Kasus Penahanan ijazah
-
Upload
mohammad-fikri-aulia -
Category
Documents
-
view
34 -
download
1
description
Transcript of Kasus Penahanan ijazah
ada Undang-undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan memang tidak
ada aturan yang menyarankan perusahaan menahan ijazah karyawannya, yang
ada hanyalah kontrak kerja boleh dibuat berdasarkan kesepakatan antara
perusahaan dengan karyawan.
Umumnya, perusahaan yang manajemennya profesional tidak menahan ijazah
karena mereka sudah punya sistem kerja yang seimbang antara perusahaan
dan karyawan. Normalnya perusahaan hanya minta karyawan menunjukkan
ijazah asli untuk dicocokkan dengan fotocopy yang diberikan karyawan kepada
perusahaan. Kemudian ijazah itu segera dikembalikan ke karyawan. Pencocokan
itu hanya butuh waktu paling lama 10 menit bersamaan dengan dokumen-
dokumen lain.
Biasanya perusahaan yang menahan ijazah juga memberlakukan aturan yang
rasanya diada-adakan sekali, misal terlambat 15 menit potong gaji Rp 10.000
dan tidak masuk tanpa kabar potong gaji Rp 30.000, semua diberlakukan
tanggung renteng. Kenapa menurut saya diada-adakan? Karena kalau karyawan
telat atau tidak masuk pasti ia akan memberitahukan kepada manajer atau
atasannya minimal melalui sms. Kalaupun tidak ada pemberitahuan selama
beberapa hari, beri saja Surat Peringatan.
Bila dilihat lebih seksama, perusahaan yang menahan ijazah hampir dapat
dipastikan karena turn over mereka tinggi. Perusahaan kerap kerepotan dengan
seringnya karyawan tidak betah kerja lalu keluar. Untuk merekrut karyawan
baru tentu merepotkan sekali karena makan waktu, tenaga, dan biaya. Maka,
untuk mencegah turn over tinggi diberlakukanlah kontrak kerja dengan
penahanan ijazah agar setidaknya karyawan dapat bertahan beberapa lama.
Kalau turn over tinggi, yang bermasalah, kemungkinan besar, adalah
manajemen perusahaan yang berantakan atau kurang rapi sehingga karyawan
tidak nyaman bekerja, tidak dihargai, gaji minim, dan lalu keluar mencari
pekerjaan di tempat lain. Dan beberapa perusahaan yang menahan ijazah tidak
akan memberlakukan status karyawan tetap. Kalaupun status itu diberikan,
pasti melalui proses yang berbelit dan rumit. Perusahaan yang enggan
memberikan status karyawan tetap, dalam arti hampir semua karyawannya
berstatus kontrak, itu tandanya perusahaan mau seenaknya sendiri. karena hak
karyawan tetap lebih besar daripada karyawan kontrak, yang bahkan bisa
dibilang tidak punya hak selain gaji. Karyawan tetap dilindungi UU Tenaga Kerja
dan kesejahteraan karyawan diperhatikan.
Lebih jauh lagi, UU Ketenagakerjaan tidak memuat aturan
tentang kewajiban karyawan menyimpan ijazah pada perusahaan. Dan, patut
diperhatikan, beberapa dari perusahaan yang menahan ijazah karyawan tidak
mengindahkan aturan ketenagakerjaan, itu sebabnya mereka memberlakukan
kontrak kerja yang “kejam betul” bagi karyawannya.
Penahanan ijasah tersebut merupakan penahanan atas benda jaminan karena
dalam kasus ini, Ijasah digunakan sebagai jaminan kontrak kerja antara
perusahaan dan pekerja. Dengan kata lain, benda jaminan dalam
perkembangannya telah mengalami penafsiran ekstensif. Pada dasarnya benda
jaminan adalah sesuatu yang memiliki sifat kebendaan, dapat dialihkan dan
memiliki nilai ekonomis. Tetapi dalam ijasah tidak tampak adanya kenyataan
bahwa ijasah dapat dialihkan maupun memiliki nilai jual. Nilai ekonomis yang
terkandung dalam ijasah adalah kosong. Nilai yang terkandung dalam ijasah
aalah nilai fungsi yang terdapat dalam benda tersebut. Karena dalam dunia
kerja, ijasah digunakan sebagai syarat terlampir. Dan akhir-akhir ini
ijasah digunakan sebagai jaminan kontrak kerja.
Merujuk pada pasal 1320 KUHPer yang memuat tentang syarat sah suatu
perjanjian, maka penggunaan ijasah sebagai jaminan kerja dapat dinyatakan
dapat diterima dan sah. Karena hal ini telah disepakati oleh kedua belah pihak,
yaitu pihak perusahaan dan pekerja. Dan kedua belah pihak telah
memberikan persetujuannya sehingga terjadi keterikatan secara hukum (pasal
1313). Dan belum ada peraturan pemerintah yang dengan tegas menyatakan
bahwa penggunaan ijasah sebagai jaminan adalah tidak sah, maka status ijasah
sebagai jaminan kontrak adalah sah menurut hukum. Ijasah dalam kasus ini
merupakan jaminan kebendaan karena bersifat materiil.
Definisi jaminan kebendaan adalah jaminan yang berupa hak mutlak atas suatu
benda yang berhubungan langsung dengan benda tertentu, dapat
dipertahankan terhadap siapapun, dapat dialihkan dan selalu mengikuti
bendanya, dalam arti bahwa yang mengikuti bendanya itu tidak hanya haknya
tetapi juga kewenangan menjual bendanyadan eksekusi – eksekusi. Ijasah
merupakan benda bertubuh (pasal 503) karena sifatnya dan merupakan benda
tidak bergerak yang dapat dipindah tangankan (pasal 509) menurut
peruntukannya.
Hak-hak jaminan diatur dalam buku II KUHPer dan hak-hak yang diatur dalam
buku III KUHPer adalah hak-hak kekayaan, hak yang bernilai ekonomis dan
dapat diperjualbelikan. Tetapi dalam hal ijasah dan surat pensiun sangat pribadi
dan bagi orang lain tidaklah memiliki nilai ekonomis. J. Satrio menyatakan
bahwa ijasah tidak dapat digolongkan sebagai jaminan kebendaan tetapi
sebagai jaminan yang lain. Sebagai benda jaminan, ijasah memiliki kekuatan,
yaitu pada naskah asli ijasah yang merupakan akta otentik.
Tidak ada unsur piutang di dalamnya, karena tidak ada transaksi piutang
apapun antara perusahaan dan pekerja atau karyawan. Dalam jaminan piutang
dalam keuangan, piagam tidak dapat digunakan sebagai jaminan karena ijasah
bukan merupakan surat berharga meskipun berharga atau penting bagi
pemiliknya.
Definisi dari surat berharga adalah surat atau akta yang memiliki nilai ekonomis.
Dan dalam ijasah tidak terdapat nilai ekonomis yang membuat ijasah dapat
digunakan sebagai jaminan finansial. Sehingga ijasah tidak dapat dijadikan
jaminan keuangan atau jaminan permodalan secara perdata dan ekonomi
secara umum.
Fungsi ijasah sebagai jaminan yang ditahan oleh perusahaan adalah dapat
dibenarkan secara hukum, yang dalam hal ini difungsikan sebagai penekan
kepada karyawan, yang disini sebagai pemilik ijasah, guna memenuhi semua
tuntutan yang ada dalam perjanjian.
Maka ijasah dapat dijadikan sebagai benda jaminan tetapi hanya jaminan pada
pekerjaan dan tidak pada jaminan piutang.
“Semoga bermanfaat”
Mudah-mudahan dengan apa yang saya jabarkan hal tersebut di atas, kalian
tidak terjebak seperti halnya yang terjadi pada saya.
Semangat!! dan Selamat bekerja!!