Kasus

18
1. Kasus Pengesahan Undang – Undang Apartheid Pertama Sistem Apartheid yang dikuasai oleh Partai Nasional khusus Kulit Putih melegalkan diskriminasi rasial pada seluruh aspek kehidupan. Sistem apartheid ini menghapuskan seluruh penduduk kulit hitam dari hak politik dan hak sipilnya seperti mereka tidak dapat memilih, tidak dapat jabatan politis yang penting, tidak dapat bergabung secaara kolektif, atau pun hak atas Undang- undang. Hal inilah yang mengakibatkan kulit hitam melakukan demontrasi berkali – kali melawan pemerintahan kulit putih Afrika Selatan. Aksi tersebut langsung ditanggapi oleh pemerintah Kulit Putih Afrika Selatan dengan pembunuhan, penangkapan di mana – mana serta represi. Termasuk ditangkapnya Nelson Mandela (anak pimpinan kulit hitam). 2. Kasus Pertentangan akan Kedudukan Perusahaan Caltex di Afrika Selatan Hal ini dipicu adanya penentangan yang dilakukan para pemegang saham agar Caltex memutuskan hubungan dengan pemerintah Afrika Selatan dengan alasan bahwa orang kulit hitam tidak punya hak di wilayah kulit putih. Perdebatan tentang apakah Caltex perlu melanjutkan operasinya di Afrika Selatan ini merupakan perdebatan moral. Argumen yang diajukan oleh kedua belah pihak tersebut mengacu pada pertimbangan moral, yang dapat dikelompokkan menjadi 4 jenis standar moral yaitu utilitarianisme, hak, keadilan, dan perhatian. Pertimbangan moral yang diajukan manajer Caltex antara lain jika perusahaan tetap

Transcript of Kasus

Page 1: Kasus

1. Kasus Pengesahan Undang – Undang Apartheid Pertama

Sistem Apartheid yang dikuasai oleh Partai Nasional khusus Kulit Putih melegalkan diskriminasi

rasial pada seluruh aspek kehidupan. Sistem apartheid ini menghapuskan seluruh penduduk kulit

hitam dari hak politik dan hak sipilnya seperti mereka tidak dapat memilih, tidak dapat jabatan

politis yang penting, tidak dapat bergabung secaara kolektif, atau pun hak atas Undang-undang.

Hal inilah yang mengakibatkan kulit hitam melakukan demontrasi berkali – kali melawan

pemerintahan kulit putih Afrika Selatan. Aksi tersebut langsung ditanggapi oleh pemerintah

Kulit Putih Afrika Selatan dengan pembunuhan, penangkapan di mana – mana serta represi.

Termasuk ditangkapnya Nelson Mandela (anak pimpinan kulit hitam).

2. Kasus Pertentangan akan Kedudukan Perusahaan Caltex di Afrika Selatan

Hal ini dipicu adanya penentangan yang dilakukan para pemegang saham agar Caltex

memutuskan hubungan dengan pemerintah Afrika Selatan dengan alasan bahwa orang kulit

hitam tidak punya hak di wilayah kulit putih. Perdebatan tentang apakah Caltex perlu

melanjutkan operasinya di Afrika Selatan ini merupakan perdebatan moral. Argumen yang

diajukan oleh kedua belah pihak tersebut mengacu pada pertimbangan moral, yang dapat

dikelompokkan menjadi 4 jenis standar moral yaitu utilitarianisme, hak, keadilan, dan perhatian.

Pertimbangan moral yang diajukan manajer Caltex antara lain jika perusahaan tetap

melaksanakan operasi di Afrika Selatan maka kesejahteraan orang kulit hitam dan kulit putih

akan meningkat, namun jika perusahaan pergi maka orang kulit hitamlah yang akan mengalami

kerugian besar. Pernyataan inilah yang disebut dengan standar moralitas utilitarian yaitu prinsip

moral yang mengklaim bahwa sesuatu dianggap benar bila mampu menekan biaya sosial dan

memberikan keuntungan sosial yang lebih besar.

Pernyataan manajer Caltex yang akan memberikan perhatian khusus bagi pekerja kulit

hitam dan pertanggungjawaban akan kesejahteraaan mereka inilah yang disebut Etika memberi

perhatian. Artinya etika yang menekankan pada usaha memberikan perhatian terhadap

kesejahteraan orang sekitar. Sedangkan perjuangan dari seorang Nelson Mandela yang sangat

berani inlah yang disebut dengan etika kebaikan. Hal ini dikarenakan jenis evaluasi yang

didasarkan atas karakter moral seseorang atau kelompok.

Perspektif imparsial dari teori hak tidak meyatakan baywa Feuerstein kewajiban moral apa pun

pada pegawainya setelah terjadi kebakaran tersebut. Keadilan impaesial tidak mewajibkan

Page 2: Kasus

perusahaan untuk memberikan bantuan pada para pegawai pada saat mereka tidak bekerja

ataupun pemiliki harus membangun kembali pabrik baru di tempat yang sama.

3.

PT Freeport Indonesia (PTFI) merupakan perusahaan afiliasi dari Freeport-McMoRan Copper &

Gold Inc.. PTFI menambang, memproses dan melakukan eksplorasi terhadap bijih yang

mengandung tembaga, emas dan perak. Beroperasi di daerah dataran tinggi di Kabupaten

Mimika Provinsi Papua, Indonesia. Kami memasarkan konsentrat yang mengandung tembaga,

emas dan perak ke seluruh penjuru dunia.

PT Freeport Indonesia merupakan jenis perusahaan multinasional (MNC),yaitu perusahaan

internasional atau transnasional yang berkantor pusat di satu negara tetapi kantor cabang di

berbagai negara maju dan berkembang..

Contoh kasus pelanggaran etika yang dilakukan oleh PT. Freeport Indonesia :

Mogoknya hampir seluruh pekerja PT Freeport Indonesia (FI) tersebut disebabkan

perbedaan indeks standar gaji yang diterapkan oleh manajemen pada operasional Freeport

di seluruh dunia. Pekerja Freeport di Indonesia diketahui mendapatkan gaji lebih rendah

daripada pekerja Freeport di negara lain untuk level jabatan yang sama. Gaji sekarang per

jam USD 1,5–USD 3. Padahal, bandingan gaji di negara lain mencapai USD 15–USD 35

per jam. Sejauh ini, perundingannya masih menemui jalan buntu. Manajemen Freeport

bersikeras menolak tuntutan pekerja, entah apa dasar pertimbangannya.

Biaya CSR kepada sedikit rakyat Papua yang digembor-gemborkan itu pun tidak

seberapa karena tidak mencapai 1 persen keuntungan bersih PT FI. Malah rakyat Papua

membayar lebih mahal karena harus menanggung akibat berupa kerusakan alam serta

punahnya habitat dan vegetasi Papua yang tidak ternilai itu. Biaya reklamasi tersebut

tidak akan bisa ditanggung generasi Papua sampai tujuh turunan. Selain bertentangan

dengan PP 76/2008 tentang Kewajiban Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan, telah terjadi

bukti paradoksal sikap Freeport (Davis, G.F., et.al., 2006).

Kestabilan siklus operasional Freeport, diakui atau tidak, adalah barometer penting

kestabilan politik koloni Papua. Induksi ekonomi yang terjadi dari berputarnya mesin

anak korporasi raksasa Freeport-McMoran tersebut di kawasan Papua memiliki

magnitude luar biasa terhadap pergerakan ekonomi kawasan, nasional, bahkan global.

Page 3: Kasus

Sebagai perusahaan berlabel MNC (multinational company) yang otomatis berkelas dunia,

apalagi umumnya korporasi berasal dari AS, pekerja adalah bagian dari aset perusahaan.

Menjaga hubungan baik dengan pekerja adalah suatu keharusan. Sebab, di situlah terjadi

hubungan mutualisme satu dengan yang lain. Perusahaan membutuhkan dedikasi dan loyalitas

agar produksi semakin baik, sementara pekerja membutuhkan komitmen manajemen dalam hal

pemberian gaji yang layak.

Pemerintah dalam hal ini pantas malu. Sebab, hadirnya MNC di Indonesia terbukti tidak

memberikan teladan untuk menghindari perselisihan soal normatif yang sangat mendasar.

Kebijakan dengan memberikan diskresi luar biasa kepada PT FI, privilege berlebihan, ternyata

sia-sia.

Berkali-kali perjanjian kontrak karya dengan PT FI diperpanjang kendati bertentangan dengan

UU Nomor 11/1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan dan sudah diubah

dengan UU Nomor 4/2009 tentang Minerba. Alasan yang dikemukakan hanya klasik, untuk

menambah kocek negara. Padahal, tidak terbukti secara signifikan sumbangan PT FI benar-benar

untuk negara. Kalimat yang lebih tepat, sebetulnya, sumbangan Freeport untuk negara Amerika,

bukan Indonesia.

Justru negara ini tampak dibodohi luar biasa karena PT FI berizin penambangan tembaga, namun

mendapat bahan mineral lain, seperti emas, perak, dan konon uranium. Bahan-bahan itu dibawa

langsung ke luar negeri dan tidak mengalami pengolahan untuk meningkatkan value di

Indonesia. Ironisnya, PT FI bahkan tidak listing di bursa pasar modal Indonesia, apalagi

Freeport-McMoran sebagai induknya.

Keuntungan berlipat justru didapatkan oleh PT FI dengan hanya sedikit memberikan pajak PNBP

kepada Indonesia atau sekadar PPh badan dan pekerja lokal serta beberapa tenaga kerja asing

(TKA). Optimis penulis, karena PT FI memiliki pesawat dan lapangan terbang sendiri, jumlah

pasti TKA itu tidak akan bisa diketahui oleh pihak imigrasi.

Kasus PT. Freeport Indonesia ditinjau dari berbagai teori etika bisnis :

Teori etika utilitarianisme

Berasal dari bahasa latin utilis yang berarti “bermanfaat”.

Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus

menyangkut bukan saja  satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan.

Page 4: Kasus

Berdasarkan teori utilitarianisme, PT.Freeport Indonesia dalam hal ini sangat bertentangan

karena keuntungan yang di dapat tidak digunakan untuk mensejahterakan masyarakat sekitar,

melainkan untuk Negara Amerika.

Teori Hak

Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang paling

banyak dipakai untuk mengevaluasi  baik buruknya  suatu perbuatan atau perilaku.

Teori Hak merupakan suatu aspek  dari teori deontologi, karena berkaitan dengan kewajiban.

Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang sama.

Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu hak

sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis.

Dalam kasus ini, PT Freeport Indonesia sangat tidak etis dimana kewajiban terhadap para

karyawan tidak terpenuhi karena gaji yang diterima tidak layak dibandingkan dengan pekerja

Freeport di Negara lain. Padahal PT Freeport Indonesia merupakan tambang emas dengan

kualitas emas terbaik di dunia.

Kesimpulan

Dari pembahasan dalam bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa PT Freeport Indonesia telah

melanggar etika bisnis dimana, upah yang dibayar kepada para pekerja dianggap tidak layak dan

juga telah melanggar UU Nomor 11/1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan

yang sudah diubah dengan UU Nomor 4/2009 tentang Minerba. Karena PT FI berizin

penambangan tembaga, namun mendapat bahan mineral lain, seperti emas, perak, dan konon

uranium. Selain bertentangan dengan PP 76/2008 tentang Kewajiban Rehabilitasi dan Reklamasi

Hutan, telah terjadi bukti paradoksal sikap Freeport (Davis, G.F., et.al., 2006).

Saran

Sebaiknya pemerintah Indonesia, dalam hal ini menteri ESDM, melakukan renegosiasi ulang

terhadap PT FI. Karena begitu banyak SDA yang ada di Papua ,tetapi masyarakat papua

khususnya dan Negara Indonesia tidak menikmati hasil dari kekayaan alam yang ada di papua.

Justru Amerika lah yang mendapat untung dari kekayaan alam yang ada di papua. Atau kalau

tidak dapat di negosiasi ulang dan hak para pekerja tidak terpenuhi, lebih baik pemerintah

menasionalisasi PT FI supaya masyarakat papua khususnya dan Indonesia dapat menikmati SDA

yang ada di bumi Indonesia.

Page 5: Kasus

4.

Seperti yang kita ketahui bahwa Samsung, Android dan Apple saling berselisih, diberbagai

belahan Dunia saling tuduh menuduh tentang hak paten dan seakan tak berkesudahaan. Perang

Hak paten antara perusahaan Tehnology terbesar ini ada artikelnya ada pada laman situs

Bussinesweek yang amat panjang, tetapi menarik untuk di baca. Pada atikel BussinesWeek itu

memaparkan perang paten antara Apple dan berbagai produsen yang memproduksi produk-

produk Android dan juga artikel itu memberikan rincian bagaimana Apple terlibat dalam litigasi

paten dengan sejumlah pembuat smartphone Android, termasuk Samsung, Motorola dan HTC.

“Dalam perang paten telepon pintar (smartphone), banyak hal yang dipertaruhkan. Perusahaan

terkait tak akan ragu mengeluarkan uang banyak demi menjadi pemenang,” kata pengacara dari

Latham & Watkins, Max Grant, dikutip dari Bloomberg, Jumat, 24 Agustus 2012. Menurut dia,

ketika persoalan hak cipta sudah sampai di meja hijau, maka perusahaan tidak lagi memikirkan

bagaimana mereka harus menghemat pengeluaran keuangan.

Sebagai gambaran, Grant mengatakan, pengacara Apple diketahui memperoleh komisi US$

1.200 atau sekitar Rp 11,3 juta per jamnya untuk meyakinkan hakim dan juri bahwa Samsung

Electronics Co telah menyontek atau mencuri desain smartphone Apple. Perusahaan yang

dipimpin Tim Cook itu juga sudah menghabiskan total US$ 2 juta atau sekitar Rp 18,9 miliar

hanya untuk menghadirkan saksi ahli.

Meski kelihatan besar, uang untuk pengacara dan saksi ahli tersebut sebenarnya tergolong kecil

dan masih masuk akal di “kantong” Apple ataupun Google. Sebagai contoh, biaya US$ 32 juta

yang dikeluarkan Apple dalam perang paten melawan Motorola Mobility setara dengan hasil

penjualan Apple iPhone selama enam jam.

Keduanya diminta menghentikan penjualan produk tertentu. 10 produk Samsung, termasuk

Galaxy SII, tak boleh dijual lagi; 4 produk Apple, termasuk iPad 2 dan iPhone 4, juga demikian.

Oleh pengadilan Korea, Samsung diminta membayar denda 25 juta Won, sedangkan Apple

dikenakan denda sejumlah 40 juta Won atau setara US$ 35.400

3.1  Kesimpulan

Upaya hukum pihak Apple pada bulan Februari lalu sempat mengalami kemunduran saat hakim

Koh menolak permintaan Apple untuk melarang penjualan perangkat Samsung di Amerika

Serikat. Menurut Koh, paten desain Apple terlalu luas dan bahkan beberapa di antaranya

memiliki kemiripan dengan konsep yang ada di serial Knight Rider tahun 1994. Atas putusan

Page 6: Kasus

tersebut Apple melakukan upaya banding dan menyewa sebuah firma hukum terkenal di Los

Angeles untuk meningkatkan upaya perang paten yang sedang berlangsung.

Keduanya diminta menghentikan penjualan produk tertentu. 10 produk Samsung, termasuk

Galaxy SII, tak boleh dijual lagi; 4 produk Apple, termasuk iPad 2 dan iPhone 4, juga demikian.

Oleh pengadilan Korea, Samsung diminta membayar denda 25 juta Won, sedangkan Apple

dikenakan denda sejumlah 40 juta Won atau setara US$ 35.400

3.2 Saran

Pelanggaran yang dilakukan kedua perusahaan technology terbesar ini tentu akan membawa

dampak yang buruk bagi perkembangan ekonomi, bukan hanya pada ekonomi tetapi juga

bagaimana pendapat masyarakat yang melihat dan menilai kedua perusahaan technology ini

secara moral dan melanggar hukum dengan saling bersaing dengan cara yang tidak sehat. Kedua

kompetitor ini harusnya professional dalam menjalankan bisnis, bukan hanya untuk mencari

keuntungan dari segi ekonomi, tetapi harus juga menjaga etika dan moralnya dimasyarakat yang

menjadi konsumen kedua perusahaan tersebut serta harus mematuhi peraturan-peraturan yang

dibuat.

5. Etika bisnis: Monopoli – Kasus PT. Perusahaan Listrik Negara

A.     Latar belakang masalah

PT. Perusahaan Listrik Negara Persero (PT. PLN) merupakan Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) yang diberikan mandat untuk menyediakan kebutuhan listrik di Indonesia. Seharusnya

sudah menjadi kewajiban bagi PT. PLN untuk memenuhi itu semua, namun pada kenyataannya

masih banyak kasus dimana mereka merugikan masyarakat. Kasus ini menjadi menarik karena

disatu sisi kegiatan monopoli mereka dimaksudkan untuk kepentingan mayoritas masyarakat dan

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sesuai UUD 1945 Pasal 33, namun disisi lain tindakan PT.

PLN justru belum atau bahkan tidak menunjukkan kinerja yang baik dalam pemenuhan

kebutuhan listrik masyarakat.

B.     Pengertian monopoli

Monopoli adalah suatu situasi dalam pasar dimana hanya ada satu atau segelintir perusahaan

yang menjual produk atau komoditas tertentu yang tidak punya pengganti yang mirip dan ada

hambatan bagi perusahaan atau pengusaha lain untuk masuk dalam bidan industri atau bisnis

Page 7: Kasus

tersebut. Dengan kata lain, pasar dikuasai oleh satu atau segelintir perusahaan, sementara pihak

lain sulit masuk  didalamnya. Karena itu, hampir tidak ada persaingan berarti.

Secara umum perusahaan monopoli menyandang predikat jelek karena di konotasikan dengan

perolehan keuntungan yang melebihi normal dan penawaran komoditas yang lebih sedikit bagi

masyarakat, meskipun dalam praktiknya tidak selalu demikian. Dalam ilmu ekonomi dikatakan

ada monopoli jika seluruh hasil industri diproduksi dan dijual oleh satu perusahaan yang disebut

monopolis atau perusahaan monopoli.

C.     Jenis monopoli

Ada dua macam monopoli. Pertama adalah monopoli alamiah dan yang kedua adalah monopoli

artifisial. Monopoli alamiah lahir karena mekanisme murni dalam pasar. Monopoli ini lahir

secara wajar dan alamiah karena kondisi objektif yang dimiliki oleh suatu perusahaan, yang

menyebabkan perusahaan ini unggul dalam pasar tanpa bisa ditandingi dan dikalahkan secara

memadai oleh perusahaan lain. Dalam jenis monopoli ini, sesungguhnya pasar bersifat terbuka.

Karena itu, perusahaan ain sesungguhnya bebas masuk dalam jenis industri yang sama. Hanya

saja, perusahaan lain tidak mampu menandingi perusahaan monopolistis tadi sehingga

perusahaan yang unggul tadi relatif menguasasi pasar dalam jenis industri tersebut.

Yang menjadi masalah adalah jenis monopoli yang kedua, yaitu monopoli artifisial. Monopoli ini

lahir karena persekongkolan atau kolusi politis dan ekonomi antara pengusaha dan penguasa

demi melindungi kepentingan kelompok pengusaha tersebut. Monopoli semacam ini bisa lahir

karena pertimbangan rasional maupun irasional. Pertimbangan rasional misalnya demi

melindungi industri industri dalam negeri, demi memenuhi economic of scale, dan seterusnya.

Pertimbangan yang irasional bisa sangat pribadi sifatnya dan bisa dari yang samar-samar dan

besar muatan ideologisnya sampai pada yang kasar dan terang-terangan. Monopoli ini

merupakan suatu rekayasa sadar yang pada akhirnya akan menguntungkan kelompok yang

mendapat monopoli dan merugikan kepentingan kelompok lain, bahkan kepentingan mayoritas

masyarakat.

D.      Ciri pasar monopoli

Adapun yang menjadi ciri-ciri dari pasar monopoli adalah:

1. Pasar monopoli adalah industri satu perusahaan. Dari definisi monopoli telah diketahui

bahwa hanya ada satu saja perusahaan dalam industri tersebut. Dengan demikian barang

atau jasa yang dihasilkannya tidak dapat dibeli dari tempat lain. Para pembeli tidak

Page 8: Kasus

mempunyai pilihan lain, kalau mereka menginginkan barang tersebut maka mereka harus

membeli dari perusahaan monopoli tersebut. Syarat-syarat penjualan sepenuhnya

ditentukan oleh perusahaan monopoli itu, dan konsumen tidak dapat berbuat suatu

apapun didalam menentukan syarat jual beli.

2. Tidak mempunyai barang pengganti yang mirip. Barang yang dihasilkan perusahaan

monopoli tidak dapat digantikann oleh barag lain yang ada didalam pasar. Barang-barang

tersebut merupakan satu-satunya jenis barang yang seperti itu dan tidak terdapat barang

mirip yang dapat menggantikan.

3. Tidak terdapat kemungkinan untuk masuk kedalam industri. Sifat ini merupakan sebab

utama yang menimbulkan perusahaan yang mempunyai kekuasaan monopoli.

Keuntungan perusahaan monopoli tidak akan menyebabkan perusahaan-perusahaan lain

memasuki industri tersebut.

4. Dapat mempengaruhi penentuan harga. Oleh karena perusahaan monopoli merupakan

satu-satunya penjual didalam pasar, maka penentuan harga dapat dikuasainya. Oleh sebab

itu perusahaan monopoli dipandang sebagai penentu harga.

5. Promosi iklan kurang diperlukan. Oleh karena perusahaan monopoli adalah satu-satunya

perusahaan didalam industri, ia tidak perlu mempromosikan barangnya dengan

menggunakan iklan. Walau ada yang menggunakan iklan, iklan tersebut bukanlah

bertujuan untuk menarik pembeli, melainkan untuk memelihara hubungan baik dengan

masyarakat.

E.    Undang-undang tentang monopoli

Terlepas dari kenyataan bahwa dalam situasi tertentu kita membutuhkan perusahaan besar

dengan kekuatan ekonomi yang besra, dalam banyak hal praktik monopoli, oligopoli, suap, harus

dibatasi dan dikendalikan, karena bila tidak dapat merugikan kepentingan masyarakat pada

umumnya dan kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat. Strategi yang paling ampuh

untuk itu, sebagaimana juga ditempuh oleh Negara maju semacam Amerika, adalah melalui

undang-undang anti-monopoli.

Di Indonesia untuk mengatur praktik monopoli telah dibuat sebuah undang-undang yang

mengaturnya. Undang-undang itu adalah Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun

1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Undang-undang

ini menerjemahkan monopoli sebagai suatu tindakan penguasaan atas produksi dan atau

Page 9: Kasus

pemasaran barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu

kelompok pelaku usaha. Sedangkan praktik monopoli pada UU tersebut dijelaskan sebagai suatu

pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya

produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan

persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum. UU ini dibagi menjadi 11

bab yang terdiri dari beberapa pasal.

F.    Rumusan masalah

PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) adalah perusahaan pemerintah yang bergerak di bidang

pengadaan listrik nasional. Hingga saat ini, PT. PLN masih merupakan satu-satunya perusahaan

listrik sekaligus pendistribusinya. Dalam hal ini PT. PLN sudah seharusnya dapat memenuhi

kebutuhan listrik bagi masyarakat, dan mendistribusikannya secara merata.

Usaha PT. PLN termasuk kedalam jenis monopoli murni. Hal ini ditunjukkan karena PT. PLN

merupakan penjual atau produsen tunggal, produk yang unik dan tanpa barang pengganti yang

dekat, serta kemampuannya untuk menerapkan harga berapapun yang mereka kehendaki.

Pasal 33 UUD 1945 menyebutkan bahwa sumber daya alam dikuasai negara dan dipergunakan

sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Sehingga. Dapat disimpulkan bahwa monopoli

pengaturan, penyelengaraan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan sumber daya alam serta

pengaturan hubungan hukumnya ada pada negara. Pasal 33 mengamanatkan bahwa

perekonomian Indonesia akan ditopang oleh 3 pemain utama yaitu koperasi, BUMN/D (Badan

Usaha Milik Negara/Daerah), dan swasta yang akan mewujudkan demokrasi ekonomi yang

bercirikan mekanisme pasar, serta intervensi pemerintah, serta pengakuan terhadap hak milik

perseorangan. Penafsiran dari kalimat “dikuasai oleh negara” dalam ayat (2) dan (3) tidak selalu

dalam bentuk kepemilikan tetapi utamanya dalam bentuk kemampuan untuk melakukan kontrol

dan pengaturan serta memberikan pengaruh agar perusahaan tetap berpegang pada azas

kepentingan mayoritas masyarakat dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Contoh kasus monopoli yang dilakukan oleh PT. PLN adalah:

1. Fungsi PT. PLN sebagai pembangkit, distribusi, dan transmisi listrik mulai dipecah.

Swasta diizinkan berpartisipasi dalam upaya pembangkitan tenaga listrik. Sementara

untuk distribusi dan transmisi tetap ditangani PT. PLN. Saat ini telah ada 27 Independent

Power Producer di Indonesia. Mereka termasuk Siemens, General Electric, Enron,

Mitsubishi, Californian Energy, Edison Mission Energy, Mitsui & Co, Black & Veath

Page 10: Kasus

Internasional, Duke Energy, Hoppwell Holding, dan masih banyak lagi. Tetapi dalam

menentukan harga listrik yang harus dibayar masyarakat tetap ditentukan oleh PT. PLN

sendiri.

2. Krisis listrik memuncak saat PT. Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN) memberlakukan

pemadaman listrik secara bergiliran di berbagai wilayah termasuk Jakarta dan sekitarnya,

selama periode 11-25 Juli 2008. Hal ini diperparah oleh pengalihan jam operasional kerja

industri ke hari Sabtu dan Minggu, sekali sebulan. Semua industri di Jawa-Bali wajib

menaati, dan sanksi bakal dikenakan bagi industri yang membandel. Dengan alasan

klasik, PLN berdalih pemadaman dilakukan akibat defisit daya listrik yang semakin parah

karena adanya gangguan pasokan batubara pembangkit utama di sistem kelistrikan Jawa-

Bali, yaitu di pembangkit Tanjung Jati, Paiton Unit 1 dan 2, serta Cilacap. Namun, di saat

yang bersamaan terjadi juga permasalahan serupa untuk pembangkit berbahan bakar

minyak (BBM) PLTGU Muara Tawar dan PLTGU Muara Karang.

Dikarenakan PT. PLN memonopoli kelistrikan nasional, kebutuhan listrik masyarakat sangat

bergantung pada PT. PLN, tetapi mereka sendiri tidak mampu secara merata dan adil memenuhi

kebutuhan listrik masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya daerah-daerah yang

kebutuhan listriknya belum terpenuhi dan juga sering terjadi pemadaman listrik secara sepihak

sebagaimana contoh diatas. Kejadian ini menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi

masyarakat, dan investor menjadi enggan untuk berinvestasi.

G.    Monopoli PT. PLN ditinjau dari teori etika deontologi

Konsep teori etika deontologi ini mengemukakan bahwa kewajiban manusia untuk bertindak

secara baik, suatu tindakan itu bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibat atau tujuan baik

dari tindakan itu, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik pada dirinya sendiri

dan harus bernilai moral karena berdasarkan kewajiban yang memang harus dilaksanakan

terlepas dari tujuan atau akibat dari tindakan itu. Etika deontologi sangat menekankan motivasi,

kemauan baik dan watak yang baik dari pelaku.

Dalam kasus ini, PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) sesungguhnya mempunyai tujuan yang

baik, yaitu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional. Akan tetapi tidak diikuti

dengan perbuatan atau tindakan yang baik, karena PT. PLN belum mampu memenuhi kebutuhan

listrik secara adil dan merata. Jadi menurut teori etika deontologi tidak etis dalam kegiatan

usahanya.

Page 11: Kasus

H.    Monopoli PT. PLN ditinjau dari teori etika teleologi

Berbeda dengan etika deontologi, etika teleologi justru mengukur baik buruknya suatu tindakan

berdasarkan tujuan yang akan dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang

ditimbulkan oleh tindakan itu. Dalam kasus ini, monopoli di PT. PLN terbentuk secara tidak

langsung dipengaruhi oleh Pasal 33 UUD 1945, dimana pengaturan, penyelengaraan,

penggunaan, persediaan dan pemeliharaan sumber daya alam serta pengaturan hubungan

hukumnya ada pada negara untuk kepentingan mayoritas masyarakat dan sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat. Maka PT. PLN dinilai etis bila ditinjau dari teori etika teleologi.

I.    Monopoli PT. PLN ditinjau dari teori etika utilitarianisme

Etika utilitarianisme adalah teori etika yang menilai suatu tindakan itu etis apabila bermanfaat

bagi sebanyak mungkin orang. Tindakan PT. PLN bila ditinjau dari teori etika utilitarianisme

dinilai tidak etis, karena mereka melakukan monopoli. Sehingga kebutuhan masyarakat akan

listrik sangat bergantung pada PT. PLN.

J.     Kesimpulan

Dari pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa PT. Perusahaan Listrik Negara

(Persero) telah melakukan tindakan monopoli, yang menyebabkan kerugian pada masyarakat.

Tindakan PT. PLN ini telah melanggar Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun

1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

K.     Saran

Untuk memenuhi kebutuhan listrik bagi masyarakat secara adil dan merata, ada baiknya

Pemerintah membuka kesempatan bagi investor untuk mengembangkan usaha di bidang listrik.

Akan tetapi Pemerintah harus tetap mengontrol dan memberikan batasan bagi investor tersebut,

sehingga tidak terjadi penyimpangan yang merugikan masyarakat. Atau Pemerintah dapat

memperbaiki kinerja PT. PLN saat ini, sehingga menjadi lebih baik demi tercapainya kebutuhan

dan kesejahteraan masyarakat banyak sesuai amanat UUD 1945 Pasal 33.