Katarak
-
Upload
roni-mahendra -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
description
Transcript of Katarak
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Katarak berasal dari yunani katarrhakies, inggris cataract, dan latin cataracta yang
berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti
tertutup air terjun5. katarak adalah kekeruhan lensa yang mengarah kepada penurunan
ketajaman visual dan/atau cacat fungsional yang dirasakan oleh pasien. Katarak senilis
adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut.
1.2 Anatomi Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskuler, tak berwarna dan hampir
transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameter 9 mm. Dibelakang iris lensa
digantung oleh zonula yang menghubungkan dengan korpus ciliaris. Di anterior lensa
terdapat humor aquaeus; disebelah posteriornya, vitreus. Kapsul lensa adalah membran
yang semipermeable (sedikit lebih permiabel dari pada kapiler) yang menyebabkan air
dan elektrolit masuk. Didepan lensa terdapat selapis tipis epitel supkapsuler. Nucleus
lensa lebih tebal dari korteksnya. Semakin bertambahnya usia laminar epitel supkapsuler
terus diproduksi sehingga lensa semakin besar dan kehilangan elastisitas.
Lensa dapat membiaskan cahaya karena indeks bias-biasanya sekitar 1,4 pada
sentral dan 1,36 pada perifer-hal ini berbeda dari dengan aqueous dan vitreus yang
mengelilinginya.Pada tahap tidak berakomodasi, lensa memberikan kontribusi sekitar 15-
20 dioptri (D) dari sekitar 60 D kekuatan konvergen bias mata manusia rata-rata.
Lensa terdiri dari 65% air dan 35% protein (tertinggi kandungan nya di antara
seluruh tubuh) dan sedikit sekali mineral. Kandungan kalium lebih tinggi pada lensa
dibanding area tubuh lainnya. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk
teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah, atau saraf pada
lensa.
Gambar I : Anatomi lensa mata
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh m. ciliaris berelaksasi, menegangkan serat
zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukuran terkecil; dalam
posisi ini daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya akan terfokus pada
retina. Sementara untuk cahaya yang berjarak dekat m.ciliaris berkontrasi sehingga
tegangan zonula berkurang, artinya lensa yang elastis menjadi lebih sferis diiringi oleh
peningkatan daya biasnya. Kerja sama fisiologis antara korpus siliaris, zonula dan lensa
untuk memfokuskan benda jatuh pada retina dikenal dengan akomodasi. Hal ini
berkurang seiring dengan bertambahnya usia.
Gangguan pada lensa dapat berupa kekeruhan, distorsi, dislokasi dan anomaly
geometri. Keluhan yang di alami penderita berupa pandangan kabur tanpa disertai nyeri.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada penyakit lensa adalah pemeriksaan ketajaman
penglihatan dan dengan melihat lensa melalui sliplamp, oftalmoskop, senter tangan, atau
kaca pembesar, sebaiknya dengan pupil dilatasi.
1.3 Patofisiologi
Penyebab pasti sampai sekarang belum diketahui. Terjadi perubahan kimia pada
protein lensa lensa dan agresi menjadi dengan berat molekul tinggi. Agregasi protein inin
mengakibatkan fluktuasi indeks refraksi lensa, pemedaran cahaya dan mengurangi
kejernihan lensa. Perubahan kimia pada protein inti lensa mengakibatkan pigmentasi
progesif menjadi kuning atau kecoklatan dengan bertambahnya umur, juga terjadi
penurunan konsentrasi glutation dan kalium, peningkatan konsentrasi natrium dan
kalsium serta peningkatan hidrasi lensa. Faktor yang berperan pada pembentukan katarak
antara lain proses oksidasi dari radikal bebas, paparan sinar ultraviolet dan malnutrisi.
1.4 Klasifikasi
Menurut tebal tipisnya kekeruhan lensa, katarak senilis dibagi menurut 4 stadium, yaitu:
a. Katarak insipien
Kekeruhan lensa tampak terutama di bagian perifer korteks berupa garis-garis yang
melebar dan makin ke sentral menyerupai jeruji sebuah roda. Biasanya pada stadium
ini tidak menimbulkan gangguan tajam penglihatan dan masih bias dikoreksi
mencapai 6/6.
b. Katarak imatur atau katarak intumesen
Kekeruhan terutama di bagian posterior nuklues dan belum mengenai seluruh lapisan
lensa. Terjadi pencembungan lensa karena lensa menyerap cairan, akan mendorong
iris ke depan yang menyebabkan bilik mata depan menjadi dangkal dan bias
menimbulkan glaucoma sekunder. Lensa yang menjadi lebih cembung akan
meningkatkan daya bias, sehingga kelainan refraksi menjadi lebih miop.
c. Katarak matur
Kekeruhan telah mengenai seluruh lensa, warna menjadi putih keabu-abuan. Tajam
penglihatan menurun tinggal melihat gerakan tangan atau persepsi cahaya.
d. Katarak hipermatur
Apabila stadium matur dibiarkan akan terjadi pencairan korteks dan nukleus
tenggelam ke bawah (KATARAK MORGAGNI), atau lensa akan terus kehilangan
cairan dan keriput (SHRUNKEN CATARACT). Operasi pada stadium ini kurang
menguntungkan karena menimbulkan penyulit.
Gambar II : Perbedaan mata normal dan katarak
Tabel perbedaan stadium katarak senilis.
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Besar lensa Normal Lebih besar Normal Kecil
Cairan lensa Normal Bertambah
(air masuk)
Normal Berkurang
(air + massa
lensa keluar)
Iris Normal Terdorong Normal tremulans
BMD Normal Dangkal Normal Terbuka
Penyulit - Glaukoma - Uveitis
Glaukoma
Visus + < << <<<
Bayangan iris - ++ - +/-
1.5 Gejala Klinis
Subyektif
Tajam penglihatan menurun; makin tebal kekeruhan lensa, tajam penglihatan
makin mundur. Demikian pula bila kekeruhan terletak di sentral dari lensa
penderita merasa lebih kabur dibandingkan kekeruhan di perifer.
Penderita merasa lebih baik lebih enak membaca dekat tanpa kacamata seperti
biasanya karena miopisasi.
Kekeruhan di subkapsular posterior menyebabkan penderita mengeluh silau dan
penurunan penglihatan pada keadaan tenang.
Objektif
Leukokoria : pupil berwarna putih pada katarak matur.
Tes iris shadow (bayangan iris pada lensa) : yang positif pada katarak imatur dan
negatif pada katarak matur.
Refleks fundus yang berwarna jingga akan menjadi gelap (refleks fundus negatif)
pada katarak matur.
1.6 Diagnosis / Cara Pemeriksaan
Optotip Snellen : untuk mengetahui tajam penglihatan penderita. Pada stadium
insipien dan imatur bisa dicoba koreksi dengan lensa kacamata yang terbaik.
Lampu senter : refleks pupil terhadap cahaya pada katarak masih normal. Tampak
kekeruhan pada lensa terutama bila pupil dilebarkan, berwarna putih keabu-abuan
yang harus dibedakan dengan refleks senil. Diperiksa proyeksi iluminasi dari
segala arah pada katarak matur untuk mengetahui retina secara garis besar.
Oftalmoskopi : untuk pemeriksaan ini sebaiknya pupil dilebarkan. Pada stadium
insipien dan imatur tampak kekeruhan kehitam-hitaman dengan latar belakang
jingga sedangkan pada stadium matur hanya didapatkan warna kehitaman tanpa
latar belakang jingga atau refleks funduk negatif.
Slit lamp biomikroskopi: dengan alat ini dapat dievaluasi luas, tebal, dan lokasi
kekeruhan lensa.
1.7 Diagnosa Banding
1. Refleks senil : pada orang tua dengan lampu senter tampak warna pupil keabu-
abuan mirip katarak, tetapi pada pemeriksaan refleks fundus positif.
2. Katarak komplikata : katarak terjadi sebagai penyulit dari penyakit mata (uveitis
anterior) atau penyakit sistemik (Diabetes Melitus)
3. Katarak karena penyebab lain : missal obat-obatan (kortikosteroid), radiasi,
rudapaksa mata, dan lain-lain.
4. Kekeruhan badan kaca
5. Ablasi retina
1.8 Penyulit
Glaukoma sekunder : terjadi pada katarak intumesen, karena pencembungan lensa.
Uveitis pakotoksik atau glaukoma fakolitik : terjadi pada stadium hipermatur
sebagai akibat massa lensa yang lensa keluar dan masuk ke dalam bilik mata
depan.
1.9 Penatalaksanaan
Pencegahan sampai saat ini belum ada.
Tidak ada satupun obat yang diberikan untuk katarak senil kecuali tindakan bedah.
Tindakan bedah dilakukan bila telah ada indikasi bedah pada katarak senil, seperti
: katarak telah mengganggu perkerjaan sehari-hari dan tidak dapat dikoreksi
dengan kacamata walaupun katarak belum matur, katarak matur, karena bila
menjadi hipermatur akan menimbulkan penyulit katarak hipermatur (uveitis dan
glaukoma) dan katarak telah menimbulkan penyulit seperti katarak intumesen
yang menimbulkan glaukoma. Jika katarak tidak mengganggu biasanya tidak
diperlukan pembedahan. Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan
menggantinya dengan lensa buatan.1,2
Pembedahan berupa ekstraksi katarak yang dapat dikerjakan dengan cara :
a. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE) : massa lensa dan kapsul
dikeluarkan seluruhnya.
b. Ekstra Capsular Cataract Extraction (ECCE) : massa lensa dikeluarkan dengan
merobek kapsul bagian anterior dan meninggalkan kapsul bagian posterior.
c. Fakoemulsifikasi : inti lensa dihancurkan di dalam kapsul dan sisa massa lensa
dibersihkan dengan irigasi dan aspirasi.
d. SICS (Small Incision Cataract Surgery).2
Koreksi afakia (mata tanpa lensa)
a. Implantasi intra okuler : lensa intra okuler ditanam setelah lensa mata
diangkat.
b. Kaca mata
Kekurangan adalah distorsi yang cukup besar dan lapang pandangan terbatas.
Kekuatan lensa yang diberikan sekitar +10 D bila sebelumnya emetrop.
c. Lensa kontak : diberikan pada afakia monokuler dimana penderita kooperatif,
terampil dan kebersihan terjamin. Kaca mata dan lensa kontak diberikan
apabila pemasangan lensa intraokuler tidak dapat dipasang dengan baik atau
merupakan kontraindikasi.2
1.10 Pencegahan
80 persen kebutaan atau gangguan penglihatan mata dapat dicegah atau dihindari.
Edukasi dan promosi tentang masalah mata dan cara mencegah gangguan kesehatan mata
sebagai sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan. Usaha itu melipatkan berbagai pihak,
termasuk media massa, kerja sama pemerintah, LSM, dan Perdami. Katarak dapat
dicegah, di antaranya dengan menjaga kadar gula darah selalu normal pada penderita
diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan mata, mengonsumsi makanan yang dapat
melindungi kelainan degeneratif pada mata dan antioksidan seperti buah-buahan banyak
yang mengandung vitamin C, minyak sayuran, sayuran hijau, kacang-kacangan,
kecambah, buncis, telur, hati dan susu yang merupakan makanan dengan kandungan
vitamin E, selenium, dan tembaga tinggi. Vitamin C dan E dapat memperjelas
penglihatan. Vitamin C dan E merupakan antioksi dan yang dapat meminimalisasi
kerusakan oksidatif pada mata, sebagai salah satu penyebab katarak. Hasil penelitian yang
dilakukan terhadap 3.000 orang dewasa selama lima tahun menunjukkan, orang dewasa
yang mengonsumsi multivitamin atau suplemen lain yang mengandung vitamin C dan E
selama lebih dari 10 tahun, ternyata risiko terkena katarak 60% lebih kecil.
Seseorang dengan konsentrasi plasma darah yang tinggi oleh dua atau tiga jenis
antioksidan ( vit C, vit E, dan karotenoid ) memiliki risiko terserang katarak lebih rendah
dibandingkan orang yang konsentrasi salah satu atau lebih antioksidannya lebih rendah.
Hasil penelitian lainnya yang dilakukan Farida (1998-1999) menunjukkan, masyarakat
yang pola makannya kurang riboflavin (vitamin B2) berisiko lebih tinggi terserang
katarak. Menurut Farida, ribovlafin memengaruhi aktivitas enzim glutation reduktase.
Enzim ini berfungsi mendaur ulang glutation teroksidasi menjadi glutation tereduksi, agar
tetap menetralkan radikal bebas atau oksigen.
1.11 Prognosis
Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi sangat
jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah katarak resiko ini
kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan ECCE
atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat hingga
2 garis pada pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart.
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas
Nama : Ny. M
Umur : 57 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ds. Canga’an RT.04 RW.02 Kec. Kanor Kabupaten
Bojonegoro
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Tanggal pemeriksaan : 21 Oktober 2014
2.2 Anamnesa
Keluhan utama : Mata kanan dan kiri kabur
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien mengeluh mata kanan terasa kabur seperti berkabut sejak 1
tahun yang lalu. Pasien mengeluh silau saat melihat di siang hari dan saat
melihat lampu. Pasien mengatakan tidak ada rasa mengganjal , mata merah,
nrocoh maupun nyeri.
Riwayat penyakit sebelumnya :
Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya, tidak
pernah mengalami trauma pada mata sebelumnya. Pasien memiliki riwayat
hipertensi dan diabetes mellitus sejak lama.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita sakit seperti pasien.
Riwayat Pengobatan Sebelumnya
Pasien pernah berobat ke poli jantung dan poli penyakit dalam di RSUD
dr. R. Sosodoro Djatikoesomo Bojonegoro.
2.3 Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 150/100 mmHg
Nadi : 84 x/ menit
RR : 22 x/ menit
STATUS LOKALIS :
OD OS
Okuli Dextra Okuli Sinistra
1/300 PI BSA Pemeriksaan visus 1/300 PI BSA
Spasme (-)
Hematome (-)
Oedem (-)
Palpebra Spasme (-)
Hematome (-)
Oedem (-)
CVI (-)
PCVI(-)
Konjungtiva CVI (-)
PCVI(-)
Jernih Kornea Jernih
Dalam
Hifema (-)
Hipopion (-)
Bilik mata depan Dalam
Hifema (-)
Hipopion (-)
Iris Shadow (-) Iris Iris Shadow (-)
Leukokoria (-)
Reflek cahaya (+)
Pupil Leukokoria (-)
Reflek cahaya (+)
Keruh Lensa Keruh
2.4 Problem list
VOD : 1/300 PI BSA
VOS : 1/300 PI BSA ODS : lensa keruh
2.5 Assesment
ODS Katarak Senilis Matur
2.6 Planning
2.6.1 Planning Diagnose
Slit lamp
Funduskopi
2.6.2 Planning Terapi
OD dilakukan pembedahan berupa ECCE+IOL
Pre Operasi
Lab : Darah lengkap, GDA, GDP
Konsul Spesialis Jantung
Konsul Spesialis mata
Post Operasi
Antibiotik + kortikosteroid tetes mata
Analgesik
Bebat mata
Monitoring
Keluhan pasien
Visus
2.7 Edukasi
1 Menjelaskan kepada pasien bahwa pasien menderita katarak senilis yang merupakan
suatu penyakit pada mata yang berhubungan dengan usia serta proses penuaan yang
terjadi di dalam lensa
2 Menjelaskan kepada pasien untuk sering mengonsumsi buah-buahan yang banyak
mengandung vitamin serta sayuran yang banyak mengandung serat serta mengurangi
makanan rendah garam
3 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang tindakan operasi yang akan
dilakukan jika keluhan semakin memburuk dan mengganggu aktivitas.
DAFTAR PUSTAKA
Fakultas Kedokteran Airlangga. 2006. Pedoman Diagnosis danTerapi Bagian/ SMF Ilmu
Penyakit Mata Edisi III. Surabaya: FK Unair.
Ilyas, Sidarta., Yulianti, Sri Rahayu.. 2014. Ilmu Penyakit Mata. Edisi kelima.
Jakarta :FKUI.
Vaughan, D. 2000. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta : Widya Medika.
Khurana, A.K. 2007. Comprehensive Ophthalmology. 4th Edition. New Delhi : New Age
International Ltd
Ilyas, Sidarta. 2004. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta :FKUI.