Kasus 7-4 Aloha

2
1. Masalah yang terjadi pada sistem pengendalian pabrik adalah : a. Manajer pabrik tidak dapat menentukan jumlah input yang digunakan sebagai bahan pokok produksi. Hal ini akan bertentangan dengan tujuan dari pusat laba karena manajer pabrik tak akan mampu memaksimalkan tingkat laba bila tidak dapat menentukan jumlah input produksi; b. Jadwal dan tingkat produksi ditentukan oleh pusat. Hal ini juga menjadi batasan bagi pabrik sebagai pusat laba karena tidak memiliki hak untuk menentukan tingkat produksi yang efektif sesuai dengan kapasitas pabrik saat itu; c. Manajer pabrik tidak memiliki akses terhadap penjualan produk; d. Pengukuran kinerja manajer pabrik dilakukan berdasarkan gross margin pabrik begitu pula dengan perhitungan bonus. Teknik pengukuran kinerja dan perhitungan bonus seperti ini akan efektif bila perusahaan memberikan kebebasan pada pabrik dalam menentukan tingkat input, output, dan penjualan produk. Bila dilihat dari kenyataannya, jumlah input dan produksi hanya boleh ditetapkan oleh pusat sehingga pengukuran dan pemberian bonus dengan metode ini sebenarnya tidak menghasilkan apa-apa, karena seberapapun usaha manajer, hasil dari produksi dan gross margin telah ditetapkan oleh pusat secara tidak langsung. Implementasi Strategi Menetapkan pabrik sebagai pusat laba pada manajemen Aloha Products adalah suatu kesalahan besar apabila sistem pengendaliannya dilakukan dengan cara seperti ini. Bila Aloha tetap ingin mempertahankan sistem pengendaliannya seperti sekarang, akan lebih baik bila pusat tanggungjawab pada pabrik diganti sebagai pusat biaya sehingga manajer pabrik tidak perlu lagi memaksimalkan tingkat laba yang sebernarnya tidak dapat dimaksimalkan karena kebijakan pusat yang tidak tepat. Bila pabrik ditetapkan sebagai pusat biaya, maka pengukuran kinerja pabrik seharusnya dilakukan

Transcript of Kasus 7-4 Aloha

Page 1: Kasus 7-4 Aloha

1. Masalah yang terjadi pada sistem pengendalian pabrik adalah :a. Manajer pabrik tidak dapat menentukan jumlah input yang digunakan sebagai

bahan pokok produksi. Hal ini akan bertentangan dengan tujuan dari pusat laba karena manajer pabrik tak akan mampu memaksimalkan tingkat laba bila tidak dapat menentukan jumlah input produksi;

b. Jadwal dan tingkat produksi ditentukan oleh pusat. Hal ini juga menjadi batasan bagi pabrik sebagai pusat laba karena tidak memiliki hak untuk menentukan tingkat produksi yang efektif sesuai dengan kapasitas pabrik saat itu;

c. Manajer pabrik tidak memiliki akses terhadap penjualan produk; d. Pengukuran kinerja manajer pabrik dilakukan berdasarkan gross margin pabrik

begitu pula dengan perhitungan bonus. Teknik pengukuran kinerja dan perhitungan bonus seperti ini akan efektif bila perusahaan memberikan kebebasan pada pabrik dalam menentukan tingkat input, output, dan penjualan produk. Bila dilihat dari kenyataannya, jumlah input dan produksi hanya boleh ditetapkan oleh pusat sehingga pengukuran dan pemberian bonus dengan metode ini sebenarnya tidak menghasilkan apa-apa, karena seberapapun usaha manajer, hasil dari produksi dan gross margin telah ditetapkan oleh pusat secara tidak langsung.

Implementasi Strategi

Menetapkan pabrik sebagai pusat laba pada manajemen Aloha Products adalah suatu kesalahan besar apabila sistem pengendaliannya dilakukan dengan cara seperti ini. Bila Aloha tetap ingin mempertahankan sistem pengendaliannya seperti sekarang, akan lebih baik bila pusat tanggungjawab pada pabrik diganti sebagai pusat biaya sehingga manajer pabrik tidak perlu lagi memaksimalkan tingkat laba yang sebernarnya tidak dapat dimaksimalkan karena kebijakan pusat yang tidak tepat. Bila pabrik ditetapkan sebagai pusat biaya, maka pengukuran kinerja pabrik seharusnya dilakukan berdasarkan tingkat pengefektifan sumber daya sehingga jumlah output akan lebih maksimal.