Katara k

40
BAB I STATUS PASIEN I. Identitas Pasien a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny.S / Perempuan / 63 tahun b. Pekerjaan : IRT c. Alamat : RT.10 olak kemang II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan- keluarga a. Status Perkawinan : menikah b. Jumlah anak/saudara : 4 orang anak c. Status ekonomi keluarga : Pasien berobat dengan ASKES d. Kondisi Rumah : baik e. Kondisi Lingkungan Keluarga : baik III. Aspek Psikologis di Keluarga : baik IV. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga : 1

description

kasus

Transcript of Katara k

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasiena. Nama/Jenis Kelamin/Umur:Ny.S / Perempuan / 63 tahun

b. Pekerjaan:IRTc. Alamat:RT.10 olak kemangII. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga

a. Status Perkawinan

: menikahb. Jumlah anak/saudara: 4 orang anakc. Status ekonomi keluarga: Pasien berobat dengan ASKESd. Kondisi Rumah

: baike. Kondisi Lingkungan Keluarga: baikIII. Aspek Psikologis di Keluarga

: baikIV. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :

Riwayat penyakit serupa :disangkal

Riwayat penyakit diabetes melitus: disangkal

Riwayat hipertensi: disangkal

Riwayat trauma mata/kepala:disangkalV. Keluhan Utama: Mata kanan terasa semakin kabur dan gelap sejak setengah tahun terakhirVI. Riwayat Penyakit Sekarang

: (autoanamnesa)

Pasien datang dengan keluhan pandangan pada mata kanan semakin terasa kabur.Sejak satu tahun yang lalu, penderita mengeluh pandangan pada mata kanan kabur dan terasa berasap. Mata merah tidak ada dan karena masih merasa bisa melihat maka dari itu pasien tidak berobat. Sejak enam bulan yang lalu, penglihatan pada mata kanannya terasa semakin kabur, pandangan berasap dirasakan semakin tebal dan hingga merasa gelap. Mata kanan pasien hanya dapat melihat adanya lambaian tangan atau bayangan. Penderita merasa jarak pandang pasien semakin berkurang. Tidak ada keluhan mata berair, mata merah, melihat pelangi (hallo) atau sakit yang hebat pada kedua mata. Pasien juga menyangkal adanya sakit kepala yang hebat. Pasien mengaku pandangan kabur tidak dirasakan pada mata kirinya.

Pemeriksaan Fisik

:Keadaan Umum

1. Keadaan Umum

: baik2. Kesadaran

: compos mentis

3. Suhu

: 36,8C

4. Tekanan darah

: 120/90 mmHg

5. Nadi

: 78 x/menit

6. Pernafasan

: 20 x/menit7. BB

: 60 Kg

Pemeriksaan Organ

1. Kepala

Bentuk : normocephal

Simetri

: simetris

2. Mata

STATUS OPHTHALMOLOGIS

ODOS

Visus1/3006/6

Kedudukan bola mataOrtoforia

Pergerakan bola mata

Versi : baik

Duksi : baikVersi : baik

Duksi : baik

PEMERIKSAAN EXTERNAL

Palpebra suppEdem (-), hiperemis (-), nyeri tekan (-) Edem (-), hiperemis (-), nyeri tekan (-)

Palpebra infEdem (-), hiperemis (-), nyeri tekan (-) Edem (-), hiperemis (-), nyeri tekan (-)

CiliaTrichiasis (-)Trichiasis (-)

Conj. Tars SuppPapil (-), folikel (-) hiperemis (-)Papil (-), folikel (-) hiperemis (-)

Conj. Tars InfPapil (-), folikel (-) hiperemis (-)Papil (-), folikel (-) hiperemis (-)

Conj. BulbiInj. Konjungtiva (-), Inj. Silier (-), Sekret (-)Inj. Konjungtiva (-), Inj. Silier (-), Sekret (-)

Kornea Jernih, edem (-), ulkus (-) desmetokel (-), infiltrat (-)jernih, edem (-), ulkus (-) desmetokel (-), infiltrat (-)

COADangkal (+), Fibrin (-), hipopion (-), flare (-)Fibrin (-), hipopion (-), flare (-)

IrisSinekia ant & post (-)Sinekia ant & post (-)

PupilIsokor ,D = 3 mm

Reflek cahaya langsung (+)

Reflek cahaya tdk langsung (+)

Isokor , D = 3 mm

Reflek cahaya langsung (+)

Reflek cahaya tdk langsung (+)

LensaKeruh sebagian, shadow test positif (+)Jernih

Lain-lain

TIO Palpasi

DbnDbn

3. Hidung

: tak ada kelainan4. Telinga

: tak ada kelainan5. Mulut

Bibir

: lembab

Bau pernafasan: normal

6. Leher

KGB

: tak ada pembengkakan

PulmoPemeriksaanKananKiri

InspeksiSimetris

PalpasiStem fremitus normalStem fremitus normal

PerkusiSonor

Batas paru-hepar :ICS VI kananSonor

AuskultasiWheezing (-), rhonki (-)Wheezing (-), rhonki (-)

Jantung

InspeksiIctus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula kiri

PalpasiIctus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri

PerkusiBatas-batas jantung :

Atas : ICS II kiri

Kanan : linea sternalis kanan

Kiri : ICS VI linea midclavicula kiri

AuskultasiBJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

InspeksiDatar, skar (-), venektasi (-), spidernevi (-)

PalpasiNyeri tekan regio epigastrium (+), defans musculer (-), , hepatomegali (-), splenomegali (-), nyeri ketok costovertebra (-/-)

PerkusiTimpani

AuskultasiBising usus (+) normal

Ekstremitas Atas: Edema (-/-), akral hangat.Ekstremitas bawah: Edema (-/-), akral hangat.VII. Diagnosis :Katarak Senilis Immatur ODVIII. Diagnosis Banding: Katarak Senilis Matur ODIX. Manajemen

a. Preventif : Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang b. Promotif : Menjelaskan pada pasien tentang penyakitnya bahwa penyakitnya ini merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh proses degeneratif Menjelaskan kepada pasien bahwa mata kanannya dapat melihat dengan jernih setelah dilakukan operasi.c. Kuratif : Informed consent : Rujuk ke specialis mata Saran : Operasi KatarakBAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1Pendahuluan

Katarak berasal dari bahasa Yunani katarrhakies, Inggris cataract dan Latin cataracta yang brarti airterjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular, dimana penglihatan seperti tertutup air terjun. Kelainan pada lensa berupa kekeruhan lensa disebut katarak, dapat terjadi pada embrio di dalam kandungan yang sudah terlihat sejak lahir yang disebut katarak kongenital karena secara biologik serat lensa masih dalam perkembangan nya. Sedangkan pada usia lanjut (diatas 50 tahun) dimana katarak terjadi akibat proses penuaan atau degenerative disebut katarak senilis. Kekeruhan lensa dapat juga terjadi akibat penyakit lain yang disebut katarak komplikata atau akibat ruda paksa yang disebut trauma .II.2Epidemiologi

Katarak senilis terjadi akibat proses degenerasi penuaan, jumlahnya hingga 90% dari seluruh kasus katarak. Katarak senilis masih menjadi penyebab kebutaan utama diseluruh dunia. Setidaknya ada 5-10 juta kebutaan akibat katarak setiap tahunnya .Di Negara berkembang katarak merupakan 50-70% dari penyebab kebutaan, selain kasusnya banyak dan munculnya lebih awal. Di Indonesia tahun 1991 didapatkan prevalensi kebutaan 1,2% dengan kebutaan katarak sebesar o,67% dan tahun 1996 anka kebutaan meningkat 1,47%. Dengan bertambahnya usia harapan hidup dan populasi usia lanjut, diperkirakan katarak meningkat dua kali lipat .

II.3Etiologi

Penyebab katarak senilis belum diketahui dengan pasti, namun diduga penyebabnya :

1. Proses pada nukleus

Seiring dengan berjalannya waktu, pertumbuhan serat-serat lensa yang bermula dari nuclear arch termampatkan di tengah-tengah lensa sehingga terbentuklah nucleus (bagian tengah lensa yang lebih padat). Hal tersebut terjadi karena lensa diliputi oleh kapsul yang tidak dapat membuang serat-serat tersebut dan lensa selalu mempertahankan bentuk bikonveksnya, kemudian nucleus juga mengalami dehidrasi, penimbunan ion Ca dan terjadi penimbunan pigmen

2. Proses pada korteks

Terjadinya perubahan struktur pada lensa, menimbulkan timbulnya celah-celah diantara serat-serat lensa yang berisi air dan penimbunan Ca. Hal ini menyebabkan lensa menjadi tebal, lebih cembung dan membengkak.

Perubahan lensa pada usia lanjut :

1. Kapsul

Menebal dank rang elastic (1/4 dibanding anak)

Mulai presbiopia

Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur

Terlihat bahan granular

2. Epitel

Sel epitel (germinatif) pada equator bertambah besar dan berat

Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata3. Serat lensa

Lebih irregular

Pada korteks jelas kerusakan serat sel

Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama-kelamaan merubah protein nukleus (histidin, triptofan, metionin, sistein, tirosin) lensa, sedang warna coklat protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptopan disbanding normal.

Korteks tidak berwarna karena:

Kadar asam askorbat tinggi menghalangi fotooksidasi

Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda

Beberapa penelitian mengatakan, bahwa katarak senilis dipercepat oleh beberapa faktor antara lain :

Penyakit diabetes melitus, hipertensi dengan sistole naik 20 mmHg

Paparan sinar ultraviolet B dengan panjang gelombang antara 280-315 m lebih dari 12 jam.

Health sector priorities review mendapatkan bahwa katarak juga dipengaruhi oleh lamanya terpapar sinar matahari. The Nepal eye survey menyatakan bahwa banyaknya paparan sinar matahari pada masing-masing individu selain dipengaruhi oleh lamaya terpapar matahari (lebih dari 12 jam), juga dipengaruhi oleh faktor ketinggian dan keadaan yang dapat menutup matahari misalnya awan, selain itu juga bergantung pada pekerjaan serta perlindungan diri dengan memakai topi, kacamata. Taylor dkk mengatakan bahwa pemaparan sinar matahari yang dapat menimbulkan katarak terutama adalah sinar ultraviolet. Jenis pekerjaan yang banyak berhubungan dengan sinar ultraviolet seperti petani, pekerja lapangan, orang yang senang berjemur pada siang hari serta operator sinar radiasi.

Indeks massa tubuh lebih dari 27

Tingginya indeks massa tubuh dapat menyebabkan naiknya konsentrasi serum asam urat dan berisiko menderita penyakit gout dan salah satu obat gout (allopurinol) terbukti menyebabkan katarak. Indeks massa tubuh tinggi cenderung menaikkan tekanan darah, dan juga diduga berpengaruh terjadinya katarak. Glynn dkk dengan penelitian kohort didapatkan laki-laki sehat dengan indeks massa tubuh yang tinggi mempunyai kecenderungan menderita katarak, namun demikian mekanismenya tidak dijelaskan dengan pasti Asap rokok lebih dari 10 batang/hari baik perokok aktif atau pasif

Menurut Sheila merokok perokok aktif ataupun pasif lebih dari 10 batang setiap hari dapat menimbulkan kekeruhan lensa

Penelitian yang dilakukan Leske juga mendapatkan bahwa, kadar asam urat serum juga berperan dalam menimbulkan katarak berbagai jenis. Asam urat merupakan hasil metabolisme purin dan hampir dapat ditemukan dalam seluruh jaringan, terutama yang tidak ada atau sedikit aliran darahnya. Asam urat mudah terionisasi sehingga membentuk garam monosodium urat, disodium urat dan postasium urat dan apabila kemampuan larut garam di dalm cairan terlampaui mudah membentuk kristal monosodium urat monohidrat yang sangat tajam. Bentuk kristal dapat ditemukan pada kornea, lensa, sclera, tarsus dan tendi muskulus ekstraokuler.

Faktor risiko

1. Keturunan

Keturunan memainkan peranan utama terjadinya katarak senilis, onset usia dan maturitas katarak.

2. Radiasi ultra violet

Dalam kebanyakan penelitian epidemiologi, paparan sinar UV dari matahari menyebabkan onset awal dan maturitas katarak senilis.

3. Diet

Kekurangan beberapa protein, asam amino, vitamin (riboflavin, vitamin E, vitamin C) turut mengakibatkan katarak senilis

4. Dehidrasi

Dehidrasi berat seperti diare dan kolera pada usia tua turut menjadi factor penyebab.

5. Merokok

Merokok telah dilaporkan memberikan dampak pada usia onset katarak senilis. Merokok meyebabkan penumpukan pigmen iaitu kromofores dan 3-hidroksinurinin yang mengakibatkan kekuningan. Sianat dalam rokok menyebabkan karbamilasi dan denaturasi protein.II.4Patofisiologi Meksanisme kehilangan transparansi secara umum berbeda pada katarak senilis nuclear dan kortikal.

1. Katarak senilis kortikal

Perobahan biokimia yang terlibat ialah penurunan total protein, asam animo dan kalium bersama peningkatan kepekatan natrium dan hidrasi lensa diikuti koagulasi protein.

2. Katarak senilis nuclear

Pada katarak ini, perubahan degeneratif berkait erat dengan sklerosis nuclear bersama dehidrasi dan pemadatan nucleus yang menghasilkan katarak yang keras. Terdapat peningkatan protein tidak larut air, namun total protein dan distribusi kation tetap normal.

Deposit pigmen urokrom atau melanin dari asam amino di lensa mungkin terjadi pada beberapa kasus.

Tahap maturitas

1. Maturitas pada katarak senilis tipe kortikal

Pertama, tahap pemisahan lamellar. Pada saat awal terjadi perobahan pada demarkasi serabut kortikal karena perpisahan yang diakibatkan oleh cairan. Fenomena ini bias didemonstrasi melalui pemeriksaan slit lamp saja dan perobahan ini revesible.

Kedua, tahap permulaan katarak. Pada tahap ini, opaksitas bias kelihatan dan area yang jernih diantarnya.

Tahap imatur katarak senilis (IKS) terbentuk dengan opaksitas yang berlanjutan. Corak kunifom atau kupulifom bias diidentifikasi sehingga tahap lanjut IKS apabila opaksitas menjadi lebih difus dan irregular. Lensa kelihatan abu-abu keputihan, namun korteks tetap jernih dan bayangan iris tetap kelihatan.

Pada beberapa kasus, lensa bias membengkak karena hidrasi yang berterusan. Kondisi ini dikenali dengan inumenscent cataract. Kondisi ini tetap kelihatan pada tahap maturitas yang berikutnyaPada tahap katarak senilis matur (KSM), opaksitas menjadi komplit iaitu, melibatkan keseluruhan korteks. Lensa berwarna putih mutiara dan katarak ini turut dikenali dengan karatak masak.Pada katarak senilis hipermatur (KSH), pembentukannya bisa dibagi dua iaitu:

I) Katarak hipermatur Morgagnian

Pada beberapa kasus, setelah maturitas seluruh korteks mencair lensa menjadi tas berisi cairan berbentuk susu. Nucleus yang berwarna coklat berada di dasar dan berobah posisi dengan gerakan kepala. Adakalanya deposit kalsium bisa kelihatan pada kapsul lensa.II) Katarak hipermatur tipe sklerotik

Setelah tahap maturitas, lensa bisa mengecut karena kebocoran. Kapsul anterior menjadi kedut dan menebal karena proliferasi sel anterior. Kamar anterior menjadi lebih dalam dan iris menjadi iridodonesis akibat pengecilan lensa. 1. Maturitas katarak senilis nuclear

Di dalam lensa terjadi proses sklerotik lensa yang menurunkan kemampuan untuk mengakomodasi dan menghalangi sinar cahaya. Perubahan ini berawal dari sentral dan perlahan-lahan menyebar ke perifer sampai mengahampiri kapsul ketika menjadi matur. Namun , kejernihan lapisan yang sangat tipis pada korteks mungkin tidak terpengaruh.

Nukleus tersebut bisa menjadi difus keabu-abuan atau berwarna (kuning sampai hitam) karena pengendapan pigmen. Seringkali , yang biasa terlihat adalah nukleus katarak yang berpigmen kuning baik, coklat (cataracta brunescens) atau hitam (cataracta nigra) dan jarang sekali kemerahan (cataracta rubra).

(cataracta brunescens) (cataracta nigra) (cataracta rubra)

Gambar 7. Katarak senilis nuklearII.5Klasifikasi katarak Secara Umum katarak di klasifikasikan menjadi :

I. Katarak developmental/ katarak kongenitalKekeruhan pada lensa yang timbul pada saat lensa dibentuk arteri hialoidea yang persisten- katarak polaris anterior katarak polaris posterior

- katarak aksilaris katarak zonularis

- katarak stelata katarak totalis

- katarak kongenital membranaseaII.Katarak degeneratif Katarak primer Menurut umur

katarak yuvenilis (umur kurang dari 20 tahun) katarak presenilis (umur sampai 50 tahun) katarak senilis (umur lebih dari 50 tahun)- Menurut Stadium Stadium insipienPada stadium ini akan terlihat kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degenerative (benda morgagni). Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.

Stadium imatur Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa akan memberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi mioptik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan sehingga bilik mata depan akan lebih sempit Stadium maturKekeruhan telah mengenai seluruh lensa (lensa berwarna sangat putih), ini terjadi akibat deposit kalsium (Ca). Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal kembali. Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif. Stadium hipermatur (katarak morgagni)Katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang pengerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula zinii menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentu sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut katarak Morgagni.Tabel 1. Perbedaan stadium katarak senilis

III. Katarak komplikata

Terjadi sekunder atau sebagai penyulit dari penyakit lain. Penyebabnya : Penyakit mata (menyebabkan katarak monokuler) seperti : uveitis, glaukoma, miopia maligna, ablasio retina yang sudah lama Penyakit sistemik (menyebabkan katarak bilateral) yang tersering menyebabkan katarak yuvenil adalah galaktosemia dimana metabolisme galaktosa terganggu. Kadar yang meninggi di darah dan urin, 70% menimbulkan katarak Diabetes melitusKatarak pada pasien diabetes mellitus dapat terjadi dalam 3 bentuk: Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia nyata, pada lensa akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila dehidrasi lama akan terjadi kekeruhan lensa, kekeruhan akan hilang bila tejadi rehidrasi dan kadar gula normal kembali.

Pasien diabetes juvenile dan tua tidak terkontrol, dimana terjadi katarak serentak pada kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat snow flake atau bentuk piring subkapsular.

Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara histopatologi dan biokimia sama dengan katarak pasien nondiabetik.

Beberapa pendapat menyatakan bahwa pada keadaan hiperglikemia terdapat penimbunan sorbitol dan fruktosa di dalam lensa. Pada mata terlihat peningkatkan insidens maturasi katarak yang lebih pada pasien diabetes. Jarang ditemukan true diabetic katarak. Pada lensa akan terlihat kekeruhan tebaran salju subkapsular yang sebagian jernih dengan pengobatan.n Diperlukan pemeriksaan tes urine dan pengukuran darah gula puasa. Trauma (menyebabkan katarak monokuler)Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Sebagian besar katarak traumatik dapat dicegah. Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing, karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang-kadang korpus vitreum masuk dalam struktur lensa. Pasien mengeluh penglihatan kabur secara mendadak. Mata jadi merah, lensa opak, dan mungkin disertai terjadinya perdarahan intraokular. Apabila humor aqueus atau korpus vitreum keluar dari mata, mata menjadi sangat lunak. Penyulit adalah infeksi, uveitis, ablasio retina dan glaukoma.

II.6Diagnosis1. Riwayat penyakit/ anamnesis

Pengambilan anamnesis yang baik pada pasien katarak merupakan hal yang penting dalam menentukan progresifitas dan penurunan penglihatan yang disebabakan oleh katarak, serta mengidentifikasi kemungkinan penyebab dari kekeruhan lensa.

Penurunan tajam penglihatan

Penurunan tajam penglihatan merupakan keluahan yang sering dirasakan pasien katarak senilis. Akibat kekeruhan lensa mkaa penglihatan secara berangsur-angsur akan berkurang. Mulai dari penglihatan kabur sampai hanya dapat mengenal cahaya yang datang. Gejala pada katarak senilis berupa distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin kabur. Penglihatan malam atau pada penerangan kurang sangat menurun

Rasa silau

Peningkatan rasa silau merupakan keluhan yang sering juga pada pasien katarak senilis. Pada penerangan yang kuat atau sinar matahari akan sangat sukar akibat adanya rasa silau

Miopisasi

Miopisasi biasanya terjadi pada katark senilis pada stadium inutmesen. Pada stadium ini terjadi pncembungan lensa, sehingga pasien menyatakan tidak perlu kaca mata sewaktu membaca dekat.2. Pemeriksaan fisik

Setelah melakukan anamnesis, selanjutnya melakukan pemeriksaan fisik. Sebelum melakkukan pemeriksaaan mata, sebaiknya kita melakuka pemeriksaaan umum.hal ini brtujuan untuk menentukan adanya kelainan sistemik yang berefek pada mata dan perkembangan katarak. Pemeriksaan fisik mata yang lengkap harus dilakukan, dimulai dengan tajam penglihatan. Pemeriksaan pada adneksa mata dan struktur dalam bola mata akan memberikan tanda tentang penyakit pasien dan prognosis penglihatan pasien.

Uji bayangan iris

Bertujuan untuk mengetahui derajat kekeruhan lensa. Sentolop disinarkan pada pupil dengan membuat sudut 450 dengan dataran iris. Dengan loupe dilihat bayangna iris pada lensa. Bila bayangan iris pada lensa besar berarti letak kekeruhan jauh atau lensa belum keruh seluruhnya atau disebut uji bayangan iris positif. Bila bayangan iris kecil atau dekat pada pupil maka disebut sebagai uji bayangan iris negative. Slit Lamp

Pemeriksaan dengan menggunakan Slit Lamp tidak hanya bertujuan untuk menilai kekeruahan lensa, tetapi juga menilai bagian mata yang lain seperti, konjungtiva, kornea, iris, bilik mata depan.Penebalan kornea dan kekeruhan kornea seperti infiltrate pada kornea harus diperiksa secara hati-hati.Pemeriksaan lensa dilakukan setelah pelebran pupil. Pada pupil akan terlihat gambaran kekeruhan lensa yang biasanya berwarna putih. Katarak pada stadium dini, dapat diketahui melalui pupil yang dilatasi maksimum dengan oftalmoskop, kaca pembesar atau slit lamp

Oftalmoskop

Kegunaan pemeriksaan oftalmoskop secara langsung dan tidak langsung untuk menilai bagian posterior bola mata harus ditekankan. Kelainan saraf optic dan retina mungkin penyebab dari gangguan penglihatan yang dirasakan pasien. Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan lensa, hingga reaksi fundus hilang.

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium

Diagnosis katarak senilis secara mendasar ditentukan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk skrining atau mendeteksi adanya penyakit penyerta seperti, diabetes mellitus, hipertensi, kelainan jantung. Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan radiologi seperti, USG, CT scan, MRI dilakukan ketika dicurigai adanya kelainan pada bagian posterior bola mata dan tampilan pada bagian belakang bola mata dihalangi oleh ketebalan katarak. Pemeriksaan radiologi ini berguna dalam membuat rencana terpi bedah dan prognosis post operasi untuk perbaikan penglihatan pasien.

4. Diagnosis banding

Katarak traumatik

Katarak sekunder

Katarak komplikata II.7Penatalaksanaan

Pengangkatan lensICCE (Intra Capsular Cataract Extraction) atau EKIK (Ekstrasi intrakapsular merupakan teknik bedah katarak yang digunakan sebelum adanya bedah katarak ekstrakapsular. Dengan teknik

BAB III

ANALISA KASUSTelah dilaporkan sebuah katarak senilis Immatur OD pada seorang perempuan usia 63 tahun yang datang berobat Puskesmas Olak kemang. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis serta pemeriksaan status oftalmikus, sehingga di peroleh informasi mengenai gejala dan tanda yang utama atau khas.Pasien datang dengan keluhan pandangan pada mata kanan semakin terasa kabur. Sejak satu tahun yang lalu, penderita mengeluh pandangan pada mata kanan kabur dan terasa berasap. Mata merah tidak ada dan karena masih merasa bisa melihat maka dari itu pasien tidak berobat. Sejak enam bulan yang lalu, penglihatan pada mata kanannya terasa semakin kabur, pandangan berasap dirasakan semakin tebal dan hingga merasa gelap. Mata kanan pasien hanya dapat melihat adanya lambaian tangan atau bayangan. Penderita merasa jarak pandang pasien semakin berkurang. Tidak ada keluhan mata berair, mata merah, melihat pelangi (hallo) atau sakit yang hebat pada kedua mata. Pasien juga menyangkal adanya sakit kepala yang hebat. Pasien mengaku pandangan kabur tidak dirasakan pada mata kirinya. Keterangan diatas merupakan tanda khas katarak yaitu visus turun perlahan, tidak ada mata merah atau melihat bayangan pelangi (hallo), sehingga diagnosis lebih mengarah ke katarak. Untuk memperkuat diagnosis dilakukan pemeriksaan oftalmologi. Secara Umum katarak di klasifikasikan menjadi : 1) Katarak developmental/ katarak kongenital, 2) Katarak degeneratif (Menurut umur) : katarak yuvenilis (umur kurang dari 20 tahun) , katarak presenilis (umur sampai 50 tahun) , katarak senilis (umur lebih dari 50 tahun).Berdasarkan klasifikasi tersebut katarak pada pasien ini adalah katarak senilis dimana umur pasien 63 tahun. Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan visus pada OD 1/300 dengan proyeksi sinar baik. Pemeriksaan eksternal yaitu : COA dangkal, pupil ODS isokor 3 mm, pada lensa OD keruh sebagian (immatur) dan dengan shadow test positif (+). Pemeriksaan tonometri palpasi tidak didapatkan peningkatan TIO pada kedua mata. Penatalaksanaan untuk pasien ini adalah dirujuk ke dokter spesialis mata.Etiologi katarak pada kasus ini adalah suatu proses degeneratif dengan prognosis baik apabila telah dilakukan operasi.DAFTAR PUSTAKA

1. Wijana, Nana S.D, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-6, Penerbit Abadi Tegal, Jakarta, 1993 : 190-196.

2. Ilyas, Sidarta, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-2, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998 : 209-210.3.Glaucoma Phacomorphic http://emedicine.medscape.com/article/1204917-media4.Fitri, Glaukoma Fakolitik, di unduh dari http://perdamisulsel.org/dokumen/katarak_handouts.pdf tanggal 24 April 2012.5.R. Emy, Glaukoma Fakomorfik, FK UNLAM RSUD Ulin, Banjarmasin, 2011. Diunduh dari http:// fkunlam.org/ file /katarak.pdf tanggal 24 April 2012Peningkatan usia (senilis)

Penurunan fungsi mekanismetransport aktif lensa penurunan reaksi okidatif

Perobahan ratio Na / K penurunan asam amino

Hidrasi serabut lensa penurunan sintesis protein dalam serabut lensa

Denaturasi protein lensa

Opaksitas serabut lensa kortikal

24