur) dan
menimbulkan kebutaan. Namun, katarak, pada stadium perkembangannya yang paling dini,
dapat diketahui melalui pupil yang dilatasi maksimum dengan ophtalmoskop dan slit lamp.5
Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan lensa,
8
sampai refleksi fundus tidak terlihat. Pada stadium ini katarak biasanya telah matang dan pupil
mungkin tampak putih. Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan slit
lamp, funduskopi dan tonometer. Derajat klinis pembentukan katarak dinilai terutama dengan uji
ketajaman penglihatan Snellen.5
2.7. Penatalaksanaan Katarak Senilis
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi, akan tetapi jika gejala katarak tidak
mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti
kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh.
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih dari bertahun-tahun,
teknik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang kuno hingga teknik yang
paling maju saat ini seperti Phacoemulsification. Hampir bersamaan juga dengan perkembangan
IOL (Intraoculer Lens) yang digunakan, yang sangat bervariasi mulai dari lokasi, material, dan
bahan implantasi. Ada 2 tipe bedah lensa yaitu intracapsuler cataract extraction (ICCE) dan
ekstracapsuler cataract extraction (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum
tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE,
dan Phacoemulsificatio.4,5
1. Intracapsuler cataract extraction(ICCE)
Intracapsuler cataract extraction adalah tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh
lensa mata bersama dengan kapsulnya. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan
cryophake dan dipindahkan dari mata melalui insisi korneal superior yang lebar. Kemudian
lensa diganti dengan lensa plastik (implan lensa intraokuler) yang tinggal di mata secara
permanen. Sekarang metode ini hanya dilakukan pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi.
Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang
sangat lama populer. ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang
dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. 4,5
2. Ekstracapsuler cataract extraction (ECCE)
9
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan
memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga masa lensa dan kortek lensa dapat keluar
melalui robekan. Kemudian lensa diganti dengan lensa plastik (implan lensa intraokuler) yang
dimasukkan kembali ke dalam kapsul. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak dengan
umur muda. 4,5
3. Phacoemulsification
Phacoemulsification (phaco) adalah tindakan membongkar dan memindahkan kristal lensa. Pada
teknik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan
digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa
katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa intra okular yang dapat dilipat
dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena insisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan
pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan
aktivitas sehari-hari. Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan
katarak senilis. 4,5
2.8. Prognosis
Dengan teknik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi sangat jarang. Hasil
pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah katarak resiko ini kecil dan jarang
terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi
menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan
dengan menggunakan snellen chart. 4
2.9. KIE
Jika digunakan teknik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi biasanya lebih pendek.
Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan untuk bergerak dengan hati-
hati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda berat selama sekitar satu bulan,
olahraga berat jangan dilakukan selama 2 bulan. Matanya dapat dibalut selama beberapa hari
pertama pasca operasi atau jika nyaman, balutan dapat dibuang pada hari pertama pasca operasi
dan matanya dilindungi dengan kacamata atau dengan pelindung seharian. Kacamata sementara
10
dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya pasien dapat melihat dengan baik
melui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata permanen. 4
1. Hal yang boleh dilakukan antara lain4:
- Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan
- Melakukan pekerjaan yang tidak berat
- Bila memakai sepatu jangan membungkuk tetapi dengan mengangkat kaki keatas
2. Yang tidak boleh dilakukan antara lain4:
- Jangan menggosok mata
- Jangan membungkuk terlalu dalam
- Jangan menggendong yang berat
- Jangan membaca yang berlebihan dari biasanya
- Jangan mengedan keras sewaktu buang air besar
- Jangan berbaring ke sisi mata yang baru dibedah
BAB III
11
PENUTUP
3.1. Simpulan
Katarak adalah kekeruhan lensa yang mengarah kepada penurunan ketajaman visual dan/atau
cacat fungsional. Katarak senilis merupakan salah satu dari beberapa jenis katarak yang cukup
sering ditemui yaitu yang terjadi pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun dan merupakan
salah satu penyebab utama kebutaan di dunia. Namun ada beberapa faktor yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya katarak, seperti : faktor biologi, faktor fungsional, faktor
imunologis, gangguan yang bersifat lokal, gangguan metabolisme umum, penyakit sistemik dan
merokok serta konsumsi alkohol. Katarak Senilis dapat dibagi menjadi 3 tipe yaitu: nuclear
cataract, kortical cataract, dan posterior subcapsular cataract. Untuk menegakkan diagnosis
katarak senilis diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
cermat. Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi, akan tetapi jika gejala katarak
tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Tiga prosedur operasi pada ekstraksi
katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan Phacoemulsificatio. Pada bedah katarak
resiko ini kecil bahkan jarang terjadi, dengan prognosis yang baik.
3.2. Saran
Aktivis kesehatan : melakukan penelitian lebih lanjut mengenai katarak senilis, memberikan
keterangan secara detail kepada pasien dengan katarak senilis, melakukan penyuluhan tentang
kemungkinan seseorang menderita katarak senilis.
Masyarakat : Mengingat bahaya kebutaan yang dapat ditimbulkan dari hal ini maka perlu kita
melakukan tindakan pencegahan sedini mungkin agar menghindari faktor-faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya katarak senilis. Maka secepatnya dianjukan melakukan perawatan
sesuai anjuran dokter / tim kesehatan agar keparahan dan komplikasi tidak terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
12
1. Buch H, Vinding T, Nielsen NV. Prevalence and Cause of Visual Impairment According to WHO and United States Criteria in An Aged, Urban Scandinavian population. The Copenhangen City Eye Study. Dec 2001; 108(12):2347-57)
2. Faradilla N. 2009. Glaukoma dan Katarak Senilis. Files of DrsMed. 1-12 3. Congdon N et al. Prevalence of Cataract and Pseudophakia/aphakia Among Adults in the
United States. Apr 2004; 122(4):487-94.
4. Ocampo Vicente Victor D. Senile Cataract. Medscape Reference. 2009.
Available at: http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview. last update 3
June 2013.
5. Riordan-Eva Paul, Whitcher P. John. Vaughan & Asbury's General Ophthalmology.17th
ed. New York: McGraw-Hill Companies; 2008. p. 175-176
6. Victor Vecente and Roy Hampton. Cataract Senile. Massachusetts Eye Research and
Surgery Institution.2009
7. Congdon N et al. Prevalence of Cataract and Pseudophakia/aphakia Among Adults in the
United States. Apr 2004; 122(4):487-94
8. Vicente Victor D Ocampo Jr, MD. 2013. Senile Cataract. Medscape.
9. Murthy GV et al. Prevalence and Causes of Visual Impairment and Blindness in Older
Adult in Area of India with A High Cataract Surgical Rate. Aug 2010;17(4):185-95
10. Zorab, A.R, Straus H, Dondrea L.C, Arturo C, Mordic R, Tanaka S, et all. Lens and Cataracts. American Academy of Oftalmology : San Fransisco. 2006. P: 45-69.
11. Ilay S. Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta. 3; 72-75.
12. Titcomb, Lucy C. Understanding Cataracts Extraction, last update 22 November 2010
13