Kasus 1 Tutorial 1

35
PENCEGAHAN INFEKSI BASIC SCIENCE FOR MIDWIFERY SKILL-1 (laporan ini diajukan untuk memenuhi tugas BSMS-1) Nadia Nur Islamiah Bilkis Mufidah Herayani Maulida Ayu Lestari Nurfitri Meidaniar Regina Chyntia Sri Devi Sandi Tria Pamungkas Sofha Hasanah Faruk Arsy Prawita Zahra Fithratul Tharfi Putri Meylin Redia Yuni Angelica Br Purba (130103130005) (130103130008) (130103130018) (130103130027) (130103130035) (1301031300) (130103130053) (130103130054) (1301031300) (130103130070) (130103130071) (130103130043) (130103130045)

description

kesehatan

Transcript of Kasus 1 Tutorial 1

PENCEGAHAN INFEKSI

BASIC SCIENCE FOR MIDWIFERY SKILL-1(laporan ini diajukan untuk memenuhi tugas BSMS-1)

Nadia Nur IslamiahBilkis MufidahHerayaniMaulida Ayu LestariNurfitri MeidaniarRegina ChyntiaSri DeviSandi Tria Pamungkas Sofha Hasanah Faruk

Arsy PrawitaZahra Fithratul TharfiPutri Meylin RediaYuni Angelica Br Purba(130103130005)

(130103130008)

(130103130018)

(130103130027)

(130103130035)

(1301031300)

(130103130053)

(130103130054)(1301031300)

(130103130070)(130103130071)(130103130043)

(130103130045)

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI KEBIDANANA

UNIVERSITAS PADJADJARANKATA PENGANTARPuji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan izin dan kekuatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Laporan ini membahas tentang Infeksi, pencegahannya, penanganan, proses terjadinya, penyebab, jenis-jenis, proses peralatan bekas pakai. Tugas ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah IMP (Introduction Of Midwifery Profession).

Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing kami Maya Rahma R, SST, MKM yang telah membantu dan membimbing kami dalam tutorial. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa kebidanan UNPAD angkatan 2013 yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.Kami menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Jatinangor,15 November 2013 Penyusun

DAFTAR ISIHalamanKATA PENGANTAR........................................................................................iDAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1 1.1. Kasus 1 .................................................................................................1BAB II PEMBAHASAN....................................................................................3 2.1. Pembahasan .........................................................................................3

A. Definisi Infeksi ..................................................................................3B. Gejala Infeksi .....................................................................................3C. Macam-Macam Infeksi ......................................................................4D. Mekanisme Infeksi Secara Keseluruhan ............................................5E. Proses Terjadinya Infeksi ..................................................................8F. Cara Berkembang Biak Kuman .......................................................12G. Pencegahan Infeksi ..........................................................................13H. Cara Mencegah Pasien Agar Tidak Terkena Infeksi .......................14

I. Proses Peralatan Bekas Pakai ...........................................................15Konsep Map ......................................................................................................19DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Kasus 1Bagian 1Tanggal 7 November 2013, Nn.Insi dirujuk oleh dokter praktik swasta ke Rumah Sakit karena mengalami dehidrasi. Nn.Insi mengeluh demam, dengan infus masih terpasang sejak masuk RS yaitu 4 hari yang lalu dan belum pernah diganti.

1. Problem

a. Dehidrasi

b. Demam

c. Selama 4 hari infus belum pernah diganti

d. Kulit memerah dan teraba nyeri di sekitar luka infus

2. Hipotesis

a. Infeksi Nosokomial

3. Mekanisme

4. More Info5. We dont know

a. Definisi infeksi

b. Gejala infeksi

c. Macam-macam infeksi

d. Mekanisme infeksi secara keseluruhan

e. Cara berkembangbiak kuman

f. Pencegahan Infeksi

g. Cara mencegah pasien agar tidak terkena infeksi

h. Proses peralatan bekas pakai

6. Learning Issue

A. Definisi infeksiB. Gejala infeksiC. Macam-macam infeksiD. Mekanisme infeksi secara keseluruhanE. Cara berkembang biak kumanF. Pencegahan InfeksiG. Cara mencegah pasien agar tidak terkena infeksiH. Proses peralatan bekas pakai

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Pembahasan

A. Definisi Infeksi

Masuk dan berkembangnya agen infeksi ke dalam tubuh seseorang atau hewan. Pada infeksi yang manifes orang yang terinfeksi tampak sakit secara lahiriah. Pada infeksi yang non-manifes tidak ada gejala atau tanda lahiriah. Jadi, infeksi jangan dirancukan dengan penyakit.

Istilah infeksi juga mengacu pada oraganisme patogen, tidak pada semua jenis organisme

Infeksi manifes adalah masuk dan berkembangnya agen infeksi ke dalam tubuh seseorang atau hewan serta tanda dan gejala yang dapat terlihat.

Infeksi non-manifes adalah masuk dan berkembangnya agen infeksi ke dalam tubuh seseorang atau hewan namun tanda dan gejala tidak terlihat.

Agen infeksi adalah organisme hidup atau kuasi-hidup atau partikel yang menyebabkan penyakit menular. Bakteri, virus, jamur, protozoa, cacing, dan prion adalah agen infeksi.B. Gejala Infeksi

Infeksi ManifesInfeksi Non-manifes

KemerahanKeletihan

Diraba terasa nyeriPenurunan nafsu makan

Bengkak Penurunan berat badan

Demam

Keringat malam

Menggigil

C. Macam-macam Infeksi

a. Infeksi Silang ( infeksi eksogen)Terjadi jika organisme yang menyebabkan infeksi di dapat orang lain (pasien, tenaga kesehatan, orang yang merawat pasien) atau dari lingkungan ( yaitu dari sumber eksogen). Contohnya : infeksi luka yang disebabkan oleh anggota staf perawat yang membawa staphylococcus, atau yang memiliki lepuh atau lesi sepsi atau yang lebih sering staf perawat yang tidak melakukan teknik mencuci tangan yang tepat.

b. Infeksi Endogen (infeksi sendiri)

Infeksi endogen terjadi jika mikroorganisme yang melakukan kolonisasi pada satu area dalam tubuh pejamu dan menimbulkan infeksi, seperti mikroorganisme usus yang menyebabkan infeksi pada luka saluran kemih. Contohnya: infeksi mikroorganisme usus yang menyebabkan infeksi pada luka atau saluran kemih.c. Infeksi Nosokomial

Terjadi nosokomial atau infeksi yang di dapat di rumah sakit terjadi pada pasien yang dirawat di rumah sakit paling tidak selama 72 jam dan pasien tersebut tidak menunjukan tanda serta gejala infeksi saat masuk rumah sakit. Infeksi nosokomial yang paling umum adalah infeksi saluran kemih. Contohnya: seseorang yang terkena infeksi jarum infus di rumah sakit.

d. Infeksi Oportunistik

Adalah infeksi yang serius akibat mikroorganisme yang normalnya memiliki atau tidak memiliki sedikit aktivitas patogen (kemampuan menimbulkan penyakit) tetapi menyebabkan penyakit jika resistansi pejamu menurun akibat penyakit serius, pengobatan invasif, atau karena obat (misalnya pneumonia, pneumocystis cranii pada pasien HIV dan atau AIDS)

D. Mekanisme Infeksi

Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai faktor yang saling mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir, portal of exit, cara penularan, portal of entry dan host atau pejamu yang rentan.

(Perry & Potter 2005)1) Agen Infeksi

Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain bakteri, virus, jamur dan protozoa. Mikroorganisme dikulit bisa merupakan flora transient maupun rasident. Mikroorganisme transident normalnya ada dan jumlahnya stabil, organisme ini bisa hidup dan berbiak dikulit. Organisme transient melekat pada kulit saat seseorang kontak dengan objek atau orang lain dalam aktivitas normal. Organisme ini siap ditularkan kecuali dengan cuci tangan. Oraganisme rasident tidak dengan mudah bisa dihilangkan melalui cuci tangan dengan sabun dan ditergen biasa kevuali bila gosokkan dilakukan dengan seksama. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi tergantung pada: jumlah mikroorganisme, virulensi (kemampuan menyebabkan penyakit), kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam host serta kerentanan dalam host (pejamu).

2) Reservoir (Sumber Mikroorganisme)

Adalah tempat dimana mikroorganisme pathogen dapat hidup baik berkembang biak atau tidak. Yang bisa berkembang sebagai reservoir adalah manusia, binatang, makanan, air, serangga dan benda lain. Kebanyakkan reservoir adalag tubuh manusia, terutama dikulit, mukosa, cairan atau drainase. Adanya mikroorganisme pathogen dalam tubuh tidak selalu menyebabkan penyakit pada hostnya. Sehingga reservoir yang di dalamnya terdapat mikroorganisme pathogen bisa menyebabkan oranglain bisa menjadi sakit (carier). Kuman dapat hidup dan berkembangbiak dalam reservoir jika karakteristik reservoirnya cocok dengan kuman. Karakterisktik tersebut adalah air, suhu, ph, udara dan pencahayaannya.3) Portal of Exit

Mikroorganisme yang hidup dalam reservoir harus menemukan jalan keluaruntuk masuk kedalam host dan menyebabkan infeksi. Sebelum menimbulkan infeksi, mikroorganisme harus keluar terlebih dahulu dari reservoirnya. Jika reservoirnya manusia, kuman dapat keluar melalui saluran pencernaan, pernafasan, perkemihan, genetalia, kulit, membrane mukosa yang rusak serta darah.4) Cara penularan

Kuman dapat berpindah atau menolar ke oranglain dengan berbagai cara seperti kontak langsung dengan penderita melalui oral, fekal, kulit atau darahnya. Kontak tidak langsung melalui jarum atau balutan bekas luka penderita, peralatan yang terkontanminasi, makanan yang diolah tidak tepat, melalui vector nyamuk atau lalat.

5) Portal masuk

Sebelum seseorang terinfeksi, mikrooganisme harus masuk dalam tubuh kulit merupakan barier pelindung tubuh terhadap masuknya kuman infeksius. Rusaknya kulit atau ketidakutuhan kulit dapat menjadi portal masuk. Mikroba dapat masuk kedalam tubuh melalu rute yang sama degan portal keluar. Faktor-faktor yang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan pathogen masuk ke dalam tubuh.

6) Daya tahan hospes ( manusia )

Seseorang yang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius. Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu terhadap pathogen. Meskipun seseorang secara konstan kontak dengan mikrooganisme dalam jumlah yang besar, infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadap kekuatan dan jumlah mikrooganisme tersebut. Beberapa faktor yang meperngaruhi kerentangan tubuh terhadap kuman yaitu usia, keturunan, stress (fisik dan emosional), status nutrisi. Terafi medis, pemberian obat dan penyakit penyerta.

E. Proses terjadinya infeksi

infeksi yang muncul selama pasien dirawat dirumah sakit dan mulai menunjukan suatu gejala selama pasien itu dirawat atau setelah dirawat.

(proses masuknya patogen ke dalam tubuh manusia. *belum terlihat tanda apapun)

Kemerahan (rubor), gatal, panas, sakit, bengkak.(menimbulkan penyakit pada inangnya)

Patogen, patogen ini ada beberapa macam yaitu seperti : virus, bakteri, fungi dan parasite.

Inkubasi, patogen masuk kedalam tubuh manusia. Namun pada saat proses inkubasi berlangsung belum terlihat tanda-tanda atau gejala manifes maupun non-manifes yang ditimbulkan.

Respon imun, saat mikroorganisme masuk kedalam tubuh, pertama kali akan diserang oleh monosit. Saat mikroorganisme tersebut yang akan memicu respon imun. Materi asing yang tertinggal (antigen) menyebabkan rentetan respon yang mengubah susunan biologis tubuh. Setelah antigen masuk dalam tubuh, antigen tersebut bergerak kedarah atau limfe dan melalui imunitas seluler atau humoral.

1. Imunitas selular

Ada kelas limfosit, limfosit T (CD4T) dan limfosit B (sel B). limfosit T memainkan peran utama dalam imunitas seluler. Ada reseptor antigen pada membrane permukaan limfosit CD4T. Bila antigen bertemu dengan sel yang reseptor permukaannya sesuai dengan antigen, maka akan terjadi ikatan. Ikatan ini menghasilkan limfosit CD4T untuk membagi diri dengan cepat untuk membentuk sel yang peka. Limfosit yang peka bergerak ke daerah inflamasi, berkaitan dengan antigen dan melepaskan limfokin. Limfokin menarik dan menstimulasi makrofag untuk menyerang antigen.

2. Imunitas humoral

Stimulasi sel B akan memicu respon imun humoral, menyebabkan sintesa imunoglobin/antibody yang akan membunuh antigen. Sel B plasma dan sel B memori akan terbentuk apabila sel B berkaitan dengan satu antigen. Sel B mensintesis antibody dalam jumlah besar untuk mempertahankan imunitas, sedangkan sel B memori untuk mempersiapkan tubuh menghadapi invasi antigen.

3. Antibodi

Merupakan protein bermolekul besar, terbagi menjadi imunoglobin A, M, D,E,G. imunoglobin M dibentuk pada saat kontak awal dengan antigen, sedangkan I dan G menandakan infeksi yang terakhir. Pembentukan antibodi merupakan dasar melakukan imunisasi.

4. Komplemen

Merupakan senyawa protein yang ditemukan dalam serum darah. Komplemen diaktifkan saat antigen dan antibodi terikat. Komplemen diaktifkan, maka akan terjadi serangkaian proses katalitik.

5. Interferon

Pada saat tertentu diinvasi oleh virus. Interferon akan mengganggu kemampuan virus dalam bermultiplikasi.

Selanjutnya setelah tahap penghancuran mikroorganisme dilakukan oleh imunoglobin, tidak semua mikroorganisme hancur akan tetapi masih ada antigen yang tersisa. Akibatnya mikroorganismenya berkembang biak/bermultiplikasi. Didalam hal ini akan menimbulkan penyakit pada inangnya. Lalu akan muncul tanda-tanda seperti :

1. Rubor (kemerahan)

Rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan timbul, terjadi pelebaran arteriola yang mensuplai darah ke daerah peradangan. Sehingga lebih banyak darah mengallir ke mikrosirkulasi local dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini disebut hyperemia atau kongesti, menyebabkan warna merah local karena peradangan akut.

2. Kalor (Panas)

Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut. Kalor disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang meningkat. Sebab darah yang memiliki suhu 37o C disalurkan kepermukaan tubuh yang mengalami radang lebih banyak daripada daerah normal.

3. Dolor (rasa sakit)

Perubahan pH local atau konsentrasi local ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Pengeluaran zat seperti histamine atau zat bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Rasa sakit disebabkan pula oleh tekanan yang meninggi akibat pembengkakan jaringan yang meradang.

4. Tumor (pembengkakan)

Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial.

5. Functio Laesa (gatal)

Berdasarkan asal katanya, function laesa adalah fungsi yang hilang (Dorland, 2002). Functio laesa merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi belum diketahui secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang meradang.

Dan pada akhirnya apabila sudah timbul tanda-tanda seperti diatas maka itu adalah Infeksi.

Infeksi yang diderita oleh Nn. Insi pada kasus bias disebabkan karena infeksi nosocomial (infeksi yang di dapat dari rumah sakit), ataupun bisa infeksi karena jarum infus ( Staphilococus Aureus). Namun apabila infeksi yang disebabkan karena jarum infus gejala atau tanda-tanda yang terjadi hanya demam saja. Berarti Nn. Insi ini terinfeksi oleh infeksi Nosokomial.

Secara umum proses infeksi adalah sebagai berikut:

1. Proses inkubasi

Interval antara masuknya patogen ke dalam tubuh.

2. Tahap prodromal

Interval dari awitan tanda dan gejala non spesifik (demam ringan, keletihan) sampai gejala yang spesifik. Selama masa ini, mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dan klien lebih mampu menyebarkan penyakit ke orang lain.

3. Tahap sakit

Klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap jenis infeksi.4. Tahap pemulihan

Interval saat mumculnya gejala akut infeksi dan pada masa ini imunoglobin mulai meningkat kembali.

Proses terjadinya Infeksi yang lebih spesifik:

a. Proses terjadinya Infeksi Manifes

b. Proses terjadinya Infeksi Non-manifesF. Cara Berkembang Biak Kuman

Setelah mikroorganisme masuk ke dalam tubuh manusia, terjadi berbagai rangkaian interaksi sampai menimbulkan gejala klinis. Rangkaian interaksi tersebut adalah :1. Kolonisasi, tempat mikroorganisme berkembang biak tanpa menimbulkan reaksi pada pejamu. Semua organisme multisel mengalami kolonisasi oleh organisme lain sampai dengan tahap tertentu, yang umumnya bersifat mutualisme dan komensialisme. Contoh yang bersifat mutualisme adalah beberapa bakteri anaerobik yang mengkolonisasi kolon manusia. Sedangkan yang komensialisme adalah beberapa spesies staphylococcus aureus yang terdapat di mukosa hidung dan menginfeksi kulit manusia.

Jenis kolonisasi semacam itu tidak digolongkan sebagai infeksi. Perbedaan infeksi dan kolonisasi sering kali tergantung pada situasi dan kondisi. Organisme yang umumnya non-patogen bisa menjadi patogen pada kondisi tertentu. Selain itu, organisme yang sangat virulent sekalipun memerlukan kondisi tertentu untuk dapat menyebabkan infeksi yang serius. Salah satunya adalah dengan adanya bakteri Corynebacteria sp. Dan Viridins streptococei.

2. Infeksi subklinis, tempat mikroorganisme selain berkembang biak juga menimbulkan reaksi, tetapi belum menimbulkan gejala hingga secara klinis belum tampak. Contoh, terjadinya penginfeksian pada usus manusia yang disebabkan oleh beberapa spesies bakteri anaerobik namun secara lahiriah belum menimbulkan gejala pada tubuh manusia.3. Infeksi klinis, hal ini terjadi bila organisme berkembang biak, menimbulkan reaksi, dan menimbulkan gejala. Contoh, infeksi oleh virus HIV yang menginfeksi bagian dalam tubuh manusia, lalu kemudian pada jarak waktu tertentu akan menimbulkan gelaja manifes pada tubuh orang yang terkena infeksi virus HIV tersebut. G. Pencegahan Infeksi

a. Mentaati praktik pencegahan infeksi yang dianjurkan terutama kebersihan dan kesehatan tangan serta pemakaian sarung tanganb. Memperhatikan dengan seksama proses yang telah terbukti bermanfaat untuk dekontaminasi dan pencucian peralatan dan benda lain yang kotor, diikuti dengan sterilisasi atau desinfeksi tingkat tinggic. Meningkatkan keamanan dalam ruang operasi dan area berisiko tinggi lainnya di mana kecelakaan perlukaan yang sangat serius dan paparan pula agen penyebab infeksi sering terjadi.d. Cuci tangane. Memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnyaf. Memproses alat bekas pakaig. Menangani peralatan tajam dengan amanh. Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan (termasuk pengelolaan sampah secara benar).Beberapa hal berikut merupakan cara pelaksanaan kewaspadaan standar:

a. Anggap setiap orang (klien maupun staf) dapat menularkan infeksi.

b. Cuci tangan-upaya yang paling penting untuk mencegah kontaminasi silang.

c. Gunakan (sepasang) sarung tangan sebelum menyentuh apapun yang basah seperti kulit terlepas, membran mukosa, darah atau tubuh lain, serta alat-alat yang telah dipakai dan bahan-bahan lain yang terkontaminasi, atau sebelum melakukan tindakan invasif.

d. Gunakan perlindung fisik (misalnya: kacamata pelindung (goggles), masker, dan apron) untuk mengantisipasi percikan tubuh (seksresi maupun eksresi), contohnya ketika membersihkan alat-alat maupun bahan lainnya.

e. Gunakan antiseptik untuk membersihkan kulit maupun membran mukosa sebelum melakukan operasi, membersihkan luka, atau menggosok tangan sebelum operasi dengan bahan antiseptik berbahan dasar alkohol.

f. Lalukan upaya kerja yang aman. Seperti tidak memasang tutup jarum suntik (recapping), memberikan alat-alat tajam dengan cara yang aman, bila mungkin, gunakan jarum tumpul untuk menjahit luka.

g. Buang bahan-bahan terinfeksi setelah terpakai dengan aman untuk melindungi petugas pembuangan dan untuk mencegah cedera maupun penularan infeksi kepada masyarakatH. Cara pasien mencegah agar tidak tekena infeksi1. Pasien menutup mulut dan hidung dengan tissu atau masker bila batuk, flu, bersin dan membersihkan tangannya.

2. Jarak antar pasien sedikitnya 1m dari pasien lainnya.

3. Pasien ditempatkan dengan diagnosis yang sama dalam satu ruangan.

I. Proses Peralatan Bekas PakaiDekotaminasi

Dalam larutan klorin 0.5%

Selama 10 menit

Cuci dan bilas

Gunakan deterjen & sikat Pakai sarung tangan tebal

untuk menjaga agar tidak terluka benda tajam

Sterilisasi

DTT(DisinfeksiTingkatTinggi)

Otoklaf panas kering kimiawi rebus/kukuskimiawi

-106 ka-170c

-rendam

-panci tertutup-rendam-121 c-60 menit10-24 jam20menit

20 menit-30 mnt

JikaTerbungkus

-20 mnt

Jika tidak

terbungkus

dinginkan dan kemudian siap digunakanperalatan yang sudah di proses dapat di simpan dalam wadah tertutup yang di disinfeksi tingkat tinggi sampai satu minggu jika wadahnya terbuka

Mekanisme Proses Peralatan Bekas Pakai

Dekontaminasi adalah menghilangkan mikroorganisme patogen dan kotoran dari suatu benda sehingga aman untuk pengelolaan selanjutnya dan dilakukan sebagai lagkah pertama bagi pengelolaan alat kesehatan bekas pakai sebelum atau pengelolaan pencemaran lingkungan, seperti misalnya tumpahan darah/ cairan tubuh. Juga sebagai langkah pertama pengelolaan limbah yang tidak dimusnahkan dengan cara insinerasi atau pembakaran dengan alat insenerator, yaitu sebelum alat tersebut dikubur dengan cara kapurisasi. Dekontaminasi bisa disebut juga dengan proses membunuh virus HIV/ AIDS dan virus hepatitis B positif kecuali endospora bakteri.

Dekontaminasi bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat kesehatan atau suatu permukaan benda, misalnya HIV, HBV dan kotoran lain yang tidak tampak, sehingga dapat melindungi petugas maupun pasien.

Dekontaminasi dilakukan dengan menggunakan bahan desinfektan, yaitu suatu bahan ataua larutan kimia yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati, dan tidak digunakan untuk kulit dan jaringan mukosa.

Proses atau tahap selanjutnya setelah dekontaminasi adalah proses cuci bilas yaitu mencuci alat atau instrumen kesehatan bekas pakai menggunakan air detergen dengan cara disikat satu arah. Kemudian membilas dengan menggunakan air yang mengalir sampai bersih.

Setelah kedua proses tersebut dilakukan, proses selanjutnya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Sterilisasi

Sterilisasi adalah suatu proses untuk menghilangkan seluruh mikroorganisme dari alat kesehatan termasuk endospora bakteri. Sterilisasi biasanya banyak digunakan di rumah sakit. Sterilisasi dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :

a.Otoklaf

Sterilisasi dengan menggunakan tekanan uap sebesar 106 kPa dan bersuhu 1210C selama 30 menit jika alat atau instrumen kesehatan dibungkus dengan kain katun dan 20 menit jika tidak dibungkus.

b.Panas Kering

Pemanasan kering dengan menggunakan oven yang membutuhkan suhu panas setinggi 1700C selama 60 menit.

c.Kimiawi

Larutan Glutaraldehid

Alat atau instrumen kesehatan direndam dalam larutan glutaraldehid dengan kadar 2% selama 8-10 jam

Formaldehid

Alat atau instrumen kesehatan direndam dalam larutan formaldehid dengan kadar 8% minimal selama 24 jam.

Gas etilin oksida

Dilakukan penghawaan pada alat atau instrumen kesehatan menggunakan gas etilin oksida minimal selama 12-16 jam sejak selesai proses. Contoh alat yang disterilisasi dengan gas ETO adalah alat dari bahan karet, poli-etilen dan plastik, barang elektronik dan kabel, alat kesehatan optik dan suku cadang mikroskop.

2.DTT (Desinfeksi Tingkat Tinggi)

DTT merupakan alternatif penatalaksanaan alat kesehatan apabila sterilisasi tidak tersedia atau tidak mungkin dilaksanakan. DTT dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

a.Rebus / Kukus

Proses perebusan atau pengkukusan menggunakan kalakat selama 20 menit

b.Kimiawi

Merendam menggunakan larutan klorin 0.5% selama 20 menit

Setelah proses tersebut selesai dilakukan, langkah selanjutnya dinginkan alat dan instrumen kemudian siap digunakan. peralatan yang sudah diproses dapat disimpan dalam wadah tertutup yang disinfeksi tingkat tinggi sampai 1 minggu jika wadahnya terbuka.Bagian 2

Karena hasil pengukuran suhu tubuh 38,2oC setelah dirawat selama 4 hari dirumah sakit, padahal sebelumnya Nn. Insi tidak panas, maka Nn. Insi dinyatakan menyalami Infeksi Nosokomial. Sesuai intruksi dokter selain di berikan obat penurun panas, pasien juga harus banyak asupan cairan serta selang infus pada Nn. Insi harus diganti. Setelah 24 jam diberikan obat penurun panas dan selang infusnya diganti, maka suhu tubuh Nn. Insi pun kembali normal.

Kasus selesai.

KOSEP MAP

Daftar Pustaka

2009.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta, 2006Ensiklopedia Keperawatan-Chris Brooker-Page-23-Google Book

Books.google.co.id. Epidemiologi

www.WHO.INTKamus Kesehatan.com

Prawirohardjo Sarwono.2004.Panduan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dengan Sumber Daya Terbatas.Linda Tietjen. Jakarta2003. Pedoman kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan. Departemen Kesehatan RI. Jakarta

Virus

Fungi

Bakteri

Patogen

Parasite

Inkubasi

Nosokomial

Imunitas seluler

Patogen ( benda asing)

Imunitas humoral

Komplemen

Antibody

Interferon

Mikroorganisme berkembang biak.

Infeksi

Gejala manifes:kemerahan,bengkak, demam, keringat malam, mengigil, Diraba terasa nyeri

Gejala non manifes:keletihan, penurunan berat badan, penurunan nafsu makan.

Infeksi : Masuk dan berkembangnya agen infeksi ke dalam tubuh seseorang atau hewan. Pada infeksi yang manifes orang yang terinfeksi tampak sakit secara lahiriah. Pada infeksi yang non-manifes tidak ada gejala atau tanda lahiriah. Jadi, infeksi jangan dirancukan dengan penyakit.

Pencegahan

Macam-macam infeksi

INFEKSI

Proses peralatan bekas pakai

Perlindungan diri

1.Infeksi Silang ( infeksi eksogen)

Terjadi jika organisme yang menyebabkan infeksi di dapat orang lain (pasien, tenaga kesehatan, orang yang merawat pasien) atau dari lingkungan ( yaitu dari sumber eksogen).

2.Infeksi Endogen (infeksi sendiri)

Infeksi endogen terjadi jika mikroorganisme yang melakukan kolonisasi pada satu area dalam tubuh pejamu dan menimbulkan infeksi.

3.Infeksi Nosokomial

Terjadi nosokomial atau infeksi yang di dapat di rumah sakit terjadi pada pasien yang dirawat di rumah sakit paling tidak selama 72 jam dan pasien tersebut tidak menunjukan tanda serta gejala infeksi saat masuk rumah sakit.

4.Infeksi Oportunistik

Adalah infeksi yang serius akibat mikroorganisme yang normalnya memiliki atau tidak memiliki sedikit aktivitas patogen (kemampuan menimbulkan penyakit) tetapi menyebabkan penyakit jika resistansi pejamu menurun akibat penyakit serius

Petugas kesehatan:

1.Anggap setiap orang (klien maupun staf) dapat menularkan infeksi.

2.Cuci tangan-upaya yang paling penting untuk mencegah kontaminasi silang.

3.Gunakan (sepasang) sarung tangan 4.Gunakan perlindung fisik (misalnya: kacamata pelindung (goggles), masker, dan apron

5.Gunakan antiseptik untuk membersihkan kulit maupun membran mukosa sebelum melakukan operasi, membersihkan luka, atau menggosok tangan sebelum operasi dengan bahan antiseptik berbahan dasar alkohol.

6.Lalukan upaya kerja yang aman. Seperti tidak memasang tutup jarum suntik (recapping)..

7.Buang bahan-bahan terinfeksi setelah terpakai dengan aman untuk melindungi petugas pembuangan dan untuk mencegah cedera maupun penularan infeksi kepada masyarakat

Klien :

1.Pasien menutup mulut dan hidung dengan tissu atau masker bila batuk, flu, bersin dan membersihkan tangannya.

2.Jarak antar pasien sedikitnya 1m dari pasien lainnya.

3.Pasien ditempatkan dengan diagnosis yang sama dalam satu ruangan.

Keluarga:

1.tidak boleh menggunakan alat makan bersama.

2.tidak boleh makan bersamaaan dengan orang yang terkena infeksi

Proses terjadinya infeksi :

Setelah mikroorganisme masuk ke dalam tubuh manusia, terjadi berbagai rangkaian interaksi sampai menimbulkan gejala klinis. Rangkaian interaksi tersebut adalah :

1.Kolonisasi, tempat mikroorganisme berkembang biak tanpa menimbulkan reaksi pada pejamu.

2.Infeksi subklinis, tempat mikroorganisme selain berkembang biak juga menimbulkan reaksi, tetapi belum menimbulkan gejala hingga secara klinis belum tampak.

3.Infeksi klinis, hal ini terjadi bila organisme berkembang biak, menimbulkan reaksi, dan menimbulkan gejala.

patogen

Proses terjadinya infeksi dan proses berkembangbiak kuman

Mikrooganisme berkembangbiak

Patogen (benda asing)

infeksi

Inkubasi

i

1

ii

2

4

6

5

7

8

9

10

11

12

3

13

14

15

16

17

18

19

20

21