Katarak

17
BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Definisi Katarak berasal dari yunani katarrhakies, inggris cataract, dan latin cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun5. katarak adalah kekeruhan lensa yang mengarah kepada penurunan ketajaman visual dan/atau cacat fungsional yang dirasakan oleh pasien. Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut. 1.2 Anatomi Lensa Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskuler, tak berwarna dan hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameter 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh zonula yang menghubungkan dengan korpus ciliaris. Di anterior lensa terdapat humor aquaeus; disebelah posteriornya, vitreus. Kapsul lensa adalah membran yang semipermeable (sedikit lebih permiabel dari pada kapiler) yang menyebabkan air dan elektrolit masuk. Didepan lensa terdapat selapis tipis epitel supkapsuler. Nucleus lensa lebih tebal dari korteksnya. Semakin bertambahnya usia laminar epitel supkapsuler terus diproduksi sehingga lensa semakin besar dan kehilangan elastisitas. Lensa dapat membiaskan cahaya karena indeks bias- biasanya sekitar 1,4 pada sentral dan 1,36 pada perifer-hal

description

Katarak berasal dari yunani katarrhakies, inggris cataract, dan latin cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun5. katarak adalah kekeruhan lensa yang mengarah kepada penurunan ketajaman visual dan/atau cacat fungsional yang dirasakan oleh pasien. Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut.

Transcript of Katarak

Page 1: Katarak

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi

Katarak berasal dari yunani katarrhakies, inggris cataract, dan latin cataracta yang

berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti

tertutup air terjun5. katarak adalah kekeruhan lensa yang mengarah kepada penurunan

ketajaman visual dan/atau cacat fungsional yang dirasakan oleh pasien. Katarak senilis

adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut.

1.2 Anatomi Lensa

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskuler, tak berwarna dan hampir

transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameter 9 mm. Dibelakang iris lensa

digantung oleh zonula yang menghubungkan dengan korpus ciliaris. Di anterior lensa

terdapat humor aquaeus; disebelah posteriornya, vitreus. Kapsul lensa adalah membran

yang semipermeable (sedikit lebih permiabel dari pada kapiler) yang menyebabkan air

dan elektrolit masuk. Didepan lensa terdapat selapis tipis epitel supkapsuler. Nucleus

lensa lebih tebal dari korteksnya. Semakin bertambahnya usia laminar epitel supkapsuler

terus diproduksi sehingga lensa semakin besar dan kehilangan elastisitas.

Lensa dapat membiaskan cahaya karena indeks bias-biasanya sekitar 1,4 pada

sentral dan 1,36 pada perifer-hal ini berbeda dari dengan aqueous dan vitreus yang

mengelilinginya.Pada tahap tidak berakomodasi, lensa memberikan kontribusi sekitar 15-

20 dioptri (D) dari sekitar 60 D kekuatan konvergen bias mata manusia rata-rata.

Lensa terdiri dari 65% air dan 35% protein (tertinggi kandungan nya di antara

seluruh tubuh) dan sedikit sekali mineral. Kandungan kalium lebih tinggi pada lensa

dibanding area tubuh lainnya. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk

teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah, atau saraf pada

lensa.

Page 2: Katarak

Gambar I : Anatomi lensa mata

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk

memfokuskan cahaya yang datang dari jauh m. ciliaris berelaksasi, menegangkan serat

zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukuran terkecil; dalam

posisi ini daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya akan terfokus pada

retina. Sementara untuk cahaya yang berjarak dekat m.ciliaris berkontrasi sehingga

tegangan zonula berkurang, artinya lensa yang elastis menjadi lebih sferis diiringi oleh

peningkatan daya biasnya. Kerja sama fisiologis antara korpus siliaris, zonula dan lensa

untuk memfokuskan benda jatuh pada retina dikenal dengan akomodasi. Hal ini

berkurang seiring dengan bertambahnya usia.

Gangguan pada lensa dapat berupa kekeruhan, distorsi, dislokasi dan anomaly

geometri. Keluhan yang di alami penderita berupa pandangan kabur tanpa disertai nyeri.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada penyakit lensa adalah pemeriksaan ketajaman

penglihatan dan dengan melihat lensa melalui sliplamp, oftalmoskop, senter tangan, atau

kaca pembesar, sebaiknya dengan pupil dilatasi.

1.3 Patofisiologi

Penyebab pasti sampai sekarang belum diketahui. Terjadi perubahan kimia pada

protein lensa lensa dan agresi menjadi dengan berat molekul tinggi. Agregasi protein inin

mengakibatkan fluktuasi indeks refraksi lensa, pemedaran cahaya dan mengurangi

kejernihan lensa. Perubahan kimia pada protein inti lensa mengakibatkan pigmentasi

progesif menjadi kuning atau kecoklatan dengan bertambahnya umur, juga terjadi

penurunan konsentrasi glutation dan kalium, peningkatan konsentrasi natrium dan

kalsium serta peningkatan hidrasi lensa. Faktor yang berperan pada pembentukan katarak

antara lain proses oksidasi dari radikal bebas, paparan sinar ultraviolet dan malnutrisi.

Page 3: Katarak

1.4 Klasifikasi

Menurut tebal tipisnya kekeruhan lensa, katarak senilis dibagi menurut 4 stadium, yaitu:

a. Katarak insipien

Kekeruhan lensa tampak terutama di bagian perifer korteks berupa garis-garis yang

melebar dan makin ke sentral menyerupai jeruji sebuah roda. Biasanya pada stadium

ini tidak menimbulkan gangguan tajam penglihatan dan masih bias dikoreksi

mencapai 6/6.

b. Katarak imatur atau katarak intumesen

Kekeruhan terutama di bagian posterior nuklues dan belum mengenai seluruh lapisan

lensa. Terjadi pencembungan lensa karena lensa menyerap cairan, akan mendorong

iris ke depan yang menyebabkan bilik mata depan menjadi dangkal dan bias

menimbulkan glaucoma sekunder. Lensa yang menjadi lebih cembung akan

meningkatkan daya bias, sehingga kelainan refraksi menjadi lebih miop.

c. Katarak matur

Kekeruhan telah mengenai seluruh lensa, warna menjadi putih keabu-abuan. Tajam

penglihatan menurun tinggal melihat gerakan tangan atau persepsi cahaya.

d. Katarak hipermatur

Apabila stadium matur dibiarkan akan terjadi pencairan korteks dan nukleus

tenggelam ke bawah (KATARAK MORGAGNI), atau lensa akan terus kehilangan

cairan dan keriput (SHRUNKEN CATARACT). Operasi pada stadium ini kurang

menguntungkan karena menimbulkan penyulit.

Gambar II : Perbedaan mata normal dan katarak

Tabel perbedaan stadium katarak senilis.

Page 4: Katarak

Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Besar lensa Normal Lebih besar Normal Kecil

Cairan lensa Normal Bertambah

(air masuk)

Normal Berkurang

(air + massa

lensa keluar)

Iris Normal Terdorong Normal tremulans

BMD Normal Dangkal Normal Terbuka

Penyulit - Glaukoma - Uveitis

Glaukoma

Visus + < << <<<

Bayangan iris - ++ - +/-

1.5 Gejala Klinis

Subyektif

Tajam penglihatan menurun; makin tebal kekeruhan lensa, tajam penglihatan

makin mundur. Demikian pula bila kekeruhan terletak di sentral dari lensa

penderita merasa lebih kabur dibandingkan kekeruhan di perifer.

Penderita merasa lebih baik lebih enak membaca dekat tanpa kacamata seperti

biasanya karena miopisasi.

Kekeruhan di subkapsular posterior menyebabkan penderita mengeluh silau dan

penurunan penglihatan pada keadaan tenang.

Objektif

Leukokoria : pupil berwarna putih pada katarak matur.

Tes iris shadow (bayangan iris pada lensa) : yang positif pada katarak imatur dan

negatif pada katarak matur.

Refleks fundus yang berwarna jingga akan menjadi gelap (refleks fundus negatif)

pada katarak matur.

1.6 Diagnosis / Cara Pemeriksaan

Page 5: Katarak

Optotip Snellen : untuk mengetahui tajam penglihatan penderita. Pada stadium

insipien dan imatur bisa dicoba koreksi dengan lensa kacamata yang terbaik.

Lampu senter : refleks pupil terhadap cahaya pada katarak masih normal. Tampak

kekeruhan pada lensa terutama bila pupil dilebarkan, berwarna putih keabu-abuan

yang harus dibedakan dengan refleks senil. Diperiksa proyeksi iluminasi dari

segala arah pada katarak matur untuk mengetahui retina secara garis besar.

Oftalmoskopi : untuk pemeriksaan ini sebaiknya pupil dilebarkan. Pada stadium

insipien dan imatur tampak kekeruhan kehitam-hitaman dengan latar belakang

jingga sedangkan pada stadium matur hanya didapatkan warna kehitaman tanpa

latar belakang jingga atau refleks funduk negatif.

Slit lamp biomikroskopi: dengan alat ini dapat dievaluasi luas, tebal, dan lokasi

kekeruhan lensa.

1.7 Diagnosa Banding

1. Refleks senil : pada orang tua dengan lampu senter tampak warna pupil keabu-

abuan mirip katarak, tetapi pada pemeriksaan refleks fundus positif.

2. Katarak komplikata : katarak terjadi sebagai penyulit dari penyakit mata (uveitis

anterior) atau penyakit sistemik (Diabetes Melitus)

3. Katarak karena penyebab lain : missal obat-obatan (kortikosteroid), radiasi,

rudapaksa mata, dan lain-lain.

4. Kekeruhan badan kaca

5. Ablasi retina

1.8 Penyulit

Glaukoma sekunder : terjadi pada katarak intumesen, karena pencembungan lensa.

Uveitis pakotoksik atau glaukoma fakolitik : terjadi pada stadium hipermatur

sebagai akibat massa lensa yang lensa keluar dan masuk ke dalam bilik mata

depan.

1.9 Penatalaksanaan

Page 6: Katarak

Pencegahan sampai saat ini belum ada.

Tidak ada satupun obat yang diberikan untuk katarak senil kecuali tindakan bedah.

Tindakan bedah dilakukan bila telah ada indikasi bedah pada katarak senil, seperti

: katarak telah mengganggu perkerjaan sehari-hari dan tidak dapat dikoreksi

dengan kacamata walaupun katarak belum matur, katarak matur, karena bila

menjadi hipermatur akan menimbulkan penyulit katarak hipermatur (uveitis dan

glaukoma) dan katarak telah menimbulkan penyulit seperti katarak intumesen

yang menimbulkan glaukoma. Jika katarak tidak mengganggu biasanya tidak

diperlukan pembedahan. Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan

menggantinya dengan lensa buatan.1,2

Pembedahan berupa ekstraksi katarak yang dapat dikerjakan dengan cara :

a. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE) : massa lensa dan kapsul

dikeluarkan seluruhnya.

b. Ekstra Capsular Cataract Extraction (ECCE) : massa lensa dikeluarkan dengan

merobek kapsul bagian anterior dan meninggalkan kapsul bagian posterior.

c. Fakoemulsifikasi : inti lensa dihancurkan di dalam kapsul dan sisa massa lensa

dibersihkan dengan irigasi dan aspirasi.

d. SICS (Small Incision Cataract Surgery).2

Koreksi afakia (mata tanpa lensa)

a. Implantasi intra okuler : lensa intra okuler ditanam setelah lensa mata

diangkat.

b. Kaca mata

Kekurangan adalah distorsi yang cukup besar dan lapang pandangan terbatas.

Kekuatan lensa yang diberikan sekitar +10 D bila sebelumnya emetrop.

c. Lensa kontak : diberikan pada afakia monokuler dimana penderita kooperatif,

terampil dan kebersihan terjamin. Kaca mata dan lensa kontak diberikan

apabila pemasangan lensa intraokuler tidak dapat dipasang dengan baik atau

merupakan kontraindikasi.2

1.10 Pencegahan

Page 7: Katarak

80 persen kebutaan atau gangguan penglihatan mata dapat dicegah atau dihindari.

Edukasi dan promosi tentang masalah mata dan cara mencegah gangguan kesehatan mata

sebagai sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan. Usaha itu melipatkan berbagai pihak,

termasuk media massa, kerja sama pemerintah, LSM, dan Perdami. Katarak dapat

dicegah, di antaranya dengan menjaga kadar gula darah selalu normal pada penderita

diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan mata, mengonsumsi makanan yang dapat

melindungi kelainan degeneratif pada mata dan antioksidan seperti buah-buahan banyak

yang mengandung vitamin C, minyak sayuran, sayuran hijau, kacang-kacangan,

kecambah, buncis, telur, hati dan susu yang merupakan makanan dengan kandungan

vitamin E, selenium, dan tembaga tinggi. Vitamin C dan E dapat memperjelas

penglihatan. Vitamin C dan E merupakan antioksi dan yang dapat meminimalisasi

kerusakan oksidatif pada mata, sebagai salah satu penyebab katarak. Hasil penelitian yang

dilakukan terhadap 3.000 orang dewasa selama lima tahun menunjukkan, orang dewasa

yang mengonsumsi multivitamin atau suplemen lain yang mengandung vitamin C dan E

selama lebih dari 10 tahun, ternyata risiko terkena katarak 60% lebih kecil.

Seseorang dengan konsentrasi plasma darah yang tinggi oleh dua atau tiga jenis

antioksidan ( vit C, vit E, dan karotenoid ) memiliki risiko terserang katarak lebih rendah

dibandingkan orang yang konsentrasi salah satu atau lebih antioksidannya lebih rendah.

Hasil penelitian lainnya yang dilakukan Farida (1998-1999) menunjukkan, masyarakat

yang pola makannya kurang riboflavin (vitamin B2) berisiko lebih tinggi terserang

katarak. Menurut Farida, ribovlafin memengaruhi aktivitas enzim glutation reduktase.

Enzim ini berfungsi mendaur ulang glutation teroksidasi menjadi glutation tereduksi, agar

tetap menetralkan radikal bebas atau oksigen.

1.11 Prognosis

Page 8: Katarak

Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi sangat

jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah katarak resiko ini

kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan ECCE

atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat hingga

2 garis pada pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart.

Page 9: Katarak

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas

Nama : Ny. M

Umur : 57 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Ds. Canga’an RT.04 RW.02 Kec. Kanor Kabupaten

Bojonegoro

Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam

Tanggal pemeriksaan : 21 Oktober 2014

2.2 Anamnesa

Keluhan utama : Mata kanan dan kiri kabur

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien mengeluh mata kanan terasa kabur seperti berkabut sejak 1

tahun yang lalu. Pasien mengeluh silau saat melihat di siang hari dan saat

melihat lampu. Pasien mengatakan tidak ada rasa mengganjal , mata merah,

nrocoh maupun nyeri.

Riwayat penyakit sebelumnya :

Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya, tidak

pernah mengalami trauma pada mata sebelumnya. Pasien memiliki riwayat

hipertensi dan diabetes mellitus sejak lama.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang menderita sakit seperti pasien.

Riwayat Pengobatan Sebelumnya

Pasien pernah berobat ke poli jantung dan poli penyakit dalam di RSUD

dr. R. Sosodoro Djatikoesomo Bojonegoro.

Page 10: Katarak

2.3 Pemeriksaan Fisik

Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 150/100 mmHg

Nadi : 84 x/ menit

RR : 22 x/ menit

STATUS LOKALIS :

OD OS

Okuli Dextra Okuli Sinistra

1/300 PI BSA Pemeriksaan visus 1/300 PI BSA

Spasme (-)

Hematome (-)

Oedem (-)

Palpebra Spasme (-)

Hematome (-)

Oedem (-)

CVI (-)

PCVI(-)

Konjungtiva CVI (-)

PCVI(-)

Jernih Kornea Jernih

Dalam

Hifema (-)

Hipopion (-)

Bilik mata depan Dalam

Hifema (-)

Hipopion (-)

Iris Shadow (-) Iris Iris Shadow (-)

Leukokoria (-)

Reflek cahaya (+)

Pupil Leukokoria (-)

Reflek cahaya (+)

Keruh Lensa Keruh

Page 11: Katarak

2.4 Problem list

VOD : 1/300 PI BSA

VOS : 1/300 PI BSA ODS : lensa keruh

2.5 Assesment

ODS Katarak Senilis Matur

2.6 Planning

2.6.1 Planning Diagnose

Slit lamp

Funduskopi

2.6.2 Planning Terapi

OD dilakukan pembedahan berupa ECCE+IOL

Pre Operasi

Lab : Darah lengkap, GDA, GDP

Konsul Spesialis Jantung

Konsul Spesialis mata

Post Operasi

Antibiotik + kortikosteroid tetes mata

Analgesik

Bebat mata

Monitoring

Keluhan pasien

Visus

2.7 Edukasi

1 Menjelaskan kepada pasien bahwa pasien menderita katarak senilis yang merupakan

suatu penyakit pada mata yang berhubungan dengan usia serta proses penuaan yang

terjadi di dalam lensa

2 Menjelaskan kepada pasien untuk sering mengonsumsi buah-buahan yang banyak

mengandung vitamin serta sayuran yang banyak mengandung serat serta mengurangi

makanan rendah garam

3 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang tindakan operasi yang akan

dilakukan jika keluhan semakin memburuk dan mengganggu aktivitas.

Page 12: Katarak

DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Kedokteran Airlangga. 2006. Pedoman Diagnosis danTerapi Bagian/ SMF Ilmu

Penyakit Mata Edisi III. Surabaya: FK Unair.

Ilyas, Sidarta., Yulianti, Sri Rahayu.. 2014. Ilmu Penyakit Mata. Edisi kelima.

Jakarta :FKUI.

Vaughan, D. 2000. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta : Widya Medika.

Khurana, A.K. 2007. Comprehensive Ophthalmology. 4th Edition. New Delhi : New Age

International Ltd

Ilyas, Sidarta. 2004. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta :FKUI.