Kasus Perikatan Sengketa Tanah Antara Juminten Dengan Susilowati Albi

5
KASUS PERIKATAN SENGKETA TANAH ANTARA JUMINTEN DENGAN SUSILOWATI SLEMAN – Selasa, 17 November 2011 Pengadilan Negeri (PN) Sleman akhirnya mengeksekusi tanah milik Juminten di Dusun Pesanggrahan, Desa Pakembinangun, Kecamatan Pakem, Sleman. Awalnya sempat terjadi ketegangan saat proses eksekusi yang melibatkan puluhan aparat kepolisian ini, tapi tidak terjadi tindakan anarkistis. Saat proses eksekusi tanah tersebut, PN Sleman membawa sebuah truk untuk mengangkut barang-barang pemilik rumah serta backhoe untuk menghancurkan rumah yang tampak baru berdiri di atas tanah seluas 647 meter persegi. ”Kami hanya melaksanakan perintah atasan,” kata Juru Sita PN Sleman Sumartoyo kemarin. Lokasi tanah yang berada di pinggir Jalan Kaliurang km. 17 ini merupakan tanah sengketa antara Juminten dengan Susilowati Rudi Sukarno sebagai pemohon eksekusi. Kasus hukum yang telah berjalan selama tujuh tahun ini berawal dari masalah utang piutang yang dilakukan oleh kedua belah pihak, utang yang dimaksud disini adalah juminten berhutang tentang pembuatan sertifikat tanah serta tidak mau mengganti rugi uang yang sudah diberi oleh susilowati. Klien kami telah membeli tanah ini dan juga sebidang tanah milik Ibu Juminten lainnya di daerah Jalan Kaliurang km. 15 seharga Rp. 335 juta. Total tanah ada 997 meter persegi. Masalahnya berawal

Transcript of Kasus Perikatan Sengketa Tanah Antara Juminten Dengan Susilowati Albi

Page 1: Kasus Perikatan Sengketa Tanah Antara Juminten Dengan Susilowati Albi

KASUS PERIKATAN SENGKETA TANAH ANTARA JUMINTEN DENGAN

SUSILOWATI

SLEMAN – Selasa, 17 November 2011 Pengadilan Negeri (PN) Sleman akhirnya mengeksekusi

tanah milik Juminten di Dusun Pesanggrahan, Desa Pakembinangun, Kecamatan Pakem,

Sleman.

Awalnya sempat terjadi ketegangan saat proses eksekusi yang melibatkan puluhan aparat

kepolisian ini, tapi tidak terjadi tindakan anarkistis. Saat proses eksekusi tanah tersebut, PN

Sleman membawa sebuah truk untuk mengangkut barang-barang pemilik rumah serta backhoe

untuk menghancurkan rumah yang tampak baru berdiri di atas tanah seluas 647 meter persegi.

”Kami hanya melaksanakan perintah atasan,” kata Juru Sita PN Sleman Sumartoyo kemarin.

Lokasi tanah yang berada di pinggir Jalan Kaliurang km. 17 ini merupakan tanah sengketa antara

Juminten dengan Susilowati Rudi Sukarno sebagai pemohon eksekusi. Kasus hukum yang telah

berjalan selama tujuh tahun ini berawal dari masalah utang piutang yang dilakukan oleh kedua

belah pihak, utang yang dimaksud disini adalah juminten berhutang tentang pembuatan sertifikat

tanah serta tidak mau mengganti rugi uang yang sudah diberi oleh susilowati.

Klien kami telah membeli tanah ini dan juga sebidang tanah milik Ibu Juminten lainnya di

daerah Jalan Kaliurang km. 15 seharga Rp. 335 juta. Total tanah ada 997 meter persegi.

Masalahnya berawal saat termohon tidak mau diajak ke notaris untuk menandatangani akta jual

beli, padahal klien kami sudah membayar lunas,” papar Titiek Danumiharjo, kuasa hukum

Susilowati Rudi Sukarno. Kasus ini sebenarnya telah sampai tingkat kasasi, bahkan peninjauan

ulang. Dari semua tahap, Susilowati Rudi Sukarno selalu memenangkan perkara.

Pihak Juminten yang tidak terima karena merasa tidak pernah menjual tanah milik mereka,

berencana menuntut balik dengan tuduhan penipuan dan pemalsuan dokumen. ”Kami merasa

tertipu, surat bukti jual beli palsu,” tandas L Suparyono, anak kelima Juminten.

Page 2: Kasus Perikatan Sengketa Tanah Antara Juminten Dengan Susilowati Albi

ANALISIS KASUS

Menurut pendapat saya, Perseteruan yg terjadi dalam masalah sengketa tanah antara Juminten

dengan susilowati yang awalnya dari utang piutang yang mana juminten tidak mau di ajak ke

notaris untuk mendaftarkan tanah yang telah dibeli oleh susilowati kepada juminten yang pada

akhirnya tanah jumenten di eksekusi oleh Pengadilan Negri Sleman. Disini saya akan membahas

kasus sengketa tanah ini dari aspek hukum perikatan terlebih dahulu. Apabila masalah

dihubungakan dengan hukum perikatan, maka Dalam hukum perikatan apabila kita mengacu

pada pasal 1320 tentang sahnya perjanjian, yakni kesepakatan antara kedua belah pihak yang

mana dari kesepakatan itu menimbulkan adanya hukum yang mengikatnya. Kesepakatan mereka

yang mengikatkan diri adalah azas esensial dari hukum perjanjian, azas ini juga dinamakan azas

otonomi “Konsesialisme” yang menentukan adanya perjanjian.

Didalam kasus ini, Juminten dianggap merugikan susilowati, karena sudah dianggap menipu

tidak maunya juminten membuat akta sertifikat tanah dan juminten juga tidak mau mengganti

dengan uang, karena juminten beranggapan tidak pernah menjual tanah miliknya kepada

Susilowati.

Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa juminten tidak memenuhi perikatan dengan susilowati

berawal ketika juminten tidak mau di ajak kenotaris untuk pembuatan sertifikat, padahal

penyimpanan atau pendaftaran tanah hukumnya itu wajib demi terlaksananya kepastian hukum

dan tertib administrasi pertanahan. Juminten juga dianggap ingkar jani (wanprestasi) atau tidak

memenuhi perikatan tersebut. Bentuk dari tidak memenuhi perikatan itu ada tiga macam. Yakni:

1. Debitur sama sekali tidak memenuhi perikatan,

2. Debitur terlambat memenuhi perikatan

3. Debitur keliru atau tidak pantas memenuhi perikatan

Dalam KUH Perdata pasal 1366 yang berbunyi “ Setiap orang bertanggung jawab tidak saja

untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatanya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan

karena kelalaian atau kurang hati-hatinya”.

Page 3: Kasus Perikatan Sengketa Tanah Antara Juminten Dengan Susilowati Albi

Dalam hal ini, juminten termasuk orang yang tidak bertanggung jawab atas perbuatanya dan oleh

sebab itu hukumlah yang memutuskannya. Keputusan eksekusi tanah juminten diberikan oleh

hakim Pengadilan Negeri Sleman yang mana kedudukan hakim disini adalah hakim berkuasa

penuh atas keputusan yang diberikan, seperti yang tertera dalam dalam KUH Perdata pasal 1309,

eksekusi tanah ini termasuk eksekusi yang bersifat riel yang mana eksekusi secara riel itu hanya

dapat diputuskan oleh hakim saja, sekaligus ini menjadi azas bahwa setiap orang itu tidak boleh

untuk menjadi hakim sendiri.

Jika ditinjau dari hapusnya perikatan, kasus jual beli tersebut telah selesai atau telah hapus

karena adanya pembayaran yang dilakukan oleh Susilowati kepada Juminten. Karena telah

diketahui bahwa menurut pasal 1381 KUHPerdata, pembayaran merupakan salah satu syarat

hapusnya perikatan sehingga secara otomatis perikatan yang dilakukan oleh Susilowati dengan

Juminten telah berakhir pula.

Kesimpulan :

1. Juminten merugikan susilowati dalam segi tidak bertanggung jawabnya atas perjanjian yang

telah dilakukan, juminten tidak mau mengganti rugi uang yang sudah diberikan susilowati

kepadanya,.

2. Juminten sudah menyalahi aturan hukum yaitu tentang tidak maunya membuat akta sertifikat

tanah seperti yang diharuskan oleh UU PA pasal 19 no. 5 tahun 1960.

3. Eksekusi tanah yang diputuskan Hakim Pengadilan Negeri Sleman kepada Juminten ini

menunjukkan adanya sifat hakim yang adil karena melihat perilaku juminten yang tidak mau

bertanggung jawab atas perbuatanya.

4. Bahwa perikatan yang terjadi antara Susilowati kepada Juminten telah berakhir karena telah

adanya pembayaran yang dilakukan oleh Susilowati kepada Juminten.