Kasus THT

7
A. Kasus Sangkala, pria 30 tahun, datang ke poliklinik THT RSWS dengan keluhan kedua lubang hidung tersumbat dan terasa mengganjal sejak ±1 tahun yang lalu. Keluhan ini dirasakan semakin memberat dalam 1 bulan terakhir. Pasien sulit untuk bernafas melalui hidung sehingga sering menggunakan bantuan mulutnya untuk bernafas. Kadang keluhan terasa sedikit berkurang apabila pasien tidur miring ke kanan ataupun kiri. Pasien juga mengeluhkan penciumannya mulai berkurang sehingga semakin sulit untuk mencium bau-bauan, suara pasien juga menjadi sengau. Keluhan ini disertai keluarnya cairan jernih encer dari hidung, sakit kepala berdenyut yang hilang timbul dan mendengkur saat tidur. Keluhan demam, kepala terasa penuh, nyeri daerah wajah, telinga terasa penuh, berdenging, nyeri telinga dan gangguan pendengaran, sulit menelan, rasa menelan cairan di tenggorokkan, hidung berdarah, cairan hidung berbau dan nyeri hidung, serta penglihatan ganda disangkal oleh pasien. RPS : Pasien alergi terhadap debu, bila alergi, pasien bersin-bersin B. Kata Kunci 30 tahun Pria Keluhan : Hidung tersumbat (kongesti nasal) sulit bernapas (dyspnea)

description

tht

Transcript of Kasus THT

Page 1: Kasus THT

A. Kasus

Sangkala, pria 30 tahun, datang ke poliklinik THT RSWS dengan keluhan kedua lubang

hidung tersumbat dan terasa mengganjal sejak ±1 tahun yang lalu. Keluhan ini dirasakan

semakin memberat dalam 1 bulan terakhir. Pasien sulit untuk bernafas melalui hidung

sehingga sering menggunakan bantuan mulutnya untuk bernafas. Kadang keluhan terasa

sedikit berkurang apabila pasien tidur miring ke kanan ataupun kiri. Pasien juga

mengeluhkan penciumannya mulai berkurang sehingga semakin sulit untuk mencium bau-

bauan, suara pasien juga menjadi sengau. Keluhan ini disertai keluarnya cairan jernih encer

dari hidung, sakit kepala berdenyut yang hilang timbul dan mendengkur saat tidur. Keluhan

demam, kepala terasa penuh, nyeri daerah wajah, telinga terasa penuh, berdenging, nyeri

telinga dan gangguan pendengaran, sulit menelan, rasa menelan cairan di tenggorokkan,

hidung berdarah, cairan hidung berbau dan nyeri hidung, serta penglihatan ganda disangkal

oleh pasien.

RPS : Pasien alergi terhadap debu, bila alergi, pasien bersin-bersin

B. Kata Kunci

30 tahun

Pria

Keluhan :

Hidung tersumbat (kongesti nasal)

sulit bernapas (dyspnea)

penciuman berkurang (hiposmia)

sengau (rinolalia klausa)

cairan hidung encer (rinore encer)

sakit kepala berdenyut (cephalgia)

mendengkur (sleep apnea)

demam (febris)

kepala terasa penuh

nyeri di daerah wajah (facial pain)

telinga terasa penuh (ear full)

sakit telinga (otalgia)

telinga berdenging (tinnitus)

Page 2: Kasus THT

gangguan pendengaran

sulit menelan (disfagia)

rasa menelan cairan di tenggorokan (post nasal drip)

hidung berdarah (epistaksis)

cairan hidung berbau

nyeri hidung (rinalgia)

penglihatan ganda (diplopia) disangkal

C. Patofisiologi

Kongesti nasal terjadi karena adanya massa yang lunak yang bertangkai di dalam rongga

hidung (polip nasal). Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif atau

reaksi alergi pada mukosa hidung.Peranan infeksi pada pembentukan polip hidung belum

diketahui dengan pasti tetapi ada keragu – raguan bahwa infeksi dalam hidung atau sinus

paranasal seringkali ditemukan bersamaan dengan adanya polip. Polip berasal dari

pembengkakan lapisan permukaan mukosa hidung atau sinus, yang kemudian menonjol dan

turun ke dalam rongga hidung oleh gaya berat. Polip banyak mengandung cairan interseluler

dan sel radang (neutrofil dan eosinofil) dan tidak mempunyai ujung saraf atau pembuluh

darah.

Polip di kavum nasi terbentuk akibat proses radang yang lama. Penyebab tersering adalah

sinusitis kronik dan rinitis alergi. Dalam jangka waktu yang lama, vasodilatasi lama dari

pembuluh darah submukosa menyebabkan edema mukosa. Mukosa akan menjadi ireguler

dan terdorong ke sinus dan pada akhirnya membentuk suatu struktur bernama polip.

Biasanya terjadi di sinus maksila, kemudian sinus etmoid. Setelah polip terrus membesar di

antrum, akan turun ke kavum nasi. Hal ini terjadi karena bersin dan pengeluaran sekret yang

berulang yang sering dialami oleh orang yang mempunyai riwayat rinitis alergi karena pada

rinitis alergi terutama rinitis alergi perennial yang banyak terdapat di Indonesia karena tidak

adanya variasi musim sehingga alergen terdapat sepanjang tahun. Pada awalnya ditemukan

edema mukosa yang timbul karena suatu peradangan kronik yang berulang, kebanyakan

terjadi di daerah meatus medius. Kemudian stroma akan terisi oleh cairan interseluler

sehingga mukosa yang sembab menjadi polipoid. Bila proses ini berlanjut, mukosa yang

sembab makin membesar dan kemudian turun kedalam rongga hidung sambil membentuk

tangkai, sehingga terjadilah polip.

Page 3: Kasus THT

Banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan polip nasi. Kerusakan epitel merupakan

patogenesa dari polip. Sel-sel epitel teraktivasi oleh alergen, polutan dan agen infeksius. Sel

melepaskan berbagai faktor yang berperan dalam respon inflamasi dan perbaikan. Epitel

polip menunjukan hiperplasia sel goblet dan hipersekresi mukus yang berperan dalam

obstruksi hidung dan rinorea. Polip dapat timbul pada hidung yang tidak terinfeksi kemudian

menyebabkan sumbatan yang mengakibatkan sinusitis, tetapi polip dapat juga timbul akibat

iritasi kronis yang disebabkan oleh infeksi hidung dan sinus.

Kesehatan sinus dipengaruhi patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens

mukosiliar di dalam Kompleks Ostio-Meatal (KOM). Mukus juga mengandung substansi

antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap

kuman yang masuk bersama udara pernafasan. Organ-organ yang membentuk KOM letaknya

berdekatan dan bila terjadi edema, mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga

silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negatif di dalam

rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini bisa

dianggap sebagai rinosinusitis non-bacterial. Bila kondisi ini menetap, sekret yang terkumpul

dalam sinus merupakan media baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Sekret

menjadi purulen dan berbau. Keadaan ini disebut sebagai rhinosinusitis akut bakterial dan

memerlukan terapi antibiotik. Jika terapi tidak berhasil, inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia

dan bakteri anaerob berkembang. Mukosa makin membengkak dan ini merupakan rantai

siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu

hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista yang pada skenario ditandai dengan

adanya massa soliter dengan permukaan halus yang menggantung di nasopharynx sampai

oropharynx yang berwarna keabu-abuan. Karena tekanan atmosfer yang lebih tinggi

dibanding tekanan dalam telinga karena berisi eksudat, maka udara menekan membran

timpani ke dalam sehingga pada pemeriksaan telinga, membran timpani tampak retraksi dan

cone of light mengecil sebagai akibat dari gangguan pada tuba auditiva.

Hidung tersumbat umumnya dapat menyebabkan telinga kongesti atau penyumbatan dari

tuba Eustachius. Tuba Eustachius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah

dengan nasofaring. Fungsi tuba ini adalah untuk ventilasi, drainase secret dan menghalangi

masuknya secret dari nasofaring ke telinga tengah. Ventilasi berguna untuk menjaga agar

tekanan udara dalam telinga tengah selalu sama dengan tekanan udara luar (Djaafar et.al,

Page 4: Kasus THT

2007). bahwa kongesti tuba eustachius menyebabkan penyumbatan serta tekanan dalam

telinga, dan kadang-kadang nyeri di telinga. Polip biasanya tidak terlihat menghalangi tabung

Eustachius, tapi kongesti yang berhubungan dengan polip yang mempengaruhi mukosa

sekitarnya dapat menyebabkan gejala telinga ini.

Membrana timpani dapat mengalami retraksi bila terdapat suatu vakum dalam telinga

tengah, atau dapat menonjol bila terdapat cairan, infeksi, atau massa jaringan dalam telinga

tengah (Paparella et.al, 1997). Tanda adanya oklusi tuba Eustachius ialah gambaran retraksi

membrane timpani akibat terjadinya tekanan negative di dalam telinga tengah, akibat

absorpsi udara (Djaafar et.al, 2007).

Tekanan ini juga meyebabkan sekret hidung masuk ke dalam nasopharynx atau

tenggorok yang disebut post nasal drip (+). Keluhan nyeri atau rasa tekan di daerah sinus

yang terkena merupakan ciri khas sinusitis akut yang kadang-kadang terasa nyeri juga di

tempat lain (referred pain). Nyeri pipi menandakan sinusitis maksila, yang dapat menjalar ke

nyeri gigi dan telinga (Mangunkusumo dan Soetjipto, 2007).

Bila penyebabnya adalah alergi, maka gejala yang utama ialah bersin dan iritasi di

hidung. Pasien dengan polip yang masif biasanya mengalami sumbatan hidung yang

meningkat, hiposmia sampai anosmia, perubahan pengecapan, dan drainase post nasal

persisten. Sakit kepala dan nyeri pada muka jarang ditemukan dan biasanya pada daerah

periorbita dan sinus maksila. Pasien polip dengan sumbatan total rongga hidung atau polip

tunggal yang besar memperlihatkan gejala sleep apnea obstruktif dan pernafasan lewat mulut

yang kronik.

Rasa nyeri di daerah dahi, pangkal hidung, pipi, dan tengah kepala disertai keluhan

hidung dapat merupakan tanda-tanda infeksi sinus (sinusitis). Rasa nyeri atau rasa berat ini

dapat timbul bila menundukkan kepala dan dapat berlangsung dari beberapa jam sampai

beberapa hari (Soepardi, 2007).

Adanya sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi suara berkurang atau hilang,

sehingga terdengar suara menjadi sengau. Sumbatan pada hidung bisa disebabkan oleh

pembesaran kelenjar adenoid, tumor, atau polip.

Pasien dengan polip soliter seringkali hanya memperlihatkan gejala obstruktif hidung

yang dapat berubah dengan perubahan posisi. Walaupun satu atau lebih polip yang muncul,

pasien mungkin memperlihatkan gejala akut, rekuren, atau rinosinusitis bila polip

Page 5: Kasus THT

menyumbat ostium sinus. Beberapa polip dapat timbul berdekatan dengan muara sinus,

sehingga aliran udara tidak terganggu, tetapi mukus bisa terperangkap dalam sinus. Dalam

hal ini dapat timbul perasaan penuh di kepala, penurunan penciuman, dan mungkin sakit

kepala. Mukus yang terperangkap tadi cenderung terinfeksi, sehingga menimbulkan nyeri,

demam, dan mungkin perdarahan pada hidung.