KATA PENGANTAR -...
Transcript of KATA PENGANTAR -...
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] i
KATA PENGANTAR
Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh
bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun
berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu
banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik,
sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi
nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan
dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal
itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun
Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN
METEOROLOGI.
Buletin Meteorologi edisi Februari 2016 ini akan mengulas informasi hasil
evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Januari 2016,
prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan pasang surut bulan Februari
2016. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian
informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi
dan juga kepada masyarakat umum.
Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna,
terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh
pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna
peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini
dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua
pertanyaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Kepulauan Riau.
.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I
HANG NADIM BATAM
PHILIP MUSTAMU M.Si.
NIP. 19590406 198203 1 002
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] ii
TIM REDAKSI
ANGGOTA TIM
PELINDUNG
PHILIP MUSTAMU, M.Si.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI
KELAS I HANG NADIM BATAM
ANGGOTA
NANGSIP CAHYANA, S.Si
ANGGOTA
DUATI WARDANI, S.Si
ANGGOTA
YAYAN HERMAWAN
ANGGOTA
DUDI JUHANDINATA,
S.Stat, MM
ANGGOTA
DEBORA TRULY
MARPAUNG, SST.
ANGGOTA
NIZAM MAWARDI, S.Tr
ANGGOTA
ADHITYA PRAKOSO, S.Tr
ANGGOTA
ASRI PRATIWI, S.Si
ANGGOTA
PANDE MADE RONY
KURNIAWAN, SST
ANGGOTA
MOHAMMAD TAUFIQ, S.Si
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] iii
DAFTAR ISI
Kata pengantar ............................................................................................................. i
Tim Redaksi ................................................................................................................. ii
Daftar Isi ..................................................................................................................... iii
I. RINGKASAN ....................................................................................................... 1
II. PENGERTIAN ..................................................................................................... 2
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM ..................................................................... 3
IV. PRAKIRAAN CUACA MARET 2016 ..........................................................15
V. PRAKIRAAN GELOMBANG AWAL MARET 2016 ...............................23
VI. PRAKIRAAN PASANG SURUT MARET 2016 .........................................24
VII. PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI
MARET 2016 .....................................................................................................29
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] 1
RINGKASAN
1. Berdasarkan data curah hujan bulan Februari 2016 yang diterima dari
stasiun/pos hujan di Barelang yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka
evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Februari 2016 adalah sebagai
berikut:
a. Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam secara umum berada pada kisaran
diatas normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah
Batam berkisar antara 40 - 300 mm. Sedangkan kondisi angin dilaporkan
bertiup pada kisaran kecepatan 18 - 55 km/jam di Kepulauan Riau.
Kondisi angin ini kurang mendukung dalam proses pembentukan banyak
awan.
b. Analisis kondisi atmosfer pada bulan Februari 2016 sebagai berikut:
MJO berada pada fase 3 hingga 7 dengan dominasi sifat sedang hingga
kuat pada perambatannya. Wilayah Indonesia yang berada fase 3 sampai
5 terlewati oleh perambatan MJO pada awal hingga pertengahan bulan
Februari yang menyebabkan penambahan curah hujan di wilayah
Indonesia khususnya bagian barat. Keberadaan MJO ini juga dibuktikan
dengan rendahnya nilai OLR di wilayah Indonesia termasuk Kepulauan
Riau yang mengindikasikan cukup banyaknya tutupan awan konvektif.
Pasokan uap air di udara yang menjadi bahan pembentukan awan-awan
terindikasi masih cukup banyak tersedia diatas wilayah Indonesia selama
bulan Februari 2016. Hal ini diketahui dari hangatnya perairan Indonesia
termasuk Kepulauan Riau dengan anomali suhu muka laut positif.
Namun fenomena El Nino kuat dan kondisi angin yang kencang
menyebabkan terganggunya proses pembentukan hujan. Kondisi ini juga
memberikan andil dalam proses pembentukan awan-awan konvektif di
wilayah Kepulauan Riau sehingga total curah hujan cukup tinggi di bulan
Februari 2016 dan lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Januari 2016.
II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA
(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap
dasarian mulai Maret 2016 hingga Februari 2017. Data masukan yang
digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Maret 1999
s.d Februari 2016. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA
dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi
0.96483 dan RMSE (error) 13.0845 yang menunjukkan bahwa curah hujan di
bulan Maret 2016 pada dasarian dasarian I, II dan III berada di bawah normal
terhadap rata-rata.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] 2
PENGERTIAN
A. SIFAT HUJAN
Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama
satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu
tempat.
Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:
1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %.
2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %.
3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.
B. NORMAL CURAH HUJAN
1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10
tahun.
2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun.
3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :
Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30
tahun dimulai dari 1 Agustus 1901 s/d 31 Agustus 1930, 1 Agustus 1931 s/d
31 Agustus 1960, 1 Agustus 1961 s/d 31 Agustus 1990, dan seterusnya.
C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)
KRITERIA CH CH / hari CH / Jam
Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm
Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm
Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm
Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] 3
ANALISA CUACA DAN IKLIM
A. KERAGAMAN HUJAN
Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk
kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh
garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini
menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-
Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal
sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman
iklim di Indonesia. Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara
ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas
monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh
lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri
merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan
sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut
berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua
aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi
besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan
dapat berubah dari tahun ke tahun.
El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim.
Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan
untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang
berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak
jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole)
hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.
Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik
(El Nino-Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean
Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai
MJO (Madden-Julian Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia.
Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi
pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila
bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-
April) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%.
Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik
dibagi dalam 8 phase. Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra
India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-3 di samudra India bagian timar (80°
BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140°
BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah
( 160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat
( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif
dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang),
oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] 4
(Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada
satelit.
B. DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUTAN BULAN FEBRUARI
1. Monsun
Pada bulan Februari matahari berada di BBS (Belahan Bumi Selatan)
dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 10° yaitu dari 20,0°LS menuju
10,0°LS. Dengan sifat perairan yang mampu menyimpan panas cukup lama,
menyebabkan suhu muka laut di perairan BBU (Belahan Bumi Utara) dekat
equator masih hangat dan memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara
rendah.
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monsstv2.png
Gambar. 1 Peta Rata-rata Suhu Muka Laut Februari 2016
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] 5
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monanomv2.png
Gambar. 2 Peta Anomali Suhu Muka Laut Bulan Februari 2016
Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia pada bulan
Februari 2016 berkisar antara 28.0-32.00C (Gambar.1) dengan anomali positif 0.5-
1.50C (Gambar.2). Hal ini menunjukkan perairan di Indonesia masih dalam kondisi
yang cukup hangat, terutama di perairan barat Sumatera dan selatan Nusa
Tenggara. Sehingga secara umum masih cukup banyak menghasilkan uap air untuk
pembentukan awan.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] 6
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?page=map&variable=mslp&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
Gambar. 3 Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan Februari 2016
Pada bulan Februari, tekanan udara di BBU secara umum masih lebih
tinggi dari pada BBS. Secara umum terjadi pergerakan massa udara dari BBU
(bertekanan tinggi) menuju BBS (bertekanan rendah) yang menyebabkan pola
angin dominan di wilayah Kepulauan Riau bertiup dari arah utara hingga timur laut
dan membentuk pola belokan angin (shearline). Pada daerah belokan angin terjadi
perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara
sehingga terjadi pengangkatan massa udara dan menimbulkan potensi adanya
pertumbuhan awan-awan konvektif yang menyebabkan terjadinya hujan lebat dan
petir.
Sumber: Bidang Meteorologi Publik BMKG
Gambar. 4 Klimatologi Arah Angin 3000 Feet pada Bulan Februari
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] 7
Angin yang bertiup di wilayah Kepulauan Riau secara umum lebih kencang
dibanding wilayah Indonesia lainnya, terutama di wilayah Natuna dan Anambas
(Gambar 5). Dominasi angin timur laut yang bertiup dengan kecepatan 5-10
m/detik (sekitar 18-55 km/jam) ini menyebabkan terganggunya perkembangan
awan di Kepulauan Riau.
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-
bin/climate/cmb.cgi?variable=850wind&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar. 5 Pola Angin 850mb Bulan Februari 2016
2. ENSO (El Nino - Southern Oscillation)
Pada bulan Februari 2016, ENSO berada pada kondisi kuat. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai anomali SST Nino 3.4 pada akhir Februari +1.73°C
dan nilai SOI (Southern Oscillation Index) selama Februari sebesar -17.3. Kondisi
ini mempengaruhi pengurangan curah hujan disebagian besar wilayah Indonesia
termasuk Kepulauan Riau.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] 8
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gambar.6 Grafik indeks SST Nino3.4
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
Gambar.7 Grafik indeks ENSO / SOI
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] 9
3. MJO (Madden-Julian Oscillation)
a. OLR (Outgoing Longwave Radiation)
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=olr&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar. 8 Rata-rata OLR Februari 2016
OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh
bumi ke luar angkasa. Namun, tidak semua radiasi gelombang panjang tersebut
sampai ke luar angkasa. Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang
menghalangi perjalanan gelombang panjang. Suatu wilayah di permukaan bumi
yang terdapat tutupan awan konvektif memiliki nilai OLR yang kecil/rendah.
Pada dasarian I dan II bulan Februari 2016, nilai OLR terendah di wilayah
Indonesia terdapat di Sumatera bagian Selatan, Jawa, Kalimantan, Sulawesi
bagian selatan, dan Papua dengan kisaran 160-200 W/m2. Untuk wilayah
Kepulauan Riau, nilai OLR juga cukup rendah yaitu 180-220 W/m2. Hal ini
menunjukkan adanya tutupan awan konvektif yang cukup banyak di Indonesia,
termasuk di wilayah Kepulauan Riau.
b. Fase MJO
MJO pada bulan Februari 2016 berada pada fase 3 hingga 7 dengan
dominasi sifat sedang hingga kuat pada perambatannya. Wilayah Indonesia yang
berada fase 3 sampai 5 terlewati oleh perambatan MJO pada awal hingga
pertengahan bulan Februari. Secara teori, kondisi MJO ini berdampak pada
penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya bagian barat.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] 10
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/
Gambar. 9 Fase MJO
4. IOD (Indian Ocean Dipole)
Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean
Dipole) berada pada kisaran normal dengan kondisi netral (-0,5°C s.d 0,5°C). Pada
akhir Februari nilai IOD memiliki kondisi normal yang bernilai -0.260C. Sehingga
bisa diketahui bahwa selama bulan Februari 2016, secara umum IOD tidak
berpengaruh dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia
bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] 11
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gambar. 10 Grafik IOD
C. ANALISIS HUJAN BULAN FEBRUARI 2016
Berdasarkan data curah hujan bulan Februari 2016 yang diterima dari
stasiun / AWS (Automatic Weather Station) di Pulau Batam yang mewakili daerah-
daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan
Februari 2016 adalah sebagai berikut:
Lokasi RR Februari 2016 (mm) Rata - rata (mm) Sifat Hujan
Hang Nadim 308.0 90.2 Atas Normal
Nongsa 240.0 90.3 Atas Normal
Muka Kuning 195.8 65.0 Atas Normal
Tg. Uncang 160.2 88.9 Atas Normal
Sei Harapan 226.0 73.7 Atas Normal
Dari tabel di atas tampak bahwa kejadian hujan di Pulau Batam cukup
merata ditandai dengan sifat hujan secara umum berada pada kisaran di atas
normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar
antara 160 – 300 mm.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] 12
Gambar. 11 Peta Isohyet Barelang bulan Februari 2016
Dari gambar peta isohyet di atas dapat diketahui konsentrasi hujan di
Barelang yang terjadi selama bulan Februari 2016. Sebaran hujan cukup merata di
wilayah Pulau Batam, Rempang dan Galang, dengan nilai antara 160 – 300 mm,
konsentrasi jumlah curah hujan tertinggi terdapat di wilayah Hang Nadim.
D. ANALISIS UNSUR CUACA SIGNIFIKAN BULAN FEBRUARI 2016
a. Hujan
Sifat hujan bulan Februari 2016 di Barelang Bawah Normal (B) sampai di
Atas Normal (AN) dengan curah hujan selama sebulan berkisar 160,2 mm -
308,0 mm atau antara 63,4 % - 122 %. Curah hujan terendah terjadi di
Tanjung Uncang dan tertinggi di Hang Nadim. Khusus di Hang Nadim dalam
bulan Februari 2015 terdapat 11 hari hujan terukur dan 1 hari hujan tidak
terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 308,0 mm atau berkisar 122
% dari rata-rata yang berarti sifat hujan Atas Normal (AN). Pada dasarian I
terjadi 6 hari hujan dengan jumlah curah hujan 160,9 mm, dasarian II terjadi
4 hari hujan dengan jumlah curah hujan 120,9 mm, dan dasarian III terjadi 2
hari dengan curah hujan 26,2 mm. Curah hujan tertinggi 109,0 mm terjadi
pada tanggal 06 Februari 2015.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] 13
Gambar.12 Grafik Curah Hujan bulan Februari 2016 di Hang Nadim
b. Suhu Udara
Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 25,7-29,9°C. Suhu udara
terendah dalam bulan Februari 2015 adalah 23,8°C terjadi pada tanggal 02
Februari 2016 pagi hari dan suhu udara tertinggi 33,3°C terjadi pada tanggal
01 Februari 2016 siang hari.
0
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526272829
CU
RA
H H
UJA
N (
mm
)
TANGGAL
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] 14
Gambar.13 Grafik Suhu Udara bulan Februari 2016 di Hang Nadim
c. Kelembaban Udara
Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 71 % - 91 %.
Kelembaban udara terendah mutlak 56% terjadi pada tanggal 01 dan 17
Februari 2016 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 98% terjadi
tanggal 07, 19 dan 20 Februari 2016 pagi hari. Dengan demikian kelembaban
udara pada bulan Februari 2016 lebih kering dibandingkan bulan Januari
2016.
Gambar.14 Grafik Kelembaban Udara Bulan Februari 2016 di Hang Nadim
d. Angin Permukaan
Selama periode dasarian I – III Februari 2016 angin permukaan secara umum
didominasi dari arah Utara sampai Timur Laut dengan kecepatan rata-rata
16 km/jam, arah dan kecepatan maximum dari Timur Laut dengan kecepatan
45 km/jam terjadi pada tanggal 16 Februari 2016.
23
25
27
29
31
33
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28
TEM
PER
ATU
R
TANGGAL
T- MAXIMUM
T- MINIMUM
T- RATA-RATA
50
60
70
80
90
100
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28
RH
(%
)
TANGGAL
RH MAXIMUM
RH MINIMUM
RH RATA-RATA
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] 15
PRAKIRAAN CUACA MARET 2016
A. DINAMIKA ATMOSFER
1. Tekanan Udara dan Angin
Pada bulan Maret, posisi matahari dalam gerak semunya bergerak ke utara,
tetapi masih di BBS (Belahan Bumi Selatan) yaitu sekitar 10,0°LS s.d 5,0°LU
(http://www.physicalgeography.net). Hal ini masih berdampak pada hangatnya suhu
muka laut di daerah BBS dan memicu terbentuknya banyak pola tekanan udara
rendah.
Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode Februari
– Maret – April 2016
Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Maret
Sumber: http://pred.ldeo.columbia.edu/forecast/sst/14/
http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/realtime/clim/annual/monthly/monthly.12.slp.html
Gambar 15. Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode dan Rata-rata Tekanan Udara pada
Bulan Maret 2016
Pola angin rata-rata bulan Maret secara dominan bertiup dari Bumi
Bagian Utara (BBU) menuju Bumi Bagian Selatan (BBS) dan sebagian
bertiup dari Bumi BBS menuju BBU. Angin dari arah BBU dan BBS ini
bertemu di sekitar wilayah ekuator. Daerah pertemuan angin ini disebut
ITCZ (Intercontinental Convergance Zone).
Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau, seperti yang terlihat
pada gambar 16, pola angin yang terbentuk berada dekat dengan daerah
belokan angin (shearline). Pola angin ini cenderung mendukung dalam
proses pertumbuhan awan-awan hujan.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] 16
Sumber: Meteo Publik, BMKG
Gambar 16. Rata-rata Streamline 3000 feet pada Bulan Maret
2. ENSO (EL Nino-Southern Oscillation)
ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang
mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan
curah hujan (fase El Nino) di wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut
institusi internasional yaitu NOAA (National Oceanic and Atmospheric
Administration), POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia),
BMKG, dan JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology)
menyatakan bahwa EL Nino masih akan berlangsung dengan kategori sedang
(moderate) pada bulan Maret 2016. Dengan demikian, wilayah Indonesia
secara umum diprediksi akan terjadi pengurangan jumlah curah hujan.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] 17
Sumber: Pusat Data Dokumen, BMKG
Gambar 17. Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG
Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari
BoM (Bureau of Meteorology Australia) hingga akhir Februari menunjukkan kondisi
El Nino dengan nilai mencapai -17.3. Sehingga diprakirakan bulan Maret 2016
berpotensi terjadi pengurangan jumlah curah hujan yang cukup signifikan di
wilayah Indonesia.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] 18
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
Gambar 18. Grafik SOI Bulan Januari 2014 s.d. Februari 2016
3. MJO (Madden-Julian Oscillation)
Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah
curah hujan di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi
gugusan awan yang lazim disebut MJO. Menurut NOAA, diperkirakan MJO
pada awal hingga pertengahan Maret 2016 berada pada fase 7-2 sehingga
tidak mempengaruhi penambahan maupun pengurangan curah hujan di
wilayah Indonesia (Gambar 19). Hal ini juga terlihat dari anomali OLR yang
bernilai positif disebagian besar wilayah Indonesia (Gambar 20). Namun
terdapat indikasi anomali negatif OLR pada akhir Maret yang berarti tutupan
awan konvektif di wilayah Indonesia bagian barat akan mulai banyak.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] 19
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml
Gambar 19. Grafik Fase MJO pada Bulan Februari 2016 dan prakiraan Bulan Maret 2016
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/spatial_olrmap_CA_full.gif
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] 20
Gambar 20. Anomali OLR sampai dengan 29 Februari 2016 dan prakiraan 15 hari kedepan
4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)
Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di
Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data
dari BoM, indeks IOD akhir Februari berada pada kondisi normal dengan nilai
terakhir -0.260 C (gambar 21). BMKG menyatakan kondisi normal IOD ini akan
berlangsung hingga bulan Juli 2016 (gambar 22).
Sumber: www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gambar 21. Grafik indeks IOD sampai dengan akhir Februari 2016 dari BoM
Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/Dinamika_Atmosfir.bmkg
Gambar 22. Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] 21
5. Tinjauan Klimatologis
Kondisi cuaca bulan Maret di Batam berdasarkan data klimatologis selama
22 tahun (1993-2015) diketahui:
Secara umum jumlah curah hujan terbagi dua di Pulau Batam selama Bulan
Maret. Batam bagian Timur jumlahnya sekitar 100 – 150 mm, sedangkat Batam
bagian Barat sekitar 150 – 200 mm.
Kesimpulan:
Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan
hujan di Batam pada bulan Maret 2016 cenderung lebih tinggi dibandingkan pada
bulan Februari 2016 begitu pula dengan peluang jumlah intensitas curah hujan.
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET 2016
1. Prakiraan Hujan Dasarian
Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi
ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah
hujan tiap dasarian mulai Maret 2016 hingga Februari 2017. Data masukan
yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Maret
1999 s.d Februari 2016.
Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal
hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.96483 dan RMSE
(error) 13.0845. Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Maret
2016 diprakirakan:
minimum rata-rata maksimum
SUHU UDARA 23.7 27 32.3
KELEMBAPAN UDARA 45% 82% 100%
ANGIN 6 Km/jam NE 50 Km/jam
HARI HUJAN 6 14* 24
*9 hari disertai petir
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] 22
Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan
pada dasarian I, II dan III berada di bawah normal terhadap rata-rata.
2. Prakiraan Hujan Bulanan
Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7
dapat diperoleh hasil prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan Februari 2016
di wilayah Barelang sebagai berikut:
Tabel: Prakiraan Curah Hujan Bulan Maret 2016
dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Maret 2016
di Barelang dapat diprakirakan sebagai berikut :
Tabel: Prakiraan Sifat Hujan Bulan Maret 2016
SIFAT HUJAN WILAYAH
Atas Normal
Normal Batam, Rempang, dan Galang
Bawah Normal
Dasarian Pertama Bawah Normal 47.3
Dasarian Kedua Bawah Normal 52.5
Dasarian Ketiga Bawah Normal 38.4
Sifat Hujan Jumlah Curah Hujan
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] 23
Gambar. 23 Peta Prakiraan Curah dan Sifat Hujan Barelang bulan Maret 2016
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] 24
PRAKIRAAN GELOMBANG AWAL FEBRUARI 2016
1. Hasil Pantauan Sebagai Dasar Pertimbangan
Pusat Tekanan Rendah terbentuk di Samudra Hindia sebelah selatan Bali (1011 Hpa) dan
Laut Arafuru bagian barat sebelah selatan Kep. Tanimbar (1009 Hpa). Angin gradient di Wilayah
Indonesia sebelah utara Katulistiwa umumnya bertiup dari arah Utara – Timur Laut, di sebelah
selatan katulistiwa umumnya bertiup dari arah Barat Daya – Barat Laut. Suhu Muka Laut berkisar
antara 27 - 32 derajat Celcius. Anomali suhu muka laut berkisar antara 0.2 hingga 2.7 °C. Angin di
wilayah Indonesia utara equator umumnya bertiup dari Utara – Timur Laut dengan kecepatan
berkisar 10 - 40 Km/Jam, sedangkan di selatan equator bertiup dari Barat Daya - Barat Laut dengan
kecepatan berkisar 5 – 30 Km/Jam. Kecepatan angin tertinggi terjadi di Perairan Kep. Natuna dan
Kep. Anambas, Perairan Kep. Sangihe dan Kep. Talaud
2. Prospek Tinggi Gelombang
Hujan dengan intensitas sedang – lebat
Perairan barat Aceh, Perairan Bengkulu, Perairan utara P. Bangka, Selat Sunda, Perairan
utara dan selatan Jawa, Laut Jawa, Laut Bali, Perairan Kotabaru, Perairan selatan Kalimantan Tengah,
Selat Makassar bagian selatan, Teluk Bone, Laut Sumbawa, Laut Flores, Selat Ombai, Laut Banda
timur Sulawesi tenggara, Perairan Kep. Tanimbar, Perairan Kep. Aru, Perairan Kaimana, Perairan
Jayapura.
0.5 - 1.25 m (Slight)
Perairan timur Kep. Simeuleu, Perairan timur Kep. Nias – Sibolga, Perairan timur Kep.
Mentawai – Padang, Perairan selatan P. Sumba, Laut Sawu, Perairan Kupang – P. Rote, Perairan Riau,
Selat Berhala, Perairan utara Belitung, Selat Gelasa, Laut Jawa bagian barat dan tengah, Selat
Makassar, Laut Bali, Laut Sumbawa, Laut Flores, Perairan utara Flores, Laut Sulawesi bagian barat,
Perairan utara Sulawesi, Laut Maluku bagian selatan, Teluk Cenderawasih, Perairan Kep. Raja Ampat,
Laut Buru, Laut Banda, Perairan Kep. Babar, Perairan Kep. Sermata – Kep. Leti.
1.25 - 2.50 m (Moderate)
Laut Andaman, Selat Malaka bagian utara, Perairan utara dan barat Aceh, Perairan barat Kep.
Simeuleu, Perairan barat Kep. Nias, Perairan barat Kep. Mentawai, Perairan Enggano, Perairan
Bengkulu hingga barat Lampung, Selat Sunda bagian selatan, Perairan selatan Jawa, Perairan selatan
Bali hingga NTB, Samudera Hindia barat Sumatera dan selatan Jawa hingga NTB, Perairan timur P.
Bintan hingga Kep. Lingga, Perairan utara Bangka, Selat Karimata, Laut Jawa bagian timur, Laut
Sulawesi bagian tengah dan timur, Perairan Kep. Sangihe, Perairan Bitung – Manado, Laut Maluku
bagian utara, Perairan utara Kep. Sula, Perairan utara Halmahera, Laut Halmahera, Perairan utara
Papua Barat dan Papua, Samudra Pasifik utara Halmahera dan Papua.
2.50 - 4.0 m (Rough)
Laut Cina Selatan sebelah utara Natuna, Perairan Kep. Natuna dan Kep. Anambas, Laut
Natuna, Perairan Kep. Talaud.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] 25
PRAKIRAAN PASANG SURUT (TIDAL)
FEBRUARI 2016
A. Pendahuluan
Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi
akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang
terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan
oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang, dalam orde
jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang
ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.
B. Pola Pasang Surut
Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu
kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap
hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua
kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai
ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut
semi-diurnal mixed tide.
Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan
paras air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan
pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian
pasang. Dengan nilai rata-rata ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air.
C. Paras Pasang Surut.
Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water
(HT) / Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water
(LW) / Low Tide. Mengingat propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri
dari lautan maka fenomena pasang surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan
yang berhubungan dengan kelautan seperti bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para
nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di
seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota sebagai berikut :
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] 26
1. KOTA BATAM
i. BATU AMPAR
ii. SEKUPANG
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] 27
2. KABUPATEN BINTAN
i. TANJUNG UBAN
ii. TANJUNG PINANG
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] 28
3. KABUPATEN KARIMUN
i. TANJUNG BALAI KARIMUN
4. KABUPATEN LINGGA
i. DABO SINGKEP
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] 29
5. KABUPATEN ANAMBAS
i. SELAT PENITING
6. KABUPATEN NATUNA
i. SEDANAU
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] 30
PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM
BULAN DAN MATAHARI FEBRUARI 2016
1. STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM
Location : E104 07, N01 07, March 2016
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0613 1819 2356 1129
2 0613 1818 000 1217
3 0613 1818 0046 1307
4 0612 1818 0137 1359
5 0612 1818 0230 1453
6 0612 1818 0324 1547
7 0612 1817 0419 1643
8 0611 1817 0514 1739
9 0611 1817 0609 1834
10 0611 1817 0703 1930
11 0610 1817 0759 2026
12 0610 1816 0854 2122
13 0610 1816 0950 2219
14 0610 1816 1046 2315
15 0609 1816 1142 000
16 0609 1815 1237 0011
17 0609 1815 1330 0105
18 0608 1815 1421 0158
19 0608 1815 1510 0248
20 0608 1814 1558 0335
21 0607 1814 1643 0421
22 0607 1814 1727 0505
23 0607 1813 1811 0548
24 0606 1813 1854 0631
25 0606 1813 1937 0713
26 0606 1813 2020 0756
27 0605 1812 2105 0840
28 0605 1812 2152 0925
29 0605 1812 2239 1012
30 0604 1812 2329 1100
31 0604 1811 000 1150
2. STASIUN METEOROLOGI TANJUNGPINANG
Location : E104 32, N00 55, March 2016
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0611 1817 2354 1128
2 0611 1817 000 1216
3 0611 1817 0044 1306
4 0611 1816 0135 1358
5 0610 1816 0228 1451
6 0610 1816 0322 1546
7 0610 1816 0417 1641
8 0610 1816 0512 1737
9 0609 1815 0607 1833
10 0609 1815 0702 1928
11 0609 1815 0757 2024
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] 31
12 0608 1815 0852 2120
13 0608 1814 0948 2217
14 0608 1814 1044 2313
15 0608 1814 1140 000
16 0607 1814 1235 0009
17 0607 1813 1328 0103
18 0607 1813 1420 0156
19 0606 1813 1509 0246
20 0606 1813 1556 0334
21 0606 1812 1642 0419
22 0605 1812 1726 0504
23 0605 1812 1809 0547
24 0605 1812 1852 0629
25 0604 1811 1935 0712
26 0604 1811 2019 0755
27 0604 1811 2103 0838
28 0603 1810 2150 0924
29 0603 1810 2237 1010
30 0603 1810 2327 1058
31 0602 1810 000 1148
3. STASIUN METEOROLOGI RANAI
Location : E108 24, N03 55, March 2016
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0557 1800 2342 1108
2 0557 1800 000 1156
3 0557 1800 0032 1245
4 0556 1800 0123 1338
5 0556 1800 0216 1431
6 0556 1759 0309 1527
7 0555 1759 0404 1623
8 0555 1759 0458 1719
9 0555 1759 0552 1816
10 0554 1759 0646 1913
11 0554 1759 0740 2010
12 0554 1759 0834 2107
13 0553 1758 0929 2204
14 0553 1758 1025 2301
15 0553 1758 1120 2357
16 0552 1758 1215 000
17 0552 1758 1308 0051
18 0551 1758 1400 0143
19 0551 1757 1450 0233
20 0551 1757 1538 0320
21 0550 1757 1624 0405
22 0550 1757 1709 0449
23 0549 1757 1753 0531
24 0549 1756 1837 0613
25 0548 1756 1921 0654
26 0548 1756 2005 0737
27 0548 1756 2051 0820
28 0547 1756 2137 0904
29 0547 1755 2226 0951
30 0546 1755 2315 1039
31 0546 1755 000 1128
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] 32
4. STASIUN METEOROLOGI TANJUNG BALAI KARIMUN
Location : E103 23, N01 03, March 2016
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0616 1822 2359 1132
2 0616 1821 000 1220
3 0615 1821 0049 1310
4 0615 1821 0140 1402
5 0615 1821 0233 1456
6 0615 1821 0327 1551
7 0614 1820 0422 1646
8 0614 1820 0517 1742
9 0614 1820 0612 1837
10 0614 1820 0707 1933
11 0613 1819 0802 2029
12 0613 1819 0857 2125
13 0613 1819 0953 2222
14 0612 1819 1049 2318
15 0612 1819 1145 000
16 0612 1818 1240 0014
17 0612 1818 1333 0108
18 0611 1818 1424 0201
19 0611 1817 1514 0250
20 0611 1817 1601 0338
21 0610 1817 1646 0424
22 0610 1817 1730 0508
23 0610 1816 1814 0552
24 0609 1816 1857 0634
25 0609 1816 1940 0716
26 0609 1816 2023 0759
27 0608 1815 2108 0843
28 0608 1815 2155 0928
29 0608 1815 2242 1015
30 0607 1815 2332 1103
31 0607 1814 000 1153
5. STASIUN METEOROLOGI DABO SINGKEP
Location : E104 34, N00 28, March 2016
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0611 1817 2354 1128
2 0611 1817 000 1216
3 0610 1817 0043 1306
4 0610 1817 0134 1358
5 0610 1816 0227 1452
6 0610 1816 0321 1546
7 0610 1816 0416 1642
8 0609 1816 0511 1737
9 0609 1815 0606 1832
10 0609 1815 0702 1928
11 0608 1815 0757 2024
12 0608 1815 0853 2120
13 0608 1814 0949 2216
14 0608 1814 1045 2313
15 0607 1814 1141 000
16 0607 1814 1236 0008
17 0607 1813 1329 0103
18 0606 1813 1420 0155
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.027] 33
19 0606 1813 1509 0245
20 0606 1812 1556 0333
21 0606 1812 1642 0419
22 0605 1812 1726 0503
23 0605 1812 1809 0547
24 0605 1811 1851 0629
25 0604 1811 1934 0712
26 0604 1811 2018 0755
27 0604 1810 2103 0839
28 0603 1810 2149 0924
29 0603 1810 2237 1011
30 0603 1810 2326 1059
31 0602 1809 000 1149
6. STASIUN METEOROLOGI TAREMPA
Location : E106 15, N03 12, March 2016
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0606 1809 2350 1118
2 0605 1809 000 1205
3 0605 1809 0040 1255
4 0605 1809 0131 1347
5 0604 1808 0224 1441
6 0604 1808 0317 1536
7 0604 1808 0412 1632
8 0603 1808 0506 1729
9 0603 1808 0600 1825
10 0603 1808 0655 1921
11 0602 1808 0749 2018
12 0602 1807 0844 2115
13 0602 1807 0939 2212
14 0601 1807 1035 2309
15 0601 1807 1130 000
16 0601 1807 1225 0005
17 0600 1806 1318 0059
18 0600 1806 1410 0151
19 0559 1806 1500 0241
20 0559 1806 1547 0328
21 0559 1806 1633 0414
22 0558 1805 1718 0457
23 0558 1805 1802 0540
24 0558 1805 1845 0622
25 0557 1805 1929 0704
26 0557 1805 2013 0746
27 0556 1804 2059 0829
28 0556 1804 2145 0914
29 0556 1804 2233 1000
30 0555 1804 2323 1048
31 0555 1803 000 1138