KASUS BERAS PALSU
-
Upload
peri-kecil -
Category
Documents
-
view
247 -
download
2
description
Transcript of KASUS BERAS PALSU
KASUS BERAS PALSU
Oleh:Siti Halija
KASUS
BERAS PALSU
BERAS PALSU
Beras oplosan merupakan
pemalsuan pelabelan beras
dimana beras yang terdapat
pada karung tidak sesuai dengan
yang disebutkan pada labelnya,
misalnya beras bulog dicampur
denagn beras pandan wangi
dengan persentase masing-
masing kemudian diklaim dengan
label beras pandan wangi dan
dijual dengan harga tinggi.
MENGAPA PALSU??Regulasi Yang Dilanggar
Kasus beras oplosan ini telah melanggar UU No 7 tahun 1996 tentang pangan, UU No 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, dan PP No 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan.
Permenkes RI No.329/Menkes/Per/VII/1976 tentang produksi dan peredaran makanan
Permenkes RI No.79/Menkes/Per/III/1979 tentang label dan periklanan
SK.Ka.BPOM no.HK.000552.4321 ttg Pedoman Umum Pelabelan Produk Pangan ttgl 4 Desember 2003
Regulasi Yang Dilanggar
Pasal 62 ayat 1 Jo Pasal 8 ayat 1huruf
a, e, f Jo Pasal 9 ayat 1 UU RI No.8
Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen
Pasal 139 Jo Pasal 84 (1) dan atau
Pasal 141 UU RI No.18 tahun 2012
tentang Pangan.
S A N K S I
MENGAPA KASUS PEMALSUAN CENDERUNG
MENINGKAT???
Pemalsuan pangan jelas merupakan
kegiatan curang pada perdagangan
yang tidak saja bermuara pada
masalah ekonomi, tetapi juga
kesehatan publik.
Kenyataannya, kasus pemalsuan ini
terus meningkat. Hal ini tentu berkaitan
dengan meningkatnya permintaan
terhadap produk pangan Sejumlah
negara di dunia menyadari bahwa
pemalsuan pangan merupakan
ancaman serius bagi keamanan pangan
PENCEGAHAN
Upaya pencegahan perlu
dituangkan dalam program
yang jelas dan teruji
efektivitasnya. Melengkapi
fokus pada upaya pencegahan
ini, FSMA juga lebih
memberikan perhatian pada
proses monitoring dan inspeksi
pada proses produksi pangan,
di samping pada pangan
beredar
Sistem pengawasan pangan jelas perlu
diperbaiki dan disesuaikan.
PENANGANAN
Pemerintah perlu segera
mengupayakan penanggulangan
pemalsuan pangan masuk
agenda pembahasan mengenai
pembentukan kelembagaan
pangan di Indonesia.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2012 tentang Pangan (Bab XII,
Pasal 126) menyatakan, “Dalam
hal mewujudkan kedaulatan
pangan, kemandirian pangan, dan
ketahanan pangan nasional,
dibentuk lembaga pemerintah
yang menangani bidang pangan,
berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Presiden”.
LANJUTAN……
Antisipasi ini menjadi semakin penting mengingat
motif curang secara ekonomi bukanlah satu-satunya
motif pemalsuan pangan. Pemalsuan pangan
dengan motif non-ekonomi bisa datang dari mana
saja dan tidak hanya berkaitan dengan kewajiban
negara mewujudkan ketersediaan pangan yang
bermutu bagi penduduknya, tetapi juga bisa
memengaruhi keamanan dan ketahanan nasional.
SEKIAN&
TERIMA KASIH