Karya Tulis Ilmiah Mawapres 2015_Rivaldi

23
Peningkatan Sistem Pendidikan Indonesia untuk Melahirkan Mahasiswa Berkualitas dengan Jiwa Teknopreneur Oleh RIVALDI 15012039 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

description

Karya tulis yang setengah jadi

Transcript of Karya Tulis Ilmiah Mawapres 2015_Rivaldi

Peningkatan Sistem Pendidikan Indonesia untuk Melahirkan Mahasiswa Berkualitas dengan Jiwa Teknopreneur

OlehRIVALDI15012039

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2014

RINGKASANData statistik menunjukkan bahwa angka pengangguran di Indonesia terus mengalami penurunan hingga bulan Agustus 2014, jumlah pengangguran terbuka mencapai 7,30 juta orang, namun angka tersebut masih besar. Jumlah lulusan perguruan tinggi dari waktu ke waktu mengalami kenaikan yang signifikan, sedangkan lapangan kerja yang tersedia masih minim dan daya serap pasar kerja yang kecil. Fakta empiris menunjukkan bahwa perguruan tinggi lebih banyak menghasilkan lulusan pencari kerja dibanding pembuat kerja. Setiap tahun, jumlah orang yang berbaris untuk mendapat pekerjaan selalu bertambah dari tahun sebelumnya. Untuk mengatasi tingginya pengangguran terdidik tersebut maka pandangan perlunya menumbuhkembangkan kewirausahaan di kalangan mahasiswa harus direalisasikan.Pemahaman entrepreneur dan teknopreneur pada kalangan masyarakat dan mahasiswa masih kurang sehingga perlu dijelaskan perbedaan spesifik kedua istilah tersebut. Motivasi seorang entrepreneur adalah ide dan konsep, eksploitasi kesempatan dan akumulasi kekayaan, sedangkan motvasi seorang teknopreneur adalah kompetisi dan resiko, finansial dan nama harum, serta memiliki pola pikir revolusioner. Dari segi kepemilikan, seorang entrepreneur cenderung menjadi pengendali saham, dan selalu ingin memaksimalkan keuntungan, sedangkan seorang teknopreneur cenderung ingin menguasai pasar, dan hanya memegang saham kecil dari perusahaan besar/klien.Aspek penting yang diperlukan seseorang untuk menjadi wirausahawan yaitu: 1) kemauan kuat untuk berkarya secara mandiri, mempunyai ide-ide cemerlang, patang menyerah, dan optimis dalam berusaha mengembangkan gagasan baru dan unik yang diminati masyarakat terutama dalam bidang ekonomi; 2) kemampuan untuk mengambil risiko dan mengambil keputusan setiap saat terutama pada kondisi tertekan; 3) kemauan berpikir dan bertindak secara kreatif dan inovatif; 4) kemauan bekerja keras, teliti dan produktif; 5) berkarya dengan etika bisnis yang sehat dan memberi manfaat pada masyarakat. Permasalahan lapangan kerja yang minim yang menyebabkan tingkat pengangguran dapat dikurangi dengan pembekalan ilmu kewirausahaan. Beberapa rekomendasi yang dapat diajukan yaitu: 1) mata kuliah kewirausahaan dalam kurikulum diwajibkan untuk setiap program studi; 2) adanya ko-kurikuler tentang bisnis atau diadakan lomba pada setiap program studi sesuai dengan bidangnya masing-masing; 3) bekerja sama dengan unit kegiatan mahasiwa dengan memberi seminar tentang bisnis; 4) mewajibkan mahasiswa mengambil kegiatan magang minimal satu bulan setiap tahun, dalam hal ini diperbolehkan magang diluar program studi; 5) pemerintah mengadakan konferensi pengusaha tingkat mahasiswa setiap tahun; 6) memperbolehkan pendirian koperasi mahasiswa yang dikelola secara independen oleh mahasiswaKata kunci : ekonomi, pengangguran, teknopreneur, entrepreneur, pendidikan, mahasiswaBAB I PENDAHULUAN

1.1Latar BelakangPada 2013, nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) meningkat 0,003 poin dari tahun 2012 yakni 0,681 menjadi 0,684 yang mengindikasikan Indonesia berada dalam kategori negara dengan pembangunan manusia sedang, demikian laporan pembangunan manusia Badan Program Pembangunan PBB (UNDP) (Republika.co.id, 2014).Nilai tersebut memiliki kaitan yang besar dengan angka pengangguran di Indonesia saat ini. Pengangguran terdidik yang ada di Indonesia sampai saat ini jumlahnya banyak jika dibandingkan dengan persentase pengangguran di Indonesia. Pengangguran terdidik sangat berkaitan dengan masalah pendidikan di negara berkembang pada umumnya, antara lain berkisar pada masalah mutu pendidikan, kesiapan tenanga pendidik, fasilitas dan pandangan masyarakat. Pada masyarakat yang sedang berkembang, seperti mahasiswa saat ini, pendidikan tentang kewirausahaan perlu diberikan sebagai sarana untuk peningkatan kesejahteraan melalui penciptaan lapangan kerja baru atauapun pemanfaatan kesempatan kerja yang ada.Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran terbuka Indonesia sejak 2000-2014 mencapai tingkat tertinggi pada tahun 2005, sebanyak 11,90 juta orang dan terus mengalami penurunan hingga bulan Agustus 2014, jumlah pengangguran terbuka mencapai 7,30 juta orang (Akhmad Akbar Susanto, Ekonom Core Indonesia, 2015). Meski jumlah pengangguran terbuka Indonesia terus menurun, namun angkanya tetap besar sehingga tingkat pengangguran tetap harus diwaspadai karena berpotensi menjadi ancaman.Pada 2014 tercipta 2,5 - 2,7 juta angkatan kerja baru maka perlu adanya upaya yang harus dilaksanakan untuk menampung sekian juta angkatan kerja baru tersebut agar tidak menambah banyaknya daftar pengangguran di Indonesia.Dengan adanya pembekalan ilmu tentang kewirausahaan, diharapkan mahasiswa yang lulus nantinya tidak hanya memiliki pandangan untuk bekerja saja, melainkan menjadi seorang teknopreneur yang menyediakan lapangan kerja bagi yang membutuhkan.1.2Rumusan Masalaha. Bagaimana strategi pemerintah dalam meningkatkan jumlah teknopreneur?b. Bagaiamana pengaruh penerapan ilmu kewirausahaan pada mahasiswa?c. Bagaimana caranya membentuk karakter tehkopreneur pada mahasiswa?d. Bagaimana pengaruh jumlah pengusaha pada negara berkembang?1.3Tujuana. Mengetahui strategi pemerintah dalam meningkatkan jumlah teknopreneurb. Mengetahui pengaruh penerapan ilmu kewirausahaan pada mahasiswac. Mengetahui cara membentuk karakter teknopreneur pada mahasiswad. Mengetahui pengaruh jumlah pengusaha pada negara berkembang1.4Manfaata. Bagi mahasiswa, isi karya tulis ini dapat menjadi inspirasi dan mengubah paradigma yang kelirub. Bagi rakyat Indonesia, isi karya tulis ini dapat menambah wawasan tentang teknopreneurc. Bagi perusahaan, isi karya tulis ini bisa membantu dalam proses seleksi karyawan barud. Bagi pemerintah, isi karya tulis ini bisa dijadikan acuan dalam merumuskan strategi dalam menambah jumlah mahasiswa berjiwa teknopreneur1.5Metode Studi PustakaUntuk mendapatkan data yang diperlukan dalam pembuatan karya tulis ini, dilakukan studi pustaka dengan cara sebagai berikut : a. Studi literatur yang sudah ada mengenai kewirausahaan dalam kegiatan mahasiswa dan cara membentuk jiwa teknopreneur pada mahasiswab. Wawancara dengan berbagai narasumber mengenai isu kekurangan pengusaha Indonesia1.6Uraian SingkatKarya tulis ini teridiri dari empat Bab. Bab I merupakan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang pemilihan topik karya tulis, perumusan topik karya tulis menjadi masalah, tujuan dan manfaat karya tulis, metode studi pustaka karya tulis, serta uraian singkat dari karya tulus. Bab II merupakan tinjauan pustaka yang mencakup data, fakta, informasi dan teori yang berkaitan dengan karya tulis. Pustaka yang ditinjau meliputi perbandingan kondisi perkenomian Indonesia dengan negara lain, jumlah pengangguran di Indonesia, jumlah pengusaha muda di Indonesia, dan sistem pendidikan di Indonesia. Bab III merupakan inti karya tulis yaitu pembahasan. Pada Bab ini dibahas mengenai apa yang mempengaruhi perekonomian Indonesia, bagaimana membentuk karakter teknopreneur pada mahasiswa agar jumlah pengangguran berkurang, serta bagaimana strategi yang diterapkan pada pendidikan Indonesia guna mendukung pertumbuhan jumlah teknopreneur. Terakhir, Bab IV merupakan penutup yang berisi simpulan dan rekomendasi terkait cara menghasilkan mahaiswa berkualitas yang mempunyai jiwa teknopreneur.

BAB II TELAAH PUSTAKA

2.1Perbedaan Teknopreneur dengan EntrepreneurTeknopreneur merupakan istilah yang terdengar asing di masyarakat Indonesia pada umumnya, terkecuali bagi mereka yang terus mengikuti segenap perkembangan bisnis dunia. Selain itu, bagi mereka yang sudah mengenal istilah tersebut, masih ada yang salah persepsi memahami istilah teknopreneur sebagai IT entrepreneur (Fathoni, 2007).Secara definisi, teknopreneur berbeda dengan entrepreneur. Entrepreneur adalah seorang innovator yang menggabungkan teknologi yang berbeda dan konsep-konsep bisnis untuk menghasilkan barang atau jasa baru yang mampu mengenali setiap kesempatan yang menguntungkan, menyusun strategi dan yang berhasil menerapkan ide-idenya. Entrepreneur bukanlah sekedar pedagang, namun bermakna jauh lebih dalam, yaitu berkenaan dengan mental manusia, rasa percaya diri, efisiensi, kreativitas, ketabahan, keuletan, kesungguhan dan moralitas dalam menjalankan usaha mandiri.Technopreneurship merupakan proses dan pembentukan usaha baru yang melibatkan teknologi sebagai basisnya, dengan harapan bahwa penciptaan strategi dan inovasi yang tepat kelak bisa menempatkan teknologi sebagai salah satu faktor untuk pengembangan ekonomi nasional (Tata Sutarbi, 2009).Secara luas, teknopreneur sendiri berarti menciptakan sesuatu yang dapat membantu kehidupan manusia untuk mendapatkan penghasilan. Dalam buku Cash Flow Quadrant karya Robert Kiyosaki, disebutkan bahwa ada 4 karakter di dunia ini dalam hal mendapatkan penghasilan, yaitu employee, self-employee, business owner, dan investor.

2.2Aspek Pembentukan Karakter TeknopreneurDalam membentuk karakter seorang teknopreneur, terdapat berbagai aspek yang harus diperhatikan selain mempunyai pengetahuan tentang teknologi yaitu :1. Menggali diriKunci untuk mengidentifikasi jiwa pengusaha adalah dengan cara melihat karakter seseorang, khususnya pada hal-hal yang menjadi kebiasaan, alami dan dilakukan dengan baik. Setiap dari kita, memiliki susunan karakter tertentu yang menjadikan kita, apa adanya. Mengetahui tema karakter seseorang adalah permulaan. Tema karakter membentuk pengetahuan dan pengalaman dalam satu wilayah yang berhubungan. Seseorang dengan kreativitas sebagai tema karakter yang dominan, akan memiliki kemampuan lebih untuk mengatasi situasi yang membutuhkan adaptasi dan perubahan dibandingkan dengan yang memiliki tema karakter dengan kreativitas yang lebih rendah. Pengalaman hidup dapat mengembangkan dan memperkuat tema karakter, tetapi dapat juga menguranginya. Pendidikan dan latihan juga mebentuk tema karakter yang baik.

2. Kemampuan yang diperlukanKeterampilan yang dibutuhkan oleh para pengusaha dapat dikelompokkan menjadi tiga area utama yaitu keterampilan teknis seperti menulis, mendengarkan, presentasi lisan, pengorganisasian, pembinaan, bekerja dalam tim, dan teknis tahu-bagaimana(know-how), keterampilan manajemen usaha termasuk hal-hal dalam memulai, mengembangkan, dan mengelola perusahaan. Keterampilan dalam membuat keputusan, pemasaran, manajemen, pembiayaan, akuntansi, produksi, kontrol, dan negosiasi juga sangat penting dalam membangun dan mengembangkan usaha baru. Beberapa keterampilan ini, membedakan pengusaha dari manajer termasuk disiplin, pengambil risiko, inovatif, teguh, kepemimpinan visioner, dan yang berorientasi perubahan.

3. Memulai usahaAda empat subkategori menjadi wirausahawan: 1.Penemu, mendefinisikan konsep, unik, baru, penemuan atau metodologi2.Inovator, menerapkan sebuah teknologi baru atau metodologi untuk memecahkan masalah baru. 3.Marketer, mengidentifikasi kebutuhan di pasar dan memenuhinya dengan produk baru atau produk substitusi yang lebih efisien.4.Oportunis, pada dasarnya sebuah broker, pialang, yang menyesuaikan antara kebutuhan dengan jasa diberikan dan komisi.

BAB III ANALISIS DAN SINTESIS

4.1Analisis permasalahanKementerian Koperasi mencatat level pendidikan berbanding terbalik dalam hal minat menjadi pengusaha. Lulusan sekolah menengah atas yang berminat 22,63 persen, sedangkan lulusan perguruan tinggi hanya 6,14 persen. Lulusan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama justru mencapai 32,46 persen. (http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=866:minimnya-jumlah-pengusaha-ancam-perekonomian&catid=50:bind-berita&Itemid=97)Permasalahan yang sering dihadapi mahaiswa yaitu pada kondisi dimana seseorang yang telah lulus dengan gelar sarjana harus mampu mendapatkan pekerjaan yang layak dan gaji yang sesuai ekspektasi. Pemikiran tersebut muncul karena perjuangan keras seorang mahasiswa yang mengenyam pendidikan di bangku kuliah selama 4 tahun demi mendapatkan gelar sarjana. Terdapat sedikit perbedaan antara entrepreneur dengan teknopreneur, meskipun esensinya sama. Seseorang bisa disebut Entrepreneur Sukses apabila secara ekonomi ia mampu memberikan nilai tambah ekonomis bagi komoditas yang dijual sehingga mampu memberikan nilai tambah ekonomis bagi komoditas yang dijual sehingga mampu menciptakan kesejahteraan bagi dirinya. Dengan demikian, mereka yang digolongkan sebagai entrepreneur sukses adalah yang termasuk pemasok produk bagi kebutuhan pasar pemerintah, pemasok kebutuhan kebutuhan pasar masyarakat (pedagang), ataupun pengusaha yang bergerak di sektor jasa dengan sifat persaingan pasar yang cenderung monopolistic hingga ke persaingan bebas (komoditi).Berbeda denganentrepreneur,teknopreneurdibangun berdasarkan keahlian yang berbasis pada pendidikan dan pelatihan yang didapatkannya di bangku perkuliahan ataupun dari percobaan. Mereka menggunakan teknologi sebagai unsur utama pengembangan produk suksesnya, bukan sekedar jaringan, lobi dan pemilihan pasar secara demografis. Mereka yang disebut teknopreneur adalah seorang Entrepreneur Modern yang berbasis teknologi. Inovasi dan kreativitas sangat mendominasi mereka untuk menghasilkan produk yang unggulan sebagai dasar pembangunan ekonomi bangsa berbasis pengetahuan (Knowledge Based Economic).( Nasution,Arman Hakim et al, 2007)

Pada bidang pertanian misalnya, teknopreneur dapat berkecimpung dalam pembuatan peralatan pertanian, penggunaan tenaga binatang dalam mengolah lahan pertanian, pembuatan irigasi pertanian guna membantu mengalirkan air ke lahan pertanian. Contoh lain yaitu pada bidang industri, teknopreneur dapat berinovasi dalam menemukan alat-alat canggih yang dapat membantu proses produksi. Alat-alat modern mulai diproduksi massal seperti kednaraan otomotif, perumahan, retail dan lain-lain. Pada zaman era globalisasi sekarang, bisnis teknologi mulai digemari misalnya, Larry Page sebagai salah satu pendiri Google.

Perkembangan Teknopreneur di IndonesiaPersaingan antar negara ditandai dengan peningkatan skala produksi yang dapat dihasilkan, investasi langsung yang dating dari luar negeri dan peningkatan standar hidup masyarakat. Merujuk pada hasil pertemuan Word Economic Forum (WEP), keunggulan kompetitif negara dihasilkan oleh dua faktor utama yaitu kompetitif dalam pertumbuhan dan kompetitif pada mikroekonominya. keunggulan kompetitif ini dihasilkan oleh faktor penguasaan teknologi, peran institusi publik dan sumber daya makroekonomi.Daya saing seperti inilah yang dewasa ini menurun bagi masyarakat Indonesia. Peranan produk nasional yang di hasilkan oleh peran tenologi tinggi masih sangat rendah. Produksi Indonesia masih didominasi oleh hasil teknologi rendah dan menengah, konsekuensinya adalah Indonesia sulit untuk memperoleh keunggulan kompetitif, karena kapabilitas teknologinya masih rendah. Dengan kata lain upaya yang paling layak untuk di kedepankan adalah bagaimana meningkatkan penguasaan tekologi untuk meningkatkan daya saing, baik itu pada level organisasi maupun level negara.Salah satu jawabannya adalah dengan konsep penerapan technopreneurship untuk mencapai keunggulan masa yang akan datang. Prespektif bisnis masa yang akan datang harus dibangun dari pondasi penguasaan teknologi, konsepsi ini memerlukan sinergi antara penguasaan teknologi dan kapasitas pembangunan, kemudian teknologi di trasformasikan menjadi dasar bisnis. Esensinya adalah techonopreneurship sebagai pembangunan yang berbasis pada teknologi atau Technology-business-based.Pada level negara diperlukan sinergitas antara teknologi dan pembangunan, seperti sinkronisasi antara pemerintah dan peraturan bisnis, dalam jangka panjang sinergi ini akan menciptakan pertumbuhan berkelanjutan, dan dengan dukungan teknologi yang maksimal yang pada akhirnya akan menciptakan peluang sebagai motor penggerak pertumbuhan.Kondisi yang sama diterapkan pada level bisnis atau organisasi, organisasi yang ingin mencapai keunggulan kompetitif berkelanjutan adalah organisasi yang berbasis pada penguasaan teknologi dan menjadi teknologi sebagai motor penggerak organisasinya.

Wirausahawan memiliki enam tema karakter utama yang membentuk akronim :F (Focus) untuk fokus, A (Advantage) untuk keuntungan, C (Creativity) untuk kreativitas, E (Ego) untuk ego, T (Team) untuk tim, S (Social) untuk social.

4.2Sintesis

BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1Simpulan5.2Rekomendasi Salah satu upaya penanggulangan pengangguran dan kemiskinan yang diajukan beliau yaitu melalui lima pular utama program perluasan dan penciptaan lapangan kerja, meliputi perbaikan layanan dan sistem informasi ketenagakerjaan, peningkatan keterampilan dan kapasistas pekerja, pengembangan usaha mikro kecil dan menengah, serta kewirausahaan.

Mengembangkan budaya wirausaha, mahasiswa dituntut untuk menjadi mahasiswa yang unggul dan berkarakter, yang salah satu indikatornya adalah dengan memiliki jiwa wirausaha dan mampu mengembangkannya menjadi nyata.Mengingat Negara maju umumnya memiliki jumlah pengusaha 2% dari jumlah penduduk negara tersebut. Hal tersebut mePengembangan semangat kewirausahaan telah menjadi hal yang penting di masa depan. Kewirausahaan telah menjadi peran penting. Melalui kewirausahaan akan menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat. Hal ini terutama untuk mengembangkan orang. Artikel ini akan menjelaskan pengembangan kewirausahaan bagi mahasiswa dan kuliah. Mereka memiliki posisi peran strategis dalam pengembangan kewirausahaan sikap. Program kewirausahaan terutama dalam praktek-praktek kewirausahaan, di kewirausahaan pelatihan kerja mencari peluang bisnis melalui kegiatan dosen; menggunakan kerjasama industri kesepakatan. pengangguran menjadi masalah yang sangat serius.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.news.padek.co/detail/a/9820 (online) ,Artikel Jumlah Pengangguran Terdidik di Indonesia Semakin Meningkat, diakses pada 30 Maret 2015, pukul 9.39 WIBAmir Sambodo. 2006. Seminar Pengembangan Teknopreneurship, JakartaNasution, Arman Hakim, et.al. 2007. Entrepreneurship membangun spirit Teknopreneurship,Andi Yogyakarta.http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-amirsambod-26433&=Membangun%20Teknopreneur%20:%20Menyongsong%20Gelomban%20Baru%20Bisnis%20Teknologi (online), diakses pada 30 Maret 2015, pukul 21.04 WIBFair, Ray C. 2006.Prinsip-prinsip Ekonomi. Jakarta : ErlanggaKuratko, Donald F.Entrepreneurship : Theory, Process, Practice. Kanada : Thomson Higherhttp://afghanaus.com/peranan-koperasi/ (online), diakses pada 30 Maret 2015, pukul 23.20 WIBhttp://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi (online), diakses pada 30 Maret 2015, pukul 23.30 WIB