KATA PENGANTAR...KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 71 Tahun 2010...
Transcript of KATA PENGANTAR...KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 71 Tahun 2010...
KATA PENGANTAR
Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang telah diubah dengan
Permendagri Nomor 21 tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Permendagri
Nomor 13 Tahun 2006.
Sebagai wujud pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan pemerintah,
Dinas Kesehatan Provinsi Banten berkewajiban menyusun Laporan Keuangan untuk
disampaikan kepada Kepala Daerah melalui Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
(PPKD) yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan.
Penyusunan Laporan Keuangan Dinas Kesehatan Provinsi Banten ini mengacu
pada Peraturan Menteri Kementerian Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Penerapan Standar Akuntansi Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah. Laporan
keuangan ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna kepada para
pemakai laporan khususnya sebagai sarana meningkatkan akuntabilitas dan
transparansi pengelolaan keuangan daerah pada Dinas Kesehatan Provinsi Banten.
Serang, 31 Desember 2019 Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Banten
Dr. dr. Hj. Ati Pramudji Hastuti, MARS NIP.197308152003122005
DAFTAR ISI
Halaman Kata Pengantar i Daftar Isi ii Pernyataan Tanggung Jawab iv Ringkasan Eksekutif v Laporan Keuangan
A. Catatan atas Laporan Keuangan I. Pendahuluan 1
1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan
1.2 Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan
1.3 Organisasi Perangkat Daerah SKPD Dinas Kesehatan Provinsi Banten
1.4 Sistematika Penulisan Catatan Atas Laporan Keuangan
1
1
2
2
II. Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan
2.1 Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan
2.2 Hambatan dan Kendala
III. Kebijakan Akuntansi 3.1 Entitas Pelaporan Keuangan Daerah 3.2 Basis Akuntansi Yang Mendasari
Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
3.3 Basis Pengukuran Yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
3.4 Penerapan Kebijakan Akuntansi
4
4 4
7 7
7
8 8
IV. Penjelasan Pos-pos Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
4.1 Penjelasan Pos-Pos Laporan Realisasi Anggaran 4.1.1 Pendapatan 4.1.2 Belanja
25
25 25 27
4.1.3 Surplus/(Defisit)
4.2 Penjelasan Pos-Pos LO 4.2.1 Pendapatan LO 4.2.2 Beban LO 4.2.3 Defisit Non Operasional 4.2.4 Beban Luar Biasa
4.3 Penjelasan Pos-Pos Neraca 4.3.1 Kas di Bendahara Pengeluaran 4.3.2 Kas di Bendahara Penerimaan 4.3.3 Kas Lainnya dan Setara Kas 4.3.4 Piutang 4.3.7 Penyisihan Piutang Tak Tertagih 4.3.8 Beban Dibayar Dimuka 4.3.9 Persediaan 4.3.13 Tanah 4.3.14 Peralatan dan Mesin 4.3.15 Gedung dan Bangunan 4.3.16 Jalan, Irigasi, dan Jaringan 4.6.17 Aset Tetap Lainnya 4.3.18 Konstruksi Dalam Pengerjaan 4.3.19 Akumulasi Penyusutan Aset Tetap 4.3.20 Aset Tak Berwujud 4.3.21 Aset Lain-Lain 4.3.23 Utang Kepada Pihak Ketiga 4.3.24 Pendapatan Diterima Dimuka 4.3.25 Ekuitas
4.4 Penjelasan Pos-pos Laporan Perubahan Ekuitas
4.5 Penjelasan Pos-pos Laporan Kronologis Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK-RI
30
31 31 31 32 32
32 32 33 33 33 34 34 34 35 35 36 36 36 36 36 37 37 38 38 38
39
39
V. Penjelasan Atas Informasi-Informasi Non Keuangan
VI. Penutup
51
52
B. Lampiran :
I. Laporan Realisasi Anggaran Pendukung
LRA Pendapatan
LRA Belanja
Ringkasan Realisasi Belanja Daerah Per rincian Obyek
LRA Pendapatan dan Belanja Daerah
Neraca
Neraca Saldo
II. Lampiran-lampiran lainnya sebagai pendukung CALK
STS(Surat Tanda Setoran)
Rekapitulasi SP2D
Laporan SPJ Belanja Fungsional
Daftar Aset Tetap
Daftar Aset Lain-lain
Daftar Aset Tak Berwujud
III.Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah(LAKIP)
Dst.
PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB OPD DINAS KESEHATAN PROV. BANTEN
Laporan keuangan Dinas Kesehatan Provinsi Banten yang terdiri dari: Laporan
Realisasi Anggaran, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca,
dan Catatan atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2019 sebagaimana
terlampir, adalah merupakan tanggung jawab kami.
Laporan Keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian
intern yang memadai, dan isinya telah menyajikan informasi pelaksanaan
anggaran dan posisi keuangan secara layak sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Serang, 31 Desember 2019 Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten
Dr.dr.Hj. Ati Pramudji Hastuti, MARS NIP.197308152003122005
RINGKASAN EKSEKUTIF
Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi Instansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat Kepala Satuan Kerja sebagai Kuasa Pengguna Anggaran/Barang mempunyai tugas antara lain menyusun dan menyampaikan laporan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Dengan demikian penyusunan dan penyajian laporan keuangan satuan kerja ini merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas penggunaan anggaran dan/atau barang pada satuan kerja. Laporan Keuangan OPD tahun 2018 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Permendagri Nomor 13 tahun 2006 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran tahun 2018 dengan realisasinya, mencakup unsur-unsur pendapatan dan belanja.
Realisasi pendapatan pada TA 2018 adalah sebesar Rp. 478.504.720,48,- atau mencapai 59,07% dari anggarannya.
Realisasi belanja pada TA 2018 adalah sebesar Rp.114.820.165.217,- atau mencapai 86,30% dari anggarannya.
2. NERACA
Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan tahun 2018 mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal pelaporan.
Jumlah aset sementara per 31 Desember 2018 adalah sebesar Rp.204.539.620.520,16,- yang terdiri dari aset lancar sebesar Rp.62.635.818.651,-; aset tetap sebesar Rp.141.532.529.349,38-; dan aset lainnya sebesar Rp.371.272.519,66,-
Jumlah kewajiban per 31 Desember 2018 adalah sebesar Rp.3.457.388.701,- yang terdiri dari kewajiban jangka pendek sebesar Rp.3.457.388.701,-; dan kewajiban jangka panjang sebesar Rp 0,-.
Jumlah ekuitas dana per 31 Desember 2018 adalah sebesar Rp.221.949.151.305,09,-.
3. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai antara lain mengenai dasar penyusunan laporan keuangan, kebijakan akuntansi, kejadian penting lainnya, dan informasi tambahan yang diperlukan.
Dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran, pendapatan dan belanja diakui berdasarkan basis kas, yaitu pada saat kas diterima atau dikeluarkan oleh dan dari Kas Daerah (KASDA) Dalam penyajian neraca, aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui berdasarkan basis akrual, yaitu pada saat diperolehnya hak atas aset dan timbulnya kewajiban tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan oleh dan dari Kas Daerah (KASDA)
1
Maksud Dan Tujuan
Dasar Hukum
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
Laporan Keuangan OPD Dinas Kesehatan Provinsi Banten disusun berdasarkan
Peraturan Gubernur Banten Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kebijakan Akuntansi
Pemerintah Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Gubernur Banten Nomor
48 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Gubernuur Banten Noor 18 Tahun 2014
dan Peraturan Gubernur Banten Nomor 51 Tahun 2015 tentang Sistem dan Prosedur
Akuntansi Pemerintah Provinsi Banten.
1.1 Maksud Dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan
Penyusunan Laporan Keuangan Dinas Kesehatan Provinsi Banten Tahun Anggaran
2019 dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban Pemerintah Provinsi Banten atas
pelaksanaan APBD sebagaimana telah diamanatkan dalam peraturan perundang-
undangan. Catatan Atas Laporan Keuangan Pemerintah OPD Dinas Kesehatan
Provinsi Banten Tahun Anggaran 2019 merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Laporan Keuangan OPD Dinas Kesehatan Provinsi Banten Tahun Anggaran 2019
yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas, Neraca Daerah dan Catatan Atas Laporan Keuangan.
1.2 Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan
1. Undang-Undang Republik Indonesia Dasar Tahun 1945;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan
Provinsi Banten;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara;
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara;
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan
Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan ketiga Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan
dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN
2
Organisasi
Perangkat Daerah
Provinsi Banten
Sistematika
Penulisan
10. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan;
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan
Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah;
18. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pokok-Pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Banten;
19. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 1 Tahun 2018 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Banten Tahun Anggaran 2018;
20. Keputusan Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Nomor
915/143-SK.PPKD/IX/2019 tentang Perubahan APBD Provinsi Banten Tahun
Anggaran 2019 ;
21. Peraturan Gubernur Nomor 51 Tahun 2015 tentang Sistem dan Prosedur
Akuntansi Pemerintah Provinsi Banten;
22. Peraturan Gubernur No. 18 Tahun 2014 tentang Kebijakan Akuntansi Provinsi
Banten sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Gubernur 48 Tahun 2015
tentang Perubahan Peraturan Gubernur No.68 Tahun 2016 tentang Kebijakan
Akuntansi Provinsi Banten.
1.3 Organisasi Perangkat Daerah OPD Dinas Kesehatan Provinsi Banten
Pada tahun 2019, OPD Dinas Kesehatan Provinsi Banten dipimpin oleh Dr. dr. Hj.
Ati Pramudji Hastuti, MARS Kepala Dinas Kesehatan (struktur organisasi OPD)
1.4 Sistematika Penulisan Catatan Atas Laporan Keuangan
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan
1.2. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan
3
1.3. Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Banten
1.4. Sistematika Penulisan Catatan Atas Laporan Keuangan
BAB II. IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN
2.1. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan
2.2. Hambatan dan Kendala Yang Ada Dalam Pencapaian Target Yang
Telah Ditetapkan
BAB III. KEBIJAKAN AKUNTANSI
3.1 Entitas Pelaporan Keuangan Daerah
3.2 Basis Akuntansi Yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan
3.3 Basis Pengukuran Yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan
3.4 Penerapan Kebijakan Akuntansi Berkaitan Dengan Ketentuan Yang
Ada Dalam Standar Akuntansi Pemerintahan
BAB IV. PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN
Rincian dan Penjelasan masing-masing pos-pos laporan keuangan
4.1 Penjelasan Pos-pos LRA
4.2 Penjelasan Pos-pos LO
4.3 Penjelasan Pos-pos Neraca
4.4 Penjelasan Pos-pos Laporan Perubahan Ekuitas
BAB V. PENJELASAN ATAS INFORMASI-INFORMASI NON KEUANGAN
BAB VII. PENUTUP
4
Ikhtisar
Realisasi
Pencapaian
Target Kinerja
Keuangan
Hambatan dan
Kendala
BAB II
IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN
2.1 Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan
Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Banten Nomor 49 Tahun 2019
tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Banten Tahun
Anggaran 2019, target (pajak/retribusi Pelayanan Kesehatan) OPD Dinas Kesehatan
Provinsi Banten pada tahun 2019 adalah Rp. 100.000.000,-.
Selanjutnya, sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi Banten Nomor 28
Tahun 2019 tentang Perubahan Penjabaran APBD Provinsi Banten Tahun Anggaran
2019, target pendapatan daerah Provinsi Banten pada tahun 2019 menjadi
Rp.100.000.000,-.
Alokasi Belanja Tidak Langsung Tahun Anggaran 2019 sebesar
Rp.28.969.000.000,- untuk membiayai Belanja Pegawai. Sedangkan alokasi Belanja
Langsung setelah perubahan sebesar Rp. 32.833.000.000,-.
Realisasi Belanja Tidak Langsung Tahun Anggaran 2019 sebesar
Rp.32.833.000.000,- atau 88,68% dari anggaran, sedangkan realisasi Belanja Langsung
sebesar Rp. 272.705.495.825,- atau 94,39 % dari anggaran.
Secara keseluruhan jumlah realisasi pendapatan Tahun Anggaran 2019
sebesar Rp.101.192.500,- atau 101,19% dari target yang direncanakan dalam
Perubahan APBD sebesar Rp. 100.000.000,- sedangkan APBD murni sebesar
Rp.100.000.000,-.Dibandingkan dengan realisasi Tahun Anggaran 2018 sebesar
Rp.477.794.720,48,- realisasi Pendapatan Tahun Anggaran 2019 lebih kecil
Rp.377.794.720,48,- atau turun 373,34%.
Realisasi Belanja OPD Dinas Kesehatan Provinsi Banten Tahun Anggaran
2019 sebesar Rp. 272.705.495.825,- atau 94,39% dari anggaran yang direncanakan
dalam Perubahan APBD sebesar Rp. 288.911.714.744,- sedangkan APBD murni
sebesar Rp.210.425.439.644,-. Dibandingkan dengan realisasi Tahun Anggaran 2018
sebesar Rp.114.848.335.367,- realisasi belanja Tahun Anggaran 2019 bertambah
sebesar Rp.157.857.160.458,- atau naik 57,88 %. Realisasi Belanja terdiri dari Belanja
Operasi dan Belanja.
2.2. Hambatan dan Kendala
Secara umum tidak terdapat hambatan dan kendala yang berpengaruh secara
signifikan terhadap pencapaian target yang ditetapkan. Namun ada beberapa hal terkait
realisasi yang tidak mencapai target (≤80%) dikarenakan :
1. Penyediaan barang dan jasa perkantoran Sebesar Rp. 4.821.704.133,- dari
anggaran Rp. 6.287.902.000,- atau 76,68% : dikarenakan efisiensi pada Belanja
Listrik (pembayaran sesuai tagihan), belanja bahan bakar pada belanja BBm
kendaraan roda 2 dan genset sesuai dengan klaim pembayaran.
2. Penyediaan data pembangunan sektoral penyerapan anggaran sebesar
5
Rp.50.168.497,- dari anggaran Rp. 68.125.000,- atau 73,64% : Adanya Efisiensi
Anggaran
3. Bantuan operasional kesehatan (DAK) penyerapan anggaran sebesar Rp.
146.513.9490,- dari anggaran Rp. 2.367.000.000,- atau 61,90% : Adanya Efisiensi
Anggaran
4. Perencanaan dan pendayagunaan sumber daya manusia kesehatan Penyerapan
anggaran sebesar Rp. 6.628.223.659,- dari pagu Rp. 10.636.316.338,- atau 62,32%
: Rekruitmen tenaga kesehatan ditargetkan sebanyak 170 orang sedangkan yang
terealisasi sebanyak 126 orang, hal tersebut dikarenakan adanya tenaga kesehatan
yang mengundurkan diri saat proses seleksi dam mengundurkan diri karena telah
diterima sebagai CPNS
5. Pengkajian pengembangan dan pengendalian mutu kesehatan penyerapan realisasi
sebesar Rp.60.070.650,- dari anggaran sebesar Rp.123.685.000,- atau 48,57%
dikarenakan : Tidak dilaksanakannya pelatihan akreditasi pelatihan, Quallity
asurance & Organizing Commite dikarenakan di seluruh BBPK/Bapelkes tidak
menjadwalkan kegiatan tersebut pada Tahun 2019 serta kegiatan evaluasi pelatihan
tidak dilaksanakan karena belum adanya pelatihan yang dilaksanakan oleh UPTD
Pelatihan Kesehatan sehingga tidak ada penyerapan anggaran
6. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kesehatan dari penyerapan realisasi
sebesar Rp. 11.104.800,- dari anggaran sebesar Rp. 171.550.000,- atau 6,47% :
Tidak terlaksanaya rekruietment tenaga kesehatan khusus tahap ke 2
7. Pengadaan sarana prasarana kantor pada uptd laboratorium kesehatan daerah
realisasi sebesar Rp. 1.391.420.404,- dari anggaran sebesar Rp. 1.910.000.000,-
atau 72.85%. Dikarenakan : Pelaksanaan kegiatan belum dapat dilaksanakan
dengan tepat waktu secara optimal, terdapat pekerjaan yang pemutusan kontrak
dikarenakan pelaksanaan kegiatan tidak tepat waktu, terdapat kegiatan yang
harganya melebihi harga e katalog
8. Akreditasi labkesda (DAK) penyerapan realisasi sebesar Rp. 192.767.500,- dari
anggaran sebesar Rp. 412.950.000,- atau 46,68 % rendahnya penyerapan anggaran
dikarenakan : Pelaksanaan kegiatan belum dapat dilaksanakan dengan tepat waktu
dikarenakan pengaturan jadwal kegiatan diatur oleh pusat, dan terdapat kegiatan
survey simulasi yang tidak dapat dilaksanakan karena hasil nilai bimtek ke 2
akreditasi lab telah mencukupi. Selanjutnya penyerapan dana untuk transport dan
akomodasi sesuai dengan riil cost, dan narasumber yang ditugaskan berasal dari
DKI dan Jabar yang tidak memerlukan transportasi pesawat
9. Rapat Koordinasi Kedalam dan Keluar Daerah pada Balai Laboratorium Kesehatan
Daerah Penyerapan Realisasi sebesar Rp. 29.686.700 dari pagu anggaran Rp.
80.000.000,- Pelaksanaan kegiatan belum dilaksanakan sesuai dengan rencana
operasional yang telah disusun, pegawai yang melaksanakan perjadin tidak sesuai
dengan perencanaan,tdk semua petugas dapat melaksanakan perjadin sesuai
dengan jadwal yang telah dibuat dikarenakan ada tugas lain yang prioritas
6
Entitas
Pelaporan
Keuangan
Daerah
Pendekatan
Penyusunan
Laporan
Keuangan
BAB III
KEBIJAKAN AKUNTANSI
3.1 Entitas Pelaporan Keuangan Daerah
Pemerintah Provinsi Banten adalah merupakan entitas pelaporan yang meliputi
Sekretariat Daerah, Dinas, Badan, Kantor serta Sekretariat DPRD. Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) bertindak sebagai entitas akuntansi yang mempunyai
kewajiban melaksanakan proses Akuntansi. Termasuk dalam entitas akuntansi adalah
Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Sedangkan OPD yang
bertindak sebagai Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) adalah Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) yang mempunyai tugas diantaranya
melakukan konsolidasi Laporan Keuangan seluruh OPD.
Proses penyusunan Laporan Keuangan dimulai dari proses akuntansi pada
entitas akuntansi, selanjutnya output dari entitas akuntansi berupa Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca dan Catatan Atas Laporan Keuangan OPD dikonsolidasikan oleh
SKPKD menjadi Laporan Keuangan Provinsi Banten yang meliputi Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan Provinsi
Banten.
Penyusunan Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2019 ini didasarkan pada
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah
dan berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan serta Peraturan Gubernur No. 18 Tahun 2014 tentang
Kebijakan Akuntansi Provinsi Banten sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Gubernur 48 Tahun 2015 tentang Perubahan Pergub No. 18 Tahun 2014 tentang
Kebijakan Akuntansi Provinsi Banten.
Tahun Anggaran 2015 merupakan tahun pertama kali diterapkannya akuntansi
berbasis akrual, sementara tahun-tahun sebelumnya diterapkan basis kas menuju
akrual.
3.2 Basis Akuntansi Yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah
Dimulai pada tahun 2015 Pemerintah Daerah Provinsi Banten menerapkan basis
akrual dalam penyusunan dan penyajian Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan
Perubahan Ekuitas serta basis kas untuk penyusunan dan penyajian Laporan Realisasi
Anggaran. Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan
peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan
saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. Sedangkan basis kas adalah basis
akuntansi yang yang mengakui pengaruhi transaksi atau peristiwa lainnya pada saat
kas atau setara kas diterima atau dibayar. Hal ini sesuai dengan Standar Akuntansi
7
Basis
Pengukuran
Penerapan
Kebijakan
Akuntansi
Kebijakan
Akuntansi
Pendapatan-
LRA
Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
3.3 Basis Pengukuran Yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah
Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan
memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan. Dasar pengukuran yang diterapkan
Pemerintah Provinsi Banten dalam penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan
adalah dengan menggunakan nilai perolehan historis.
Aset dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber daya ekonomi atau
sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut.
Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar sumber daya ekonomi yang digunakan
pemerintah untuk memenuhi kewajiban yang bersangkutan.Pengukuran pos-pos
laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah.
3.4 Penerapan Kebijakan Akuntansi Berkaitan Dengan Ketentuan Yang Ada Dalam
Standar Akuntansi Pemerintahan Daerah
a. Kebijakan Akuntansi Pendapatan-LRA
(01) Pendapatan-LRA dikelompokan atas pendapatan asli daerah, pendapatan
transfer/dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
(02) Kelompok pendapatan asli daerah dibagi menurut jenis pendapatan-LRA
yang terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
(03) Kelompok pendapatan transfer/dana perimbangan (transfer masuk) dibagi
menurut jenis yang terdiri atas dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan
dana alokasi khusus.
(04) Kelompok lain-lain pendapatan daerah yang sah dibagi menurut jenis
pendapatan-LRA yang mencakup hibah berasal dari pemerintah daerah,
pemerintah daerah lainnya, badan/lembaga/ organisasi swasta dalam negeri,
kelompok masyarakat/perorangan, dan lembaga luar negeri yang tidak
mengikat, dana darurat dari pemerintah daerah dalam rangka
penanggulangan korban/kerusakan akibat bencana alam, dana bagi hasil
pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota, dana penyesuaian dan dana
otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah daerah, dan bantuan
keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya.
(05) Pendapatan-LRA diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum
Daerah berdasarkan asas bruto.
(06) Pendapatan yang telah diterima oleh bendahara penerimaan OPD tetapi
belum diterima atau disetor ke rekening Kas Umum Daerah diakui sebagai
pendapatan yang ditangguhkan.
(07) Pengembalian yang sifatnya sistemik (normal) dan berulang (recurring) atas
penerimaan pendapatan-LRA pada periode penerimaan maupun pada periode
sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan-LRA.
(08) Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring) atas
penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada periode penerimaan
pendapatan-LRA dibukukan sebagai pengurang pendapatan-LRA pada
periode yang sama.
8
Kebijakan
Akuntansi
Belanja
(09) Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring) atas
penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada periode sebelumnya
dibukukan sebagai pengurang Saldo Anggaran Lebih pada periode
ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut.
(10) Pengukuran pendapatan-LRA menggunakan mata uang rupiah berdasarkan
nilai rupiah yang diterima dan bila menggunakan mata uang asing
dikonversi ke mata uang rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank
Indonesia) pada saat terjadi pendapatan-LRA.
(11) Pengungkapan hal-hal yang perlu sehubungan dengan pendapatan-LRA,
antara lain penerimaan pendapatan-LRA tahun berkenaan setelah tanggal
berakhirnya tahun anggaran. Penjelasan, sebab-sebab tidak tercapainya target
penerimaan pendapatan-LRA dan informasi lainnya yang dianggap perlu.
b. Kebijakan Akuntansi Belanja
(01) Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja),
organisasi, dan fungsi/urusan.
(02) Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang didasarkan pada
jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas, meliputi belanja pegawai,
belanja barang dan jasa, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan
sosial dan belanja tak terduga.
(03) Klasifikasi menurut urusan adalah klasifikasi yang didasarkan pada urusan
wajib dan urusan pilihan pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat;
(04) Klasifikasi belanja menurut fungsi adalah klasifikasi yang didasarkan pada
fungsi-fungsi utama pemerintah pusat/daerah dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat dan digunakan sebagai dasar untuk penyusunan anggaran
berbasis kinerja.
(05) Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Daerah.
(06) Khusus belanja melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada
saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang
mempunyai fungsi perbendaharaan.
(07) Koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan kembali belanja) yang terjadi
pada periode pengeluaran belanja dibukukan sebagai pengurang belanja
pada periode yang sama. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi
atas pengeluaran belanja dibukukan dalam pendapatan-LRA dalam pos
pendapatan lain-lain-LRA.
(08) Suatu pengeluaran belanja akan diperlakukan sebagai belanja modal
(nantinya akan menjadi aset tetap) jika memenuhi seluruh kriteria sebagai
berikut:
a) Umur pemakaian (manfaat ekonomis) barang yang dibeli lebih dari 12
(dua belas) bulan;
b) Barang yang dibeli merupakan objek pemeliharaan atau barang tersebut
memerlukan biaya/ongkos untuk dipelihara;
c) Perolehan barang tersebut untuk digunakan dan dimaksudkan untuk
digunakan serta tidak untuk dijual/dihibahkan/ disumbangkan/diserahkan
kepada pihak ketiga; dan
9
d) Nilai rupiah pembelian barang material atau pengeluaran untuk
pembelian barang tersebut memenuhi batasan minimal kapitalisasi aset
tetap sebagai berikut:
*) Untuk Jalan, irigasi dan jaringan, tidak ada kebijakan pemerintah mengenai
nilai satuan minimum kapitalisasi, sehingga berapa pun nilai perolehan
Jalan, Irigasi dan Jaringan dikapitalisasi. (09) Pengeluaran belanja barang yang tidak memenuhi kriteria batasan minimal
kapitalisasi aset tetap diatas akan diperlakukan sebagai aset lainnya dan
dianggarkan pada kode rekening jenis belanja barang dan jasa dengan
objek belanja barang non kapitalisasi.
(10) Aktivitas pemeliharaan merupakan aktivitas yang dilakukan untuk
mempertahankan fungsi sewajarnya atas obyek yang dipelihara atau
output/hasil dari aktivitas pemeliharaan tidak mengakibatkan objek yang
dipelihara menjadi bertambah ekonomis/efisien, dan/ atau bertambah umur
ekonomis, dan/atau bertambah volume, dan/ atau bertambah kapasitas
No. Uraian Ni Nilai Kapitalisasi Aset
Tetap
1 2 Peralatan dan Mesin, terdiri atas :
1.1 Alat-alat Berat dan alat-alat Besar 10,000,000.00
1.2 Alat-alat Angkutan 2,000,000.00
1.3 Alat Alat-alat Bengkel dan Alat Ukur
1,000,000.00
1.4 Alat-alat Pertanian/Peternakan 1,000,000.00
1.5 Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga
- Alat-alat Kantor 1,000,000.00
- Alat-alat Rumah Tangga
1,000,000.00
1.6 Alat Studio dan Alat Komunikasi 1,000,000.00
1.7 Alat-alat Kedokteran 5,000,000.00
1.8 Alat-alat Laboratorium 2,500,000.00
1.9 Alat Keamanan 1,000,000.00
2 Gedung dan Bangunan, yang terdiri
atas:
2.1 Bangunan Gedung 15,000,000.00
2.2 Bangunan Monumen 15,000,000.00
3 Aset Tetap Lainnya, yang terdiri
atas:
3.1 Hewan dan Tanaman a. Hewan 1,000,000.00
b. Tanaman
500,000.00 3.2
Aset Tetap Renovasi
Menyesuaikan dengan
jenis Asetnya
10
Kebijakan
Akuntansi
Pembiayaan
produktivitasnya dan/atau tidak mengubah bentuk fisik semula.
(11) Suatu pengeluaran belanja pemeliharaan akan diperlakukan sebagai belanja
modal (dikapitalisasi menjadi aset tetap) jika memenuhi ketiga kriteria
huruf a, b dan c sebagai berikut:
a) Manfaat ekonomi atas barang/aset tetap yang dipelihara:
- bertambah ekonomis/efisien; dan/atau
- bertambah umur pemanfaatan/umur ekonomis; dan/atau
- bertambah volume; dan/atau
- bertambah mutu/kapasitas produktivitas.
b) Ada perubahan bentuk fisik semula dan secara manajemen barang
milik daerah tidak ada proses penghapusan; dan
c) barang/aset tetap tersebut material/melebihi batasan minimal kapitalisasi
aset tetap yang telah ditetapkan.
(12) Belanja pemeliharaan yang memenuhi kriteria kapitalisasi menjadi aset tetap
maka aset tetap yang berkenaan akan menambah umur ekonomisnya yang
dinyatakan dalam ukuran tahun, apabila perhitungan tambahan umur
ekonomis 0 (nol) sampai dengan 0,5 (nol koma lima) tahun maka
dibulatkan menjadi 0 (nol) tahun dan apabila perhitungan tambahan
umur ekonomis lebih dari 0,5 (nol koma lima) tahun maka dibulatkan
menjadi 1 (satu) tahun.
(13) Belanja barang peralatan dapur yang tidak memenuhi nilai kapitalisasi dan
barang yang memiliki criteria ”barang pecah belah”, tirai/gorden/vertical
atau horizontal blind/karpet/wallpaper dan barang sejenis, flashdisk/usb
sejenis diperlakukan sebagai persediaan pakai habis dan tumbuhan tanaman
hias diperlakukan sebagai persediaan jika tidak memenuhi kriteria
kapitalisasi (ekstra komtabel).
(14) Transaksi dalam mata uang asing harus dibukukan dalam mata uang rupiah
dengan menjabarkan jumlah mata uang asing tersebut menurut kurs tengah
bank sentral pada tanggal transaksi.
(15) Pengungkapan sehubungan dengan belanja, antara lain pengeluaran belanja
tahun berkenaan setelah tanggal berakhirnya tahun anggaran, penjelasan
sebab-sebab tidak terserapnya target realisasi belanja daerah dan Informasi
lainnya yang dianggap perlu.
c. Kebijakan Akuntansi Pembiayaan
(01) Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas
Umum Daerah sebesar nilai bruto
(02) Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas
Umum Daerah.
(03) Selisih lebih/kurang antara penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama
satu periode pelaporan dicatat dalam Pembiayaan Neto.
(04) Selisih lebih/kurang antara realisasi pendapatan-LRA dan belanja serta
penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu periode pelaporan
dicatat dalam pos SiLPA/SiKPA.
(05) Bantuan yang diberikan kepada kelompok masyarakat yang diniatkan akan
dipungut/ditarik kembali oleh pemerintah daerah apabila kegiatannya telah
11
Kebijakan
Akuntansi
Pendapatan
-LO
berhasil dan selanjutnya akan digulirkan kembali kepada kelompok
masyarakat lainnya sebagai dana bergulir. Rencana pemberian bantuan
untuk kelompok masyarakat di atas dicantumkan di APBD dan
dikelompokkan pada Pengeluaran Pembiayaan yaitu pengeluaran investasi
jangka panjang. Terhadap realisasi penerimaan kembali pembiayaan juga
dicatat dan disajikan sebagai Penerimaan Pembiayaan - Investasi Jangka
Panjang. Dengan demikian, dana bergulir atau bantuan tersebut tidak
dimasukkan sebagai Belanja Bantuan Sosial karena pemerintah daerah
mempunyai niat untuk menarik kembali dana tersebut dan
menggulirkannya kembali kepada kelompok masyarakat lainnya.
Pengeluaran dana tersebut mengakibatkan timbulnya investasi jangka
panjang yang bersifat non permanen dan disajikan di neraca sebagai
Investasi Jangka Panjang.
(06) Pengukuran pembiayaan menggunakan mata uang rupiah berdasarkan nilai
sekarang kas yang diterima atau yang akan diterima oleh nilai sekarang kas
yang dikeluarkan atau yang akan dikeluarkan.
(07) Hal-hal yang perlu diungkapkan sehubungan dengan pembiayaan, antara
lain:
a) Penerimaan dan pengeluaran pembiayaan tahun berkenaan setelah
tanggal berakhirnya tahun anggaran.
b) Penjelasan landasan hukum berkenaan dengan penerimaan/pemberian
pinjaman, pembentukan/pencairan dana cadangan, penjualan aset
daerah yang dipisahkan, penyertaan modal pemerintah daerah.
c) Informasi lainnya yang diangggap perlu.
d. Kebijakan Akuntansi Pendapatan-LO
(01) Pendapatan-LO berbasis akrual diakui pada saat:
a) Timbulnya hak atas pendapatan;
b) Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi. (02) Klasifikasi menurut sumber pendapatan untuk pemerintah daerah
dikelompokkan menurut asal dan jenis pendapatan, yaitu pendapatan asli
daerah, pendapatan transfer, dan lain-lain pendapatan yang sah. Masing-
masing pendapatan tersebut diklasifikasikan menurut jenis pendapatan.
(03) Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto dan dalam
hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto (biaya) bersifat
variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat diestimasi terlebih
dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat
dikecualikan.
(04) Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang (recurring) atas
pendapatan-LO pada periode penerimaan maupun pada periode sebelumnya
dibukukan sebagai pengurang pendapatan.
(05) Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non recurring) atas
pendapatan-LO yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan dibukukan
sebagai pengurang pendapatan pada periode yang sama.
(06) Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non recurring) atas
pendapatan-LO yang terjadi pada periode sebelumnya dibukukan sebagai
pengurang ekuitas pada periode ditemukannya koreksi dan pengembalian
12
tersebut.
(07) Pendapatan–LO dinilai berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan
pendapatan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah
dikompensasikan dengan beban),dan dalam hal besaran pengurang terhadap
pendapatan–LO bruto (biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan
dimaksud dan tidak dapat di estimasi terlebih dahulu dikarenakan proses
belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.
(08) Pengakuan pendapatan pajak daerah-LO sebagai berikut:
a. pendapatan pajak daerah-LO yang berasal dari sistem official assessment
diakui apabila telah diterbitkan surat ketetapan pajak daerah (OPD) atau
dokumen yang dipersamakan.
Pajak daerah yang menggunakan sistem official assessment terdiri dari
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor (BBNKB), dan Pajak Air Permukaan.
b. pendapatan pajak daerah-LO yang berasal dari sistem self assessment:
1) Pengakuan pendapatan pajak yang didahului dengan penghitungan
sendiri oleh wajib pajak (self assessment) dan dilanjutkan dengan
pembayaran oleh wajib pajak berdasarkan perhitungan tersebut,
diakui saat diterima pembayaran dari Wajib Pajak.
2) Pada saat pemeriksaan ditemukan kurang bayar maka akan diterbitkan
Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (OPDKB) dan atau Surat
Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (OPDKBT) atas
jumlah pajak yang masih harus dibayar yang akan dijadikan dasar
pengakuan pendapatan-LO.
3) Sedangkan apabila dalam pemeriksaan ditemukan lebih bayar pajak
maka akan diterbitkan surat ketetapan lebih bayar yang akan dijadikan
pengurang pendapatan-LO.
Pajak daerah yang menggunakan sistem self assessment terdiri dari Pajak
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) dan Pajak Rokok.
(09) Pendapatan Retribusi-LO diakui apabila satuan kerja telah memberikan
pelayanan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Dokumen dasar yang
digunakan dalam pencatatan pendapatan retribusi adalah Surat Ketetapan
Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen sejenis yang diperlakukan sama
dengan SKRD, seperti dokumen perjanjian sewa-menyewa. Jika ada denda
untuk retribusi perizinan dokumen yang digunakan untuk mengakui
pendapatan denda retribusi-LO adalah Surat Tagihan Retribusi Daerah
(STRD) atau dokumen sejenis yang diperlakukan sama dengan STRD.
(10) Pendapatan Asli Daerah (PAD) lainnya dapat terdiri dari hasil pengelolaan
kekayaan yang dipisahkan seperti bagian laba BUMD diakui saat telah
ditetapkan besarnya bagian laba yang harus disetor ke kas daerah dan Lain-
Iain PAD Yang Sah seperti bunga, denda dan pendapatan hasil eksekusi
jaminan-LO diakui saat kas diterima di RKUD, penjualan aset yang tidak
dipisahkan pengelolaannya yang diakui saat serah terima aset, tuntutan ganti
rugi yang diakui saat diterbitkan Surat Keputusan Gubernur tentang
Pembebanan Penggantian Kerugian.
(11) Pengakuan Pendapatan Transfer–LO diakui pada saat kas masuk ke
Rekening Kas Umum Daerah sebesar jumlah yang diterima dan hanya
dilakukan di PPKD
13
Kebijakan
Akuntansi
Beban
(12) Pengakuan Lain-lain Pendapatan yang Sah–LO adalah pada saat di terima di
RKUD sebesar jumlah nominal yang diterima di RKUD
(13) Surplus Non Operasional-LO terdiri dari Surplus Penjualan Aset Non lancar-
LO yang diakui pada saat hak atas pendapatan timbul, Surplus Penyelesaian
Kewajiban Jangka Panjang-LO, dan Surplus dari Kegiatan Non Operasional
Lainnya-LO yang diakui ketika dokumen sumber berupa Berita Acara
kegiatan (misal: Berita Acara Penjualan untuk mengakui Surplus Penjualan
Aset Non lancar) telah diterima.
(14) Transaksi pendapatan-LO dalam bentuk barang/jasa harus dilaporkan dalam
Laporan Operasional dengan cara menaksir nilai wajar barang/jasa tersebut
pada tanggal transaksi. Di samping itu, transaksi semacam ini juga harus
diungkapkan sedemikian rupa pada Catatan atas Laporan Keuangan
sehingga dapat memberikan semua informasi yang relevan mengenai bentuk
dari pendapatan-LO.
e. Kebijakan Akuntansi Beban
(01) Beban diakui pada saat:
a) timbulnya kewajiban;
b) terjadinya konsumsi aset;
c) terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.
(02) Yang dimaksud dengan terjadinya konsumsi aset adalah saat pengeluaran
kas kepada pihak lain yang tidak didahului timbulnya kewajiban dan/atau
konsumsi aset non kas dalam kegiatan operasional pemerintah daerah.
(03) Terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa terjadi pada saat
penurunan nilai aset sehubungan dengan penggunaan aset
bersangkutan/berlalunya waktu. Contoh penurunan manfaat ekonomi atau
potensi jasa adalah penyusutan atau amortisasi.
(04) Penyusutan/amortisasi dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus
(straight line method).
(05) Koreksi atas beban, termasuk penerimaan kembali beban, yang terjadi pada
periode beban dibukukan sebagai pengurang beban pada periode yang sama.
Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi atas beban dibukukan
dalam pendapatan lain-lain. Dalam hal mengakibatkan penambahan beban
dilakukan dengan pembetulan pada akun ekuitas
(06) Beban pegawai dengan mekanisme LS akan diakui berdasarkan terbitnya
dokumen Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) LS atau diakui bersamaan
dengan pengeluaran kas (basis kas) dan dilakukan penyesuaian pada akhir
periode akuntansi.
(07) Beban Pegawai dengan mekanisme UP/GU/TU akan diakui berdasarkan
bukti pengeluaran beban pada saat Pertanggungjawaban (SPJ) dan dilakukan
penyesuaian pada akhir periode akuntansi.
(08) Beban Barang dan Jasa diakui pada saat timbulnya kewajiban atau peralihan
hak kepada pihak ketiga yaitu ketika bukti penerimaan barang/jasa atau
Berita Acara Serah Terima ditandatangani. Dalam hal pada akhir tahun
masih terdapat barang persediaan yang belum terpakai atau jasa yang belum
diterima, maka dicatat sebagai pengurang beban.
14
(09) Beban Bunga diakui saat bunga tersebut jatuh tempo untuk dibayarkan.
Untuk keperluan pelaporan keuangan, nilai beban bunga diakui sampai
dengan tanggal pelaporan walaupun saat jatuh tempo melewati tanggal
pelaporan.
(10) Beban subsidi diakui pada saat kewajiban pemerintah daerah untuk
memberikan subsidi telah timbul.
(11) Beban Hibah diakui pada saat perjanjian hibah atau NPHD
disepakati/ditandatangani meskipun masih melalui proses verifikasi. Pada
saat hibah telah diterima maka pada akhir periode akuntansi harus dilakukan
penyesuaian.
(12) Pengakuan beban bantuan sosial dilakukan bersamaan dengan penyaluran
belanja bantuan sosial atau diakui dengan kondisi bersamaan dengan
pengeluaran kas (basis kas), mengingat kepastian beban tersebut belum
dapat ditentukan sebelum dilakukan verifikasi atas persyaratan penyaluran
bantuan sosial. Pada akhir periode akuntansi harus dilakukan penyesuaian
terhadap pengakuan belanja ini.
(13) Beban Penyusutan dan amortisasi diakui saat akhir tahun/periode akuntansi
berdasarkan metode penyusutan dan amortisasi yang sudah ditetapkan
dengan mengacu pada bukti memorial yang diterbitkan.
(14) Beban Penyisihan Piutang diakui saat akhir tahun/periode akuntansi
berdasarkan persentase cadangan piutang yang sudah ditetapkan dengan
mengacu pada bukti memorial yang diterbitkan.
(15) Pengukuran Beban Operasi berdasarkan jumlah nominal beban yang timbul.
Beban diukur dengan menggunakan mata uang rupiah dan disajikan dalam
Laporan Operasional (LO). Rincian dari Beban Operasi dijelaskan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
(16) Beban transfer diakui pada saat timbulnya kewajiban pemerintah daerah.
Dalam hal pada akhir periode akuntansi terdapat alokasi dana yang harus
dibagihasilkan tetapi belum disalurkan dan sudah diketahui daerah yang
berhak menerima, maka nilai tersebut dapat diakui sebagai beban atau yang
berarti beban diakui dengan kondisi sebelum pengeluaran kas (basis kas).
(17) Beban Transfer diukur berdasarkan jumlah nominal yang diserahkan untuk
dibagihasilkan. Beban transfer diukur dengan mata uang rupiah dan
disajikan dalam Laporan Operasional (LO). Rincian dari Beban Transfer
dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
(18) Dengan alasan kepraktisan dan faktor ketidakpastian akan terjadinya Beban
Non Operasional dan Beban Luar Biasa maka timbulnya kewajiban diakui
bersamaan dengan pengeluaran kas (basis kas) berdasarkan jumlah nominal
yang diserahkan untuk dibagihasilkan.
(19) Penyajian dan Pengungkapan Beban Non Operasional disajikan dalam
Laporan Operasional (LO). Rincian dari Beban Non Operasional dijelaskan
dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
(20) Transaksi beban dalam bentuk barang/jasa harus dilaporkan dalam Laporan
Operasional dengan cara menaksir nilai wajar barang/jasa tersebut pada
tanggal transaksi. Di samping itu, transaksi semacam ini juga harus
diungkapkan sedemikian rupa pada Catatan atas Laporan Keuangan
sehingga dapat memberikan semua informasi yang relevan mengenai bentuk
dari beban.
15
Kebijakan
Akuntani
Aset
f. Kebijakan Akuntansi Aset
(01) Aset dilaksifikasikan menjadi aset lancer dan aset non lancer
(02) Kas pemerintah daerah yang dikuasai dan dibawah tanggung jawab
bendahara umum daerah terdiri dari:
a) saldo rekening kas daerah, yaitu saldo rekening pada bank yang
ditentukan oleh kepala daerah untuk menampung penerimaan dan
pengeluaran.
b) setara kas, antara lain berupa surat utang negara (SUN)/obligasi dan
deposito kurang dari 3 bulan, yang dikelola oleh bendahara umum
daerah. (03) Piutang pajak, piutang retribusi, dan piutang pendapatan asli daerah lainnya
yang berasal dari pungutan pendapatan daerah untuk dapat diakui sebagai
piutang harus memenuhi kriteria:
a) telah diterbitkan surat ketetapan; dan/atau
b) telah diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan. (04) Pengukuran piutang pendapatan yang berasal dari peraturan
perundang- undangan adalah sebagai berikut:
a) Disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi sampai dengan tanggal
pelaporan dari setiap tagihan yang ditetapkan berdasarkan surat
ketetapan kurang bayar yang diterbitkan;
b) Disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi sampai dengan tanggal
pelaporan dari setiap tagihan yang telah ditetapkan terutang oleh
Pengadilan Pajak untuk WP yang mengajukan banding;
c) Disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi sampai dengan tanggal
pelaporan dari setiap tagihan yang masih proses banding atas keberatan
dan belum ditetapkan oleh lembaga yang menangani peradilan pajak;
d) Disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable
value) kecuali untuk piutang yang diatur dalam undang-undang
tersendiri. dan kebijakan penyisihan piutang tidak tertagih telah diatur
oleh Pemerintah daerah. (05) Penyisihan piutang diperhitungkan dan dibukukan dengan periode yang sama
timbulnya piutang, sehingga dapat menggambarkan nilai yang betul-betul
diharapkan dapat ditagih. Penyisihan piutang yang kemungkinan tidak
tertagih dapat diprediksi berdasarkan pengalaman masa lalu dengan
melakukan analisa terhadap saldo-saldo piutang yang masih outstanding.
(06) Penggolongan Kualitas Piutang Pajak yang pemungutannya Dibayar
Sendiri oleh Wajib Pajak (self assessment) dilakukan dengan ketentuan:
a) Kualitas lancar, dengan kriteria:
1) Umur piutang 0 ( nol ) tahun sampai dengan 1 ( satu ) tahun; dan/atau
2) Wajib pajak menyetujui hasil pemeriksaan; dan/atau
3) Wajib pajak kooperatif; dan/atau
4) Wajib pajak likuid; dan/atau
5) Wajib pajak tidak mengajukan keberatan/banding.
b) Kualitas Kurang Lancar, dengan kriteria:
1) Umur piutang di atas 1 ( satu ) tahun sampai dengan 3 ( tiga ) tahun;
dan/atau
2) Wajib pajak kurang kooperatif dalam pemeriksaan; dan/atau
16
3) Wajib pajak menyetujui sebagian hasil pemeriksaan; dan/atau
4) Wajib pajak mengajukan keberatan/banding.
c) Kualitas Diragukan, dengan kriteria:
1) Umur piutang di atas 3 ( tiga ) tahun sampai dengan 5 ( lima ) tahun;
dan/atau
2) Wajib pajak tidak kooperatif; dan/atau
3) Wajib pajak tidak menyetujui seluruh hasil pemeriksaan; dan/atau
4) Wajib pajak mengalami kesulitan likuiditas.
d) Kualitas Macet, dengan kriteria:
1) Umur piutang lebih dari 5 ( lima ) tahun; dan/atau
2) Wajib pajak tidak ditemukan; dan/atau
3) Wajib pajak bangkrut/meninggal dunia; dan/atau
4) Wajib pajak mengalami musibah (force majeure). (07) Penggolongan kualitas piutang pajak yang pemungutannya ditetapkan oleh
Gubernur (official assessment) dilakukan dengan ketentuan:
a) Kualitas Lancar, dengan kriteria:
1) Umur piutang kurang dari 1 tahun; dan/atau
2) Wajib pajak kooper `atif; dan/atau
3) Wajib pajak likuid; dan/atau
4) Wajib pajak tidak mengajukan keberatan/banding.
b) Kualitas Kurang Lancar, dengan kriteria:
1) Umur piutang 1 sampai dengan 2 tahun; dan/atau
2) Wajib pajak kurang kooperatif; dan/atau
3) Wajib pajak mengajukan keberatan/banding.
c) Kualitas Diragukan, dengan kriteria:
1) Umur piutang 3 sampai dengan 5 tahun; dan/atau
2) Wajib pajak tidak kooperatif; dan/atau
3) Wajib pajak mengalami kesulitan likuiditas.
d) Kualitas Macet, dengan kriteria:
1) Umur piutang diatas 5 tahun; dan/atau
2) Wajib pajak tidak ditemukan; dan/atau
3) Wajib pajak bangkrut/meninggal dunia; dan/atau
4) Wajib pajak mengalami musibah (force majeure). (08) Penggolongan Kualitas Piutang Bukan Pajak, dilakukan dengan ketentuan:
a) Kualitas Lancar, apabila belum dilakukan pelunasan sampai dengan
tanggal jatuh tempo yang ditetapkan;
b) Kualitas Kurang Lancar, apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan
terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Pertama tidak dilakukan
pelunasan;
c) Kualitas Diragukan, apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung
sejak tanggal Surat Tagihan Kedua tidak dilakukan pelunasan; dan
d) Kualitas Macet, apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung
sejak tanggal Surat Tagihan Ketiga tidak dilakukan pelunasan. (09) Penyisihan Piutang Tidak Tertagih untuk Pajak, ditetapkan sebesar:
a) Kualitas Lancar sebesar 0,5%;
b) Kualitas Kurang Lancar sebesar 10% (sepuluh perseratus) dari piutang
kualitas kurang lancar setelah dikurangi dengan nilai agunan atau nilai
17
barang sitaan (jika ada);
c) Kualitas Diragukan sebesar 50% (lima puluh perseratus) dari piutang
dengan kualitas diragukan setelah dikurangi dengan nilai agunan atau
nilai barang sitaan (jika ada); dan
d) Kualitas Macet 100% (seratus perseratus) dari piutang dengan kualitas
macet setelah dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan
(jika ada). (10) Penyisihan Piutang Tidak Tertagih untuk objek bukan pajak, ditetapkan
sebesar:
a) 0,5% (nol koma lima perseratus) dari Piutang dengan kualitas lancar;
b) 10% (sepuluh perseratus) dari Piutang dengan kualitas kurang lancar
setelah dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan (jika ada);
c) 50% (lima puluh perseratus) dari Piutang dengan kualitas diragukan
setelah dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan (jika ada);
dan
d) 100% (seratus perseratus) dari Piutang dengan kualitas macet setelah
dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan (jika ada). (11) Uraian penjelasan informasi atas penyisihan piutang tidak tertagih disajikan
dalam catatan atas laporan keuangan (CaLK).
(12) Biaya dibayar dimuka dicatat pada akhir periode sebesar sisa pembayaran
yang belum diperoleh prestasinya oleh pemerintah daerah.
(13) Persediaan dapat terdiri dari:
a) Barang konsumsi;
b) Amunisi;
c) Bahan untuk pemeliharaan;
d) Suku cadang;
e) Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga;
f) Pita cukai dan leges;
g) Bahan baku ;
h) Barang dalam proses/setengah jadi;
i) Tanah/bangunan/peralatan mesin/buku untuk dijual atau diserahkan
kepada masyarakat;
j) Hewan, tanaman dan hasil pengembangbiakan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat;
k) Barang cetakan;
l) Perangko dan materai;
m) Obat-obatan dan bahan farmasi;
n) Barang pakai habis lainnya. (14) Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat berdasarkan hasil
inventarisasi fisik (stock opname).
(15) Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian;
(16) Harga pokok produksi apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;
(17) Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti
donasi/rampasan, hasil pengembangbiakan hewan atau tanaman yang akan
dijual atau diserahkan kepada masyarakat.
(18) Persediaan dinilai dengan menggunakan harga pembelian terakhir.
18
(19) Beban persediaan dicatat sebesar pemakaian persediaan (use of goods).
(20) Kebijakan akuntansi ini mencatat persediaan secara periodik.
(21) Suatu pengeluaran kas atau aset dapat diakui sebagai investasi apabila
memenuhi salah satu kriteria:
a) Kemungkinan manfaat ekonomik dan manfaat sosial atau jasa pontensial
di masa yang akan datang atas suatu investasi tersebut dapat
diperoleh pemerintah daerah;
b) Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai
(reliable). (22) Penilaian investasi dilakukan dengan tiga metode yaitu:
a) Metode biaya;
Dengan menggunakan metode biaya, investasi dicatat sebesar biaya
perolehan. Penghasilan atas investasi tersebut diakui sebesar bagian
hasil yang diterima dan tidak mempengaruhi besarnya investasi pada
badan usaha/badan hukum yang terkait.
b) Metode ekuitas;
Dengan menggunakan metode ekuitas investasi awal dicatat sebesar biaya
perolehan dan ditambah atau dikurangi sebesar bagian laba atau rugi
setelah tanggal perolehan. Bagian laba kecuali dividen dalam bentuk
saham yang diterima akan mengurangi nilai investasi. Penyesuaian
terhadap nilai investasi juga diperlukan untuk mengubah porsi
kepemilikan investasi, misalnya adanya perubahan yang timbul akibat
pengaruh valuta asing serta revaluasi aset tetap.
c) Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan;
Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan digunakan terutama untuk
kepemilikan yang akan dilepas/dijual dalam jangka waktu dekat.
Pengukuran nilai yang dapat direalisasikan yaitu dilakukan aging atas
investasi non permanen. (23) Penggunaan metode diatas didasarkan pada kriteria sebagai berikut :
a) Kepemilikan kurang dari 20% menggunakan metode biaya;
b) Kepemilikan 20% sampai 50%, atau kepemilikan kurang dari 20%
tetapi memiliki pengaruh yang signifikan menggunakan metode ekuitas;
c) Kepemilikan lebih dari 50% menggunakan metode ekuitas;
d) Kepemilikan bersifat nonpermanen menggunakan metode nilai bersih
yang direalisasikan. (24) Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya
dalam aktivitas operasi entitas. Berikut adalah klasifikasi aset tetap yang
digunakan meliputi:
a. Tanah
b. Peralatan dan mesin, yang antara lain terdiri atas:
1) Alat-alat berat dan alat-alat besar
2) Alat-alat angkutan
3) Alat-alat bengkel dan alat ukur
4) Alat-alat pertanian/peternakan
5) Alat-alat kantor dan rumah tangga
6) Alat studio dan alat komunikasi
7) Alat-alat kedokteran
19
8) Alat-alat laboratorium
9) Alat keamanan
c. Gedung dan bangunan, yang antara lain terdiri atas:
1) Bangunan gedung
2) Bangunan monumen
d. Jalan, irigasi dan jaringan, yang antara lain terdiri atas:
1) Jalan dan jembatan
2) Bangunan air/irigasi
3) Instalasi
4) Jaringan
e. Aset tetap lainnya, yang antara lain terdiri atas:
1) Buku dan perpustakaan
2) Barang bercorak kesenian/kebudayaan
3) Hewan/ternak dan tumbuhan
4) Aset tetap renovasi
f. Konstruksi dalam pengerjaan
(25) Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh
dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah daerah
dan dalam kondisi siap dipakai.
(26) Gedung dan bangunan mencakup seluruh bangunan gedung dan bangunan
monumen yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan
operasional pemerintah daerah dan dalam kondisi siap dipakai.
(27) Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin alat-alat berat, kendaraan
bermotor/alat angkutan, alat bengkel dan alat ukur, alat studio dan
komunikasi/alat elektronik, alat pertanian/peternakan, alat kedokteran dan
kesehatan, alat laboratorium, dan seluruh inventaris kantor, dan peralatan
lainnya yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 (dua
belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai.
(28) Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan dan jembatan, bangunan
air/irigasi, instalasi dan jaringan yang dibangun oleh pemerintah daerah serta
dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah daerah dan dalam kondisi siap
dipakai.
(29) Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke
dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk
kegiatan operasional pemerintah daerah dan dalam kondisi siap dipakai.
Misalnya buku dan perpustakaan, barang bercorak kesenian/kebudayaan,
hewan/ternak dan tumbuhan serta aset tetap renovasi.
(30) Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses
pembangunan namun pada tanggal laporan keuangan belum selesai
seluruhnya.
(31) Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap
dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset
tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.
(32) Aset tetap yang digunakan bersama oleh beberapa OPD (unit/satuan kerja),
pengakuan aset tetap bersangkutan dilakukan/dicatat oleh OPD yang
melakukan pengelolaan (perawatan dan pemeliharaan) terhadap aset tetap
20
tersebut.
(33) Pengeluaran setelah perolehan suatu aset tetap yang memperpanjang masa
manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomi di masa
yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan
standar kinerja, harus ditambahkan pada nilai tercatat aset yang
bersangkutan.
(34) Pengeluaran setelah perolehan aset tetap (seperti pengeluaran belanja
pemeliharaan aset tetap) yang memenuhi kriteria kapitalisasi aset tetap akan
diperlakukan sebagai penambah umur ekonomis aset tetap.
(35) Penambahan masa manfaat atas pengeluaran setelah perolehan diatur sebagai
berikut:
No
. Jenis Aset Tetap
% Pengeluaran
setelah perolehan
terhadap harga
perolehan
Penambaha
n Masa
Manfaat
1. Gedung dan
Bangunan
Sampai dengan
30% > 30% s.d 45% > 45% s.d 65% > 65% s.d 85% > 85%
0 tahun 5 tahun
10 tahun 15 tahun 20 tahun
2. Jalan
Sampai dengan
30% > 30% s.d 45% > 45% s.d 65% > 65% s.d 85% > 85%
0 tahun 3 tahun 5 tahun 7 tahun
10 tahun
3. Jembatan dan
irigasi Sampai dengan
30% > 30% s.d 45% > 45% s.d 65% > 65% s.d 85% > 85%
0 tahun 5 tahun
10 tahun 15 tahun 20 tahun
(36) Untuk pengeluaran setelah perolehan selain gedung, bangunan, jalan, irigasi,
dan jembatan hanya menambah nilai perolehan aset tetap tersebut tetapi
tidak menambah masa manfaat.
(37) Penambahan masa manfaat atas Aset Tetap akibat adanya perbaikan,
dilakukan untuk perbaikan Aset Tetap yang diperoleh setelah ditetapkannya
Peraturan Gubernur No 48 Tahun 2015 tentang Kebijakan Akuntansi
pemerintah Provinsi Banten.
21
(38) Berikut adalah Masa Manfaat (umur ekonomis) Aset Tetap
(39) Masa manfaat
aset tetap tertentu yang memiliki sifat dan karakteristik khusus dapat berbeda
dengan Tabel Masa Manfaat (umur ekonomis) Aset Tetap diatas dengan
berpedoman pada ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
Misalnya kendaraan perorangan dinas roda empat atau lebih dapat
dihapuskan/dijual/dilelang setelah berusia 5 tahun walaupun menurut Tabel
No. Uraian Masa Manfaat
(Tahun)
1. Peralatan dan Mesin, terdiri atas:
1.1 Alat-alat berat 8
1.2 Alat-alat Angkutan
a. Kendaran Bermotor Roda 4 atau lebih 8
b. Kendaran Bermotor Roda 2 dan 3 4
c. Alat Angkut tidak bermotor 4
d. Alat Angkut Bermotor Udara 20
1.3 Alat-alat Bengkel dan Alat Ukur
a. Alat bengkel Bermesin 8
b. Alat Bengkel Tidak bermesin 4
c. Alat Ukur 8
1.4 Alat-alat Pertanian/Peternakan 4
1.5 Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga 4
1.6 Alat-alat Studio dan Alat Komunikasi 4
1.7 Alat-alat Kedokteran 4
1.8 Alat-alat Laboratorium 4
1.9 Alat Keamanan 4
2. Gedung dan Bangunan, terdiri atas:
2.1 Bangunan Gedung 20
2.2 Bangunan Monumen 20
3. Jalan, Irigasi dan Jaringan, terdiri atas:
3.1 Jalan dan Jembatan
a. Jalan 10
b. Jembatan 20
3.2 Bangunan Air/Irigasi 20
3.3 Instalasi 20
3.4 Jaringan 20
4. Aset Tetap Lainnya, terdiri atas:
4.1 Aset Tetap Renovasi Sesuai dengan umur
ekonomik mana
yang lebih pendek
antara masa manfaat
aset dengan masa
pinjaman/sewa
22
Masa Manfaat (Umur Ekonomis) aset tetap alat angkutan mempunyai
manfaat 8 tahun, ketentuan penghapusan aset tetap alat angkutan darat
(kendaraan perorangan dinas roda empat) tersebut disesuaikan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(40) Penghitungan dan pencatatan penyusutan Aset Tetap dilakukan dengan
asumsi nilai sisa Aset tetap sebesar nol. Nilai sisa nol sebagaimana dimaksud
hanya dalam rangka perhitungan Penyusutan Aset Tetap.
(41) Penyusutan dihitung dengan pendekatan tahunan yaitu satu tahun penuh
pada tanggal 31 Desember tahun berkenaan meskipun baru diperoleh satu
atau dua bulan bahkan satu atau dua hari.
(42) Aset Tetap yang seluruh nilainya te1ah disusutkan dan secara teknis masih
dapat dimanfaatkan tetap disajikan di neraca dengan menunjukkan nilai
perolehan dan akumulasi penyusutannya.
(43) Aset Tetap tersebut dicatat dalam kelompok aset tetap dan diungkapkan
dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
(44) Aset Tetap yang seluruh nilainya telah disusutkan tidak berarti dilakukan
penghapusan. Penghapusan terhadap Aset Tetap tersebut mengikuti
ketentuan peraturan perundang undangan pengelolaan Barang Milik Daerah.
(45) Laporan keuangan harus mengungkapkan untuk masing-masing jenis aset
tetap sebagai berikut:
a. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat
(carrying amount);
b. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang
menunjukkan Penambahan; Pelepasan; Akumulasi Penyusutan dan
Perubahan Nilai (jika ada) dan Mutasi aset tetap lainnya;
c. Informasi penyusutan, meliputi: nilai penyusutan, metode penyusutan
yang digunakan, masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan dan
nilai tercatat bruto serta akumulasi penyusutan pada awal dan akhir
periode. (46) Konstruksi Dalam Pengerjaan mencakup tanah, peralatan dan mesin, gedung
dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya yang proses
perolehannya dan/atau pembangunannya membutuhkan suatu periode
waktu tertentu dan belum selesai. Perolehan melalui kontrak konstruksi pada
umumnya memerlukan suatu periode waktu tertentu. Periode waktu
perolehan tersebut bisa kurang atau lebih dari satu periode akuntansi.
(47) Suatu benda berwujud harus diakui sebagai Konstruksi Dalam
Pengerjaan jika:
a) besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa yang akan datang
berkaitan dengan aset tersebut akan diperoleh;
b) biaya perolehan tersebut dapat diukur secara andal; dan
c) aset tersebut masih dalam proses pengerjaan. (48) Konstruksi Dalam Pengerjaan biasanya merupakan aset yang dimaksudkan
digunakan untuk operasional pemerintah daerah atau dimanfaatkan oleh
masyarakat dalam jangka panjang dan oleh karenanya diklasifikasikan dalam
aset tetap.
(49) Konstruksi Dalam Pengerjaan dipindahkan ke pos aset tetap yang
bersangkutan jika kriteria berikut ini terpenuhi:
23
a) Konstruksi secara substansi telah selesai dikerjakan; dan
b) Dapat memberikan manfaat/jasa sesuai dengan tujuan perolehan; (50) Suatu Konstruksi Dalam Pengerjaan dipindahkan ke aset tetap yang
bersangkutan setelah pekerjaan konstruksi tersebut dinyatakan selesai dan
siap digunakan sesuai dengan tujuan perolehannya.
g. Kebijakan Akuntansi Kewajiban
(01) Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika
diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal
pelaporan. Semua kewajiban lainnya diklasifikasikan sebagai kewajiban
jangka panjang;
(02) Suatu entitas pelaporan tetap mengklasifikasikan kewajiban jangka
panjangnya, meskipun kewajiban tersebut jatuh tempo dan akan diselesaikan
dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan jika:
a) Jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas) bulan;
b) Entitas bermaksud untuk mendanai kembali (refinance) kewajiban tersebut
atas dasar jangka panjang; dan
c) Maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian pendanaan
kembali (refinancing), atau adanya penjadwalan kembali terhadap
pembayaran, yang diselesaikan sebelum laporan keuangan disetujui.
(03) Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima dan/atau pada saat
kewajiban timbul.
(04) Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang
asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata
uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.
(05) Pada saat pemerintah daerah menerima hak atas barang, termasuk barang
dalam perjalanan yang telah menjadi haknya, pemerintah daerah harus
mengakui kewajiban atas jumlah yang belum dibayarkan untuk barang
tersebut
(06) Bila kontraktor membangun fasilitas atau peralatan sesuai dengan spesifikasi
yang ada pada kontrak perjanjian dengan pemerintah daerah, jumlah yang
dicatat harus berdasarkan realisasi fisik kemajuan pekerjaan sesuai dengan
berita acara kemajuan pekerjaan
(07) Pada akhir periode pelaporan, saldo pungutan/potongan berupa PFK yang
belum disetorkan kepada pihak lain harus dicatat pada laporan keuangan
sebesar jumlah yang masih harus disetorkan.
24
Ff
Pendapatan
Rp.101.192.500,-
BAB IV
PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
DAERAH
4.1. Penjelasan Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran
4.1.1 Pendapatan
Pada Tahun 2019, pada UPTD Balai Labolatorium Kesehatan
Daerah target Pendapatan Pembangunan Kesehatan sebesar Rp.
100.000.000,- (Seratus juta rupiah)
Realisasi Pendapatan untuk periode yang berakhir pada 31 Desember
2019 adalah sebesar Rp.101.192.500,- atau mencapai 101,19% dari estimasi
pendapatan yang ditetapkan sebesar Rp.100.000.000. Pendapatan terdiri dari
Pendapatan Retribusi Daerah dan realisasinya adalah sebagai berikut :
Tabel 1
Realisasi Pendapatan OPD Dinas Kesehatan Tahun 2019
APBD Murni
Tahun
2019
Perubahan
APBD Tahun
2019
Selisih Lebih/
(Kurang)
Rp. Rp. Rp. % Rp.
1 2 3 4 5 6=4-3
PENDAPATAN 100.000.000 100.000.000 101.192.500 101,19 1.192.500
Pendapatan Asli
Daerah
100.000.000 100.000.000 101.192.500 101,19 1.192.500
Hasil Retribusi Daerah 100.000.000 100.000.000 101.192.500 101,19 1.192.500
Lain-lain PAD yang
sah
- - - - -
UraianRealisasi Tahun 2019
Tabel 2
Realisasi Pendapatan Dinas Kesehatan Provinsi Banten Tahun 2018 dan 2019
Realisasi Tahun
2019
Realisasi Tahun
2018
Selisih Realisasi TA
2019 Terhadap TA
2018
Prosentasi
Naik/(Turun)
Rp. Rp. Rp. %
1 2 3 4=2-3 5=4/3
PENDAPATAN 101.905.500,00 478.504.720,48 (376.599.220,48) 11,93
Pendapatan Asli Daerah 101.905.500,00 478.504.720,48 (376.599.220,48) 11,93
Pendapatan Pajak Daerah
Hasil Retribusi Daerah 101.905.500,00 91.046.600,00 10.858.900,00 11,93
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah - 387.458.120,48 (387.458.120,48) 0
101.905.500,00 478.504.720,48 (376.599.220,48) 11,93
Uraian
25
Pendapatan Asli Daerah
Hasil Retribusi Daerah
Rp.101.905.500,-
Penjelasan lebih rinci mengenai realisasi Pendapatan Daerah dapat diuraikan
sebagai berikut :
4.1.1.1. Pendapatan Asli Daerah
Realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah Tahun Anggaran
2019 sebesar Rp.101.905.500,- atau 101,19 % dari target yang
direncanakan dalam APBD sebesar Rp. 100.000.000,-. Dibandingkan
dengan realisasi Tahun Anggaran 2018 sebesar Rp.478.504.720,48,-
penerimaan Pendapatan Asli Daerah lebih kecil Rp.378.504.720,48,-
atau turun 373,34%. Adapun rincian Pendapatan Asli Daerah
berdasarkan objek pendapatan adalah sebagai berikut :
Tabel 3
Realisasi Pendapatan Asli Daerah
Dinas Kesehatan Tahun 2019
Anggaran
Tahun 2019
Selisih
Lebih/(Kurang)
Rp. Rp. % Rp.
1 2 3 4 5 6=3-4
1 Hasil Retribusi Daerah 100.000.000 101.905.500 101,91 (1.905.500)
2 Lain-lain PAD Yang Sah - - - -
3 Retribusi Pelayanan Pendidikan - - - -
4 Retribusi Pemakaian Kekayaan
Daerah
- - - -
5 Retribusi Tempat
Penginapan/Pesanggrahan/Villa
- - - -
6 Retribusi Pelayanan Kepelabuhan - - - -
7 Retribusi Penjualan Produksi
Usaha Daerah
- - - -
8 Retribusi Izin Trayek - - - -
9 Retribusi Izin Usaha Perikanan - - - -
10 Retribusi Perpanjangan IMTA - - - -
Jumlah 100.000.000 101.905.500 101,91 (1.905.500)
No UraianRealisasi Tahun 2019
a. Hasil Retribusi Daerah
Rekening Pendapatan Retribusi Daerah menampung sumber
pendapatan berasal dari retribusi daerah sesuai dengan Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan Daerah Provinsi
Banten Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah.
Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah Tahun Anggaran 2019
sebesar Rp.101.95.500,- atau 101,91% dari target sebesar
Rp.100.000.000,-. Dibandingkan dengan realisasi Tahun
Anggaran 2018 sebesar Rp.477.794.720,48,- penerimaan
Retribusi Daerah Tahun Anggaran 2019 lebih kecil
Rp.377.794.720,48,-. Hal ini disebabkan pendapatan Pelaatihan
Kesehatan masuk ke BLUD.
26
Belanja
Rp.114.848.335.367,-
Tabel 4
Perbandingan Realisasi Retribusi Pelayanan Kesehatan OPD Dinas Kesehatan
Tahun 2019 dan 2018
Realisasi
Tahun 2018
Selisih Realisasi
TA.2019 Terhadap
TA.2018
Persentase Naik /
(Turun)
Rp. Rp. Rp. %
1 2 3 4 5=3-4 6=5/4
1 Retribusi Pelayanan Kesehatan 101.905.500 478.504.720 (376.599.220) (369,56)
2 Retribusi Pelayanan Tera / Tera
Ulang
- - - -
3 Retribusi Pelayanan Pendidikan - - - -
4 Retribusi Pemakaian Kekayaan
Daerah
- - - -
5 Retribusi Tempat
Penginapan/Pesanggrahan/Villa
- - - -
6 Retribusi Pelayanan Kepelabuhan - - - -
7 Retribusi Penjualan Produksi
Usaha Daerah
- - - -
8 Retribusi Izin Trayek - - - -
9 Retribusi Izin Usaha Perikanan - - - -
10 Retribusi Perpanjangan IMTA - - - -
Jumlah 101.905.500 478.504.720 (376.599.220) (369,56)
No Uraian
Realisasi
Tahun 2019
4.1.2 Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Daerah yang
mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam peride tahun anggaran yang
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah.
Realisasi Belanja OPD Dinas Kesehatan Provinsi Banten pada TA
2019 adalah sebesar Rp.114.848.335.367,- atau 86,32% dari anggaran
belanja sebesar Rp.133.048.891.373,-. Rincian anggaran dan realisasi belanja
TA 2019 adalah sebagai berikut:
Tabel 5
Realisasi Belanja OPD Dinas Kesehatan Provinsi Banten Tahun Anggaran 2019
APBD Murni
Tahun 2019
Perubahan APBD
Tahun 2019
Selisih
Kurang/(Lebih)
Rp. Rp. Rp. % Rp.
1 2 3 4 5 6=3-4
BELANJA 258.049.091.650 321.744.714.744 301.823.087.907 93,81 17.478.710.171
BELANJA OPERASI 239.394.439.644 303.601.465.738 286.122.755.567 94,24 17.478.710.171
Belanja Belanja Pegawai 28.969.000.000 32.833.000.000 29.117.592.082 88,68 3.715.407.918
Belanja Belanja Barang 210.425.439.644 270.768.465.738 257.005.163.485 94,92 13.763.302.253
BELANJA MODAL 18.654.652.006 18.143.249.006 15.700.332.340 86,54 2.442.916.666
Belanja Tanah 6.000.000.000 5.021.777.000 5.021.777.000 100,00 -
Belanja Peralatan dan Mesin 1.382.496.000 1.443.852.006 1.284.866.036 88,99 158.985.970
Belanja Gedung dan Bangunan 9.899.052.006 10.352.016.000 8.455.755.800 81,68 1.896.260.200
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 1.373.104.000 1.325.604.000 937.933.504 70,76 387.670.496
Belanja Aset Tetap Lainnya - - -
Belanja Aset Lainnya - - - - -
JUMLAH 258.049.091.650 321.744.714.744 301.823.087.907 93,81 17.478.710.171
UraianRealisasi Tahun 2019
27
Belanja Operasi
Rp.286.122.755.567,-
Belanja Pegawai
Rp.29.117.592.082,-
Belanja Barang dan Jasa
Rp.257.005.163.485,-
Dibandingkan dengan TA.2018, Realisasi Belanja TA.2019 mengalami
Kenaikan sebesar 161,82 % dibandingkan realisasi belanja pada tahun
sebelumnya. Hal ini disebabkan antara lain:
1. Bertambahnya belanja pegawai dan belanja barang dari tahun 2019
Tabel 6
Realisasi Belanja OPD Dinas Kesehatan Provinsi Banten Provinsi Banten Tahun Anggaran 2019 dan
Tahun 2018
Realisasi
Tahun 2018
Selisih Realisasi TA.2019
Terhadap TA.2018Prosentasi Naik/(Turun)
Rp. Rp. Rp. Rp.
1 2 3 4=2-3 5=4/3
BELANJA 301.823.087.907,00 115.280.306.717,00 186.542.781.190,00 161,82
BELANJA OPERASI 286.122.755.567,00 108.254.681.943,00 177.868.073.624,00 164,31
Belanja Belanja Pegawai 29.117.592.082,00 22.418.372.787,00 6.699.219.295,00 29,88
Belanja Belanja Barang 257.005.163.485,00 85.836.309.156,00 171.168.854.329,00 199,41
BELANJA MODAL 15.700.332.340,00 7.025.624.774,00 8.674.707.566,00 123,47
Belanja Tanah 5.021.777.000,00 - 5.021.777.000,00 0,00
Belanja Peralatan dan Mesin 1.284.866.036,00 3.976.314.779,00 (2.691.448.743,00) (67,69)
Belanja Gedung dan Bangunan 8.455.755.800,00 2.589.168.495,00 5.866.587.305,00 226,58
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 937.933.504,00 - 937.933.504,00 0,00
Belanja Aset Tetap Lainnya - 460.141.500,00 (460.141.500,00) (100,00)
Belanja Aset Lainnya - - - 0,00
JUMLAH 301.823.087.907,00 115.280.306.717,00 186.542.781.190,00 161,82
Uraian
Realisasi
Tahun 2019
4.1.2.1 Belanja Operasi
Realisasi Belanja Operasi Tahun Anggaran 2019 adalah sebesar
Rp.286.122.755.567,- atau 94,24% dari pagu anggaran sebesar
Rp.303.601.465.738,-. Dibandingkan dengan realisasi Tahun
Anggaran 2018 adalah sebesar Rp.114.848.335.367,- realisasi
belanja operasi Tahun Anggaran 2019 bertambah sebesar
Rp.171.274.420.200,- atau naik 59,86%. Rincian realisasi belanja
operasi sebagai berikut :
4.1.2.1.1 Belanja Pegawai
Jumlah Realisasi Belanja Pegawai Tahun Anggaran
2019 sebesar Rp.29.117.592.082,- atau 88,68% dari
anggaran sebesar Rp.32.833.000.000,-. Dibandingkan
dengan realisasi Tahun Anggaran 2018 sebesar
Rp.22.418.372.787,- realisasi Belanja Pegawai Tahun
Anggaran 2019 bertambah sebesar Rp.6.699.219.295,-
atau bertambah 23,07%.
4.1.2.1.2 Belanja Barang dan Jasa
Belanja barang meliputi belanja barang dan jasa sebagai
penunjang pelaksanaan berbagai program dan kegiatan
yang sifatnya rutinitas dan tidak menghasilkan aset tetap.
Realisasi Belanja Barang dan Jasa Tahun Anggaran 2019
adalah sebesar Rp.257.005.163.485,- atau 94,92% dari
anggaran sebesar Rp.270.768.465.738,-. Dibandingkan
28
Belanja Modal
Rp.15.700.332.340,-
Belanja Modal Tanah
Rp.5.021.777.000,-
Belanja Modal Peralatan
dan Mesin
Rp.1.284.866.036,-
Belanja Modal Gedung dan
Bangunan
Rp.8.455.755.800-
Belanja Modal Jalan,
Irigasi, dan Jaringan
Rp.937.933.504,-
dengan realisasi Tahun Anggaran 2018 sebesar
Rp.85.864.479.306,- realisasi Belanja Barang dan Jasa
Tahun Anggaran 2018 bertambah sebesar
Rp.248.418.715.549,- atau naik 96,66%.
4.1.2.2 Belanja Modal
Belanja modal merupakan alokasi pengeluaran anggaran untuk
perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberikan manfaat lebih
dari satu periode akuntansi. Realisasi Belanja Modal Tahun 2019
adalah sebesar Rp.15.700.332.340,- atau 88,13% dari anggaran
sebesar Rp.18.143.249.006,-. Dibandingkan dengan realisasi Tahun
Anggaran 2018 sebesar Rp.6.565.483.274,-, realisasi Belanja Modal
Tahun Anggaran 2019 bertambah sebesar Rp.9.134.849.066,- atau
turun 58,18%.
4.1.2.2.1 Belanja Modal Tanah
Realisasi Belanja Modal Tanah TA 2019 dan TA 2018
adalah masing-masing sebesar Rp.5.021.777.000,- dan Rp.
0,-. Pada TA 2019 adanya Belanja Modal Tanah pengadaan
Rumah Sakit CilograngRealisasi Belanja Modal Tanah TA.
4.1.2.2.2 Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin TA 2019
dan TA 2018 adalah masing-masing sebesar
Rp.1.284.866.036,- dan Rp.3.976.314.779,- mengalami
penurunan sebesar 32,31% bila dibandingkan dengan
realisasi Belanja Modal
Peralatan dan Mesin TA 2018 berkurang sebesar
Rp.2.691.448.743,- Hal ini disebabkan berkurangnya
belanja modal peralatan dan mesin Tahun 2019.
4.1.2.2.3 Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Realisasi Belanja Modal TA 2019 dan TA 2018 adalah
masing-masing sebesar Rp.8.455.755.800,- dan
Rp.2.589.168.495,-. Realisasi Belanja Modal TA 2019
mengalami kenaikan sebesar Rp.5.866.587.305,-
dibandingkan Realisasi Belanja Modal TA 2017. Hal ini
disebabkan terdapat penambahan belanja modal pada
gedung dan bangunan.
4.1.2.2.4 Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Realisasi Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan TA
2019 dan TA 2018 adalah masing-masing sebesar
Rp.937.933.504,- dan Rp.0,-.
29
Belanja Aset Tetap Lainnya
Rp. 0,-
Belanja Aset Lainnya
Rp.0,-
Surplus/(Defisit)
Rp.(301.721.895.407,2-)
Laporan Operasional
4.1.2.2.5 Belanja Aset Tetap Lainnya
Realisasi Belanja Aset Tetap Lainnya TA 2019 dan TA
2018 adalah masing-masing sebesar Rp.0,- dan Rp. 0,-.
Dikarenakan tidak ada belanja asset tetap lainnya pada
tahun 2019
4.1.2.2.6 Belanja Aset Lainnya
Realisasi Belanja Aset Lainnya TA 2019 dan TA 2018
adalah masing-masing sebesar Rp.0,- dan Rp.0,-.
4.1.3 Surplus/(Defisit)
Surplus/(Defisit) adalah jumlah Pendapatan setelah dikurangi dengan
Belanja dan Transfer. Dalam APBD Tahun Anggaran 2019 Pemerintah
Provinsi Banten menganggarkan defisit sebesar (321.644.714.744,-) dengan
realisasi surplus sebesar Rp.(301.721.895.407,-). hal ini terjadi karena
realisasi pendapatan tidak melampaui target serta realisasi belanja dan
transfer dibawah anggaran yang ditetapkan Tahun Anggaran 2019. Tabel
perhitungan Surplus/(Defisit) dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 7
Realisasi Perhitungan Suplus/(Defisit) Tahun 2019
Rp. Rp. % Rp. Rp.
1 2 3 4 5 6 =3-4 7
1 PENDAPATAN 100.000.000,00 101.192.500,00 101,19 (1.192.500,00) 764.176.600,00
2 BELANJA DAN TRANSFER 321.744.714.744,00 301.823.087.907,00 93,81 19.921.626.837,00 109.229.834.975,00
3 SURPLUS/(DEFISIT) (1-2) (321.644.714.744,00) (301.721.895.407,00) 93,81 (19.922.819.337,00) (108.465.658.375,00)
Realisasi Tahun 2017No Uraian
Realisasi Tahun 2019Anggaran Tahun 2019 Selisih Lebih/ (Kurang)
Tabel 8
Realisasi Perhitungan Suplus/(Defisit) Tahun 2019 dan Tahun 2018
Rp. % Rp. Rp. Rp.
1 2 3 4 5 6=5-3 7
1 PENDAPATAN 101.192.500,00 8.99 478.504.720,48 377.312.220,48 78,85
2 BELANJA DAN TRANSFER 301.823.087.907,00 86.32 114.848.335.367,00 (186.974.752.540,00) (162,80)
3 SURPLUS/(DEFISIT) (1-2) (301.721.895.407,00) 86.49 (114.369.830.646,52) 187.352.064.760,48 (163,81)
Persentase
Naik/(Turun)
Selisih Realisasi
Tahun 2019 Terhadap
Tahun 2018No Uraian
Realisasi Tahun 2019 Realisasi Tahun 2018
4.2 Penjelasan Pos-pos LO
Laporan Operasional (LO) disusun untuk melengkapi pelaporan dari
siklus akuntansi berbasis akrual sehingga penyusunan Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat
dipertanggungjawabkan. LO menyediakan informasi mengenai seluruh
kegiatan operasional keuangan entitas yang tercerminkan dalam pendapatan-
LO, beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas yang
penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.
30
Pendapatan LO
Beban LO
Defisit Non Operasional
4.2.1 Pendapatan LO
Realisasi Pendapatan LO Tahun 2019 adalah sebesar
Rp.12.466.328.690,- sedangkan realisasi Tahun 2018 adalah sebesar
Rp.87.031.993.886,48,- Hal ini disebabkan penerapan basis akrual baru
dimulai Tahun 2015. Rincian Pendapatan LO adalah sebagai berikut:
No Uraian Thn 2019 Thn 2018
Rp Rp % Rp
1 2 3 4 5 6
Pendapatan-LO 12.466.328.690 87.031.993.886 698,14 (74.565.665.196)
PAD-LO 101.192.500,00 478.504.720 472,87 (377.312.220)
- Retribusi Daerah - LO 101.192.500,00 91.046.600 89,97 10.145.900
- Lain-lain PAD yang Sah -
LO - 387.458.120,48 - (387.458.120)
Lain-lain Pendapatan
Yang sah 12.365.136.190 86.553.489.166 100,00 (74.188.352.976)
Naik (Turun)
4.2.2 Beban LO
Realisasi Beban LO Tahun 2019 adalah sebesar
Rp.350.054.280.885,90,- sedangkan realisasi Tahun 2018 adalah sebesar
Rp.202.098.211.673,39, Hal ini disebabkan penerapan basis akrual baru
dimulai Tahun 2015. Rincian Beban LO adalah sebagai berikut:
Rp Rp % Rp
1 2 3 4 5 6
Beban
Beban Operasi 350.054.280.885,90 202.098.211.673,39 45,80 160.338.218.111,02
- Belanja Pegawai - LO 29.117.592.082,00 22.418.372.261,00 23,01 6.699.219.821,00
- Persediaan 58.204.668.011,18 77.638.177.111,36 (33,39) (19.433.509.100,18)
- Beban Jasa 245.598.573.019,25 46.759.781.854,05 80,96 198.838.791.165,20
- Beban Pemeliharaan 2.230.061.550,00 2.134.971.416,00 4,26 95.090.134,00
- Beban Perjalanan Dinas 4.139.059.200,00 1.649.939.837,00 60,14 2.489.119.363,00
- Beban Subsidi 248.818.057,00 28.599.311.329,00 (11.394,07) (28.350.493.272,00)
- Beban Penyusutan 10.498.134.716,47 17.922.759.370,81 (70,72) (7.424.624.654,34)
- Beban Amortisasi 17.374.250,00 41.331.854,17 (137,89) (23.957.604,17)
- Beban Peny isihan Piutang - 4.933.566.640,00 (100,00) (4.933.566.640,00)
- ……………… 0 - - -
4.2.3 Defisit Non Operasional
Realisasi Defisit Non Operasional Tahun 2019 adalah sebesar
Rp.9.109.724.847,37,-, sedangkan realisasi Tahun 2018 adalah sebesar
Rp.6.191.706.361,37, Hal ini disebabkan penerapan basis akrual baru dimulai
Tahun 2015. Rincian Defisit Non Operasional adalah sebagai berikut:
31
Beban Luar Biasa
Penjelasan Pos-pos Neraca
Kas di Bendahara
Pengeluaran
Rp.0,-
Kas di Bendahara
Penerimaan
Rp.0,-
No Uraian Thn 2019 Thn 2018
Rp Rp % Rp
1 2 3 4 5 6
Defisit Non Operasional 9.109.724.847,37 6.191.706.361,37 67,97
- Defisit dari kegiatan non operasional lainnya 9.109.724.847,37 6.191.706.361,37 67,97 -
- ……………… - - - -
Naik (Turun)
4.2.4 Beban Luar Biasa
Realisasi Beban Luar Biasa Tahun 2019 adalah sebesar Rp.0,-,
sedangkan realisasi Tahun 2018 adalah sebesar Rp.0, Hal ini disebabkan
penerapan basis akrual baru dimulai Tahun 2015. Rincian Beban Luar Biasa
adalah sebagai berikut:
No Uraian Thn 2019 Thn 2018
Rp Rp % Rp
1 2 3 4 5 6
Beban Luar Biasa
- Beban Luar Biasa - - - -
- ……………… - - - -
Naik (Turun)
4.3 Penjelasan Pos-pos Neraca
4.3.1 Kas di Bendahara Pengeluaran
Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran per 31 Desember 2019 dan
2018 adalah masing-masing sebesar Rp.0,- dan Rp.8.961.526,- yang
merupakan kas yang dikuasai, dikelola dan di bawah tanggung jawab
Bendahara Pengeluaran yang berasal dari sisa UP/TUP yang belum
dipertanggungjawabkan atau belum disetorkan ke Kas Daerah per
tanggal neraca. Rincian Kas di Bendahara Pengeluaran adalah sebagai
berikut:
Rincian Kas di Bendahara Pengeluaran
Keterangan Tahun 2019 Tahun 2018
Kas di Bendahara Pengeluaran - 8.961.526
- -
Jumlah - 8.961.526
4.3.2 Kas di Bendahara Penerimaan
Saldo Kas di Bendahara Penerimaan per tanggal 31 Desember
2019 dan 2018 adalah sebesar masing-masing Rp.0,- dan Rp.0,-. Kas di
Bendahara Penerimaan meliputi saldo uang tunai dan saldo rekening di
bank yang berada di bawah tanggung jawab Bendahara Penerimaan yang
sumbernya berasal dari pelaksanaan tugas pemerintahan berupa
Pajak/Retribusi.
32
Kas Lainnya dan Setara
Kas
Rp.0,-
Piutang
Rp.6.279.216.994,59,-
Penyisihan Piutang Tak
Tertagih – Piutang Jangka
Pendek
Rp.(6.166.958.300,-)
Rincian Kas di Bendahara Penerimaan
Keterangan Tahun 2019 Tahun 2018
Kas di Bendahara Penerimaan-Tunai - -
Kas di Bendahara Penerimaan-Bank - -
Jumlah - -
4.3.3 Kas Lainnya dan Setara Kas
Saldo Kas Lainnya dan Setara Kas per tanggal 31 Desember
2019 dan 2018 masing-masing sebesar Rp.0,- dan Rp.0,-.
Kas Lainnya dan Setara Kas merupakan kas yang berada di
bawah tanggung jawab bendahara pengeluaran yang bukan berasal dari
UP/TUP, baik saldo rekening di bank maupun uang tunai. Rincian
sumber Kas Lainnya dan Setara Kas pada tanggal pelaporan adalah
sebagai berikut:
Rincian Kas Lainnya dan Setara Kas
Jenis Tahun 2019 Tahun 2018
Jasa Giro yang belum disetor ke Kas Daerah - -
Pajak yang belum disetor - -
Honor kegiatan yang belum dibagikan - -
Pengembalian belanja disetor ke Kas Daerah - -
Jumlah - -
4.3.4 Piutang
Saldo Piutang per tanggal 31 Desember 2019 dan 2018
masing-masing adalah sebesar Rp.6.279.216.994,59,- dan
Rp.6.279.813.943,84,-. Piutang merupakan hak atau pengakuan
pemerintah atas uang atau jasa terhadap pelayanan yang telah diberikan
namun belum diselesaikan pembayarannya. Rincian Piutang disajikan
sebagai berikut:
Rincian Piutang Bukan Pajak
Uraian Tahun 2019 Tahun 2018
Belanja dibayar dimuka 112.258.695 112.855.644
Piutang Lainnya 6.166.958.300 6.166.958.300
4.3.5 Penyisihan Piutang Lainnya
Nilai Penyisihan Piutang Lainnya per 31 Desember 2019 dan
2018 adalah sebesar Rp.6.166.958.300,- dan Rp.6.166.958.300,-.
Penyisihan Piutang Tak Tertagih – Piutang Jangka Pendek
adalah merupakan estimasi atas ketidaktertagihan piutang jangka
pendek yang ditentukan oleh kualitas piutang masing-masing debitur .
33
Beban Dibayar di Muka
Rp. 112.258.694.59,-
Persediaan
Rp.6.141.459.193,10,-
Tanah
Rp.44.400.581.780,-
4.3.8 Beban Dibayar di Muka
Saldo Belanja Dibayar di Muka per tanggal 31 Desember 2019
dan 2018 masing-masing adalah sebesar Rp.112.258.694,59,- dan
Rp.112.855.643,84,-. Belanja Dibayar di Muka merupakan hak yang
masih harus diterima dari pihak ketiga setelah tanggal neraca sebagai
akibat dari barang/jasa telah dibayarkan secara penuh namun barang
atau jasa belum diterima seluruhnya.
Rincian Belanja Dibayar di Muka
Keterangan Tahun 2019 Tahun 2018
Belanja Premi Asuransi Kendaraan Roda 2 - -
Belanja Premi Asuransi Kendaraan Roda 4 112.258.694,59 112.855.643,84
Jumlah 112.258.694,59 112.855.643,84
4.3.9 Persediaan
Nilai Persediaan per 31 Desember 2019 dan 2018 masing-
masing adalah sebesar Rp.6.141.459.193,10,- dan
Rp.59.762.520.080,28,-.
Persediaan merupakan jenis aset dalam bentuk barang atau
perlengkapan (supplies) pada tanggal neraca yang diperoleh dengan
maksud untuk mendukung kegiatan operasional dan/atau untuk dijual,
dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Rincian Persediaan
Keterangan Tahun 2019 Tahun 2018
Persediaan Operasional 6.141.459.193,10 59.402.520.080,28
- Persediaan ATK 71.758.247,00 99.443.900,00
- Persediaan Alat Listrik dan
Elektronik 3.291.000,00 -
- Persediaan Alat Kebersihan 38.436.000,00 6.254.200,00
- Persediaan Pakai habis 1.155.676.638,10
- Persediaan Obat-obatan 760.137.139,00 53.695.455.091,78
- Persediaan Cetakan 1.206.577.000,00 1.170.595.400,00
-Persediaan Alat Kesehatan 1.148.046.199,50
- Persediaan Hibah 2.647.850.000,00 -
- Persediaan Bahan Makanan -
- Persediaan Bahan Kimia 257.733.169,00 236.209.916,00
- Persediaan lainnya 3.046.515.373,00
- Persediaan barang reklas
4.3.13 Tanah
Nilai aset tetap berupa tanah per 31 Desember 2019 dan 2018
adalah sebesar Rp.44.400.581.780,- dan Rp.48.306.173.780,-. TA 2018
tidak ada penambahan/pembelian tanah. Nilai tanah tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
34
Peralatan dan Mesin
Rp.161.666.237.159.70,-
Gedung dan Bangunan
Rp.102.046.736.160,-
Jalan, Irigasi, dan
Jaringan
Rp.4.310.536.443,80-
Saldo Nilai Perolehan per 31 Desember 2018 48.306.173.780
Mutasi tambah: 5.021.777.000
Pembelian 0
Mutasi kurang: 8.927.369.000
Saldo per 31 Desember 2018 44.400.581.780
4.3.14 Peralatan dan Mesin
Saldo aset tetap berupa Peralatan dan Mesin per 31 Desember
2019 dan 2018 adalah Rp.161.666.237.159.70,- dan
Rp.157.396.805.582,30,-. Mutasi nilai Peralatan dan Mesin tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Saldo Nilai Perolehan per 31 Desember 2018 157.396.805.582,30
Mutasi tambah: 5.666.925.036
Pembelian 0,00
Hibah Barang 0
Mutasi kurang: 1.397.493.458,60
Saldo per 31 Desember 2019 161.666.237.159,70
Akumulasi Penyusutan s.d. 31 Desember 2018 0
Nilai Buku per 31 Desember 2018 161.666.237.159,70
Nilai Aset Peralatan dan Mesin Tersebut belum menampilkan
Akumulasi Penyusutan Tahun 2018 dinkes dikarenakan Nilai Aset
Masih dalam proses perhitungan.
4.3.15 Gedung dan Bangunan
Nilai Gedung dan Bangunan per 31 Desember 2019 dan 2018
adalah Rp.102.046.736.160,- dan Rp.109.310.700.739,-. Mutasi
transaksi terhadap Gedung dan Bangunan pada tanggal pelaporan
adalah sebagai berikut:
Saldo Nilai Perolehan per 31 Desember 2018 109.310.700.739
Mutasi tambah: -
Bangunan Gedung Tempat Kerja -
Media Informasi dan Publikasi -
Saldo per 31 Desember 2019 109.310.700.739
Akumulasi Penyusutan s.d. 31 Desember 2019 7.263.964.579
Nilai Buku per 31 Desember 2019 102.046.736.160
4.3.16 Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Saldo Jalan, Irigasi, dan Jaringan per 31 Desember 2019 dan
2018 adalah masing-masing sebesar Rp.4.310.536.443,80,- dan
Rp.3.906.959.755,80,-. Pada tahun 2019 terjadi mutasi tambah yang
merupakan penambahan jaringan Jalan Khusus. Mutasi transaksi
terhadap Jalan, Irigasi, dan Jaringan pada tanggal pelaporan adalah
35
Aset Tetap Lainnya
Rp.245.272.909,39,-
Konstruksi Dalam
Pengerjaan (KDP)
Rp.863.151.816,-
Akumulasi Penyusutan Aset
Tetap
Rp.(184.977.058.146,45,-)
Aset Tak Berwujud
Rp.19.874.895,83,-
sebagai berikut:
Saldo Nilai Perolehan per 31 Desember 2018 3.906.959.755,80
Mutasi tambah: 403.576.687,80
Penambahan jaringan teknologi informasi -
Mutasi kurang: -
Saldo per 31 Desember 2019 4.310.536.443,60
Akumulasi Penyusutan s.d. 31 Desember 2019 -
Nilai Buku per 31 Desember 2019 4.310.536.443,60
4.3.17 Aset Tetap Lainnya
Aset Tetap Lainnya merupakan aset tetap yang tidak dapat
dikelompokkan dalam tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunan, jalan, irigasi dan jaringan. Saldo Aset Tetap Lainnya per 31
Desember 2019 dan 2018 adalah Rp.245.272.909,39,- dan
Rp.245.272.909,39,-. Aset tetap tersebut berupa barang bercorak
Kebudayaan-Lukisan. Mutasi tambah atas aset tetap ini untuk Tahun
2018 Berupa Buku Ilmu Pengetahuan Praktis. Rincian Aset Tetap
Lainnya disajikan pada Lampiran Laporan Keuangan ini.
4.3.18 Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP)
Saldo konstruksi dalam pengerjaan per 31 Desember 2019 dan
2018 adalah masing-masing sebesar Rp.863.151.816,- dan Rp.0,-.
Penambahan KDP Tahun 2019 adanya DED Rumah Sakit Ciolgrang
dan Jalan Labkesda yang masih dalam prosesSa
4.3.19 Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
Saldo Akumulasi Penyusutan Aset Tetap per 31 Desember
2019 dan 2018 adalah masing-masing Rp.(184.977.058.146,45,-) dan
Rp.(177.409.829.938,11,-). Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
merupakan kontra akun Aset Tetap yang disajikan berdasarkan
pengakumulasian atas penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan
kapasitas dan manfaat Aset Tetap selain untuk Tanah dan Konstruksi
dalam Pengerjaan (KDP).
4.3.20 Aset Tak Berwujud
Saldo Aset Tak Berwujud (ATB) per 31 Desember 2019 dan
2019 adalah Rp.19.874.895,83,- dan Rp.37.249.145,83,-. Aset Tak
Berwujud merupakan aset yang dapat diidentifikasi dan dimiliki, tetapi
tidak mempunyai wujud fisik. Aset Tak Berwujud berupa software
yang digunakan untuk menunjang operasional kantor. Amortisasi
Tahun 2019 masih dalam proses perhitungan. Mutasi transaksi
terhadap Aset Tak Berwujud pada tanggal pelaporan adalah sebagai
berikut:
36
Aset Lain-Lain
Rp.8.998.119.178,32,-
Utang kepada Pihak Ketiga
Rp.0,-
Pendapatan Diterima di
Muka
Rp.0,-
Ekuitas
Rp.146.186.638.142,28,-
Saldo Nilai Perolehan per 31 Desember 2019 2.469.715.000,00
Mutasi tambah: -
Pembelian -
Mutasi kurang: -
Saldo per 31 Desember 2019 2.469.715.000,00
Akumulasi Amortisasi s.d. 31 Desember 2019 (2.449.840.104,17)
Nilai Buku per 31 Desember 2019 19.874.895,83
4.3.21 Aset Lain-Lain
Saldo Aset Lain-lain per 31 Desember 2019 dan 2018 adalah
Rp.8.998.119.178,32,- dan Rp70.750.178,32,-. Aset Lain-lain
merupakan tanah PMI dan BPOM serta Ambulance Barang Milik
Negara (BMN) yang berada dalam kondisi rusak berat dan tidak lagi
digunakan dalam operasional entitas.
Adapun mutasi aset lain-lain adalah sebagai berikut:
Saldo per 31 Desember 2018 70.750.178,32
Mutasi tambah: 9.613.649.000
- reklasifikasi dari aset tetap 9.613.649.000
Mutasi kurang: 686.280.000
- reklasifikasi ke persediaan 686.280.000
- reklasifikasi aset malingping -
- Penghapusan -
Saldo per 31 Desember 2019 8.998.119.178,32
4.3.23 Utang kepada Pihak Ketiga
Nilai Utang kepada Pihak Ketiga per 31 Desember 2019 dan
2018 masing-masing sebesar Rp. 0,- dan Rp.0,-. Utang kepada Pihak
Ketiga merupakan belanja yang masih harus dibayar dan merupakan
kewajiban yang harus segera diselesaikan kepada pihak ketiga lainnya
dalam waktu kurang dari 12 (dua belas bulan).
4.3.24 Pendapatan Diterima di Muka
Nilai Pendapatan Diterima di Muka per 31 Desember 2019 dan
2018 sebesar Rp.0,- dan Rp.0,-. Pendapatan Diterima di Muka
merupakan pendapatan yang sudah diterima pembayarannya, namun
barang/jasa belum diserahkan. Keseluruhan Pendapatan Diterima di
Muka tersebut bersumber dari jasa konsultasi akuntansi yang jangka
waktu kontraknya lebih dari satu tahun.
4.3.25 Ekuitas
Ekuitas per 31 Desember 2019 dan 2018 adalah masing-
masing sebesar Rp.146.186.638.142,28,- dan Rp.204.400.873.976,66,-
Ekuitas adalah kekayaan bersih entitas yang merupakan selisih antara
aset dan kewajiban. Rincian lebih lanjut tentang ekuitas disajikan
dalam Laporan Perubahan Ekuitas.
37
Laporan Perubahan
Ekuitas
Rp.146.186.638.142,28,-
4.4 Penjelasan Pos-pos Laporan Perubahan Ekuitas
Tabel 9
OPD Dinas Kesehatan Provinsi Banten
Laporan Perubahan Ekuitas
Untuk Periode Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 2019 Dan 2018
NO. URAIAN Tahun 2019 Tahun 2018
1 EKUITAS AWAL 204.400.873.976,66 211.517.747.510,39
2 SURPLUS/DEFISIT-LO (346.697.677.043,27) (121.257.924.148,28)
3 R/K PPKD 301.712.933.881,00 114.879.985.959,22
4 DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN - -
KEBIJAKAN/KESALAHAN MENDASAR - -
- LAIN-LAIN 9.061.484.847,37 -
- KOREKSI NILAI PERSEDIAAN - -
- KOREKSI ASET TETAP (22.290.977.519,48) (541.427.282,40)
5 - KOREKSI ATAS BEBAN - -
6 - KOREKSI ATAS PENDAPATAN - -
7 - KOREKSI LAIN-LAIN - (197.508.062,27)
JUMLAH LAIN-LAIN - -
8 TRANSAKSI ANTAR ENTITAS - -
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2019 DAN 2018
4.5 Penjelasan Pos-pos Laporan Kronologis Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaaan BPK-RI
1. Menindaklanjuti LHP BPK RI Perwakilan Provinsi Banten
nomor : 109 b/S/XVIII.SRG/05/2014, tanggal 28 Mei 2014.
Tentang Hasil Pemeriksaan atas laporan keuangan Pemerintah
Provinsi Banten tahun 2013 pada Dinas Kesehatan tentang“ Aset
Tetap Peralatan Mesin Berupa Alat Kesehatan Pada Dinas
Kesehatan Tidak Dapat di Yakini Sebesar Rp 193.222.957.055,
terdiri dari aset tetap yang di peroleh pada TA 2012 sebesar Rp
125.948.179.000,00 dan aset tetap yang diperoleh TA 2013
sebesar Rp 67.274.778.055.
2. Berdasarkan saran dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI
Perwakilan Provinsi Banten agar Dinas Kesehatan melakukan
inventarisasi barang tersebut dan berkoordinasi dengan aparat
penegak hukum dan Instansi terkait.
Menindaklanjuti temuan tersebut, Dinas Kesehatan telah
melakukan beberapa pertemuan untuk membahas tindak lanjut
LHP BPK tersebut yaitu :
- Pertemuan tanggal 5 Agustus 2014 menghasilkan
kesepakatan :
a. RSUD Banten telah menerima dan menggunakan barang
pengadaan Alat Kesehatan TA 2012.
b. Penyedia Barang Bersedia memberikan Alat kesehatan
yang di usulkan oleh RSUD Banten melalui Dinas
kesehatan sesuai nilai pembayaran dari nilai kontrak.
38
c. Berkirim surat meminta saran ke Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK).
- Berdasarkan surat balasan dari KPK dilakukan pertemuan
tanggal 19 November 2014 membahas tindak lanjut atas 16
kontrak pengadaan Belanja Peralatan Kesehatan dan
kedokteran pada Dinas Kesehatan TA 2013 senilai Rp Rp
67.274.778.055.
a. Sebanyak 10 kontrak senilai Rp. 36.658.700.300 sudah
dilakukan pemeriksaan barang dan telah dibayar sesuai
progress pekerjaan masing-masing kontrak dan sudah
dicatat sebagai Aset pada tahun 2013.
Daftar Pembayaran Kontrak sebagai berikut:
1. PT. WALIMAN NUGRAHA JAYA
NK : Rp.20.593.229.000,-
UM 20% Rp.4.118.645.800,-:
SPP : 00316/DINKES/SPP-LS/09.02/2013
Tanggal 17 September 2013
SPM : 00316/DINKES/SPM-LS/09.02/2013
Tanggal 17 September 2013
SP2D : 10657/DINKES/LS/09.02/2013
Tanggal 24 September 2013
Kwitansi : 900/Kwit-123/PU/KES/IX/2013
Tangal 24 September 2013
Progress 70,27% Rp.6.214.969.200,-:
SPP : 00675/DINKES/SPP-LS/09.02/2013
Tanggal 27 Desember 2013
SPM : 00675/DINKES/SPM-LS/09.02/2013
Tanggal 27 Desember 2013
SP2D : 17856/DINKES/LS/09.02/2016
Tanggal 31 Desember 2013
Kwitansi : 900/Kwit-321/PU/KES/XII/2013
Tangal 27 Desember 2013
2. CV. JAYA LAKSANA
NK : Rp.753.147.000,-
UM 20% Rp.339.637.500,-:
SPP : 00324/DINKES/SPP-LS/09.02/2013
39
Tanggal 17 September 2013
SPM : 00324/DINKES/SPM-LS/09.02/2013
Tanggal 17 September 2013
SP2D : 10661/DINKES/LS/09.02/2013
Tanggal 24 September 2013
Kwitansi : 900/Kwit-131/PU/KES/IX/2013
Tangal 17 September 2013
Pelunasan 100% Rp.413.509.500,-:
SPP : 00677/DINKES/SPP-LS/09.02/2013
Tanggal 27 Desember 2013
SPM : 00677/DINKES/SPM-LS/09.02/2013
Tanggal 27 Desember 2013
SP2D : 17858/DINKES/LS/09.02/2016
Tanggal 31 Desember 2013
Kwitansi : 900/Kwit-323/PU/KES/XII/2013
Tangal 27 Desember 2013
3. PT. BINTANG RAYA PUTRA
NK : Rp.11.725.787.000,-
UM 20% Rp.2.345.157.400,-:
SPP : 00315/DINKES/SPP-LS/09.02/2013
Tanggal 17 September 2013
SPM : 00315/DINKES/SPM-LS/09.02/2013
Tanggal 17 September 2013
SP2D : 10650/DINKES/LS/09.02/2013
Tanggal 24 September 2013
Kwitansi : 900/Kwit-122/PU/KES/IX/2013
Tangal 17 September 2013
Progress 63,48% Rp.3.573.337.600,-:
SPP : 00680/DINKES/SPP-LS/09.02/2013
Tanggal 27 Desember 2013
SPM : 00680/DINKES/SPM-LS/09.02/2013
Tanggal 27 Desember 2013
SP2D : 17854/DINKES/LS/09.02/2016
Tanggal 31 Desember 2013
Kwitansi : 900/Kwit-328/PU/KES/XII/2013
Tanggal 27 Desember 2013
40
4. PT. RAMADITYA MANDIRI
NK : Rp.7.307.499.000,-
UM 20% Rp.1.461.499.800,-:
SPP : 00321/DINKES/SPP-LS/09.02/2013
Tanggal 17 September 2013
SPM : 00321/DINKES/SPM-LS/09.02/2013
Tanggal 17 September 2013
SP2D : 10660/DINKES/LS/09.02/2013
Tanggal 25 September 2013
Kwitansi : 900/Kwit-128/PU/KES/IX/2013
Tangal 17 September 2013
Progress 95.83% Rp.4.707.822.700,-:
SPP : 00682/DINKES/SPP-LS/09.02/2013
Tanggal 30 Desember 2013
SPM : 00682/DINKES/SPM-LS/09.02/2013
Tanggal 30 Desember 2013
SP2D : 17859/DINKES/LS/09.02/2016
Tanggal 31 Desember 2013
Kwitansi : 900/Kwit-328/PU/KES/XII/2013
Tangal 30 Desember 2013
5. PT. RAMADITYA MANDIRI
NK : Rp.2.946.813.000,-
UM 20% Rp.589.362.600,-:
SPP : 00322/DINKES/SPP-LS/09.02/2013
Tanggal 17 September 2013
SPM : 00322/DINKES/SPM-LS/09.02/2013
Tanggal 17 September 2013
SP2D : 10653/DINKES/LS/09.02/2013
Tanggal 24 September 2013
Kwitansi : 900/Kwit-129/PU/KES/IX/2013
Tangal 17 September 2013
Progress 99,32% Rp.1.851.606.400,-:
SPP : 00679/DINKES/SPP-LS/09.02/2013
Tanggal 27 Desember 2013
SPM : 00679/DINKES/SPM-LS/09.02/2013
41
Tanggal 27 Desember 2013
SP2D : 17860/DINKES/LS/09.02/2016
Tanggal 31 Desember 2013
Kwitansi : 900/Kwit-129/PU/KES/XII/2013
Tangal 27 Desember 2013
6. CV. JAYA LAKSANA
UM 30% Rp.587.968.000,-:
SPP : 00323/DINKES/SPP-LS/09.02/2013
Tanggal 17 September 2013
SPM : 00323/DINKES/SPM-LS/09.02/2013
Tanggal 17 September 2013
SP2D : 10753/DINKES/LS/09.02/2013
Tanggal 26 September 2013
Kwitansi : 900/Kwit-130/PU/KES/IX/2013
Tangal 17 September 2013
Progress 91.36% Rp.207.509.600,-:
SPP : 00676/DINKES/SPP-LS/09.02/2013
Tanggal 27 Desember 2013
SPM : 00676/DINKES/SPM-LS/09.02/2013
Tanggal 27 Desember 2013
SP2D : 17862/DINKES/LS/09.02/2016
Tanggal 31 Desember 2013
Kwitansi : 900/Kwit-322/PU/KES/XII/2013
Tangal 27 Desember 2013
7. PT. BARI MANDIRI PRATAMA
NK Rp. 3.432.766.000,-
UM 20% Rp.686.553.200,-:
SPP : 00325/DINKES/SPP-LS/09.02/2013
Tanggal 17 September 2013
SPM : 00325/DINKES/SPM-LS/09.02/2013
Tanggal 17 September 2013
SP2D : 10655/DINKES/ LS/09.02/2013
Tanggal 24 September 2013
Kwitansi : 900/Kwit-132/PU/KES/IX/2013
Tangal 17 September 2013
42
Progress 75,30% Rp.1.267.659.800,-:
SPP : 00681/DINKES/SPP-LS/09.02/2013
Tanggal 27 Desember 2013
SPM : 00681/DINKES/SPM-LS/09.02/2013
Tanggal 27 Desember 2013
SP2D : 17855/DINKES/LS/09.02/2016
Tanggal 31 Desember 2013
Kwitansi : 900/Kwit-327/PU/KES/XII/2013
Tanggal 27 Desember 2013
8. PT. AGRO MANDIRI PERKASA
NK : Rp.14.024.127.000,-
UM 20% Rp.2.804.825.400,-:
SPP : 00327/DINKES/SPP-LS/09.02/2013
Tanggal 17 September 2013
SPM : 00327/DINKES/SPM-LS/09.02/2013
Tanggal 17 September 2013
SP2D : 10654/DINKES/LS/09.02/2013
Tanggal 24 September 2013
Kwitansi : 900/Kwit-134/PU/KES/IX/2013
Tangal 17 September 2013
Progress 76.67% Rp.4.544.510.100,-:
SPP : 00673/DINKES/SPP-LS/09.02/2013
Tanggal 27 Desember 2013
SPM : 00673/DINKES/SPM-LS/09.02/2013
Tanggal 27 Desember 2013
SP2D : 17852/DINKES/LS/09.02/2016
Tanggal 31 Desember 2013
Kwitansi : 900/Kwit-319/PU/KES/XII/2013
Tanggal 27 Desember 2013
9. CV. SYAFARMANIYA
NK : Rp.2.448.962.000,-
UM 30% Rp.734.688.600,-:
SPP : 00332/DINKES/SPP-LS/09.02/2013
Tanggal 18 September 2013
SPM : 00332/DINKES/SPM-LS/09.02/2013
43
Tanggal 18 September 2013
SP2D : 10658/DINKES/LS/09.02/2013
Tanggal 24 September 2013
Kwitansi : 900/Kwit-139/PU/KES/IX/2013
Tangal 18 September 2013
Progress 68,36% Rp.342.871.400,-:
SPP : 00672/DINKES/SPP-LS/09.02/2013
Tanggal 27 Desember 2013
SPM : 00672/DINKES/SPM-LS/09.02/2013
Tanggal 27 Desember 2013
SP2D : 17970/DINKES/LS/09.02/2016
Tanggal 31 Desember 2013
Kwitansi : 900/Kwit-318/PL/KES/XII/2013
Tanggal 27 Desember 2013
10. PT. SUMBER AGUNG PUTRA
NK : Rp.294.053.000,-
Lunas 100% Rp.294.053.000.,-:
SPP : 00617/DINKES/SPP-LS/09.02/2013
Tanggal 16 Desember 2013
SPM : 00617/DINKES/SPM-LS/09.02/2013
Tanggal 16 Desember 2013
SP2D : 17011/DINKES/LS/09.02/2016
Tanggal 30 Desember 2013
Kwitansi : 900/Kwit-302/PL/KES/XII/2013
Tanggal 16 Desember 2013
b. Terdapat 2 (dua) kontrak yang telah selesai proses
pengadaan dan telah dilakukan pemeriksaan barang dan
telah tercatat sebagai aset dengan total Rp. 18.203.511.455
tetapi pembayaran baru 20 % karena terjadinya
pemblokiran atas permintaan KPK karena pengadaan
tersebut diindikasikan bermasalah yaitu :
1. PT. Dini Usaha Mandiri Pekerjaan Pengadaan Sarana
Penunjang Bedah Syaraf RS Provinsi Banten. Dengan
nilai kontrak setelah revisi harga sebesar Rp.
11.273.584.105 dengan rincian uang muka sebesar Rp.
44
4.075.303.400 dan sisa pembayaran Rp. 7.198.280.705.
Berikut Uraian Pencairan Kontrak tersebut
Nilai Kontrak Rp. 20.376.517.000,-
UM 20% Rp.4.075.303.400,-:
SPP : 00317/DINKES/SPP-LS/09.02/2013
Tanggal 17 September 2013
SPM : 00317/DINKES/SPM-LS/09.02/2013
Tanggal 17 September 2013
SP2D : 18662/DINKES/LS/09.02/2013
Tanggal 24 September 2013
Kwitansi : 900/Kwit-124/PU/KES/IX/2013
Tanggal 17 September 2013
Progress 76,44% Rp.7.198.280.705,-:
SPP : 00678/DINKES/SPP-LS/09.02/2013
Tanggal 27 Desember 2013
SPM : 00678/DINKES/SPM-LS/09.02/2013
Tanggal 27 Desember 2013
SP2D : 17857/DINKES/LS/09.02/2016
Tanggal 31 Desember 2013
Kwitansi : 900/Kwit-324/PU/KES/XII/2013
Tanggal 27 Desember 2013
2. PT. Dini Usaha Mandiri Pekerjaan Pengadaan Sarana
Penunjang NICU RS Provinsi Banten. Dengan nilai
progres barang sebesar 6.919.327.350 dengan rincian
uang muka sebesar Rp. 1.959.249.800 dan sisa
pembayaran Rp. 4.960.077.550.
Berikut Uraian Pencairan Kontrak tersebut
Nilai Kontrak Rp. 9.796.249.000,-
UM 20% Rp.1.959.249.800,-:
SPP : 00318/DINKES/SPP-LS/09.02/2013
Tanggal 17 September 2013
SPM : 00318/DINKES/SPM-LS/09.02/2013
Tanggal 17 September 2013
SP2D : 18659/DINKES/LS/09.02/2013
Tanggal 24 September 2013
45
Kwitansi : 900/Kwit-125/PU/KES/IX/2013
Tanggal 17 September 2013
Progress 98,46% Rp.4.960.077.550,-:
SPP : 00674/DINKES/SPP-LS/09.02/2013
Tanggal 23 Desember 2013
SPM : 00674/DINKES/SPM-LS/09.02/2013
Tanggal 23 Desember 2013
SP2D : 17969/DINKES/LS/09.02/2016
Tanggal 31 Desember 2013
Kwitansi : 900/Kwit-320/PU/KES/XII/2013
Tanggal 27 Desember 2013
Kondisi Barang Sudah di kirim 100% dan Barang sudah di
periksa oleh panitia pemeriksa dan sudah di uji fungsi
100%.
Proses pembayaran sudah sampai pada SP2D. Barang
tersebut sudah tercatat di aset Provinsi Pada Aset Dinas
Kesehatan Provinsi Banten.
Meskipun proses pembayaran sudah dilaksanakan dan
terbit SP2D namun uang pembayaran tersebut tidak bisa
masuk ke rekening penyedia (PT.Dini Usaha Mandiri)
dikarenakan PT. Dini Usaha Mandiri dijadikan saksi
terkait kasus alkes di kota Tangerang Selatan dan
Rekening Penyedia diblokir Komisi Pemberantasan
Korupsi. Sudah dilakukan upaya komunikasi dengan KPK
terkait hal tersebut.
Pada Tanggal 20 Januari 2014 telah dilakukan Kredit
Rekening atas 2(dua) SP2D tersebut melalui Bank BJB ke
rekening RKUD Provinsi Rekening 0070030050306
terkait rekening Pihak ketiga yang terblokir(terlampir).
c. Terdapat 4 (empat) kontrak dengan total Rp. 12.349.816.300
yang telah di bayarkan uang muka sebesar 20 % tetapi
belum dilakukan pemeriksaan oleh Panitia Pemeriksa Hasil
Pekerjaan (PPHP) sehingga belum dapat dipastikan kondisi
dan progres penyelesaian pekerjaan atas barang-barang
tersebut yaitu :
46
1. PT. Palugada Mandiri Pengadaan sarana penunjang
Pelayanan Penyakit Syaraf RS Provinsi Banten Nilai
Kontrak Rp. 10.790.264.000,-
UM 20% Rp 2.158.052.800,-:
SPP : 00319/DINKES/SPP-LS/09.02/2013
Tanggal 17 September 2013
SPM : 00319/DINKES/SPM-LS/09.02/2013
Tanggal 17 September 2013
SP2D : 10656/DINKES/LS/09.02/2013
Tanggal 24 September 2013
Kwitansi : 900/Kwit-126/PU/KES/IX/2013
Tanggal 17 September 2013
2. PT. Mikkindo Adiguna Pratama Pekejaan Pengadaan
sarana penunjang Ruang Operasi RS Provinsi Banten
Nilai Kontrak Rp.14.415.309.000,-
UM 20% Rp 2.883.061.800,-:
SPP : 00326/DINKES/SPP-LS/09.02/2013
Tanggal 17 September 2013
SPM : 00326/DINKES/SPM-LS/09.02/2013
Tanggal 17 September 2013
SP2D : 10652/DINKES/LS/09.02/2013
Tanggal 24 September 2013
Kwitansi : 900/Kwit-133/PU/KES/IX/2013
Tanggal 17 September 2013
3. CV. Bina Sadaya Pekerjaan Pengadaan sarana
penunjang pelayanan Penyakit Jantung dan Pembuluh
Darah RS Rujukan Provinsi Banten Nilai Kontrak Rp.
21.575.992.000,- .
UM 20% Rp 4.315.198.400,-:
SPP : 00328/DINKES/SPP-LS/09.02/2013
Tanggal 18 September 2013
SPM : 00328/DINKES/SPM-LS/09.02/2013
Tanggal 18 September 2013
SP2D : 10745/DINKES/LS/09.02/2013
Tanggal 26 September 2013
Kwitansi : 900/Kwit-135/PU/KES/IX/2013
47
Tanggal 17 September 2013
4. CV. Bina Sadaya Pekerjaan Pengdaan sarana penunjang
Radiologi ( Digital Radiologi Flouroscopy ) RS
Provinsi Banten Nilai Kontrak Rp. 14.888.018.000,- .
UM 20% Rp 2.977.603.600,-:
SPP : 00329/DINKES/SPP-LS/09.02/2013
Tanggal 18 September 2013
SPM : 00329/DINKES/SPM-LS/09.02/2013
Tanggal 18 September 2013
SP2D : 10651/DINKES/LS/09.02/2013
Tanggal 24 September 2013
Kwitansi : 900/Kwit-136/PU/KES/IX/2013
Tanggal 17 September 2013
Ke empat kontrak ini belum tercatat di asset Dinas Kesehatan terkait
barang-barang belum dilakukan pemeriksaaan oleh panitia
pemeriksa. Dan berdasarkan kesepakatan rapat tindak lanjut LHP
BPK Tanggal 19 November 2014 yang dihadiri oleh RSUD Banten,
Pihak Penyedia dan Dinkes Menyepakati RSUD Banten selaku
Pengguna Barang akan memilih barang sesuai dengan kebutuhan
dengan mengacu kepada nilai uang muka sebesar 20% dari masing-
masing kontrak.
Namun dalam pelaksanaannya hal ini sulit dilakukan karena pihak
terkait tidak bisa membuka dan memeriksa barang tersebut
dikarenakan barang yang diterima dalam keadaan tertutup dalam
peti.
3. Menindaklanjuti Surat dari BPK RI Perwakilan Provinsi Banten
nomor : 85/LKPD-PROV.BANTEN/2015, tanggal 7 Mei 2015.
Perihal Penyampaian Temuan Hasil Pemeriksaan Tahap I atas LKPD
Provinsi Banten TA 2014. Point 3 (tiga) Saldo Akhir Aset Tetap
Peralatan Mesin Berupa Alat Kesehatan Pada Dinas Kesehatan
Tidak Dapat diyakini sebesar Rp 193.222.957.055,00
4. Berdasarkan hal tersebut di atas Dinas Kesehatan masih berupaya
melakukan penyelesaian-penyelesaian terhadap Aset Tetap Peralatan
Mesin Berupa Alat Kesehatan senilai Rp 193.222.957.055,00. Di
antaranya dengan melakukan intventarisasi barang – barang yang
telah tercatat pada Aset Dinas Kesehatan dan RSUD Banten
48
terkecuali barang-barang yang belum dilakukan pemeriksaan.
5. Sedangkan untuk perhitungan nilai aset masih menunggu putusan
hukum tetap (in kracht) oleh Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
6. Menindaklanjuti LHP BPK RI atas Sistem Pengendalian Intern
Provinsi Banten Nomor : 15a/LHP/XVIII.SRG/05/2015, tanggal 25
Mei 2015 Dinas Kesehatan Provinsi Banten telah berupaya
melakukan penyelesaian terhadap Aset Tetap berupa Alat Kesehatan
senilai Rp. 193.222.957,055,00, diantaranya dengan melakukan
inventarisasi atas barang-barang yang telah tercatat pada Dinas
Kesehatan Provinsi Banten dan RSUD Banten untuk pengadaan alat
kesehatan dan kedokteran tahun 2012 dan 2013 (daftar inventarisasi
barang terlampir) dan telah diserahkan ke Inspektorat untuk
disampaikan ke BPK RI (tanda terima terlampir).
7. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten telah membuat surat
pernyataan bahwa Dinas Kesehatan Provinsi Banten telah
melakukan inventarisasi atas barang-barang yang telah tercatat pada
Dinas Kesehatan Provinsi Banten dan RSUD Banten untuk
pengadaan alat kesehatan dan kedokteran tahun 2012 dan 2013 dan
perhitungan nilai aset masih menunggu putusan hukum tetap
(inkracht) oleh Pengadilan Tindak Pidana Korupsi sesuai
rekomendasi dari LHP tersebut.
49
BAB V
PENJELASAN ATAS INFORMASI-INFORMASI NONKEUANGAN
Bab ini menjelaskan mengenai Informasi Non Keuangan yang berisi Permasalahan dan Solusi
Program dan Kegiatan Dinas Kesehatan Provinsi Banten pada TA 2019.
NO KEGIATAN PERMASALAHAN SOLUSI
(1) (2) (8) (9)
BELANJA TIDAK LANGSUNG
1 Belanja Tidak Langsung
Adanya efisiensi dari selisih pada pembayaran tunjangan kinerja ASN (tunjangan berbasis kinerja)
BELANJA LANGSUNG
Dinas Kesehatan
1 Program Tata Kelola Pemerintahan
1 Penyusunan Laporan Kinerja Keuangan dan Neraca Aset
Realisasi 88.75% dikarenakan efisiensi pada anggaran honor narasumber untuk es 3 dan 4 yang direalisasikan hanya honor eselon 4 serta adanya efisiensi pada perjalanan dinas dalam dan luar daerah.
Membuat perencanaan anggaran yang lebih baik
2 Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan
Efisiensi Anggaran
3 Pengadaan Sarana Prasarana Kantor
Anggaran pemagaran gudang farmasi dan pengawasannya tidak direalisasikan dikarenakan akan dilakukan pelebaran jalan Provinsi pada lokasi tersebut. Pada anggaran pengadaan lemari arsip tidak direalisasikan dikarenakan dengan adanya aplikasi SIMAYA membantu pengelolaan arsip (kondisi yang ada masih memadai), Honorarium DPPT, Pematokan untuk pengadaan lahan RS Cibaliung tidak direalisasikan dikarenakan pengadaan lahannya dipertimbangkan kembali, difokuskan pada RS Cilograng terlebih dahulu
Untuk pemagaran gudang farmasi disesuaikan dengan kondisi yang terkena pelebaran jalan Provinsi.
4 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor
Efisiensi Angaran dimana realisasi keuangan sebesar 81.28% dikarenakan pemeliharaan yang bersifat insidentil sehingga realisasi fisik sudah tercapai dengan anggaran tersebut
Perencanaan anggaran sesuai rencana kebutuhan pemeliharaan barang daerah
5 Penyediaan Barang dan Jasa Perkantoran
Realisasi sebesar 76.68% dikarenakan efisiensi pada Belanja Listrik (pembayaran sesuai tagihan), belanja bahan bakar pada belanja BBm kendaraan roda 2 dan genset sesuai dengan klaim pembayaran.
Perencanaan anggaran disesuaikan kembali mengacu pada rata-rata penggunaan / klaim pembayaran.
6 Peningkatan Kapasitas Aparatur
Terdapat efisiensi anggaran dikarrnakan harga satuan pengiriman pelatihan lebih rendah dibandingkan anggaran yang tersedia.
Penyesuaian dalam perencanaan anggaran pengiriman diklat petugas
7 Rapat Koordinasi Kedalam dan Keluar Daerah
- -
8 Penyediaan Data Pembangunan Sektoral
Efisiensi Anggaran
50
NO KEGIATAN PERMASALAHAN SOLUSI
(1) (2) (8) (9)
9 Bantuan Operasional Kesehatan (DAK)
Efisiensi Anggaran
2 Program Upaya Peningkatan Kesehatan Masyarakat
1 Peningkatan Kesehatan Keluarga dan Gizi
Efisiensi uang saku peserta dan honor narasumber yang tidak hadir. Pada perjalanan dinas yang direncanakan 4 Kab/Kota dilaksanakan hanya pada 2 kabupaten lokus yaitu Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak.
Membuat perencanaan anggaran yang lebih baik
2 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Efisiensi belanja makan minum kegiatan (Hasil survei harga lebih rendah dibandingkan pagu anggaran)
Akan dilakukan perubahan apabila harga survei lebih rendah dibandingkan nilai pagu
3 Peningkatan Kesehatan Lingkungan
Adanya efisiensi dari anggaran Uang saku peserta yang tidak diserap karena dengan pemberian uang saku pada kegiatan Pemicuan dapat mempengaruhi hasil upaya perubahan perilaku kegiatan tersebut
Dalam Perencanaan di tinjau kembali untuk tidak menganggarkan uang saku pada kegiatan pemicuan
4 Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga
Adanya efisiensi dari anggaran Narasumber karena perencanaan untuk narasumber luar daerah akan tetapi yang hadir dalam daerah, Perjalanan Dinas, Belanja Makan dan minum
koordinasi terkait narasumber ketika perencanaan dan melaksankaan penyesuaian anggaran ketika Perubahan
5 Penurunan Stunting (DAK Penugasan)
Efisiensi Kegiatan ( penyesuaian harga PMT berdasarkan harga survei)
Penyusunan penganggaran disuaikan dengan harga pasar.
3 Program Peningkatan Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan
1 Pembinaan Upaya Kesehatan Rujukan
Realisasi keuangan sebesar 90.75% dikarenakan adanya efisiensi anggaran pada belanja penggandaan, makan minum, uang saku peserta honor narasumber, serta sisa kontrak pelatihan ACLS ATLS dan PPGD.
Membuat perencanaan anggaran yang lebih baik
2 Pembiayaan dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Pendataan penduduk miskin dan tidak mampu yang belum terdaftar JKN tidak optimal
Melakukan update data dengan OPD terkait baik di Provinsi maupun di Kab/Kota
3 Pelayanan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin
Efisiensi Kegiatan Membuat perencanaan anggaran yang lebih baik
4 Kerjasama Pelayanan Kesehatan
Efisiensi pada belanja vandel, plakat,piala, perlengkapan peserta, makan minum kegiatan, uang saku peserta serta transport pada perjalanan dinas dalam daerah
Membuat perencanaan anggaran yang lebih baik
4 Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
1 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
Efisiensi Belanja makan minum, perlengkapan peserta , penggandaan , penyesuaian harga bahan habis pakai , ketidakhadiran narasumber dan peserta kegiatan
Menyesuaikan dengan harga dan kemungkinan kenaikan harga Memastikan kehadiran peserta dan narasumber
51
NO KEGIATAN PERMASALAHAN SOLUSI
(1) (2) (8) (9)
2 Pencegahan, Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Efisiensi belanja makan minum kegiatan
3 Surveilans, Imunisasi dan Krisis Kesehatan
Efisiensi pada belanja makan minum dan trasport perjalanan dinas dalam daerah dan luar daerah, penyesuaian harga dalam pengadaan bahan pakai habis dan media KIE,
Membuat perancanaan yang lebih baik
4 Upaya Kesehatan Jiwa
Uang saku peserta tidak diserap karena kegiatan dilaksnakan di sekolah yang bersangkutan dan honor narasumber tidak diserap karena tidak hadir pada saat kegiatan
Membuat perancanaan yang lebih baik (Penganggaran uang saku peserta sesuai pedoman Penyusunan dan pelaksanaan APBD)
5 Pencegahan, Pengendalian Penyakit Menular Bersumber Binatang
Efisiensi Belanja makan minum, perlengkapan peserta , penggandaan , penyesuaian harga bahan habis pakai , ketidakhadiran narasumber dan peserta kegiatan
Menyesuaikan dengan harga dan kemungkinan kenaikan harga Memastikan kehadiran peserta dan narasumber
5 Program Pemberdayaan Sumberdaya Kesehatan dan Kefarmasian
1 Perencanaan dan Pendayagunaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Rekruitmen tenaga kesehatan ditargetkan sebanyak 170 orang sedangkan yang terealisasi sebanyak 126 orang, hal tersebut dikarenakan adanya tenaga kesehatan yang mengundurkan diri saat proses seleksi dam mengundurkan diri karena telah diterima sebagai CPNS
Dilakukan percepatan pelaksanaan seleksi diawal tahun dan pelaksanaan selesi dilakukan beberapa gelombang dalam 1 tahun.
2 Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
ketersediaan obat pada aplikasi ecatalog sering terjadi terjadi kekosongan
koordinasi kepada penyedia sebelum pelaksanaan belanja pada sistem ecatalog
3 Pengendalian, Pengawasan Produk dan Distribusi Kefarmasian dan Pangan
Adanya efisiensi belanja jasa narasumber ; belanja promosi publikasi dan belanja sampling pangan
UPTD Pelatihan Kesehatan
(1) Program Tata Kelola Pemerintahan
1 Pengadaan Sarana Prasarana Kantor pada Unit Pelatihan Kesehatan
Efisiensi harga (sisa kontrak)
2 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor pada Unit Pelatihan Kesehatan
Efisiensi Kegiatan (bebarapa kendaraan dinas sudah diserahkan ke Dinas Kesehatan Prov. Banten)
Perencaaan penganggaran disesuaikan rencana kebutuha pemeliharaan barang
3 Penyediaan Barang dan Jasa Perkantoran pada pada Unit Pelatihan Kesehatan
Belanja prermi asuransi tidak direalisasikan dikarenakan besaran pagu dengan tagihan peserta per bulan tidak sesuai.
Tarif perserta disesuaikan
52
NO KEGIATAN PERMASALAHAN SOLUSI
(1) (2) (8) (9)
4 Rapat Koordinasi Kedalam dan Keluar Daerah pada pada Unit Pelatihan Kesehatan
6 Program Pemberdayaan Sumberdaya Kesehatan dan Kefarmasian
1 Penyelenggaraan Pendidikan dan pelatihan Kesehatan
Tidak terlaksanaya rekruietment tenaga kesehatan khusus tahap ke 2
Pada tahapan perencanaan di TA. 2020 sarasaran dan jadwal akan akan dibuat tepat sasaran fleksibel.
2 Pengkajian Pengembangan dan Pengendalian Mutu Pelatihan Kesehatan
Tidak dilaksanakannya pelatihan akreditasi pelatihan, Quallity asurance & Organizing Commite dikarenakan di seluruh BBPK/Bapelkes tidak menjadwalkan kegiatan tersebut pada Tahun 2019 serta kegiatan evaluasi pelatihan tidak dilaksanakan karena belum adanya pelatihan yang dilaksanakan oleh UPTD Pelatihan Kesehatan sehingga tidak ada penyerapan anggaran
Untuk kegiatan pelatihan akreditasi pelatihan mengirimkan peserta untuk mengikuti magang di BBPK Ciloto
UPTD Laboratorium Kesehatan Daerah
(1) Program Tata Kelola Pemerintahan
1 Pengadaan Sarana Prasarana Kantor pada Balai Laboratorium Kesehatan Daerah
Pelaksanaan kegiatan belum dapat dilaksanakan dengan tepat waktu secara optimal, terdapat pekerjaan yang pemutusan kontrak dikarenakan pelaksanaan kegiatan tidak tepat waktu, terdapat kegiatan yang harganya melebihi harga e katalog
Melakukan reschedule kegiatan, melakukan pemutusan kontrak pekerjaan dan membayarkan sesuai dengan capaian realisasi fisik serta hasil uji mutu lab, dan melakukan rasionalisasi harga merujuk pada harga dipasaran/e catalog
2 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor pada Balai Laboratorium Kesehatan Daerah
Pelaksanaan kegiatan belum dilaksanakan sesuai dengan rencana operasional yang telah disusun
Melakukan re schedule kegiatan dan melakukan upaya percepatan untuk realisasi fisik kegiatan
3 Penyediaan Barang dan Jasa Perkantoran pada Balai Laboratorium Kesehatan Daerah
4 Rapat Koordinasi Kedalam dan Keluar Daerah pada Balai Laboratorium Kesehatan Daerah
Pelaksanaan kegiatan belum dilaksanakan sesuai dengan rencana operasional yang telah disusun, pegawai yang melaksanakan perjadin tidak sesuai dengan perencanaan,tdk semua petugas dapat melaksanakan perjadin sesuai dengan jadwal yang telah dibuat dikarenakan ada tugas lain yang prioritas
Melakukan re schedule kegiatan dan melakukan upaya percepatan untuk realisasi fisik kegiatan, merasionalisasi petugas yang melaksanakan perjadin sesuai ketentuan yang berlaku
53
NO KEGIATAN PERMASALAHAN SOLUSI
(1) (2) (8) (9)
7 Program Peningkatan Pelayanan Laboratorium Kesehatan Daerah
1 Pelayanan Laboratorium Klinik dan Laboratorium Kesehatan Masyarakat
Efisiensi sisa kontrak (terdapat beberapa jenis reagen yang harus import sehingga membutuhkan waktu pengiriman yang lama
Pemesanan reagen dilaksanakan pada TW I
2 Pengendalian Mutu Laboratorium Kesehatan Daerah
Pelaksanaan kegiatan belum dapat dilaksanakan dengan tepat waktu secara optimal
Melakukan reschedule kegiatan
3 Akreditasi Labkesda (DAK)
Pelaksanaan kegiatan belum dapat dilaksanakan dengan tepat waktu dikarenakan pengaturan jadwal kegiatan diatur oleh pusat, dan terdapat kegiatan survey simulasi yang tidak dapat dilaksanakan karena hasil nilai bimtek ke 2 akreditasi lab telah mencukupi. Selanjutnya penyerapan dana untuk transport dan akomodasi sesuai dengan riil cost, dan narasumber yang ditugaskan berasal dari DKI dan Jabar yang tidak memerlukan transportasi pesawat
Melakukan reschedule kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah diatur oleh pusat dan membuat serta menyusun pertanggungjawaban sesuai dengan biaya riil mempedomani pada SSH APBD Provinsi Banten
54
Ff
BAB VI
PENUTUP
Penutup
Demikian uraian Catatan Atas Laporan Keuangan yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan OPD Dinas Kesehatan
Provinsi Banten, disajikan dengan harapan dapat memberikan gambaran lebih rinci
melalui perangkaan pendapatan, belanja maupun pembiayaan pada kurun waktu
satu tahun anggaran. Catatan Atas Laporan Keuangan Daerah merupakan salah
satu media informasi Keuangan Daerah untuk mengukur kinerja OPD Dinas
Kesehatan Provinsi Banten pada tahun anggaran berjalan serta sebagai alat kontrol,
kendali dan pengawasan.