Kata Pengantar - LandSpatial · III. STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT TATA RUANG DAN PERTANAHAN Dalam...
Transcript of Kata Pengantar - LandSpatial · III. STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT TATA RUANG DAN PERTANAHAN Dalam...
2
Kata Pengantar
Kebijakan pengembangan wilayah ditujukan sebagai upaya untuk mengurangi kesenjangan
antarwilayah melalui berbagai strategi kebijakan dengan dimensi kewilayahan. Strategi
kebijakan pembangunan berdimensi kewilayahan (strategic development regions)
dilakukan dengan meningkatkan nilai tambah sektor-sektor unggulan yang ada di daerah
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Upaya tersebut juga
didukung dengan kebijakan pembangunan wilayah yang strategis dan memiliki
kemampuan untuk cepat tumbuh agar dapat mendorong perekonomian baik di wilayahnya
dan juga di wilayah sekitarnya.
Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan kewilayahan adalah adanya
kesenjangan antarwilayah. Dengan latar belakang keadaan demografis, geografis,
infrastruktur dan kemajuan ekonomi yang tidak sama serta kapasitas sumberdaya
(manusia dan alam) yang berbeda, maka salah satu konsekuensi logis dari pelaksanaan
pembangunan adalah adanya perbedaan kinerja pembangunan antardaerah. Perbedaan
kinerja pembangunan antardaerah selanjutnya akan menyebabkan kesenjangan kemajuan
dan tingkat kesejahteraan antarwilayah.
Untuk memecahkan berbagai masalah tersebut memerlukan suatu kebijakan yang
terencana, konsisten dan terpadu baik dari sisi perencanaan, penganggaran maupun
pelaksanaan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membantu memecahkan
permasalahan kesenjangan antarwilayah tersebut adalah melalui kebijakan penataan
ruang dan pengelolaan pertanahan nasional. Melalui penataan ruang dan pengelolaan
pertanahan yang tepat, efektif dan menyeluruh diharapkan akan tercipta pengembangan
wilayah nasional yang terpadu dan seimbang antar satu wilayah dengan wilayah lainnya
serta terwujudnya keserasian antar sektor dalam pemanfaatan ruang.
Hal inilah yang melatarbelakangi perlu disiapkannya Rencana Kerja Tahun 2014 Direktorat
Tata Ruang dan Pertanahan. Dengan disusunnya Rencana Kerja Tahun tersebut, maka
diharapkan dapat memberikan gambaran secara umum mengenai isu dan permasalahan
yang dihadapi dalam bidang tata ruang dan pertanahan, serta dapat menjadi informasi
yang berguna terkait perencanaan pembangunan nasional dan daerah, sehingga pada
gilirannya dapat meningkatkan kualitas kebijakan pembangunan penataan ruang dan
pertanahan yang akan dihasilkan.
Jakarta, Desember 2013
Direktur Tata Ruang dan Pertanahan
Oswar M. Mungkasa
3
Daftar Isi
I. PENDAHULUAN ................................................................................................................................................. 4
II. POSISI DIREKTORAT TATA RUANG DAN PERTANAHAN DALAM LINGKUP
KEDEPUTIAN PENGEMBANGAN REGIONAL DAN OTONOMI DAERAH ................................. 6
III. STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT TATA RUANG DAN PERTANAHAN ....................... 8
IV. ISU-ISU STRATEGIS BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN ............................................. 8
4.1 Bidang Tata Ruang ..................................................................................................................................... 8
4.2 Bidang Pertanahan .................................................................................................................................... 9
V. RENCANA KERJA DIREKTORAT TATA RUANG DAN PERTANAHAN TAHUN 2014 .... 11
5.1 Subdit Tata Ruang ................................................................................................................................... 11
5.2 Subdit Pertanahan................................................................................................................................... 16
5.3 Subdit Informasi dan Sosialisasi TRP ............................................................................................ 18
5.4 Sekretariat BKPRN .................................................................................................................................. 21
5.4.1 Kegiatan Rutin Sekretariat BKPRN ........................................................................................ 21
5.4.2 Kegiatan Fasilitasi Koordinasi Penataan Ruang Nasional .......................................... 24
5.4.3 Penyusunan Laporan Koordinasi Strategis Sekretariat BKPRN .............................. 29
5.4.4 Pelaksanaan Kegiatan Kehumasan Dan Dokumentasi ................................................. 30
5.4.5 Fasilitasi Kegiatan Kementerian PPN/Bappenas selaku Anggota BKPRN dalam
Agenda Kerja BKPRN 2014-2015 ............................................................................................................. 31
5.5 Sekretariat RAN ........................................................................................................................................ 33
5.5.1 Intervensi Kebijakan ..................................................................................................................... 33
5.5.2 Koordinasi Lintas Sektor dan Daerah ................................................................................... 42
4
RENCANA KERJA DIREKTORAT TATA RUANG DAN PERTANAHAN
DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL DAN OTONOMI DAERAH
TAHUN 2014
I. PENDAHULUAN
Kebijakan pengembangan wilayah ditujukan sebagai upaya untuk mengurangi kesenjangan
antarwilayah melalui berbagai strategi kebijakan dengan dimensi kewilayahan. Strategi
kebijakan pembangunan berdimensi kewilayahan (strategic development regions)
dilakukan dengan meningkatkan nilai tambah sektor-sektor unggulan yang ada di daerah
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Upaya tersebut juga
didukung dengan kebijakan pembangunan wilayah yang strategis dan memiliki
kemampuan untuk cepat tumbuh untuk dapat mendorong perekonomian baik di
wilayahnya dan juga di wilayah sekitarnya. Di sisi lain, juga dilakukan penanganan secara
khusus untuk daerah tertinggal dan perbatasan agar dapat meningkat kesejahteraan
masyarakatnya serta dapat tumbuh baik secara ekonomi, sosial maupun sarana dan
prasarananya. Kebijakan pembangunan daerah juga ditujukan untuk mengatasi masalah
ketidakseimbangan pertumbuhan kota-kota besar, kecil dan menengah serta permasalahan
yang muncul di perdesaan yang menyangkut peningkatan kualitas manusia, sarana dan
prasarana serta akses ekonomi dan modal masyarakat perdesaan. Kemudian untuk
mendukung pembangunan berdimensi kewilayahan tersebut perlu dilakukan kebijakan
pengelolaan pertanahan serta keserasian antara rencana tata ruang dan pelaksanaan
pembangunan sehingga keberlanjutan pembangunan dapat terwujud.
Seiring dengan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah, maka pelaksanaan
kebijakan-kebijakan tersebut diatas tentunya perlu dukungan dari Pemerintah Daerah
yaitu Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota baik dalam perencanaannya
maupun pelaksanaannya. Dalam era desentralisasi dan otonomi daerah, maka keberhasilan
pembangunan nasional akan sangat bergantung pada keberhasilan pembangunan di
daerah. Untuk itu, diperlukan sinergi antara pusat-daerah dan antardaerah sehingga
pelaksanaan pembangunan regional dan otonomi daerah dalam pembangunan nasional
dapat mencapai tujuan utama yaitu pemerataan kualitas kehidupan masyarakat,
keseimbangan antarwilayah, serta keserasian pemanfaatan ruang.
Secara umum pengembangan wilayah yang dilakukan saat ini didasarkan pada tujuh
wilayah, yaitu: Sumatera, Jawa-Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan
Papua yang merujuk pada pembagian wilayah dalam Rencana Tata Ruang Pulau. Arah
5
pengembangan wilayah tersebut juga tertuang dalam RPJMN 2010-2014 mengenai arah
kebijakan nasional pengembangan wilayah. Pelaksanaan pembangunan yang telah
dilakukan selama ini telah mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
kemajuan di berbagai daerah. Namun, adanya perbedaan kondisi geografis, sumber daya
alam, infrastruktur, sosial budaya dan kapasitas sumber daya manusia menyebabkan
masih adanya kesenjangan antarwilayah. Akibatnya, kesejahteraan masyarakat tidak selalu
sama dan merata di seluruh wilayah. Kemajuan pembangunan di Jawa-Bali dan Sumatera
relatif lebih cepat dibanding wilayah lainnya.
Upaya pemecahan masalah dalam pengembangan wilayah memerlukan suatu kebijakan,
program, dan kegiatan yang konsisten, terpadu, dan bersifat lintas sektor. Untuk itu
diperlukan adanya sinergi program dan kegiatan mulai dari tahap perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, sampai pada pemantauan dan evaluasi. Salah satu upaya
untuk mendukung pemecahan masalah dalam pengembangan wilayah adalah melalui
kegiatan penataan ruang dan pengelolaan pertanahan. Kegiatan penyelenggaraan penataan
ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif
dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan
sasaran: (i) terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, (ii)
terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan
dengan memperhatikan sumber daya manusia, (iii) terwujudnya perlindungan fungsi
ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Selain itu, penataan ruang juga harus berbasis mitigasi bencana sebagai upaya dalam
meningkatkan keselamatan dan kenyamanan hidup dengan pengaturan zonasi yang baik.
Sedangkan kegiatan pengelolaan pertanahan dilakukan secara utuh dan terintegrasi
melalui Reforma Agraria, sehingga tanah dapat dimanfaatkan secara berkeadilan untuk
memperbaiki kesejahteraan masyarakat dan turut mendukung pembangunan
berkelanjutan yang efisien, efektif, serta penegakan hukum terhadap hak atas tanah dengan
menerapkan prinsip-prinsip keadilan dan transparansi.
Melalui penataan ruang dan pengelolaan pertanahan yang tepat, efektif dan menyeluruh diharapkan akan tercipta pengembangan wilayah nasional yang terpadu dan seimbang antar satu wilayah dengan wilayah lainnya serta terwujudnya keserasian antar sektor dalam pemanfaatan ruang.
6
II. POSISI DIREKTORAT TATA RUANG DAN PERTANAHAN DALAM
LINGKUP KEDEPUTIAN PENGEMBANGAN REGIONAL DAN OTONOMI
DAERAH
Sebagai bagian dan unsur pelaksana tugas dan fungsi Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Deputi Bidang
Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah mempunyai tugas melaksanakan perumusan
kebijakan dan pelaksanaan penyusunan rencana pembangunan nasional di bidang
pengembangan regional dan otonomi daerah.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Deputi Bidang Pengembangan
Regional dan Otonomi Daerah menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan perencanaan pembangunan nasional di bidang
kewilayahan, otonomi daerah, perekonomian daerah, serta perkotaan, tata ruang dan
pertanahan;
b. Koordinasi dan sinkronisasi perencanaan pembangunan nasional di bidang
kewilayahan, otonomi daerah, perekonomian daerah, serta perkotaan, tata ruang dan
pertanahan;
c. Pelaksanaan penyusunan perencanaan pembangunan nasional di bidang kewilayahan,
otonomi daerah, perekonomian daerah, serta perkotaan, tata ruang dan pertanahan;
d. Pemantauan, evaluasi, dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan perencanaan
pembangunan nasional di bidang kewilayahan, otonomi daerah, perekonomian daerah,
serta perkotaan, tata ruang dan pertanahan;
e. Pelaksanaan hubungan kerja di bidang perencanaan pembangunan nasional di bidang
kewilayahan, otonomi daerah, perekonomian daerah, serta perkotaan, tata ruang dan
pertanahan;
f. Pelaksanaan tugas lain yang di berikan oleh Menteri/Kepala sesuai dengan bidangnya.
Melihat tugas dari Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah diatas,
maka secara jelas dapat dilihat bahwa salah satu bidang yang ditangani adalah bidang tata
ruang dan pertanahan. Pelaksanaan tugas tersebut secara langsung dilakukan oleh unit
kerja di bawah Kedeputian Regional dan Otonomi Daerah yaitu Direktorat Tata Ruang dan
Pertanahan. Tugas Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan adalah melaksanakan penyiapan
perumusan kebijakan, koordinasi,sinkronisasi pelaksanaan penyusunan dan evaluasi
perencanaan pembangunan nasional di bidang tata ruang dan pertanahan serta
pemantauan dan penilaian atas pelaksanaannya. Dalam melaksanakan tugas tersebut,
Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan menyelenggarakan fungsi:
7
a. Penyiapan perumusan kebijakan perencanaan pembangunan nasional di bidang tata
ruang dan pertanahan;
b. Sosialisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan perencanaan pembangunan nasional
di bidang tata ruang, dan pertanahan;
c. Pelaksanaan penyusunan rencana pembangunan nasional dan rencana pendanaannya
di bidang tata ruang dan pertanahan dalam jangka panjang, menengah, dan tahunan;
d. Pengkajian kebijakan perencanaan pembangunan nasional dibidang tata ruang dan
pertanahan;
e. Pemantauan, evaluasi dan penilaian kinerja pelaksanaan rencana pembangunan
nasional di bidang tata ruang dan pertanahan;
f. Penyusunan rencana kerja pelaksanaan tugas dan fungsinya serta evaluasi dan
pelaporan pelaksanaannya;
g. Melakukan koordinasi pelaksanaan kegiatan-kegiatan pejabat fungsional perencana di
lingkungan direktoratnya.
Selain melaksanakan tugas dan fungsi sesuai yang ditugaskan, dalam lingkup bidang
wilayah dan tata ruang sesuai RPJMN 2010-2014, tata ruang dan pertanahan merupakan
dasar perencanaan bagi pengembangan wilayah seperti kawasan cepat tumbuh, kawasan
perbatasan, daerah tertinggal, kawasan rawan bencana, pembangunan perkotaan dan
perdesaan serta pengembangan kawasan transmigrasi. Dengan demikian, maka tata ruang
dan pertanahan mempunyai peran yang strategis dalam pengembangan wilayah.
8
III. STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT TATA RUANG DAN
PERTANAHAN
Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas dan kegiatan Direktorat Tata Ruang dan
Pertanahan maka dibentuk struktur organisasi direktorat yang terdiri dari tiga Sub
Direktorat yaitu: (i) Sub Direktorat Informasi dan Sosialisasi Tata Ruang dan Pertanahan;
(ii) Sub Direktorat Tata Ruang; dan (iii) Sub Direktorat Pertanahan. Selain itu, terdapat 2
(dua) sekretariat untuk mendukung pelaksanaan kegiatan tata ruang dan pertanahan.
Untuk lebih detil struktur organisasi seperti berikut.
IV. ISU-ISU STRATEGIS BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN
4.1 Bidang Tata Ruang
Isu-isu strategis di bidang tata ruang dirumuskan dalam penyusunan RPJMN 2015-
2019 adalah:
Belum efektifnya pemanfaatan dan pengendalian penataan ruang. Dengan
telah banyaknya produk rencana tata ruang yang dihasilkan, ironisnya justru
9
implementasi produk tersebut menjadi titik lemah yang belum ditangani dengan
baik. Aspek pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang belum efektif
karena produk rencana yang ada belum menghasilkan impact yang mampu
menjawab tujuan penyelenggaraan penataan ruang.
Belum efektifnya kelembagaan penyelenggaraan penataan ruang. Kualitas
SDM dan kelembagaan yang rendah menjadi salah satu permasalahan kunci yang
juga menghambat implementasi produk rencana. Implementasi ini termasuk
adanya konflik pemanfaatan ruang di lapangan.
Belum dijadikannya RTRW sebagai acuan pembangunan berbagai sektor.
Muara dari kedua isu strategis itu adalah RTRW belum menjadi acuan
pembangunan sektor yang ditandai dengan belum sinkronnya RTRW dengan
rencana pembangunan.
4.2 Bidang Pertanahan Upaya pengembangan wilayah memerlukan dukungan penerapan sistem pengelolaan
pertanahan yang efisien, efektif, serta penegakan hukum terhadap hak atas tanah
dengan menerapkan prinsip-prinsip keadilan dan transparansi. Beberapa isu yang
membutuhkan perhatian dan penanganan dalam upaya menjadikan tanah sebagai
salah satu sumber perbaikan kesejahteraan masyarakat adalah sebagai berikut.
Belum Kuatnya Jaminan Kepastian Hukum Hak Masyarakat Atas Tanah.
Jaminan kepastian hukum hak masyarakat atas tanah masih menjadi isu
permasalahan utama, dimana faktor-faktor utama yang mempengaruhi kondisi
kepastian hukum hak atas tanah belum dapat diperbaiki secara signifikan.
Faktor-faktor dimaksud, antara lain adalah cakupan peta dasar pertanahan,
jumlah bidang tanah yang telah bersertipikat, kepastian batas kawasan hutan dan
tanah adat.
Keterbatasan ketersediaan peta dasar untuk pendaftaran tanah merupakan salah
satu kendala utama yang perlu diatasi. Data yang ada menunjukkan bahwa dari
39.681.839 bidang tanah yang telah terukur dan terdaftar, 13 persen sudah
dipetakan secara jelas koordinatnya. Untuk sertipikasi tanah sampai tahun 2012,
telah tersertifikasi 42.754.257 bidang tanah atau sekitar 49,23% dari total
86.845.839 bidang tanah di Indonesia. Dengan demikian terlihat bahwa cakupan
peta dasar dan bidang tanah bersertipikat masih rendah sehingga perlu
ditingkatkan.
Masih Terjadinya Ketimpangan Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan
Pemanfaatan Tanah (P4T) serta Masih Rendahnya Kesejahteraan
10
Masyarakat. Meskipun telah dilakukan upaya penataan P4T, masih terindikasi
rata-rata penguasaan tanah kurang dari 0,5 hektar per rumah tangga petani. Hal
ini masih belum cukup memadai untuk mencapai skala usaha pertanian. Dengan
demikian, penataan P4T perlu ditingkatkan efektivitasnya untuk memperkecil
resiko sengketa tanah, mengurangi kesenjangan penguasaan tanah serta
menanggulangi kemiskinan, terutama di perdesaan. Disamping itu, upaya
redistribusi tanah perlu dilanjutkan dan diperbaiki dengan memperhatikan
bahwa legalisasi aset tanah tidak serta merta meningkatkan taraf hidup penerima
redistribusi tanah. Untuk itu, diperlukan adanya akses terhadap sumber daya
produktif setelah diperolehnya sertifikat tanah.
Kinerja Pelayanan Pertanahan Yang Belum Optimal. Peningkatan kinerja
pelayanan pertanahan masih menghadapi kendala sistem informasi pertanahan
yang belum memadai kualitasnya, baik dari aspek keamanan data yuridis
maupun aspek kenyamanan pelayanan. Selain itu, masih diperlukan penambahan
dan penguatan kapasitas sumber daya manusia khususnya juru ukur pertanahan.
Belum Terjaminnya Ketersediaan Tanah Untuk Pembangunan Bagi
Kepentingan Umum. Ketersediaan tanah untuk pembangunan bagi kepentingan
umum menjadi permasalahan bidang pertanahan dimana pembebasan tanah
menjadi berlarut-larut dan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan. Dengan
diterbitkannya UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaaan Tanah untuk
Pembangunan bagi Kepentingan Umum permasalahan kepastian dari sisi waktu
pengadaan sebenarnya telah teratasi karena UU tersebut telah mengatur
kerangka waktu pengadaan tanah maksimal. Namun demikian, UU tersebut
belum dapat mengantisipasi permasalahan kepastian dari sisi perencanaan
pengadaan tanah secara umum karena dalam UU tersebut diserahkan
sepenuhnya kepada masing-masing instansi pemerintah yang membutuhkan
tanah. Daerah-daerah tertentu yang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah telah
ditetapkan sebagai lokasi pembangunan bagi kepentingan umum, sepanjang
instansi pemerintah terkait belum merencanakan kegiatan fisik terkait, maka
bidang-bidang tanah dalam daerah tersebut tetap belum dapat dilakukan
pengadaan tanah sehingga harga tanah tidak dapat dikendalikan dan secara
umum akan berdampak pula kepada kesejahteraan masyarakat yang harus
menanggung kenaikan harga tanah yang tidak terkontrol.
11
V. RENCANA KERJA DIREKTORAT TATA RUANG DAN PERTANAHAN
TAHUN 2014
5.1 Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan
Penyusunan RPJMN 2015-2019
Sehubungan dengan akan berakhirnya RPJMN 2010-2014 dan sesuai amanat UU
25/2004 tentang SPPN, maka pada tahun 2014 ini akan disusun rancangan
teknokratik RPJMN 2015-2019. Rancangan teknokratik tersebut memuat usulan
dan arah kebijakan yang akan diambil untuk menyelesaikan persoalan bidang
tata ruang dan pertanahan. Kebijakan tersebut dapat berupa kebijakan baru
maupun penyempurnaan dari kebijakan sebelumnya. Jadwal kegiatan
penyusunan RPJMN 2015-2019 yang akan dilakukan oleh Direktorat Tata Ruang
dan Pertanahan adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Rencana Penyusunan RPJMN 2015-2019
No Tema Kegiatan Output Waktu
1. Penulisan draft RPJMN 2015-2019 Draft RPJMN 2015-2019
Januari – Juli 2014
2. Pertemuan dengan BPN membahas
substansi RPJMN 2015-2019
Kesepahaman substansi
Februari – Juli 2014
3. FGD evaluasi RPJMN 2010-2014 Hasil evaluasi RPJMN 2010-2014
Maret 2014
4. FGD internal Bappenas Masukan untuk draft
RPJMN 2015-2019
Januari – Mei 2014
5. FGD K/L sektor Masukan untuk draft
RPJMN 2015
April – Juni 2014
6. FGD di daerah Masukan untuk draft
RPJMN 2015
April – Juni 2014
7. Penyusunan Draf Rancangan RPJMN
dan Rencana Pendanaan
Pembangunan Dalam Dokumen
RPJMN
Draf Rancangan RPJMN dan Rencana Pendanaan Pembangunan Dalam Dokumen RPJMN
September 2014
8. Lokakarya RPJMN 2015-2019 Diseminasi ke stakeholders
September 2014
12
Penyusunan RKP 2015
Sebagaimana amanat UU No. 25/2004 Tentang SPPN, Bappenas (c.q Direktorat
Tata Ruang dan Pertanahan) berkoordinasi dengan Mitra Kerja K/L
(Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Dalam Negeri, dan Badan
Pertanahan Nasional) untuk menyusun RKP 2015 Bidang Tata Ruang dan
Pertanahan. Koordinasi ini dimaksudkan guna mencari kerangka awal
penyusunan program dan kegiatan yang akan digulirkan terutama program dan
kegiatan prioritas nasional. Penyusunan RKP 2015 secara umum dimulai dengan
penyusunan rancangan awal. Proses penyusunan didahului dengan
melaksanakan evaluasi singkat mengenai pelaksanaan program dan kegiatan
bidang pertanahan di tahun sebelumnya yaitu Tahun 2013. Disamping itu,
dipertimbangkan juga bahan-bahan perkiraan kecenderungan (tren) 2010 –
2014 serta arahan RPJPN 2005 – 2025 dan RPJMN 2010 – 2014. Output yang
diharapkan dari pelaksanaan koordinasi ini adalah tersusunnya program maupun
kegiatan prioritas bidang penyelenggaraan penataan ruang dan reforma agraria
pada Tahun 2015 yang dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang
dihadapi oleh pemerintah maupun masyarakat Indonesia pada tahun tersebut.
Adapun agnda kegiatan dalam penyusunan RKP Tahun 2015 adalah sebagai
berikut:
Tabel 2. Rencana Penyusunan RKP 2015
No Tema Kegiatan Output Waktu
1. Penulisan Draf Rancangan Awal RKP
2015
Draft Rancangan Awal RKP 2015
Januari – April 2014
2. Pembahasan bilateral meeting RKP
2015 dengan Deputi Pendanaan
Pembangunan, Bappenas
Penyempurnaan Draf Awal RKP 2015
Februari – Maret 2014
3. Penyepakatan usulan Inisiatif Baru
dalam RKP 2015 dengan mitra K/L
(BPN)
Kesepahaman substansi
Maret – April 2014
4. Trilateral Meeting dengan BPN
(tentatif)
Kesepahaman
substansi
April 2014
5. Musrenbang 2014 Dokumen Trilateral
Desk
April 2014
13
Penyusunan Lampiran Pidato Kenegaraan
Tabel 3. Rencana Penyusunan Lampiran Pidato Kenegaraan
No Tema Kegiatan Output Waktu
1. Penyampaian surat ke BPN untuk
permintaan data
Surat permintaan data Juni 2014
2. Pengumpulan data dan informasi Data terkait realisasi program dan kegiatan BPN
Juni 2014
4. Finalisasi Lampid Bahan Lampid
Pertanahan
Juli - Agustus 2014
Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Bidang Tata Ruang dan
Pertanahan
Kegiatan pemantauan dan evaluasi merupakan langkah penting dalam
memahami dinamika permasalahan dan isu strategis pembangunan. Hal ini
berlaku juga untuk bidang tata ruang dan pertanahan. Selain itu melalui kegiatan
pemantauan diharapkan dapat terpantau mengenai kemajuan pelaksanaan
kegiatan, hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan, dan
upaya-upaya perbaikan dalam pelaksanaan program penyelenggaraan penataan
ruang dan pengelolaan pertanahan nasional. Hasil pelaksanaan pemantauan dan
evaluasi diharapkan dapat membantu dalam mencapai target-target yang
ditetapkan. Selain juga dapat menjadi masukan dalam melakukan perbaikan pada
proses perencanaan pembangunan untuk periode mendatang. Jadwal
pelaksanaan kegiatan pemantauan dan evaluasi adalah sebagai berikut.
Tabel 4. Rencana Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan
Kegiatan Bidang Tata Ruang dan Pertanahan
No Tema Kegiatan Output Waktu
1. Rapat Koordinasi Bersama BPN Draft Awal RKP 2015 Juni 2014
2. Pengumpulan data sekunder Data Sekunder Capaian Kegiatan Bidang Pertanahan
Juli – Agustus 2014
3. Survey ke Kanwil dan Kantah BPN
dalam rangka pengumpulan data
primer
Penyempurnaan Draf Awal RKP 2015
September – Oktober 2014
4. Penyusunan Laporan Pemantauan
dan Evaluasi
Draf Laporan Pemantauan dan Evaluasi
November – Desember 2014
14
5.2 Subdit Tata Ruang
Rencana Kerja Subdit Tata Ruang adalah dalam rangka menjawab ketiga isu strategis
bidang tata ruang tersebut diatas sesuai dengan tupoksi Subdit Tata Ruang dan
tahapannya dalam RPJMN 2015-2019.
Penyusunan Profil Tata Ruang Daerah
Data dan informasi merupakan hal yang penting dalam suatu pengambilan
keputusan. Dengan semakin kompleksnya penyelenggaraan penataan ruang saat
ini mulai belum harmonisnya perundangan sektoral terkait ruang hingga konflik
dalam pemanfaatan ruang, menyebabkan semakin pentingnya data dan
informasi, sehingga suatu profil penataan ruang dan pertanahan untuk 33
provinsi di Indonesia dapat terpetakan. Profil dikumpulkan berupa data dan
informasi hasil kunjungan lapangan maupun yang lainnya. Penyusunan Profil
Tata Ruang Daerah adalah salah satu upaya untuk menjawab isu ‘Belum
efektifnya pemanfaatan dan pengendalian penataan ruang’. Dengan adanya
profil tata ruang daerah yang baik, diharapkan dapat sebagai database untuk
identifikasi permasalahan dalam pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan
ruang.
Proses penyusunan profil terdiri dari Pembahasan informasi profil yang pernah
dibuat DJPR PU, Rekapitulasi data dan informasi, dan Penulisan Profil TR Provinsi
untuk 33 provinsi dengan detil rencana kerja seperti dibawah ini.
Tabel 5. Rencana Penyusunan Profil Tata Ruang Daerah
No Tema Kegiatan Output Waktu
1. Pembahasan informasi profil yang
pernah dibuat DJPR PU
Data dari DJPR PU Februari 2014
2. Rekapitulasi data dan informasi Data primer dan sekunder isu dan permasalahan di daerah
Maret – Desember 2014
3. Penulisan Profil TR Provinsi untuk
33 provinsi
Buku Profil TR 33 Provinsi
Maret – Desember 2014
Pembinaan BKPRD
Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) merupakan badan yang
memiliki fungsi penting di daerah, karena memiliki tupoksi dalam
mengkoordinasikan berbagai aspek terkait penggunaan ruang. Pada
kenyataannya, belum semua BKPRD berfungsi sebagaimana mestinya, baik dalam
penyusunan rencana tata ruang (saat ini rencana rinci) maupun pengambilan
15
keputusan terkait ruang di daerah masih bersifat yang masih bersifat sektoral.
Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu konsep pembinaan/pelatihan BKPRD.
Pembinaan BKPRD adalah salah satu upaya untuk menjawab isu ‘Belum
efektifnya kelembagaan penyelenggaraan penataan ruang’ agar dapat lebih
efektif dalam penyelenggaraannya.
Proses pembinaan BKPRD terdiri dari Pembahasan mekanisme pembinaan
BKPRD yang telah dilakukan oleh Bangda Dagri, Konfirmasi perkembangan
BKPRD ke Bangda Dagri, Lokakarya di daerah dengan mengundang best practice
penyelenggaraan BKPRD (tentatif adalah Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi
Jawa Timur), Lokakarta di daerah dengan mengundang best practice penyusunan
Rencana Rinci Tata Ruang (tentatif adalah Provinsi Jawa Tengah), dan
Penyusunan mekanisme pembinaan BKPRD dengan bekerja sama dengan
Direktorat Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup, Ditjen Bina Bangda,
Kementerian Dalam Negeri dengan detil rencana kerja seperti dibawah ini.
Tabel 6. Rencana Kegiatan Pembinaan BKPRD
No Tema Kegiatan Output Waktu
1. Pembahasan mekanisme pembinaan
BKPRD yang telah dilakukan oleh
Bangda Dagri
Data dari Bangda Dagri Februari 2014
2. Konfirmasi perkembangan BKPRD
ke Bangda Dagri
Status penyelenggaraan BKPRD
Maret 2014
3. Lokakarya di daerah dengan
mengundang best practice
penyelenggaraan BKPRD (tentatif
adalah Provinsi Sulawesi Selatan dan
Provinsi Jawa Timur)
Best practice penyelenggaraan BKPRD
Juli 2014
4. Lokakarta di daerah dengan
mengundang best practice
penyusunan Rencana Rinci Tata
Ruang (tentatif adalah Provinsi Jawa
Tengah)
Best practice penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang
Agustus 2014
4. Penyusunan mekanisme pembinaan
BKPRD dengan bekerja sama dengan
Direktorat Fasilitasi Penataan Ruang
dan Lingkungan Hidup, Ditjen Bina
Bangda, Kementerian Dalam Negeri
Mekanisme pembinaan BKPRD
April – Desember 2014
16
Penyusunan Mekanisme Sinkronisasi Rencana Tata Ruang dan Rencana
Pembangunan
UU 26/2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan adanya sinkronisasi
dalam implementasi Rencana Tata Ruang dan Rencana Pembangunan, baik di
tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota. Namun belum adanya suatu
pedoman jelas dalam sinkronisasi menyebabkan daerah masih merasa
kebingungan dalam upaya mensinkronkan, sehingga menyebabkan antara
Rencana Tata Ruang dan Rencana Pembangunan masih berjalan sendiri-sendiri.
Selain itu, tidak sinkronnya antara RTR dengan rencana sektoral juga
menyebabkan RTR tidak dijadikan acuan bagi pembangunan sektoral.
Penyusunan mekanisme sinkronisasi adalah salah satu upaya untuk menjawab
isu ‘Belum dijadikannya RTRW sebagai acuan pembangunan berbagai
sektor’
Proses penyusunan mekanisme sinkronisasi terdiri dari Pembahasan masukan
dari proses penyusunan RPI2JM oleh DJPR, Kementerian PU, Pembahasan
masukan dari sektor lainnya, dan Penyusunan pedoman sinkronisasi dengan detil
rencana kerja seperti dibawah ini.
Tabel 7. Rencana Penyusunan Mekanisme Sinkronisasi Rencana Tata Ruang
dan Rencana Pembangunan
No Tema Kegiatan Output Waktu
1. Pembahasan masukan dari proses
penyusunan RPI2JM oleh DJPR,
Kementerian PU
Kesepahaman persepsi April 2014
2. Pembahasan masukan dari sektor
lainnya
Kesepahaman persepsi Mei 2014
3. Penyusunan pedoman sinkronisasi Pedoman sinkronisasi Rencana Tata Ruang dan Rencana Pembangunan
Juni – Desember 2014
5.2 Subdit Pertanahan
Dalam rangka menjawab isu-isu bidang pertanahan yang ada dan sesuai dengan
tupoksi Subdit Pertanahan maka disusun agenda kerja Tahun 2014 sebagai berikut.
Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan Sertipikasi Tanah Lintas K/L
Untuk mendukung penyusunan RKP 2015, dilakukan rapat-rapat koordinasi
untuk menentukan target-target kementerian/lembaga yang mempunyai
kegiatan sertifikasi tanah. Kementerian/Lembaga tersebut adalah Kementerian
17
Koperasi dan UKM, Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Keuangan
dan Kementerian Perumahan Rakyat. Pada rapat koordinasi ini didiskusikan juga
kesiapan K/L pada periode pra dan pasca sertifikasi, agar kegiatan yang
dilaksanakan dapat saling berkesinambungan. Adapun jadwal untuk kegiatan
koordinasi sertipikasi tanah lintas K/L adalah sebagai berikut.
Tabel 8. Rencana Pelaksanaan Kegiatan Koordinasi Sertipikasi Tanah Lintas K/L
No Tema Kegiatan Output Waktu
1. Koordinasi dengan K/L terkait
jumlah usulan sertifikasi tanah
Jumlah usulan target sertifikasi tanah setiap K/L Pelaksana
Februari 2014
2. Pengumpulan data sertifikasi lintas
K/L
Data sertifikasi tanah lintas K/L
Maret 2014
3. Rapat koordinasi finalisasi target
sertifikasi tanah
Target sertipikasi tanah lintas K/L
April 2014
Penyusunan Profil Pertanahan
Salah satu upaya untuk mengenali permasalahan dan isu dalam bidang
pertanahan adalah melalui penyusunan profil pertanahan daerah. Hal ini penting
dilakukan karena dinamika dan perbedaan isu pertanahan antara satu daerah
dengan daerah lain berbeda. Selain itu, dapat diketahui program dan kegiatan
yang telah dilakukan dalam bidang pertanahan di wilayah tersebut. Proses
pengumpulan data dan informasi dapat dilakukan melalui kunjungan lapangan
maupun pengumpulan data langsung kepada mitra kerja K/L. Dengan adanya
profil pertanahan daerah, diharapkan ada database untuk input dalam proses
perencanaan dan pengambilan suatu kebijakan yang tepat.. Adapun proses
penyusunan profil pertanahan sebagai berikut.
Tabel 9. Rencana Pelaksanaan Penyusunan Profil Pertanahan
No Tema Kegiatan Output Waktu
1. Pembahasan substansi buku profil
pertanahan provinsi
Kesepakatan substansi buku profil pertanahan provinsi
Februari 2014
2. Pengumpulan data dan informasi Data primer dan sekunder serta isu dan permasalahan di daerah
Maret – Desember 2014
3. Penulisan Profil Pertanahan Provinsi Buku Profil Pertanahan Provinsi
Maret – Desember 2014
18
5.3 Subdit Informasi dan Sosialisasi TRP
Berdasarkan Permeneg PPN 5/MPPN/09/07, SubDirektorat Informasi dan Sosialisasi
(Infosos) TRP mempunyai tugas mengumpulkan data dan informasi tata ruang dan
pertanahan; melaksanakan inventarisasi kebijakan di bidang tata ruang dan
pertanahan; serta melakukan sosialisasi dalam pelaksanaannya. Untuk melaksanakan
tugas tersebut, Subdit Infosos memiliki 4 (empat) fungsi feasible dari 6 (enam) fungsi,
meliputi (1) pelaksanaan sosialisasi hasil pengkajian kebijakan di bidang tata ruang
dan pertanahan; (2) pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan
pembangunan nasional di bidang informasi tata ruang dan pertanahan; (3)
pelaksanaan inventarisasi dan analisis berbagai kebijakan dan informasi; serta (4)
pemantauan, evaluasi, penilaian, dan pelaporan atas pelaksanaan rencana, kebijakan
dan program-program pembangunan di bidang informasi tata ruang dan pertanahan.
Pembuatan Media Sosialisasi TRP
Di tahun 2013, Dit. TRP melakukan 2 (dua) kajian kebijakan, yakni Kajian
Background Study RPJMN 2015-2019 Bidang TRP; dan Kajian Penggunaan
Rencana Penanggulangan Bencana dalam KSN Jabodetabekpunjur. Sesuai
tupoksinya, di tahun 2014 Dit. TRP akan melakukan sosialisasi mengenai dua
kajian tersebut. Beberapa media sosialisasi yang sudah dibangun dan akan
berlanjut digunakan adalah website TRP (www.trp.or.id), Buletin TRP yang
terbit setiap 6 (enam) bulan (Juli dan Desember), dan Konferensi Internasional
(IRSA-PRSCO). Selain kedua kajian tersebut, secara rutin Dit. TRP mengkliping
berita terkait TRP dari sejumlah surat kabar nasional untuk dibagikan melalui FB
dan milis TRP, juga mensosialisasikan berbagai peraturan terkait TRP dalam
bentuk leaflet (ringkasan peraturan) dan buku saku. Untuk memanfaatkan
berbagai data dan informasi yang ada, di tahun ini Dit. TRP mulai
mengembangkan Konsep Knowledge Management (KM) TRP dengan keluaran
berupa Portal TRP.
Tabel 10. Rencana Pelaksanaan Pembuatan Media Sosialisasi TRP
No Kegiatan Output Waktu
1. Penerbitan Buletin TRP Buletin TRP Jun dan Des
2. FB dan milis, website TRP Kliping harian, Kegiatan
TRP dan hasil pengolahan data
Jan – Des
3. Sosialisasi Hasil BS TRP dan Kajian SCDRR di Bappenas dan IRSA
Masukan terhadap hasil kajian yang telah dilakukan
Jan, Mar
4.
Pembuatan Leaflet Tersosialisasinya berbagai peraturan terkait TRP dalam bentuk leaflet (ringkasan peraturan)
Jan-Des
19
No Kegiatan Output Waktu
dan buku saku
5. Konsep KM Terpetakan sumber
data terkait bidang tata ruang dan pertanahan
Mar, Jul, Des
Pembuatan Sistem Informasi dan Website TRP
Dalam struktur BKPRN, Direktur TRP berperan sebagai Kepala Sekretariat
BKPRN. Dalam menjalankan fungsi koordinasi dan sinkronisasi perencanaan, Dit.
TRP telah mengembangkan sistem informasi, yaitu eBKPRN dan eTRP. Tahun ini,
Dit. TRP akan melaksanakan sosialisasi ke-dua eBKPRN pada Bulan Februari
dengan harapan eBKPRN mulai digunakan secara intensif. Selain eTRP (sistem
informasi di internal Dit. TRP) sebagai sistem pendukung, Dit. TRP mulai beralih
menggunakan aplikasi naskah dinas Kementerian PPN/Bappenas untuk sistem
persuratan. Dalam mendukung kegiatan RAN, tahun ini Dit TRP akan membangun
website RAN dan eRAN yang berisi data dan informasi terkait kegiatan RAN yang
akan dimulai pengerjaannya pada bulan Maret.
Tabel 11. Rencana Pelaksanaan Pembuatan Sistem Informasi dan Website
No Kegiatan Output Waktu
1. Implementasi eTRP Penggunaan eTRP Jan-Des
2.
Implementasi eBKPRN Penggunaan internal secara intensif, Sosialisasi II, penggunaan lintas K/L
Feb, Mar, Des
3. Pembuatan Portal TRP Pembuatan data yang
dapat dianalisis (peta, rencana)
Jan- Des
4.
Pembuatan Web RAN dan eRAN Tersosialisasinya kebijakan dibidang pertanahan Sharing data di bidang pertanahan dengan sektor terkait.
Mar, Jul
Penyusunan Kegiatan Hibah Project Preparation Grand (PPG)
Setiap tahunnya, Dit. TRP melakukan inventarisasi dan analisis kebijakan terkait
TRP. Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi potensi konflik dan
merekomendasikan alternatif resolusi konflik antar kebijakan. Tahun ini, analisis
dilakukan untuk harmonisasi UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dengan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
20
Ruang. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut Dit. TRP-Kementerian
PPN/Bappenas bekerjasama dengan Kemendagri menyusun Project Preperation
Grand (PPG) melalui hibah GEF hingga 2017, dan di Tahun 2014 mulai disusun
proposal untuk harmonisasi matek. Selain itu, sebagai lanjutan dari kegiatan
harmonisasi UU No. 26 Tahun 2007 dan UU No. 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana melalui hibah SCDRR-UNDP di Tahun 2013, hingga
pertengahan tahun 2014 ini Dit. TRP bekerjasama dengan UNDP melakukan
pemetaan stakeholder dan menyusun materi teknis pengintegrasian PRB ke
dalam RTRW Provinsi dan KSN.
Tabel 12. Rencana Pelaksanaan Kegiatan Hibah Project Preparation Grand (PPG)
No Kegiatan Output Waktu
1. Hibah GEF Proposal harmonisasi matek
Jul - Des
2. Hibah SCDRR-UNDP Terintegrasinya PRB ke dalam RTRW Provinsi dan KSN
Jan -Des
3. Analisis kebijakan terkait TRP Teridentifikasinya potensi konflik dan rekomendasi alternatif resolusi konflik antar kebijakan
Des
Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan RKP
Di tahun 2013, selain melakukan Monev Pelaksanaan RKP 2012 dan RPJMN
2010-2014 Dit. TRP juga melakukan kajian pelengkap, meliputi Penyusunan
Indikator dan Mekanisme Evaluasi Penyelenggaraan PR Nasional; dan Pemetaan
antara Indikasi Program dalam RTRWN dan RTR Pulau/Kepulauan dengan
RPJMN 2010-2014 dan RKP 2014. Sama halnya dengan tahun lalu, tahun ini
dilakukan Monev Pelaksanaan RKP 2013 dan RPJMN 2010-2014 dengan kajian
pelengkap, yakni Penyusunan Indikator Outcome dan Mekanisme Evaluasi
Penyelenggaraan Penataan Ruang Nasional dan Reforma Agraria; dan Penetapan
Baseline untuk mengetahui perkembangan penyelenggaraan Penataan Ruang
Nasional dan Reforma Agraria.
Tabel 13. Rencana Pelaksanaan Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan RKP
No
Kegiatan Output Waktu
Monev Pelaksanaan RKP 2013 dan RPJMN 2010-2014
Indikator Outcome dan Mekanisme Evaluasi Penyelenggaraan PR Nasional dan RA
Jul
21
No
Kegiatan Output Waktu
Baseline untuk mengetahui perkembangan Penyelenggaraan PR Nasional dan RA
Des
5.4 Sekretariat BKPRN Berdasarkan tugas dan fungsinya, Sekretariat BKPRN akan melaksanakan beberapa
kegiatan di tahun 2014 sebagai berikut:
5.4.1 Kegiatan Rutin Sekretariat BKPRN
Sebagai forum koordinasi bidang penataan ruang, Sekretariat BKPRN melakukan
beberapa kegiatan rutin yaitu:
Penyusunan Jadwal dan Rencana Kerja Kegiatan Sekretariat BKPRN
Untuk menjalankan kegiatan koordinasi yang efektif dan efisien, Sekretariat
BKPRN menyusun jadwal dan rencana kerja Sekretariat BKPRN tahun 2014
yang terutama didasarkan pada Agenda Kerja BKPRN 2014-2015.
Rancangan Agenda Kerja BKPRN 2014-2015 dirumuskan dalam Rapat Kerja
Nasional BKPRN (Rakernas BKPRN) yang dilaksanakan pada 7 November
2013. Sekretariat BKPRN melakukan fasilitasi dan finalisasi Rancangan
Agenda Kerja tersebut pada bulan November hingga Desember 2013.
Finalisasi Agenda Kerja BKPRN dilakukan dengan memperhatikan masukan
dan usulan Kementerian/Lembaga Anggota BKPRN serta pengelompokan
yang didasarkan pada 4 Pokja BKPRN yaitu: i) Pokja 1 Koordinasi Penyiapan
Kebijakan dan Peraturan Perundang-Undangan Bidang Penataan Ruang; ii)
Pokja 2 Koordinasi Peningkatan kapasitas Kelembagaan; iii) Pokja 3
Koordinasi Perencanaan dan Program Penataan Ruang; dan iv) Pokja 4
Koordinasi Penyelesaian Sengketa dan Konflik Penataan Ruang. Selanjutnya
Rancangan Agenda Kerja tersebut ditetapkan oleh Ketua BKPRN.
Pada bulan Januari 2014, Sekretariat BKPRN melakukan penyusunan jadwal
dan rencana kerja tahun 2014. Selanjutnya pada bulan Februari 2014 akan
diselenggarakan Rapat Teknis Kementerian/Lembaga Anggota BKPRN untuk
mendetailkan Agenda Kerja BKPRN 2014-2015 pada aspek pembagian tugas,
rincian kegiatan, waktu pelaksanaan hingga aspek pembiayaan.
Pada bulan Juni dan Desember, Sekretariat BKPRN akan melakukan kegiatan
evaluasi pelaksanaan Agenda Kerja BKPRN 2014-2015 dan rencana kerja
22
Sekretariat BKPRN 2014. Dengan demikian dapat diidentifikasi capaian
kegiatan pada tiap semester dan kegiatan yang belum terlaksana untuk dapat
ditindaklanjuti hingga akhir 2014. Dalam mendukung pelaksanaan Agenda
Kerja BKPRN 2014-2015 dan Sekretariat BKPRN 2014, akan disusun pula
SOP Internal Sekretariat BKPRN yang jangka waktu pelaksanaan kegiatannya
dimulai Januari hingga Maret.
Tabel 14. Kegiatan, Output, dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penyusunan Jadwal
dan Rencana Kerja Kegiatan Sekretariat BKPRN
No Kegiatan Output Waktu 1 Penyiapan penyampaian Agenda
Kerja BKPRN 2014-2015 dari Menteri PPN/Kepala Bappenas selaku Sekretaris BKPRN kepada Menko Perekonomian selaku Ketua BKPRN
Penyampaian Agenda Kerja BKPRN 2014-2015
Januari
2 Penyusunan jadwal dan rencana kerja kegiatan Sekretariat BKPRN 2014:
Rencana Kerja Sekretariat BKPRN Tahun 2014
Januari - Februari
• Konsinyering Internal Sekretariat BKPRN
Draf Rencana Kerja Sekretariat BKPRN 2014
Januari
• Rapat Teknis Konsolidasi draf rencana kerja Sekretariat BKPRN dengan K/L Anggota BKPRN (pembagian tugas, pembiayaan & tanggung jawab)
Masukan untuk finalisasi draf Rencana Kerja Sekretariat BKPRN Tahun 2014
Februari
3 Penyusunan SOP Internal Sekretariat BKPRN
Pedoman Tata Kerja (SOP) Internal Sekretariat BKPRN
Januari - April
4 Evaluasi pelaksanaan: a. Agenda kerja BKPRN 2014 b. Rencana Kerja Sekretariat
BKPRN 2014
Agenda Kerja BKPRN dan Rencana Kerja Sekretariat yang belum terlaksana pada semester I dan semester II tahun 2014
Juni dan Desember
Penyusunan agenda dan penyiapan bahan rapat BKPRN
Sekretariat BKPRN bertugas menyiapkan bahan rapat untuk
penyelenggaraan Sidang BKPRN. Sidang BKPRN adalah rapat yang dipimpin
oleh Ketua, Wakil Ketua, atau Sekretaris BKPRN dan dihadiri oleh Menteri
Anggota BKPRN. Sidang BKPRN bertujuan untuk: i) Mempersiapkan dan
membahas laporan tertulis semester kegiatan BKPRN kepada Presiden, ii)
Memutuskan isu-isu penyelenggaraan penataan ruang yang sifatnya lintas
23
sektor dan harus diputuskan di tingkat Menteri, serta iii) Membahas isu-isu
strategis dan permasalahan khusus bidang penataan ruang lainnya.
Selain Sidang BKPRN, BKPRN juga akan menyelenggarakan Rapat Kerja
Regional (Raker Regional) BKPRN yang merupakan forum penataan ruang
tingkat regional yang melibatkan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Penyelenggaraan Raker Regional BKPRN dikoordinasikan oleh Kementerian
Dalam Negeri setiap 2 tahun sekali secara bergantian dengan tahun
penyelenggaraan Rakernas BKPRN. Raker Regional BKPRN dibagi dalam
Raker Regional wilayah barat dan wilayah timur dan dilaksanakan pada
bulan Mei.
Tabel 15. Kegiatan, Output, dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penyusunan Agenda
dan Penyiapan Bahan Rapat BKPRN
No Kegiatan Output Waktu 1 Penyusunan agenda dan bahan
Sidang BKPRN Sidang BKPRN I Februari – Maret Sidang BKPRN II Juli- Agustus
2 Rapat Kerja Regional (Rakereg) BKPRN 2014
Rakereg BKPRN Wilayah Barat (Sumatera dan Jawa) di Bandung
Mei
Rakereg BKPRN Wilayah Timur (Kalimantan, Sulawesi, Papua, Maluku, Bali, & Nusa Tenggara) di Bali
Mei
Penyusunan Laporan Hasil Kegiatan Koordinasi Penataan Ruang
Nasional
Laporan BKPRN disusun setiap 6 bulan sekali sebagai bentuk
pertanggungjawaban kepada Presiden RI dalam melaksanakan koordinasi
penataan ruang nasional. Dalam pelaksanaan tugasnya, Menteri PPN/Kepala
Bappenas dibantu oleh Sekretariat BKPRN, yang dikoordinasikan oleh Deputi
Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah sebagai Penanggungjawab
Sekretariat BKPRN. Pada pelaksanaan tugas harian Sekretariat BKPRN,
Penanggungjawab Sekretariat BKPRN dibantu oleh Direktur Tata Ruang dan
Pertanahan selaku Ketua Sekretariat BKPRN.
Sekretariat BKPRN bertugas untuk menghimpun bahan dan materi yang
diperlukan dari seluruh Kementerian/Lembaga Anggota BKPRN guna
penyusunan Laporan BKPRN Semester I tersebut dalam kurun waktu Mei
hingga Juli. Laporan BKPRN Semester II akan disusun mulai bulan November
2014 hingga Januari 2015.
24
Sekretariat BKPRN juga menyusun Laporan Koordinasi Strategis Sekretariat
BKPRN yang akan menggambarkan pelaksanaan seluruh kegiatan yang
dilakukan dan/atau dikoordinasikan oleh Sekretariat BKPRN dalam berbagai
forum koordinasi BKPRN. Penyusunan laporan tersebut dilakukan pada
bulan Desember 2014.
Tabel 16. Kegiatan, Output, dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penyusunan
Laporan Hasil Kegiatan Koordinasi Penataan Ruang Nasional
No Kegiatan Output Waktu 1 Penyusunan Laporan BKPRN
Tahun 2014 a. Laporan BKPRN
Semester I/2014 Mei – Juli
b. Laporan BKPRN Semester II/2014
November - Januari
2 Penyusunan dan penyampaian laporan tentang pelaksanaan tugas Sekretariat BKPRN
Laporan Koordinasi Strategis Sekretariat BKPRN
Desember
5.4.2 Kegiatan Fasilitasi Koordinasi Penataan Ruang Nasional
Dalam optimalisasi tugas melakukan fasilitasi koordinasi penataan ruang
nasional, Sekretariat BKPRN sebagai fasilitator akan melaksanakan beberapa
kegiatan sebagai berikut:
Kegiatan Fasilitasi Penyelarasan Implementasi Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K)
Dalam rangka mendukung program sinkronisasi rencana tata ruang dengan
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K), Sekretariat
BKPRN akan melakukan kegiatan fasilitasi. Fasilitasi akan dilakukan
terhadap penyusunan rencana aksi penyelarasan implementasi RTRW
dengan RZWP-3-K (Februari – Agustus). Disamping itu juga akan dilakukan
kajian sebagai masukan penyelarasan tersebut (April – November).
Tabel 17. Kegiatan, Output, dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Fasilitasi
Penyelarasan Implementasi RZWP3K
No Kegiatan Output Waktu
1 Fasilitasi Penyelarasan Implementasi RZWP-3-K: a. Rencana Aksi b. Kajian
Terselenggaranya fasilitasi Rencana Aksi implementasi RZWP-3-K
Februari - November
25
Kegiatan Fasilitasi Penyelarasan Implementasi Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (LP2B)
Guna mendukung pelaksanaan Undang-undang 41 Tahun 2009 Tentang
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B), diperlukan fasilitasi untuk
mensinergikan LP2B dengan rencana tata ruang dan pembangunan daerah.
Penyelarasan akan diawali dengan Peluncuran Peta LP2B oleh Kementerian
Pertanian yang direncanakan akan dilaksanakan bulan Februari 2014.
Kegiatan fasilitasi direncanakan berlangsung hingga Oktober 2014.
Tabel 18. Kegiatan, Output, dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Fasilitasi Penyelarasan Implementasi LP2B
No Kegiatan Output Waktu
1 Fasilitasi Penyelarasan Implementasi LP2B: a. Peluncuran Peta LP2B, b. Advokasi & uji coba ke
daerah c. Integrasi LP2B kedalam
RTRW
Terselenggaranya fasilitasi implementasi LP2B
Februari - Oktober
Kegiatan Fasilitasi Sosialisasi Pedoman Tata Batas Kehutanan
Dalam rangka menyebarluasan informasi pelaksanaan tata batas kehutanan
sebagai salah satu mekanisme penyelesaian konflik penataan ruang,
Kementerian Kehutanan akan melakukan sosialisasi pedoman tata batas
kehutanan mulai bulan Maret 2014. Sekretariat BKPRN akan memfasilitasi
kegiatan sosialisasi yang rencananya akan dilanjutkan dengan kegiatan uji
coba di beberapa daerah.
Tabel 19: Kegiatan, Output, dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Fasilitasi Sosialisasi Pedoman Tata Batas Kehutanan
No Kegiatan Output Waktu
1 Fasilitasi Sosialisasi Pedoman Tata Batas Kehutanan: a. Sosialisasi, dan b. Uji Coba
Terselenggaranya fasilitasi sosialisasi pedoman tata batas kehutanan
Maret-September
Kegiatan Fasilitasi Penyusunan SOP Badan Koordinasi Penataan Ruang
Daerah (BKPRD)
Berdasarkan Permendagri Nomor 50 tahun 2009 tentang Pedoman
Koordinasi Penataan Ruang Daerah, BKPRD merupakan badan ad-hoc yang
26
dibentuk untuk mendukung pelaksanaan UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang di Provinsi dan di Kab/kota dan mempunyai fungsi
membantu pelaksanaan tugas Gubernur dan Bupati/Walikota dalam
koordinasi penataan ruang di daerah. Hingga awal tahun 2014, belum
seluruh provinsi di Indonesia memiliki BKPRD (30 Provinsi dari 33 Provinsi).
Mengingat peran BKPRD dalam menyelesaikan masalah penataan ruang di
daerah masih perlu ditingkatkan, diperlukan pedoman/tata cara (SOP)
pelaksanaan tugas BKPRD. Sekretariat BKPRN akan memfasilitasi
penyusunan SOP BKPRD yang akan disiapkan oleh Kementerian Dalam
Negeri.
Kegiatan penyusunan SOP, dilakukan melalui kegiatan diantaranya
i)Penyiapan konsep; dan ii)Penyepakatan dan Penetapan Konsep. Seluruh
rangkaian kegiatan ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan April
hingga Desember 2014.
Tabel 20. Kegiatan, Output, dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Fasilitasi
Penyusunan SOP BKPRD
No Kegiatan Output Waktu
1 Fasilitasi Penyusunan SOP BKPRD: a. Penyiapan Konsep b. Penyepakatan dan
Penetapan Konsep
Terselenggaranya fasilitasi penyusunan SOP BKPRD
April - Desember
Kegiatan Fasilitasi Monitoring Implementasi mekanisme Holding Zone
(HZ)
Holding Zone (HZ) adalah mekanisme percepatan penyelesaian penyusunan
peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi dan
Kabupaten/kota melalui penerapan kawasan yang belum ditetapkan
perubahan peruntukan ruangnya. Berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres)
Nomor 8 Tahun 2013 tentang Penyelesaian Penyusunan RTRW Provinsi dan
kab/kota, mekanisme HZ ditetapkan melalui Surat Edaran Bersama (SEB)
Menteri Kehutanan, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pekerjaan Umum.
Dalam Inpres ini, diamanatkan kepada Menko Perekonomian selaku Ketua
BKPRN untuk melaporkan pelaksanaan percepatan penyelesaian
penyusunan RTRW Provinsi dan Kab/kota kepada Presiden setiap 3 (tiga)
bulan sekali atau sewaktu-waktu bila diperlukan. Atas dasar hal tersebut,
perlu dilakukan kegiatan monitoring Implementasi mekanisme HZ di daerah.
27
Kegiatan monitoring ini akan mulai dilaksanakan pada bulan Januari 2014
dengan penanggungjawab utama Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian. Adapun tahapan kegiatan yang akan dilakukan meliputi: i)
Pendampingan implementasi; ii) Sosialisasi; dan iii) Pelaporan. Melalui
kegiatan ini diharapkan pemerintah dapat memonitor implementasi HZ
sehingga dapat mengetahui kendala yang terjadi dalam proses
penerapannya.
Tabel 21. Kegiatan, Output, dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Fasilitasi Monitoring Implementasi Mekanisme Holding Zone
No Kegiatan Output Waktu
1 Fasilitasi Monitoring Implementasi mekanisme Holding Zone: a. Pendampingan
implementasi, b. Sosialisasi, dan c. Pelaporan
Terselenggaranya fasilitasi monitoring Implementasi mekanisme Holding Zone
Januari –Desember
Kegiatan Fasilitiasi Penyusunan Pedoman Tata Kerja BKPRN dalam
Penyelesaian Konflik Penataan Ruang
Mengingat semakin marak dan beragamnya permohonan rekomendasi
penyelesaian konflik pemanfaatan ruang yang, perlu disusun pedoman/tata
cara BKPRN dalam menyelesaikan konflik pemanfaatan ruang. Pedoman
tersebut nantinya akan menjadi acuan BKPRN dalam menangani
permohonan penyelesaian konflik.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sebagai Ketua Pokja 4
bidang Koordinasi Penyelesaian Sengketa dan Konflik Penataan Ruang, akan
menyusun pedoman tersebut. Tahapan penyusunan pedoman ini
diantaranya: i) Penyusunan Rancangan Konsep; dan ii) Penyepakatan
Konsep.
Tabel 22. Kegiatan, Output, dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Fasilitasi
Penyusunan Pedoman Tata Kerja BKPRN dalam Penyelesaian Konflik Penataan Ruang
No Kegiatan Output Waktu
1 Fasilitasi Penyusunan Pedoman Tata Kerja BKPRN dalam Penyelesaian Konflik Penataan Ruang: a. Penyusunan Rancangan
Konsep, b. Penyepakatan Konsep.
Terselenggaranya fasilitasi penyusunan Pedoman Tata Kerja BKPRN dalam Penyelesaian Konflik Penataan Ruang
Januari - Desember
28
Kegiatan Fasilitasi Penyusunan Pedoman Pengawasan Penataan Ruang
Berdasarkan UU 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, penyelenggaraan
penataan uang terdiri atas tahap Pengaturan, Pembinaan, Pelaksanaan, dan
Pengawasan (Turbinlakwas). Tahap pengawasan terdiri atas tindakan
pemantauan, evaluasi dan pelaporan. Guna keberhasilan seluruh tahapan ini,
diperlukan mekanisme pengawasan yang disepakati bersama.
Sekretariat BKPRN memfasilitasi kegiatan penyusunan pedoman
pengawasan penataan ruang, yang diantaranya meliputi tahap: i)
Penyusunan Rancangan Pedoman; dan ii) Penyepakatan Pedoman. Kegiatan
ini direncanakan dilaksanakan mulai bulan Maret sampai dengan Juli 2014
dengan penanggungjawab utama Kementerian PU.
Tabel 23. Kegiatan, Output, dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Fasilitasi
Penyusunan Pedoman Pengawasan Penataan Ruang
No Kegiatan Output Waktu
1 Fasilitasi Penyusunan Pedoman Pengawasan Penataan Ruang: a. Penyusunan Rancangan
Pedoman, b. Penyepakatan.
Terselenggaranya fasilitasi penyusunan Pedoman Pengawasan Penataan Ruang
Maret-Juli 2014
Kegiatan Fasilitasi Penyusunan Raperda Penetapan Batas Tanah Ulayat
Konflik lahan kerap terjadi karena ketidakjelasan batas wilayah terutama
daerah yang berimpitan dengan masyarakat adat (tanah ulayat). Sementara
itu, sejauh ini belum ada mekanisme yang baku dan jelas bagaimana
mengakomodir keberadaan tanah ulayat dan masyarakat hukum adat
kedalam RTRW.
Menjawab hal ini, maka perlu dilakukan kegiatan fasilitasi penyusunan
Raperda penetapan batas tanah ulayat. Kegiatan fasilitasi ini dilakukan
melalui tahap: i) Penyusunan Konsep dan ii) Penyepakatan Konsep. Kegiatan
ini direncanakan dilakukan mulai bulan Maret 2014 dengan
penanggungjawab utama Kementerian Dalam Negeri bekerjasama dengan
Badan Pertanahan Nasional (BPN).
29
Tabel 24. Kegiatan, Output, dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Fasilitasi
Penyusunan Raperda Penetapan Batas Tanah Ulayat
No Kegiatan Output Waktu
1 Fasilitasi Penyusunan Raperda Penetapan Batas Tanah Ulayat: a. Penyusunan Konsep, b. Penyepakatan Konsep.
Raperda Penetapan
Batas Tanah Ulayat
(MHA)
Maret-Desember
Kegiatan Pemantauan Fasilitasi Integrasi Kawasan Hutan dalam Pola
RTRW Prov/Kab/Kota
Rencana kawasan hutan perlu diintegrasikan ke dalam RTRW, sehingga
RTRW dapat menjadi acuan bagi berbagai pembangunan sektor. Proses
integrasi tersebut akan difasilitasi oleh Kementerian Kehutan. Sekretariat
BKPRN akan turut melaksanakan pemantauan proses fasilitasi tersebut.
Tabel 25. Kegiatan, Output, dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Pemantauan
Fasilitasi Integrasi Kawasan Hutan dalam Pola RTRW Prov/Kab/Kota
No Kegiatan Output Waktu 1 Pemantauan Fasilitasi
Integrasi Kawasan Hutan
dalam Pola RTRW
Prov/Kab/Kota:
a. Sosialisasi hasil kegiatan
b. Pemantauan
Terselenggaranya
kegiatan pemantauan
fasilitasi integrasi
kawasan hutan dalam
pola RTRW
Prov/Kab/Kota
Maret – Desember
5.4.3 Penyusunan Laporan Koordinasi Strategis Sekretariat BKPRN
Selain Laporan Tahunan Koordinasi Strategis Sekretariat BKPRN, Sekretariat
BKPRN juga akan menyusun laporan berkala setiap 3 bulan sekali kepada
Menteri PPN/Kepala Bappenas selaku Sekretaris BKPRN.
Dalam tabel rincian kegiatan berikut akan terlihat periode pelaporan yang akan
disampaikan Sekretariat BKPRN kepada Menteri PPN/Kepala Bappenas selaku
Sekretaris BKPRN:
30
Tabel 26: Kegiatan, Output, dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penyusunan
Laporan Koordinasi Sekertariat BKPRN
No Kegiatan Output Waktu 1 Penyusunan Laporan
Koordinasi Sekertariat BKPRN kepada Menteri PPN/Kepala Bappenas
Laporan kegiatan Sekretariat BKPRN Januari – Maret
April 2014
Laporan kegiatan Sekretariat BKPRN April – Juni
Juli 2014
Laporan kegiatan Sekretariat BKPRN Juli - September
Oktober 2014
Laporan kegiatan Sekretariat BKPRN Oktober - Desember
Januari 2015
5.4.4 Pelaksanaan Kegiatan Kehumasan Dan Dokumentasi
Pelaksanaan kegiatan kehumasan dan dokumentasi yang dilakukan Sekretariat
BKPRN, merupakan bagian dan sekaligus dikoordinasikan oleh Subdit Infosos.
Sebagai forum strategis lintas K/L di bidang tata ruang, BKPRN didukung dengan
media informasi yang handal sebagai sarana penyebarluasan informasi di bidang
penataan ruang. Media yang dikelola Sekretariat BKPRN dan dalam lingkup
koordinasi Subdit Infosos diantaranya: e-BKPRN dan website BKPRN
(www.bkprn.org).
Pada tahun 2014, Sekretariat BKPRN akan memfasilitasi pengembangan e-
BKPRN dan pengembangan website BKPRN (www.bkprn.org). Sekretariat BKPRN
juga akan berpartisipasi dalam pameran serta menyiapkan media-media
sosialisasi BKPRN seperti logo BKPRN, poster, leaflet tentang BKPRN dan
ringkasan peraturan perundang-undangan serta percetakan buku peraturan
perundang-undangan di bidang penataan ruang, buku catatan dan kalender 2015.
Tabel 27. Kegiatan, Output, dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Kehumasan dan Dokumentasi
No Kegiatan Output Waktu 1 Pengembangan e-BKPRN
melalui sosialisasi intensif Penggunaan e-BKPRN oleh seluruh K/L Anggota BKPRN
Januari - Desember
a. Uji coba Internal Sekretariat BKPRN
Januari
b. Sosialisasi internal ke 4 K/L (Menko Perekonomian, Kemen PU, Kemendagri, dan Bappenas
Februari
• Pengadaan server Februari
31
No Kegiatan Output Waktu • Perbaikan manual book Februari
• Uji coba e-BKPRN April – Mei
• Evaluasi hasil uji coba Mei c. Sosialisasi kepada seluruh
K/L Anggota BKPRN sekaligus sosialiasi SOP Sekretariat BKPRN
Juni
2 Pelaksanaan kegiatan kehumasan melalui pengembangan website BKPRN (www.bkprn.org)
Update berita kegiatan BKPRN melalui website BKPRN
Januari - Desember
3 Penyusunan media sosialisasi tentang BKPRN dan sosialisasi peraturan perundang-undangan
Logo BKPRN Poster BKPRN
Maret
Leaflet BKPRN April
Notebook BKPRN 2015 Mei Kalender BKPRN 2015 Juli Leaflet ringkasan peraturan perundangan
Agustus - September
Buku peraturan perundang-undangan
Oktober - November
Keikutsertaan dalam pameran
Mei - November
5.4.5 Fasilitasi Kegiatan Kementerian PPN/Bappenas selaku Anggota BKPRN dalam
Agenda Kerja BKPRN 2014-2015
Sebagaimana tertuang dalam Agenda Kerja BKPRN 2014-2015 kegiatan Pokja 3,
Kementerian PPN/Bappenas menjadi pelaksana beberapa kegiatan di tahun
2014, antara lain:
Fasilitasi Penyusunan Rekomendasi Sinergi Peraturan Perundang-
Undangan Sektoral
Untuk mengatasi isu belum sinerginya berbagai peraturan perundang-
undangan sektoral yang mengatur pemanfaatan ruang, melalui Pokja 3 akan
dilakukannya kajian yaitu: i) UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dan ii) UU No. 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan dan implikasi 2 UU tersebut terhadap implementasi UU No. 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Lingkup kajian UU No. 27 Tahun 2007 yang direncanakan dilaksanakan
dalam kurun waktu Januari hingga Juli, adalah dengan melakukan
pengumpulan materi melalui FGD untuk menarik pembelajaran dari
Pemerintahan Daerah yang telah mengintegrasikan substansi RTRW dan
RZWP-3-K kedalam 1 Perda. Sedangkan untuk kajian UU No. 41 Tahun 1999
32
diawali dengan melakukan identifikasi permasalahan implementasi
(disharmoni), implikasi beserta usulan rekomendasi penyelesaian. Kegiatan
kajian UU No. 41 Tahun 1999 tersebut akan dilaksanakan pada tahun 2015.
Tabel 28. Kegiatan, Output, dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Fasilitasi Penyusunan Rekomendasi
Sinergi Peraturan Perundang-Undangan Sektoral
No Kegiatan Output Waktu 1 Kajian pelaksanaan UU No. 27
Tahun 2007 dan implikasinya terhadap implementasi UU No. 26 Tahun 2007
Tersusunnya dokumen kajian
Januari - Juli
a. Desk study terhadap daerah yang telah mengintegrasikan substansi RTRW dan RZWP-3-K kedalam 1 Perda
2 Kajian pelaksanaan UU No. 41 Tahun 1999 dan implikasinya terhadap implementasi UU No. 26 Tahun 2007
Tersusunnya dokumen kajian
2015
a. Desk study untuk identifikasi permasalahan /disharmoni
b. Desk study terhadap implikasi dan rekomendasi penyelesaian
Fasilitasi Penyusunan Materi Teknis Peraturan Integrasi Rencana Tata
Ruang Dengan Rencana Pembangunan.
Kementerian PPN/Bappenas selaku Anggota BKPRN akan menyusun materi
teknis peraturan integrasi rencana tata ruang dengan rencana pembangunan.
Tahapan kegiatan tersebut meliputi: i) desk study berdasarkan hasil kajian
Decentralization Support Facility (DSF) pada tahun 2011 dan hasil kegiatan
Pemantauan dan Evaluasi Direktorat TRP tahun 2013. Penyusunan materi
teknis akan dilaksanakan dalam kurun waktu Mei hingga Desember; ii) FGD;
dan iii) Lokakarya.
33
Tabel 29. Kegiatan, Output, dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Fasilitasi Penyusunan Materi Teknis Peraturan Integrasi Rencana Tata Ruang Dengan Rencana Pembangunan
No Kegiatan Output Waktu 1 Fasilitasi Penyusunan materi teknis
peraturan integrasi rencana tata ruang dengan rencana pembangunan
Terselenggaranya fasilitasi penyusunan dokumen kajian – draf materi teknis dan draf Peraturan Menteri
Mei - Desember
a. Desk study b. FGD & Lokakarya
5.5 Sekretariat RAN
Pada tahun 2014 Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional memiliki
anggota yang terdiri dari perwakilan dari Kementerian PPN/Bappenas, Badan
Pertanahan Nasional (BPN), dan perwakilan Kementerian/Lembaga (K/L) terkait
kegiatan pertanahan nasional seperti Kementerian Kehutanan, Kementerian
Pertanian, Kementerian Kelautan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Koperasi,
Usaha Kecil dan Menengah, dan Kementerian Perumahan Rakyat. Pembentukan Tim
Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional memiliki tujuan sebagai berikut :
a. Melaksanakan pengkajian, perumusan dan pengembangan kebijakan pertanahan
nasional yang mendukung pelaksanaan reforma agraria;
b. Melaksanakan koordinasi penyusunan rencana, program, dan kebijakan (RPK)
terkait reforma agraria nasional serta pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan
RPK tersebut;
c. Melaksanakan diseminasi kebijakan pertanahan, membangun konsensus, dan
mendapatkan dukungan dari institusi dan pelaku terkait pelaksanaan reforma
agraria nasional.
Berdasarkan tujuan Tim Koordinasi Strategis tersebut, rencana kerja Tim Koordinasi
Strategis Reforma Agraria Nasional Tahun 2014 terdiri dari :
5.5.1 Intervensi Kebijakan
Kebijakan Perubahan Sistem Pendaftaran Tanah Publikasi Positif
Target perubahan sistem pendaftaran tanah publikasi positif dilakukan
dalam kurun waktu 2 RPJMN atau 10 tahun. Beberapa persiapan kegiatan
yang dilakukan dalam rangka perubahan kebijakan sistem pendaftaran tanah
publikasi positif adalah pemenuhan target cakupan peta dasar pertanahan
dan bidang tanah bersertipikat, publikasi tata batas kawasan hutan, review
regulasi, pemenuhan kriteria fisik pendukung perubahan pendaftaran tanah,
dan pembentukan kelembagaan pendukung.
34
Untuk tahun 2014, kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka persiapan
perubahan sistem pendaftaran tanah publikasi positif terdiri dari identifikasi
cakupan peta dasar pertanahan dan peta cakupan bidang tanah bersertipikat
serta pelaksanaan pilot project publikasi tata batas kawasan hutan. Pihak
yang terlibat dalam kegiatan ini adalah Kementerian PPN/Bappenas, Badan
Pertanahan Nasional, dan Kementerian Kehutanan.
Tabel 30. Tabel Pihak yang Terlibat Dalam Perubahan
Sistem Pendaftaran Tanah Publikasi Positif
No Pihak Peran
1
BPN
Mengidentifikasi peta dasar pertanahan dan peta
cakupan wilayah bersertipikat
Melakukan pengukuran tanah kawasan hutan pada
lokasi pilot project bersama tim dari Kementerian
Kehutanan
2 Kementerian
PPN/Bappenas
Memfasilitasi koordinasi BPN dan Kementerian
Kehutanan
Merumuskan draft pedoman pelaksanaan publikasi tata
batas kawasan hutan
3 Kementerian
Kehutanan
Mengidentifiaksi batas kawasan hutan pada lokasi pilot
project bersama dengan tim dari BPN
Identifikasi cakupan peta dasar pertanahan dan peta cakupan bidang tanah
bersertipikat dan pelaksanaan pilot project publikasi tata batas kawasan
hutan dilaksanakan dalam kurun waktu satu tahun dengan sub kegiatan dan
output sebagaimana berikut :
Tabel 31. Tabel Rincian Kegiatan Terlibat Dalam Perubahan
Sistem Pendaftaran Tanah Publikasi Positif
No Kegiatan Output Waktu
35
No Kegiatan Output Waktu
1
Identifikasi cakupan peta
dasar pertanahan dan peta
sertipikasi tanah
Rapat koordinasi
dengan BPN
Pengumpulan data &
informasi capaian
cakupan peta dasar
dan peta sertipikasi
tanah
Pengolahan data dan
informasi capaian
cakupan peta dasar
dan peta sertipikasi
tanah
Konfirmasi data
Rapat koordinasi
penerbitan peta dasar
dan peta cakupan
bidang tanah
bersertipikat
peta dasar
pertanahan
peta
sertipikasi
tanah
Februari-Maret
Februari-Oktober
Februari-Oktober
Maret
April
2
Pelaksanaan pilot project
publikasi tata batas
kawasan hutan
Rapat koordinasi
pembahasan teknis
dan anggaran
pelaksanaan pilot
project publikasi tata
batas kawasan hutan
Pelaksanaan pilot
project publikasi tata
batas kawasan hutan
Monitoring pelaksaan
pilot project publikasi
tata batas kawasan
hutan
Evaluasi pelaksanaan
pedoman
pelaksanaan
publikasi
tata batas
kawasan
hutan
Februari
Maret-Mei
Juli-Agustus
Agustus
September
September-Oktober
36
No Kegiatan Output Waktu
pilot project
Rapat pembahasan
lesson learned pilot
project
Penyusunan pedoman
pelaksanaan tata batas
kawasan hutan
Rapat evaluasi
pelaksanaan pilot
project tata batas
kawasan hutan
November
Kebijakan Redistribusi dan Access Reform
Persiapan pelaksanaan kebijakan redistribusi dan access reform
dilaksanakan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun dengan kegiatan awal
identifikasi potensi rinci Tanah Obyek Reforma Agraria (TORA) dan program
pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh beberapa K/L. Selanjutnya
akan dilakukan pelaksanaan pilot project reforma agraria, pengembangan
teknologi pangan, interkoneksi dengan UKM, dan perumusan draf final
pedoman pelaksanaan redistribusi dan access reform.
Pada tahun 2014 kegiatan terkait dengan kebijakan redistribusi dan access
reform adalah pelaksanaan pilot project redistribusi dan access reform
(reforma agraria) dalam rangka penyusunan pedoman pelaksanaan reforma
agraria. Pelaksanaan pilot project ini melibatkan beberapa pihak di
lingkungan Kementerian PPN/ Bappenas, Badan Pertanahan Nasional,
Kementerian/Lembaga, dan Pemerintah Daerah.
Tabel Pihak yang Terlibat
No Pihak Peran
1 BPN
Mengidentifikasi tanah yang telah diredistribusi
Mengidentifikasi tanah yang telah bersertifikat
melalui program BPN dan K/L
Melakukan sertifikasi pada tanah masyarakat di
lokasi pilot project
37
2 Kementerian
PPN/Bappenas
Merumuskan arah kebijakan redistribusi dan
access reform (reforma agrarian)
Memfasilitasi koordinasi BPN, K/L terkait, dan
Pemda untuk persiapan pelaksanaan pilot project
reforma agraria
Merumuskan draft pedoman pelaksanaan
reforma agraria
3 Kementerian/Lembaga
Mengidentifikasi kegiatan pemberdayaan
masyarakat pada lokasi pilot project reforma
agrarian
Melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat
pada lokasi pilot project reforma agrarian
4 Pemerintah Daerah
Mengidentifikasi lokasi pilot project reforma
agrarian
Mengidentifikasi kegiatan pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan oleh SKPD
Adapun rincian pelaksanaan pilot project redistribusi dan access reform (reforma
agraria) yang akan dilaksanakan pada tahun ini meliputi sub kegiatan dan output
sebagaimana berikut :
Tabel Rincian Kegiatan
No Kegiatan Output Waktu
1
Pelaksanaan pilot project reforma
agraria nasional
Rapat persiapan pelaksanaan
reforma agrarian Eselon I
Rapat koordinasi Eselon II
Rapat koordinasi teknis pemda
Pelaksanaan pilot project
Monitoring pelaksanaan pilot
project
Evaluasi pelaksanaan reforma
agrarian
Rapat pembahasan lesson
learned
Penyusunan naskah draft
pedoman pelaksanaan reforma
Pedoman
pelaksanaan
reforma agraria
Maret
April
April-Mei
Juni-Juli
Agustus
September
September
Oktober
38
No Kegiatan Output Waktu
agraria
Rapat koordinasi penyusunan
pedoman pelaksanaan reforma
agraria
November
Pembentukan Pengadilan Khusus Pertanahan
Pembentukan pengadilan khusus pertanahan dilakukan dalam upaya
mempercepat penyelesaian kasus pertanahan. Tahapan awal yang dilakukan
dalam rangka persiapan pembentukan pengadilan khusus pertanahan yaitu
penyusunan studi pembentukan pengadilan khusus pertanahan dan naskah
akademis peraturan perundang-undangan pendukung, pembentukan
kelembagaan yang dibutuhkan, dan pembentukan pengadilan khusus
pertanahan.
Untuk kegiatan yang akan dilakukan pada tahun 2014 terkait dengan
pembentukan pengadilan khusus pertanahan adalah penyusunan konsep dan
kebijakan pengadilan tanah. penyusunan konsep dan kebijakan pengadilan
merupakan bagian dari penyusunan studi dan naskah akademis
pembentukan pengadilan khusus pertanahan dan melibatkan beberapa pihak
seperti Kementerian PPN/Bappenas, Badan Pertanahan Nasional (BPN),
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Tabel Pihak yang Terlibat
No Pihak Peran
1 BPN
Mengidentifikasi jenis kasus pertanahan yang
akan dilimphakan ke pengadilan khusus
pertanahan
2 Kementerian
PPN/Bappenas
Menyusun pedoman pembentukan pengadilan
khusus pertanahan
Memfasilitasi koordinasi pembentukan pengadilan
khusus pertanahan
39
No Pihak Peran
3
Kementerian Hukum
dan Hak Asasi
Manusia
Menyusun konsep acara peradilan pengadilan
khusus pertanahan
Menyusun naskah akademik pembentukan
pengadilan khusus pertanahan
Menyusun legalisasi pembantukan pengadilan
khusus pertanahan sesuai dengan undang-undang
Penyusunan konsep dan kebijakan pengadilan khusus pertanahan dilaksanakan
dalam kurun waktu satu tahun dengan sub kegiatan dan output sebagaimana
berikut :
Tabel Rincian Kegiatan
No Kegiatan Output Waktu
1
Penyusunan konsep dan kebijakan
pengadilan khusus pertanahan
FGD penyepakatan bentuk
pengadilan khusus pertanahan
Identifikasi data dan informasi
Monitoring kasus pertanahan
Penyusunan dokumen konsep
dan kebijakan pengadilan
khusus pertanahan
Konsep dan
kebijakan
pengadilan khusus
pertanahan
Maret
Mei-Juni
Oktober
Juni-Oktober
Pembentukan Bank Tanah
Pembentukan bank tanah dilaksanakan dalam rangka menjamin
ketersediaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum.
Pembentukan bank tanah diawali dengan kegiatan penyusunan naskah
akademis, penyusunan kerangka regulasi, persiapan kelembagaan
pendukung, dan pembentukan bank tanah.
Kegiatan yang akan dilakukan pada tahun 2014 terkait dengan pembentukan
bank tanah adalah penyusunan konsep dan kebijakan bank tanah.
Penyusunan konsep dan kebijakan bank tanah merupakan bagian dari
penyusunan naskah akademis pembentukan bank tanah dan melibatkan
beberapa pihak seperti Kementerian PPN/Bappenas, Badan Pertanahan
Nasional (BPN), Kementerian Koordinator Perekonomian, Kementerian
Pekerjaan Umum dan Kementerian Keuangan.
40
Tabel Pihak yang Terlibat
No Pihak Peran
1 BPN
Mengidentifikasi tanah yang terindikasi terlantar
Mengidentifikasi tanah yang telah ditetapkan
terlantar
Menerbitkan sertipikat atas tanah negara yang
dicadangkan
2 Kementerian
PPN/Bappenas
Mengidentifikasi prioritas pengembangan wilah
Memfasilitasi koordinasi pembentukan bank tanah
3 Kementerian
Keuangan
Mengidentifikasi potensi jumlah anggaran yang
tersedia
Melakukan pembiayaan dalam kegiatan
pencadangan tanah
4
Kementerian
Koordinator
Perekonomian
Mengidentifikasi sebaran calon lokasi investasi
berdasarkan prioritas
5 Kementerian
Pekerjaan Umum
Mengidentifikasi kebutuhan lahan untuk
pengadaan tanah bagi kepentingan umum
Penyusunan konsep dan kebijakan bank tanah dilaksanakan dalam kurun waktu
satu dengan sub kegiatan dan output sebagaimana berikut :
Tabel Rincian Kegiatan
No Kegiatan Output Waktu
1
Penyusunan konsep dan kebijakan
bank tanah
FGD penyepakatan bentuk
bank tanah
Identifikasi data dan informasi
Monitoring pelaksanaan
pengadaan lahan untuk
pembangunan bagi
kepentingan umum
Penyusunan dokumen konsep
dan kebijakan bank tanah
Dokumen
kebijakan bank
tanah
Maret
April-Mei
April
Juni-Agustus
41
Kebijakan SDM Pertanahan
Kebijakan SDM bidang pertanahan dilakukan dalam rangka mendukung
pelayanan pertanahan yang handal. Hasil identifikasi diketahui bahwa jumlah
juru ukur bidang pertanahan masih kurang sehingga mengganggu pelayanan
pertanahan. Persiapan kebijakan SDM pertanahan dilaksanakan dengan
mengidentifikasi kondisi eksisting juru ukur dan non juru ukur, menyepakati
kesepahaman proporsi ideal SDM pertanahan, penerapan kebijakan baru
dalam penerimaan SDM BPN, dan pencapaian proporsi ideal juru ukur dan
non juru ukur.
Kegiatan yang akan dilakukan pada tahun 2014 terkait dengan kebijakan
SDM pertanahan adalah menyepakati kesepahaman proporsi ideal SDM BPN.
beberapa pihak yang terkait dalam kegiatan ini adalah Badan Pertanahan
Nasional (BPN), Kementerian PPN/Bappenas, dan Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Tabel Pihak yang Terlibat
No Pihak Peran
1 BPN
Mengidentifikasi kebutuhan ideal SDM bidang
pertanahan
Implementasi mekanisme penyesuaian SDM
2 Kementerian
PPN/Bappenas
Mengkoordinasikan pihak pelaksana dalam upaya
pemenuhan kondisi ideal SDM bidang pertanahan
3 Kementerian PAN Mengidentifikasi potensi penyesuaian SDM di BPN
Penyepakatan kesepahaman proporsi ideal SDM BPN dilaksanakan dalam kurun
waktu satu tahun dengan sub kegiatan dan output sebagaimana berikut :
Tabel Rincian Kegiatan
No Kegiatan Output Waktu
1
Penyepakatan kesepahaman
proporsi ideal SDM BPN
Rapat koordinasi dengan biro
SDM BPN
Rapat koordinasi dengan biro
perencanaan BPN
Kesepahaman
proporsi ideal SDM
BPN
Juni
Juli
42
5.5.2 Koordinasi Lintas Sektor dan Daerah
Pelaksanaan Prona Daerah (PRODA) Provinsi Kalimantan Timur
Sesuai dengan tujuan pembentukan Tim Koordinasi Strategis Reforma
Agraria Nasional yaitu untuk melaksanakan koordinasi penyusunan rencana,
program, dan kebijakan (RPK) terkait reforma agraria nasional serta
pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan RPK tersebut, maka pada tahun
2014 salah satu kegiatan koordinasi lintas kementerian/lembaga (K/L) dan
pemerintah daerah diarahkan kepada persiapan pelaksanaan Program
Agraria Daerah (PRODA) Provinsi Kalimantan Timur.
Pihak-pihak yang terlibat dalam persiapan pelaksanaan Program Agraria
Daerah (PRODA) Provinsi Kalimantan Timur antara lain Pemerintah Provinsi,
Badan Pertanahan Nasional, Kantor Wilayah Pertanahan, Kementerian
PPN/Bappenas.
Tabel Pihak yang Terlibat
No Pihak Peran
1 BPN
Melakukan konfirmasi kepada kanwil dan kantah
mengenai permasalahan dan kendala pelaksanaan
PRODA
Melakukan koordinasi dengan kanwil dan kantah
untuk persiapan pelaksanaan PRODA
2 Kementerian
PPN/Bappenas
Memfasilitasi koordinasi persiapan pelaksanaan
PRODA Provinsi Kalimantan Timur
Merumuskan arah kebijakan program sertipikasi
baik yang diselenggarakan oleh BPN maupun oleh
K/L
3 Pemerintah Provinsi
Melakukan koordinasi mengenai pelaksanaan
PRODA dengan instansi terkait yaitu BPN dan
kanwil pertanahan
Mempersiapkan proses dan sistem penganggaran
4 Kantor Wilayah
Pertanahan
Melaksanakan kegiatan pra-sertipikasi dengan
memeriksa kelengkapan usulan berkas sertipikasi
Persiapan pelaksanaan Program Agraria Daerah (PRODA) dilaksanakan
dalam jangka waktu 1 (satu) tahun dengan sub kegiatan dan output sebagai
berikut :
43
Tabel Rincian Kegiatan
No Kegiatan Output Waktu
1
Persiapan Pelaksanaan PRODA
Provinsi Kalimantan Timur
Rapat koordinasi persiapan
kegiatan pra-sertipikasi
PRODA
Penyusunan laporan
pelaksanaan kegiatan pra-
sertipikasi PRODA
Laporan
pelaksanaan
kegiatan pra-
sertipikasi PRODA
Mei
Juli-
September
Penyusunan media dan pelaksanaan publikasi
Penyusunan media dan pelaksanaan publikasi dilaksanakan dalam rangka
mendukung keterbukaan informasi bidang pertanahan agar dapat diakses
oleh pihak lain (stakeholder) terkait. Penyusunan media dan pelaksanaan
publikasi pada tahun 2014 terdiri dari penyusunan konsep media publikasi
dan penyusunan media publikasi, dengan sub-kegiatan dan output sebagai
berikut :
Tabel Rincian Kegiatan
No Kegiatan Output Waktu
1
Penyusunan konsep media
publikasi
Pengumpulan berbagai konsep
media publikasi
Rapat koordiansi penentuan
konsep media publikasi
Konsep media
publikasi yang
disepakati oleh
seluruh anggota
tim
Februari
Maret
2
Penyusunan media publikasi
Pembuatan CD peraturan
Pembuatan poster
Pembuatan E-magazine “Land”
CD peraturan
Poster
E-magazine
Juli
Agustus
Oktober
Pelaporan Kegiatan
Pelaporan kegiatan dilaksanakan dalam rangka pemantauan dan evaluasi
progress kegiatan yang dilaksanakan oleh Tim Koordinasi Strategis Reforma
44
Agraria Nasional. Pelaporan kegiatan yang dilaksanakan dalam tahun
anggaran 2014 terdiri dari pelaporan awal dan rencana kerja tahun anggaran
2014, pelaporan progress kegiatan, dan pelaporan ahir kerja tahun anggaran
2014. Sub-kegiatan dan output dari pelaksanaan pelaporan kegiatan adalah
sebagai berikut :
Tabel Rincian Kegiatan
No Kegiatan Output Waktu
1
Pelaporan awal dan rencana kerja
Penyusunan rencana kerja
tahun 2014
Rapat koordinasi awal dan
rencana kerja 2014
Rapat penyepakatan rencana
kerja 2014
Laporan rencana
kerja
Februari
Februari
Maret
2
Pelaporan progress kerja
Penyusunan laporan progress
kerja
Rapat koordinasi progress
kerja
Draft laporan ahir
kerja 2014
September
September
3
Pelaporan ahir kerja tahun 2014
Penyusunan draft laporan ahir
kerja 2014
Rapat koordinasi laporan ahir
kerja 2014
Laporan ahir kerja
2014
Oktober
November