Kasus RDN

8
 A. Pe nd ahul uan Dis tres resp ira si atau gan ggu an nap as mer upa kan masalah yang seri ng dijumpai pada hari-hari pertama kehidupan BBL, ditandai dengan takipnea, napas cuping hidung, retraksi intercostal, sianosis, dan apnu. Insiden keseluruhan gangguan napas adalah 6,7. Bayi prematur memiliki insiden tertinggi !"#,#$ diikuti oleh %ayi post-matur !&#,'$ dan %ayi matur !(,&$. )ran sient tachyp nea o* ne+%orn !))$ ditemukan menjad i penye%a% yan g pal ing umum !(&,7$ dii kut i ole h in* eks i !7 ,#$, sindro m aspi rasi mekonium !#,7$, penyakit mem%ran hialin !',"$ dan as*iksia lahir !","$ . )) dit emukan pad a %ay i mat ur dan prematur. ementara /yalin e mem%ra n disease !/0D$ didapatkan se%agian %esar pada %ayi preterms, dan 0ekonium Aspi rati on yndrome !0A$ di dapatkan pada %ay i matur dan post-mat ur. 1eselu ruhan case *atal ity rate untuk gang guan napa s se%anyak ' , denga n insiden tertinggi untuk /0D !27,$, diikuti oleh 0A !&,3$ dan in*eksi !2,6$. B. 1asus Bay i 4, laki- laki, lahir spontan prese nta si 5er tek s di rumah saki t pad a tanggal 6 uni &#(, tidak segera menangis. Apgar score (2, BBL "&## gr, PBL (' cm, %allard skor "& !tingkat maturitas "6 minggu$. Be%erapa menit setelah lahir, %ayi mengalami kejang. Pada pemeriksaan *isis didapatkan nadi (& kali per menit, pernapasan 6# kali per menit, suhu "7 8 9. clera ikterik !-$, ianosis pada %i%ir !:$, pernapasan cuping hidung !:$, merintih !:$, dada %entuk datar dan simetris saat %erna*as,  perna*asan 6# kalimenit tidak %eraturan, retra ksi intercosta l !:$, stridor !- $, suara  pernapasan %ronko5esikuler, suara tam%ahan ronchi %asah halus, murmur jantung !-$, a%domen scapoid !-$. 4i+ayat mat erna l; i%u tidak men gko nsumsi o%a t terl ara ng !na rko %a$ , dia%etes melitus !-$, in*eksi pada i%u !-$. 4i+ayat o%stetrical; i%u mengatakan %aru mengandung selama <3 %ulan !<"6 minggu$ dan %elum saatnya melahirkan sudah diperintahkan %erkuat oleh %idan di Desanya. elama proses kelahiran di Desa,

description

pediatri

Transcript of Kasus RDN

A. PendahuluanDistres respirasi atau gangguan napas merupakan masalah yang sering dijumpai pada hari-hari pertama kehidupan BBL, ditandai dengan takipnea, napas cuping hidung, retraksi intercostal, sianosis, dan apnu.Insiden keseluruhan gangguan napas adalah 6,7%. Bayi prematur memiliki insiden tertinggi (30,0%) diikuti oleh bayi post-matur (20,9%) dan bayi matur (4,2%). Transient tachypnea of newborn (TTN) ditemukan menjadi penyebab yang paling umum (42,7%) diikuti oleh infeksi (17,0%), sindrom aspirasi mekonium (10,7%), penyakit membran hialin (9,3%) dan asfiksia lahir (3,3%) . TTN ditemukan pada bayi matur dan prematur. Sementara Hyaline membran disease (HMD) didapatkan sebagian besar pada bayi preterms, dan Mekonium Aspiration Syndrome (MAS) didapatkan pada bayi matur dan post-matur. Keseluruhan case fatality rate untuk gangguan napas sebanyak 19%, dengan insiden tertinggi untuk HMD (57,1%), diikuti oleh MAS (21,8%) dan infeksi (15,6%).

B. KasusBayi R, laki-laki, lahir spontan presentasi verteks di rumah sakit pada tanggal 16 Juni 2014, tidak segera menangis. Apgar score 4/5, BBL 3200 gr, PBL 49 cm, ballard skor 32 (tingkat maturitas 36 minggu). Beberapa menit setelah lahir, bayi mengalami kejang.Pada pemeriksaan fisis didapatkan nadi 142 kali per menit, pernapasan 60 kali per menit, suhu 37 OC. Sclera ikterik (-), Sianosis pada bibir (+), pernapasan cuping hidung (+), merintih (+), dada bentuk datar dan simetris saat bernafas, pernafasan 60 kali/menit tidak beraturan, retraksi intercostal (+), stridor (-), suara pernapasan bronkovesikuler, suara tambahan ronchi basah halus, murmur jantung (-), abdomen scapoid (-).Riwayat maternal: ibu tidak mengkonsumsi obat terlarang (narkoba), diabetes melitus (-), infeksi pada ibu (-). Riwayat obstetrical: ibu mengatakan baru mengandung selama 8 bulan (36 minggu) dan belum saatnya melahirkan sudah diperintahkan berkuat oleh bidan di Desanya. Selama proses kelahiran di Desa, Bidan yang menangani tidak mampu melanjutkan persalinan sehingga dirujuk di RSUB dan melahirkan di Rumah Sakit.Evaluasi gangguan napas dengan Downes Score:0 1 2

Respiration Rate < 60x/min 60-80x/min > 80x/min

Retraction No Retraction Mild Retraction Severe Retraction

Cyanosis No Cyanosis Cyanosis relieved by O2 Persistent Cyanotic (with O2)

Air entry Good bilateral air entry Decrease in air entry No air entry

Grunting No Grunting Audible by stethoscope Audible without stethoscope

Total Skor = 6 (gawat napas)Diagnosis: RDN Kejang Neonatorum Caput SuksedanumPenatalaksanaan: Segera setelah lahir, dilakukan resusitasi Neonatus. Sianosis (+), merintih (+), dilakukan pemasangan O2 lpm Pasang NGT Infus dextrosa 10 % 10 tpm Injeksi vitamin K 2 mg / im Injeksi cefotaxime 2 x 160 mg / iv Luminal injeksi 35 mg

Anjuran pemeriksaan: Foto roentgen thorax Analisa gas darahFollow Up:TanggalSOAP

16/06/2014 Ku: lemah, tanda vital:P:60, N:142, S:37. BBL 3200, Merintih (+), pernapasan cuping hidung (+), kejang (+), retraksi (+), caput (+)BAB (+), BAK (+) RDN Kejang Neonatorum Caput Suksedanum

O2 lpmDekstrosa 10% 10 tpmLuminal injeksi 35 mgCefotaxime 2 x 160 mgSonde SF 10 cc

17/06/2014 Ku: lemah, tanda vital:P:50, N:156, S:36,5. BB: 3300, Merintih (-), pernapasan cuping hidung (-), kejang (+), caput (+)BAB (+), BAK (+)Kejang neonatorumOff O2Dekstrosa 10% 10 tpmLuminal injeksi 35 mgCefotaxime 2 x 160 mgSonde SF 10 cc/2 jam

18/06/2014Ku: lemah, tanda vital:P:42, N:142, S:37. BB: 3,15 kg. Merintih (-), pernapasan cuping hidung (-), kejang (-), caput (-), BAB (+), BAK (+)ObservasiDekstrosa 10% 10 tpmCefotaxime 2 x 160 mgMinum SF 15 cc/2 jam

19/06/2014Ku: baik, tanda vital:P:88, N:168, S:37. BB: 3,4 kg. Merintih (-), pernapasan cuping hidung (-), kejang (-), caput (-), BAB (+), BAK (+)ObservasiCefotaxime 2 x 160 mgASI

20/06/2014Ku: baik, tanda vital: S:37,5. BB: 3500. Merintih (-), pernapasan cuping hidung (-), kejang (-), caput (-),BAB (+), BAK (+)ObservasiASI

C. Pembahasan

Distres respirasi atau gangguan napas merupakan masalah yang sering dijumpai pada hari-hari pertama kehidupan bayi baru lahir, ditandai dengan takipnea, napas cuping hidung, retraksi intercostal, sianosis, dan apnu. Gangguan pernapasan yang terjadi segera pada masa paska lahir dapat berasal dari dalam uterus, dalam kamar bersalin, atau dalam kamar perawatan. Ada beraneka macam lesi patologis yang mungkin bertanggung jawab atas tanda-tanda kegawatan pernapasan. Differensial diagnosa untuk gangguan napas dibagi menjadi penyebab intrapulmoner dan penyebab ekstrapulmoner.

Penyebab IntrapulmonerPenyebab ekstrapulmoner

Penyebab tersering pada bayi prematur yaitu hyalin membran disease, hypotermia, dan pneumonia dan penyebab pada bayi cukup bulan, antara lain TTN, polisitemia, MAS, asfiksia, cardiac, acidosis, dan pneumonia.Pada kasus ini, penyebab gangguan napas pada neonatus adalah asfiksia dan hyalin membran disease. Faktor yang mendukung hal tersebut antara lain karena bayi tidak segera menangis dengan apgar score 4/5 serta riwayat obstetrical ibu mengandung selama 36 minggu (preterm). Hialin Membran Disease (Respiratory Distress Syndrome) terutama terjadi pada bayi prematur. Pada usia kehamilan 36 minggu, insidennya 15-30%. Kenaikan insiden dihubungkan dengan bayi yang lahir dari ibu diabetes, kehamilan multijanin, persalinan seksio sesarea, persalinan cepat, asfiksia dan distress dingin. Penyebab HMD adalah karena defisiensi surfaktan yang berfungsi untuk menjaga tegangan permukaan alveoli dan mencegah alveoli menjadi kolaps. Sintesis surfaktan bergantung pada pH, suhu dan perfusi normal. Keadaan seperti asfiksia, hipoksemia, stress dingin dapat menekan sintesis surfaktan. Untuk penegakan diagnosis perlu diperhatikan perjalanan klinisnya, roentgen dada, penilaian gas darah. Pada roentgen dada ditemukan gambaran peripheral air bronchogram, uniform reticulogranular pattern dan ground glass appearance.Kebanyakan kasus HMD sembuh sendiri, maka tujuan pengobatan adalah meminimalkan variasi kelainan fisiologis dan masalah iatrogenik yang menumpangi. Untuk menghindari kedinginan dan konsumsi O2 seminimal mungkin, bayi harus ditempatkan di dalam isolette dan suhu tubuh dipertahankan antara 36,5-37oC. Kalori dan cairan harus diberikan secara iv. Untuk 24 jam pertama, 10 % glukosa 65-75 ml/kgBB/24 jam selanjutnya 120-150 ml/kgBB/24 jam. Oksigen perlu diberikan dalam kadar yang cukup. Karena kesukaran membedakan beberapa streptokokkus grup B atau infeksi lain dari HMD, pemberian agent antibakteri secara rutin merupakan indikasi sampai ada hasil biakan darah.Kejang merupakan gangguan sepintas fungsi otak yang bermanifestasi sebagai cedera episodik pada kesadaran yang berkaitan dengan kegiatan motorik atau otonom. Patomekanisme kejang adanya loncatan muatan listrik yang berlebihan dan sinkron pada otak atau depolarisasi otak yang mengakibatkan gerakan berulang.Depolarisasi berlebihan disebabkan oleh :1. Gangguan produksi Energi (gangguan pompa Na-K, hipoglikemi, hipoksemia)2. Peningkatan eksitasi dibandingkan inhibisi neurotransmiter 3. Penurunan relatip neurotransmiter inhibisi Kejang pada neonatus dapat disebabkan oleh ensepalopati iskemik hipoksik, Perdarahan intracranial, metabolik (hipoglikemia, Hipokalsemia/hipomagnesemia, hiponatremia/hipernatremia), infeksi, kernikterik dan berkaitan dengan obat (drug withdrawal, intoksikasi anestesi blok terhadap ibu). Penyebab tersering, antara lain: asfiksia, infeksi (TORCH, meningitis, septicemia), hipoglikemia, hipokalsemia, hypomagnesemia, perdarahan SSP (intraventrikular, subdural, trauma, dll).Penatalaksanaan kejang: Larutan dextrose 10% (2cc/kg IV) secara empiris kepada neonatus yang sedang mengalami kejang Kalsium glukonat (200mg/kg IV), jika dicurigai adanya hipokalsemia 0,2 ml/kg atau 2 ml Eq/kg Magnesium sulfat 50% Pada ketergantungan pyridoxine, berikan 50 mg pyridoxin IV, kejang akan berhenti dalam beberapa menit Antibiotika diberikan jika dicurigai adanya sepsis Obat anti kejang: phenobarbital (luminal) Pembesaran bagian kepala pada neonatus sebagai akibat dari peningkatan ukuran jaringan di luar tengkorak paling sering disebabkan oleh caput succedaneum atau cephal hematoma. Perbedaan cephal hematom dan caput suksedaneum, sebagai berikut.

LesiPembengkakan eksternalSetelah lahirMelintasi garis sutura

Kaput SuksedaneumLunak, lekukanTidakYa

Sefal hematomaPadat, tegangyatidak

Berdasarkan ciri-ciri diatas, yang terjadi pada kasus ini adalah caput suksedaneum. Caput suksedaneum adalah pembengkakan yang edematosa, kadang-kadang ekimotik dan difus dari jaringan lunak kulit kepala yang mengenai bagian yang dilahirkan selama persalinan verteks. Tidak diperlukan pengobatan khusus karena caput akan menghilang dengan sendirinya. Fototerapi dilakukan jika terjadi hiperbilirubinemia.

Daftar PustakaAly H, Pediatrics In Review 2004;25:201-208Behrman Dkk. 2012. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.Deorari, A. Rd In A Newborn Baby. Teaching Aids On Newborn Care. Nnf. India. 2005 Kasim, S. Dkk. 2012. Buku Ajar Neonatologi. Ikatan Dokter Anak Indonesia.Kumar A & Bhat Bv. 2014. Epidemiology Of Respiratory Distress Of Newborns. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10829971.Pachman, Daniel. Massive Hemorrhage In The Scalp Of The Newborn Infant: Hemorrhagic Caput Succedaneum. Downloaded From Pediatrics.Aappublications.Org At Indonesia:Aap Sponsored On June 24, 2014Tjipta, Guslihan Dkk. 2010. Kejang Pada Neonatus. Perinatologi. FK USU/RSUP H.Adam Malik Medan.