Kasus Varicella

download Kasus Varicella

of 25

Transcript of Kasus Varicella

LAPORAN KASUSVARISELADisusun untuk memenuhi sebagian syarat kelulusan kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RST dr. Soedjono Magelang

disusun oleh:Aditya Edo Mulyono01.210.6067

Pembimbing:dr. Puguh Santoso, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KULIT DAN KELAMINRST DR. SOEDJONO MAGELANGUNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG2015LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUSVARISELA

Diajukan untuk memenuhi syarat Ujian Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kulit dan Kelamin RST Tingkat IIdr. Soedjono Magelang

Telah disetujui dan dipresentasikan pada tanggal: Juli 2015

Disusun oleh:Aditya Edo Mulyono 01.210.6067

Pembimbing,

dr. Puguh Santoso, Sp.KK

BAB IPENDAHULUAN

Varisela adalah infeksi akut primer oleh virus Varisela Zoster (VVZ) yang menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi dibagian sentral tubuh. Varisela juga dikenal sebagai cacar air atau chicken pox. Varisela merupakan penyakit yang tersebar luas diseluruh dunia menyerang terutama anak-anak, namun dapat pula menyerang orang dewasa. Epidemik varisela terjadi pada musim dingin dan musim semi, tercatat lebih dari 4 juta kasus, 11.000 rawat inap, dan 100 kematian tiap tahunnya. Di Indonesia, insidennya cukup tinggi dan terjadi secara sproradis sepanjang tahun. Varisela merupakan penyakit serius dengan persentasi komplikasi dan angka kematian tinggi pada dewasa, serta orang imun yang terkompromi. Pada rumah tangga, presentasi penularan dari virus ini berkisar 65%-86%. VVZ merupakan infeksi yang sangat menular dan menyebar biasanya dari oral, udara atau sekresi respirasi dan terkadang melalui transfer langsung dari lesi kulit melalui transmisi fetomaternal.Virus Varisela Zoster (VVZ) merupakan anggota famili herpesviridae dan sub famili alfa herpes. Penamaan virus ini memberi pengertian bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan varisela, sedangkan reaktivasi menyebabkan herpes zoster.Berdasarkan gejala klinisnya, varisela memiliki tiga stadium yang terdiri dari:1. Stadium ProdromalBiasanya 2 3 hari dan bervariasi seperti demam yang tidak terlalu tinggi, malase, dan nyeri kepala, batuk, sakit tenggorokan, gatal bervariasi dari ringan hingga berat.2. Stadium ErupsiPada mulanya timbul erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini berupa tetesan embun (tear drops) dan kemudian menjadi pustul dan krusta. Sementara proses ini berlangsung, timbul lagi vesikel-vesikel yang baru sehingga menimbulkan gambaran polimorf. Penyebarannya terutama didaerah badan, kemudian menyebar secara sentrifugal ke wajah dan ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lendir mata, mulut, dan saluran napas bagian atas. 3. Stadium PenyembuhanMasa penyembuhan sekitar 2 minggu dan pelepasan krusta bervariasi dalam 2 hari sampai 2 minggu.

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan Tzanck dengan pewarnaan Giemsa. Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel dan akan didapati sel datia berinti banyak.Pengobatan biasanya bersifat simptomatik, dengan pemberian antipiretik dan analgesik. Anti histamin oral dapat diberikan untuk menghilangkan rasa gatal, sedangkan pemberian anti virus dapat memperpendek perjalanan penyakit.Prognosis penyakit ini ditentukan oleh perawatan yang teliti dan komplikasi yang mungkin timbul, namun pada umumnya prognosisnya baik.

BAB IILAPORAN KASUS

ANAMNESISA. Identitas PasienNama: Sdr. BJenis Kelamin: Laki-lakiUsia: 20 tahunAgama: IslamPekerjaan: PelajarAlamat: Bungsrun 26/11 Kricing, Secang, Kab.MagelangTanggal periksa : Selasa,7 Juli 2015 B. Keluhan utamaLenting lenting kecil menyebar di seluruh badanC. Riwayat penyakit sekarangPasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RST Magelang dengan keluhan Lenting lenting kecil di badan, keluhan ini dialami sejak 3 hari yang lalu. Awalnya timbul lenting kemerahan pada daerah dada yang kemudian keesokan harinya menyebar ke leher, wajah, punggung, perut dan lengan. Lenting lenting merah kemudian berubah menjadi lepuh dan berisi cairan. Penderita juga mengeluh ada rasa sangat gatal pada daerah yang terdapat lepuh,sehingga pasien sulit tidur malam, rasa nyeri disangkal penderita. Selain itu pasien juga mengeluh badan meriang sepanjang hari dialami pasien sejak 2 hari yang lalu, dan disertai dengan rasa lemah badan,nyeri sendi sendi tangan dan kaki dan nyeri kepala. Menurut keterangan pasien, adik pasien menderita penyakit yang sama 1 minggu yang lalu dan sekarang sudah sembuh. Pasien belum pernah berobat ke dokter ataupun mendapat pengobatan, di rumah hanya di beri bedak yang di beli di warung,tetapi keluhan tidak mereda. Riwayat penyakit dahuluPasien belum pernah mendapat sakit seperti ini.Riwayat penyakit kulit yang parah di sangkal.Riwayat penyakit hati, ginjal, jantung, diabetes melitus disangkal oleh pasien.

D. Riwayat penyakit keluargaAdik pasien menderita penyakit serupa 1 minggu yang lalu,dan sekarang sudah sembuh.

E. Riwayat Sosial EkonomiPasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara, biaya pengobatan di tanggung oleh BPJS non-PBI

F. Riwayat alergi : Makanan: Disangkal Obat: Disangkal

G. Riwayat atopi :Bersin pagi hari ataupun karena debu disangkalRiwayat asma disangkal

H. Riwayat kebiasaan: Pasien mandi 2 kali sehari, memakai sabun batang, handuk dipakai sendiri, air yang digunakan berasal dari air sumur dan pakaian dalam diganti 2 kali sehari.

PEMERIKSAAN FISIKA. Status generalisataKeadaan umum: Tampak lenting lenting melepuh dengan tepi kemerahan dan berisi cairan menyebar di seluruh tubuh.Kesadaran: Compos mentisTanda vitalNadi: 80 x/menit,isi dan tegangan cukupPernapasan: 20 x/menitSuhu: subfebrisTD: tidak dilakukanKepala Leher: tak ada kelainanThorak: tak ada kelainanAbdomen: tak ada kelainanEkstremitas: tak ada kelainan

B. Status DermatologisRegio fasialis et coli et thorakalis et abdomen et skapularis: Papulae dengan dasar eritematous, vesikulae, pustulae, erosi (+), krusta (+).Regio brachii et antebrachii dextra et sinistra : papula dengan dasar eritematous.

USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG Tzanck Test

DIAGNOSIS KERJAVarisela

DIAGNOSIS BANDINGVariola/ small pox

TATALAKSANA1. MedikamentosaAntivirus: Asiklovir 5 x 800 mg/hari selama 7 hari Roborantia: Parasetamol 3 x 500 mg/hari, Interhistin tab 2x1Salep antibiotika: Gentamisin Sulfat Cream 1%, oleskan 2x/hari pada bekas lenting yang pecah.Topikal: Bedak salisil 2% pada lesi yang keringImunostimulan : Imunos 1 x 1 tablet selama 7 hari

2. Nonmedikamentosaa. Istirahat yang cukup.b. Obat di minum teraturc. Makan makanan yang bergizid. Menjaga kebersihan diri dengan tetap mandi walaupun masih banyak terlihat bintik-bintik.e. Tidak menggaruk dan memecahkan lepuh-lepuh tersebut karena dapat menimbulkan bekas luka garukan dikulit.f. Tujuh hari kemudian datang kontrol ke poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin untuk dilakukan kontrol terhadap perkembangan penyakitnya.

PROGNOSIS Quo ad vitam: : ad bonam Quo ad fungsionam: ad bonam Quo ad sanasionam: ad bonam

BAB IIIPEMBAHASAN Diagnosis varisela pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien adalah seorang laki - laki berumur 20 tahun. Berdasarkan kepustakaan yang ada disebutkan bahwa varisela dapat juga menyerang orang dewasa. Keluhan utama pada pasien ini adalah lenting lenting kecil di badan, keluhan ini dialami sejak 3 hari yang lalu. Awalnya timbul lenting kemerahan pada daerah dada yang kemudian keesokan harinya menyebar ke leher, wajah, punggung, perut dan lengan. Lenting lenting merah kemudian berubah menjadi lepuh dan berisi cairan. Dari anamnesis ini diketahui bahwa penyebaran dari lesi terjadi dari sentral ke perifer, yaitu dari daerah badan menyebar ke wajah dan lengan dan lesi berbentuk khas seperti tetesan embun. Hal ini sesuai kepustakaan dimana disebutkan bahwa penyebaran lesi kulit dari varisela pada umumnya pertama kali di daerah badan kemudian menyebar secara sentrifugal ke wajah dan ekstremitas, serta lesinya yang khas seperti tetesan embun (tear drops). Lesi kulit dari varisela dapat juga menyerang selaput lendir mata, mulut, dan saluran napas bagian atas.Penderita juga mengeluh ada rasa sangat gatal pada daerah yang terdapat lepuh,sehingga pasien sulit tidur malam, rasa nyeri disangkal penderita. Selain itu pasien juga mengeluh badan meriang sepanjang hari dialami pasien sejak 2 hari yang lalu, dan disertai dengan rasa lemah badan,nyeri sendi sendi tangan dan kaki dan nyeri kepala Berdasarkan kepustakaan disebutkan bahwa gejala prodromal dari varisela biasanya berupa demam, nyeri kepala, dan malaise ringan, yang umumnya muncul sebelum pasien menyadari bila telah timbul erupsi kulit. Masa prodromal ini kemudian disusul oleh stadium erupsi. Dari anamnesis diketahui adanya riwayat kontak dengan pasien varisela yang lain, yaitu adik pasien kurang lebih 1 minggu yang lalu. Hal ini sesuai dengan kepustakaan dimana dikatakan bahwa jalur penularan VVZ bisa secara aerogen, kontak langsung, dan transplasental. Droplet lewat udara memegang peranan penting dalam mekanisme transmisi, tapi infeksi bisa juga disebabkan melalui kontak langsung. Krusta varisela tidak infeksius, dan lamanya infektifitas dari droplet berisi virus cukup terbatas. Manusia merupakan satu-satunya reservoir, dan tidak ada vektor lain yang berperan dalam jalur penularan. Pada pemeriksaan fisik didapati pada status generalis yang menunjukkan bahwa pasien dalam keadaan sub febris kemudian dari status dermatologis yang didapati pada wajah, leher, dada, perut, dan punggung pasien tampak vesikel yang seperti tetesan embun dan papul dengan dasar kemerahan, pustul, erosi dan krusta. Pada lengan kiri dan kanan pasien tampak papul dengan dasar kemerahan. Jadi terdapat gambaran lesi kulit yang bermacam-macam. Hal ini sesuai kepustakaan dikatakan bahwa varisela mempunyai bentuk vesikel yang khas yaitu seperti tetesan embun (tear drops) dan memiliki gambaran polimorf.Selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis varisela juga ditegakkan berdasarkan pemeriksaan laboratorium. Berdasarkan kepustakaan pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan tzanck, yaitu dengan cara mengerok bagian dasar dari vesikel yang diwarnai dengan giemsa kemudian dapat ditemukan sel datia berinti banyak, dan serologi, misalnya flourescent antibody dan pemeriksaan antibodi dengan cara ELISA. Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan Tzanck.Pasien ini tidak mengalami komplikasi. Ini dilihat dari hasil pemeriksaan fisik yang meliputi keadaan umum, tanda vital dan pemeriksaan fisik lainnya yang masih dalam batas normal. Pada orang yang immunocompromised (leukemia, pemberian kortikosteroid dengan dosis tinggi dan lama, atau pasien AIDS) bila terinfeksi VVZ maka manifestasi varisela lebih berat (lesi lebih lebar, lebih dalam, berlangsung lebih lama, dan sering terjadi komplikasi).Varisela dapat didiagnosis banding dengan variola namun karena dari anamnesis pasien belum pernah mengalami sakit yang sama seperti ini sebelumnya dan dari pemeriksaan fisik pada status dermatologis ditemukan gambaran lesi kulit yang polimorf, tidak monomorf, dan penyebaran dari akral tubuh,yakni telapak tangan dan telapak kaki serta kasus variola jarang sekali di temukan kecuali pada daerah endemi, maka variola dapat dieliminasi sebagai diagnosis banding varisela. Tujuan pengobatan pada pasien ini adalah untuk memperpendek perjalanan penyakit dan mengurangi gejala klinis yang ada, yaitu dengan pemberian anti virus yaitu asiklovir 5 x 800 mg/hari selama 7 hari, hal ini dimaksudkan untuk menekan atau menghambat replikasi dari virus varisela zoster, roborantia berupa analgetik dan antipiretik parasetamol 3 x 500 mg/hari , topikal yaitu bedak salisil 2% diberikan dengan maksud untuk mempertahankan vesikel agar tidak pecah dan salep Gentamisin 2 kali aplikasi/hari untuk lesi yang sudah pecah, dan pemberian imunostimulan untuk meningkatkan daya tahan tubuh.Pasien disarankan agar istirahat yang cukup, minum obat teratur,makan makanan yang bergizi, menjaga kebersihan tubuh, dan tidak memecahan vesikel. Pasien kemudian dianjurkan untuk kontrol dipoliklinik kulit dan kelamin 7 hari kemudian. Hal-hal diatas bertujuan untuk memperbaiki daya tahan tubuh pasien, mencegah terjadinya infeksi sekunder, mencegah terjadinya komplikasi dan munculnya jaringan parut serta untuk mengetahui perkembangan penyakitnya.Prognosis umumnya baik, bergantung pada kecepatan penanganan dan kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi. Pada pasien ini prognosis Quo ad vitam adalah ad bonam karena penyakit ini tidak mengancam jiwa, sebab dari pemeriksaan fisik tidak ditemukan tanda-tanda komplikasi. Prognosis Quo ad functionam adalah ad bonam karena fungsi bagian tubuh yang terkena tidak terganggu. Prognosis Quo ad sanationam adalah ad bonam karena varisela merupakan penyakit yang bersifat self-limiting disease dan tidak mengganggu kehidupan sosial penderita, sebab penanganan yang cepat maka perjalanan penyakit dapat diperpendek.

BAB IVTINJAUAN PUSTAKAVARICELLADEFINISIVaricella (Cacar Air) adalah penyakit infeksi yang umum yang biasanya terjadi pada anak-anak dan merupakan akibat dari infeksi primer Virus Varicella Zoster. Varicella pada anak, mempunyai tanda yang khas berupa masa prodromal yang pendek bahkan tidak ada dan dengan adanya bercak gatal disertai dengan papul, vesikel, pustula, dan pada akhirnya, crusta, walaupun banyak juga lesi kult yang tidak berkembang sampai vesikel.Normalnya pada anak, gejala sistemik biasanya ringan. Komplikasi yang serius biasanya terjadi pada dewasa dan pada anak dengan defisiensi imunitas seluler, dimana penyakit dapat bermanifestasi klinis berupa, erupsi sangat luas, gejala konstitusional berat, dan pneumonia. Terdapat kemungkinan fatal jika tidak ada terapi antivirus yang diberikan. Vaksin Live Attenuated (Oka) mulai diberikan secara rutin pada anak yang sehat diatas umur 1 tahun 1995. Setelah itu, insidensi varisella dan komplikasinya mulai menurun di Amerika Serikat. Telah banyak negara bagian yang mewajibkan vaksin ini diberikan sebagai syarat masuk sekolah. Herpes Zooster disebabkan oleh reaktivasi dari Virus Varisela Zooster yang oleh penderita varisela. Herpes Zooster ini ditandai dengan lesi unilateral terlokalisasi yang mirip dengan cacar air dan terdistribusi pada syaraf sensoris. Biasanya lebih dari satu syaraf yang terkena dan pada beberapa pasien dengan penyebaran hematogen, terjadi lesi menyeluruh yang timbul setelah erupsi lokal. Zoster biasanya terjadi pada pasien dengan immunocompromised, penyakit ini juga umum pada orang dewasa daripada anak-anak. Pada dewasa lebih sering diikuti nyeri pada kulit. EPIDEMIOLOGISebelum pengenalan vaksin pada tahun 1995, varisella merupakan penyakit infeksi paling sering pada anak-anak di USA. Kebanyakan anak terinfeksi pada umur 15 tahun, dengan persentasi dibawah 5% pada orang dewasa. Epidemik Varicella terjadi pada musim dingin dan musim semi, tercatat lebih dari 4 juta kasus, 11.000 rawat inap, dan 100 kematian tiap tahunnya. Varicella merupakan penyakit serius dengan persentasi komplikasi dan kematian tinggi pada balita, dewasa, dan dengan orang imun yang terkompromi. Pada rumah tangga, persentasi penularan dari virus ini berkisar 65%-86%.Manusia merupakan host alami yang diketahui untuk VZV, dimana dikaitkan dengan dua bentuk kesakitan- yang bentuk primer sebagai varisela (chickenpox) dan bentuk sekunder sebagai herpes zoster. VZV merupakan infeksi yang sangat menular dan menyebar biasanya dari oral udara atau sekresi respirasi atau terkadang melalui transfer langsung dari lesi kulit melalui transmisi fetomaternal. Serangan sekunder meningkat pada kontak rumah yang rentan melebihi 85%.Pada iklim temperatur, angka infeksi enunjukkan variasi musiman yang ditandai, dengan epidemis pada musim dingin akhir dan awal musim semi. Sebaliknya, tidak ada variasi musiman yang terlihat pada iklim tropis. Alasan untuk perbedaan penandaan ini tidaklah jelas, meskipun telah didukung dengan pemanasan, dan kurangnya peningkatan paparan pada virus dalam bulan musim hangat dapat menyebabkan beberapa perbedaan. Di india, disamping dekat dengan perbataan, angka rendah yang tidak terduga melalui transmisi antar rumah telah didokumentasikan sebesar 80%. Di Singapura, varicella timbul dalam dua epidemis besar yang terpisah selama 23 tahun. Meskipun infeksi primer asimptomatik adalah jarang, studi serologis mendukung bahwa reinfeksi subklinis adalah sering. Jarangnya, pasien dengan imunokompeten dapat mengalami episode kedua dari varicella. Varicella dalam iklim temperatur lebih sering timbul pada usia sebelum sekolah dan anak usia sekolah kurang dari usia 10 tahun dengan insidensi tertinggi pada kelompok usia 3-6 tahun. Disamping prevalensi varisela pada anak-anak, beberapa orang pada iklim temperatur dapat menenai orang dewasa tanpa adanya paparan : sebuah studi rekrut militer di United States pada era prevaksin menunjukkan bahwa 8% tentara yang direkrut adalah seronegatif, dengan peningkatn angka seronegative pada non kulit putih dan lebih tinggi angka seronegative pada tentara yang asalnya di luar United States. ETIOLOGIVaricella disebabkan oleh Varicella Zooster Virus (VZV) yang termasuk kelompok Herpes Virus dengan diameter kira-kira 150 200 nm. Inti virus disebut capsid yang berbentuk icosahedral, terdiri dari protein dan DNA yang mempunyai rantai ganda yaitu rantai pendek (S) dan rantai panjang (L) dan merupakan suatu garis dengan berat molekul 100 juta dan disusun dari 162 capsomer. Lapisan ini bersifat infeksius. Varicella Zoster Virus dapat menyebabkan varicella dan herpes zoster. Kontak pertama dengan virus ini akan menyebabkan varicella, oleh karena itu varicella dikatakan infeksi akut primer, sedangkan bila penderita varicella sembuh atau dalam bentuk laten dan kemudian terjadi serangan kembali maka yang akan muncul adalah Herpes Zoster. PATOGENESISVirus Varicella Zooster masuk dalam mukosa nafas atau orofaring, kemudian replikasi virus menyebar melalui pembuluh darah dan limfe ( viremia pertama ) kemudian berkembang biak di sel retikulo endhotellial setelah itu menyebar melalui pembuluh darah (viremia ke dua) maka timbullah demam dan malaise. Permulaan bentuk lesi pada kulit mungkin infeksi dari kapiler endothelial pada lapisan papil dermis menyebar ke sel epitel pada epidermis, folikel kulit dan glandula sebacea dan terjadi pembengkakan. Lesi pertama ditandai dengan adanya makula yang berkembang cepat menjadi papula, vesikel da akhirnya menjadi crusta. Jarang lesi yang menetap dalam bentuk makula dan papula saja. Vesikel ini akan berada pada lapisan sel dibawah kulit. Dan membentuk atap pada stratum korneum dan lusidum, sedangkan dasarnya adalah lapisan yang lebih dalam. Degenarasi sel akan diikuti dengan terbentuknya sel raksasa berinti banyak, dimana kebanyakan dari sel tersebut mengandung inclusion body intranuclear type APenularan secara airborne droplet. Virus dapat menetap dan laten pada sel syaraf. Lalu dapat terjadi reaktivitas maka dapat terjadi herpes Zooster. GEJALA KLINISGejala mulai timbul dalam waktu 10-21 hari setelah terinfeksi pada anak-anak yang berusia diatas 10 tahun, gejala awalnya berupa sakit kepala demam sedang dan rasa tidak enak badan, gejala tersebut biasanya tidak ditemukan pada anak-anak yang lebih musa. Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan wajah. Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk tak sengaja. Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan meninggalkan bekas lagi.

Gambar 1. Gejala klinis varicella zosterLain halnya jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk lebih dalam sehingga akan mengering lebih lama. kondisi ini memudahkan infeksi bakteri terjadi pada bekas luka garukan tadi. setelah mengering bekas cacar air tadi akan menghilangkan bekas yang dalam. Terlebih lagi jika penderita adalah dewasa atau dewasa muda, bekas cacar air akan lebih sulit menghilang. Papula di mulut cepat pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus), yang sering menyebabkan gangguan menelan. Ulkus juga dapat ditemukan di kelopak mata, saluran pernapasan bagian atas, rectum dan vagina. Papula pada pita suara dan saluran pernapasan atas kadang menyebabkan gangguan pada pernapasan. Bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah bening dileher bagian samping. Cacar air jarang menyebabkan pembentukan jaringan parut, kalaupun ada hanya berupa lekukan kecil di sekitar mata. Luka cacar air bisa terinfeksi akibat garukan dan biasanya disebabkan oleh staphylococcus. Anak-anak biasanya sembuh dari cacar air tanpa masalah. Tetapi pada orang dewasa maupun penderita gangguan sistem kekebalan, infeksi ini bisa berat atau bahkan berakibat fatal. Pada anak sehat yang sebelumnya nirmal, penyakit ini secara umum dan biasanya jinak, dengan komplikasi yang paling sering adalah infesi sekunder bakteri dari lesi kult. Jaringan parut merupakan komplikasi lain yang sering. Komplikasi neurologis meliputi encephalitis dan ataxia cerebellar akut. Varisela encephalitis dengan insiden 0,1% secara umum tampak mengalami nyeri kepala, kejang, pola pemikiran yang terganggu, dan muntah, dengan angka mortalitas sebear 5 hingga 20%. Ataxia serebelar akut sedikit lebih jarang (0,025% insidensi) dibandingkan ensefalitis dan secara umum tampak dalam 1 minggu ruam dengan ataxia, muntah, pembicaraan yang terganggu, vertigo, dan atau tremor, dengan resolusi dalam 2 hingga 4 minggu. Pada anak defisiensi imun atau kurang gizi yang tidak ditangani dengan asiklovir intravena, angka kematian berkisar antara 15 hingga 18%. Kasus ini dikarakteristikan dengan penyebaran, dengan pneumonia, miokarditis, artritis, hepatitis, perdarahan, dan ensefalopaty (ataxia serebelar lebih sering). Super infeksi lesi kulit dengan Staphylococcus aureus atau Streptococcus pyogenes dapat menyebabkan pioderma, impetigo, erysipelas, nephritis, gangrene, atau sepsis. Pada tropis Amerika, varisella pada anak usia muda, anak kekurangan gizi dapat berkomplikasi menjadi diare berat. Orang dewasa tampak mempunyai penyakit yang lebih berat dibandingkan dengan anak-anak. Dengan peningkatan 15 kali lipat pada mortalitasnya. Varisella onset dewasa lebih sering berkomplikasi dengan pneumonitis dan ensefalitis, dengan secara klinis pneumonitis lebih dari 15 % kasus. Orang dari area tropis yang pindah ke area temperatur berada dalam resiko untuk varisela onset dewasa, terutama jika kontak dengan anak usia muda. Varisela ibu pada gestasi awal menimbulkan secara jarang ke sindrom varisela kongenital yang ditandai dengan defek kulit, atrofi ekstremitas, dan disfungsi sistem otonom. Maternal varisela pada gestasi akhir dapat menimbulkan varisela neonatus, dengan angka mortalitas sama tingginya dengan 30% pada bayi yang tidak diterapi. Infeksi VZV rekuren bermanifestasi sebagai herpes zoster (shingles), sebuah penyakit yang biasanya terlihat pada orang dewasa dengan usia lebih dari 50 tahun. Data menunukkan perbedaan rasial dalam resiko timbulnya zoster, dengan orang tua kulit putih lebih sering berada dalam resiko dibandingkan dengan orang tua berkulit hitam. Zoster juga dapat timbul jarang pada anak-anak. Zoster pada pasien imunnocompromise dapat menjadi lebih berat. Peningkatan insidensi zoster pada usia sama halnya dengan pasien imunocompromised dikarenakan penurunan anti-VZV cell-mediated immunity. Menariknya, ada bukti bahwa paparan pada orang yang seropositive terhadap varisela terlindungi dari perkembangan zoster, tertama dengan menambah respon imunnya. Setelah infeksi primer, VZV (seperti HSV) timbul pada keadaan latent dengan ganglia saraf kranial dan spinal. Stimuli non spesifik seperti stress, imunodefisiensi atau malignansi dapat mengaktivasi virus laten dengan keterlibatan distribusi saraf yang disalurkan melalui ganglion yang terkena. Herpes zoster timbul setelah 3- to 4-day gejala prodromal demam, lesu, dan gangguan gastrointestinal dan erupsi vesikular kutaneus yang nyerei pada distribusi dermatomal. Ruam biasanya unilateral dan sepanjang hanya satu dermatom. Pada kasus yang berat, erupsi dapat menjadi lebih umum dan variseliform. Vesikel sembuh dalam 5 hari, tetapi postherpetic neuralgia dapat saja ada. Postherpetic neuralgia, terlihat pada lebih dari 50% pasien diatas 50 tahun, didefinisikan sebagai nyeri konstan atau intermiten lebih dari durasi satu bulan pada area yang melibatkan dermatom. Infeksi dari mata, Herpes zoster ophthalmicusmerupakan kondisi yang serius karena dapat menyebabkan kebutaan. Sindroma Ramsay Hunt didefinisikan sebagai keterlibatan trias dari meatus auditorius eksternal, hilangnya rasa pada lidah dan palsy fasialis ipsilateral. Keterlibatan dari medula spinalis dapat menyebabkan kelumpuhan atau palsy saraf kranial. Resiko dari ensefalitis meningkat pada orang tua dengan keterlibatan saraf kranial dan pada pasien AIDS. Postzoster ensefalitis dapat timbul dalam 3 bentuk : infark yang dikarenakan vaskulitis pembuluh darah besar, leukoensefalopati multifokal dan ventrikulitis.

DIAGNOSISDiagnosis klinik varisela pada anak-anak, saat ini variola (smallpox) telah dieradikasi, biasanya tidaklah sulit. Ruam mempunyai karakteristik dan jarangkali dibutuhkan untuk dibedakan dari eksantem enterovral, infeksi S. aureus, rekasi obat, dermatitis kontak dan penyebaran infeksi HSV-1. Diagnosis dengan kultur dari cairan vesikel kurang sensitif untuk HSV atau CMV dan dapat membutuhkan waktu 7 hari. Metode ini telah diganti dengan metode shellvial sensitive dan ebih cepat, dimana hasilnya diberikan dalam waktu 1-3 hari. Deteksi yang lebih cepat, sensitif, dan spedifik dapat membentu sistem dasar kultur dimasa depan sebagaimana pewarnaan PCR multiple menjadi lebih sering untuk digunakan. Mengambil dasar vesikel mungkin dapat menunjukkan sel raksasa multinukleasi, dimana tidak dapat jelas dibedakan dari HSV. Bagaimanapun, immunofluorescence pada kultur atau mengambil dengan menggunakan antibodi spesifik dapat membedakan antara HSV-1, HSV-2, dan VZV. Deteksi serologis IgM dan tingginya titer atau empatkali peningkatan IgG anti VZV antibodi dapat berguna dalam beberapa kasus. Deteksi dari IgM dapat meunjukkan infeksi primer (chicken pox), dimana baik tinggi titernya atau empat kali peningkatan igG mengindikasikan rekurensi. Bagaimanapun, peningkatan IgM juga dapat terlihat pada rekurensi. Diagnosis klinis herpes zoster virus pada orang dewasa juga biasanya tidak sulit dalam memberikan karakteristik pola dermatom.

DIAGNOSIS BANDINGDifferensial diagnosis dari infeksi varicella sendiri termasuk infeksi yang dapat menimbulkan vesikular exanthema, seperti infeksi herpes secara umum, hand-foot-mouth infection dan exanthema enteroviral lainnya. Dahulu, variola dan vaccinia merupakan differensial diagnosis yang penting namun infeksi ini sudah sangat jarang ditemukan. Herpes simpleks dapat dibedakan dari pengelompokan vesikelnya, lokasi, dan tes immunoflorescent atau kultur, jika perlu. Tes Tzanck dapat membantu membedakan varicella dengan enteroviral penyebab exanthem lainnya dengan memperlihatkan multinucleated giant cell pada infeksi Herpes zoster. Pemeriksaan Laboratoriuma. Pada pemeriksaan darah tidak memberikan gambaran yang spesifik.b. Untuk pemeriksaan varicella bahan diambil dari dasar vesikel dengan cara kerokan an dicat dengan Giemsa dan Hematoksilin Eosin, maka akan terlihat sel-sel raksasa (giant cell) yang mempunyai inti banyak dan epitel sel berisi Acidophilic Inclusion Bodies atau dapat juga dilakukan pengecatan dengan pewarnaan imunofluoresen, sehingga terlihat antigen virus intrasel.c. Isolasi virus dapat dilakukan dengan menggunakan fibroblast pada embrio manusia. Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel, kadang-kadang ada darah.d. Antibodi terhadap varicella dapat dideteksi dengan pemeriksaan Complemen Fixation Test, Neurailization Test, FAMA, IAHA, dan ELISA. TERAPIMeskipun vidarabine dan interferon- telah digunakan pada terapi infeksi VZV yang berat, asiklovir tetaplah merupakan obat pilihan. Asiklovir lebih efektif pada infeksi VZV yang berat jika diberikan secara intravena dalam 24 jam setelah timbul ruam. Terapi asiklovir oral dari anak sehat dengan chickenpox sebaiknya dipertimbangkan , terutama pada remaja dan kontak dengan orang rumah secara sekunder, meskipun keuntunggannya tetap ada. Dikarenakan strain resisten asiklovor pada pasiein dengan AIDS, foscaranet harus dipertimbangkan untuk infeksi berat dalam keadaan ini. Untuk herpes zoster, obat pilihan adalah famciclovir dan valacyclovir. Terapi awal dari zoster telah menunjukkan untuk memperpendek perjalan penyakit kutaneus dan menurunkan durasi serta keparahan post herpetil neuralgia. Steorid topikal juga dapat berguna pada uveitis herpetik dan keratitis. Zoster yang sangat nyeri dapat diterapi dengan kompres basah dan analgesik yang menganduk kodein. Gabapentin, analog struktural neurotransmitter gamma-aminobutyric acid, berguna dalam mengatasi postherpetic neuralgia. Antihistamin dapat berguna untuk menyingkirkan rasa gatal varisella pada anak-anak. Untuk mengurangi rasa gatal dan mencegah penggarukan, sebaiknya kulit dikompres dingin. Bisa juga dioleskan losyen kalamin, antihistamin atau losyen lainnya yang mengandung mentol atau fenol. Untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi bakteri, sebaiknya: kulit dicuci sesering mungkin dengan ait dan sabun, menjaga kebersihan tangan, kuku dipotong pendek, pakaian tetap kering dan bersih. Kadang diberikan obat untuk mengurangi gatal (antihistamin). Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik. Jika kasusnya berat, bisa diberikan obat anti-virus asiklovir. Untuk menurunkan demam, sebaiknya gunakan asetaminofen, jangan aspirin. Karena aspirin dapat memberikan efek samping yang buruk pada anak-anak Obat anti-virus boleh diberikan kepada anak yang berusia lebih dari 2 tahun. Asiklovir biasanya diberikan kepada remaja, karena pada remaja penyakit ini lebih berat. Asikloir bisa mengurangi beratnya penyakit jika diberikan dalam wakatu 24 jam setelah munculnya ruam yang pertama. KOMPLIKASIAdapun komplikasi yang bisa ditemukan pada cacar air adalah: a. Pneumonia karena virusb. Peradangan jantungc. Peradangan sendid. Peradangan hatie. Infeksi bakteri (erisipelas, pioderma, impetigo bulosa)f. Ensefalitis (infeksi otak).PROGNOSISa. Dengan perawatan teliti dan memperhatikan higiene akan memberikan prognosis yang baik dan jaringan parut yang timbul akan menjadi sedikit. b. Angka kematian pada anak normal di Amerika 5,4 7,5 dari 10.000 kasus varicella. c. Pada neonatus dan anak yang menderita leukimia, immunodefisiensi, sering menimbulkan komplikasi dan angka kematian yang meningkat. 5d. Angka kematian pada penderita yang mendapatkan pengobatan immunosupresif tanpa mendapatkan vaksinasi dan pengobatan antivirus antar 7 27% dan sebagian besar penyebab kematian adalah akibat komplikasi pneumonitis dan ensefalitis.

PENCEGAHANUntuk mencegah cacar air diberikan suatu vaksin. Kepada orang yang belum pernah mendapatkan vaksinasi cacar air dan memiliki resiko tinggi mengalami komplikasi (misalnya penderita gangguan sistem kekebalan), bisa diberikan immunoglobulin zoster atau immunoglobulin varicella-zoster. Vaksin varisela biasanya diberikan kepada anak yang berusia 12-18 bulan.

DAFTAR PUSTAKA1. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keempat. Bab Varisela. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 20072. Mehta, Parang. Varicella. Emedicine from WebMD. Sept 2007. Diambil dari http://www.emedicine.com/ped/topic2385.htm. Diakses pada tanggal 7 Maret 2012.3. Rampengan, T.H. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta : 20054. Schachner, Lawrence. Pediatric Dermatology Third Edition. Mosby. 20035. Dewi M. Cacar Air (Varicella). Diambil dari Medicastore.comhttp://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?id=&iddtl=38&idktg=&idobat=&UID=20071115181404219.83.83.58. Diakses pada tanggal 7 Maret 2012.