Kasus etika

12
Pencemaran Limbah Industri di Citarum Makin Parah Jumat, 29 Juni 2012, 11:25 WIB Komentar : 4 REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -– Lagi, persoalan limbah industri tekstil pada Sungai Citarum mendapat kecaman dari sejumlah pihak. Limbah industri yang langsung dibuang ke aliran sungai tanpa proses instalasi pengolahan limbah mengancam puluhan hektar sawah, penyakit kulit, hingga penurunan kuantitas listrik pada waduk sepanjang Sungai Citarum. Pencemaran itu terjadi di kawasan dekat hulu Citarum, di Kampung Balekambang, Majalaya, Kabupaten Bandung. Sejumlah warga mengaku pasrah terhadap pencemaran Pabrik tekstil di sekitar kawasan tersebut. Sejumlah petani di Balekambang, Majalaya, Kabupaten Bandung, mengaku mengalami kondisi terparah dari pencemaran limbah tujuh pabrik di sekitar kawasan Balekambang. “Banyak pipa-pipa saluran limbah yang bocor ke areal sawah, tak jarang banyak padi yang rusak,” ujar Ojang (60 tahun), warga Balekambang, kemarin. Air Sumur, kata dia, juga kotor mengakibatkan penyakit gatal dan diare.

description

Kasus mengenai kode etik dari suatu perusahaan kepada masyarakat sekitar yang perlu disingkapi.

Transcript of Kasus etika

Page 1: Kasus etika

Pencemaran Limbah Industri di Citarum Makin ParahJumat, 29 Juni 2012, 11:25 WIB

Komentar : 4

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -– Lagi, persoalan limbah industri tekstil pada Sungai Citarum mendapat kecaman dari sejumlah pihak. Limbah industri yang langsung dibuang ke aliran sungai tanpa proses instalasi pengolahan limbah mengancam puluhan hektar sawah, penyakit kulit, hingga penurunan kuantitas listrik pada waduk sepanjang Sungai Citarum. 

Pencemaran itu terjadi di kawasan dekat hulu Citarum, di Kampung Balekambang, Majalaya, Kabupaten Bandung. Sejumlah warga mengaku pasrah terhadap pencemaran Pabrik tekstil di sekitar kawasan tersebut.

Sejumlah petani di Balekambang, Majalaya, Kabupaten Bandung, mengaku mengalami kondisi terparah dari pencemaran limbah tujuh pabrik di sekitar kawasan Balekambang. “Banyak pipa-pipa saluran limbah yang bocor ke areal sawah, tak jarang banyak padi yang rusak,” ujar Ojang (60 tahun), warga Balekambang, kemarin. Air Sumur, kata dia, juga kotor mengakibatkan penyakit gatal dan diare.

Menurut Ojang, keluhan ini telah seringkali disampaikan kepada pihak pabrik, namun tanpa ada itikad yang baik, kondisi ini terus terjadi hingga puluhan tahun. “mereka banyak sewa preman pabrik, kami tidak bisa berbuat apa-apa,” tambahnya.

Penurunan kualitas air Sungai Citarum akibat limbah sampah dan sedimentasi juga mengakibatkan peningkatan biaya perawatan Pembangkit Listrik Tenaga Air Saguling. Total biaya perawatan perangkat waduk, mencapai Rp 1 miliar per tahun. “Sebab rata-rata, limbah yang tersaring berupa pasir dan material lain mencapai 4,2 juta meter kubik,” ungkap General Manager PLTA Saguling Eri Prabowo. Eri mengungkapkan, kondisi air

Page 2: Kasus etika

citarum yang sangat tercemar, berdampak pada korosi bagian turbin waduk di Saguling.

Ketua Komunitas Elingan Citarum, Deni Riswandana mengungkapkan, di kawasan Majalaya, sedikitnya terdata 139 indutri tekstil dan tenun yang membuang limbahnya langsung ke aliran Citarum. Deni menambahkan, secara luas, sekitar 1.500 industri yang berada di sekitar Daerah aliran Sungai Citarum , menyumbang 2.800 ton limbah untuk tiap harinya. “Semuanya merupakan limbah cair kimia bahan bahaya beracun (B3),” tegasnya.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/lingkungan/12/06/29/m6d2y5-pencemaran-limbah-industri-di-citarum-makin-parah

Pencemaran Sungai Ciujung Akibat Limbah PT IKPP Semakin MembahayakanSelasa, 11 September 2012 | 8:06

Ikan mati akibat limbah pabrik yang

dibuang ke sungai. [google]

Berita Terkait Limbah PT Indah Kiat Masih Cemari Sungai Ciujung Dua Kali Mengadu, KLH ‘Cuek Aja’

[SERANG] Pencemaran yang terjadi pada Sungai Ciujung, akibat limbah dari pabrik kertas yakni PT Indah Kiat Pulp & Paper (IKPP) yang terletak di Kecamatan Keragilan, Kabupaten Serang semakin membahayakan. Namun Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang sendiri belum   memiliki langkah konkrit untuk mengatasi pencemaran Sungai Ciujung tersebut. Bahkan audit lingkungan yang saat ini sedang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup terhadap beberapa perusahaan yang diduga melakukan pencemaran dianggap tidak akan objektif. Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Serang, Ahmad Soleh mengaku sangat pesimistis dengan hasil audit wajib tersebut. Sebab, seluruh pembiayaan audit ditanggulangi oleh perusahaan yang diaudit, dalam hal ini PT IKPP. “Kendati diserahkan kepada tim independen, hasilnya tidak akan objektif selama biaya audit lingkungan itu dibiayai oleh perusahaan yang diaudit. Logikanya, kalau saya memberikan uang untuk mereka, saya pun bisa memberikan pesanan terhadap mereka. Artinya hasilnya bisa saja disetir oleh saya meskipun hanya sekian persennya. Sama halnya dengan yang terjadi pada PT IKPP. Hasilnya sudah bisa diduga pasti tidak akan objektif,” tegas Ahmad Soleh di Serang, Senin (10/9). Soleh memaparkan bahwa tempat penampungan limbah yang dimiliki PT IKPP, tidak cukup untuk menampung seluruh limbah yang dikeluarkan yang kemudian diproses agar saat dialirkan ke Sungai Ciujung sesuai dengan buku mutu air yang dapat digunakan. “Faktanya,

Page 3: Kasus etika

kekuatan penampung ipalnya hanya 32 ribu meter kubik per hari. Sementara setiap harinya PT IKPP membuang limbahnya hampir 38 ribu meter kubik,” jelasnya. Dikatakan, berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukannya, saat ini saja bau Sungai Ciujung tercium hingga satu kilometer. Sementara airnya sendiri sudah tidak dapat digunakan lagi. “Mata saja sampai berair jika kita terlalu dekat akibat aroma limbah dari PT IKPP yang begitu menyengat,” katanya. Menurut Soleh, Pemkab Serang dan Pemprov Banten belum menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi limbah dari PT IKPP tersebut. Karena itu, masyarakat harus berani bersuara. “Manajemen PT IKPP  secara perlahan telah membunuh masyarakat Serang Timur dan Utara. Sementara pemerintah tidak pernah tegas menutup perusahaan yang jelas-jelas sudah melanggar undang-undang,” tegasnya. Sementara, Kepala Badan Lingkungan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Serang, Anang Mulyana hingga saat ini masih menunggu hasil audit tim independen dari Kementerian LH. Sebelum lebaran, kata Anang, pihaknya bersama dewan sudah menanyakan hasil audit tersebut. “Kita juga sudah melayangkan surat ke Kementerian LH untuk segera memberitahu hasil auditnya. Katanya, September 2012 ini akan diberikan,” jelasnya. Dikatakan Anang, audit tersebut merupakan audit wajib karena pencemaran limbah dari PT IKPP sudah dianggap membahayakan. Anang juga tidak menyangkalnya jika PT IKPP masih membuang limbahnya ke Sungai Ciujung meskipun debit airnya saat ini minim akibat musim kemarau. [149]

source : http://sp.beritasatu.com/home/pencemaran-sungai-ciujung-akibat-limbah-pt-ikpp-semakin-membahayakan/24464

TRAGEDI LUMPUR LAPINDO BESERTA DAMPAK DAN SOLUSI PENANGGULANGANNYA

01 Sunday SEP 2013

POSTED BY NICKOISUMC  IN 5TH SEMESTER - PROFESSIONAL ETHICS (COURSE) ≈ LEAVE A COMMENT

PENDAHULUAN

Pada negara-negara berkembang, banyak potensi-potensi positif yang dapat

diraih sebagai tujuan di masa mendatang. Akan tetapi, hal tersebut tidak pula

luput dari berbagai masalah yang muncul di berbagai bagian, baik dalam segi

aspek sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya. Perencanaan dan

pengimplementasian proyek pengembangan dan pemanfaatan sumber daya yang

Page 4: Kasus etika

kurang matang menimbulkan rentetan masalah yang panjang. Dalam hal ini,

pihak dengan wewenang tinggi, seperti pemerintah sudah seharusnya mengambil

tindakan tegas dan tepat dalam mengambil keputusan yang adil dan bijak untuk

memberikan solusi terbaik atas masalah yang timbul dan berdampak negatif bagi

ketidakstabilan ekosistem negara dan masyarakat. Cara penanganan dari pihak

pemerintah, respon pihak yang bertanggung jawab dan masyarakatnya bisa

menyimpulkan sisi etika profesi mereka.

Dalam lingkup ini negara berkembang yang menjadi konsentrasi saya adalah

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Salah satu masalah besar negara

Indonesia yang masih belum terselesaikan secara tuntas dan jelas adalah

Bencana yang ditimbulkan akibat Eksplorasi Minyak dan Gas (Migas) oleh PT

Lapindo Brantas Inc pada tanggal 29 Mei 2006. Masalah yang ditimbulkan oleh PT

Lapindo Brantas Inc. merupakan masalah terparah dalam kronologi eksplorasi

Migas di Indonesia.

TRAGEDI PENYEBAB KEJADIAN

Penyebab kejadian perkara bencana yang dialami PT. Lapindo Brantas Inc. adalah

kebocoran sumur galian yang berasal dari desa Renokenongo.

Pertama-tama Lapindo Brantas melakukan pengeboran sumur Banjar Panji-1 pada

awal Maret 2006 dengan menggunakan perusahaan kontraktor pengeboran PT

Medici Citra Nusantara. Kontrak itu diperoleh Medici atas nama Alton International

Indonesia, Januari 2006, setelah menang tender pengeboran dari Lapindo senilai

US$ 24 juta.

Pada awalnya sumur tersebut direncanakan hingga kedalaman 8500 kaki (2590

meter) untuk mencapai formasi Kujung (batu gamping). Sumur tersebut akan

dipasang selubung bor (casing) yang ukurannya bervariasi sesuai dengan

kedalaman untuk mengantisipasi potensi circulation loss (hilangnya lumpur

dalam formasi) dan kick (masuknya fluida formasi tersebut ke dalam

sumur) sebelum pengeboran menembus formasi Kujung.

Sesuai dengan desain awalnya, Lapindo “sudah” memasang casing 30 inchi pada

kedalaman 150 kaki, casing 20 inci pada 1195 kaki, casing (liner) 16 inci pada

2385 kaki dan casing 13-3/8 inci pada 3580 kaki (Lapindo Press Rilis ke wartawan,

15 Juni 2006). Ketika Lapindo mengebor lapisan bumi dari kedalaman 3580 kaki

sampai ke 9297 kaki, mereka “belum” memasang casing 9-5/8 inchi yang

rencananya akan dipasang tepat di kedalaman batas antara formasi Kalibeng

Bawah dengan Formasi Kujung (8500 kaki).

Page 5: Kasus etika

Diperkirakan bahwa Lapindo, sejak awal merencanakan kegiatan pemboran ini

dengan membuat prognosis pengeboran yang salah. Mereka membuat prognosis

dengan mengasumsikan zona pemboran mereka di zona Rembang dengan target

pemborannya adalah formasi Kujung. Padahal mereka membor di zona Kendeng

yang tidak ada formasi Kujung-nya. Alhasil, mereka merencanakan memasang

casing setelah menyentuh target yaitu batu gamping formasi Kujung yang

sebenarnya tidak ada. Selama mengebor mereka tidak meng-casing lubang

karena kegiatan pemboran masih berlangsung. Selama pemboran, lumpur

overpressure (bertekanan tinggi) dari formasi Pucangan sudah berusaha

menerobos (blow out) tetapi dapat di atasi dengan pompa lumpurnya Lapindo

(Medici).

Setelah kedalaman 9297 kaki, akhirnya mata bor menyentuh batu gamping.

Lapindo mengira target formasi Kujung sudah tercapai, padahal mereka hanya

menyentuh formasi Klitik. Batu gamping formasi Klitik sangat porous (bolong-

bolong). Akibatnya lumpur yang digunakan untuk melawan lumpur formasi

Pucangan hilang (masuk ke lubang di batu gamping formasi Klitik) atau circulation

loss sehingga Lapindo kehilangan/kehabisan lumpur di permukaan.

Akibat dari habisnya lumpur Lapindo, maka lumpur formasi Pucangan berusaha

menerobos ke luar (terjadi kick). Mata bor berusaha ditarik tetapi terjepit

sehingga dipotong. Sesuai prosedur standard, operasi pemboran dihentikan,

perangkap Blow Out Preventer (BOP) di rig segera ditutup & segera dipompakan

lumpur pemboran berdensitas berat ke dalam sumur dengan tujuan mematikan

kick. Kemungkinan yang terjadi, fluida formasi bertekanan tinggi sudah terlanjur

naik ke atas sampai ke batas antara open-hole dengan selubung di permukaan

(surface casing) 13 3/8 inchi. Di kedalaman tersebut, diperkirakan kondisi

geologis tanah tidak stabil & kemungkinan banyak terdapat rekahan alami

(natural fissures) yang bisa sampai ke permukaan. Karena tidak dapat

melanjutkan perjalanannya terus ke atas melalui lubang sumur disebabkan BOP

sudah ditutup, maka fluida formasi bertekanan tadi akan berusaha mencari jalan

lain yang lebih mudah yaitu melewati rekahan alami tadi & berhasil. Inilah

mengapa surface blowout terjadi di berbagai tempat di sekitar area sumur, bukan

di sumur itu sendiri.

Dari sinilah banyak semburan lumpur yang mengandung zat-zat berbahaya yang

keluar dari beberapa titik.

DAMPAK YANG DITIMBULKAN

Page 6: Kasus etika

Dampak yang telah ditimbulkan sangatlah mempengaruhi kondisi perekonomian

di wilayah Jawa Timur. Sampai Mei 2009, PT Lapindo, melalui PT Minarak Lapindo

Jaya telah mengeluarkan uang baik untuk mengganti tanah masyarakat maupun

membuat tanggul sebesar Rp. 6 Triliun.

1). Lumpur menggenangi 16 desa di tiga kecamatan. Semula hanya menggenangi

empat desa dengan ketinggian sekitar 6 meter, yang membuat dievakuasinya

warga setempat untuk diungsikan serta rusaknya areal pertanian. Luapan lumpur

ini juga menggenangi sarana pendidikan dan Markas Koramil Porong. Hingga

bulan Agustus 2006, luapan lumpur ini telah menggenangi sejumlah

desa/kelurahan di Kecamatan Porong, Jabon, dan Tanggulangin, dengan total

warga yang dievakuasi sebanyak lebih dari 8.200 jiwa dan tak 25.000 jiwa

mengungsi. Karena tak kurang 10.426 unit rumah terendam lumpur dan 77 unit

rumah ibadah terendam lumpur.

2). Lahan dan ternak yang tercatat terkena dampak lumpur hingga Agustus 2006

antara lain: lahan tebu seluas 25,61 ha di Renokenongo, Jatirejo dan

Kedungcangkring; lahan padi seluas 172,39 ha di Siring, Renokenongo, Jatirejo,

Kedungbendo, Sentul, Besuki Jabon dan Pejarakan Jabon; serta 1.605 ekor

unggas, 30 ekor kambing, 2 sapi dan 7 ekor kijang.

3). Sekitar 30 pabrik yang tergenang terpaksa menghentikan aktivitas produksi

dan merumahkan ribuan tenaga kerja. Tercatat 1.873 orang tenaga kerja yang

terkena dampak lumpur ini.

4). Empat kantor pemerintah juga tak berfungsi dan para pegawai juga terancam

tak bekerja.

5). Tidak berfungsinya sarana pendidikan (SD, SMP), Markas Koramil Porong, serta

rusaknya sarana dan prasarana infrastruktur (jaringan listrik dan telepon)

6). Rumah/tempat tinggal yang rusak akibat diterjang lumpur dan rusak sebanyak

1.683 unit. Rinciannya: Tempat tinggal 1.810 (Siring 142, Jatirejo 480,

Renokenongo 428, Kedungbendo 590, Besuki 170), sekolah 18 (7 sekolah negeri),

kantor 2 (Kantor Koramil dan Kelurahan Jatirejo), pabrik 15, masjid dan musala 15

unit.

7). Kerusakan lingkungan terhadap wilayah yang tergenangi, termasuk areal

persawahan

Page 7: Kasus etika

8). Akibat amblesnya permukaan tanah di sekitar semburan lumpur, pipa air milik

PDAM Surabaya patah.

9). Meledaknya pipa gas milik Pertamina akibat penurunan tanah karena tekanan

lumpur dan sekitar 2,5 kilometer pipa gas terendam.

10). Ditutupnya ruas jalan tol Surabaya-Gempol hingga waktu yang tidak

ditentukan, dan mengakibatkan kemacetan yang parah di jalur-jalur alternatif,

yaitu melalui Sidoarjo-Mojosari-Porong dan jalur Waru-tol-Porong. Penutupan ruas

jalan tol ini juga menyebabkan terganggunya jalur transportasi Surabaya-Malang

dan Surabaya-Banyuwangi serta kota-kota lain di bagian timur pulau Jawa. Ini

berakibat pula terhadap aktivitas produksi di kawasan Ngoro (Mojokerto) dan

Pasuruan yang selama ini merupakan salah satu kawasan industri utama di Jawa

Timur.

11). Sebuah SUTET milik PT PLN dan seluruh jaringan telepon dan listrik di empat

desa serta satu jembatan di Jalan Raya Porong tak dapat difungsikan.

SOLUSI/UPAYA PENANGGULANGAN YANG TELAH DILAKUKAN

Berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka pencegahan dan penanganan

luapan lumpur. Sudah ada tiga tim ahli yang dibentuk untuk memadamkan

lumpur berikut menanggulangi dampaknya. Mereka bekerja secara paralel. Tiap

tim terdiri dari perwakilan Lapindo, pemerintah, dan sejumlah ahli dari beberapa

universitas terkemuka. Di antaranya, para pakar dari ITS, Institut Teknologi

Bandung, dan Universitas Gadjah Mada. Tim Satu, yang menangani

penanggulangan lumpur, berkutat dengan skenario pemadaman. Tujuan jangka

pendeknya adalah memadamkan lumpur dan mencari penyelesaian cepat untuk

jutaan kubik lumpur yang telah terhampar di atas tanah.

Ada pihak-pihak yang mengatakan luapan lumpur ini bisa dihentikan, dengan

beberapa skenario dibawah ini.

Skenario pertama, menghentikan luapan lumpur dengan menggunakan

snubbing unit pada sumur Banjar Panji-1. Snubbing unit adalah suatu sistem

peralatan bertenaga hidraulik yang umumnya digunakan untuk pekerjaan well-

intervention & workover (melakukan suatu pekerjaan ke dalam sumur yang sudah

ada). Snubbing unit ini digunakan untuk mencapai rangkaian mata bor seberat 25

ton dan panjang 400 meter yang tertinggal pada pemboran awal. Diharapkan bila

mata bor tersebut ditemukan maka ia dapat didorong masuk ke dasar sumur

Page 8: Kasus etika

(9297 kaki) dan kemudian sumur ditutup dengan menyuntikan semen dan lumpur

berat. Akan tetapi skenario ini gagal total. Rangkaian mata bor tersebut berhasil

ditemukan di kedalaman 2991 kaki tetapi snubbing unit gagal mendorongnya ke

dalam dasar sumur.

Skenario kedua dilakukan dengan cara melakukan pengeboran miring

(sidetracking) menghindari mata bor yang tertinggal tersebut. Pengeboran

dilakukan dengan menggunakan rig milik PT Pertamina (persero). Skenario kedua

ini juga gagal karena telah ditemukan terjadinya kerusakan selubung di beberapa

kedalaman antara 1.060-1.500 kaki, serta terjadinya pergerakan lateral di lokasi

pemboran BJP-1. Kondisi itu mempersulit pelaksanaan sidetracking. Selain itu

muncul gelembung-gelembung gas bumi di lokasi pemboran yang dikhawatirkan

membahayakan keselamatan pekerja, ketinggian tanggul di sekitar lokasi

pemboran telah lebih dari 15 meter dari permukaan tanah sehingga tidak layak

untuk ditinggikan lagi. Karena itu, Lapindo Brantas melaksanakan penutupan

secara permanen sumur BJP-1.

Skenario ketiga, pada tahap ini, pemadaman lumpur dilakukan dengan terlebih

dulu membuat tiga sumur baru (relief well). Tiga lokasi tersebut antara lain:

Pertama, sekitar 500 meter barat daya Sumur Banjar Panji-1. Kedua, sekitar 500

meter barat barat laut sumur Banjar Panji 1. Ketiga, sekitar utara timur laut dari

Sumur Banjar Panji-1. Sampai saat ini skenario ini masih dijalankan.

Ketiga skenario beranjak dari hipotesis bahwa lumpur berasal dari retakan di

dinding sumur Banjar Panji-1. Padahal ada hipotesis lain, bahwa yang terjadi

adalah fenomena gunung lumpur (mud volcano), seperti di Bledug Kuwu di

Purwodadi, Jawa Tengah. Sampai sekarang, Bledug Kuwu terus memuntahkan

lumpur cair hingga membentuk rawa.

 

KESIMPULAN

Kesimpulan yang bisa saya petik adalah perencanaan akan suatu proyek besar

haruslah memikirkan kondisi jangka panjang dan antisipasi yang matang. Dan

sikap yang diambil dari pihak PT Lapindo Brantas dalam hal menekan biaya

dengan mengurangi aspek safety yang seharusnya dipasang sangatlah salah dan

pada akhirnya merugikan banyak pihak. Begitu juga, kurang tegasnya pemerintah

dalam memberi sanksi kepada pihak yang seharusnya bertanggung jawab dalam

hal ini, sehingga masalah tidak kunjung menemukan titik terang

SARAN

            Dalam pola pikir sehat dan etika yang berlaku, seharusnya bencana ini

tidak akan terjadi jika tidak ada faktor “kerakusan” akan keuntungan demi

kepentingan pribadi. Serta sanksi pemerintah dalam menanggapi hal ini harus

Page 9: Kasus etika

lebih tegas karena masalah yang belum secara penuh terselesaikan sehingga

masih banyak masyarakat Indonesia di sana.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/w/index.php?

title=Berkas:Ubo.jpg&filetimestamp=20060822101229& . Diakses pada tanggal

31 Agustus 2013.

http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir_lumpur_panas_Sidoarjo. Diakses pada tanggal

31 Agustus 2013.

http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/09/tgl/20/

time/202905/idnews/679483/idkanal/10. Diakses pada tanggal 31 Agustus  2013.

http://www.anneahira.com/artikel-bencana-lumpur-lapindo.htm. Diakses pada

tanggal 31 Agustus 2013/

Source : https://myumciseducationalblog.wordpress.com/2013/09/01/tragedi-lumpur-lapindo-beserta-dampak-dan-solusi-penanggulangannya/

Sumber: https://hotmudflow.wordpress.com/2010/07/28/3088/DOKMI/ip01. Tanggal 5 Juni 2006, semburan lumpur panas meluas hingga menutupi hamparan sawah seluas lebih 12 hektar yang masuk dalam wilayah Desa Renokenongo dan Jatirejo. Akibat dari peristiwa ini dilaporkan pohon dan tumbuhan di sekitar lokasi yang tergenang seperti pohon sengon, pisang, dan bambu serta rumput alang-alang mulai mengering. Besarnya semburan lumpur yang keluar dari perut bumi juga menyebabkan ketinggian lumpur sedikit lebih tinggi dari badan jalan Tol Surabaya-Gempol Kilometer 38. Dari peristiwa ini, sebagian penduduk Dusun Siring Tangunan dan Dusun Renomencil berjumlah 188 KK atau 725 Jiwa terpaksa mengungsi ke Balai Desa Renokenongo dan Pasar Baru Porong.

02. Pada tanggal 7 Juni 2006, semburan lumpur panas semakin membesar dan mulai mendekati pinggir bagian Timur di Desa Siring sehingga mengancam pemukiman penduduk di desa tersebut. Kondisi ini terus memprihatinkan karena semakin hari debit lumpur yang keluar dari perut bumi semakin membesar hingga akhirnya pada 7 Juli 2006, lumpur mulai menggenangi areal pemukiman penduduk dusun Renomencil Desa Renokenongo dan Dusun Siring Tangungan, Desa Siring. Akibat dari peristiwa ini 993 KK atau 3815 Jiwa terpaksa mengungsi ke Pasar Baru Porong, atau ke rumah-rumah sanak famili yang tersebar di sejumlah tempat.

03. 10 Juli 2006, lumpur mulai menggenangi areal persawahan bagian Selatan lokasi semburan yang berbatasan dengan Desa Jatirejo, di kawasan itu juga terdapat sejumlah pabrik.

Page 10: Kasus etika

04. 12 Juli 2006 lumpur panas mulai menggenangi areal pemukiman Desa Jatirejo dan Kedungbendo akibat tanggul-tanggul penahan lumpur di Desa Renokenongo dan Siring tidak mampu menahan debit lumpur yang semakin membesar.

05. Pada bulan Agustus 2006, luapan lumpur ini telah menggenangi sejumlah desa/kelurahan di Kecamatan Porong, Jabon, dan Tanggulangin, dengan total warga yang dievakuasi sebanyak lebih dari 8.200 jiwa dan tak kurang 25.000 jiwa mengungsi. Tak kurang 10.426 unit rumah terendam lumpur dan 77 unit rumah ibadah terendam lumpur. Lahan dan ternak yang tercatat terkena dampak lumpur adalah lahan tebu seluas 25,61 ha di Renokenongo, Jatirejo dan Kedungcangkring, lahan padi seluas 172,39 ha di Siring, Renokenongo, Jatirejo, Kedungbendo, Sentul, Besuki Jabon dan Pejarakan Jabon, serta 1.605 ekor unggas, 30 ekor kambing, 2 sapi dan 7 ekor kijang. Sekitar 30 pabrik yang tergenang terpaksa menghentikan aktivitas produksi dan merumahkan ribuan tenaga kerja. Tercatat 1.873 orang tenaga kerja yang terkena dampak lumpur ini. Empat kantor pemerintah juga tak berfungsi dan para pegawai juga terancam tak bekerja. Tidak berfungsinya sarana pendidikan (SD, SMP), Markas Koramil Porong, serta rusaknya sarana dan prasarana infrastruktur (jaringan listrik dan telepon). Rumah/tempat tinggal yang rusak akibat diterjang lumpur dan rusak sebanyak 1.683 unit. Rinciannya: Tempat tinggal 1.810 (Siring 142, Jatirejo 480, Renokenongo 428, Kedungbendo 590, Besuki 170), sekolah 18 (7 sekolah negeri), kantor 2 (Kantor Koramil dan Kelurahan Jatirejo), pabrik 15, masjid dan musala 15 unit .

06. Memasuki akhir September 2006, Desa Jatirejo Wetan termasuk di sini dusun Jatianom, Siring Tangunan dan Kedungbendo, tenggelam akibat tanggul penahan lumpur di desa Siring dan Renokenongo kembali jebol.

07. 22 November 2006, pipa gas milik Pertamina meledak, yang menyebabkan 14 orang tewas (pekerja dan petugas keamanan) dan 14 orang luka-luka . Peristiwa meledaknya pipa Pertamina diceritakan oleh penduduk seperti kiamat karena ledakan yang sangat keras dan api ledakan yang membumbung sampai ketinggian 1 kilo meter. Penduduk panik dan berlarian tak tentu arah. Suasana sangat mencekam dan kacau balau . Sebelumnya telah ada peringatan bahwa akibat amblesnya tanggul yang tidak kuat menahan beban menyebabkan pipa tertekan sehingga dikhawatirkan akan meledak. Namun peringatan ini tidak diindahkan oleh pihak Pertamina. Peristiwa ini juga mengakibatkan tanggul utama penahan lumpur di desa Kedungbendo rusak parah dan tidak mampu menahan laju luapan lumpur. Dari peristiwa tersebut sejumlah desa di wilayah utara desa tersebut seperti, Desa Kali Tengah dan Perumahan Tanggulangin Anggun Sejahtera Kecamatan Tanggulangin, mulai terancam akan tergenang lumpur.

08. 6 Desember 2006, Perumtas I dan II tergenang lumpur dengan ketinggian yang beragam. Di laporkan lebih dari 2000 jiwa harus mengungsi ke Pasar Baru Porong.

09. Memasuki Januari 2007, Perumtas I dan II sudah terendam seluruhnya.

10. Memasuki April 2007, lumpur dan air mulai merendam Desa Ketapang bagian Timur akibat luapan lumpur yang bergerak ke arah Barat menuju jalan raya Surabaya Malang gagal ditahan oleh tanggul-tanggul darurat di perbatasan antara desa Kedungbendo dan Desa Ketapang. Dilaporkan lebih dari 500 orang harus mengungsi ke Balai Desa Ketapang.

11. 10 Januari 2008, Desa Ketapang Barat dan Siring Barat terendam air dan lumpur akibat tanggul di sebelah Barat yang berdekatan dengan jalan raya Malang-Surabaya jebol karena tidak mampu menahan lumpur yang bercampur dengan air hujan. Dilaporkan sekitar lebih dari 500 orang mengungsi ke Pasar Porong atau ke sanak keluarga mereka yang terdekat.

Page 11: Kasus etika

12. Dengan demikian sampai November 2008, terdapat 18 desa yang tenggelam dan/ atau terendam dan/ atau tergenang lumpur, yang meliputi: Desa Renokenongo, Jatirejo, Siring, Kedung Bendo, Sentul, Besuki, Glagah Arum, Kedung Cangkring, Mindi, Ketapang, Pajarakan, Permisan, Ketapang, Pamotan, Keboguyang, Gempolsari, Kesambi, dan Kalitengah. (*/OL-8)