Kasasi+Banding

16
MA Tolak Kasasi tentang Ujian Nasional By admin Thursday, November 26, 2009 04:01:00 Clicks: 600 Pemerintah Dianggap Lalai MA Tolak Kasasi tentang Ujian Nasional Kamis, 26 November 2009 04:01 WIB JAKARTA--MI: Mahkamah Agung (MA) menolak permohonan kasasi yang diajukan pemerintah terkait dengan pelaksanaan Ujian Nasional (Unas). Dalam laman MA, di Jakarta, Rabu (25/11), disebutkan, pemohon dalam perkara tersebut yakni pihak negara RI cq Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, Negara RI cq Wakil Presiden RI, M. Jusuf Kalla --saat permohonan itu diajukan--, Negara RI cq Presiden RI cq Menteri Pendidikan Nasional, Bambang Sudibyo --saat permohonan itu diajukan. Kemudian, Negara RI cq Presiden RI cq Menteri Pendidikan Nasional cq Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan, Bambang Soehendro melawan Kristiono dkk (selaku para termohon Kasasi dahulu para Penggugat/para Terbanding). Menolak permohonan kasasi para pemohon, demikian laman itu menyebutkan. Selain itu, MA juga membebankan para Pemohon Kasasi/para Tergugat untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp500 ribu. Putusan itu sendiri diucapkan dalam Rapat Permusyawaratan hakim agung pada 14 September 2009 dengan ketua majelis hakim, Abbas Said, dan anggota Mansyur Kartayasa dan Imam Harjadi. Dengan putusan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa UN yang selama ini dilakukan adalah cacat hukum, dan selanjutnya UN dilarang untuk diselenggarakan. Adanya putusan tersebut, sekaligus menguatkan dengan putusan Pengadilan Tinggi (PT) DKI Jakarta pada 6 Desember 2007, namun pemerintah tetap menyelenggaran UN untuk 2008 dan 2009.

Transcript of Kasasi+Banding

Page 1: Kasasi+Banding

MA Tolak Kasasi tentang Ujian Nasional By admin Thursday, November 26, 2009 04:01:00 Clicks: 600 Pemerintah Dianggap Lalai MA Tolak Kasasi tentang Ujian Nasional

Kamis, 26 November 2009 04:01 WIB

JAKARTA--MI: Mahkamah Agung (MA) menolak permohonan kasasi yang diajukan pemerintah terkait dengan pelaksanaan Ujian Nasional (Unas).

Dalam laman MA, di Jakarta, Rabu (25/11), disebutkan, pemohon dalam perkara tersebut yakni pihak negara RI cq Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, Negara RI cq Wakil Presiden RI, M. Jusuf Kalla --saat permohonan itu diajukan--, Negara RI cq Presiden RI cq Menteri Pendidikan Nasional, Bambang Sudibyo --saat permohonan itu diajukan.

Kemudian, Negara RI cq Presiden RI cq Menteri Pendidikan Nasional cq Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan, Bambang Soehendro melawan Kristiono dkk (selaku para termohon Kasasi dahulu para Penggugat/para Terbanding). Menolak permohonan kasasi para pemohon, demikian laman itu menyebutkan.

Selain itu, MA juga membebankan para Pemohon Kasasi/para Tergugat untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp500 ribu. Putusan itu sendiri diucapkan dalam Rapat Permusyawaratan hakim agung pada 14 September 2009 dengan ketua majelis hakim, Abbas Said, dan anggota Mansyur Kartayasa dan Imam Harjadi.

Dengan putusan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa UN yang selama ini dilakukan adalah cacat hukum, dan selanjutnya UN dilarang untuk diselenggarakan. Adanya putusan tersebut, sekaligus menguatkan dengan putusan Pengadilan Tinggi (PT) DKI Jakarta pada 6 Desember 2007, namun pemerintah tetap menyelenggaran UN untuk 2008 dan 2009.

Pemerintah dianggap telah lalai dalam meningkatkan kualitas guru baik sarana maupun prasarana, hingga pemerintah diminta untuk memperhatikan terjadinya gangguan psikologis dan mental para siswa sebagai dampak dari penyelenggaran UN. (Ant/OL-03)

http://www.mediaindonesia.com/read/2009/11/26/108036 /88/14/MA-Tolak-Kasasi-tentang-Ujian-Nasional   More. 

Page 2: Kasasi+Banding

Kasasi dan PK Jaksa yang “Melanggar Hukum” Oleh : Drs. M. Sofyan Lubis, SH.

Dalam peradilan pidana terhadap pihak-pihak yang tidak puas dapat dilakukan upaya hukum, baik itu upaya hukum biasa berupa Banding dan Kasasi, maupun upaya hukum luar biasa berupa peninjauan kembali (herziening) sebagaimana diatur di dalam Bab XVII dan Bab XVIII UU No.8 tahun 1981 tentang KUHAP.

Namun khusus untuk putusan bebas yang telah diputuskan oleh Pengadilan negeri dan Pengadilan Tinggi (Judexfactie) sesungguhnya tidak dapat dilakukan upaya hukum, baik upaya hukum biasa maupun upaya hukum luar biasa. Ketentuan ini ditegaskan di dalam pasal 244 KUHAP, yang berbunyi “Terhadap putusan perkara pidana yang diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan lain selain dari pada Mahkamah Agung, terdakwa atau penuntut umum dapat mengajukan permintaan pemeriksaan kasasi kepada Mahkamah Agung kecuali terhadap putusan bebas”

Namun dalam praktiknya Jaksa/Penuntut Umum selalu tidak mengindahkan ketentuan ini, hampir semua putusan bebas oleh Penuntut Umum tetap dimajukan kasasi. Ketentuan hukumnya sudah sangat jelas bahwa di dalam pasal 244 KUHAP tidak membedakan apakan putusan bebas tersebut murni atau tidak, yang ada hanya “Putusan Bebas”. Tapi dalam praktiknya telah dilakukan dikotomi, yaitu putusan bebas murni atau bebas tidak murni.

Adapun tentang alasan Jaksa/Penuntut Umum yang tetap mengajukan kasasi terhadap putusan bebas murni selalu mengambil berdalih, antara lain : 1) Pengadilan Negeri atau Pengadilan Tinggi (Judexfactie) telah salah menerapkan hukum pembuktian sebagaimana dimaksud dalam pasal 185 ayat (3) dan ayat (6) KUHAP ; 2) Cara mengadili yang dilakukan Judexfactie tidak dilaksanakan menurut ketentuan Undang-undang ; 3) Putusan Judexfactie bukan merupakan putusan bebas murni (vrijspraak), melainkan putusan “bebas tidak murni”. Sedangkan dalil hukum yang digunakan Jaksa/Penuntut Umum dalam memajukan kasasi terhadap putusan bebas adalah selalu sama yaitu mengacu pada Keputusan Menteri Kehakiman RI No.M.14-PW.07.03 tahun 1983 tanggal 10 Desember 1983 tentang Tambahan Pedoman Pelaksanaan KUHAP (TPP KUHAP) yang di dalam butir ke-19 TPP KUHAP tersebut ada menerangkan, “ Terdahadap putusan bebas tidak dapat dimintakan banding; tetapi berdasarkan situasi dan kondisi, demi hukum, keadilan dan kebenaran, terhadap putusan bebas dapat dimintakan kasasi. ”.

Secara hukum dapat dipastikan TPP KUHAP dan Yurisprudensi tidak kuat atau tidak dapat dijadikan dalil hukum bagi Jaksa/Penuntut Umum untuk melakukan kasasi terhadap putusan bebas sebagaimana dimaksud di dalam pasal 244 KUHAP. Oleh karenanya setiap upaya kasasi Jaksa terhadap putusan bebas adalah Melanggar Hukum.

Begitu juga upaya Jaksa melakukan Peninjauan Kembali (PK) terhadap putusan Mahkamah Agung yang sudah final (inkracht va gewijsde) yang bertujuan akan memberi pengaruh terhadap status hukum diri terdakwa/terpidana, adalah Melanggar Hukum. Karena di dalam pasal 263 ayat (1) KUHAP menyebutkan bahwa, “ terhadap putusan

Page 3: Kasasi+Banding

pengadilan yang sudah berkekuatan hukum tetap, kecuali putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum, terpidana atau ahli warisnya dapat mengajukan permintaan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung.” Pasal ini tidak menyebutkan ada kata “Jaksa”, sehingga secara a contrario hanya terpidana yang dapat mengajukan Peninjauan Kembali.

Dalam ilmu hukum pidana ada disebut PK yang dilakukan oleh Jaksa, namun dalam hal ini Jaksa hanya dibenarkan mengajukan PK jika itu dilakukan untuk kepentingan ilmu pengetahuan, dan putusan PK tersebut tidak boleh ada pengaruhnya terhadap diri terpidana. Dan secara prinsip hukum pidana, upaya hukum, dalam hal ini berupa pembelaan hukum yang terkahir itu hanya diberikan kepada terdakwa atau terpidana bukan kepada Jaksa. (vide, pasal 182 ayat (1) huruf b KUHAP).

Kalau Jaksa diberikan hak untuk melakukan upaya hukum luar biasa berupa Peninjauan Kembali/PK yang dapat berpengaruh terhadap status hukum terpidana, maka di negeri ini tidak ada lagi kepastian hukum. Oleh karenanya PK yang dilakukan oleh Jaksa terhadap putusan Mahkamah Agung yang membebaskan atau melepaskan terdakwa dari segala tuntutan hukum tersebut jelas telah melanggar HAM, khususnya pasal 3 ayat (2) UU No.39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, yang menyebutkan, “Setiap orang berhak atas pengakuan , jaminan, perlindungan dan perlakuan hukum yang adil serta mendapat kepastian hukum yang sama di depan hukum”. Agaknya pola penegakan hukum semacam ini, telah menjadi preseden buruk bagi penegakan hukum di negeri ini...!!

Kasasi, Vonis Robert Tantular Malah Bertambah Jadi 9 TahunLaporan: Kompas.comSenin, 10 Mei 2010 | 19:44 WITA

JAKARTA, TRIBUN-TIMUR.COM - Mahkamah Agung menolak permohonan kasasi pemilik saham mayoritas Bank Century, Robert Tantular dan mengabulkan permohonan kasasi jaksa penuntut umum.

Artinya, hukuman untuk Robert Tantular diperberat menjadi sembilan tahun penjara dan denda Rp 100 milliar, subsider delapan bulan kurungan. "Majelis kasasi menolak permohonan kasasi terdakwa," ujar ketua majelis hakim agung Mansur Kartayasa di ruang kerjanya, Senin (10/5/2010).

Vonis tersebut diputuskan oleh Mansur Kartayasa bersama hakim agung Imam Haryadi dan Zyahruddin Utama.

Page 4: Kasasi+Banding

Sebelumnya, baik di pengadilan negeri maupun pengadilan tinggi, tiga dakwaan terhadap Robert Tantular sudah terbukti, yakni soal kejahatan perbankan. Di pengadilan negeri, Robert Tantular dihukum empat tahun penjara dan denda Rp 50 milliar, subsider enam bulan penjara.

Sedangkan di pengadilan tinggi, Robert dihukum lima tahun penjara dan denda Rp 50 milliar, subsider enam bulan penjara. Robert Tantular terbukti melanggar pasal 50 A Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1978 pengganti UU Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

Kejahatan pertama, Robert Tantular memindahbukukan deposito valas pemilik PT Sampoerna Lancar Bestari dari Cabang Kertajaya di Surabaya ke Cabang Senayan di Jakarta tanpa prosedur yang benar. Total dananya 18 Juta dollar AS.

Perbuatan tersebut dilakukan bersama istrinya, Dewi Tantular dan para pegawai Bank Century bernama Michael Tjun, Cecep dan Tan I Pun.

Kejahatan kedua, Robert Tantular memberikan kredit tanpa prosedur ke PT Aksen Investindo dan PT Widodo Wadah Rejeki. "Kredit atas perintah Robert Tantular bersama Hermanus Hasan Muslim, Direktur PT Bank Century dan dua karyawan bernama Linda dan Joko Indarto," ujarnya.

Kejahatan ketiga, Tantular seharusnya tidak ikut campur dalam kegiatan operasional. "Robert justru ikut campur menandatangani L/C dan memerintahkan pegawai untuk menyanggupi perintahnya," ujar Mansur. (willy widianto)

Tragedi Besar jika MA Kabulkan Kasasi Robert Tantular

Ditulis oleh K@barNet di/pada 24 Februari 2010

JAKARTA – Mahkamah Agung harus menghukum lebih berat Robert Tantular yang mengajukan kasasi atas kasus pelanggaran UU Perbankan. Sebab, dari penelusuran pansus terkuak jelas manipulasi dana nasabah untuk kepentingan pribadi serta menyelewengkan dana bantuan Bank Indonesia. Demikian dikemukakan anggota Pansus Bank Century dari Fraksi Demokrat, Achsanul Qosasih.

“Robert Tantular sudah nyata-nyata telah melakukan manipulasi di Bank Century. Kalau dia mengajukan kasasi berarti sangat keterlaluan karena merasa tidak salah. Saya yakin Mahkamah Agung akan mengganjar dia dengan hukuman berkali-kali lipat dari hukuman yang sudah diterimanya,” katanya, Selasa.

Page 5: Kasasi+Banding

Achsanul menilai, secara kasat mata berbagai pelanggaran yang dilakukan Robert (salah satu pemilik Bank Century) telah terungkap dan adanya harta milik Robert Tantular di luar negeri yang begitu besar. Hal itu menjadi salah satu indikasi adanya pelarian harta hasil kejahatannya ke luar negeri.

“Kalau MA sampai mengabulkan kasasi Robert Tantular maka itu sebuah tragedi besar dalam penegakan hukum dan rasa keadilan masyarakat,” katanya.

Hal senada dikatakan Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA) Rai Rangkuti. Rai menegaskan, kejahatan Robert Tantular sudah serata dengan kejahatan kemanusiaan sehingga Mahkamah Agung harus menolak kasasinya atas nama keadilan bagi ribuan investor Antaboga serta jutaan rakyat Indonesia.

“Kalau hanya berpatokan pada prosedur hukum maka hasil kasasi fifty-fifty bisa dikabulkan dan ditolak. Tetapi kasus ini harus diletakkan pada filosofi peradilan yaitu menegakkan rasa keadilan masyarakat,” katanya.

Ia mengatakan, aksi Robert Tantular tak ubahnya seperti penipuan yang dilakukan Bernard Madoff yang telah dihukum 150 tahun karena telah merusak sistem keuangan di Amerika dan Eropa.

“Sayang sistem hukum di Indonesia tidak bisa menjerat sampai seberat itu, sehingga memang harus direvisi supaya ada efek jera dan seimbang dengan rasa keadilan masyarakar,” katanya.

Baik Achsanul maupun Rai mendesak Kepolisian dan Kejaksaan Agung agar segera merampungkan berkas dakwaan atas dugaan tindak pencucian uang yang dilakukan Robert Tantular, termasuk Hesyam Al Waraq (Komisaris Bank Century) dan Rafat Ali Rizvi (pemegang saham pengendali Bank Century) yang sampai sekarang masih buron, sehingga kasus itu bisa segera disidangkan.

“Keputusan pengadilan atas kasus tindak pencucian uang tersebut sangat penting sebagai dasar untuk menarik dana dari Robert Tantular dan kawan-kawannya yang terparkir di luar negeri,” kata Achsanul Qosasih.

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sudah menghukum Robert Tantular 4 tahun penjara dan denda Rp 50 miliar.

Namun di tingkat banding, Pengadilan Tinggi DKI Jakarta memperberat hukuman Robert Tantular menjadi lima tahun. Atas vonis tersebut, pengacara Robert Tantular, Denny Kailimang mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung. (Suara Karya)

Entri ini dituliskan pada 24 Februari 2010 pada 08:04 dan disimpan dalam CENTURY. Anda bisa mengikuti setiap tanggapan atas artikel ini melalui RSS 2.0 pengumpan. Anda bisa tinggalkan tanggapan, atau lacak tautan dari situsmu sendiri

Page 6: Kasasi+Banding

Selasa, 11 Mei 2010 , 10:26:00Putusan Kasasi Sualang-Buchari Turun

  JAKARTA- Kasasi yang diajukan JPU atas putusan PN Manado terkait kasus Manado Beach Hotel, akhirnya dikeluarkan Mahkamah Agung, kemarin. Hanya apa isi amar putusan kasasi tersebut, menurut Kabag Humas MA David Simanjuntak baru diumumkan hari ini (Selasa, 11/5)."Putusannya memang sudah ada hari ini. Tapi belum bisa kita ekspos karena masih dikoreksi. Besok kita umumkan ke pers," ujar David pada wartawan di Kantor MA, kemarin.Meski belum bersedia mengungkapkan putusan tersebut, David mengatakan, dalam perkara tindak pidana korupsi tidak mungkin ada bebas murni. Itu sebabnya, jaksa diberikan kesempatan untuk mengajukan kasasi ke MA terkait fungsi pengawasan. Akan dilihat apakah putusan hakim itu benar-benar mengikuti prosedur atau tidak. Karenanya JPU harus memberikan bukti kuat untuk mementahkan alasan pengadilan mengeluarkan vonis bebas murni."Memang di dalam undang-undang ada istilah bebas murni. Tapi itu ada syaratnya," ujarnya. Sementara kabar beredar kalau putusan kasasi berbeda dengan putusan PN Manado. Mengenai kabar ini, David menjawab singkat, "besok saja lihat hasil petikannya. Pasti kita umumkan terbuka kok." (esy)

BANDING

Kejagung Yakin Menang Banding Kasus Bibit-CandraJumat, 23 April 2010 | 23:01 WIBA A A Dibaca 306 kali

JAKARTA, TRIBUN -  Kejaksaan Agung lebih mempertahankan Surat Ketetapan Penghentian Penuntuan (SKPP) dengan tersangka Bibit Samad Rianto dan Chandra Marta Hamzah. Kejagung tidak akan mengeluarkan deponering, dan tetap mengajukan banding atas putusan PN Jakarta Selatan.

 "Deponering nanti dulu itu. Kita optimis banding kita akan menang," kata Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus Marwan Effendy kepada wartawan, di Jakarta, Jumat (23/4).

Optimisme Kejaksaan Agung memenangkan banding atas SKPP Bibit-Chandra didasarkan pengalaman kejaksaan mengeluarkan SKPP terhadap Presiden Suharto beberapa tahun lalu. "Ada pengalaman kita yang paling berharga pada zaman Pak Harto.

Page 7: Kasasi+Banding

SKPP Pak Harto orang menyalahkan semua, dan banding kita dimenangkan. Itu sama juga  pengadilan Jakarta Selatan," jelas Marwan.

Menurut dia, dikeluarkannya SKPP oleh Kejari Jakarta Selatan berdasar banyak pertimbangan bukan hukum, tapi juga keutuhan negara. Karena itu kejaksaan mengambil jalan baik dengan lebih dahulu mengajukan kepentingan negara.

 "Hukum adalah mengatur dan menertibkan negara. Kalau hukum tidak bisa menertibkan negara bisa berbahaya," katanya memberi alasan. 

Seperti diketahui, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mengabulkan gugatan pemohon Anggodo Widjojo terhadap keputusan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan yang mengeluarkan SKPP Bibit dan Chandra. Hakim tunggal Nugroho Setiadji dalam putusannya meminta dan memerintahkan agar Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan melimpahkan berkas Bibit dan Chandra dilimpahkan ke pengadilan. (Persda Network/yog) 

Galeri FotoMinggu, 23 Mei 2010 | 21:56 WIBRabu, 19 Mei 2010 , 10:15:00

Banding Ditolak

KABAR buruk menerpa Bayern Munich beberapa hari jelang partai puncak Liga Champions kontra Inter Milan. Harapan mereka bisa menurunkan Franck Ribery pupus karena pengadilan arbitrasi olahraga menolak permohonan banding.Ribery diketahui mendapat larangan tampil dalam tiga laga di Liga Champions. Hal tersebut menyusul kartu merah yang diterimanya kala membela Munich di leg pertama semifinal versus Olympique Lyon.Atas hal itu dia dipastikan tidak bakal turun pada perhelatan puncak di Santiago Bernabeu. Namun menginggat pentingnya tenaga mantan punggawa Olympique Marseille itu, The Bavarian masih saja mengusahakan agar Ribery mendapat izin tampil.Salah satu langkah yang ditempuh adalah dengan mengajukan banding ke pengadilan arbitrasi olahraga. Tapi apes, mereka ditolak mentah-mentah. “Pengadilan arbitrasi olahraga menolak banding yang diajukan Munich. Ribery tetap menjalani hukuman larangan tampil dalam tiga pertandingan yang artinya dia juga tidak bisa turun pada laga

Page 8: Kasasi+Banding

final nanti,” tulis pengadilan arbitrasi olahraga dalam keterangan resminya seperti dikutip Goal, Selasa (18/5/2010). (okc)

Stanchart ajukan banding26 Apr 2010

Bisnis Indonesia Ekonomi

JAKARTA Standard Chartered Bank (Stanchart) resmi mengajukan banding melalui PN Jakarta Selatan terkait dengan sengketa derivatif melawan PT Tobu Indonesia Steel (Tobu). Senior Manager Coorporat Affairs Standard Chartered Bank, Arno Kermaputra, mengatakan bahwa pihaknya tetap yakin bahwa perjanjian terkait dengan transaksi derivatif yang dilakukan dengan Tobu telah sesuai ketentuan yang berlaku.

"Dengan upaya banding yang telah daftarkan pekan lalu, diharapkan hakim ditingkat banding dapat menilai kasus ini lebih baik," katanya saat dihubungi Bisnis, kemarin. Kuasa hukum PT Tobu, Harry Ponto, mengaku siap menghadapi banding itu. "Kami akan siapkan memori banding untuk menghadapi upaya Stanchart/katanya saat dihubungi Bisnis, kemarin. wisNis/on

Senin13Mar '06

Kasus Illegal Logging, Jaksa dan Pengacara Banding Putusan PN Tarutung

Kategori: Seputar Silaban || Kontributor: Saut P. Silaban || || ||

Jaksa dan pengacara mengajukan banding terhadap putusan Pengadilan Negeri (PN) Tarutung, tanggal 6 Maret 2006, dalam perkara illegal logging. Jaksa menganggap vonis hakim kepada sembilan terdakwa terlalu ringan sedangkan pengacara Raja Induk Sitompul SH menilai putusan hakim terlalu berat.

Majelis Hakim PN Tarutung menjatuhkan pidana penjara kepada sembilan terdakwa yakni Holdes Sihombing dan Halomoan Nababan satu tahun dan denda Rp30 juta. Lata

Page 9: Kasasi+Banding

Sihar Purba dan Kardinal Purba I tahun penjara denda Rp20 juta. Hotman Hutasoit 1 tahun 2 bulan denda Rp20 juta. Manoto Purba dan Mangihut Purba 1 tahun 6 bulan penjara denda Rp20 juta. Charles Silaban dan Bilher dihukum 1 tahun denda Rp30 juta.

Menurut Pengacara, terpidana yang dijatuhi hukuman penjara sesuai pasal 50 ayat 3 huruf e yo pasal 78 ayat 5 UU No 41 tahun 1999 tentang Kehutanan yo pasal 55 ayat 1 ke 1e KUHP itu hanyalah sebagai pekerja atau buruh kasar yang mencari sesuap nasi. Sedangkan sang ‘Big Boss’ yang tidak tersentuh hukum bebas berkeliaran.

“Para terdakwa yang diajukan Kejaksaan Negeri (Kejari) Tarutung ini, hanyalah buruh pengangkut kayu balok, kernet mobil dan sopir. Tapi justru jaksa membuat tuntutan terlalu tinggi. Saya mengajukan banding terhadap putusan hakim. Kalau benar mau memberantas illegal logging, yah big bossnyalah ditangkap dan diajukan ke persidangan. Jangan hanya kroco yang dituntut,” ujar Pengacara Raja Induk Sitompul SH di kantornya, Jumat (10/3) berkaitan dengan munculnya reaksi Kejari Tarutung atas putusan hakim terhadap terpidana illegal logging.

Raja Induk Sitompul selaku, pengacara para terdakwa menyebut, adalah hak jaksa mengajukan banding sebab hal itu diatur dalam undang-undang. Namun jaksa perlu memahami bahwa yang dihukum bukan big bossnya illegal logging. “Kurang tepat kalau big bossnya disebut sebagai DPO (Daftar Pencarian Orang) sementara dia terlihat sehari-harinya mengendarai mobil mewahnya,” ujarnya.

Atas putusan pengadilan tersebut, para terpidana di hadapan pengacara kepada wartawan mengaku vonis hakim terhadap mereka sudah terlalu tinggi sebab semuapun harta mereka dijual tidak bisa menutupi denda yang diputuskan hakim, sedangkan makan sajapun sudah sulit apalagi kalau membayar denda tersebut.Para terpidana juga mengaku sewaktu diperiksa penyidik, mereka sudah memberitahu siapa big boss yang menggaji mereka. Tapi petugas justru membentak seraya menyebut, “bukan itu saya tanya kepadamu,” ujar terpidana menirukan omongan penyidik.

Kajari Tarutung Widodo Basuki SH yang dikonfirmasi wartawan via telepon selulernya, Jumat (10/3) mengakui bahwa jaksa banding atas putusan PN Tarutung. “Kita banding karena hukuman yang dijatuhkan terlalu ringan. Tidak boleh kurang 2/3 dari tuntutan,” ujarnya

Selamat Datang   |    Register   |   Sign In

KOMPAS.com Bola Entertainment Games Tekno Otomotif Female Properti Forum Kompasia na Images Mobile Kompas Cetak ePaper KompasKarier PasangIklan GramediaShop

Page 10: Kasasi+Banding

<a href='http://ads.kompas.com/www/delivery/ck.php?n=a12c4d55&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img src='http://ads.kompas.com/www/delivery/avw.php?zoneid=124&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&amp;n=a12c4d55' border='0' alt='' /></a>

Home Nasional Regional Internasional Megapolitan Bisnis & Keuangan Kesehatan Olahraga Sains Travel Oase Edukasi English Video More

o Index Berita o Suara Pembaca o Berita Duka o Seremonia o DKK o Matahati o Archive o Rss Feed o Kabar Palmerah o Kompas Widget

Racing Tenis Others Bulutangkis Sport Seleb Penalti 20 Detik SchumacherMercedes GP Tak Lakukan BandingSelasa, 18 Mei 2010 | 22:26 WIB

Page 11: Kasasi+Banding

AFP/GUILLAUME BAPTISTEMichael Schumacher TERKAIT:

Poin Schumacher Di Monaco Lenyap Schumacher Bakal Dikenakan Penalti Mercedes: Kilau Schumi Mulai Kembali Schumi Tak Terlalu Bahagia Hamilton: Campakkan Schumi!

MONACO, KOMPAS.com — Mercedes GP telah memutuskan untuk tidak melakukan banding atas penalti 20 detik yang dijatuhkan kepada Michael Schumacher di GP Monaco akhir pekan lalu. FIA memberikan hukuman pemotongan waktu kepada pebalap veteran asal Jerman itu karena dinyatakan melakukan tindakan ilegal saat balapan.

Schumi—sapaan Schumacher—sebenarnya finis di urutan keenam setelah menyalib Fernando Alonso di tikungan terakhir. Hal itu (menyalib) dia lakukan sesaat setelah safety car masuk ke pit, menjelang berakhirnya lap terakhir.

Tim Mercedes GP yakin, tindakan mantan juara dunia tujuh kali Formula 1 (F1) tersebut sah karena balapan pada musim ini membolehkan menyalib lawan antara jalur safety car dan garis finis. Akan tetapi, FIA mengatakan bahwa apa yang dilakukan Schumi itu tidak dibolehkan berdasarkan Artikel 40.13 bahwa tidak boleh ada aksi salib jika safety car jadi penuntun balapan hingga finis.

Alhasil, Schumi pun harus menerima kenyataan pahit ini karena perolehan waktunya dipotong 20 detik. Dengan demikian, posisi Schumi melurut dan terlempar dari posisi 10 besar sehingga dia tak mendapat poin dalam balapan ini.

Tim Mercedes GP sempat punya rencana untuk melakukan banding atas keputusan steward. Akan tetapi, mereka mengurungkan niatnya itu dan menerima keputusan setelah

Page 12: Kasasi+Banding

berdiskusi dengan FIA tentang kesalahpahaman dalam menafsir Artikel 40.13.

"Sudah jelas dari hasil diskusi kami dengan steward setelah balapan bahwa mereka memahami alasan penafsiran kami dan mengakui bahwa ini adalah sesuatu yang baru dan situasi ini sebelumnya belum pernah diuji," ungkap sebuah pernyataan Mercedes GP.

"Kami senang karena FIA telah mengetahui alasan penafsiran kami. Oleh karena itu, Mercedes GP tidak akan melakukan banding," tambah mereka