KATA PENGANTAR · KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena...
Transcript of KATA PENGANTAR · KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena...
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat-Nya Laporan Penelitian Hibah Keteknisipilan yang berjudul: “Kajian Pengembangan
Angkutan Wisata di Kota Denpasar” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penelitian ini dilakukan mengingat Kota Denpasar selain sebagai ibukota Provinsi Bali
juga memiliki objek dan daya tarik wisata yang belum terkelola secara baik. Dengan
meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan diperlukan penyediaan angkutan wisata city tour.
Angkutan shuttle bus service city tour pernah diterapkan,di Kota Denpasar namun belum
memberikan hasil yang optimal. Untuk membantu dalam menanggulangi permasalahan
transportasi di Kota Denpasar sebagai daerah tujuan wisata, penelitian ini dilakukan untuk
mengkaji sistem operasional angkutan wisata yang diperuntukkan bagi wisatawan di Kota
Denpasar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis potensi demand dan rute
angkutan wisata yang dapat dikembangkan di Kota Denpasar, menganalisis karakteristik sistem
operasional angkutan wisata serta menganalisis besarnya biaya operasional kendaraan (BOK).
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan penelitian ini.
Denpasar, Oktober 2015
Tim Peneliti
ii
ABSTRAK
Kota Denpasar merupakan ibukota Provinsi Bali yang memiliki beberapa objek dan daya
tarik wisata. Saat ini banyak bus pariwisata yang berukuran besar, melayani wisatawan untuk
mengunjungi objek-objek wisata yang ada di Kota Denpasar sehingga menambah beban lalu
lintas. Dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan diperlukan penyediaan angkutan
wisata city tour. Angkutan shuttle bus service city tour pernah diterapkan,di Kota Denpasar
namun belum memberikan hasil yang optimal. Untuk membantu dalam menanggulangi
permasalahan transportasi di Kota Denpasar sebagai daerah tujuan wisata, penelitian ini
dilakukan untuk mengkaji sistem operasional angkutan wisata yang diperuntukkan bagi
wisatawan di Kota Denpasar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis potensi
demand dan rute angkutan wisata yang dapat dikembangkan di Kota Denpasar, menganalisis
karakteristik sistem operasional angkutan wisata serta menganalisis besarnya biaya operasional
kendaraan (BOK).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan survei lapangan
yaitu penyebaran kuisioner kepada responden serta wawancara langsung kepada pihak-pihak
yang terkait. Analisis yang dilakukan meliputi analisis karakteristik pariwisata di Kota Denpasar,
perencanaan operasional angkutan, serta analisis biaya pengoperasian angkutan wisata.
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh bahwa potensi demand angkutan
wisata di Kota Denpasar terutama adalah wisatawan yang menginap di Denpasar sebanyak
480.124 orang/th atau rata-rata 1.320 orang/hari dengan tingkat pertumbuhan sebesar 6,5% per
tahun. Rute angkutan wisata dibagi atas 3 (tiga) bagian, yaitu shuttle bus yang khusus melayani
di kawasan Sanur, City Tour 1 (CT-2A) melayani pergerakan ke objek wisata di sekitar pusat
Kota Denpasar dan City Tour 2 (CT-2B) melayani pergerakan ke bagian selatan Kota Denpasar
(hutan mangrove dan Pulau Serangan). Shuttle bus di Kawasan Sanur dioperasikan selama 15
jam dari Pk. 09.00 – 21.00 Wita, panjang rute 12,26 km, headway 10 menit, waktu sirkulasi
48,47 menit, jumlah round trip 18 kali, kebutuhan armada 5 unit per sirkulasi. Untuk City Tour,
pelayanan dapat dilakukan sesuai pesanan atau secara reguler. Angkutan wisata City Tour 1 (CT-
2A) dioperasikan selama 9 jam dari Pk. 09.00 – 18.00 Wita, panjang rute 27,90 km, headway 10
menit, waktu sirkulasi 102,46 menit, jumlah round trip 5 kali, kebutuhan armada 10 unit.
Angkutan wisata City Tour 2 (CT-2B) dioperasikan dalam waktu yang sama yaitu 9 jam.
Panjang rute 32,91 km, waktu sirkulasi 120,91 menit, jumlah round trip 4 kali, kebutuhan
armada 12 unit. Nilai BOK untuk bus tingkat sebesar 0,9 miliar per bus per tahun. BOK untuk
shuttle bus di Kawasan Sanur sebesar Rp. 104.202.440,-/armada/th (untuk 10 armada sebesar Rp.
1.042.024.400,- per tahun). BOK untuk City Tour 1 (CT-2A) sebesar Rp. 119.760.890,-
/armada/th. BOK untuk City Tour 2 (CT-2B) sebesar Rp. 117.162.680,-/armada/th.
Kata Kunci : Angkutan wisata, sistem operasional, BOK
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA………………………………………………. 5
2.1 Pariwisata ........................................................................................ 5
2.1.1 Aspek-Aspek Pengembangan Aksesibilitas Pariwisata .... 5
2.1.2 Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata ............................... 6
2.2 Kebijakan Pengembangan Pariwisata Kota Denpasar .................... 6
2.3 Pengertian Angkutan ....................................................................... 7
2.4 Angkutan Wisata ............................................................................. 8
2.5 Fungsi dan Peranan Angkutan ........................................................ 9
2.6 Jenis-Jenis Angkutan ....................................................................... 10
2.7 Angkutan Perkotaan ........................................................................ 10
2.8 Standar Kualitas Angkutan Umum ................................................. 11
2.9 Rute Pelayanan Jasa Angkutan Umum ........................................... 12
2.10 Perhentian Bus ................................................................................ 14
2.10.1 Klasifikasi Perhentian Bus ................................................. 15
2.10.2 Jarak Antara Perhentian Bus .............................................. 16
2.10.3 Lokasi Perhentian Bus ........................................................ 16
2.11 Penjadwalan Bus ............................................................................. 17
2.12 Penentuan Jumlah Kendaraan ......................................................... 18
2.13 Kinerja Angkutan Umum ................................................................ 21
2.14 Biaya Operasional Kendaraan (BOK) ............................................. 24
iv
2.14.1 Komponen-komponen BOK ............................................... 24
2.14.2 Model dan Metode Perhitungan BOK ............................... 26
2.15 Analisis Biaya Operasional Kendaraan (BOK) per Tahun ............. 30
2.15.1 Analisis Biaya Tetap per Tahun ........................................ 30
2.15.2 Analisis Biaya Tidak Tetap (Variabel) per Tahun ............ 33
2.15.3 Analisis Biaya Operasi Kendaraan Total per Tahun ......... 33
2.15.4 Analisis Biaya Operasi Kendaraan per Kilometer .............. 34
2.15.5 Analisis Jumlah Penumpang .............................................. 34
2.16 Sistem Operasional Angkutan Umum ............................................. 35
2.16.1 Perhitungan Waktu Siklus ................................................. 35
2.16.2 Perhitungan Frekuensi (f) .................................................. 36
2.16.3 Perhitungan Headway ........................................................ 36
2.16.4 Perhitungan Kebutuhan Armada ....................................... 36
BAB III METODE PENELITIAN ………………………….……………… 39
3.1 Rancangan Penelitian ...................................................................... 41
3.2 Lokasi Penelitian ............................................................................. 41
3.3 Studi Pendahuluan dan Identifikasi Masalah .................................. 41
3.4 Rumusan Masalah dan Penetapan Tujuan........................................ 41
3.5 Pengumpulan Data .......................................................................... 42
3.6 Analisis Potensi Demand Angkutan Wisata dan Rute Perjalanan .. 42
3.7 Perencanaan Operasional Angkutan Wisata ................................... 43
3.8 Perhitungan Waktu Siklus, Frekwensi, dan Headway .................... 43
3.9 Perhitungan Kebutuhan Armada dan Penjadwalan ......................... 43
3.10 Analisis Biaya Operasi Kendaraan................................................... 44
BAB IV HASIL DAN PEBAHASAN ….………………….……………… 46
4.1 Lokasi Objek Wisata ....................................................................... 46
4.2 Rencana Rute Angkutan Wisata ..................................................... 48
4.3 Rencana Sistem Operasional ........................................................... 57
4.4 Perhitungan Biaya Operasional Kendaraan ................................... 65
v
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ….………………….……….……… 81
5.1 Simpulan ......................................................................................... 82
5.2 Saran ............................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 84
LAMPIRAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ........................................ 85
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Denpasar merupakan Ibukota dari Provinsi Bali dengan luasan mencapai
127,78 meter persegi. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk (Badan Pusat Statistik
Kota Denpasar, 2013) penduduk Kota Denpasar pada tahun 2013 berjumlah 846.200
jiwa yang terdiri dari 432.000 penduduk laki-laki (51,05%) dan 414.200 penduduk
perempuan (48,95%). Kota Denpasar menjadi pusat dari berbagai macam kegiatan,
baik di bidang pendidikan, pemerintahan, perdagangan, maupun pariwisata, dan tidak
dipungkiri hal tersebut akan meningkatkan minat penduduk di luar Kota Denpasar
sendiri maupun penduduk di luar pulau Bali untuk datang sebagai wisatawan maupun
dalam rangka mencari lapangan pekerjaan. Hal tersebut telah menyebabkan
peningkatan jumlah penduduk terutama akibat arus urbanisasi. Peningkatan jumlah
penduduk juga mengakibatkan kian meningkatnya permasalahan transportasi yang
terjadi, dimana ketersediaan sarana dan prasarana transportasi tidak seimbang dengan
kebutuhan akan jasa transportasi yang menyebabkan terjadinya kemacetan.
Selain sebagai Ibukota dari Provinsi Bali, Kota Denpasar yang terdiri dari
empat kecamatan yaitu Denpasar Barat, Denpasar Timur, Denpasar Utara dan
Denpasar Selatan memiliki tempat-tempat wisata yang menarik yang sering
dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun asing seperti Pasar Seni Kumbasari,
Museum Bali, Taman Budaya Art Center, Monumen Bajra Sandhi serta Pantai Sanur.
Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kota Denpasar pada tahun 2013 untuk
wisatawan domestik 258.813 orang dan wisatawan asing sejumlah 184.962 orang
dengan total kunjungan 443.775 orang (Disparda Provinsi Bali, 2014).
Menurut data Direktori Kepariwisataan Denpasar tahun 2014, jumlah biro
perjalanan wisata di Denpasar Selatan sebanyak 94 usaha, Denpasar Timur sebanyak
41 usaha, Denpasar Barat sebanyak 37 usaha, dan jumlah biro perjalanan di Denpasar
2
Utara sebanyak 4 usaha. Dengan banyaknya usaha yang bergerak di bidang
pariwisata, maka banyak pula terjadi pergerakan angkutan wisata yang memiliki
kontribusi terhadap permasalahan transportasi yang ada di Kota Denpasar. Pada saat
ini wisatawan sering memilih untuk menyewa mobil (rentcar) maupun menyewa
motor dikarenakan mudahnya mendapatkan kendaraan sewa, serta lebih efisien dalam
mobilitasnya.
Perkembangan yang terjadi di Kota Denpasar di bidang pariwisata khususnya
cukup pesat. Kegiatan pariwisata yang kian berkembang akan meningkatkan
pendapatan bagi penduduk sekitar maupun pendapatan bagi Kota Denpasar sendiri,
namun dalam sisi lain juga memberikan dampak buruk dengan adanya penambahan
jumlah perjalanan, sehingga sering terjadi kemacetan pada ruas jalan yang terdapat di
dalam Kota Denpasar. Wisatawan dengan mudahnya diberikan fasilitas sewa
kendaraan baik motor maupun mobil serta banyak oknum pribadi yang menawarkan
jasa sebagai supir wisata ilegal, banyak kasus yang terjadi dimana wisatawan asing
dengan mudah menyewa sepeda motor dengan ugal-ugalan tanpa memiliki license
dalam mengemudi.
Penyusunan solusi pemecahan kemacetan di ruas jalan yang ada di Kota
Denpasar adalah merupakan tantangan bagi Pemerintah Daerah, dimana kemacetan
dan pelayanan angkutan umum masih menjadi pembahasan yang hangat
diperbincangkan. Sebagai kota tujuan wisata, Kota Denpasar harus selalu melakukan
perbaikan dan peningkatan fasilitasnya, dimana salah satunya adalah dengan
pengadaan angkutan wisata di Kota Denpasar untuk melayani pergerakan wisatwan
menuju ke objek wisata di Kota Denpasar.
Pada dasarnya sistem prasarana transportasi berperan sebagai alat bantu dalam
dalam mengarahkan pembangunan di daerah perkotaan serta sebagai prasarana
pergerakan manusia atau barang yang timbul akibat adanya kegiatan masyarakat di
daerah perkotaan. Berkembangnya sebuah kota juga akan berdampak dalam
munculnya permasalahan di bidang transportasi. Angkutan umum merupakan bagian
3
terpenting dalam sebuah sistem transportasi perkotaan. Sebagai daerah tujuan
pariwisata, Kota Denpasar hendaknya memberikan keunggulan terhadap fasilitas
angkutan umum dari segi keamanan, kenyamanan, efisiensi biaya, kemudahaan
wisatawan mendapatkan angkutan dan juga informasi mengenai jadwal dan rute yang
akan dilalui.
Saat ini banyak bus pariwisata yang berukuran besar, melayani wisatawan
untuk mengunjungi objek-objek wisata yang ada di Kota Denpasar sehingga
menambah beban lalu lintas. Dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan
diperlukan penyediaan angkutan wisata city tour. Angkutan shuttle bus service city
tour pernah diterapkan,di Kota Denpasar namun belum memberikan hasil yang
optimal. Kelemahannya antara lain pada sistem operasional seperti rute yang belum
optimal. Shuttle bus service Denpasar city tour hanya digunakan pada saat
berlangsungnya acara pesta kesenian Bali dan pada hari-hari tertentu saja.
Untuk membantu dalam menanggulangi permasalahan transportasi di Kota
Denpasar sebagai daerah tujuan wisata, penelitian ini dilakukan untuk mengkaji ulang
sistem operasional angkutan wisata yang diperuntukkan bagi wisatawan di Kota
Denpasar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang tertuang pada latar belakang, maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah potensi demand dan rute angkutan wisata yang dapat
dikembangkan di Kota Denpasar?
2. Bagaimanakah sistem operasional angkutan wisata yang dapat diterapkan
di Kota Denpasar ?
3. Berapakah besarnya biaya operasional kendaraan (BOK) untuk
pengoperasian angkutan wisata di Kota Denpasar ?
4
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis potensi demand dan rute angkutan wisata yang dapat
dikembangkan di Kota Denpasar.
2. Untuk menganalisis karakteristik sistem operasional angkutan wisata yang
dapat diterapkan di Kota Denpasar.
3. Untuk menganalisis besarnya biaya operasional kendaraan (BOK) untuk
pengoperasian angkutan wisata di Kota Denpasar.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pariwisata
Menurut Undang Undang No. 10/2009 tentang Kepariwisataan, yang
dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung
oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha,
Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Dalam Undang-undang No.10 Tahun 2009
Tentang Kepariwisataan juga dijelaskan bahwa kawasan geografis yang berada dalam
satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata,
fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait
dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Kawasan pariwisata adalah kawasan
strategis pariwisata yang berada dalam geografis satu atau lebih wilayah administrasi
desa/ kelurahan yang di dalamnya terdapat potensi daya tarik wisata, aksesibilitas
yang tinggi, ketersediaan fasilitas umum dan fasilitas pariwisata serta aktivitas sosial
budaya masyarakat yang saling mendukung dalam perwujudan kepariwisataan (Perda
Kota Denpasar, No 27 Tahun 2011).
2.1.1 Aspek-Aspek Pengembangan Aksesibilitas Pariwisata
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 2011 terdapat dua pasal yang
mengatur pengembangan pengembangan aksesibilitas pariwisata yaitu :
1) Pembangunan Aksesibilitas Pariwisata, meliputi:
a. Penyediaan dan pengembangan sarana transportasi angkutan jalan, sungai,
danau dan penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan angkutan
kereta api.
b. Penyediaan dan pengembangan prasarana transportasi angkutan jalan, sungai,
danau dan penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan angkutan
kereta api.
6
c. Penyediaan dan pengembangan sistem transportasi angkutan jalan, sungai,
danau dan penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan angkutan
kereta api.
2) Pembangunan Aksesibilitas Pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dimaksudkan untuk mendukung pengembangan Kepariwisataan dan pergerakan
wisatawan menuju destinasi dan pergerakan wisatawan.
2.1.2 Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata
Pengertian objek wisata menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 24/1979 adalah perwujudan dari pada ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya,
serta sejarah bangsa atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik wisata bagi
wisatawan untuk dikunjungi, sedangkan daya tarik atau atraksi wisata adalah semua
yang diciptakan manusia berupa penyajian kebudayaan tari-tarian, kesenian rakyat,
upacara adat, dan lain-lain.
Dalam mengembangkan objek wisata, pemerintah melakukan berbagai usaha
perbaikan di bidang prasarana dengan membangun dan mengadakan rehabilitasi
terhadap akses jalan menuju daerah tujuan wisata. Misalnya penataan kawasan
geografis yang berada di wilayah Sanur atau Pulau Serangan guna menarik
kunjungan wisatawan. Objek wisata maupun daya tarik wisata adalah dua hal yang
paling mendasar dalam pengembangan di bidang pariwisata.
2.2 Kebijakan Pengembangan Pariwisata Kota Denpasar
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar tahun 2011-2031
yang tercantum pada Peraturan Daerah Kota Denpasar No 27 Tahun 2011,
pengembangan kota berbasis pariwisata berjati diri budaya Bali merupakan salah satu
kebijakan pengembangan yang akan dilakukan Pemerintah kota Denpasar. Dengan
mengembangkan pusat-pusat pelayanan secara berhirarkhi melalui pengembangan
pusat pelayanan di wilayah kota sebagai kota inti Kawasan Perkotaan Sarbagita yang
didukung oleh kawasan disekitarnya sebagai kawasan pariwisata serta kawasan
7
pemukiman. Memantapkan keterpaduan sistem jaringan jalan nasional, jalan provinsi
dan sistem jaringan jalan kota. Adapun kawasan peruntukan pariwisata menurut
Perda Kota Denpasar, No 27 Tahun 2011, terdiri atas :
a. Kawasan pariwisata
b. Akomodasi pariwisata dan fasilitas penunjang pariwisata
c. Daya tarik wisata
2.3 Pengertian Angkutan
Angkutan (transport) pada dasarnya adalah sarana untuk memindahkan orang
atau barang dari satu tempat (asal) ke tempat lain (tujuan) dengan tujuan membantu
orang atau sekelompok orang untuk menjangkau berbagai tempat yang dikehendaki,
atau mengirim barang dari tempat asalnya menuju tempat tujuannya (Warpani, 2002).
Angkutan merupakan bagian dari 3 (tiga) sub sistem dari sistem transportasi
makro yang saling berkaitan, yaitu sistem jaringan (sarana dan prasarana
transportasi), Sistem kegiatan/ tata guna lahan dan sistem pergerakan (lalu lintas).
Lalu-lintas dan angkutan adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan. Keduanya akan
muncul serentak, kehadiran yang satu adalah akibat kehadiran yang lain. Apabila kita
meyoroti perangkutan, lalu-lintas akan terkena imbas panasnya, demikian pula
sebaliknya. Sistem transportasi makro selengkapnya terlihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Sistem Transportasi Makro
Sumber : Tamin, 2000
Sistem Kegiatan Sistem Jaringan
Sistem Pergerakan
Sistem Kelembagaan
8
2.4 Angkutan Wisata
UU No.22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan menjelaskan
salah satu tujuan diselenggarakannya lalu lintas dan angkutan jalan, yaitu untuk
mewujudkan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib,
lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian
nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan
bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa. Angkutan wisata
merupakan angkutan umum yang bertujuan khusus untuk mengangkut wisatawan
tidak dalam trayek.
Pelayanan angkutan pariwisata diselenggarakan dengan ciri-ciri sebagai
berikut (Kepmen No. 35, Tahun 2003):
a. Mengangkut wisatawan atau rombongan
b. Pelayanan angkutan dari dan ke daerah tujuan wisata atau tempat lainnya
c. Dilayani dengan bus
d. Tidak masuk terminal
Adapun penggunaan mobil bus yang dioperasikan harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut (Kepmen No. 35, Tahun 2003):
a. Dilengkapi label dan sticker yang bertuliskan “PARIWISATA” yang
dilekatkan secara permanen pada kaca depan kiri dan kaca belakang kanan
mobil bus
b. Dilengkapi logo perusahaan, nama perusahaan dan nomor urut kendaraan
yang dilekatkan secara permanen pada dinding kiri dan kanan mobil bus
c. Dilengkapi tulisan ”ANGKUTAN PARIWISATA” yang dilekatkan secara
permanen pada dinding kiri dan kanan mobil bus
9
2.5 Fungsi dan Peranan Angkutan
Angkutan mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam
mendukung, mendorong dan menunjang segala aspek kehidupan dan penghidupan,
baik di bidang ekonomi, sosial - budaya, politik maupun pertahanan dan keamanan
Negara. Sistem perangkutan harus ditata dan terus menerus disempurnakan untuk
menjamin mobilitas orang maupun barang dalam rangka menjamin kesejahteraan
masyarakat. Disamping itu, dalam upaya menunjang pengembangan wilayah dan
memeratakan hasil-hasil pembangunan, perangkutan dapat berperan sebagai
penunjang (pelayanan), pemacu (pendorong) sekaligus pemicu (penggerak)
perkembangan.
Angkutan menyandang peran sebagai penunjang dan pemacu bila angkutan
dipandang dari sisi melayani dan meningkatkan pembangunan. Selain itu angkutan
juga melayani dan mendorong berbagai kebutuhan lain, disini angkutan menyandang
unsur produksi karena keberadaan angkutan memang dibutuhkan.
Mengingat angkutan menguasai hajat hidup orang banyak serta sangat penting
bagi seluruh masyarakat, maka pembangunan dan pengembangan sarana dan
prasarana perangkutan perlu ditata dan dikembangkan dalam satu sistem terpadu yang
meliputi angkutan darat, angkutan laut dan angkutan udara.
Masalah utama dalam pengelolaan angkutan adalah mempertemukan sediaan
pelayanan dengan volume permintaan. Ada beberapa pilihan yang lazim ditempuh
(Warpani, 2002), yaitu:
a) Memperbesar kapasitas pelayanan dengan menambah armada.
b) Menawarkan pilihan moda, yang bisa berarti pilihan lintasan.
c) Mengatur pembagian waktu perjalanan.
d) Mengurangi permintaan melalui kebijakan yang dituangkan dalam peraturan
perundang-undangan.
10
2.6 Jenis-Jenis Angkutan
Pada dasarnya ada tiga jenis angkutan yaitu angkutan darat, angkutan laut,
angkutan udara. Angkutan laut misalnya kapal dan perahu yang wilayah
pelayanannya antar kota dan antar provinsi serta antar negara. Angkutan udara hanya
dilakukan dengan pesawat terbang yang wilayah pelayanannya antar kota, provinsi
maupun antar Negara. Angkutan darat misalnya dilakukan dengan kendaraan
bermotor, kereta api, dan gerobak. Angkutan darat terdiri atas berbagai angkutan
(Warpani, 2002), seperti :
1. Angkutan Pribadi (Non Umum) adalah Angkutan yang dilakukan oleh pemilik
sarana angkutan itu sendiri berdasarkan atas pemenuhan kebutuhan dan tidak
memiliki pola lintasan yang tetap dalam artian bebas menentukan lintasan sendiri
sejauh tidak melanggar ketentuan peraturan lalu lintas.
2. Angkutan Umum penumpang adalah Angkutan yang disediakan bagi masyarakat
pengguna jasa angkutan dan dilakukan dengan sistem sewa atau bayar. Angkutan
ini merupakan pelayanan dengan lintasan tetap yang dapat dipolakan secara tegas.
Contoh : Bus, Mini bus, mikrobus dan sebagainya.
2.7 Angkutan Perkotaan
Angkutan perkotaan membentuk jaringan pelayanan antar kota yang berada
dalam daerah kota raya, sedangkan angkutan kota adalah angkutan dalam wilayah
administrasi kota. Beberapa jenis angkutan kota, adalah:
1. Angkutan umum massal
Angkutan umum massal kota di Indonesia pada umumnya dilayani dengan bus
sedang dan kecil, sedangkan bus besar melayani angkutan antar kota antar
propinsi. Perluasan daerah perkotaan serta meningkatnya mobilitas penduduk
membuka peluang usaha pelayanan angkutan umum massal.
Angkutan umum massal dengan bus mempunyai beberapa keuntungan antara lain:
- Mengurangi beroperasinya kendaraan pribadi di jalan.
11
- Dapat melayani penumpang cukup dekat ke asal dan tujuan perjalanan.
- Mudah menambah dan mengurangi kapasitas sediaan layanan.
- Mudah menambah atau mengurangi atau mengubah lintas pelayanan untuk
memenuhi permintaan.
2. Paratransit
Paratransit adalah layanan angkutan umum dari pintu ke pintu dengan kendaraan
penumpang berkapasitas 5-12 orang, meskipun tujuan setiap penumpang berbeda-
beda. Paratransit tidak memiliki trayek dan atau jadwal tetap, dapat dimanfaatkan
oleh setiap orang berdasarkan ketentuan tertentu (misalnya tarif, rute dan pola
pelayanan), dan dapat disesuaikan dengan keinginan penumpang, contoh: taksi.
2.8 Standar Kualitas Angkutan Umum
Parameter yang menentukan kualitas pelayanan angkutan umum mengacu
pada Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Umum di Wilayah Perkotaan
Dalam Trayek Tetap dan Teratur, Direktorat Jendral Perhubungan Darat, Departemen
Perhubungan tahun 1996. Pada pedoman tersebut berisikan tentang beberapa aspek
terukur seperti waktu tunggu, jarak perjalanan, perpindahan moda, waktu perjalanan,
headway dan kecepatan pada ruas jalan selengkapnya terlihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Standar Kualitas Pelayanan Angkutan Umum
NO ASPEK PARAMETER STANDAR
1. Waktu Tunggu Jumlah waktu tunggu penumpang menunggu
angkutan di pemberhetian (menit)
- Rata-rata
- Makismum
5 – 10
10 – 20
2. Jarak Perjalanan
Menuju Rute
Angkutan Kota
Jarak perjalanan menuju rute angkutan kota
(meter)
- Di pusat kota
- Di pinggiran kota
300 - 500
500 – 1000
3. Pergantian Rute
dan Moda
Perjalanan
Frekwensi penumpang yang berganti moda dalam
perjalanan dari / ke tempat tujuan (kali)
- Rata-rata
- Maksimum
0 – 1
2
12
4. Waktu Perjalanan Jumlah waktu yang diperlukan dalam perjalanan
setiap hari dari / ke tempat tujuan (jam)
- Rata-rata
- Maksimum
1,0 – 1,5
2 – 3
5. Headway Waktu antara kendaraan (menit)
- Headway ideal
- Headway puncak
5 – 10
2 – 3
6. Kecepatan Berdasarkan kelas jalan (km/jam)
- Kelas II
- Kelas III A
- Kelas III B
- Kelas III C
Berdasarkan jenis trayek (km/jam)
- Cabang
- Ranting
30
20 – 40
20
10 – 20
20
10
Sumber: Departemen Perhubungan, 1996
2.9 Rute Pelayanan Jasa Angkutan Umum
Secara umum, dalam merencanakan suatu rute untuk angkutan umum
ditentukan berdasarkan moda transportasi (bus memiliki rute yang tetap). Pemilihan
rute tergantung pada alternatif terpendek, tercepat, dan termurah, dan juga
diasumsikan bahwa pemakai jalan mempunyai informasi yang cukup (misalnya
tentang kemacetan jalan) sehingga mereka dapat menentukan rute yang terbaik.
Dalam merencanakan suatu rute meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut (Santoso,
1996):
1. Identifikasi Daerah Pelayanan
Dalam melakukan identifikasi daerah pelayanan, faktor utama yang harus
diperhatikan adalah potensi travel demand. Hal ini perlu dilakukan mengingat
pada dasarnya suatu rute angkutan umum diadakan dalam usaha mengantisipasi
kebutuhan akan mobilitas masyarakat (travel demand). Dalam melakukan
identifikasi travel demand ini perlu diperhatikan pertama-tama adalah karakteristik
tata guna tanah dan juga interaksi ruang (spatial interaction) yang terjadi pada
daerah yang ditinjau.
Daerah pelayanan sebaiknya bermula di daerah pinggiran kota di mana
terkonsentrasi daerah pemukiman dan berakhir ataupun melewati daerah pusat
13
kota yang terdiri dari daerah perkantoran ataupun pertokoan. Hasil dari tahapan ini
adalah diprolehnya beberapa alternatif daerah pelayanan rute.
2. Analisis Kondisi Prasarana Jaringan Jalan
Tujuan dari tahapan ini adalah untuk mengetahui secara rinci kondisi dan
karakteristik prasarana jaringan jalan dari masing-masing alternatif daerah
pelayanan yang dihasilkan pada tahapan sebelumnya. Kondisi dan karakteristik
prasarana jaringan jalan perlu diketahui secara rinci, mengingat bahwa rute
angkutan umum yang akan direncanakan akan mengikuti prasarana jaringan jalan
yang ada.
3. Analisis Potensi Travel Demand
Analisis potensi travel demand dilakukan untuk mengetahui atau mengestimasi
secara kasar besarnya potensi dari pergerakan yang dihasilkan dari masing-masing
alternatif daerah pelayanan. Daerah pelayanan yang telah teridentifikasi sebaiknya
dibagi-bagi menjadi beberapa sub daerah atau zona. Selanjutnya potensi travel
demand untuk masing-masing zona dapat diperkirakan dengan mengalikan luasan
tata guna tanah untuk setiap jenis tata guna tanah dengan besaran trip rate-nya.
Dengan demikian akan diketahui secara kasar besarnya trip yang akan
terbangkitkan (trip generation).
4. Penentuan Koridor Daerah Pelayanan
Pada dasarnya tahap ini adalah usaha memilih alternatif daerah pelayanan yang
terbaik, yang akan dijadikan sebagai koridor daerah pelayanan definitif. Dalam
melakukan evaluasi penentuan koridor daerah pelayanan definitif ini ada beberapa
kriteria dasar yang digunakan:
- Besarnya potensi demand.
- Luas daerah pelayanan.
- Kondisi, struktur dan konfigurasi prasarana lain yang tersedia.
14
5. Identifikasi Lintasan Rute
Data dasar yang diperlukan dalam identifikasi lintasan rute adalah berupa peta
lengkap dari koridor daerah pelayanan yang telah terpillih sebelumnya. Dalam hal
ini hendaknya peta yang dimaksud mencakup informasi yang berkaitan dengan
kondisi, struktur dan konfigurasi prasarana jaringan jalan, kondisi dan karakteristik
tata guna tanah, jika mungkin, kondisi rute lain yang ada pada koridor yang
ditinjau. Hasil akhir yang diperoleh dari tahapan ini adalah beberapa (dua sampai
empat) alternatif lintasan rute, dimana semuanya masih dalam koridor daerah
pelayanan.
6. Analisis dan Penentuan Rute terpilih
Dalam analisis rinci yang dilakukan terhadap masing-masing alternatif lintasan
rute, hal-hal yang mendapat perhatian utama adalah potensi demand dan kondisi
serta karakteristik lalu lintas, baik pada ruas maupun pada persimpangan.
2.10 Perhentian Bus
Perhentian bus merupakan lokasi dimana bus dapat berhenti untuk menaikkan
dan menurunkan penumpang, serta lokasi dimana penumpang dapat naik dan turun
dari bus sesuai dengan kehendak penumpang serta sistem operasional dari bus
sendiri. Perhentian bus merupakan titik-titik sepanjang lintasan rute yang secara fisik
dilengkapi dengan prasarana berupa shelter dan rambu lalu lintas, sehingga dapat
memudahlan penumpang untuk naik dan turun dari bus.
Suatu lintasan rute biasanya dilengkapi dengan sekumpulan titik perhentian
dimana bus dapat berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Tetapi
meskipun suatu lintasan telah dilengkapi dengan sekumpulan titik perhentian, belum
tentu secara operasional bus akan selalu berhenti di titik-titik perhentian tersebut,
karena semua itu sangat tergantung pada kebijakan operasional dari pengelola.
Kebijakan operasional bus yang berkaitan dengan masalah kapan seharusnya bus
berhenti biasanya tergantung pada dua faktor utama yaitu (Santoso, 1996) :
15
1. Level of travel demand adalah banyaknya pergerakan penumpang yang perlu
diantisipasi oleh operasionalisasi bus pada lintasan rutenya.
2. Jarak berjalan kaki yang masih bisa ditolelir.
Jarak berjalan kaki adalah jarak dari tempat calon penumpang ke perhentian bus.
Sedangkan jarak yang masih dapat ditolelir adalah jarak yang masih dianggap
nyaman bagi calon penumpang untuk berjalan dimana dia tinggal ke perhentian
bus terdekat.
2.10.1 Klasifikasi Perhentian Bus
Secara umum perhentian bus dapat dikelompokkan menjadi empat kategori
(Santoso, 1996):
1. Perhentian bus di ujung rute atau terminal, dimana bus harus mengakhiri
perjalanannya ataupun memutar untuk memulai perjalanannya lagi. Pada lokasi
perhentian ini penumpang harus mengakhiri perjalanannya atau penumpang dapat
mengawali perjalanannya.
2. Perhentian bus yang terletak disepanjang lintasan rute, perhentian ini harus
disediakan dengan jarak dan jumlah yang memadai, agar penumpang dimudahkan
untuk akses dan juga agar kecepatan bus dapat dijaga pada batas yang wajar.
3. Perhentian bus pada titik dimana dua atau lebih lintasan rute bertemu. Pada
perhentian ini penumpang dapat bertukar bus (transfer) dengan lintasan rute
lainnya. Untuk beberapa kasus tertentu, bus diatur jadwalnya agar pada saat
mencapai titik transfer ini pada waktu yang bersamaan, sehingga penumpang yang
ingin transfer tidak perlu menunggu.
4. Perhentian bus pada intermoda terminal, dimana penumpang dapat bertukar moda.
Pada perhentian jenis ini pengaturan dan perencanaan yang baik sangatlah
dibutuhkan agar intermodality dapat terjadi secara efisien dan efektif.
16
2.10.2 Jarak Antar Perhentian Bus
Jarak antar perhentian bus pada suatu lintasan rute tertentu sangat penting
ditinjau dari dua sudut pandang kepentingan, yaitu sudut pandang penumpang dan
sudut pandang operator. Dari sudut pandang penumpang, jarak antar perhentian
berpengaruh pada jarak tempuh rata-rata dari dan ke perhentian. Sedangkan dari
sudut pandang operator jarak antar perhentian berpengaruh pada kecepatan rata-rata
bus. Jika jarak antar perhentian bus dibuat cukup panjang, maka ditinjau dari sudut
pandang penumpang, hal ini berarti (Santoso, 1996):
- Kecepatan bus menjadi relatif tinggi, karena bus tidak terlalu sering berhenti,
sehingga waktu tempuh menjadi pendek.
- Bus menjadi lebih nyaman, karena akselerasi dan decelerasi menjadi jarang.
Sedangkan ditinjau dari sudut pandang operator, maka:
- Jumlah armada yang dioperasikan menjadi lebih sedikit, karena kecepatan rata-
rata yang tinggi
- Pemakaian bahan bakar minyak akan lebih hemat.
- Biaya perawatan menjadi berkurang.
2.10.3 Lokasi Perhentian Bus
Kriteria yang sering digunakan dalam menentukan lokasi perhentian bus
terdiri dari empat kelompok, yaitu (Santoso, 1996):
1. Safety, meliputi:
a. Jarak pandang calon penumpang.
b. Keamanan penumpang pada saat turun dan naik bus.
c. Jarak pandang dari kendaraan lain.
d. Gangguan terhadap kendaraan lain pada saat berhenti dan akan berangkat dari
perhentian.
e. Mempunyai jarak yang cukup dengan penyebrangan anak sekolah.
2. Traffic, meliputi:
17
a. Gangguan terhadap lalu lintas lain pada saat bus berhenti.
b. Gangguan terhadap lalu lintas lain pada saat bus masuk dan keluar dari lokasi
perhentian.
3. Efisiensi, meliputi:
a. Jumlah orang yang dapat terangkut bus cukup banyak.
b. Dimungkinnya penumpang untuk transfer ke lintasan rute lainnya.
4. Public Relation, meliputi:
a. Tersedianya informasi yang berkaitan dengan jadwal.
b. Tersedianya tempat sampah yang memadai.
c. Tidak menyebabkan gangguan kebisingan bagi lingkungan sekitar.
2.11 Penjadwalan Bus
Penjadwalan bus adalah pekerjaan untuk memastikan bahwa bus-bus yang
akan dioperasikan dibuat dengan cara paling efisien. Persyaratan penjadwalan bus
yang baik harus memperhatikan (Departemen Perhubungan, 1996):
a. Clock-face headway yaitu waktu kedatangan kendaraan pertama dengan
kendaraan berikutnya dalam satu lintasan yang sama.
b. Pengaturan waktu kedatangan baik dalam satu trayek maupun kombinasi
beberapa trayek yang melayani bagian wilayah atau rute yang sama.
c. Penggunaan periode waktu yang standard, artinya jadwal kedatangan dan
keberangkatan untuk tiap pelayanan angkutan putaran waktunya mudah diingat
dengan cara menggunakan angka standard, misalnya tiap 10 menit; 07.00, 07.10,
dan seterusnya.
Dua hal yang harus dipertimbangkan di dalam penjadwalan bus, yaitu
(Departemen Perhubungan, 1996):
a. Waktu Perjalanan (Running Time)
Terdapat dua jenis running time di dalam pengoperasian bus, yakni:
1. Service running time yaitu waktu berjalan bus dalam pelayanan.
18
Service running time didapatkan dari survai waktu perjalanan. Pada umumnya
service running time dibuat standard untuk satu hari, namun pada kota-kota
dimana perbedaan waktu perjalanan antara jam sibuk dan tidak sibuk terlalu
mencolok, maka runnning time yang berbeda untuk periode waktu harus
dipakai dasar penjadwalan.
2. Dead running time, yaitu waktu berjalan bus tidak dalam pelayanan.
Dead running time antar terminal biasanya lebih rendah dari service running
time, karena kendaraan akan melaju lebih cepat.
b. Lay Over Time
Lay over time adalah waktu yang mesti ditambahkan pada akhir perjalanan bus,
pada bagian tengah perjalanan untuk trayek yang panjang, yang diperuntukkan
bagi pengaturan operasional dan memberikan kepada awak kendaraan untuk
beristirahat.
2.12 Penentuan Jumlah Kendaraan
Dalam menentukan jumlah kendaraan yang akan melayani suatu trayek
tertentu dapat didekati dengan beberapa cara. Jika kebutuhan pengangkutan yang ada
atau permintaan aktualnya sudah diketahui, kemudian disediakan sejumlah kendaraan
untuk melayani trayek tersebut sesuai dengan jumlah kebutuhannya, maka kondisi ini
mendekati permintaan pasar (Market Leads Approach). Jika konidisi diatur sesuai
kriteria atau kinerja pelayanan trayek sebagai acuan alokasi kendaraan pada suatu
trayek tertentu, kondisi ini mendekati penentuan jumlah kendaraan tersebut dengan
pendekatan produksi (Production Leads approach). Jika semata-mata
mempertimbangkan rencana tata ruang wilayah dan trayek yang akan dilayani
diperuntukkan untuk mendukung dan mendorong pengembangan wilayah tersebut
pendekatannya mengacu dengan pendekatan arahan perencanaan (Planning
Objectives).
19
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor: 41 Tahun 1993 tentang Angkutan
Jalan pada pasal 28 ayat (1) menyatakan bahwa “Pembukaan trayek baru dilakukan
dengan ketentuan-ketentuan :
a. Adanya permintaan angkutan yang potensial, dengan perkiraan faktor muatan di
atas 70 % (tujuh puluh persen), kecuali angkutan perintis.
b. Tersedianya fasilitas terminal yang sesuai.
Berpedoman kepada ketentuan tersebut, apabila mempunyai matriks asal
tujuan perjalanan setelah dipisahkan menurut alat angkutnya (angkutan umum),
penentuan jumlah kendaraan yang akan dioperasikan untuk trayek baru dapat
digunakan pedoman langkah-langkah berikut (Departemen Perhubungan, 2002):
1. Siapkan matriks asal tujuan penumpang angkutan umum.
2. Identifikasi zona-zona potensial (yang pergerakan antar zonanya besar) serta
belum dilayani angkutan umum secara langsung (JPl = jumlah penumpang untuk
trayek langsung).
3. Identifikasi potensi angkutan pada zona-zona lainnya yang akan dilalui trayek
tersebut jika pelayanan yang direncanakan bukan trayek langsung tetapi reguler.
4. Jumlahkan permintaan angkutan pada rencana trayek yang akan dilalui tersebut
(JPr = jumlah penumpang untuk trayek reguler).
5. Tentukan jenis dan kapasitas kendaraan yang direncanakan akan melayani trayek
tersebut (K = kapasitas).
Kapasitas tiap jenis angkutan umum dapat dilihat pada Tabel 2.2.
20
Tabel 2.2 Kapasitas Kendaraan
Jenis Angkutan
Kapasitas Kendaraan Kapasitas
penumpang perhari/
Kendaraan Duduk Berdiri Total
Mobil penumpang umum 8 - 8 250 – 300
Bus kecil 19 - 19 300 – 400
Bus sedang 20 10 30 500 – 600
Bus besar lantai tunggal 49 30 79 1000 - 1200
Bus besar lantai ganda 85 35 120 1500 – 1800
Sumber: Departemen Perhubungan, 2002
6. Ukur waktu tempuh dari awal sampai ke akhir trayek beserta waktu berhenti di
persinggahan sepanjang lintasan (running time), serta tambahkan waktu singgah
(stand time) yang direncanakan di terminal (WT = waktu tempuh).
7. Tentukan jam operasi per hari (JO = lama operasi per hari).
8. Ukur panjang lintasan trayek (PT = panjang trayek).
9. Taksir rata-rata panjang perjalanan penumpang yang diperkirakan akan
menggunakan trayek tersebut (TL = trip length), dengan rumus:
ij
ijij
JP
JPPTTL .................................................................... 2.1
Keterangan:
TL = Rata-rata panjang perjalanan penumpang (trip length) dalam km
PTij = Panjang trayek dari zona i ke zona j dalam km.
JPij = Jumlah penumpang dari zona i ke zona j.
10. Hitung jumlah kendaraan untuk trayek yang direncanakan dengan rumus sebagai
berikut:
c x (PT/TL) x (JO/WT) x 70%K x
JPJK .............................. 2.2
21
Keterangan:
JK = Jumlah kendaraan yang dibutuhkan.
JP = Jumlah penumpang.
K = Kapasitas kendaraan.
70% = Faktor muatan.
JO = Lama operasi per hari.
WT = Waktu tempuh.
PT = Panjang trayek.
TL = Panjang perjalanan.
C = Faktor koreksi untuk ketepatan data asal tujuan perjalanan (50%) adalah
judgement dari perencana angkutan.
2.13 Kinerja Angkutan Umum
Pelayanan angkutan umum lazimnya mengoperasikan bus pada rute yang
tetap antara dua terminal. Bus-bus sering berhenti pada rute menaikkan dan
menurunkan penumpang. Di banyak Negara pelayanan demikian dioperasikan
menurut jadwal perjalanan yang disiapkan sebelumnya. Para operator harus berusaha
setiap hari untuk memastikan bahwa tiap perjalanan bus yang dioperasikan selalu
dalam jadwal, atau paling tidak sedapat mungkin mendekati waktu yang tepat.
Kebutuhan akan angkutan yang meningkat tanpa dibarengi pembangunan
prasarana yang terencana mengakibatkan beban jalan arteri dan kolektor menjadi
semakin tak tertampung. Jarak yang semakin jauh dari tempat kerja semula,
mendorong penggunaan kendaraan semakin meningkat. Dampak terhadap kebutuhan
akan angkutan tercermin dari peningkatan jumlah kendaraan bermotor, terutama
sepeda motor yaitu jenis kendaraan yang sesuai untuk keperluan sehari-hari dan
terjangkau oleh penghasilan masyarakat menengah (bawah maupun atas).
22
Persoalan pelayanan angkutan umum penumpang dikota-kota di Indonesia
pada masa kini adalah mutu dan keandalan pelayanan yang belum memadai.
Beberapa indikator kinerja angkutan umum penumpang (Warpani, 2002), adalah:
a) Tarif
Tarif adalah biaya yang dibayarkan oleh pengguna jasa angkutan umum persatuan
berat atau penumpang per km. Penetapan tarif dimaksudkan untuk mendorong
terciptanya penggunaan sarana dan prasarana perangkutan secara optimum dengan
mempertimbangkan lintas yang bersangkutan. Guna melindungi konsumen,
pemerintah menetapkan batas tarif maximum, dan bila dianggap perlu untuk
menjaga persaingan sehat, pemerintah juga menetapkan tarif minimum, sementara
itu tarif harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga masih memberi keuntungan
wajar kepada pengusaha angkutan umum.
b) Kapasitas kendaraan
Penumpang lebih senang faktor muatan atau kapasitas angkutan yang rendah, yang
dapat diartikan bahwa selalu tersedia tempat duduk bagi mereka, dan
perjalanannya lebih nyaman pada tingkat muatan yang rendah. Selama waktu
sibuk pagi hari sering terjadi faktor muatan angkutan umum sangat tinggi. Pada
tingkat muatan (dinamis) yang melebihi 90% pada jam sibuk pagi memberi
peringatan bahwa pertumbuhan permintaan yang akan terjadi akan melampaui
kapasitas yang tersedia untuk trayek tersebut. Oleh karena itu trayek-trayek yang
faktor muatannya kurang dari 90% pada jam sibuk pagi dari sudut pandang
penumpang bukan merupakan trayek yang mempunyai masalah.
c) Fasilitas
Asuransi, khususnya asuransi kecelakaan, secara keseluruhan merupakan beban
biaya yang tidak sedikit. Asuransi ini menyangkut santunan kepada penumpang
yang meninggal atau cedera, asuransi kendaraan dan asuransi harta lain milik
perusahaan. Dari tahun ke tahun korban kecelakaan dijalan raya ternyata jauh
23
lebih besar dari pada dilaut maupun diudara. Hal ini membuktikan bahwa tingkat
kehati-hatian dan disiplin dijalan masih sangat rendah.
d) Waktu perjalanan
Waktu yang diperlukan untuk menjalani setiap ruas trayek. Untuk perjalanan
keluar terminal yang bermula di terminal bus atau daerah terminal maka titik
berangkat dalam terminal bus harus diberlakukan sebagai simpul dan ruas pertama
pada trayek tersebut adalah dari titk tersebut sampai dicapai jaringan jalan, untuk
perjalanan yang masuk terminal bus maka ruas terakhir dari trayek itu adalah
sedari pintu masuk terminal bus/daerah terminal sampai ke titik para penumpang
turun kendaraan di terminal bus.
e) Frekuensi
Frekuensi mempengaruhi waktu tunggu rata-rata. Penumpang mengharapkan
frekuensi pelayanan yang tinggi hingga waktu menunggunya rendah terutama
kebutuhan akan jasa angkutan memuncak. Untuk pelayanan dalam kota dianjurkan
frekuensi pada jam sibuk sebaiknya 12 kendaraan per jam atau headway rata-rata 5
menit. Dengan demikian, jika pelayanan suatu tryek sebanyak 12 kendaraan atau
lebih pada jam sibuk, maka pelayanan trayek tersebut dikatakan tidak ada masalah
dilihat dari frekuensinya.
f) Tingkat perpindahan
Dari segi penumpang, pelayanan angkutan umum dikatakan baik jika suatu trayek
melayani secara langsung penumpang tersebut dari asal ke tujuan perjalanannya
tanpa adanya perpindahan antar moda angkutan maupun antar pelayanan trayek.
Jika mereka harus berpindah, maka keseluruhan waktu perjalanannya akan makin
lama dan mereka pun harus mengeluarkan uang lebih banyak.
g) Umur rata-rata kendaraan.
Kendaraaan baru memberikan beberapa keuntungan potensial kepada penumpang
dibanding kendaraan tua, oleh karena kendaraan baru memungkinkan untuk
memberikan pelayanan lebih nyaman, lebih dapat diandalkan, dan lebih aman.
24
Namun, manfaat nyata dari kendaraan baru tersebut akan tergantung kepada
beberapa faktor, seperti desain dan komponennya, kualitas pemeliharaan,
kebiasaan pengemudi, dan sebagainya.
2.14 Biaya Operasional Kendaraan (BOK)
Biaya operasi kendaraan adalah semua biaya yang harus dikeluarkan oleh
operator sehubungan kepemilikan dan pengoperasian kendaraan untuk tujuan
komersial dan pribadi yang terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya
operasi kendaraan dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya kondisi fisik jalan,
geometrik, tipe perkerasan, kecepatan operasi, dan berbagai jenis kendaraan.Variabel
penting yang mempengaruhi hasil perhitungan biaya operasi kendaraan adalah biaya
langsung, biaya tidak langsung, biaya overhead, biaya tak terduga dan keuntungan
pemilik kendaraan.
2.14.1 Komponen-komponen BOK
Biaya pokok adalah besaran biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
angkutan untuk penyediaan jasa angkutan yang dihitung berdasarkan biaya penuh
(full cost). Komponen biaya operasi kendaraan biasanya dibagi menjadi dua
kelompok utama yaitu:
1. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Adalah semua biaya operasi kendaraan yang jumlah pengeluarannya tidak
dipengaruhi oleh frekuensi operasi kendaraan. Komponen-komponen biaya tetap
terdiri atas:
a. Biaya Penyusutan Kendaraan (Depresiasi) Adalah biaya yang dikeluarkan atas
penyusutan nilai ekonomis kendaraan akibat keausan teknis karena melakukan
operasi. Dihitung memakai metode garis lurus (Straight Line Depreciation)
dimana penyusutan dialokasikan secara merata selama umur ekonomis
kendaraan. Untuk kendaraan baru maka harga kendaraan dinilai berdasarkan
25
harga kendaraan baru termasuk PPN dan ongkos angkut, sedangkan untuk
kendaraan lama harga kendaraan dinilai berdasarkan harga perolehan.
b. Biaya Bunga Modal adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar
pinjaman dan bunga bank.
c. Biaya Administrasi adalah biaya yang dikeluarkan oleh pemilik/pengemudi
untuk setiap kendaraan yang menggunakan jalan umum. Biaya ini terdiri atas:
1) STNK adalah biaya pajak kendaraan yang dikeluarkan setiap tahun sekali
dan biayanya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2) KIR adalah biaya yang dikeluarkan untuk pemeriksaan kendaraan secara
teknis apakah laik jalan atau tidak. Biaya ini dikeluarkan setiap 6 (enam)
bulan sekali.
3) Ijin Usaha adalah biaya yang dikeluarkan setahun sekali untuk memproleh
ijin usaha angkutan umum penumpang.
4) Ijin Trayek adalah biaya yang dikeluarkan tiap 6 (enam) bulan untuk
memproleh ijin pengoperasian kendaraan untuk melayani suatu trayek
tertentu.
5) Biaya asuransi adalah biaya wajib dikeluarkan atas asuransi kendaraan
sesuai peraturan yang berlaku.
2. Biaya Tidak Tetap / Biaya Variabel (Variable Cost)
Adalah semua biaya operasi kendaraan yang jumlah pengeluarannya dipengaruhi
oleh frekuensi operasi kendaraan. Komponen-komponen biaya tidak tetap terdiri
atas:
a. Biaya Awak Kendaraan (BAK)
Awak kendaraan terdiri atas sopir dan kondektur. Penghasilan kotor awak
kendaraan berupa gaji tetap, tunjangan sosial dan uang dinas jalan/tunjangan
kerja operasi.
26
b. Biaya Bahan Bakar Minyak (BBM)
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan bakar kendaraan, yang
menyangkut jarak tempuh yang dilakukan untuk tiap liter bahan bakar yang
digunakan. Penggunaan BBM tergantung dari jenis kendaraannya, jenis BBM
yang digunakan sebagian besar adalah solar.
c. Biaya Servis
Servis mesin dilakukan setelah Km tempuh pada jarak Km tertentu.
d. Biaya Cuci Kendaraan
Untuk bus kota dilakukan setiap hari dan untuk angkutan antar kota
diperhitungkan per bulan.
2.14.2 Model dan Metode Perhitungan BOK
Ada beberapa metode perhitungan BOK yaitu (LPM-ITB, 1997):
1. BOK yang dihitung dengan menggunakan metode dari Departemen
Perhubungan, komponen-komponennya lengkap dan sesuai dengan
pengeluaran yang dibutuhkan dalam pengoperasian kendaraan.
2. BOK yang dihitung dengan menggunakan metode dari DLLAJ pada
umumnya hampir sama dengan metode Departemen Perhubungan namun ada
komponen-komponen biaya yang dimasukkan hanya 50% dari biaya
sebenarnya seperti: biaya KIR kendaraan, biaya retribusi terminal dan biaya
ijin trayek. Hal ini akan menyebabkan BOK hasil perhitungan menjadi lebih
kecil dari BOK yang sebenarnya.
3. BOK yang dihitung dengan menggunakan metode dari FSTPT (Forum Studi
Transportasi Antar Perguruan Tinggi) hampir sama dengan metode
Departemen Perhubungan namun komponen biayanya tidak selengkap pada
metode Departemen Perhubungan, seperti pada pemeliharaan kendaraan,
tidak mencantumkan biaya untuk servis besar dan servis kecil. Padahal pada
kenyataannya kendaraan memerlukan komponen-komponen biaya tersebut.
27
Perbandingan metode-metode yang disebutkan diatas dapat dilihat pada
Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Perbandingan Metode Departemen Perhubungan, Metode DLLAJ, dan
Metode FSTPT (ITB)
No
Komponen
Biaya Operasi
Kendaraan
Metode Departemen
Perhubungan
Metode DLLAJ
Metode FSTPT (ITB)
1 Biaya
Penyusutan
- Metode Garis Lurus
- Nilai Residu : 20 %
- Masa susut : 7 tahun
untuk semua jenis
kendaraan
- Metode Garis Lurus
- Nilai Residu : 20 %
- Masa susut : Patas AC,
mikrolet (7 tahun); Patas
regular (4,5 tahun); Bus
sedang (4,2 tahun)
- Metode Garis Lurus
- Nilai Residu : 20 %
- Masa susut : Patas AC,
mikrolet (7 tahun);
Patas regular, Bus
sedang (5 tahun)
2 Biaya Bunga
Modal
- Rumus
SusutMasa
ixkendaraanHargax75%x
2
15
- Rumus
SusutMasa
ixkendaraanHargax70%x
2
1n
Tingkat pengembalian modal
(n) : Patas AC, mikrolet (5
tahun); Patas reguler (2,5
tahun), Bus sedang (2,2
tahun)
- Rumus
SusutMasa
ixkendaraanHargax70%x
2
1n
Tingkat pengembalian
modal (n) : 5 tahun
3 Biaya Awak
Kendaraan
- Terdiri dari : gaji/upah,
biaya pakaian dinas,
ASTEK
- Susunan awak kendaraan.
๑ Patas : 1,6 supir; 1,6
kondektur
๑ Regular: 1,6 supir; 1,6
kondektur
๑ B. Sedang : 1,2 supir;
1,2 kondektur
๑ Mikrolet : 1 supir
- Terdiri dari : gaji/upah,
uang dinas jalan,
tunjangan sosial, (jasa
produksi, pengobatan,
pakaian dinas, ASTEK)
- Susunan awak kendaraan.
๑ Patas AC : 2 supir; 1
kondektur
๑ Patas : 1,6 supir; 1,6
kondektur
๑ Regular : 1,6 supir; 1,6
kondektur
๑ B. Sedang : 1,2 supir;
1,2 kondektur
๑ Mikrolet : 1 supir
- Terdiri dari : gaji/upah,
uang dinas jalan
tunjangan sosial, (jasa
produksi, pengobatan,
pakaian dinas,
ASTEK)
- Susunan awak
kendaraan.
๑ Patas AC : 2 supir; 1
kondektur
๑ Patas : 1,6 supir; 1,6
kondektur
๑ Regular : 1,6 supir;
1,6 kondektur
๑ B. Sedang: 1,2 supir;
1,2 kondektur
๑ Mikrolet : 1 supir
28
4 Biaya BBM Asumsi penggunaan bahan
bakar:
- Patas : solar 4 Km/liter
- Reguler : solar 3,2
Km/liter
- Bus sedang : solar 5
Km/liter
- Mikrolet : bensin 9
Km/liter
Asumsi penggunaan bahan
bakar:
- Patas AC: solar 2,4
Km/liter
- Patas : solar 4 Km/liter
- Reguler : solar 3,2
Km/liter
- Bus sedang : solar 5
Km/liter
- Mikrolet : bensin 9
Km/liter
Asumsi penggunaan
bahan bakar:
- Patas AC: solar 2,4
Km/liter
- Patas : solar 4 Km/liter
- Reguler : solar 3,2
Km/liter
- Bus sedang : solar 5
Km/liter
- Mikrolet : bensin 9
Km/liter
Sumber : FSTPT-ITB, 1997
Tabel 2.3 (Lanjutan)
No Komponen
Biaya Operasi
Kendaraan
Metode Departemen
Perhubungan
Metode DLLAJ Metode FSTPT (ITB)
5 Biaya Ban Asumsi penggunaan ban:
- Patas : 6 buah, 24.000
Km
- Reguler : 6 buah,
24.000 Km
- Bus sedang : 6 buah,
24.000 Km
- Mikrolet : 4 buah,
24.000 Km
Asumsi penggunaan ban:
- Patas AC : 6 buah,
24.000 Km
- Patas : 6 buah, 24.000
Km
- Reguler : 6 buah, 24.000
Km
- Bus sedang : 6 buah,
24.000 Km
- Mikrolet : 4 buah,
24.000 Km
Asumsi penggunaan ban:
- Patas AC : 6 buah, 24.000
Km
- Patas : 6 buah, 24.000
Km
- Reguler : 6 buah, 24.000
Km
- Bus sedang : 6 buah,
24.000 Km
- Mikrolet : 4 buah, 24.000
Km
6 Biaya
Pemeliharaan/
Reparasi
Kendaraan
Terdiri dari :
- Servis kecil
- Servis besar
- Overhoul mesin
- Overhoul body
- Penambahan oli mesin
- Penggantian suku
cadang
- Cuci bus
Terdiri dari :
- Servis kecil
- Servis besar
- Overhoul mesin
- Overhoul body
- Penambahan oli mesin
- Penggantian suku
cadang
- Cuci bus
Terdiri dari :
- Overhoul mesin
- Overhoul body
- Penggantian oli mesin
- Penggantian suku
cadang
- Pemeliharaan body
- Cuci bus
7 Biaya Retribusi
Terminal
Dihitung per hari Dihitung per hari, sebesar
50% dari biaya resmi
Dihitung setiap kali bus
masuk terminal
8 Biaya Retribusi
Ijin Trayek
Dimasukkan pada
komponen biaya tidak
langsung (biaya
pengelolaan kantor)
Biaya dihitung sebesar
50% dari biaya resmi
Dihitung pertahun
9 Baiya BPKB
(STNK)
Dihitung per tahun Dihitung per tahun Dihitung per tahun
10 Biaya KIR
Kendaraan
Dihitung per tahun dua kali Dihitung per tahun dua kali,
sebesar 50% dari biaya
resmi
Dihitung per tahun dua kali
11 Biaya Asuransi
Kendaraan
2,5% per tahun, tetapi
tidak dimasukkan dalam
2,5% per tahun, hanya bus
Patas AC yang
2,5% per tahun, semua
kendaraan diasuransikan
29
komponen biaya diasuransikan
12 Biaya Pegawai
Kantor
Susunan pegawai kantor
dapat dilihat pada tabel
Pegawai tersebut adalah
untuk setiap 10 kendaraan
SGO (9 kendaraan SO)
untuk bus Patas dan
reguler; 20 kendaraan SGO
(18 kendaraan SO) untuk
bus sedang dan mikrolet
Susunan pegawai kantor
dapat dilihat pada tabel
Pegawai tersebut adalah
untuk setiap 100 kendaraan
SGO (90 kendaraan SO)
untuk bus Patas AC, Patas,
reguler dan bus sedang; dan
20 kendaraan SGO (18
kendaraan SO) untuk
mikrolet
Susunan pegawai kantor
dapat dilihat pada tabel
Pegawai tersebut adalah
untuk setiap 100 kendaraan
SGO (90 kendaraan SO)
untuk bus Patas AC, Patas,
reguler dan bus sedang; dan
20 kendaraan SGO (18
kendaraan SO) untuk
mikrolet
Sumber : FSTPT-ITB, 1997
Tabel 2.3 (Lanjutan)
No Komponen
Biaya Operasi
Kendaraan
Metode Departemen
Perhubungan
Metode DLLAJ Metode FSTPT (ITB)
13 Baiya
Pengelolaan
Kantor
- Penyusutan
bangunan kantor
- Penyusutan
bangunan pool dan
bengkel
- Penyusutan
peralatan kantor
- Penyusutan
peralatan pool dan
bengkel
- Pemeliharaan
kantor, bengkel
dan peralatannya
- Biaya administrasi
kantor
- Biaya listrik, air
dan telepon
- Biaya perjalanan
dinas
- Pajak bumi dan
bangunan
- Biaya ijin usaha
- Biaya ijin trayek
- Biaya lain-lain
- Penyusutan
bangunan kantor
- Penyusutan
bangunan pool dan
bengkel
- Penyusutan
peralatan kantor
- Penyusutan
peralatan pool dan
bengkel
- Pemeliharaan
kantor, bengkel dan
peralatannya
- Biaya administrasi
kantor
- Biaya listrik, air dan
telepon
- Biaya perjalanan
dinas
- Pajak bumi dan
bangunan
- Biaya ijin usaha
- Biaya lain-lain
- Penyusutan
bangunan kantor
- Penyusutan
bangunan pool dan
bengkel
- Penyusutan
peralatan kantor
- Penyusutan
peralatan pool dan
bengkel
- Pemeliharaan
kantor, bengkel dan
peralatannya
- Biaya administrasi
kantor
- Biaya listrik, air dan
telepon
- Biaya perjalanan
dinas
- Pajak bumi dan
bangunan
- Biaya ijin usaha
- Biaya lain-lain
Sumber : FSTPT-ITB, 1997
30
2.15 Analisis Biaya Operasional Kendaraan (BOK) per Tahun
Berdasarkan metode dari Departemen Perhubungan, perhitungan biaya
operasi kendaraan adalah sebagai berikut:
2.15.1 Analisis Biaya Tetap per Tahun
a. Biaya Penyusutan (Depresiasi) kendaraan per tahun:
BP = MP
NRHK ...................................................................... 2.3
Keterangan:
BP = Biaya penyusutan kendaraan per tahun
HK = Harga kendaraan pada tahun analisis
NR = Nilai residu.
MP = Masa penyusutan.
Masa penyusutan kendaraan ditetapkan 7 tahun untuk semua jenis kendaraan
dan nilai residu bus adalah 20 % dari harga kendaraan dan taksi 0 % (apabila
taksi diperoleh tanpa bayar bea masuk).
b. Biaya Bunga Modal
Pembelian kendaraan biasanya dilakukan secara kredit dengan bunga modal
12 % s/d 24% per tahun.
Bunga modal dihitung dengan rumus:
BBMo = MP
i)x(HK
2
1n
....................................................... 2.4
Keterangan:
BBMo = Biaya bunga modal per tahun.
HK = Harga kendaraan pada tahun analisis.
i = Tingkat suku bunga per tahun.
MP = Masa penyusutan.
n = Jangka waktu pinjaman.
c. Biaya Administrasi
Biaya administrasi per tahun dihitung dengan rumus:
31
Admin / th = PKB / th + KIR / th + IU / th + JR / th + IT / th .......... 2.5
Keterangan:
Admin / th = Biaya administrasi per tahun.
PKB / th = Biaya pajak kendaraan bermotor (STNK) per tahun.
KIR / th = Biaya KIR per tahun.
IU / th = Biaya ijin usaha angkutan per tahun.
JR / th = Biaya asuransi jasa raharja per tahun.
IT / th = Biaya ijin trayek per tahun.
Berdasarkan perhitungan biaya tetap diatas, maka dihitung total biaya tetap
operasi kendaraan per tahun yaitu:
BOK Tetap /th = BP/th + BBMo/th + Admin/th ................................... 2.6
Keterangan:
BOK Tetap /th = Biaya operasi kendaraan tetap per tahun.
BP / th = Biaya penyusutan kendaraan per tahun.
BBMo /th = Biaya bunga modal per tahun.
Admin /th = Biaya administrasi per tahun.
2.15.2 Analisis Biaya Tidak Tetap (Variabel) per Tahun
a. Biaya Awak Kendaraan (BAK)
Awak kendaraan terdiri atas sopir dan kondektur. Penghasilan kotor awak
kendaraan berupa gaji tetap, tunjangan sosial dan uang dinas jalan/tunjangan
kerja operasi.
BAK/th = Gaji/hr x JHO/th .................................................... 2.7
Keterangan :
BAK/th = Biaya awak kendaraan per tahun
Gaji/hr = Gaji per hari
JHO/th = Jumlah hari operasi per tahun
b. Biaya Bahan Bakar Minyak (BBBM)
32
Biaya bahan bakar minyak per tahun dihitung dengan rumus:
BBBM/th = BBBM/hr x Ho/th .............................................. 2.8
Keterangan:
BBBM/th = Biaya bahan bakar minyak per tahun.
BBBM/hr = Biaya bahan bakar minyak per hari.
Ho/th = Jumlah hari operasi per tahun.
c. Biaya Ban
Biaya pemakaian ban per tahun dihitung dengan rumus:
BB/th = HB xJTx JPBxDT
1 ............................................... 2.9
Keterangan:
BB/th = Biaya ban per tahun.
DT = Daya tahan ban (km)
JPB/buah = Jumlah pemakaian ban.
JT = Jarak tempuh
HB/unit = Harga ban per unit
d. Biaya Pemakaian Aki
Biaya pemakaian Aki pertahun dihitung dengan rumus:
BPA/th = JPA/th x HA/unit ................................................... 2.10
Keterangan:
BPA/th = Biaya aki per tahun.
JPA = Jumlah aki per tahun.
HA = Harga aki per unit.
e. Biaya Servis
Biaya servis terdiri atas biaya servis kecil dan biaya servis besar, dihitung
dengan rumus:
BS = BB + OS ...................................................................... 2.11
Keterangan:
BS = Biaya servis.
33
BB = Biaya bahan.
OS = Ongkos servis.
f. Biaya Cuci Kendaraan
Dihitung dengan rumus:
BCK/th = BCK/hr x JHO/th ................................................. 2.12
Keterangan:
BCK/th = Biaya cuci kendaraan per tahun.
BCK/hr = Biaya cuci kendaraan per hari.
JHO/th = Jumlah hari operasi per tahun.
Berdasarkan perhitungan biaya tidak tetap diatas, maka dihitung total biaya
tidak tetap operasi kendaraan per tahun yaitu:
BOKVariabel/th = BAK/th+BBBM/th+BB/th+BPA/th+BS/th+BCK/th ......... 2.13
Keterangan:
BOKVariabel/th = Biaya operasi kendaraan variabel per tahun.
BAK/th = Biaya awak kendaraan per tahun.
BBBM/th = Biaya bahan bakar minyak per tahun.
BB/th = Biaya ban per tahun.
BPA/th = Biaya pemakaian aki per tahun.
BS/th = Biaya servis per tahun.
BCK/th = Biaya cuci kendaraan per tahun.
2.15.3 Analisis Biaya Operasi Kendaraan Total per Tahun
Biaya operasi kendaraan total per tahun dihitung dengan rumus berikut:
Biaya Operasi Kendaraan Total per Tahun:
BOK Total / th = BOK Tetap / th + BOK Variabel / th .......................... 2.14
Keterangan:
BOK Total / th = Biaya operasi kendaraan total per tahun.
BOK Tetap / th = Biaya operasi kendaraan tetap per tahun.
34
BOK Variabel / th = Biaya operasi kendaraan variabel per tahun.
2.15.4 Analisis Biaya Operasi Kendaraan per Kilometer
a. Jarak tempuh per tahun dihitung dengan rumus:
JT/th = RJT/hr x HO/th .................................................... 2.15
Keterangan:
JT/th = Jarak tempuh per tahun.
RJT/hr = Rata-rata jarak tempuh per hari.
HO/th = Jumlah hari operasi per tahun.
b. Biaya operasi kendaraan per kilometer dihitung dengan rumus:
JT/th
Total/thBOK BOK/Km ................................................. 2.16
Keterangan:
BOK/Km = Biaya operasi kendaraan per kilometer.
BOK Total /th = Biaya operasi kendaraan total per tahun.
JT/th = Jarak tempuh kendaraan per tahun.
2.15.5 Analisis Jumlah Penumpang
Perhitungan jumlah penumpang per kilometer didasarkan pada suatu data
sebagai berikut:
1. Jumlah penumpang terangkut per roundtrip.
2. Jarak tempuh per roundtrip.
Berdasarkan data diatas maka Jumlah penumpang per kilometer dihitung
dengan rumus:
roundtrip
roundtrip
/JT
/JPJP/Km ........................................................ 2.17
Keterangan:
JP/Km = Jumlah penumpang per kilometer.
JP/trip = Jumlah penumpang per roundtrip.
35
JT/trip = Jarak tempuh per roundtrip.
2.16 Sistem Operasional Angkutan Umum
Secara umum, perencanaan sistem operasional pada pelayanan Angkutan
wisata di Kota Denpasar mengacu pada standar perhitungan angkutan kota yang
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat sebagaimana Tabel 2.1
(Departemen Perhubungan, 1996). Adapun analitis sistem operasional angkutan
umum meliputi : perhitungan waktu siklus, frekwensi, Headway, dan perhitungan
kebutuhan armada.
2.16.1 Perhitungan Waktu Siklus
Adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perjalanan pergi pulang
pada suatu trayek, dengan memperhatikan waktu henti di terminal dan waktu
hambatan di perjalanan, dalam hal ini terjadi deviasi waktu sebesar 5% dari waktu
perjalanan. Waktu sirkulasi dirumuskan sebagai berikut (Direktorat Jendral
Perhubungan Darat, 1996) :
…………...……(2.18)
Keterangan :
CTABA = Waktu sirkulasi dari A ke B, kembali ke A
TAB = Waktu perjalanan rata-rata dari A ke B
TBA = Waktu perjalanan rata-rata dari B ke A
σAB = Deviasi waktu perjalanan rata-rata dari A ke B
σBA = Deviasi waktu perjalanan rata-rata dari B ke A
TTA = Waktu henti kendaraan di terminal A
TTB = Waktu henti kendaraan di terminal B
CTABA = (TAB +TBA) + (σAB² + σBA²) + (TTA +TTB)
36
2.16.2 Perhitungan Frekwensi (f)
Perhitungan frekuensi merupakan jumlah keberangkatan atau kedatangan
kendaraan angkutan kota yang melewati dalam satu trayek selama periode waktu
tertentu dan pada satu titik tertentu dan pada satu titik tertentu, (Jason, 1982).
/jam)(kendaraan 60
K F …………………………….(2.19)
Keterangan :
F = Frekuensi (kendaraan/jam)
K = Jumlah kendaaraan yang beroperasi (kendaraan)
2.16.3 Perhitungan Headway
Perhitungan headway merupakan selisih waktu keberangkatan atau
kedatangan antara kendaraan angkutan kota dengan kendaraan angkutan kota
dibelakangnya dalam satu trayek pada satu titik tertentu.
2.16.4 Perhitungan Kebutuhan Armada
Dalam buku Menuju Tertib Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Direktorat
Jendral Perhubungan Darat (2002), bahwa untuk menentukan kebutuhan jumlah
kendaraan angkutan kota yang tetap sesuai dengan kebutuhan sulit dipastikan, yang
dapat dilakukan adalah mendekati besarnya kebutuhan. Jumlah kebutuhan angkutan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi :
a. Jarak Rute (L)
Adalah panjang suatu trayek dari titik awal rute sampai titik akhir rute dalam
kilometer.
b. Waktu Operasi (To)
Adalah lamanya waktu perjalanan dari titik awal urte sampai akhir rute, dimana
waktu operasi ini didapatkan dari hasil survai dilapangan.
c. Faktor Muatan (Lf)
37
Adalah perbandingan antara jumlah penumpang yang diangkut dalam satu
kendaraan dengan jumlah kapasitas tempat duduk yang tersedia dalam
kendaraan pada periode waktu tertentu, (Jason C, 1982).
100% X C
Jp Lf ……………………………………….(2.20)
Keterangan :
Lf = Faktor muatan (%)
Jp = Jumlah penumpang dalam kendaraan (orang)
C = Kapasitas kendaraan (orang)
Perhitungan kebutuhan armada adalah jumlah kendaraan yang dibutuhkan untuk
melayani satu lintasan tertentu. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1996)
)(kendaraan fA x H
CTJk …………………………………(2.21)
Keterangan :
Jk = Jumlah kendaraan yang dibutuhkan
CT = Waktu sirkulasi (menit)
H = Headway / waktu antara kendaraan angkutan Kota (menit)
FA = Faktor ketersediaan kendaraan angkutan kota (%)
2.17 Objek dan Daya Tarik Wisata Kota Denpasar
Objek dan daya tarik wisata yang terdapat di Kota Denpasar menjadi lokasi tujuan
pariwisata, seperti museum, puri, tempat pertunjukan, serta wisata alam dan lainnya.
Sebaran objek wisata di Kota Denpasar dapat dilihat pada tabel 2.4.
38
Tabel 2.4 Objek Wisata Kota Denpasar
No Nama Objek Wisata Daya Tarik
1 Taman Budaya Budaya
2 Museum Bali Budaya
3 Pura Maospahit Budaya
4 Pasar Badung/ Kumbasari Budaya
5 Lingk. Pura Jagatnatha Budaya
6 Puri Satrya Budaya
7 Puri Jro Kuta Budaya
8 Puri Kesiman Budaya
9 Puri Pemecutan Budaya
10 Pasar Burung Satrya Budaya
11 Pelabuahn Benoa Budaya
12 Monumen Bajra Sani Budaya
13 Museum Sidik Jari Budaya
14 Hutan Mangrove Suwung Alam
15 Pantai Padanggalak Alam
16 Pantai Matahari Terbit Alam dan Rekreasi
17 Pantai Sanur Alam dan Rekreasi
18 Pantai Sindu Alam dan Rekreasi
19 Pantai Batu Jimbar Alam dan Rekreasi
20 Pantai Semawang Alam dan Rekreasi
21 Pantai Pulau Serangan Alam dan Rekreasi
22 Museum Le Mayeur Budaya
23 Prasasti Blanjong Budaya
Sumber : Dinas Pariwisata, 2015
39
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian merupakan kerangka kegiatan yang mencakup semua
perincian yang berhubungan dengan rencana penelitian. Dalam rancangan penelitian
ini ditampilkan urutan kerja yang sistimatis dan menggambarkan proses analisis yang
dilakukan dari input data sampai keluar output sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Kerangka kegiatan dalam penelitian ini diawali dengan melakukan studi
pendahuluan yang meliputi: pengamatan langsung atau survai lokasi studi,
identifikasi data dan perencanaan metode analisis. Dari survai pendahuluan,
dilakukan identifikasi masalah agar bisa disusun latar belakang masalah, rumusan
masalah, manfaat penelitian, menetapkan tujuan penelitian serta membuat batasan
masalah yang akan dibahas sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya
dilakukan pengumpulan data dari studi terdahulu dan dengan survey untuk
mendapatkan data primer dan data sekunder, kemudian melakukan analisis data
mengetahui potensi demand dan sistem operasional angkutan wisata yang akan
diterapkan dengan menghitung biaya operasional kendaraan dan terakhir melakukan
simulasi operasional angkutan wisata dengan program vissim. Secara terperinci
rancangan penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada skema berikut:
40
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian
Studi Pendahuluan
Rumusan Masalah dan Penetapan Tujuan
Studi Pustaka
Data Primer :
- Survai wawancara (dealer
kendaraan dan toko suku cadang)
- Survai jarak dan waktu tempuh
Data Sekunder :
- Peta Jaringan Jalan Kota Denpasar
- Jumlah Wisatawan
- Karakteristik Kendaraan
Analisis Potensi Demand Angkutan Wisata Kota Denpasar
Perencanaan Operasional Angkutan
- Penentuan rute pelayanan
- Penentuan pola pelayanan
- Penentuan jumlah kendaraan
- Penjadwalan armada
Analisis Biaya Operasional Kendaraan (BOK)
Simpulan dan Saran
Pengumpulan Data
Desain Survei
41
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi pada penelitian ini adalah kawasan pariwisata Kota Denpasar yang
terdiri dari 4 kecamatan, baik Denpasar Utara, Denpasara Selatan, Denpasar Timur
serta Denpasar Barat, dimana pada kawasan tersebut sering mengalami kemacetan,
dimana salah satu penyebabnya adalah karena kegiatan pariwisata.
3.3 Studi Pendahuluan dan Identifikasi Masalah
Studi pendahuluan dilakukan dengan melihat secara langsung kondisi
permasalahan yang sedang terjadi dengan meninjau lokasi objek pariwisata yang ada
di Kota Denpasar, lokasi penginapan di Kota Denpasar, serta meninjau kondisi
transportasi yang tersedia ataupun yang dapat digunakan oleh wisatawan. Kemudian
dilanjutkan dengan studi literatur dengan mengumpulkan kajian-kajian terkait dengan
angkutan wisata kota sehingga dapat dilakukan identifikasi data-data dan metode
analsisi yang akan digunakan.
Studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui identifikasi masalah yang
ada. Adapun identifikasi masalah yang terdapat pada kawasan pariwisata Kota
Denpasar adalah kurangnya sarana transportasi pariwisata yang bertujuan untuk
mengantarkan wisatawan berkeliling Kota Denpasar. Kemacetan yang terjadi akibat
penggunaan angkutan pribadi maupun sewa di bidang pariwisata dapat mengurangi
daya tarik wisatawan.
3.4 Rumusan Masalah dan Penetapan Tujuan
Pariwisata merupakan salah satu urat nadi perekonomian di Bali. Untuk kota
Denpasar yang menjadi pusat ibu kota dimana segala kegiatan akan menarik minat
penduduk untuk datang ke kota Denpasar. Adapun dalam meningkatkan daya tarik
wisatawan untuk berkunjung adalah dengan meningkatkan fasilitas dan akses menuju
objek wisata, namun dengan kondisi Kota Denpasar sendiri yang merupakan pusat
Kota maka sering terjadi kemacetan dan hal tersebut dapat mengurangi minat
wisatawan. Sarana transportasi umum yang terdapat di Kota Denpasar sendiri masih
42
sangat sedikit pilihannya dilihat dari akses rute, biaya perjalanan serta waktu tempuh
dan kenyamanan. Dengan itu Pemerintah kota Denpasar peelu mengadakan
transportasi wisata dalam Kota, sehingga selain dapat menarik wisatawan juga dapat
mengurangi tingkat kemacetan. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini dapat
dilihat pada Bab 1.
3.5 Pengumpulan Data
Pada penelitian ini dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan data
sekunder maupun data primer. Data primer didapat langsung pada objek penelitian,
adapun cara dalam mendapatkan data primer dengan mewancarai showroom
kendaraan dan bengkel suku cadang untuk mengetahui data harga terkini tahun 2014.
Selain itu data primer juga didapat dari survey yang dilakukan langsung oleh peneliti
untuk mendapatkan data perjalanan, waktu dan rute.
Data sekunder merupakan data yang didapat dari sumber terkait yang nantinya
data tersebut dapat langsung digunakan dalam analisis oleh peneliti. Data sekunder
pada penelitian ini didapat dari instansi terkait mengenai peta jaringan jalan,
pariwisata, dan lain sebagainya.
3.6 Analisis Potensi Demand Angkutan Wisata dan Rute Perjalanan
Potensi penumpang (demand) wisatawan yang beralih menggunakan angkutan
wisata dalam penelitian ini menggunakan jumlah wisatawan yang didapat pada data
sekunder dari instansi Kepariwisataan terkait. Data jumlah pariwisata yang diambil
menggunakan jumlah kunjungan wisatawan pada tahun terakhir sampai dengan tahun
2013. Selanjutnya ditentukan lintasan atau rute layanan angkutan wisata sesuai
dengan lokasi objek wisata yang terdapat di wilayah Kota Denpasar.
43
3.7 Perencanaan Operasional Angkutan Wisata
Perencanaan operasional angkutan wisata dalam penelitian ini
menggunakan jenis kendaraan sesuai perencanaan pada penelitian ini, yaitu
dengan menggunakan bus sedang dan bus tingkat.
Jumlah kendaraan pada saat operasional adalah kebutuhan kendaraan yang
ditentukan oleh jam operasi pada masing-masing rute dengan memperhitungkan
kapasitas kendaraan rencana dan faktor muatan dengan lama hari operasi perhari
serta waktu tempuh, panjang rute, panjang perjalanan penumpang.
3.8 Perhitungan Waktu Siklus, Frekwensi dan Headway
Dalam memperhitungkan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perjalanan
pulang pergi suatu trayek, perlu diperhitungkan waktu henti di terminal untuk menaik
turunkan penumpang serta waktu hambatan di perjalanan dimana terjadi deviasi
waktu sebesar 5% dari waktu perjalanan dapat dipergunakan persamaan 2.18 pada
bab sebelumnya. Menghitung frekwensi jumlah keberangkatan dan kedatangan
kendaraan angkutan wisata yang melewati satu trayek dalam periode waktu tertentu
dapat digunakan persamaan 2.19. Sedangkan dalam menghitung nilai waktu headway
dengan menghitung selisih waktu keberangkatan antara kendaraan.
3.9 Perhitungan Kebutuhan Armada dan Penjadwalan
Dalam menentukan jumlah kebutuhan armada angkutan wisata dapat
dilakukan dengan mendekati jumlah kebutuhannya dengan memperhitungkan jarak,
waktu operasi, serta faktor muatan. Setelah menganalisis jumlah penumpang dan
menentukan jumlah kendaraan serta pola pelayanan yang akan dioperasikan
selanjutnya ditentukan penjadwalan keberangkatan angkutan wisata. Untuk angkutan
wisata penjadwalan kendaraan dilakukan berdasarkan jam buka objek wisata yang
berada di wilayah Kota Denpasar.
44
3.10 Analisis Biaya Operasi Kendaraan
Data-data yang telah diperoleh baik dari data primer maupun data sekunder
selanjutnya digunakan untuk analisis perhitungan BOK (Biaya Operasi Kendaraan)
dimana perhitungannya mengacu pada metode BOK dari Departemen Perhubungan
dengan sebagai berikut:
1. Analisis Biaya Tetap per Tahun
a. Biaya Penyusutan (Depresiasi) kendaraan per tahun diperoleh dari harga
kendaraan pada tahun analisis dikurangi nilai residu dibagi dengan masa
penyusutan.
= Harga kendaraan adalah harga pada tahun analisis (2015), massa penyusutan
kendaraan ditetapkan 7 tahun dan nilai residu bus adalah 20 % dari harga
kendaraan.
b. Biaya Bunga Modal
Pembelian kendaraan dilakukan secara kredit dengan bunga modal 12 % per
tahun diperoleh dari harga kendaraan pada tahun analisis dikalikan dengan
tingkat suku bunga yang berlaku per tahun dibagi dengan masa penyusutan
ditambah setengah dari masa pengembalian pinjaman.
c. Biaya Administrasi
Biaya administrasi diperoleh dengan menjumlahkan antara biaya pajak
kendaraan (STNK), biaya KIR, biaya ijin usaha angkutan dan biaya asuransi
jasa raharja.
Berdasarkan perhitungan biaya tetap diatas, maka dihitung total biaya tetap
operasi kendaraan per tahun adalah jumlah dari biaya penyusutan, biaya bunga modal
dan biaya administrasi.
2. Analisis Biaya Tidak Tetap (Variabel) per Tahun
a. Biaya Awak Kendaraan (BAK)
Penghasilan kotor awak kendaraan berupa gaji tetap, tunjangan sosial dan uang
dinas jalan/tunjangan kerja operasi.
45
b. Biaya Bahan Bakar Minyak (BBBM)
Biaya bahan bakar minyak adalah biaya bahan bakar minyak per hari dikalikan
dengan jumlah hari operasi per tahun.
c. Biaya Ban
Biaya ban adalah jumlah pemakaian ban pertahun dikalikan dengan harga ban
per unit.
d. Biaya Pemakaian Aki
Biaya pemakaian aki adalah jumlah pemakaian aki dikalikan harga aki per unit.
e. Biaya Servis Kendaraan
Biaya servis kendaraan terdiri atas servis besar dan servis kecil adalah jumlah
biaya bahan dengan ongkos servis.
f. Biaya Cuci Kendaraan
Biaya cuci kendaraan adalah biaya cuci kendaraan perhari dikalikan dengan
jumlah hari operasi per tahun.
Berdasarkan perhitungan biaya tidak tetap diatas, maka dihitung total biaya
tidak tetap operasi kendaraan per tahun adalah jumlah dari biaya awak kendaraan,
biaya bahan bakar minyak, biaya ban, biaya pemakaian aki, biaya servis kendaraan
dan biaya cuci kendaraan.
3. Analisis Biaya Operasi Kendaraan Total per Tahun
Biaya operasi kendaraan total per tahun dihitung dengan menjumlahkan biaya
operasi kendaraan tetap per tahun ditambah dengan biaya operasi kendaraan tidak
tetap (variable) per tahun.
4. Analisis Biaya Operasi Kendaraan per Kilometer
Biaya operasi kendaraan per kilometer ditentukan dengan membagi biaya
operasi kendaraan per tahun dengan jarak tempuh angkutan pertahun.
5. Analisis Jumlah Penumpang
Jumlah penumpang per kilometer dihitung dengan membagi jumlah
penumpang per perjalanan (trip) dengan jarak tempuh per perjalanan (trip).
46
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Lokasi Objek Wisata
Rencana rute Angkutan Wisata di Kota Denpasar disesuaikan dengan lokasi objek
wisata yang ada di Kota Denpasar. Secara umum lokasi objek wisata di Kota
Denpasar terdapat 10 lokasi objek wisata, seperti diperlihatkan pada Gambar 4.1.
Kesepuluh lokasi objek wisata tersebut, meliputi :
1. Kawasan Pariwisata Sanur
2. Monumen Perjuangan Bajra Sandhi
3. Taman Budaya (Art Center)
4. Museum Bali dan Pura Jagat Natha
5. Wisata Kuliner dan Pusat Oleh-oleh di Jl. Teuku Umar
6. Kawasan Heritage Jl. Gajah Mada ( termasuk Pasar Kumbasari dan Pasar
Badung)
7. Desa Budaya Kesiman Kertalangu
8. Pulau Serangan
9. Museum Sidik Jari
10. Mangrove
47
Gambar 4.1 Lokasi Objek Wisata di Kota Denpasar
48
4.2 Rencana Rute Angkutan Wisata
4.2.1 Rute Shuttle Bus di Kawasan Sanur
Volume lalu lintas yang melalui Jl. Danau Tamblingan akan terus meningkat
kedepannya, sedangkan kapasitas jalan terbatas dan dikurangi lagi oleh adanya parkir
di badan jalan. Salah satu strateginya yaitu dengan meniadakan parkir di badan jalan.
Untuk itu diperlukan adanya Sentral Parkir yaitu di Pantai Matahari Terbit (bagian
utara) dan di Pantai Mertasari (bagian selatan). Disamping untuk menampung
kendaraan yang semula parkir di badan jalan disepanjang Jl. Danau Tamblingan,
Sentral Parkir tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk menampung kendaraan yang
semula parkir di badan jalan disepanjang jalan menuju ke pantai, seperti Pantai Sanur,
Segara Ayu, Sindhu, Pantai Karang, dan Pantai Semawang. Pengguna sepeda dan
pejalan kaki diprioritaskan untuk menggunakan ruang jalan disepanjang Jl. Danau
Tamblingan serta akses jalan menuju ke pantai. Pergerakan masyarakat maupun
wisatawan disepanjang Jl. Danau Tamblingan akan dilayani oleh shuttle bus yang
beroperasi secara reguler. Shuttle bus ini beroperasi menghubungkan Sentral Parkir
Matahari Terbit dan Sentral Parkir Mertasari. Konsep sirkulasi lalu lintas dan shuttle
bus adalah sebagai berikut:
Tahap I : Penyediaan sentral parkir di Matahari Terbit dan Mertasari serta
kantong-kantong parkir lainnya yang memungkinkan
Tahap II : Pelarangan on-street parking disepanjang Jl. Danau Tamblingan,
jalan tipe 2/2 UD (2 lajur 2 arah tak terbagi), pembatasan
kendaraan bermotor pribadi dan pengoperasian shuttle bus
(integrasi dengan pelayanan dokar dan sepeda)
Tahap III : Pelarangan on-street parking, jalan tipe 2/1 (1 arah) satu arah ke
selatan, pembatasan kendaraan bermotor pribadi, pengoperasian
shuttle bus (integrasi dengan pelayanan dokar dan sepeda)
49
Gambar 4.2 Rute Shuttle Bus di Kawasan Sanur
50
Gambar 4.3 Pengembangan Sentral Parkir dan Fasilitas Sepeda di Pantai Matahari
Terbit dan Mertasari
Gambar 4.4 Pengembangan Halte dan Fasilitas Parkir Sepeda Pada Rute Shuttle Bus
51
4.2.2 Rute City Tour Alternatif 1
Khusus untuk Kawasan Sanur, pelayanan pergerakan wisatawan telah diusulkan
dengan menggunakan shuttle bus seperti diuraikan pada sub bab sebelumnya. Untuk
pelayanan pergerakan wisatawan menuju objek wisata lainnya di Kota Denpasar,
dikembangkan Rute City Tour Alternatif I, yaitu melayani keseluruhan objek wisata
dalam satu kali putaran. Basis pergerakannya adalah dari Sentral Parkir Pantai
Matahari Terbit, lalu bergerak mengelilingi lokasi-lokasi objek wisata dan kembali
lagi ke Sentral Parkir Matahari Terbit. Adapun urutan objek wisata yang dilalui
adalah sebagai berikut:
1. Berangkat dari Sentral Parkir Matahari Terbit (1)
2. Objek Wisata Desa Budaya Kesiman Kertalangu (7)
3. Art Center (3)
4. Museum Sidik Jari (9)
5. Monumen Perjuangan Bajra Sandhi (2)
6. Wisata Kuliner di Jl. Teuku Umar dan Pusat Oleh-oleh (5)
7. Kawasan Heritage Jl. Gajar Mada, Pasar Kumbasari dan Pasar Badung (6)
8. Museum Bali dan Pura Jagat Natha (4)
9. Mangrove (9)
10. Serangan (8)
11. Kembali ke Sentral Parkir Matahari Terbit (1)
52
Rute jalan yang dilalui adalah sebagai berikut:
1. Jl. Bypass Ngurah Rai
2. Jl. WR Supratman
3. Jl. Nusa Indah
4. Jl. Hayam Wuruk
5. Jl. Raya Puputan Renon
6. Jl. Dewi Sartika
7. Jl. Teuku Umar
8. Jl. Nusa Kambangan
9. Jl. Diponegoro
10. Jl. Hasanuddin
11. Jl. Thamrin
12. Jl. Gajah Mada
13. Jl. Surapati
14. Jl. Kapten Agung
15. Jl. Sudirman
16. Jl. Waturenggong
17. Jl. Bypass Ngurah Rai
53
Gambar 4.5 Rute City Tour Alternatif I
54
4.2.3 Rute City Tour Alternatif 2
Mengingat lokasi objek wisata Mangrove dan Serangan berada cukup jauh di bagian
selatan, maka dikembangkan Rute City Tour Angkutan Wisata Alternatif II. Pada
Rute City Tour Alternatif II ini pergerakan angkutan wisata dibagi kedalam dua rute,
yaitu Rute I khusus melayani pergerakan ke objek wisata yang ada di pusat Kota
Denpasar dan Rute II khusus melayani pergerakan ke lokasi objek wisata di bagian
selatan Kota Denpasar yaitu Mangrove dan Serangan. Basis perjalanan angkutan
wisatanya tetap sama yaitu di Sentral Parkir Matahari Terbit.
Rute City Tour I, yaitu melayani keseluruhan objek wisata yang berada di pusat Kota
Denpasar dalam satu kali putaran. Basis pergerakannya adalah dari Sentral Parkir
Pantai Matahari Terbit, lalu bergerak mengelilingi lokasi-lokasi objek wisata yang
ada di Pusat Kota Denpasar dan kembali lagi ke Sentral Parkir Matahari Terbit.
Adapun urutan objek wisata yang dilalui adalah sebagai berikut:
1. Berangkat dari Sentral Parkir Matahari Terbit (1)
2. Objek Wisata Desa Budaya Kesiman Kertalangu (7)
3. Art Center (3)
4. Museum Sidik Jari (9)
5. Monumen Perjuangan Bajra Sandhi (2)
6. Wisata Kuliner di Jl. Teuku Umar dan Pusat Oleh-oleh (5)
7. Kawasan Heritage Jl. Gajar Mada, Pasar Kumbasari dan Pasar Badung (6)
8. Museum Bali dan Pura Jagat Natha (4)
9. Kembali ke Sentral Parkir Matahari Terbit (1)
55
Rute City Tour II, yaitu melayani keseluruhan objek wisata yang berada di bagian
selatan Kota Denpasar dalam satu kali putaran. Basis pergerakannya adalah dari
Sentral Parkir Pantai Matahari Terbit, lalu bergerak menuju objek wisata Mangrove
dan Serangan dan kembali lagi ke Sentral Parkir Matahari Terbit. Adapun urutan
objek wisata yang dilalui adalah sebagai berikut:
1. Berangkat dari Sentral Parkir Matahari Terbit (1)
2. Objek Wisata Mangrove (10)
3. Objek wisata Pulau Serangan (8)
4. Kembali ke Sentral Parkir Matahari Terbit (1)
Rute jalan yang dilalui adalah sebagai berikut:
1. Jl. Bypass Ngurah Rai
2. Jl. Menuju Mangrove
3. Jl. Bypass Ngurah Rai
4. Jl. Pulau Serangan
5. Jl. Bypass Ngurah Rai
56
Gambar 4.6 Rute City Tour Alternatif II
57
4.3 Rencana Sistem Operasional
4.3.1 Panjang Perjalanan
Panjang perjalanan Angkutan Wisata untuk Trayek Shuttle Bus yang melayani
pergerakan dari Pantai Matahari Terbit – Pantai Mertasari (PP) sebesar 12,26 km
(lihat Tabel 4.1). Panjang perjalanan untuk rute Angkutan Wisata City Tour
Alternatif I yaitu 56,26 km (lihat Tabel 4.2).
Tabel 4.1 Trayek Shuttle Bus Matahari Terbit – Mertasari (PP)
Tabel 4.2 Rute Angkutan Wisata City Tour Alternatif I
No Asal-Tujuan Jarak (Km)
1 Matahari Terbit-Mertasari 5.72
2 Mertasari-Bypass 1.3
3 Bypass Seltn-Mertasari 5.24
Total 12.26
No Asal-Tujuan Jarak (Km)
0-7 Matahari Terbit-Kertalangu 3.88
7-3 Kertalangu-Art Center 3.71
3-9 Art Center-Sidik Jari 1.4
9-2 Sidik Jari-Bajra Sandhi 2.67
2-5 Bajra Sandhi-Pusat Oleh-oleh/Kuliner 4.07
5-6 Pusat Oleh-Oleh-Gajah Mada 3.2
6-4 Gajah Mada-Museum Bali 0.6
4-10 Museum Bali-Mangrove 12.3
10-8 Mangrove-Serangan 10.6
8-0 Serangan-Matahari Terbit 10.25
Total 52.68
58
Selanjutnya untuk Rute Angkutan Wisata City Tour Alternatif II dibagi atas dua
paket pergerakan yaitu City Tour Alternatif II-A yang melayani pergerakan ke objek-
objek wisata yang ada di pusat Kota Denpasar. Adapun total panjang perjalanannnya
adalah 27,9 km (lihat Tabel 4.3). Untuk City Tour Alternatif II-B, melayani
pergerakan ke objek-objek wisata di bagian selatan Kota Denpasar yaitu Mangrove
dan Pulau Serangan. Adapun panjang perjalanannya sebesar 32,91 km (lihat Tabel
4.4).
Tabel 4.3 Rute Angkutan Wisata City Tour Alternatif II-A
Tabel 4.4 Rute Angkutan Wisata City Tour Alternatif II-B
No Asal-Tujuan Jarak (Km)
0-7 Matahari Terbit-Kertalangu 3.88
7-3 Kertalangu-Art Center 3.71
3-9 Art Center-Sidik Jari 1.4
9-2 Sidik Jari-Bajra Sandhi 2.67
2-5 Bajra Sandhi-Pusat Oleh-oleh/Kuliner 4.07
5-6 Pusat Oleh-Oleh-Gajah Mada 3.2
6-4 Gajah Mada-Museum Bali 0.6
4-0 Museum Bali-Matahari Terbit 8.37
Total 27.9
No Asal-Tujuan Jarak (Km)
0-10 Matahari Terbit-Mangrove 12.06
10-8 Mangrove-Serangan 10.6
8-0 Serangan-Matahari Terbit 10.25
Total 32.91
59
4.3.2 Waktu Operasi, Sirkulasi dan Headway
Waktu sirkulasi bus ditentukan oleh jarak tempuh, kecepatan rata-rata, deviasi waktu,
dan waktu berhenti bus di terminal. Waktu sirkulasi dihitung dengan rumus:
Keterangan :
CT ABA = Waktu sirkulasi dari A ke B kembali ke A.
TAB = Waktu perjalanan rata-rata dari A ke B
TBA = Waktu perjalanan rata-rata dari B ke A
AB = Deviasi waktu perjalanan dari A ke B
BA = Deviasi waktu perjalanan dari B ke A
TTA = Waktu henti kendaraan di A
TTB = Waktu henti kendaraan di B
Headway atau waktu kedatangan antara dua armada bus yang berurutan dipengaruhi
oleh kapasitas kendaraan dan faktor muat kendaraan serta jumlah penumpang pada
ruas terpadat.
Waktu antara kendaraan ditetapkan berdasarkan rumus sebagai berikut :
60.C.Lf
H =
P
CT ABA = (TAB+TBA) + (AB + BA) + (TTA+TTB)
60
Keterangan:
H = Waktu antara (menit)
P = Jumlah penumpang perjam pada seksi terpadat
C = Kapasitas kendaraan
Lf = Faktor muat
Untuk Shuttle Bus Trayek Matahari Terbit – Mertasari (PP), diamsumsikan dengan
waktu operasi sama dengan bus Trans Sarbagita yaitu selama 15 jam atau 900 menit
(dari Pk. 06.00 – Pk. 21.00) seperti diperlihatkan pada Tabel 4.5. Headway ditetapkan
10 menit. Sedangkan untuk Angkutan Wisata City Tour, jam operasionalnya antara
Pk. 09.00 – 18.00 Wita. Sistem pelayanan City Tour tidak berjadwal, tetapi melayani
sesuai pesanan. Diharapkan ada koordinasi yang baik dengan pihak hotel, Dinas
Pariwisata dan ASITA untuk menggunakan Angkutan Wisata City Tour bagi para
wisatawan yang berkeinginan mengunjungi objek-objek wisata di Kota Denpasar.
Tabel 4.5 Rencana Waktu Operasi dan Headway
No Kode Trayek Panjang Waktu Operasi Headway
(km) Jam Menit (Menit)
1 SB Matahari Terbit-Mertasari (PP) 12.26 15 900 06.00-21.00 10
2 CT-1 Matahari-Terbit-Kota-Serangan 52.68 9 540 09.00-18.00 -
3 CT-2A Matahari Terbit-Kota 27.90 9 540 09.00-18.00 -
4 CT-2B Matahari Terbit-Serangan 32.91 9 540 09.00-18.00 -
Waktu Operasi
Untuk perhitungan waktu sirkulasi, berdasarkan hasil survei dan disesuaikan dengan
standar Departemen Perhubungan, kecepatan perjalanan rata-rata angkutan umum
sebesar 20 km/jam. Terjadi deviasi waktu selama perjalanan akibat menaik-turunkan
penumpang dan waktu lay over di terminal selama 10 menit. Berdasarkan asumsi-
61
asumsi tersebut dapat dihitung waktu sirkulasi seperti diperlihatkan pada Tabel 4.6.
Sesuai dengan panjang trayek yang ditempuh, waktu sirkulasi berkisar antara 48,47
menit (atau 0,81 jam) sampai 199,26 menit (3,32 jam).
Tabel 4.6 Waktu Sirkulasi (Round Trip)
4.3.3 Kebutuhan Armada
Jumlah armada ditentukan oleh waktu sirkulasi kendaraan dan waktu antara
kendaraan. Waktu sirkulasi kendaraan hasil perhitungan sebelumnya telah diuraikan
di atas. Sehingga jumlah armada yang dibutuhkan tergantung pada besaran headway
yang akan ditetapkan atau tergantung pada kebutuhan berdasarkan potensi
penumpang yang akan dilayani. Berikut ini ditampilkan beberapa kemungkinan
jumlah armada berdasarkan headway yang direncanakan. Jumlah armada per waktu
sirkulasi yang diperlukan dihitung dengan formula:
CT
K =
H x fA
No Kode Trayek Panjang Kecepatan
(km) (km/jam) Jam Menit
1 SB Matahari Terbit-Mertasari (PP) 12.26 20 0.61 36.78
2 CT-1 Matahari-Terbit-Kota-Serangan 52.68 20 2.63 158.04
3 CT-2A Matahari Terbit-Kota 27.90 20 1.40 83.70
4 CT-2B Matahari Terbit-Serangan 32.91 20 1.65 98.73
Waktu Tempuh
PANJANG Panjang Waktu operasi Waktu operasi HeadwayWaktu sirkulasi/ Round trip Jumlah Rit Jumlah armada Kapasitas 1 bus Kapasitas bus
PP (km) 1 arah (km) (Jam) (menit) (Menit) 2 arah (menit) (rit) (Dibulatkan) per sirkulasi (bh) (penumpang) 14 jam
TRAYEK UTAMA
1 Bandara - Kota - Batubulan PP 40,23 20,11 14,00 840,00 15,00 126,60 6,6 7,00 8 36 4.254
2 Batubulan-Pesanggara-Simpang Dewa Ruci-Kuta PP 43,45 21,73 14,00 840,00 15,00 135,14 6,2 6,00 9 36 3.892
3 Batubulan-Gatsu-Kerobokan-Simpang Dewa Ruci PP 44,36 22,18 14,00 840,00 15,00 137,56 6,1 6,00 9 36 3.962
4 Canggu-Kota-Sanur PP 42,14 21,07 14,00 840,00 15,00 131,67 6,4 6,00 9 36 3.792
5 Mengwi - Kota - Pelabuhan Benoa PP 49,79 24,90 14,00 840,00 15,00 151,94 5,5 6,00 10 36 4.376
6 Mengwi-Kerobokan-Kuta-Tuban-Bandara PP 44,68 22,34 14,00 840,00 15,00 138,40 6,1 6,00 9 36 3.986
7 Kota-Pesanggaran-Patung Ngurah Rai-Nusa Dua PP 55,52 27,76 14,00 840,00 15,00 167,12 5,0 5,00 11 36 4.011
8 Munggu-Canggu-Kerobokan-SimpangDewaRuci-Nusa Dua PP 63,07 31,53 14,00 840,00 15,00 187,13 4,5 5,00 12 36 4.491
9 Darmasaba-A.Yani-Sanglah 35,00 17,50 14,00 840,00 15,00 112,75 7,5 8,00 8 36 4.330
10 Petitenget-Teuku Umar Barat-Buagan-Renon-Sanur PP 39,93 19,97 14,00 840,00 15,00 125,81 6,7 7,00 8 36 4.227
Total 94 41.321
NO. T R A Y E K
62
Keterangan:
K = jumlah kendaraan
Ct = waktu sirkulasi (menit)
H = Waktu antara (menit)
fA = Faktor ketersediaan kendaraan
Tabel 4.7 memperlihatkan jumlah round trip, kebutuhan armada dam kapasitasnya.
Untuk Shuttle Bus di Kawasan Sanur, dengan waktu operasi selama 15 jam per hari
dengan headway 10 menit maka diperlukan jumlah round trip sebanyak 18 round trip.
Berdasarkan waktu sirkulasi, maka kebutuhan armada dapat dihitung.
Apabila operasional Angkutan Wisata City Tour juga dilakukan secara regular, tetap
dan teratur, maka untuk Rute City Tour Alternatif I diperlukan round trip sebanyak 3
kali. Untuk Rute City Tour Alternatif II-A diperlukan round trip sebanyak 5 kali.
Sedangkan untuk Rute City Tour Alternatif II-B diperlukan round trip sebanyak 4
kali.
Tabel 4.7 Jumlah Round Trip
Kebutuhan armada bila diasumsikan pelayanan angkutan wisata bersifat regular
seperti diperlihatkan pada Tabel 4.8. Untuk Shuttle Bus di Kawasan Sanur,
diperlukan 5 armada. Untuk City Tour alternative I diperlukan 20 armada. Untuk City
No Kode Trayek Panjang Headway Waktu Sirkulasi Round Trip Round Trip
(km) Jam Menit (Menit) (Menit) (Rit) (Dibulatkan)
1 SB Matahari Terbit-Mertasari (PP) 12.26 15 900 10 48.47 18.57 18.00
2 CT-1 Matahari-Terbit-Kota-Serangan 52.68 9 540 10 199.26 2.71 3.00
3 CT-2A Matahari Terbit-Kota 27.90 9 540 10 102.46 5.27 5.00
4 CT-2B Matahari Terbit-Serangan 32.91 9 540 10 120.91 4.47 4.00
Waktu Operasi
63
Tour Alternatif II-A diperlukan 10 armada. Untuk City Tour Alternatif II-B
diperlukan 12 Armada.
Tabel 4.8 Kebutuhan Armada dan Kapasitasnya
No Kode Trayek Panjang
(km) per Sirkulasi Cad Per shift
1 SB Matahari Terbit-Mertasari (PP) 12.26 5 - 5
2 CT-1 Matahari-Terbit-Kota-Serangan 52.68 20 - 20
3 CT-2A Matahari Terbit-Kota 27.90 10 - 10
4 CT-2B Matahari Terbit-Serangan 32.91 12 - 12
Kebutuhan Armada
4.3.4 Sistem Operasional
Untuk shuttle bus yang melayani Kawasan Sanur dengan Trayek Matahari Terbit –
Mertasari (PP), kendaraan beroperasi secara tetap dan teratur dengan headway 10
menit. Sedangkan untuk Angkutan Wisata City Tour, kendaraan standby dari Pk,
09.00-18.00 dan beroperasi sesuai pesanan. Dalam perkembangannya kedepan,
apabila potensi demand memadai, maka Angkutan Wisata City Tour dapat dilakukan
secara regular dengan trayek tetap dan teratur.
4.3.5 Jenis Armada
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 35 Tahun 2003, jenis armada
untuk angkutan umum dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Bus Besar, adalah kendaraan bermotor dengan kapasitas lebih dari 28
dengan ukurandan jarak antar tempat duduk normal tidak termasuk tempat
duduk pengemudi denganpanjang kendaraan lebih dari 9 meter;
2. Bus Sedang, adalah kendaraan bermotor dengan kapasitas 16 s/d 28 dengan
ukurandan jarak antar tempat duduk normal tidak termasuk tempat duduk
64
pengemudidengan panjang kendaraan lebih dari 6,5 sampai dengan 9
meter;
3. Bus Kecil, adalah kendaraan bermotor dengan kapasitas 9 s/d 16 dengan
ukuran danjarak antar tempat duduk normal tidak termasuk tempat duduk
pengemudi denganpanjang kendaraan 4 – 6,5 meter;
4. Mobil Penumpang, adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi
sebanyak-banyaknya8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat
duduk pengemudi, baikdengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan
bagasi.
Untuk pelayanan Angkutan Wisata, armada yang dipergunakan adalah sebagai
berikut:
1. Untuk Trayek Shuttle Bus dipergunakan Mobil Penumpang Umum dengan
menggunakan angkot eksisting yang sudah dimodifikasi.
Gambar 4.7 Moda Shuttle Bus di Kawasan Sanur dengan Mobil Penumpang
65
2. Untuk City Tour, dipergunakan Bus Kecil yang telah dimodifikasi, mengingat
sempitnya lebar jalan di Kota Denpasar.
Gambar 4.8 Moda Angkutan Wisata City Tour dengan Bus Kecil
4.4 Perhitungan Biaya Operasional Kendaraan
Biaya operasional kendaraan merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh
pengguna sehubungan dengan pengoperasian kendaraan. Analisis biaya operasional
kendaraan dihitung berdasarkan rumusan dari Departemen Perhubungan (2006).
Biaya operasi kendaraan total per tahun merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan
untuk pengoperasian kendaraan baik biaya tetap maupun biaya variable tiap
tahunnya.
66
4.4.1 Analisis BOK Tetap per Tahun untuk Micro Bus
Perhitungan BOK Tetap per Tahun untuk Micro Bus dihitung berdasarkan
salahsatu contoh kendaraan yaitu IZUSU NKR Long Wheel Base tahun 2014, dengan
rincian perhitungan biaya tetap sebagai berikut :
1. Biaya Penyusutan (Depresiasi) Kendaraan per Tahun:
BP = MP
NRHK
= 7
)000.000.238(%20000.000.238
= 7
000.600.47000.000.238
= Rp. 27.200.000,- / th.
2. Biaya Bunga Modal
Pembelian kendaraan diasumsikan secara kredit dengan bunga bank 13,5% per
tahun, dengan jangka waktu kredit 4 tahun.
BBMo = 2
1n x
MP
ixHk
= 7
% 13,5 x 0238.000.00 x
2
14
= Rp.11.475.000,-/th.
3. Biaya administrasi kendaraan terdiri atas:
a. Biaya pajak kendaraan (STNK) per tahun Rp. 1.050.000 / th.
b. Biaya kir per tahun Rp. 120.000 / th.
c. Biaya ijin usaha angkutan Rp. - / th.
d. Biaya asuransi jasa raharja Rp. 276. 000 /th.
e. Biaya ijin trayek Rp. 5.000 / th.
Total biaya administrasi Rp. 1.451.000 / th.
67
Berdasarkan biaya-biaya tetap diatas, maka dapat ditentukan besarnya biaya
tetap operasi kendaraan per tahun yaitu:
Total BOK tetap/th = BP / th + BBMo / th + Admin/ th
= Rp. 27.200.000/th + Rp. 11.475.000/th + Rp.
1.451.000/th.
= Rp. 40.126.000 / th
4.4.2 Analisis BOK Tetap per Tahun untuk Mobil Penumpang Umum
Perhitungan BOK Tetap per Tahun untuk Mobil Penumpang Umum adalah
sebagai berikut :
1. Biaya Penyusutan (Depresiasi) Kendaraan per Tahun:
BP = MP
NRHK
= 7
)000.000.170(%20000.000.170
= 7
000.000.34000.000.170
= Rp. 19.428.000,- / th.
2. Biaya Bunga Modal
Pembelian kendaraan diasumsikan secara kredit dengan bunga bank 13,5% per
tahun, dengan jangka waktu kredit 4 tahun.
BBMo = 2
1n x
MP
ixHk
= 7
% 13,5 x 0170.000.00 x
2
14
= Rp.8.196.000,-/th.
3. Biaya administrasi kendaraan terdiri atas:
a. Biaya pajak kendaraan (STNK) per tahun Rp. 1.050.000 / th.
b. Biaya kir per tahun Rp. 120.000 / th.
68
c. Biaya ijin usaha angkutan Rp. - / th.
d. Biaya asuransi jasa raharja Rp. 276. 000 /th.
e. Biaya ijin trayek Rp. 5.000 / th.
Total biaya administrasi Rp. 1.451.000 / th.
Berdasarkan biaya-biaya tetap diatas, maka dapat ditentukan besarnya biaya
tetap operasi kendaraan per tahun yaitu:
Total BOK tetap/th = BP / th + BBMo / th + Admin/ th
= Rp. 19.428.000/th + Rp. 8.196.000 /th + Rp.
1.451.000/th.
= Rp. 29.075.000 / th
4.4.3 Analisis BOK Tidak Tetap per Tahun
Analisis biaya operasi kendaraan tidak tetap merupakan seluruh biaya yang
dikeluarkan sehubungan dengan pengoperasian kendaraan yang besarannya
dipengaruhi oleh karakteristuk lintasan rute angkutan. Berikut diuraikan rincian
perhitungan BOK tidak tetap.
A. Shuttle Bus : Matahari Terbit - Mertasari PP (Dibagi 2 Shift)
1. Biaya Awak Kendaraan
Awak kendaraan pada penilitian ini diasumsikan hanya pengemudi tanpa
kondektur, dihitung dengan rumus :
BAK/th = Gaji/hr x JHO/th
= Rp. 85.000 x 364
= Rp. 30.940.000/th.
2. Biaya Bahan Bakar Minyak
Biaya bahan bakar minyak yang digunakan adalah premium dengan harga Rp.
8.500 / liter. Pada trayek Matahari Terbit - Mertasari panjang trayeknya adalah
69
12,26 Km. Dimana kendaraan jenis ini konsumsi bahan bakarnya adalah 1 liter
: 9 Km, dihitung dengan rumus :
BBBM/th = BBM/hr x JHO/th
1 liter = 9 Km
Konsumsi BBM = x Km 9
Km 12,26(9 RT per hari) = 12,26 lt/hr
BBBM/th = (Rp. 8.500 x 12,26 lt/hr) x 364
= Rp. 208.420/hr x 364
= Rp. 37.932.440/th.
3. Biaya Ban
Jumlah ban yang digunakan untuk angkutan mobil penumpang umum 4 (empat)
ban baru dengan daya tempuh 25.000 Km. Adapun penggunaan ban yang
dimaksud adalah ban luar dan ban dalam, dihitung dengan rumus:
BB/th = HB x JT x JPB X DT
1
Jarak tempuh per tahun = JT/hari x JHO
BB = 000.25
1 x 4 x (110,34 Km/hr x 364)
= 000.25
1 x 4 x 40.163,76 Km/th
= 1,6 unit / th.
Jadi biaya pemakaian ban per tahun:
1,6 unit / th x Rp. 900.000 / unit = Rp. 1.440.000 /th.
4. Biaya Pemakaian Aki
Daya aki diasumsikan selama dua tahun, sehingga biaya pemakaian aki adalah :
BPA/th = JPA/th x HA/unit
BPA/th = 1/2 x Rp. 1.380.000
= Rp. 690.000 / th.
70
5. Biaya Servis Kecil
Servis kecil dilakukan setiap 5000 Km, terdiri atas:
a. Biaya bahan
- Oli mesin = 3 liter x Rp. 65.000 / liter = Rp. 195.000
- Gemuk = 0,5 kg x Rp. 60.000 / kg = Rp. 30.000
- Minyak rem = 0,25 liter x Rp. 45.000 / liter = Rp. 11.250
- Filter = 1/2 liter x Rp. 7.500 / liter = Rp. 3.750
Total biaya servis kecil = Rp. 240.000
Dengan jarak tempuh 40.163,76 kilometer per tahun maka servis kecil
dilakukan 8 kali dalam setahun, sehingga total biaya servis kecil per tahun
adalah 8 x Rp. 240.000 = Rp. 1.920.000 /th.
6. Biaya Servis Besar
Servis besar dilakukan setiap 40.000 Km, terdiri atas:
a. Biaya bahan
- Oli Mesin = 3 liter x Rp. 65.000 / liter = Rp. 195.000
- Oli Gardan = 3 liter x Rp. 60.000 / liter = Rp. 120.000
- Oli Transmisi = 3 liter x Rp. 60.000 / liter = Rp. 120.000
- Gemuk = 0,25 kg x Rp.60.000 /Kg = Rp. 15.000
- Filter (oli + udara) = 1 buah x Rp. 60.000 = Rp. 60.000
- Filter Solar = 2 liter x Rp.7.500/lt = Rp. 15.000
Total biaya servis besar = Rp. 525.000
Dengan jarak tempuh 40.163,76 kilometer per tahun maka servis besar
dilakukan 1 kali dalam setahun, sehingga biaya yang disiapkan untuk servis
besar per tahunnya adalah 1 x Rp. 525.000 = Rp. 525.000 /th.
7. Biaya Cuci Bus
Cuci bus dilakukan sekali seminggu, sehingga biaya cuci bus per tahun dihitung
dengan rumus:
BCB = 4 x 12 x Rp. 35.000
71
= 1.680.000 / th.
Berdasarkan biaya–biaya tidak tetap di atas, maka dapat ditentukan besarnya
biaya total tidak tetap operasi kendaraan per tahun yaitu:
Total BOK tidak tetap/th = BAK+BBM+BB+BPA+ BSK + BSB + BCB.
= Rp. 30.940.000 + Rp. 37.932.440 + Rp. 1.440.000
+ Rp. 690.000 + Rp. 1.920.000 + Rp. 525.000
+ Rp. 1.680.000.
= Rp. 75.127.440 / th.
B. City Tour Alternatif I : Matahari Terbit – Kota - Serangan
1. Biaya Awak Kendaraan
Awak kendaraan pada penilitian ini diasumsikan hanya pengemudi tanpa
kondektur, dihitung dengan rumus :
BAK/th = Gaji/hr x JHO/th
= Rp. 85.000 x 364
= Rp. 30.940.000/th.
2. Biaya Bahan Bakar Minyak
Biaya bahan bakar minyak yang digunakan adalah solar dengan harga Rp.
7.500 / liter. Pada trayek ini panjang trayeknya adalah 52,68 Km. Dimana
kendaraan jenis ini konsumsi bahan bakarnya adalah 1 liter : 10 Km, dihitung
dengan rumus :
BBBM/th = BBM/hr x JHO/th
1 liter = 10 Km
Konsumsi BBM = xKm 10
Km 52,68(3 RT per hari) = 15,804 lt/hr
BBBM/th = (Rp. 7.500 x 15,804 lt/hr) x 364
= Rp. 118.530 /hr x 364
= Rp. 43.144.920/th.
72
3. Biaya Ban
Jumlah ban yang digunakan untuk angkutan mobil penumpang umum 4 (empat)
ban baru dengan daya tempuh 25.000 Km. Adapun penggunaan ban yang
dimaksud adalah ban luar dan ban dalam, dihitung dengan rumus:
BB/th = HB x JT x JPB X DT
1
Jarak tempuh per tahun = JT/hari x JHO
BB = 000.25
1 x 4 x (158,04 Km/hr x 364)
= 000.25
1 x 4 x 57.526,56 Km/th
= 2,3 unit / th.
Jadi biaya pemakaian ban per tahun:
2,3 unit / th x Rp. 963.000 / unit = Rp. 2.214.900 /th.
4. Biaya Pemakaian Aki
Daya aki diasumsikan selama dua tahun, sehingga biaya pemakaian aki adalah :
BPA/th = JPA/th x HA/unit
BPA/th = 1/2 x Rp. 1.380.000
= Rp. 690.000 / th.
5. Biaya Servis Kecil
Servis kecil dilakukan setiap 5000 Km, terdiri atas:
a. Biaya bahan
- Oli mesin = 7 liter x Rp. 65.000 / liter = Rp. 455.000
- Gemuk = 0,5 kg x Rp. 60.000 / kg = Rp. 30.000
- Minyak rem = 0,25 liter x Rp. 45.000 / liter = Rp. 11.250
- Filter Solar = 1/2 liter x Rp. 7.500 / liter = Rp. 3.750
Total biaya servis kecil Rp. 500.000
73
Dengan jarak tempuh 57.526,56 kilometer per tahun maka servis kecil
dilakukan 11,5 kali dalam setahun, sehingga total biaya servis kecil per
tahun adalah 11,5 x Rp. 500.000 = Rp. 5.750.000 /th.
6. Biaya Servis Besar
Servis besar dilakukan setiap 40.000 Km, terdiri atas:
a. Biaya bahan
- Oli Mesin = 7 liter x Rp. 65.000 / liter = Rp. 455.000
- Oli Gardan = 3,5 liter x Rp. 60.000 / liter = Rp. 210.000
- Oli Transmisi = 3 liter x Rp. 65.000 / liter = Rp. 195.000
- Gemuk = 0,25 kg x Rp.60.000 /Kg = Rp. 15.000
- Filter (oli + udara) = 1 buah x Rp. 60.000 = Rp. 60.000
- Filter Solar = 2 liter x Rp. 7.500 = Rp. 15.000
Total biaya servis besar = Rp. 950.000
Dengan jarak tempuh 57.526,56 kilometer per tahun maka servis besar
dilakukan 1,44 kali dalam setahun, sehingga biaya yang disiapkan untuk
servis besar per tahunnya adalah 1,44 x Rp. 950.000 = Rp. 1.368.000/th.
7. Biaya Cuci Bus
Cuci bus dilakukan sekali seminggu, sehingga biaya cuci bus per tahun dihitung
dengan rumus:
BCB = 4 x 12 x Rp. 35.000
= 1.680.000 / th.
Berdasarkan biaya–biaya tidak tetap di atas, maka dapat ditentukan besarnya
biaya total tidak tetap operasi kendaraan per tahun yaitu:
Total BOK tidak tetap/th = BAK+BBM+BB+BPA+ BSK + BSB + BCB.
= Rp. 30.940.000 + Rp. 43.144.920 + Rp.
2.214.900 + Rp. 690.000 + Rp. 1.368.000 + Rp.
1.680.000.
= Rp. 80.037.820 / th.
74
C. City Tour Alternatif II-A : Matahari Terbit – Kota
1. Biaya Awak Kendaraan
Awak kendaraan pada penilitian ini diasumsikan hanya pengemudi tanpa
kondektur, dihitung dengan rumus :
BAK/th = Gaji/hr x JHO/th
= Rp. 85.000 x 364
= Rp. 30.940.000/th.
2. Biaya Bahan Bakar Minyak
Biaya bahan bakar minyak yang digunakan adalah solar dengan harga Rp.
7.500 / liter. Pada trayek ini panjang trayeknya adalah 27,90 Km. Dimana
kendaraan jenis ini konsumsi bahan bakarnya adalah 1 liter : 10 Km, dihitung
dengan rumus :
BBBM/th = BBM/hr x JHO/th
1 liter = 10 Km
Konsumsi BBM = xKm 10
Km 27,90(5 RT per hari) = 13,95 lt/hr
BBBM/th = (Rp. 7.500 x 13,95 lt/hr) x 364
= Rp. 104.625 /hr x 364
= Rp. 38.083.500/th.
3. Biaya Ban
Jumlah ban yang digunakan untuk angkutan mobil penumpang umum 4 (empat)
ban baru dengan daya tempuh 25.000 Km. Adapun penggunaan ban yang
dimaksud adalah ban luar dan ban dalam, dihitung dengan rumus:
BB/th = HB x JT x JPB X DT
1
Jarak tempuh per tahun = JT/hari x JHO
BB = 000.25
1 x 4 x (139,5 Km/hr x 364)
75
= 000.25
1 x 4 x 50.778 Km/th
= 2,03 unit / th.
Jadi biaya pemakaian ban per tahun:
2,03 unit / th x Rp. 963.000 / unit = Rp. 1.954.890 /th.
4. Biaya Pemakaian Aki
Daya aki diasumsikan selama dua tahun, sehingga biaya pemakaian aki adalah :
BPA/th = JPA/th x HA/unit
BPA/th = 1/2 x Rp. 1.380.000
= Rp. 690.000 / th.
5. Biaya Servis Kecil
Servis kecil dilakukan setiap 5000 Km, terdiri atas:
a. Biaya bahan
- Oli mesin = 7 liter x Rp. 65.000 / liter = Rp. 455.000
- Gemuk = 0,5 kg x Rp. 60.000 / kg = Rp. 30.000
- Minyak rem = 0,25 liter x Rp. 45.000 / liter = Rp. 11.250
- Filter Solar = 1/2 liter x Rp. 7.500 / liter = Rp. 3.750
Total biaya servis kecil Rp. 500.000
Dengan jarak tempuh 50.778 kilometer per tahun maka servis kecil
dilakukan 10,16 kali dalam setahun, sehingga total biaya servis kecil per
tahun adalah 10,16 x Rp. 500.000 = Rp. 5.080.000 /th.
6. Biaya Servis Besar
Servis besar dilakukan setiap 40.000 Km, terdiri atas:
a. Biaya bahan
- Oli Mesin = 7 liter x Rp. 65.000 / liter = Rp. 455.000
- Oli Gardan = 3,5 liter x Rp. 60.000 / liter = Rp. 210.000
- Oli Transmisi = 3 liter x Rp. 65.000 / liter = Rp. 195.000
- Gemuk = 0,25 kg x Rp.60.000 /Kg = Rp. 15.000
- Filter (oli + udara) = 1 buah x Rp. 60.000 = Rp. 60.000
76
- Filter Solar = 2 liter x Rp. 7.500 = Rp. 15.000
Total biaya servis besar = Rp. 950.000
Dengan jarak tempuh 50.778 kilometer per tahun maka servis besar
dilakukan 1,27 kali dalam setahun, sehingga biaya yang disiapkan untuk
servis besar per tahunnya adalah 1,27 x Rp. 950.000 = Rp. 1.206.500/th.
7. Biaya Cuci Bus
Cuci bus dilakukan sekali seminggu, sehingga biaya cuci bus per tahun dihitung
dengan rumus:
BCB = 4 x 12 x Rp. 35.000
= 1.680.000 / th.
Berdasarkan biaya–biaya tidak tetap di atas, maka dapat ditentukan besarnya
biaya total tidak tetap operasi kendaraan per tahun yaitu:
Total BOK tidak tetap/th = BAK+BBM+BB+BPA+ BSK + BSB + BCB.
= Rp. 30.940.000 + Rp. 38.083.500 + Rp.
1.954.890 + Rp. 690.000 + Rp. 5.080.000 + Rp.
1.206.500 + Rp. 1.680.000.
= Rp. 79.634.890 / th.
D. City Tour Alternatif II-B : Matahari Terbit – Serangan
1. Biaya Awak Kendaraan
Awak kendaraan pada penilitian ini diasumsikan hanya pengemudi tanpa
kondektur, dihitung dengan rumus :
BAK/th = Gaji/hr x JHO/th
= Rp. 85.000 x 364
= Rp. 30.940.000/th.
2. Biaya Bahan Bakar Minyak
Biaya bahan bakar minyak yang digunakan adalah solar dengan harga Rp.
7.500 / liter. Pada trayek ini panjang trayeknya adalah 32,91 Km. Dimana
77
kendaraan jenis ini konsumsi bahan bakarnya adalah 1 liter : 10 Km, dihitung
dengan rumus :
BBBM/th = BBM/hr x JHO/th
1 liter = 10 Km
Konsumsi BBM = xKm 10
Km 32,91(4 RT per hari) = 13,164 lt/hr
BBBM/th = (Rp. 7.500 x 13,164 lt/hr) x 364
= Rp. 98.730 /hr x 364
= Rp. 35.937.720/th.
3. Biaya Ban
Jumlah ban yang digunakan untuk angkutan mobil penumpang umum 4 (empat)
ban baru dengan daya tempuh 25.000 Km. Adapun penggunaan ban yang
dimaksud adalah ban luar dan ban dalam, dihitung dengan rumus:
BB/th = HB x JT x JPB X DT
1
Jarak tempuh per tahun = JT/hari x JHO
BB = 000.25
1 x (131,64 Km/hr x 364)
= 000.25
1 x 47.916,96 Km/th
= 1,92 unit / th.
Jadi biaya pemakaian ban per tahun:
1,92 unit / th x Rp. 963.000 / unit = Rp. 1.848.960 /th.
4. Biaya Pemakaian Aki
Daya aki diasumsikan selama dua tahun, sehingga biaya pemakaian aki adalah :
BPA/th = JPA/th x HA/unit
BPA/th = 1/2 x Rp. 1.380.000
= Rp. 690.000 / th.
78
5. Biaya Servis Kecil
Servis kecil dilakukan setiap 5000 Km, terdiri atas:
a. Biaya bahan
- Oli mesin = 7 liter x Rp. 65.000 / liter = Rp. 455.000
- Gemuk = 0,5 kg x Rp. 60.000 / kg = Rp. 30.000
- Minyak rem = 0,25 liter x Rp. 45.000 / liter = Rp. 11.250
- Filter Solar = 1/2 liter x Rp. 7.500 / liter = Rp. 3.750
Total biaya servis kecil Rp. 500.000
Dengan jarak tempuh 47.916,96 kilometer per tahun maka servis kecil
dilakukan 9,6 kali dalam setahun, sehingga total biaya servis kecil per tahun
adalah 9,6 x Rp. 500.000 = Rp. 4.800.000 /th.
6. Biaya Servis Besar
Servis besar dilakukan setiap 40.000 Km, terdiri atas:
a. Biaya bahan
- Oli Mesin = 7 liter x Rp. 65.000 / liter = Rp. 455.000
- Oli Gardan = 3,5 liter x Rp. 60.000 / liter = Rp. 210.000
- Oli Transmisi = 3 liter x Rp. 65.000 / liter = Rp. 195.000
- Gemuk = 0,25 kg x Rp.60.000 /Kg = Rp. 15.000
- Filter (oli + udara) = 1 buah x Rp. 60.000 = Rp. 60.000
- Filter Solar = 2 liter x Rp. 7.500 = Rp. 15.000
Total biaya servis besar = Rp. 950.000
Dengan jarak tempuh 47.916,96 kilometer per tahun maka servis besar
dilakukan 1,2 kali dalam setahun, sehingga biaya yang disiapkan untuk
servis besar per tahunnya adalah 1,2 x Rp. 950.000 = Rp. 1.140.000/th.
7. Biaya Cuci Bus
Cuci bus dilakukan sekali seminggu, sehingga biaya cuci bus per tahun dihitung
dengan rumus:
BCB = 4 x 12 x Rp. 35.000
79
= 1.680.000 / th.
Berdasarkan biaya–biaya tidak tetap di atas, maka dapat ditentukan besarnya
biaya total tidak tetap operasi kendaraan per tahun yaitu:
Total BOK tidak tetap/th = BAK+BBM+BB+BPA+ BSK + BSB + BCB.
= Rp. 30.940.000 + Rp. 35.937.720 + Rp.
1.848.960 + Rp. 690.000 + Rp. 4.800.000 +
Rp. 1.140.000 + Rp. 1.680.000.
= Rp. 77.036.680 / th.
4.4.4 Perhitungan Biaya Operasional Kendaraan Total per Tahun
Berdasarkan perhitungan BOK Tetap dan Tidak Tetap di atas, selanjutnya dihitung
BOK Total per tahun sebagai berikut :
A. Shuttle Bus : Matahari Terbit – Mertasari (PP)
BOK total/tahun = BOK tetap/th + BOK tidak tetap/th
= Rp. 29.075.000/th + Rp. 75.127.440/th
= Rp. 104.202.440 /th
BOK total/bulan = Rp. 8.683.537 /bln
BOK total/hari = Rp. 286.270 /hari
Nilai BOK di atas adalah untuk 1 unit armada untuk 1 Shift. Apabila
dioperasikan 5 unit armada per Shift sehingga total armada untuk 2 Shift
adalah 10 unit. Maka BOK Total untuk 10 Unit armada adalah 10 x Rp.
104.202.440 /th = Rp. 1.042.024.400/th
B. City Tour Alternatif I : Matahari Terbit – Kota - Serangan
BOK total/tahun = BOK tetap/th + BOK tidak tetap/th
= Rp. 40.126.000 /th + Rp. 80.037.820 /th
= Rp. 120.163.820 /th
80
BOK total/bulan = Rp. 10.013.652 /bln
BOK total/hari = Rp. 330.120 /hari
Nilai BOK di atas adalah untuk 1 unit armada. Apabila angkutan ini dioperasikan
secara regular, maka diperlukan 20 armada. Nilai BOK Total untuk 20 armada
sebesar Rp. 2.403.276.400,-
C. City Tour Alternatif II-A : Matahari Terbit – Kota
BOK total/tahun = BOK tetap/th + BOK tidak tetap/th
= Rp. 40.126.000 /th + Rp. 79.634.890 /th
= Rp. 119.760.890 /th
BOK total/bulan = Rp. 9.980.074 /bln
BOK total/hari = Rp. 329.013 /hari
Nilai BOK di atas adalah untuk 1 unit armada. Apabila angkutan ini dioperasikan
secara regular, maka diperlukan 10 armada. Nilai BOK Total untuk 10 armada
sebesar Rp. 1.197.608.900,-
D. City Tour Alternatif II-B : Matahari Terbit – Serangan
BOK total/tahun = BOK tetap/th + BOK tidak tetap/th
= Rp. 40.126.000 /th + Rp. 77.036.680 /th
= Rp. 117.162.680 /th
BOK total/bulan = Rp. 9.763.557 /bln
BOK total/hari = Rp. 321.875 /hari
Nilai BOK di atas adalah untuk 1 unit armada. Apabila angkutan ini dioperasikan
secara regular, maka diperlukan 12 armada. Nilai BOK Total untuk 12 armada
sebesar Rp. 1.405.952,-
81
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :
1. Sesuai hasil review terhadap angkutan wisata di kota lainnya, seperti Jakarta,
Bandung dan Solo, diperoleh bahwa angkutan wisata yang dikembangkan
haruslah unik dan menarik. Ketiga kota tersebut menggunakan bus tingkat
wisata untuk wisata City Tour. Pengelolaannya harus bekerjasama dengan
instansi lain terkait, ASITA dan para pengelola hotel.
2. Potensi demand angkutan wisata di Kota Denpasar terutama adalah wisatawan
yang menginap di Denpasar sebanyak 480.124 orang/th atau rata-rata 1.320
orang/hari dengan tingkat pertumbuhan sebesar 6,5% per tahun.
3. Rute angkutan wisata dibagi atas 3 (tiga) bagian, yaitu shuttle bus yang
khusus melayani di kawasan Sanur, City Tour 1 (CT-2A) melayani
pergerakan ke objek wisata di sekitar pusat Kota Denpasar dan City Tour 2
(CT-2B) melayani pergerakan ke bagian selatan Kota Denpasar (hutan
mangrove dan Pulau Serangan).
4. Moda shuttle bus di Kawasan Sanur adalah dengan mobil penumpang umum
(MPU) kapasitas 8 orang yang dimodifikasi tempat duduknya kedepan dan
tanpa pintu samping maupun jendela. Moda angkutan wisata untuk City Tour
1 (CT-2A) dapat menggunakan Bus Tingkat atau Micro Bus tanpa jendela.
Moda angkutan wisata untuk City Tour 2 (CT-2B) menggunakan Micro Bus.
5. Shuttle bus di Kawasan Sanur dioperasikan selama 15 jam dari Pk. 09.00 –
21.00 Wita, panjang rute 12,26 km, headway 10 menit, waktu sirkulasi 48,47
menit, jumlah round trip 18 kali, kebutuhan armada 5 unit per sirkulasi. Untuk
82
City Tour, pelayanan dapat dilakukan sesuai pesanan atau secara reguler.
Angkutan wisata City Tour 1 (CT- 2A) dioperasikan selama 9 jam dari Pk.
09.00 – 18.00 Wita, panjang rute 27,90 km, headway 10 menit, waktu
sirkulasi 102,46 menit, jumlah round trip 5 kali, kebutuhan armada 10 unit.
Angkutan wisata City Tour 2 (CT-2B) dioperasikan dalam waktu yang sama
yaitu 9 jam. Panjang rute 32,91 km, waktu sirkulasi 120,91 menit, jumlah
round trip 4 kali, kebutuhan armada 12 unit.
6. Nilai BOK untuk bus tingkat sebesar 0,9 miliar per bus per tahun. BOK untuk
shuttle bus di Kawasan Sanur sebesar Rp. 104.202.440,-/armada/th (untuk 10
armada sebesar Rp. 1.042.024.400,- per tahun). BOK untuk City Tour 1 (CT-
2A) sebesar Rp. 119.760.890,-/armada/th. BOK untuk City Tour 2 (CT-2B)
sebesar Rp. 117.162.680,-/armada/th.
7. Terdapat potensi hambatan pergerakan angkutan wisata dimana kinerja
sebagian ruas jalan yang dilalui nilai derajat kejenuhannya > 0,85. Potensi
tundaan dan antrian juga terjadi pada beberapa simpang seperti pada Simpang
Jl. Bypass Ngurah Rai – Jl. Hang Tuah, Simpang Jl. Bypass Ngurah Rai – Jl.
Waribang, Simpang Enam Teuku Umar, Simpang Jl. Raya Sesetan – Jl. Pulau
Saelus, serta Simpang Benoa.
5.2 Saran
Berdasarkan temuan studi ini, dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Hal mendasar yang perlu diperhatikan sebelum mengimplementasikan
angkutan wisata adalah penyiapan dan penataan objek wisata agar dapat
menarik minat wisatawan untuk berkunjung.
2. Pengelolaan angkutan wisata agar dikoordinasikan antar isntansi terkait dan
dengan para pelaku pariwisata seperti pihak hotel maupun ASITA.
83
3. Diperlukan untuk menyusun kebijakan untuk membatasi bus besar yang
mengangkut wisatawan bersirkulasi di pusat Kota Denpasar dan diarahkan
untuk parkir pada rencana Sentral Parkir Matahari Terbit, lalu pergerakan City
Tour-nya dilayani dengan angkutan wisata.
4. Diperlukan pengkajian serta penerapan manajemen dan rekayasa lalu lintas
untuk memperlancar pergerakan angkutan wisata saat bersirkulasi di Kota
Denpasar.
5. Untuk Kawasan Sanur, tahapan implementasi yang direkomendasikan adalah
sebagai berikut:
Tahap I : Penyediaan sentral parkir di Matahari Terbit dan Mertasari
serta kantong-kantong parkir lainnya yang memungkinkan
Tahap II : Pelarangan on-street parking disepanjang Jl. Danau
Tamblingan, jalan tipe 2/2 UD (2 lajur 2 arah tak terbagi), pembatasan
kendaraan bermotor pribadi dan pengoperasian shuttle bus (integrasi
dengan pelayanan dokar dan sepeda)
Tahap III : Pelarangan on-street parking, jalan tipe 2/1 (1 arah) satu arah
ke selatan, pembatasan kendaraan bermotor pribadi, pengoperasian
shuttle bus (integrasi dengan pelayanan dokar dan sepeda)
84
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Perhubungan. 1993. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun1993 tentang
Angkutan Jalan. Jakarta: Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.
____________________. 1996a. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat
No. HK. 105/DRJD/1996, Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Umum
Penumpang di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur. Jakarta:
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.
____________________. 1996b. Penentuan Jumlah Armada dan Penjadwalan.
Jakarta: Badan Pendidikan dan Latihan Perhubungan Pusat Pendidikan dan
Latihan Perhubungan Darat.
____________________. 2002. Menuju Tertib Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Jakarta: Badan Pendidikan dan Latihan Perhubungan Pusat Pendidikan dan
Latihan Perhubungan Darat.
Keputusan Menteri Perhubungan.2003. KM.35 Penyelenggaraan Angkutan Orang Di
Jalan Dengan Kendaraan Umum. Jakarta
LPM – ITB. 1997. Studi Kelayakan Proyek Transportasi. Bandung: Lembaga
Pengabdian Masyarakat ITB bekerjasama dengan Kelompok Bidang Keahlian
Rekayasa Transportasi Jurusan Teknik Sipil ITB.
Oktariani, E. 2014. Analisis Kebutuhan Pengembangan Angkutan Khusus Karyawan
Pada Pusat Pemerintahan Kota Denpasar di Lumintang. (Tesis) Denpasar:
Universitas Udayana
Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang No 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan, Jakarta.
___________________________. Peraturan Pemerintah No 50 Tahun 2011 Tentang
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025,
Jakarta.
___________________________. Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 1979 Tentang
Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan Dalam Bidang Kepariwisataan
Kepada Daerah Tingkat I, Jakarta.
___________________________.Undang-Undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, Jakarta.
PTV Vissim User Manual – Ver 5.3. 2010. Germany
Idwan, Santoso. 1996. Perencanaan Prasarana Angkutan Umum. Pusat Studi
Transportasi dan Komunikasi Institut Teknologi Bandung.
Tamin, O.Z. 2000. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Penerbit ITB,
Bandung.
Walikota Denpasar. Peraturan Daerah Kota Denpasar No 27 Tahun 2011 Tentanf
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar Tahun 2011-2031, Denpasar.
Warpani, S.P. 2002. Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Penerbit ITB,
Bandung.
85
LAMPIRAN RENCANA ANGGARAN BIAYA
Honor (Rp)
1 Thn
Ketua 3,000,000
Anggota (1 org) 2,388,000
Mahasiswa (2 org) 2,112,000
7,500,000
Harga
Peralatan
Penunjang
(Rp)
9,000,000
600,000
1,500,000
180,000
1,000,000
70,000
12,350,000
500,000
500,000
500,000
1,500,000
Harga
Satuan
(Rp)
1,000,000
30,000
800,000
55,000
Total Anggaran yang Diperlukan (Rp) 25,000,000
Sewa Walking Measure dan
Sound Level Meter
Pengukuran geometrik
jalan1 Unit (3 Hari) 500,000
Sub Total (Rp) 3,650,000
Penggandaan, penjilidan
laporan
Bayar foto copi dan
penjilidan10 eks 550,000
Penggandaan dan penjilidan
proposal
Dikumpul ke Prodi,
Arsip10 eks 300,000
SeminarBiaya persiapan dan
pelaksanaan 1 paket 800,000
Kegiatan Justifikasi Kuantitas Biaya per tahun (Rp)
Kompilasi dan analisis data Kompilasi data 2 paket 2,000,000
Sub Total (Rp)
4. Pengolahan Data, Laporan, Publikasi, Seminar dan Lain-lain
Sewa Kendaraan Survei Hari III
Survei volume lalu
litnas dan kecepatan
koridor III
1 UH 500,000
Sewa Kendaraan Survei Hari I
Survei volume lalu
litnas dan kecepatan
koridor I
1 UH 500,000
Sewa Kendaraan Survei Hari II
Survei volume lalu
litnas dan kecepatan
koridor II
1 UH 500,000
Sub Total (Rp)
3. Perjalanan dan Survei
Material Justifikasi Pemakaian KuantitasHarga Satuan
(Rp)
Biaya per
tahun (Rp)
CDRPenyimpanan dan
pelaporan 1 box 70,000
Kertas HVS A4Formulir survei, rekap
data dan laporan4 rim 45,000
Tinta Printer DeskjetPrint form survei,
laporan, dll2 Unit 500,000
Sewa Tally Counter dan
Stopwatch
Perhitungan volume
lalu lintas dan survei
kecepatan
3 hari survei 600,000
Sewa Video Kamera, laptop dan
perlengkapan lainnya
Untuk Survei Lalu
Lintas selama 12 jam
1 unit video selama
3 hari 3,000,000
Sub Total (Rp)
2. Bahan/Peralatan Penunjang
Material Justifikasi Pemakaian Kuantitas Harga Satuan (Rp)
9,950 10 24
4,400 10 24
12,500 10 24
1. Honor
Honor Honor/jam (Rp) Waktu (jam/minggu) Minggu